Professional Documents
Culture Documents
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius: Constituendum
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius: Constituendum
CONSTITUENDUM
Abstract: The State of Indonesia is a state of law, the affirmation of this can be seen in Article 1 paragraph (3) of the
1945 Constitution of the Republic of Indonesia. Settlement of cases through the judicial system which results in a
court verdict is a law enforcement towards the slow path. This is because law enforcement through a long distance,
through various levels starting from the Police, Attorney General's Office, District Court, High Court and even to the
Supreme Court which ultimately has an impact on the accumulation of cases which are not small in number in the
Court and not to mention other effects. For this reason, it is necessary to proceed with the steps to compile invitations
concerning the rights and obligations of citizens in the context of implementing the Pancasila and the 1945
Constitution. Renewal of the Criminal Code by its authors is positioned as the foundation for building a national
criminal law system. Related to the Political Law of Criminal Law Renewal in the upcoming National Criminal Law
there is a concept known as the Restorative Justice concept. Restorative Justice involves restoring relations between
the victim and the perpetrator. The restoration of this relationship can be based on mutual agreement between the
victim and the perpetrator. The victim can convey about the loss he suffered and the perpetrator was given the
opportunity to make it up, through compensation mechanisms, peace, social work, and other agreements.
Abstrak: Negara Indonesia adalah negara hukum, penegasan akan hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelesaian perkara melalui sistem peradilan yang berujung
pada vonis Pengadilan merupakan suatu penegakan hukum ke arah jalur lambat. Hal ini dikarenakan penegakan
hukum itu melalui jarak tempuh yang panjang, melalui berbagai tingkatan mulaidari Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi bahkan sampai ke Mahkamah Agung yang pada akhirnya berdampak pada
penumpukan perkara yang jumlahnya tidak sedikit di Pengadilan dan belum lagi efek lainnya. Untuk itu perlu
dilanjutkan langkah-langkah untuk menyusun perUndang-Undangan yang menyangkut hak dan kewajiban asasi warga
negara dalam rangka mengamalkan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Pembaruan terhadap KUHP oleh penyusunnya
diposisikan sebagai peletak dasar bagi bangunan sistem hukum pidana nasional. Terkait dengan Politik Hukum
Pembaharuan Hukum Pidana dalam Hukum Pidana Nasional yang akan datang ada konsep dikenal namanya konsep
Restorative Justice. Restorative Justice meliputi pemulihan hubungan antara pihak korban dan pelaku. Pemulihan
hubungan ini bisa didasarkan atas kesepakatan bersama antara korban dan pelaku. Pihak korban dapat menyampaikan
mengenai kerugian yang dideritanya dan pelaku pun diberi kesempatan untuk menebusnya, melalui mekanisme ganti
rugi, perdamaian, kerja sosial, maupun kesepakatan lainnya.
1 3
Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Pasal 3- 4 Undang-Undang Nomor 25
Indonesia: Keseimbangan dan Perubahan, Cetakan I, Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
LP3ES, Jakarta, 1990, h. 386. Pembangunan Nasional.
