Kti Lama

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Derajat kesehatan di Indonesia saat ini masih memprihatinkan,

antara lain masih tingginya angka kematian ibu yaitu 307 per 100.000

kelahiran hidup dan angka kematian balita/anak 35 per 1000 kelahiran

hidup (Depkes, 2003) yaitu hampir 5 kali lipat dibanding angka

kematian balita Malaysia dan 2 kali lipat dibandingkan dengan Thailan

dan 1,3 kali dibanding dengan Philipina. Para ahli kesehatan

menyebutkan bahwa di banyak negara penyebab utama kematian pada

bayi dan balita adalah gangguan gizi dan infeksi. Salah satu faktor

penyebab gangguan gizi dan infeksi adalah disebabkan karena bayi

tidak diberi ASI (Moehji, 2002).

ASI merupakan cairan hidup dan paling tepat bagi bayi.

Memperoleh ASI secara eksklusif selama enam bulan merupakan hal

setiap bayi. Bahkan organisasi kesehatan dunia mengeluarkan kode etik

yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI eksklusif sampai usia

minimal enam bulan, dan menyarankan pemberian ASI dilanjutkan

hingga usia bayi dua tahun dengan dilengkapi makanan tambahan.

Pemerintah Indonesia pun mengeluarkan keputusan baru MenKes

sebagai penerapan kode etik tersebut. Dalam keputusan ini dicantumkan

soal pemberian ASI eksklusif, Kepmenkes nomor


450/Menkes/SK/IV/2004 (Siswono, www.gizi.net.com, 24 Maret

2011). Perancangan gerakan tersebut menunjukkan betapa tingginya

dukungan pemerintah dalam peningkatan penggunaan ASI. Tetapi

pelanggaran terhadap Kepmenkes tersebut tidak dapat ditindak secara

hukum, pemerintah hanya bisa memberikan teguran semata. Akibatnya

masih banyak ibu yang tidak patuh terhadap anjuran pemerintah

tersebut, sehingga masih banyak bayi yang tidak diberi ASI secara

eksklusif (Anonim www.republika.co.id, 24 Maret 2011 ).

Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2007, hanya 32% (tiga puluh dua persen) bayi di bawah usia 6

(enam) bulan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Jika

dibandingkan dengan SDKI tahun 2003, proporsi bayi di bawah 6

(enam) bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun sebanyak 6

(enam) poin. Rata-rata, bayi Indonesia hanya disusui selama 2 (dua)

bulan pertama, ini terlihat dari penurunan prosentase menyusui dari

SDKI 2003 yaitu sebanyak 64% (enam puluh empat persen) menjadi

48% (empatpuluh delapan persen) pada SDKI 2007. Sebaliknya,

sebanyak 65% (enam puluh lima persen) bayi baru lahir mendapatkan

makanan selain ASI selama tiga hari pertama (Susanto, http://aimi-

asi.org, 26 januari 2011).

Berdasarkan hasil pengamatan Dinas Kesehatan Yogyakarta,

dari 12 ribu yang memiliki anak balita di bawah lima tahun hanya 40

persen saja ibu yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif
kepada anaknya. Selain kesibukan ibu sebagai wanita karier, alasan

lainnya mengapa ibu-ibu tidak memberikan ASInya secara eksklusif

kepada anaknya hingga usia 6 bulan adalah ketakutan kosmetik yang

menghinggapi benak para ibu. Ibu-ibu takut bentuk badannya berubah

jika memberikan ASI terus-menerus pada anaknnya. Padahal secara

medis, pemberian ASI kepada anak tidak akan berpengaruh terhadap

bentuk badan seseorang. Alasan lain mengapa ibu tidak memberikan

ASI secara eksklusif kepada anaknya adalah karena produktivitas ASI

memang kurang sehingga ibu tersebut memberikan susu sambungan

kepada anaknya (Lisa, 2008).

Meningkatnya perjuangan hak-hak asasi wanita dalam meniti

karier untuk bekerja di luar rumah sampai pada titik kritis dengan

meninggalkan tugas utamanya untuk memberikan ASI an menggantikan

dengan susu botol (formula). Kecendrungan demikian telah mencapai

titik yang sangat rawan sehingga pemerintah mengambil sikap untuk

dapat mengembalikan fungsi wanita memberikan ASI tanpa

menghalangi kesempatan sebagai wanit karier (Manuaba, 1998). Target

ASI eksklusif ditetapkan oleh pemerintah adalah 80% (Roesli, 2000).

Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif akan lebih rentan

terhadap penyakit dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif,

karena ASI megandung zat kekebalan. Ibu menyusui yang bekerja

mempunyai keaktifan kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan ibu

menyusui yang tidak bekerja sehingga lebih mengutamakan pekerjaan


daripada menyusui bayinya. Dengan demikian, ibu yang bekerja masa

menyusui anaknya akan lebih pendek daripada ibu yang tidak bekerja

padahal kandungan ASI pada ibu bekerja dan tidak bekerja adalah sama

sehingga ASI harus tetap diberikan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Jetis I diperoleh data pada tahun 2009 terdapat 426 bayi yang berumur

0-6 bulan, sebanyak 194 (45,53%) mendapat ASI Eksklusif dan 232

(54,46%) bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Di kecamatan jetis I

terdapat dua desa yang terdiri dari desa Sumber Agung dan Trimulyo.

Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Jetis I pada bulan maret 2011

di desa Trimulyo sendiri terdapat 99 bayi yang berumur 0-6 bulan. Bayi

yang mendapat ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 13

(13,13%). Dari data yang telah diperoleh peneliti akan melakukan

penelitian di desa Trimulyo Kecamatan Jetis I Kabupaten Bantul Tahun

2011.

Bedasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk meneliti

tentang perbedaan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dan

tingkat kepatuhan memberikan ASI eksklusif antara wanita bekerja dan

tidak bekerja pada bayi umur 0-6 bulan di desa Trimulyo kecamatan

jetis I Kabupaten Bantul Tahun 2011.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti dapat

mengambil suatu rumusan masalah “Adakah perbedaan tingkat

pengetahuan tentang ASI eksklusif dan tingkat kepatuhan memberikan

ASI eksklusif antara wanita bekerja dan tidak bekerja pada bayi umur

0-6 bulan di desa Trimulyo kecamatan jetis I Kabupaten Bantul Tahun

2011.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan tentang ASI

eksklusif dan tingkat kepatuhan memberikan ASI eksklusif antara

wanita bekerja dan tidak bekerja pada bayi umur 0-6 bulan di

desa Trimulyo kecamatan jetis I Kabupaten Bantul Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan khusus

a) Untuk megetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif pada wanita bekerja pada bayi umur 0-6 bulan.

b) Untuk megetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan pada wanita tidak bekerja .

c) Untuk megetahui tingkat kepatuhan ibu memberikan ASI

eksklusif bayi umur 0-6 bulan pada wanita bekerja.

d) Untuk megetahui tingkat kepatuhan ibu memberikan ASI

eksklusif bayi umur 0-6 bulan pada wanita tidak bekerja.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan

a) Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu

kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama lingkungan ibu dan

anak.

b) Memberikan informasi dan mengembangkan teori yang ada

serta menambah pengalaman dam pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif.

