Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Menghilangkan Sterotif PKn Sebagai Mata Pelajaran yang

Membosankan dan Tidak Diminati Melalui Pembelajaran Kreatif


dan Inovatif Berbasis Metode yang Variatif.

Oleh : Yayan, S.Pd.

“Sejatinya PKn adalah mata pelajaran yang esensial


dalam pendidikan formal karena PKn dapat
menumbuhkan kompetensi kewarganegaraan yang
komprehensip pada diri anak didik , yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skill), dan watak kepribadian
kewarganegaraan (civic disposition) sehingga tercipta
partisipasi yang bermutu dan bertanggungjawab dari
warga negara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik di tingkat lokal,
nasional maupun internasional”.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan nasional


adalah membentuk manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi tinggi dalam
berbagai aspek kehidupan. Untuk mengakomodasi tujuan pendidikan nasional
tersebut, dibuatlah muatan-muatan wajib dalam kurikulum pendidikan formal.
Salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan formal tersebut, baik di
tingkat pendidikan dasar maupun pendidikan menengah adalah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
Sebagai salah satu muatan wajib pendidikan formal atau program
kurikuler di persekolahan, PKn memfokuskan diri pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk
menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter seperti yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, sejatinya PKn menjadi salah satu mata pelajaran yang
diminati karena tujuannya begitu mulia, yakni ingin menjadikan anak didik
sebagai manusia Indonesia yang berkualitas dalam berbagi aspek kehidupan.
Namun, pada realitanya di lapangan, ternyata sampai saat ini masih terdapat kesan
bahwa mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang tidak menarik,
membosankan dan rendahanya motivasi belajar siswa. Wahab (2001: 46)
mengemukakan kesan itu sebagai berikut:
...sudah cukup lama kita mengetahui bahwa PKn adalah pelajaran yang
membosankan bahkan cenderung “tidak disukai” siswa karena materi dan
metodenya memang tidak menantang siswa secara intelektual, disamping amat
syarat dengan pesan-pesan ideologis rezim yang berkuasa yang memang belum
sesuai dengan kebutuhan ataupun tingkat perkembangan anak.

