Professional Documents
Culture Documents
Nanda Yulianti - UAS AT
Nanda Yulianti - UAS AT
SOAL
1. Tuliskan landasan dasar bertasawuf dan berakhlak dalam al Qur’an dan
Hadits ?
2. Apa perbedaannya antara akhlak, moral dan etika ?
3. Jelaskan pengertian dari takhali, tahalli dan tajalli?
4. Sebutkan ciri-ciri tasawuf falsafi dan tasawuf akhlaki?
5. Bagaimana bertasawuf dalam sholat?
6. Apa pengaruh tariqat dalam Islam?
7. Sebutkan klasifikasi dari maqamat beserta pengertiannya ?
8. Bagaimana berzuhud di abad modern seperti sekarang?
9. Mengapa setiap muslim di wajibkan berzakat ?.
10. Bagaimana cara berakhlak dengan akhlaknya Allah swt?
11.Bagaimana konsep khalifah yang ada dalam al Qur’an dan Hadits?
12. Apa langkah yang diperbuat manusia untuk mensucikan hatinya?
13.Apa saja akhlak yang dapat diambil dari ibadah puasa?
14.Bagaimana corak tasawuf Imam Al-Ghazali?
15.Mengapa hanya syekh Abdul Qodir al Jailani yang di sebut Sultonil Auliya’?
Keterangan
# Jawaban soal di atas sifatnya tugas pribadi. Oleh karena i tu boleh mengambil
referensi dari manapun,yang penting benar-benar dikerjakan sendiri.
# Jawaban di kirim dalam bentuk dokumen, melalui email Ketua Kelas paling
lambat hari ahad 13 Juni 2021. Selanjutnya, pada hari Seninnya 14 Juni
2021, Ketua Kelas mengirim ke email dosen mahbub_iain@yahoo.com
dalam bentuk folder.
JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
MATAKULIAH AKHLAK DAN TASAWUF
MENEJEMEN BISNIS SYARIAH (MBS)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2021
NAMA : Nanda Yulianti
NIM : 195211148
KELAS : MBS 4D
3. Takhalli ialah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup
duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa
nafsu. Takhalli (membersihkan diri dari sifat tecela) oleh sufi dipandang
pentingkarena semua sifat – sifat tercela merupakan dinding –dinding tebal yang
membatasi manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu, untuk dapat mendalami
tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya
dengan akhlak –akhlak terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Tahalli adalah menghiasi atau mengisi diri dari sifat dan sikap serta perbuatan –
perbuatan yang baik. Dengan kata lain, sesudah mangosongkan diri dari sifat tercela
(takhalli), maka usaha itu harus berlanjut terus ke tahap tahalli (pengisian jiwa yang
telah dikososongkan tadi).
Tajalli dapat dikatakan terungkap nya nur ghaib untuk hati. Rasulullah Saw.
bersabda: “ada saat – saat tiba karunia dari Tuhanmu, maka sikapkanlah dirimu untuk
itu”. Oleh karena itu, setiap calon sufi mengadakan lathan jiwa (riyadah), berusaha
untuk membersihkan dirinya ari sifat – sifat tercea, mengosongkan hati darisifat yang
keji ataupun dari hal – hal duniawi, lalu mengisinya dengan sifat – sifat terpuji
seperti: beribadah, zikir, menghindarkan diri dari hal – hal yang dapat mengurangi
kesucian diri dan seluruh jiwa (hati) semata – mata hanya untuk memperoleh tajalli
yaitu menerima pancaran ilahi.
6. Tarekat dalam dunia islam ini sangat berpengaruh besar, dimana tarekat ini tidak
hanya mementingkan urusan akhirat saja, tetapi mereka juga mementingkan urusan
dunia dimana ketika umat Islam dalam acaman, tarekat ini pun ikut bergerak dalam
menyelamatkan umat Islam dari ancaman bahaya tersel Bahkan dengan
berkembangnya zaman tarekat ini masih memiliki peran penting dalam dunia islam
8. Perilaku zuhud tidaklah harus dengan platform (model) yang bernuansa sufisme,
seperti pakaian yang kusam, memakai jubah yang sederhana, berpola tingkah seperti
orang miskin dan lain sebagainya. Namun, yang lebih penting dari sikap zuhud adalah
kesucian hati dan kebersihan jasad dari hal-hal yang haram serta berhati-hati (wira’i)
dalam menikmati dunia dan menjalani hidup.
Contohnya, ketika seseorang ingin berperilaku zuhud pada masa sekarang, maka
tidaklah sulit, hanya cukup dengan memiliki dunia dan tidak mencintainya. Artinya
apa, ketika seseorang memiliki sejumlah uang dan tiba-tiba ada orang yang ingin
meminta zakat/sedekah atau orang yang lebih membutuhkan atau untuk fi sabilillah,
maka uang tersebut harus diberikannya berapa pun nominalnya. Sebab, dengan
menanamkan sikap loman (dermawan) maka akan muncul sikap zuhud dengan
sendirinya. Atau dengan kata lain, zuhud dalam arti yang sederhana adalah memiliki
harta dunia tanpa mencintainya.