1.4.2 Bagi Bidan

Dapat dijadikan masukan bagi bidan di Puskesmas dalam rangka

meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui, baik

ibu bekerja maupun tidak bekerja.

1.4.3 Bagi institusi pendidikan Kebidanan

Menambh sumber bacaan/kepustakaan serta bahan kajian

lembaga untuk peningkatan kegiatan layanan pada mahasiswa dan

kegiatan pengabdian masyarat.

1.4.4 Bagi ibu menyusui/responden

Menambah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif

pada wania bekerja maupun tidak bekerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

seseorang yang berkenaan dengan sesuatu hal (Moelino, 2002).

Kesimpulannya pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang

yang terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Bisa juga diperoleh melalui

pendidikan formal maupun nonformal, termasuk hal-hal yang diketahui

seseorang tentang dirinya sendiri, tingkah lakunya dan keadaan

sekitarnya.

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, sehingga tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap obyek yang telah

dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (riil). Aplikasi

ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-

rumus, metode, prinsip dalam konteks dan situasi yang lain.

4) Analisa (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Systesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan kegiatan-kegiatan di dalam suatu bentuk


keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek.

Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan sikap dan perilaku positif yang meningkat.

2) Informasi

Tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan

pengetahuan dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan daerah

setempat.

3) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang didapat.

4) Pengalaman
Sesuatu yang dialami seseorang akan menambah pengetahuan yang

didapat.

d. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

2. Kepatuhan

a. Pengertian kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat,

kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan

perilaku yang disarankan dokter atau petugas kesehatan (Moeliono,

2002).

Kepatuhan atau ketaatan merupakan tingkat seseorang

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

tenaga kesehatan atau oleh orang lain. Kepatuhan juga sering diartikan

sebagai usaha seseorang untuk mengendalikan perilakunya dalam

meningkatkan status kesehatannya. Metode yang dapat dilakukan

untuk mengukur kepatuhan meliputi laporan (wawancara), observasi

langsung, serta data rekam medik (Smet, 1994).

b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Menurut Notoatmodjo (2003), kepatuhan ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor, yaitu:

1) Faktor predisposisi (Predisposising factor)

a) Pengetahuan

Pengetahuan sangat berperan penting dalam hal ini. Seorang ibu

yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi harusnya mengetahui

betapa pentingnya menyusui secara eksklusif pada bayinya.

Pengetahuan ibu yang kurang, tidak merasa butuh, tidak tahu

manfaat pemberian ASI atau sekedar ikut-ikutan tentunya akan

mempengaruhi kepatuhan ibu dalam pemberian ASI sehingga

pemberian ASI pada bayi tidak akan optimal.

b) Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan positif pada diri seseorang.

c) Sosial ekonomi

Banyak sekali ibu yang enggan memberikan ASI secara

eksklusif karena alasan sibuk bekerja untuk membantu

pendapatan keluarga.

2) Faktor pendukung (Enabling factor)

a) Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan yang memadai akan mampu memberikan

tambahan pengetahuan terhadap pengguna pelayanan yang ada

di fasilitas kesehatan tersebut.


3) Faktor pendorong (Reinoecing factor)

a) Psikologi

Seorang ibu yang mempunyai penyakit kejiwaan, cenderung

enggan melakukan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya

seperti menyusui.

b) Penyakit ibu

Salah satu penyebab yang dapat dijadikan alasan seorang ibu

tidak mau menyusui bayinya adalah adanya gangguan pada

payudara.

3. ASI eksklusif

a. Pengertian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan

makanan tambahan lain walaupun hanya air putih sampai bayi

berumur 6 bulan (Purwanti, 2004).

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

saja tanpa tambahan makanan cairan lain seperti susu formula, jeruk,

madu, air the, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim dalam jangka

waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan

sampai bayi berusia 6 bulan (Roesli, 2009).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pemberian ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi
yang dimulai sejak lahir hingga bayi berumur 6 bulan tanpa tambahan

cairan dan makanan lain. Pemberian ASI secara eksklusif juga

merupakan wujud nyata pemenuhan kebutuhan dasar anak yang harus

dipenuhi agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi

anak yang sehat dan cerdas. Pemberian ASI secara eksklusif memberi

keutungan untuk semua bayi akan lebih sehat, cerdas dan

berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat, dan menarik (Roesli,

2009). Selain itu ASI juga dapat melindungi bayi dari penyakit diare,

infeksi telinga, infeksi kandung kemih, eksema, diabetes, infeksi paru-

paru, dan kegemukan (Chumbley, 2004). Sedangkan anak yang tidak

diberi ASI secara eksklusif akan lebih cepat terjangkit penyakit kronis

seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah dewasa

(www.depkes.go.id, 10 maret 2011).

b. Pengelompokan ASI

Ada 3 stadium dalam pengelompokan ASI menurut Purwanti,

(2004) yaitu :

1) ASI stadium 1

Disebut dengan kolostrum atau ASI jolong yaitu cairan yang

pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai

hari ke-4 setelah bayi lahir. Kolostrum berwarna kuning kecemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

Kolostrum merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan

mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan

yang akan datang. Kolostrum mengandung 15 porsen protein yang

terdiri dari laktalbumin, laktoglobulin dan kasein yang semuanya

sangat bermanfaat untuk membantu pencernaan bayi, sehingga

kotoran yang dikeluarkan bayi tidak terlalu keras dan tidak pula

terlalu lembek. Selain itu, kolostrum mengandung berbagai zat

antibody yang memberikan kekebalan terhadap berbagai penyakit

infeksi seperti gastroenteritis, batuk rejan, tetanus dan lain-lain

(Husaini, 2001). Jumlah kolostrum yang disekresi sangat bervariasi

berkisar antara 10-100 ml/hari dengan rata-rata sekitar 30 ml.

Kolostrum pada hari pertama tiap 100 ml mengandung 600 Ig A,

80 Ig G, dan 125 Ig M. Sekresi ASI akan meningkat secara

bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam setelah

lahir. Reflek let down (aliran) pada ibu merangsang pengeluaran

kolostrum menjadi lebih banyak. Reflek ini berasal dari impuls

syaraf putting susu menuju hipofisis posterior yang merangsang

oksitosin dan menyebabkan kontraksi otot polos dan ASI keluar.

2) ASI stadium II

Adalah ASI peralihan yang diproduksi pada hari ke-4 sampai hari

ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan

hidrat arang makin tinggi, dan volume ASI semakin meningkat.

Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi

fisik ibu, keluhan nyeri sudah berkurang. Oleh karena itu,


kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu perlu

ditingkatkan.

3) ASI stadium III

Yaitu ASI matur yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.

ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan

dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan.

c. Manfaat pemberian ASI

Manfaat pemberian ASI ditinjau dari berbagai aspek (Rosli,

2005)

1) Bagi Ibu

a) Mengurangi perdarahan dan mempercepat involusi uterus

Ibu yang menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang

berguna untuk penutupan pembuluh darah dan merangsang

rahim untuk berkontraksi sehingga involusi uterus berlangsung

lebih cepat perdarahan akan lebih cepat berhenti.

b) Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses

pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang

tidak menyusui.

c) Mengurangi terjadinya anemia


Ibu yang menyusui secara eksklusif selama 6 bulan, amenore

akan berlangsung lebih lama dan ibu akan menyimpan zat besi

sehingga anemia tidak akan terjadi.

d) Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan alat kontrasepsi yang aman, murah dan

cukup berhasil. Apabila pemberian ASI lebih dari 8 kali sehari,

usia bayi kurang dari 6 bulan dan belum haid maka 98% tidak

akan hamil (6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak

akan hamil 12 bulan pertama).

e) Mempercepat ibu kembali ke berat badan semula

ASI yang diproduksi oleh ibu sebagian dari makanan yang

dimakannya dan sebagian lagi dari lemak yang tertimbun di

dalam tubuh ibu selama hamil, dan ketika menyusui lemak

tersebut akan terpakai sehingga berat badan ibu akan cepat

berkurang.

f) Mengurangi resiko kanker payudara dan ovarium

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Selain

itu, beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan

melindungi ibu dari penyakit kanker ovarium, resiko terkena

kanker ovarium pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%.

g) Praktis dan portable (mudah dibawa kemana-mana)


ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan

siap dimakan atau diminum serta dalam suhu yang selalu tepat.

h) Memberi kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.

i) Lebih ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6

bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah

tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

j) Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan

atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa

menunggu agar susu tidak terlalu panas.

2) Bagi bayi

a) Aspek gizi

Manfaat kolostrum :

(1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Ig A untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.

(2) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung

dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

Walaupun sedikit tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi.
(3) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak yang rendah, sehingga

sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama

kelahiran.

(4) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi

yang pertama berwarna kehijauan.

b) Aspek imunologi

(1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi.

(2) Imunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum dan ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori I tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri pathogen E coli dan berbagai virus

pada saluran pencernaan.

(3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen

zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

(4) Lysosim, enzim yang melindungi bayi dari bakteri E. coli

dan salmonella serta virus. Jumlah lysosim dalam ASI

adalah 3000 kali lebih banyak dibandingkan susu sapi.

(5) Sel darah putih pada ASI pada dua minggu pertama lebih

dari 4000 sel per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu

Brochus-Asociated Lympocite Tissue (BALT) antibody

pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue

(MALT) antibody jaringan payudara.


(6) Faktof bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung

nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus

bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan

berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang

merugikan.

c) Aspek fisik

Anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif akan lebih mudah

terjangkit penyakit kronis, dan kemungkinan anak menderita

kekurangan gizi (marasmus) dan mengalami obesitas

(kegemukan) juga lebih besar.

d) Aspek psikologis

(1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui

Bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang

cukup untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu

dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan

produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya

akan meningkatkan produksi ASI.

(2) Interaksi ibu dan bayi

Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung

kesatuan bayi dan ibu tersebut. Hubungan interaksi ini

paling sering terjadi pada 2 jam pertama dan mulai terjalin

beberapa menit setelah bayi dilahirkan. Oleh karena itu


sangat dianjurkan agar bayi disusui sedini mungkin setelah

lahir, misalnya 30 menit setelah dilahirkan.

(3) Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi

Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena berbagai

rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact).

Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi mengalami

kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu

yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam kandungan.

e) Aspek kecerdasan

1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan sistem syarat otak yang

dapat meningkatkan kecerdasan otak.

2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

eksklusif selama lebih dari 3 bulan memiliki IQ lebih tinggi

dari bayi yang diberi susu formula (Chumbley, 2004). Bayi

memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan,

4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun dan 8,3 point lebih

tinggi pada usia 8,5 tahun dibanding dengan bayi yang tiak

diberi ASI.

f) Aspek neurology

Dengan menghisap payudara, koordinasi syarat menelan,

menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat

lebih sempurna.
3) Bagi negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara

karena hal-hal berikut:

a) Penghemat devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan

menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

b) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit diare dan saluran

pernafasan.

c) Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan.

d) Menyiapkan generasi penerus bangsa yang tangguh dan

berkualitas.

d. Unsur nutrisi ASI

Menurut Purwanti, (2004) dan Roesli, (2005) ada 5 unsur nutrisi

dalam ASI, yaitu:

1) Hidrat arang

Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang vital untuk

pertumbuhan sel syarat otak dan pemberi kalori untuk kerja sel-sel

saraf, memudahkan penyerapan kalsium, mempertahankan faktor

bifidus di dalam usus, dan mempercepat pengeluaran kolostrum

sebagai antibody bayi. Zat hidrat arang dalam ASI berbentuk laktosa,

dimana rasio jumlah laktosa dalam ASI dibanding PASI adalah 7:4

yang berarti ASI lebih manis bila dibanding dengan PASI. Kondisi ini

yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI cenderung tidak

mau minum PASI. Laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium,


fosfor, dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan

tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan

perkembangan tulang. Hasil pengamatan terhadap bayi yang mendapat

ASI eksklusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat

pada bayi berusia 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih

cepat.

2) Protein

Protein adalah bahan baku untuk pertumbuhan. Kualitas proten

sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat

ini pertumbuhan bayi paling cepat. ASI mengandung protein khusus

yang dirancang untuk pertumbuhan bayi. Protein utama ASI adalah

whey. Whey merupakan protein yang sangat halus, lembut, dan

mudah dicerna. Protein dalam ASI meliputi :

a) Alfa laktalbumin, protein ini sangat cocok untuk

pencernaan bayi.

b) Asam amino taurin, merupakan bahan baku untuk pertumbuhan sel

otak, retina, dan konjugasi bilirubin.

c) Asam amino sistin, merupakan asam amino yang penting untuk

pertumbuhan otak.

d) Tirosin dan finilatorin dalam ASI kadarnya rendah. Hal ini justru

menguntungkan untuk bayi terutama bayi prematur, karena kadar

tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

otak.
e) Laktoferin berfungsi mengangkat zat besi dari ASI ke sistem

peredaran darah bayi sehingga zat besi akan lebih mudah diserap

oleh sistem pencemaran bayi. Laktoferin dalam ASI jumlahnya

cukup tinggi.

f) Poliamin dan nukleotif sangat penting untuk sintesis

protein.

g) Lizozim adalah salah satu kelompok antibody alami dalam ASI.

Protein ini khusus menghancurkan bakteri berbahaya dengan kadar

2 mg/100 ml.

3) Lemak

Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI

mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigleserida menjadi

digliserida, sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh

sistem pencernaan bayi. Jenis lemak dalam ASI yaitu lemak rantai

panjang dalam bentuk omega 3, omega 6, DHA (docoso hexaconik

acid) dan arachidonic acid yang merupakan komponen penting untuk

pembuatan myelin, zat yang mengelilingi sel saraf otak dan akson

agar tidak mudah rusak bila terkena rangsangan.

