Sejarah Alquran

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 14

SEJARAH ALQURAN, HIKMAH, dan KANDUNGANNYA

A. SEJARAH ALQURAN, HIKMAH, dan KANDUNGANNYA


1. Sejarah AlQuran
Al Quran sebagai mukjizat terbesar Rasulullah SAW yang tetap lestari sampai akhir
zaman. Setiap muslim membaca dan mempelajarinya, bahkan non muslim pun
banyak yang mempelajari sampai akhirnya mendapat hidayah masuk Islam.
Bagaimana sejarah singkatnya? Kami hadirkan berikut ini yang disarikan dari Al
Quran dan Terjemah Departemen Agama RI tahun 1992 cetakan Semarang.
Arti kata Quran dan apa yang dimaksud dengan Al Quran
“Quran” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al-
Salih berarti “bacaan” asal katanya adalah qara-a. Kata Al Quran itu
berbentuk masdar dengan arti isim maf’ulyaitu maqru (dibaca). Di dalam Al Quran
sendiri ada pemakaian kata “quran” dalam arti bacaan seperti dalam ayat 17, 18,
surah Al-Qiyamah:
ُ‫ فَِإ َذا قَ َرْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآنَه‬ ُ‫ِإنَّ َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُ ْرآنَه‬
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya.”
Kemudian dipakai kata “quran” itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini.
Adapun definisi Al Quran ialah: “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di mushaf
dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”
Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi
Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Quran seperti Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa as, atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Demikian pula kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak
dianggap sebagai ibadah, seperti hadis qudsi, tidak pula dinamakan Al Quran.

Cara-Cara Al Quran Diwahyukan


Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam
cara dan keadaan, di antaranya:
1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi SAW tidak
melihat sesuatu apa pun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam
1
kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: “Ruhul Qudus mewahyukan ke
dalam kalbuku.” (Lihat surat Asy-Syuura ayat 51).
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang
mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar
akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat
berat dirasakan Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat,
meskipun turunnya wahyu itu di musim yang sangat dingin. Kadang-kadang unta
beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun
ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: “Aku
adalah penulis yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku melihat Rasulullah ketika
turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan
keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya
wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa.”
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki
seperti keadaan nomor dua, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini
tersebut dalam Al-Quran surat An-Najm ayat 13 dan 14.
ِ ‫ ِع ْن َد‬ ‫َولَقَ ْد َرآهُ نَ ْزلَةً ُأ ْخ َر ٰى‬
‫س ْد َر ِة ا ْل ُم ْنتَ َه ٰى‬
 “Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia
berada) di Sidratulmuntaha.”

Ayat-Ayat Makkiyah dan Ayat-Ayat Madaniyyah


Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al-Quran itu dibagi atas dua golongan. Ayat-
ayat yang diturunkan di Mekkah atau sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke
Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah. Adapun ayat-ayat yang diturunkan di
Madinah atau sesudah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat
Madaniyyah. Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al-Quran terdiri atas 86
surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al-Quran terdiri atas 28
surat. Perbedaan ayat-ayat Makkiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:
1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyah
panjang-panjang. Surat Madaniyah yang merupakan 11/30 dari isi Al-Quran
ayatnya berjumlah 1.456, sedang surat Makkiyah yang merupakan 19/30 dari isi
Al-Quran jumlah ayatnya 4.780 ayat. Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali surat
2
Mumtahanah, ayat-ayatnya berjumlah 137. Sedang juz 29 ialah Makkiyyah kecuali
surat Ad-Dahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al-Anfal dan surat Asy-Syura
masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan
bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makkiyyah dengan ayatnya yang
berjumlah 227.
2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan “yaa ayyuhalladzina aamanu”
dan sedikit sekali terdapat perkataan “yaa ayyuhannnas” sedang dalam surat-surat
Makkiyah adalah sebaliknya.
3. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan
dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat terdahulu yang
mengandung pengajaran dan budi pekerti. Sedang Madaniyyah mengandung
hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketatanegaraan,
hukum perang, hukum internasional, hukum antar agama dan lain-lain.

Nama-Nama Al Quran
Allah memberi nama kitab-Nya dengan Al Quran yang berarti “bacaan.” Arti ini dapat
kita lihat dalam surat Al-Qiyamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di atas.
Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat Al-Isra ayat 88; surat Al-
Baqarah ayat 85; surat Al-Hijr ayat 87; surat Thaha ayat 2; surat An-Naml ayat 6;
surat Al-Ahqaf ayat 29; surat Al-Waqiah ayat 77; surat Al-Hasyr ayat 21 dan surat
Ad-Dahr ayat 23. Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Quran itu dipakai sebagai
nama bagi kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain Al Quran, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya ini seperti:
1. Al-Kitab atau Kitabullah: merupakan sinonim dari perkataan Al Quran
sebagaimana tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 2 yang artinya: “Kitab (Al-
Quran) ini tidak ada keraguan padanya….” Lihat pula surat Al-An’am ayat 114.
2. Al-Furqan: “Al-Furqan” artinya “pembeda.” Membedakan yang benar dan yang
batil, seperti disebut dalam surat Al-Furqan ayat 1 yang artinya: “Maha Agung
(Allah) yang telah menurunkan Al-Furqan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi
peringatan kepada seluruh alam.”
3. Adz-Dzikir: Artinya “peringatan” sebagaimana yang tersebut dalam
surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya: “Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Adz-

3
Dzikir dan sesungguhnya kami lah penjaganya.” (Lihat pula surat An-Nahl ayat
44).
Selain nama-nama itu, ada lagi beberapa nama Al Quran. Imam As Suyuthi dalam
kitabnya Al-Itqan, menyebutkan nama-nama Al-Quran, di antaranya: Al-Mubin, Al-
Karim, Al-Kalam, An-Nur.

