Professional Documents
Culture Documents
Laylatul
Laylatul
Perilaku hidup bersih dan sehatdi Desa Errabu Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep 2017
Laylatul Hasanah, Program Studi Kebidanan Universitas Wiraraja
e-mail: lely.volter9@gmail.com
ABSTRACT
Introduction : Broadly, definition of sanitation includes management, human waste, solid
waste and drainage. Sanitation is one significant challenge for government to reduce poverty in
Indonesia. Community based sanitation program is a program launched by government to
emphasize clean and healthy lifestyle for community. Sumenep regency is one of the regencies
received the benefits of this Community based sanitation program that implemented through the
construction of MCK plus in Errabu village.
Methods :This research is descriptive study using purposive sampling. Number of samples
in this study are 10 communities, those are1 chief of non-governmental group, 1 secretary of non-
governmental group, 1 treasurer of non-governmental group, and 7 community users of
community based sanitation facilities. Technique of collecting data uses an in-depth interview.
Results : The community users of community based sanitation facilities are only 20 families
or 23% of the targeted population which is 115 families. It is related to the behavior of the
community that has not changed.
Conclusion : Efforts to change the behavior of the community can be done by providing
knowledge and education through extension methods about clean and healthy life behavior.
27
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 28
sanitasi yang baik sehingga di harapkan kelompok swadaya masyarakat dan pengguna
masyarakat mampu memiliki kesadaran dalam sarana sanitasi berbasis masyarakat dengan
hidup bersih dan sehat. (EHRA, 2013). total 10 responden yakni 1 Ketua Kelompok
Pelaksanaan kegiatan program Sanimas Swadaya Masyarakat, 1 Sekretaris Kelompok
di Kabupaten Sumenep erat kaitannya dengan Swadaya Masyarakat, 1 Bendahara Kelompok
minimnya kepemilikan jamban pribadi yang di Swadaya Masyarakat, dan 7 Masyarakat
miliki oleh masyarakat. Berdasarkan hasil studi sasaran program sanitasi berbasi masyarakat
EHRA (environment Health Risk Assesment) (SANIMAS).
pada tahun 2013 ada 79,1% dari jumlah KK,
4% masih menggunakan MCK atau WC umum HASIL PENELITIAN
dan sisanya 16,9% masih buang air besar Dari hasil wawancara yang dilakukan
sembarangan (BABS) menggunakan WC kepada informan yakni ketua dan sekretaris
terbuka, sungai, pantai, kebun, pekarangan kelompok swadaya masyarakat di dapatkan
rumah sehingga dapat di simpulkan bahwa pernyataan bahwa hanya sedikit masyarakat
masyarakat yang memiliki saluran tinja rumah yang menggunakan sarana Sanimas.
tangga yang aman 37, 22% (99.060 KK), dan Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
saluran tinja rumah tangga yang tidak aman informan di dapatkan pernyataan sebagai
62,78% (167.088 KK). berikut :
Sebab diare adalah cemaran kotoran “.....Mun dari masyarakat sasaran Sanimas, se
manusia ber sumber dari pencemar ke dalam aobe ngangguy Sanimas Sakonik gun sekitar
mulut penderita utamanya virus, bakteri dan 20 KK.....”( (H, ketua KSM 45 tahun).)
patogen lainnya. Jalur pencemaran penderita “Hanya sebagian kecil masyarakat yang
yang paling sering ditemui ada 4 jalur yakni air, perilakunya berubah untuk menggunakan
tanah, lalat dan tangan. (Wagner & Lanoix, sarana Sanimas paling hanya sekitar 20 KK
1958). saja”. (H, ketua KSM 45 tahun).
Penyakit diare dapat di derita oleh “......Ye masyarakat paggun ngangguy somber,
semua usia, besaran kejadian diare dapat mun mandiyeh ben nyassa, ye bede keyah se
diindikasikan kurang memenuhinya sarana ngangguy sok-sok mun BAB......””(N, Sekretaris
sanitasi yang ada di masyarakat. Berdasarkan KSM 35 tahun)
hasil Studi EHRA (environment Health Risk “..........ya Masyarakat masih pake sumber mata
Assesment) di Kabupaten Sumenep tahun air kok, buat mandi dan cuci bahkan
2013 angka kejadian diare di Kabupaten masyarakat juga masih ada yang
Sumenep pada orang dewasa 69%, pada menggunakan aliran sungai untuk BAB.....”
remaja 14%, anak-anak 4%, dan balita 13%. (N, Sekretaris KSM 35 tahun)
Dusun Bara’ leke Desa Errabu Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
merupakan Desa sasaran program sanitasi informan di dapatkan bahwa masyarakat yang
berbasis masyarakat (Sanimas), berdasarkan menjadi sasaran program Sanimas sulit untuk
hasil survei sebelum di lakukan program merubah perilakunya hal ini disebabkan oleh
Sanimas 80% masyarakat menggunakan kebiasaan sedari kecil.
Kebun, sungai, kolam dan sawah,laut, 10% Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
Toilet yang langsung di salurkan ke lingkungan, informan di dapatkan pernyataan sebagai
dan 10% toilet dengan septicktank/pengolah air berikut :
limbah. “.....Deng sa kadeng nggangguy Sanimas..
kadeng ye ngangguy sok-sok, polanah deri
METODE PENELITIAN kenek la biasa ngangguy sok-sok....” (Y,
Penelitian ini menggunakan Masyarakat 40 tahun).
metodedeskriptif, Subyek dalam penelitian ini “.......Saya kadang-kadang mbak, pakek
diambil menggunakan teknikpurposive sanimas.. kadang juga masih pakek sungai
sampling yaitu teknik penentuan sampel buat BAB, soalnya dari kecil sudah biasa di
dengan pertimbangan tertentu sesuai sungai.........”
kebutuhan peneliti. Purposive sampling (Y, Masyarakat 40 tahun).
merupakan metode pengambilan sampel “.....A nyamanan ngangguy somber langsung,
dengan tidak acak dan digunakan dalam nyassa klambi lebbi berse & lekas, san misan
rangka penelitian deskriptif atau eksplanatorik bisa langsung mandih....””(K, Masyarakat 32
atau penelitian lapangan. (Kuntoro,2011). tahun.)