4) Mineral

Walaupun kadar mineral dalam ASI relatif rendah, tetapi

kandungannya lengkap dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan

serta dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi.

5) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap. Dalam ASI vitamin A,

C, dan D ada dalam jumlah cukup, sedangkan golongan vitamin B

kecuali riboflavin dan patotenik sangat kurang, tetapi tidak perlu

ditambah karena kebutuhan bayi akan dicukupi oleh makanan yang

dikonsumsi oleh ibu menyusui. Sama halnya dengan vitamin B,

vitamin K jumlahnya sangat kurang karena bayi baru lahir pada

minggu pertama ususnya belum mampu membentuk vitamin K

sedangkan bayi setelah persalinan mengalami perdarahan perifer yang

perlu dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses pembekuan

darah. Oleh karena itu perlu tambahan vitamin K pada hari ke-1, ke-3,

dan ke-7. Selain melalui injeksi sebanyak 0,1 mg, vitamin K juga

dapat diberikan per oral sebanyak 0,2 mg.

6) Zat pelindung

ASI mampu memberi perlindungan terhadap infeksi dan alergi

pada bayi selama beberapa bulan pertama baik yang disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur dan parasit.

a) Sel darah putih

Sel darah putih ini beredar dalam usus bayi dan berfungsi untuk

membunuh kuman. Jumlahnya sangat banyak pada minggu-

minggu pertama kehidupan dan berangsur-angsur berkurang tetapi

akan tetap ada dalam ASI sampai 6 bulan setelah melahirkan.

Selain membunuh kuman, sel ini akan menyimpan dan


menyalurkan zat penting seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan

protein yang melawan kuman atau immunoglobulin.

b) Imunoglobulin atau antibiotik alamiah

Selain sel darah putih ASI juga mengandung immunoglobulin

suatu protein yang beredar dan bertugas memerangi infeksi yang

masuk ke tubuh bayi.

c) Imunisasi pasif dan aktif

ASI yang pertama keluar atau disebut kolostrum dihasilkan pada

saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Sehingga

kolostrum merupakan imunisasi pertama yang diterima oleh bayi.

Selain itu, ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh

bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif.

d) Sistem perlindungan yang selalu diperbaharui

ASI akan memberikan perlindungan terhadap kuman di sekitar.

Kuman di sekitar akan terus berubah. Bila ada kuman baru masuk

ke tubuh ibu maka tubuh ibu juga akan membuat antinya. Melalui

ASI, anti terhadap kuman baru ini dialirkan ke tubuh bayi sehingga

bayi menjadi kebal juga terhadap bakteri baru yang akan selalu

berubah.

e. Tanda bayi cukup ASI

Menurut Sulistyawati, (2009) ada 6 tanda bayi cukup ASI, yaitu :

(1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih

sampai kuning muda.


(2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”.

(3) Bayi tampak puas, sewaktu-waku merasa lapar, bangun, dan tidur

cukup.Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam.

(4) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

(5) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai

menyusui.

(6) Bayi bertambah berat badannya.

f. Teknik Menyusui

Meskipun keterampilan menyusui dapat dikuasi secara alamiah,

ibu harus tetap memahami teknik menyusui bayi yang baik dan benar.

Sering kali kegagalan menyusui disebabkan karena salah memposisikan

dan melekatkan bayinya. Puting ibu menjadi lecet sehingga ibu jadi

segan menyusui, produksi ASI berkurang sehingga bayi malas menyusu.

Berikut teknikmenyusui yang bebar.

1) Cuci tangan dengan air yang mengalir

2) Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola

sekitarnya.Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga

kelembaban puting susu.

3) Temukan posisi senyaman mungkin, ibu harus dalam keadaan

santai. Ibu dan bayi harus dalam keadaan nyaman. Bila duduk,

pilihlah kursi yang tigak terlalu tunggi. Upayakan telapak kaki

menjejak lantai dengan nyaman. Bila ingin berbaring Perhatikan

ketinggian posisi bayi. Usahakan bayi yang mendekatkan diri ke


ibu dan bukan sebaliknya. Ini bermanfaat supaya ibu merasa

nyaman dan tidak cepat lelah.

4) Pegang payudara dengan tangan yang tidak menggendong bayi,

jempol diatas payudara, jari telunjuk ditengah di bawahnya. Dagu

bayi harus diposisikan agar menekan payudara sementara dahinya

agak kebelakang, supaya bayi tidak terhalang jalan nafasnya.

5) Dekatkanlah bayi pada payudara, sentuhkan putung pada pipi bayi.

Bayi anda secara reflek akan menoleh dan menghisap puting

kemulutnya. Jangan putus asa apabila bayi anda kelihatannya

kesulitan untuk menghisap karena bayipun masih belajar untuk

melakukan ini.

6) Posisikan bayi dengan benar

7) Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,

kemudian dengan cepat kepala bayi diletakkan kepayudara ibu dan

puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

8) Untuk menghentikan perlekatan menyusui, perlahan-lahan

masukkan jari ketepi mulut bayi untuk melepaskan isapannya.

Jangan menarik puting secara terpaksa dari mulut bayi karena dapat

menyebabkan puting terluka.


Tabel 1

Komposisi Nutrisi dalam Kolostrum, ASI dan Air Susu Sapi (ASS)

Unsur Gizi Kolostrum ASI ASS


Air (g) - 88 88
Laktosa (g) 5,3 6,8 3
Protein (g) 2,7 1,2 3,3
Lemak (g) 2,9 3,8 3
Laktobulin - 1,2 3,1
Asam linoleat (g) - 8,3 1,6
Natrium (mg) 92 15 1,6
Kalium (g) 55 55 138
Klorida (g) 117 43 103
Kalsium (g) 31 33 125
Magnesium (g) 4 4 12
Fosfor (g) 14 15 100
Zat besi (g) 0,09 0,15 0,1
Vitamin A 89 53 34
Vitamin D - 0,03 0,06
Tiamin 15 16 42
Riboflamin 30 43 157
Asam nikotinat 75 172 85
Asam askorbat 4,4 4,3 1,6
Folasin - - -
Laktoferin - - -
Lizozim - - -
Taurin - 40 -

Sumber: Purwanti, H.S, (2004)

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif adalah :


1) Pendidikan

Menurut tokoh pendidikan abad 20, MJ Langevelt,

mendefinisikan bahwa pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan dan bantuan yang diberikan pada anak, yang tertuju

pada kedewasaan.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Indonesia

mempunyai definisi pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dn di luar

sekolah dan berlansung seumur hidup. Lamanya ibu mendapatkan

pendidikan dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI secara

eksklusif.

2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupkan hasil dari tahu an ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengidraan terjadi melalui pancaindra manuasia yaitu

indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pedidikan, pengalaman

menyusui, media, faktor petugas, dan edukasi mengenai ASI.

3) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Perasaan

khawatir atau susah dapat mengganggu dalam produksi ASI. Hal

ini bisa timbl karena keluarga yang kurang harmonis, sehingga ibu

mengalami stres.