2
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
254
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
menyimpan dendam, merasa tidak puas, lambat. Hal ini dikarenakan penegakan
merasa tidak adil bahkan lebih parah yaitu hukum itu melalui jarak tempuh yang
berniat ingin membalas dendam. panjang, melalui berbagai tingkatan
mulaidari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan
Rasa tidak enak atau kecewa tersebut
Negeri, Pengadilan Tinggi bahkan sampai ke
yang tertanam kuat dibenak pihak yang kalah
Mahkamah Agung yang pada akhirnya
akan berupaya untuk mencari "keadilan"
berdampak pada penumpukan perkara yang
ketingkat peradilan lebih lanjut seperti
jumlahnya tidak sedikit di Pengadilan.5
Pengadilan Tinggi (PT), Mahkamah Agung
(MA) bahkan sampai ke Mahkamah Untuk itu perlu dilanjutkan langkah-
Konstitusi (MK). Hal tersebut sudah barang langkah untuk menyusun perUndang-
tentu menyebabkan terjadi penumpukan Undangan yang menyangkut hak dan
perkara yang mengalir melalui Pengadilan kewajiban asasi warga negara dalam rangka
yang dapat menghambat sistem peradilan mengamalkan Pancasila dan Undang-
khususnya yang ada di Indonesia. Dari Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
fenomena tersebut, benarlah apa yang Indonesia Tahun 1945. Diharapkan seluruh
dikemukakan oleh Joni Emirzon dalam warga negara Indonesia harus selalu sadar
bukunya berjudul Alternatif Penyelesaian dan taat kepada hukum, sebaliknya
Sengketa di Luar Pengadilan, bahwa hal ini kewajiban negara untuk menegakkan dan
pada umumnya dapat dikategorikan sebagai menjamin kepastian hukum.6
salah satu kelemahan bagi suatu lembaga
Romli Atmasasmita mengemukakan
litigasi yang tidak dapat dihindari walaupun pendapatnya sebagai berikut: “Hukum
sudah menjadi suatu ketentuan.4 Nasional (Indonesia) sebagai suatu sistem
belum terbentuk secara holistik,
komprehensif, ataupun belum diperkaya
Satjipto Raharjo yang menyatakan
nilai-nilai kehidupan masyarakat adat untuk
bahwa penyelesaian perkara melalui sistem beradaptasi dengan kehidupan masyarakat
maju. Usaha untuk menyatakan telah terdapat
peradilan yang berujung pada vonis
suatu sistem hukum nasional, terbukti hanya
Pengadilan merupakan suatu penegakan merupakan pewarisan sistem hukum
pewarisan Hindia Belanda yang menganut
hukum (law enforcement) ke arah jalur
“Civil Law System” semata-mata yang
4 5
Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari
Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta, PT. Gramedia Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas, 2003, h. 170.
Pustaka Utama, 2001, h. 3-5. 6
Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah
Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2009, h. 5.
255
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
7 8
Romli Atmasasmita, Teori Hukum Otong Rosadi dan Andi Desmon, Studi
Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Politik Hukum: Suatu Optik Ilmu Hukum, Edisi II,
Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Thafa media, Yogyakarta, 2013, h. 45.
Publishing, Yogyakarta, 2012, h. 60-61.
256
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
sebenarnya telah muncul cukup lama, kurang praktek restoratif akan menangani pihak
lebih dari dua puluh tahun yang lalu sebagai pelaku, korban, dan para stakeholders.10
Restorative Justice sebuah arah baru antara dipraktekkan banyak masyarakat ribuan
“justice” dan “walfare model”, kemudian tahun yang lalu, jauh sebelum lahirnya
penyidikan dan penuntutan, tahap adjudikasi mandiri) ataupun dengan melibatkan penegak
9 10
John Brithwaite, Restorative Justice and Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak,
Responsive Regulation, University Press, Oxford, Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa
2002, h. 1. Pemidanaan, Jakarta: Gramedia, 2010, h. 196.
11
Hadi Supeno, Kriminalisasi… h. 196
257
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
12 13
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Marian Liebmann, Restorative Justice,
Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan How it Work, London and Philadelphia: Jessica
Restorative Justice, Bandung: Refika Editama, 2009, Kingsley Publishers, 2007, h. 25.
h. 88.
258
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
259
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
260
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
18 19
Muladi dan Diah Sulistyani, Septa Chandra, Restorative Justice: suatu
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, PT Alumni, tinjauan terhadap pembaharuan hukum pidana di
Bandung, 2013. h. 3. Indonesia, 2013, h. 264.
261
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
memikirkan kembali kebutuhan yang tidak memunculkan persoalan baru bagi keluarga
terpenuhi dalam proses peradilan biasa. dan sebagainya.21
Restorative Justice (Keadilan Restoratif)
Salah satu bentuk mekanisme
memperluas lingkaran pemangku
Restoratif Justice (Keadilan Restoratif) yang
kepentingan atau pihak - pihak yang yang
bisa diterapkan dan sesuai dengan nilai-nilai
terlibat peristiwa atau kasus dimana bukan
budaya bangsa Indonesia adalah
hanya sekedar Pemerintah dan Pelaku namun
menggunakan teknik dialog secara
juga termasuk korban dan anggota
kekeluargaan yang dikalangan masyarakat
masyarakat.