Besaran sampel untuk subyek penelitian ini
adalah ketua pelaksana, sekretaris, bendara,
29 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
“.....Enakan pakek sumber mata air langsung, merubah perilakunya, namun ada masyarakat
cuci baju lebih bersih dan cepat,sekalian bisa yang sebaliknya, yakni masyarakat yang tidak
langsung mandi.....”(K, Masyarakat 32 tahun.) merubah perilakunya, walaupun mereka dalam
“......Mun entar ka Sanimas, gun ngalak aeng kondisi yang sama. (Notoatmodjo, 2012).
gibeh mole ngesse’e gentong, mun mandih ben Individu sulit merubah perilakunya
nyassa paggun e somber......”(B, Masyarakat berkaitan dengan beberapa faktor,
52 tahun). penyebabnya dapat didasarkan pada pendapat
“.......Saya kalau ke Sanimas,paling Cuma tentang kebiasaan hidup bersih sehat
ambil air dikran buat di bawa pulang kerumah, tergantung pada stimulussaat berkomunikasi
isi tong air, kalo mandi & cuci tetap di pada individu, untuk bertindak (bersikap), serta
sumber.........” adanya dorongan dan lingkungan yang memiliki
(B, Masyarakat 52 tahun). efek dari stimulus sehingga individu tersebut
“.........perna eberrik ceramah mun mandi, berubah perilakunya. (Notoatmodjo, 2012).
nyassa, a nge-nge’ soro neng Sanimas beih, Hal ini selaras dengan penelitian
tak olle neng somber, keng gi paggun Ibrahim Surotinojo (2009) bahwa budaya
anyamanan neng somber, alekasa.......”(A, masyarakat bertempat tinggal di tepi laut pantai
Masyarakat 37 tahun) dapat menyebabkan ketidakmauan masyarakat
“.......pernah di berikan penyuluhan bahwa untuk menggunakan dan memelihara sarana
kalau mau mandi, cuci, buang air besar di sanitasi. Masyarakat merasa enak jika
suruh di Sanimas saja, tidak boleh di sumber menggunakan tempat terbuka seperti laut dan
mata air langsung, tapi ya lebih enak di sumber pekarangan.
mata air langsung.. lebih cepat....” (A, Serta penelitian terdahulu yang
Masyarakat 37 tahun) dilakukan oleh Dedy Hermawan
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada (2012)Kurangnya pengetahuan masyarakat
informan di dapatkan bahwa masyarakat yang tentang program SANIMAS ada kaitannya
menjadi sasaran program Sanimas tidak mau dengan minimnya pendidikan dan informasi
menggunakan sarana Sanimas karena sehingga masyarakat tidak yakindengan
terkadang sarana Sanimas kotor serta ada sisa kegunaanyang diperoleh dari sarana tersebut.
kotoran dari pemakai sebelumnya. Penelitian terdahulu serupa juga di
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan lakukan oleh Leonardo Rio Wibowo dan
informan di dapatkan pernyataan sebagai Widjonarko (2014) Masyarakat merasa tidak
berikut : memiliki sarana sanitasi yang sudah di bangun
“.......kadeng bejik se ngangguyeh sanimas, karena masyarakat juga tidak memiliki andil di
polanah kadeng bedeh eeknya di edelem, tak e dalam pembangunan serta pengelolaannya.
seram....” (T, Masyarakat 40 tahun) Rasa memiliki serta keikut sertaan
“... terkadang jijik yang mau menggunakan masyarakat dalam mengelola sarana tersebut
sarana Sanima, soalnya ada sisa kotoran yang di anggap bukan urusan masyarakat tapi
tidak disiram oleh masyarakat yang adalah urusan pemerintah, hal ini yang menjadi
menggunakan sebelumnya....” (T, Masyarakat sebab terjadinya sarana tidak di gunakan
40 tahun) secara maksimal.
PEMBAHASAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, Simpulan dari penelitian ini bahwa
menunjukkan bahwa di Dusun Bara’leke Desa penggunaan sarana Sanitasi berbasis
Errabu dari sebanyak 115 KK masyarakat yang masyarakat masih minim karena kurangnya
menjadi sasaran program Sanimas hanya kesadaran masyarakat tentang perilaku sehat
sekitar 20 KK yang menggunakan sarana dan bersih. Kurangya kesadaran pengaruhi
Sanimas tersebut. Penggunaan sarana oleh kurangnya partisipasi masyarakat dalam
Sanimas ini berkaitan dengan perilaku memelihara atau menjaga sarana Sanimas
masyarakat yang terbiasa menggunakan karena masyarakat merasa tidak memiliki
sumber mata air terbuka sebagai sarana Mandi, sarana tersebut.
Cuci, Kakus (MCK).
Penelitian ini selaras dengan teori yang SARAN
mengatakan bahwa program pembangunan Melakukan kerjasama dengan dinas
yang di lakukan untuk masyarakat yang terjadi terkait (Dinas Kesehatan) untuk memberikan
ada masyarakat yang gampang menerima ada promosi atau penyuluhan mengenai PHBS
juga yang tidak sehingga dengan cepat dapat dengan melakukan kolaborasi dan
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 30