4) Persepsi

Pandangan sebagian masyarakat tentang menyusui dapat

merusak peyudara yang akan mengganggu kecantikan ibu dan ada

sebagian beranggapan bahwa menyusui merupakan perilaku yang

suah kuno sehinggga ibu mengginakan susu botol/formula.

5) Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga mempengaruhi ASI secara eksklusif.

Hal ini berhubungn erat dengan keadaan ekonomi. Pendapatan

keluarga juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan,

pengetahuan, sikap, persepsi.

6) Ketersedian waktu

Betapapun repot dan sempitnya waktu yang dimiliki oleh

petugas kesehatan, diharapkan bisa meluangkan waktu memberi

motivasi dan membantu ibu dalam menyusui.

7) Pekerjaan

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.

Kebutuhan itu bisa bermacam-macam. Berkembang dan berubah,

bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya (Anoraga, 1998).


Menurut Franz Von Magnis,dalam bukunya”sekitar

manusia, Bunga Rampai Tentang Filsafat Manusia” pekerjaan

adalah kegiatan yang direncanakan. Kegiatan itu dapat berupa

pemakaian tenaga jasmani maupun rohaniyang memerlukan

pemikiran khusus.

Menurut May Smit, dalam bukunya “ Introduction to

industrial psichology” tujuan dari kerja adalah untuk hidup.

Dari pendapat tersebut, maka hanya kegiatan-kegiatan

orang yang bermotivasikan kebutuhan ekonomi saja yang bisa

dikatagorikan sebagai kerja.

Dalam pandangan yang paling modern mengenai kerja

dikatan bahwa:

a) Kerja merupakan bagian yang paling mendasar dari kehidupan

manusia, akan memberikan status dari masyarakat yang ada di

lingkungannya, sehingga kerja akan memberi isi dan makna dari

kehidupan manusia yang bersangkutan.

b) Kalaupun orang tersebut tidak menyukai pekerjaan, hal ini

biasanya disebabkan kondisi psikologi dan sosial dari pekerjaan

itu.

c) Moral dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan langsung

dengan kondisi material yang menyangkut pekerjaan tersebut.

d) Insentif dari kerja banyak bentuknya dan tidak selalu tergantung

pada uang.
8) Dorongan petugas

Meningkatkan penggunaan ASI dpat berhasil tergantung

pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan, maupun dokter.

Petugas kesehatan harus mempunyai dorongan positif terhadap

menyusui dini dan diharapkan dapat memahami, menghayati

dan melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif.

9) Kelompok referensi

Kelompok referensi terdiri dari orang tua, kakak

perempuan, ibu mertua, dan anggota keluarga yang lainnya.

Sebagian masyarakat masi ada yang berpendapat bahwa dalam

keluarga yang paling berkuasa adalah suami dan mertua

sehingga keputusan tidak boleh dilanggar.salah satunya adalah

pemberian makanan dini pada bayi baru lahir sehingga

menybabkan rendahnya pemberian ASI secara eksklusif.

4. Wanita Bekerja

1. Bekerja

a. Pengertian

Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan

mempertahankan hidup seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu lingkungan tertentu, dimana melalui kegiatan tersebut

mereka dapat menemukan jati diri. Dengan demikian bekerja

bukan sekedar untuk mengubah suatu lingkungan fisik atau bahan


baku menjadi barang material yang dikonsumsi sendiri atau oleh

orang lain lalu dipertukarkan dengan imbalan ekonomi bukan

sekedar memberikan jasa untuk mendapatkan harkat kemanusiaan

(Sumarti, 2008).

Ihroni dalam Sulistyawati menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan wanita bekerja adalah wanita yang melaksanakan

kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang ataupun barang,

mengeluarkan energi, dan mempunyai nilai waktu. Dalam

pengertian initermasuk istri yang sendiri atau bersama suami

berusaha untuk memperoleh penghasian.

Pada dasarnya peran utama wanita dalam keluarga adalah

berperan sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan

rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak, da sebagainya.

Hal ini merupakan suatu pekerjaan produktif yang secara tidak

langsung, menghasilkan pendapatan, karena pekerjaan itu

memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan

penghasilan secara langsung. Peran wanita berikutnya adalah

sebagai pencari nafkah pokok ataupun tambahan (Aswati, 2000).

b. Macam-macam bekerja

Ada dua macam bekerja :


a) Bekerja di dalam rumah adalah bekerja yang termasuk

melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan

rumah, dan mengurus anak.

b) Bekerja di luar rumah atau bekerja yang menghasilkan

keuntungan.

c. Faktor-faktor pendorong bekerja

Faktor pendorong atau alasan wanita bekerja didalam rumah :

1) Keinginan untuk fokus pada keluarga

2) Ada anggota keluarga yang membutuhkan perhatian karena

tidak dapat membagi antara keharusan bekerja dengan mengurus

keluarga

3) Penghasilan yang didapat cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga atau suami mampu membiayai keluarga

Faktor pendorong atau alasan wanita bekerja diluar rumah :

1) Kehilangan pendapatan atau penghasilan tidak mencukupi

kebutuhan keluarga

2) Takut ketidakpastian tentang masa depan

3) Kurang percaya diri untuk bekerja

4) Terlalu banyak kewajiban finansial

5) Takut ditertawakan

2. Tidak Bekerja

a. Pengertian
Tidak bekerja adalah melakukan kegiatan yang tidak menghasilkan

keutungan atau pengangguran.

b. Faktor yang mendorong wanita tidak bekerja

1) Ketakutan psikis atau mengalami depresi

2) Sakit atau mengalami ganggun jiwa

3) Kurang percaya diri terhadap kemampuan

4) Mendapat warisa atau undian berhadiah

(Sumarti, 2008)

3. ASI, Ibu Bekerja, dan Ibu Tidak Bekerja

Bekerja bukan alasan untuk memberikan ASI eksklusif. Ibu

bekerja tetap dapat memberikanASI eksklusif dengan cara memeras

ASInya sebelum ibu pergi bekerja. ASI yang diperas dapat bertahan

selama 24 jam didalam lemari es. Baik kualitas maupun kuantitas

ASI ibu bekerja tidak ada perbedaannya dengan ibu yang tidak

bekerja (Sumarti, 2008).

Seringkali ibu bekerja mengalami dilema antara ingin

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya atau memberikan susu

formula. Ibu-ibu bekerja lebih memilih untuk memberikan susu

formula kepada bayinya (Indiarti, 2007). Manfaat memeras ASI

sebagai berikut : Bayi tetap memperoleh ASI saat ibunya bekerja,

memberi minum bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bayi

sakit yang belum dapat menyusu langsung pada ibu karna terlalu
lemah, menghilangkan bendungan ASI, menghiangkan rembesan

atau penetesan ASI( Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja dengan

ibu yang tidak bekerja mempunyai perbedaaan yaitu pada ibu yang

bekerja, menyusui kegitan dan keaktifan lebih tinggi dan

mengutamakan keaktifan terhadap pekerjaannya dibanding untuk

mengurus rumah tangga, terutama dalam menyusui anak. Dengan

demikian ibu yang bekerja akan menyusui anaknya lebih pendek dari

pada ibu yang tidak bekerja. Di tempat kerja apabila disediakan

fasilitas untuk memberikan ASI maka ibu dapat memerah ASI dan

diberikan pada waktu itu, atau kalu memungkinkan memperbolehkan

karyawatinya untukmenyusui bayinya di kantor, kalau terjadi hal

seperti ini dan karyawati dapat berhasil menyusui bayinya secara

eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2001).