Pendapat Wahab mengindikasikan bahwa PKn dianggap sebagai mata


pelajaran yang tidak menarik bahkan cenderung tidak disenangi siswa.
Berdasarkan penelaahan terhadap data sekunder dan hasil penelitian penulis di
lapangan, kondisi PKn yang demikian disebabkan oleh dua faktor utama. Faktor
pertama adalah banyak guru PKn yang kurang dapat memanfaatkan media
pengajaran untuk dapat mempermudah menyampaikan materi. Guru PKn sudah
merasa cukup hanya dengan menggunakan buku pegangan guru (BPG) dan buku
teks siswa (BTS), sehingga dalam pembelajaran PKn di Kelas, siswa kurang
antusias atau kurang tertarik melaksanakan pembelajaran.
Berbeda sekali ketika siswa belajar mata pelajaran eksak, seperti
Matematika, Kimia, ataupun Biologi. Biasanya mereka memperlihatkan
ketertarikan dan rasa antusias yang besar dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran eksak, guru dalam menyampaikan materi banyak
mempergunakan media pengajaran, seperti alat peraga, bagan, gambar, poster,
slide, film, video dan lain sebagainya. Sehingga pelajaran eksak lebih menarik dan
tidak membosankan.
Penyebab kedua adalah metode yang dipakai kurang bervariasi. Jadi,
pembelajaran semata-mata merupakan komunikasi verbal melalui kata-kata oleh
guru saja (metode ceramah). Padahal apabila dalam proses pembelajaran PKn
guru menggunakan metode dan media yang bervariasi akan memperjelas
penyajian pesan yang terdapat dalam materi PKn, sehingga tidak terlalu bersifat
verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Penggunaan model
dan metode pengajaran yang tepat akan menghasilkan proses pembelajaran yang
berkulaitas.
Kondisi Pkn yang demikian dirasakan pula di SMK Pariwisata PGRI
Majalengka (tempat penulis mengajar). Saat pertama masuk kelas siswa baru atau
tatap muka pertama dengan siswa kelas X, penulis mencoba melakukan
wawancara langsung di setiap kelas mengenai kesan mereka terhadap mata
pelajaran PKn selama di SMP, hasilnya ternyata sungguh mengejutkan, hampir 95
% siswa mengatakan bahwa mata pelajaran PKn itu mebosankan dan tidak
diminati.
Berdasarkan hasil tanya jawab tersebut, penulis merasa tergugah untuk
mengubah sterotif yang selama ini melekat pada mata pelajaran PKn sebagai mata
pelajaran mebosankan dan tidak diminati dengan menerpakan pembelajaran yang
inovatif dan kreatif melalui penggunaan media dan metode yang bervariasi,
diantaranya Student Investigation and Pesawat Landing, Time Attack Puzzle,
Word Squre Plus dan lainya. misalnya, saat meriview materi, penulis menerapkan
metode Word Squre Plus, metode ini tidak diterapkan apa adanya akan tetapi
diberi modifikasi dalam teknis pelaksanaannya. Adapun teknis metode tersebut
sebagai berikut:
Pertama, Menyiapkan alat dan bahan, yang terdiri dari: satu lembar
pertanyaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran atau
SK/KD materi, satu lembar word square berisis jawaban dari pertanyaan yang
sudah dibuat, ditutup dengan kertas bertuliskan kalimat instruksi (misalnya
“Temukan dan Tandailah Aku”) yang akan di tempel di board, sejumlah kertas
berisi nomor undian yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah pertanyaan, dan
satu buah spidol serta penghapus board untuk mencatat skor.
Kedua, Meminta tiga orang siswa untuk menjadi operator bersama guru di
depan kelas. Satu orang sebagai pembaca soal, satu orang siswa sebagai timer,
dan satu orang siswa sebagai pencatat skor.
Ketiga, kelas dibagi ke dalam 4 kelompok besar secara heterogen. Setiap
kelompok mendapat dua jenis point secara otomatis. Point pertama diberi nama
nilai awal dan jumlah point disesuaikan dengan KKM mata pelajaran (Misalnya
70). Point kedua diberi nama nilai hibah, point ini diberikan secara cuma-cuma
oleh guru kepada semua kelompok sebagai apresiasi kepada siswa karena mau
ikut bermain game, kisarannya 2-5. Tujuan pemberian dua point ini adalah untuk
menghindari kelompok yang tidak bersaing secara maksimal, jadi walau nanti saat
mereka bermain tidak dapat nilai game sekalipun, sekurang-kurangnya mereka
dapat nilai lolos KKM bahkan lebih.
Keempat, Setiap kelompok diberi selembar kertas kosong untuk tempat
menulis jawaban. Semua anggota kelompok berada di bagaian belakang kelas.
Setelah semua kelompok siap, pertanyaan dibacakan oleh petugas dan setiap
kelompok berlomba menjawab pertanyan tersebut. Jawaban tidak diucapkan,
melainkan ditulis di kertas yang sudah dibagikan guru. Kelompok yang sudah
selesai menulis jawaban, berlari secepat mungkin menyerahkannya kepada guru
untuk dikoreksi. Jika jawabannya benar, maka kelompok tersebut mendapat point
satu dan diberikan kesempatan masuk babak kedua, yaitu mencari dan menandai
jawaban tadi di kertas word square yang sudah di tempel di board dalam keadaan
tertutup. Waktunya dibatasi timer. misalnya 15 detik. Jika jawaban ditemukan
maka point bertambah satu, jadi dua (point penuh). Saat siswa mencari jawaban
untuk ditandai, anggota kelompok yang lain memberikan suport dengan
meneriakan yel-yel konstruktif. Sedangkan lawan kelompok, diperbolehkan
menerikan yel-yel yang bisa menggangu kosentrasi siswa yang sedang mencari
jawaban. Apabila jawaban tidak ditemukan, maka kesempatan diperebutkan
kembali oleh setiap kelompok dengan berlomba menjawab pertanyan dadakan
mengenai pengetahuan umum tentang PKn (misalnya pertanyaan tentang hari
nasional).
Kelima, mengenai Pertanyaan dadakan, jika jawaban benar kelompok
tidak diberi nilai, akan tetapi hanya diberi kesempatan mencari dan menandai
jawaban yang belum ditemukan tersebut. Nilai diberikan apabila jawaban berhasil
ditemukan dan ditandai dalam jangka waktu yang ditentukan timer.
Keenam, semua skor nilai game dicatat secara otomatis di papan tulis oleh
petugas. Demikian seterusnya metode tersebut dilaksanakan hingga semua
pertanyan berhasil dijawab siswa.
Melalui menerapkan metode kreatif dan inovatif seperti di atas, ternyata
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pada akhirnya
mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Terlebih di
bulan Ramadhan seperti sekarang, metode seperti itu dapat membangkitkan gairah
belajar dan menghilangkan rasa ngantuk dan jenuh yang biasa dialami siswa saat
berpuasa. Selain itu, sterotif siswa terhadap mata pelajaran Pkn dapat dihilangkan.
Bahkan Pkn tidak hanya menjadi sejajar dengan mata pelajaran lain, akan tetapi
menjadi salah satu mata pelajaran favorit di tempat penulis mengajar.

Penulis adalah Alumni Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang lulus dengan predikat Cum Laude
dan pernah menjadi jura lomba karya tulis ilmiah mahasiswa (LKTM). Sekarang
penulis menjadi salah satu staf pengajar (Mata Pelajaran PKn) di SMK
Pariwisata PGRI Majalengka.
Berikut ini identitas lebih lanjut tentang penulis :
Nama : Yayan S.Pd
Alamat : Jl Kiara Agung No. 57 RT 08/ RW 04, Desa Cibunut
Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka.
No.Hp :02339118311/087723513783

You might also like