Dan contoh ini pernah diterapkan oleh alm. Gusdur. Ceritanya, pada suatu waktu
Gusdur tidak punya uang sepeser pun, kemudian beliau berniat meminjam uang untuk
keperluan keluarganya pada salah seorang teman sesama pengurus PBNU. Setelah
beliau mendapatkan pinjaman 2,5 juta, tak disangka, datanglah seseorang yang
bertamu ke rumah beliau untuk meminjam uang, lalu tanpa sungkan (eman-eman)
beliau berikan uang hasil pinjaman dari temannya itu sebesar 1,5 juta dan sisanya
beliau pakai untuk keperluan hidupnya. Subhanallah
Maka dari itu, di saat kita memiliki harta dunia dan bersamaan dengan itu, ada orang
lain yang lebih membutuhkan atau untuk fi sabilillah, maka kita berusaha tidak
sungkan-sungkan (eman-eman) untuk menyerahkannya secara ikhlas pada orang dan
fi sabilillah tersebut. Itulah zuhud dalam arti yang paling ringan, mudah dan
sederhana.
9. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh agama dan disalurkan kepada orang-orang yang telah ditentukan
pula. Menurut istilah fikih, zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan
orang-orang kaya untuk disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan
aturan-aturan yang telah ditentukan dalam syarat. Zakat dalam bahasa Arab
mempunyai beberapa makna:
Pertama, zakat bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau menyucikan.
Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah dan
bukan karena ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan menyucikan baik
hartanya maupun jiwanya. Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah Ayat 103:
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Kedua, zakat bermakna Al-Barakatu, yang artinya berkah. Makna ini menegaskan
bahwa orang yang selalu membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan
keberkahan oleh Allah SWT, kemudian keberkahan harta ini akan berdampak kepada
keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan adalah harta
yang suci dan bersih sebab harta kita telah dibersihkan dari kotoran dengan
menunaikan zakat yang hakikatnya zakat itu sendiri berfungsi untuk membersihkan
dan menyucikan harta.
Ketiga, zakat bermakna An-Numuw, yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna
ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan izin
Allah) akan selalu terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian
dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya. Tentu kita tidak
pernah mendengar orang yang selalu menunaikan zakat dengan ikhlas karena Allah,
kemudian banyak mengalami masalah dalam harta dan usahanya, baik itu
kebangkrutan, kehancuran, kerugian usaha, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak
pernah mendengar hal seperti itu, yang ada bahkan sebaliknya.
10. Di antara banyak sifat akhlak Allah yang dijelaskan kepada manusia, sebagian besar
berkategori akhlak yang layak dan bahkan wajib ditiru oleh manusia. Namun sebagian
lainnya tidak mungkin ditiru, karena ketidak-cocokan dan kemustahilan sifat tersebut
disandang oleh manusia, seperti perkasa, sombong, kaya, agung dan sebagainya. Sifat
yang bukan ukuran manusia harus dibaca oleh manusia sebagai wahana manusia
merenung akan kebesaran Tuhan, dan kekecilan dirinya, sehingga manusia perlu
selalu menyadari jati dirinya yang tidak berarti di mata sang Pencipta dan dirinya
harus senantiasa berempati dengan sesamanya.
Allah SWT secara eksplisit juga memuji Nabi dengan pujian yang teramat agung yang
belum pernah pujian semacam itu diberikan kepada makhluk lain. Dengan ungkapan
yang berbeda, Muhammad SAW adalah manusia yang paling sempurna dalam
berakhlak dengan akhlak Tuhan, sehingga Allah memerintahkan ummatnya untuk
meniru akhlak Rasulullah jika ummatnya memang benar-benar ingin bertemu dengan
Allah.
1. ALLAH “PELAYAN” SUPRA PRIMA
Dalam praktik bisnis di era modern yang sangat kompetitif, kualitas layanan
sangat strategis dalam membantu perusahaan mendapatkan kepercayaan dari
customer secara berkelanjutan. Bagi pebisnis muslim, maka jika ingin
menampilkan layanan prima tidak layak menengok system lain dan melupakan
“mutiara” yang berada di depan matanya. Karena konsep layanan dalam Islam
telah tertancap kuat dalam khazanah Agama. Bahkan Tuhan menampilkan diriNya
sebagai figur yang tidak segan-segan dengan segala keagungannya menjadi
pelayan atas ummat manusia.
2. KEBAIKAN MERUPAKAN ENERGI POSITIF Allah SWT
Dalam surat ar-Rahman juga memotivasi orang-orang yang beriman untuk
mereguk kebahagiaan nyata di dunia dan di akhirat bagi semua pelaku ihsan.