Pada kantor pemerintah, swasta dan tempet kerja lainnya

perlu menerapkan Tempat Kerja Sayang Ibu atau Bayi :

menyediakan ruang atau pojok laktasi, tempat penyimpanan ASI,

tempat penitipan anak (TPA) apabila memungkinkan (Depkes,

2002).

2.2 Kerangka Konsep


Pendidikan Kepatuhan
memberikan ASI
eksklusif pada
wanita bekerja
Informasi

Pengetahuan tentang
ASI eksklusif

Sosial
ekonomi
Kepatuhan
memberikan ASI
Pengalaman eksklusif pada
wanita tidak bekerja

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 1 : Kerangka Konsep Modifikasi dari Notoatmodjo (2003) dan

Baziad (2003)

2.3 Paradigma Penelitian


Derajat kesehatan di Indonesia saat ini masih

memprihatinkan, antara lain masih tingginya angka kematian ibu yaitu

307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita/anak 35

per 1000 kelahiran hidup. Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa di

banyak negara penyebab utama kematian pada bayi dan balita adalah

gangguan gizi dan infeksi. Salah satu faktor penyebab gangguan gizi

dan infeksi adalah disebabkan karena bayi tidak diberi ASI.

Bayi yang tidak diberi ASI secara Eksklusif akan berbeda

dengan bayi yang diberi ASI secara Eksklusif. Adapun faktor

pemberian ASI Eksklusif adalah kurangnya tingkat pengetahuan ibu

tentang ASI Eksklusif yang meliputi pendidikan, informasi, sosial,

ekonomi dan pengalaman, dan faktor tingkat kepatuhan ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif yaitu meliputi faktor predisposisi yaitu

pengetahuan,pendidikan, sosial ekonomi, faktor pendukung yaitu

fasilitas kesehatan, dan faktor pendorong meliputi psikologi dan

penyakit ibu.

Dengan demikian pentingnnya pengetahuan tentang ASI

Eksklusif bagi wanita yang bekerja dan tidak bekerja dengan cara

memberikan penyuluhan, menggali informasi untuk meningkatkan

derajat kesehatan yang lebih baik lagi.

2.4 Penelitian Terdahulu


1. Penelitian Sumarti (2008), yang berjudul “ Perbedaan Antara Ibu

Yang Bekerja dan Ibu yang Tidak Bekerja Dalam Pemberian ASI

Esklusif di Puskesmas Mergangsan tahun 2008”. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian deskriptif komparatif dengan

desain cross sectional. Teknik sampling adalah dengan accidental

sampling. Skala yang digunakan yang digunakan adalah skala

nominal. Data didapat dengan melalui daftar pertanyaan atau check

list untuk melakukan wawancara terstruktur. Hasil penelitian akan

dianalisis menggunakan teknik analisis univariat dan bivariat

dengan uji “t” test.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah terletak pada metode pendekatan waktu yaitu

cross sectional.

Perbedaaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu pada judul, sampel, tempat penelitian dan analisa

data yang digunakan.

2. Penelitian Rahayu Winarti (2008), yang berjudul “

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan

Kepatuhan Memberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 bulan di

Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta tahun 2008. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian non eksperimen deskriptif

dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah

ibu yang mempunyai bayi umur minimal enam bulan yang


berkunjung dipuskesmas Wirobrajan Yogyakarta tahun 2008. Uji

korelasi yang digunakan adalah menggunakan teknik product

moment. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah terletak pada metode pendekatan waktu

yaitu cross sectional.

Perbedaaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu pada judul, sampel, tempat penelitian dan analisa

data yang digunakan.

2.5 Hipotesis

1. Ada perbedaan tingkat pengetahuan memberikan ASI Eksklusif

wanita yang bekerja dengan wanita yang tidak bekerja di desa

Trimulyo kecamatan jetis I Kabupaten Bantul Tahun 2011.

2. Ada perbedaan tingkat kepatuhan memberikan ASI eksklusif wanita

yang bekerja dengan wanita yang tidak bekerja di desa Trimulyo

kecamatan jetis I Kabupaten Bantul Tahun 2011.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitian

yang observasinya dilakukan secara langsung dengan mengambil

sampel dari suatu populasi (Sugiyono, 2002). Dengan pendekatan

cross sectional yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan tingkat kepatuhan

memberikan ASI Eksklusif antara wanita bekerja dan tidak bekerja,

dengan cara mengumpulkan data sekaligus pada saat penelitian yang

diukur pada waktu yang bersamaan pada saat penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Trimulyo kecamatan jetis I

Kabupaten Bantul Tahun 2011.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni tahun 2011.

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2007).
2. Variabel independent (bebas)

Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat) (Sugiono, 2007). Variabel independent yang dipakai dalam

penelitian ini adalah status pekerjaan ( Wanita menyusui yang

bekerja dan tidak bekerja ).

3. Variabel dependent (terikat)

Variabel dependent yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007).

Variabel dependent yang dipakai dalam penelitian ini adalah

tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif dan tingkat kepatuhan

memberikan asi eksklusif.

3.4 Populasi dan sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

subyek/obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini populasi

yang diambil adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6

bulan yang tinggal di desa Trimulyo kecamatan jetis I sebanyak 99

bayi

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Jadi sampel yang

digunakan sebanyak 78 bayi dari 99 bayi dengan taraf kepercayaan

95% dan taraf kesalahan 5%.

Kreteria inklusi dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

a. Semua ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di desa

Trimulyo kecamatan jetis I Kabupaten pada bulan Juni 2011.

b. Bersedia menjadi responden.

c. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eklusi dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

a. Ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di desa

Trimulyo kecamatan jetis I Kabupaten Bantul Tahun 2011.

b. Tidak bersedia menjadi responden.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota

sampling yaitu pengambilan sampel secara quota dilaksanakan

dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quantum

atau jatah. Teknik sampling ini dilaksanakan dengan cara

menetapkan besar jumlah sampel yang diperlukan untuk

menetapkan quatum (jatah). Kemudian jumlah atau quantum itulah

yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang

diperlukan. Anggota populasi manapun yang akan diambil tidak

menjadi soal, yang penting jumlah quantum yang sudah ditetapkan

tidak menjadi soal (Notoatmodjo, 2005).


3.5 Definisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif merupakan

kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan tantang pemberian

ASI Eksklusif yang meliputi : pengertian, manfaat, unsur yang

terkandung dalam ASI, tanda bayi cukup ASI, teknik menyusui.