Indonesia lebih dikenal dengan sebutan
Sebenranya banyak Hukum Adat "musyawarah untuk mufakat”. Konsep
(Tranditional Law) di Indonesia yang bisa Restoratif Justice (Keadilan Restoratif) ini
menjadi Restorative Justice (Keadilan menganggap pelaku dan korban sama-sama
Restoratif) sebagai salah usaha untuk mendapatkan manfaat yang sebaik-baiknya
mencari penyelesaian konflik secara damai di sehingga dapat mengurangi angka residivis
luar pengadilan atau win win solution walau dikalangan pelaku tindak pidana serta
pada kenyataannya masih sangat sulit memberikan rasa tanggung jawab bagi
diterapkan karena keberadaannya tidak masing-masing pihak.
diakui negara atau tidak dikodifikasikan
Masalah pokok penerapan
dalam hukum nasional.20 Munculnya ide
Restorative Justice (Keadilan Restoratif)
Restorative Justice (Keadilan Restoratif)
sebenarnya terletak pada faktor-faktor
sebagai kritik atas penerapan sistem
mengikutinya, yaitu faktor hukumnya
peradilan pidana dengan pemenjaraan yang
sendiri, faktor penegak hukum yakni pihak-
dianggap tidak efektif menyelesaikan konflik
pihak yang membentuk maupun menerapkan
sosial. Penyebabnya, pihak yang terlibat
hukum, faktor sarana prasarana pendukung
dalam konflik tersebut tidak dilibatkan dalam
penegakan hukum, faktor masyarakat dimana
penyelesaian konflik. Korban tetap saja
hukum tersebut berlaku atau diterapkan, dan
menjadi korban, pelaku yang dipenjara juga
20 21
Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif Setyo Utomo, Sistem Pemidanaan Dalam
Dan Revitalisasi Lembaga Adat Di Indonesia, Jurnal Hukum Pidana Yang Berbasis Restorative Justice,
Kriminologi Indonesia Volume. 6, No. II, 2010, h. Mimbar Justitia Fakultas Hukum Universitas
187. Suryakancana, Cianjur, Volume. V, No. 01, 2014, h.
86.
262
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
22 24
Makarao, Penerapan Restorative Justice H.L. Packer, The Limits of Criminal
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang Dilakukan Sanction, California: Stanford Univercity Press, 1968,
Oleh Anak-Anak, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas h. 3.
Islam As-syafi’iyah Jakarta, 2013, h. 47 – 48. 25
Smith and Hogan, Criminal Law, London:
23
Gene Kassebaum, Delinquency and Social Butterworths, 1978, h. 6
Policy, London: Prentice Hall, Inc, 1974, h. 93. 26
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-
Teori Dan Kebijakan Pidana¸ Bandung: Alumni,
1984, h. 77-78.
263
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
27 29
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Muladi dan Barda Nawawi Arief,
Teori…h.79 Teori…h.80
28 30
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Muladi dan Barda Nawawi Arief,
Teori…h.79 Teori…h.81
264
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
265
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
dan masyarakat itulah yang menjadi moral Restorative Justice diantaranya adalah
31 33
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Muladi dan Barda Nawawi Arief,
Teori…h.3 Teori…h.79
32 34
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Kuat Puji Prayitno, Aplikasi Konsep
Teori…h.79 Restorative Justice dalam Peradilan Indonesia,
Yogyakarta: Genta Publishing, 2012, h. 49.
266
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
267
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
Dalam konteks pembaharuan hukum sekarang sudah tidak cocok lagi dengan
pidana di Indonesia lewat Rancangan Kitab budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan
Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) pada Hukum Adat (traditional law) serta
35
Muladi, Kapita Selekta Hukum Pidana,
Semarang: BP Universitas Diponegoro, 1995. h. 14.
268
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam
Vol. 5, No. 2, 2020
269
Zico Junius Fernando:
Pentingnya Restorative Justice Dalam Konsep Ius Constituendum
Muladi dan Diah Sulistyani, Smith and Hogan, Criminal Law, London:
Pertanggungjawaban Pidana Butterworths, 1978.
Korporasi, PT Alumni, Bandung,
Undang-Undang
2013.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Muladi, Kapita Selekta Hukum Pidana,
Tentang Sistem Perencanaan
Semarang: BP Universitas
Pembangunan Nasional.
Diponegoro, 1995.
270