Sebab ihsan memuat energi positif, yang mengundang orang di sekitarnya untuk
memancarkan energi dari jenis yang sama.
3. ALLAH SANG RAJA YANG MELAYANI
Dari akhlak Allah ini semua yang mengaku beriman belajar bagaimana menjadi
pemimpin (sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa semua orang
pemimpin) yang bisa menjamin sampai pada batas maksimum kemampuan, agar
semua orang terayomi dan terlayani. Pemimpin bukanlah yang merepotkan
ummatnya, bukan yang pertama menikmati fasilitas, bukan tempat orang
menyerahkan “upeti”nya, bukan yang sewenang-wenang menggunakan
kekuasaannya. Pemimpin juga bukan orang yang membuat segala macam aturan
untuk menguntungkan diri dan keluarga atau kroninya.
4. TUHAN YANG MAHA SUCI
Allah. menyebut dirinya sebagai sang Suci, yang berarti bebas dari segala macam
kekurangan, seperti teledor, kikir, bodoh, jahat, angkuh, dengki dan semua sifat-
sifat lemah yang mustahil atas diriNya. Dengan sifat ini Allah seakan mendidik
setiap muslim untuk mengenali sifat-sifat buruk dan bahayanya atas mereka.
Sebagaimana termaktub dalam al-Quran (Fushilat: 46) maka setiap keburukan
akhlak selalu mengena kembali kepada pelakunya.
5. ALLAH SANG MAHA DAMAI
Tuhan yang maha Agung ini telah memutuskan ajaranNya untuk diberi nama
Islam, karena Islam menghendaki ummatnya senantiasa dalam kedamaian dengan
siapapun di muka bumi ini. Maka asma Damai telah dijadikan sandanganNya,
yang mengisyaratkan keniscayaan bagi ummatnya untuk selalu menjunjung tinggi
perdamamaian. Nabi Muhammad SAW sebagai sang utusan telah diberi petunjuk
oleh Allah dalam menghadapi kelompok kafir Quraisy untuk menjunjung tinggi
perdamaian, meski harus dibayar mahal.
6. ALLAH SEBAGAI PENJAMIN KEAMANAN
ْ ف و َ ْ خ ن ِ م ْ م ُ َه ن َ ام َ ء َ ٍوع و ُ ْ ج ن ِ م ْ م ُ ه َ م َ ي َأ
طع ِ المذ
Artinya: “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan (al-Quraisy: 4). Dalam satu
sabdanya, Rasulullah SAW menggambarkan salah satu karakter seorang mu‟min
adalah jaminan keamanannya kepada orang lain dari segala gangguannya. Seorang
yang mukmin bahkan tidak cukup hanya bersifat amanah atau bisa dipercaya,
tetapi juga mampu menjamin keamanan kepada siapapun yang meminta rasa
aman. Dengan profesi apapun yang disandangnya maka profil seorang mukmin
sejati tidak perlu dikhawatiri akan mengambil keuntungan sepihak, apalagi
berkhianat.
7. ALLAH SEBAGAI PENGAWAS
Allah mensifati dirinya dengan al-Muhaimin yang berarti Pengawas dan
Pemelihara. Allah SWT sangat peduli terhadap keselamatan makhluk sehingga
Allah tidak alpa untuk memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai dengan
hukum-hukumNya (sunnatullah). Setiap diri telah memiliki ajal, maka Allah
selalu melindungi setiap makhlukNya bila ajal belum saatnya. Hal ini telah
banyak dibuktikan oleh banyak kecelakaan yang mematikan. Diantara para
kurbannya, terdapat beberapa orang yang lolos dari maut dengan cara yang tidak
masuk akal untuk ukuran manusia.
8. ALLAH TUHAN YANG MAHA MULIA DAN PERKASA
Sifat Allah al-„Aziz bermakna bahwa Allah mulia karena Allah memiliki
keperkasaan yang membuatNya berkuasa untuk menaklukkan siapapun tanpa
sedikit pun kesulitan. Kemuliaannya karena Allah memiliki semuanya, dan Allah
dengan kekayaannya mustahil untuk diatasi oleh siapa pun. Dengan sifat ini, maka
manusia harus berkaca, dengan melihat dirinya bukan siapa-siapa, sehingga setiap
saat dengan keagunganNya dia bisa memuliakannya dengan aneka rupa
kenikmatan atau menjatuhkannya kepada kehinaan dengan teramat mudah. Oleh
sebab itu seorang muslim harus senantiasa muhasabah (reflektif) agar dirinya
tersesat dalam wilayah Tuhan yang bisa menjatuhkannya secara menyakitkan.