Variabel ini adalah variabel Interval, diukur menggunakan

kuisioner, penilaian hasil jawaban menggunakan kriteria sebagai

berikut :

a) Bila responden mampu menjawab soal dengan benar 76%-100%

= dikategorikan baik

b) Bila responden mampu menjawab soal dengan benar 56%-75%

= dikategorikan cukup

c) Bila responden mampu menjawab soal dengan benar <56% =

dikategorikan kurang. (Arikunto, 2010)

2. Kepatuhan pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan

adalah ketaatan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif saja kepada

bayinya tanpa tambahan makanan atau minumam lain sampai bayi

berumur 6 bulan. Variabel ini merupakan variabel nominal, diukur

menggunakan kuisioner, penilaian hasil jawabannya menggunakan

kriteria sebagai berikut :

a) Bila responden memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,

menjawab “ya”
b) Bila responden tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,

menjawab “tidak”

3. Wanita yang bekerja adalah wanita yang melaksanakan kegiatan

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan

penghasilan dalam bentuk uang ataupun barang, mengeluarkan

energi, dan mempunyai nilai waktu. Dalam pengertian initermasuk

istri yang sendiri atau bersama suami berusaha untuk memperoleh

penghasian.

4. Wanita yang tidak bekerja adalah wanita yang berperan sebai ibu

rumah tangga saja dan tidak mempunyai penghasilan.

3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Pengumpulan Data

a. Proses Pengumpulan Data

Dimulai dengan pengajuan judul proposal penelitian yang

dimulai pada bulan April 2011, kemudian berkonsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan. Kemudian seminar proposal

yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2011.

Data tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan

tingkat kepatuhan memberikan ASI Eksklusif diperoleh dari

pengambilan data primer yaitu melalui kisioner yang diberikan

kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang ada

di desa Trimulyo kecamatan jetis I pada bulan juni 2011.

b. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data yaitu

kuesioner.

1. Kuesioner

Kuesioner disusun berupa pertanyaan untuk

mendapatkan keterangan dari responden pengetahuan ibu

tentang ASI Eksklusif dan kepatuhan ibu memberikan ASI

Eksklusif . Bentuk kuesioner tertutup (closed ended) yaitu

pernyataan yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang benar (Arikunto,

2002). Jumlah pernyataan untuk pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif sebanyak 35 item dan jumlah pertanyaan untuk

kepatuhan memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 item. Setiap

pertanyaan disediakan dua jawaban alternative (jawaban benar

dan jawaban salah), menggunakan skala ordinal.

Tabel Kisi-Kisi Pertanyaan

N
Variabel Indikator No Item ∑ Item
o
1. Pengetahuan 1.Pengertian ASI 1,2,3,4,5,6,7,8,9 9
ibu tentang Eksklusif
ASI Eksklu 2. Manfaat ASI Eksklusif 10,11,12,13,14 5
sif
2. Unsur yang terkandung 15,16,17,18,19,20 6
dalam ASI
3. Tanda bayi cukup ASI 21,22,23,24 4
4. Tekni menyusui 25,26,27,28,29,30 6

2. Kepatuhan Pemberian ASI Eksklusif 1 1


ibu
memberikan
ASI
Eksklusif

Total 31

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih

dahulu kuesioner dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas

dan reabilitas kuesioner. Uji validitas dilakukan terhadap responden

yang mempunyai karakterisktik yang hampir sama dengan

responden penelitian yaitu ibu menyusui yang mempunyai bayi

usia 0-6 bulan sebanyak 20 orang.

a. Uji Validitas

Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti

melakukan langkah-langkah penyusunan instrumen, yakni

memecah variabel menjadi sub variabel dan merumuskan dalam

butir-butir pertanyaan, validitas dicapai dengan menyesuaikan

antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara

keseluruhan dan setiap instrumen mendukung tujuan instrumen


secara keseluruhan yaitu dapat mengungkap data dari variabel

yang dimaksud (Arikunto, 2010).

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus

formula korelasi “product moment” dari person yang akan

diproses melalui perangkat lunak SPSS 16.0.

N ( Σ XY )−( ΣXΣY )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi koreksi antara skor item dengan

skor total

∑xy = Jumlah perkalian skor item dan skor total

∑x = Jumlah skor item

∑x = Jumlah skor total

(∑x)2 = Kuadrat jumlah skor item

(∑y)2 = Kuadrat jumlah skor total

∑x2 = Jumlah kuadrat skor item

∑y2 = Jumlah kuadrat skor total

N = Jumlah responden

Untuk menentukan valid tidaknya tiap butir pertanyaan

akan dilakukan tes uji coba, kemudian dilakukan analisis

menggunakan rumus korelasi product moment.


b. Uji reliabilitas

Untuk memperoleh keakuratan setelah pertanyaan

dinyatakan valid semua, analisis dilanjutkan dengan uji

reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliable jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil,

hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain (Arikunto, 2006)

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Kuder

Richardson-20 ( Arikunto, 2010).

Rumus :

Γ
(k−1k )( )
V t−Σpq
11=
Vt

Keterangan :

r11 = Reabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

Vt = Varians total

p = Proporsi subyek yang menjawab betul pada butir soal

Uji reliabilitas dihitung menggunakan rumus Kuder

Richardson-20 dengan bantuan komputerisasi. Dari hasil uji

coba reliabilitas nantinya akan diperoleh nilai reliabilitas yang

menandakan kusioner ini reliabel atau tidak. Kemudian angka-

angka reliabilitas instrumen yang didapat dikonsultasikan

dengan r table, jika didapatkan r11 lebih dari atau sama dengan r

table maka instrumen tersebut handal dan apabila r 11 kurang dari

r table, maka instrumen tersebut dikatakan tidak handal

(Arikunto, 2002).
2. Analisis Data

a. Langkah-langkah Analisa

Pengolahan data meliputi tiga tahap yaitu penyunting

(editing), pengkodean (coding) dan tabulasi (tabulating) yang

dilakukan secara manual oleh penulis sendiri

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan.

2) Coding

Coding yaitu memberikan tanda atau kode untuk

memudahkan dalam mengumpulkan data pertanyaan tentang

pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan ketentuan :

 Benar = 1

 Salah = 0

Sedangkan untuk kepatuhan memberikan ASI Eksklusif

dengan ketentuan:

 Patuh bila memberikan ASI =1

 Tidak patuh bila tidak memberikan ASI =0

3) Scoring

Untuk menyimpulkan hasil dari kuesioner pengetahuan ibu

tentang ASI Eksklusif, nilai persentase yang diperoleh

dimasukkan kedalam rentang nilai (Arikunto, 2002) :

a) Dikatagorikan baik nilai 76-100%

b) Dikatagorikan cukup nilai 50-75%


c) Dikatagorikan kurang nilai < 50%

Untuk menyimpulkan kepatuhan ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif dapat dikategorikan dalam:

a) Patuh bila memberikan ASI =1

b) Tidak patuh bila tidak memberikan ASI =0

4) Tabulating

Hasil perhitungan komputer, selanjutnya dimasukkan dalam

tabel distribusi frekuensi yang lebih sederhana untuk

memudahkan dalam membaca dan melakukan analisa.

b. Analisa data

1. Variabel tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan

tingkat kepatuhan memberikan ASI Eksklusif

Setiap responden diukur tingkat pengetahuannya tentang ASI

Eksklusif dan kepatuhan menganalisis jawaban lalu dibuat

presentase menggunakan rumus :

x
Ρ= x 100 %
n

Keterangan :

P : Prosentase

X : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah selutuh item

Nilai prosentasi tang telah diperoleh dimasukkan dalam standar

kriteria obyek sebagai berikut :

a) Baik : Jika jawaban benar 76-100%

b) Cukup : Jika jawaban benar 50-75%


c) Kurang : Jika jawaban benar < 50%

Sedangkan untuk kepatuhan pemberian ASI Eksklusif

a) Bila responden memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,

menjawab “ya”

b) Bila responden tidak memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya, menjawab “tidak”

2. Uji Hipotesis Komparatif

Analisis statistik yang digunakan adalah uji t-test untuk mengetahui

perbedaan variabel yang diteliti, yaitu tingkat pengetahuan tentang

ASI Eksklusif dan tingkat kepatuhan memberikan ASI Eksklusif

pada dua sampel indevenden wanita bekerja dan tidak bekerja.

uji t-test dirumuskan sebagai berikut :

x 1−x 2
t=

√ ( )( √ )
2 2
s 1 s2 S1 S2
+ −2 Γ
n1 n2 √ n1 n2

Keterangan :

x 1 = Rata-rata sampel 1

x2 = Rata-rata sampel 2

S1 = Simpangan baku sampel 1

S2 = Simpangan baku sampel 2

S12 = Varians sampel 1

S22 = Varians sampel 2


r = Korelasi antara dua sampel

Untuk melihat adanya perbedaan hasil t hitung dibandingkan

dengan t tabel. Jika t hitung lebih kecil dari t tabel berarti ada

perbedaan pada dua sampel tersebut. Adanya pebedaan dapat dilihat

dari nilai signifikansi, karena menggunakan tingkat kepercayaan 95%,

maka nilai signifikan 0,05. Bila nilai signifikan < 0,05 maka hal ini

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, sebaiknya jika nilai

signifikan > 0,05, maka hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan

yang bermakna.

3.7 Etika Penelitian

1) Informed consent (Lembar persetujuan)

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang

diteliti, maka diperlukan alat pengumpulan data. Lembar

persetujuan (Informed consent) peneliti diberikan kepada

responden dengan tujuan agar subyek bersedia untuk diteliti, maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

2) Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden maka peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar angket.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden akan dijaga

oleh peneliti.
KUISIONER

Tujuan : Untuk memperoleh informasi perbedaan tingkat pengetahuan ibu

tentang ASI Eksklusif dan tingkat kepatuhan memberikan ASI Eksklusif

antara wanita bekerja dan tidak bekerja.

A. Petunjuk pengisian kuesioner


Isilah identitas ibu terlebih dahulu seb elum mengerjakan pertanyaan,

yang terdapat pilihan berikan tanda ( √ ) pada tempat yang tersedia.

5. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum menjawab

pertanyaan

6. Berilah tanda ( √ ) pada kolom benar atau salah pada pilihan jawaban

yang benar pada lembar pertanyaan.

B. Identitas

1. Identitas ibu

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan : SD :

SLTP :

SMA :

PT :

Pekerjaan : PNS :

Petani :

Swasta :

Pedagang :

Pengusaha :

Ibu rumah tangga :

Pendapatan < Rp.500.000;

Rp.500.000 – Rp.1.000.000
>Rp.1.000.000;

2. Identitas bayi

Tanggal lahir/umur :

Anak ke- :

Jenis kelamin :

Pertanyaan tentang pemberian ASI Eksklusif

1. Apakah ibu hanya memberikan ASI Eksklusif saja tanpa makanan

tambahan lainnya seperti susu formula, air putih, pisang bubur tim, dan

sebagainya pada bayi sejak umur 0 bulan sampai 6 bulan ?

a. Ya

b. Tidak
Pertanyaan tentang tingkat pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah

1. ASI Eksklusif adalah bayi diberi ASI saja tanpa makanan dan

minuman lain seperti air putih, susu formula, madu, pisang.

2. Pemberian ASI Eksklusif akan memenuhi kebutuhan awal abyi

untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian,

emosional, spiritual maupun sosial.

3. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia

6 bulan.

4. Pemberian ASI dapat melindungi dan mencegah terjadinya

penyakit diare.

5. Pemberian ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak.

6. Pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi kepandaian anak.

7. ASI merupakan makanan alamiah yang ideal untuk bayi

8. Pemberian ASI dapat memperlambat pertumbuhan otak bayi.

9. ASI merupakan makanan tunggal untuk memenuhi kebutuhan

bayi sampai usia 6 bulan.

10. Menyusui secara Eksklusif dapat mengurangi resiko terjadinya

kanker payudara dan kanker leher rahim.

11. Manfaat pemberian ASI bagi ibu adalah ekonomis, praktis, dan

hemat waktu.

12. Menyusui dapat merangsang pengembalian rahim ke ukuran

semula dan menghentikan perdarahan pada ibu setelah

melahirkan.

13. Pemberian ASI Eksklusif dapat menguntungkan negara karena


mengurangi pengeluaran negara.

14. Pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih

sayang.

15. ASI mengandung protein, laktosa, lemak, dan vitamin yang

menjamin pertumbuhan bayi.

16. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhnkan oleh bayi.

17. ASI mengandung antibodi yang mampu memberi perlindungan

terhadap infeksi dan alergi pada bayi.

18. ASI yang pertama keluar berwarna kuning disebut dengan

kolostrum.

19. Kolostrum tidak boleh diberikan kepada bayi karena mengandung

zat yang membahayakan bayi.

20. Sifat ASI adalah bersih, murni, hangat dan segar.

21. Tanda bayi melekat dengan benar adalah dagu menempel pada

payudara.

22. Jarak frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 7-8

kali/hari.

23. Tanda bayi cukup ASI adanya kenaikan berat badan >15-30

gram/hari.

24. Ibu yang bekerja tidak dapat memberikan ASI Eksklusif.

25. Jika puting susu lecet maka pemberian harus dihentikan.

26. Semakin sering menyusui maka semakin banyak ASI yang

diproduksi.

27. Jika payudara ibu kecil maka ASI yang keluar sedikit.

28. Puting susu yang lecet disebabkan teknik menyusui yang salah

29. Jika payudara bengkak maka ibu tidak perlu menyusui.

30. Payudara bengkak dapat diatasi dengan mengompres payudara


menggunakan air hangat selama 5 menit kemudian peras ASI

sampai payudara menjadi lunak.


KUNCI JAWABAN KUESIONER TENTANG KEPATUHAN

1. A. Ya

KUNCI JAWABAN KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN

1. B 11. B 21. B

2. B 12. B 22. S

3. B 13. B 23. B

4. B 14. B 24. S

5. B 15. B 25. S

6. S 16. B 26. B

7. B 17. B 27. S

8. S 18. B 28. B

9. B 19. S 29. S

10. B 20. B 30. B

You might also like