Apabila sang hamba dijatuhkanNya dalam keadaan baik, maka hamba akan
mempersepsikannya sebagai ujian dari Allah untuk mengangkat derajatnya kepada
kemuliaan yang lain.
13. Dalam pelaksanaan puasa terdapat nilai nilai yang membawa orang yang berpuasa
tersebut memiliki akhlak yang terpuji, mulia dan terhormat. Al-Akhlak al-Mahmudah
(akhlak yang terpuji) itulah kata kunci yang patut diberikan kepada orang yang
melaksanakan puasa sesuai dengan ajaran Islam. Puasa tidak hanya meninggalkan
makan dan minum serta hubungan suami istri di siang ramadhan, tetapi juga menjaga
dari segala yang membatalkan pahala puasa. Menjaga lidah dari dusta, ghibah
(menceritakan keburukan orang lain), an-namimah (adudomba), sumpah palsu, dan
memandang dengan syahwat (an-Nazharu bil syahwati)
Selain menjaga lidah,berpuasajuga menahan anggota tubuh yang lain dari perbuatan
dosa, seperti menjaga tangan atau kaki dari perbuatan yang dapat menyakiti orang
lain. Demikian pula menahan perut dari hal-hal yang syubhat (yang tidak jelas halal
dan haramnya) tatkala berbuka, sebab tidak ada gunanya berpuasa dengan menahan
dari memakan makanan yang halal ke dalam perutnya, tetapi saat berbuka lalu
memakan makanan atau benda diharamkan oleh agama atau memakan makanan yang
diperoleh melalui cara yang haram.
Puasa juga mendidik orang meyakini bahwa tiada Tuhan yang patut disembah
melainkan Allah Swt Perintah Allah sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah
ayat 183, tertuju kepada orang orang yang beriman. Karena itu setiap datangnya bulan
ramadhan, maka orang-orang beriman membuktikan keyakinannya terhadap Allah
Swt.
Dengan demikian puasa yang dilaksanakan oleh orang yang beriman selama sebulan
penuh, merupakan sebuah latihan untuk menempa dan mendidik manusia agar
menjadi orang yang berakhlak mulia, berperangai santun dan rendah hati, budi pekerti
halus, jujur, amanah serta istiqamah dalam beribadah.
14. Secara umum ilmu tasawuf dibagi kepada dua jenis. Pertama tasawuf Sunni (akhlaki)
yang mengarah kepada teori-teori bentuk prilaku dan yang kedua tasawuf falsafi yang
mengarah kepada teori-teori yang lebih rumit dan membutuhkan pemahaman yang
sangat mendalam. Tasawuf merupakan pilihan Al-Ghazali kegoncangan jiwa dan
mengakibatkan ketidakberdayaannya, bahkan sampai tidak ada yang bisa mengobati,
sehingga pada akhirnya penyakit tersebut diambil kembali oleh Allah SWT.
Kecendrungan Al-Ghazali untuk memasuki dunia tasawuf berawal dari ketidak
puasannya terhadap kemampuan yang dia miliki untuk mencari kebenaran.
Ajaran-ajaran tasawuf Al-Ghazali cendrung lebih memberikan perhatian pada jiwa
manusia dan membinanya secara moral, sedangkan pencarian secara mistisme yang
falsafi jauh ditinggalkanny. Menurutnya jalan menuju sufi adalah perpaduan antara
ilmu dan amal yang nantinya akan membuahkan moralitas. Dari keterangan ini dapat
dipahami bahwa cirri khas tasauf Al-Ghazali cendrung bersifat 'amali ketimbang
falsafi.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa corak tasauf Al-Ghazali adalah bersifat
psiko-moral yang mengutamakan pendidikan moral. Hal ini dapat dilihat dari karya-
karyanya seperti Ihya 'Ulumuddin, Minhaj al-'Anidin, Mizan al-'Amal, Bidayat al
Hidayah, Mi'raj an Ayyuha al-Walad. Corak tasaufnya tersebut yang lebih menonjol
adalah kesanggupannya dalam konsep pengkompromian antara syari'at dan tasawuf
sehingga menjadi sebuah bangunan baru yang memuaskan bagi menyusun kelompok
syari'at dan kelompok sufi dizamannya. kelompok syari'at dan kelompok sufi
dizamannya.
15. Hanya Syekh Abdul Qodir al-Jailani yang di sebut Sultonil Auliya’ karena, Syekh
Abdul Qadir al-Jailani, mampu mengharmonikan antara dua dimensi tersebut
sehingga antara ajaran tasawuf dan fiqih bisa berjalan bersama. Ia juga merupakan
sufi terbesar di zamannya yang mempunyai kontribusi signifikan terhadap
perkembangan sufisme yang terlembaga dalam wadah tarekat. Kedudukannya yang
tinggi membuat ia menjadi pemimpin para wali (sulthân al-auliyâ') dan wali kutub
(qutubual-auliyâ).