Surat-Surat dalam Al Quran


Jumlah surat yang terdapat dalam Al-Quran ada 114 surat; nama-namanya dan batas-
batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan
dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (taufiqi).
Sebagian dari surat-surat Al-Quran mempunyai satu nama dan sebagian yang lain
mempunyai lebih dari satu namaSurat-surat yang ada dalam Al-Quran ditinjau dari
segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Assab’uth Thiwal, tujuh surat yang panjang. Yaitu: Al-Baqarah, Ali Imran, An-
Nisa, Al-A’raf, Al-An’aam, Al-Maidah dan Yunus.
2. Al-Miuun, surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud, Yusuf,
Mukmin dsb.
3. Al-Matsaani, surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: Al-
Anfaal, Al-Hijr dsb.
4. Al-Mufashshal, surat-surat pendek, seperti yang terdapat dalam juz 30.

Huruf-Huruf Hijaiyah pada Permulaan Surat


Di dalam Al-Quran terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaiyyah yaitu
pada surat-surat: Al-Baqarah, Ali Imran, Al-A’raf, Yunus, Yusuf, Ar-Ra’d, Ibrahim,
Al-Hijr, Maryam, Thaha, Asy-Syura, An-Naml, Al-Qashas, Al-Ankabut, Ar-Rum,
Lukman, As-Sajdah, Yasin, Shad, Al-Mu’min, Fushshilat, Asy-Syura, Az-Zukhruf,
Ad-Dukhan, Al-Jatsiyah, Al-Ahqaf, Qaf dan Al-Qalam (Nun).
Huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas,
dinamakan “fawaatihush shuwar” artinya pembukaan surat-surat. Banyak pendapat
dikemukakan oleh para ulama tafsir tentang arti dan maksud huruf-huruf hijaiyah itu.

4
Pembagian Al Quran
Sejak zaman sahabat Nabi, telah ada pembagian Al Quran menjadi ½, 1/3, 1/5, 1/7,
1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya untuk hafalan dan amalan dalam tiap-
tiap sehari semalam atau di dalam salat, dan tidak ditulis di dalam Al Quran atau di
pinggirnya. Barulah pada masa Al-Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi diadakan penulisan di
dalam atau di pinggir Al Quran dan ditambah dengan istilah-istilah baru.
Salah satu cara pembagian Al Quran itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat, dan
60 hizb. Tiap-tiap satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya dan tiap-tiap hizb
ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan hizb pertama, kedua, dan seterusnya.
Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4.
Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli-ahli qiraat Mesir, dan atas dasar itu pula
lah pencetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Quran semenjak tahun
1337 Hijrah sampai sekarang di bawah pengawasan para guru besar Al-Azhar.
Al Quran terdiri dari 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri atas 554 ruku’. Surat
yang panjang berisi beberapa ruku’, sedangkan surat yang pendek berisi satu ruku’.
Tiap-tiap satu ruku; diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf ‫ع‬.
Al Quran yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas,
seperti cetakan Cirebon dan lain-lainnya.
Adapun pertengahan Al Quran (Nisfhul Quran), terdapat pada surat Al-Kahf ayat 19
ْ َّ‫( َو ْليَتَلَط‬walyatalathaf).
pada lafaz ‫ف‬

2. Hikmah AlQuran
Alquran diturunkan secara berangsur-angsur selama kurun waktu 23 tahun, dimulai
sejak Rasulullah SAW mendapat wahyu pertama di usia 40 tahun hingga Rasul
meninggal di usia 63 tahun. Menurut Imam as-Suyuthi, dalam //al-Itqan fi Ulum
Alquran,// Allah SWT menurunkan wahyu-Nya kepada Rasulullah secara periodik.
Alquran turun selama Rasul berada di Makkah 13 tahun dan saat tinggal di Madinah
10 tahun. Turunnya Alquran secara berjenjang dan tidak serta merta itu bukan tanpa
alasan. Ada beberapa  hikmah di balik periodesasi turunnya wahyu. Imam as-Suyuthi
menyebutkan di antaranya sebagai berikut:
1. Penguatan hati Rasulullah SAW atas ejekan kafir Quraisy terhadap Alquran
2. Bantahan atas tudingan kaum kafir. Beberapa ayat Alquran diturunkan khusus
membantah tudingan mereka
5
3. Memudahkan hafalan untuk Rasulullah
4. Periodesasi pemberlakuan syariat Allah secara berjenjang. Ayat-ayat syariat turun
secara gradual agar tatanan masyarakat lebih mapan
5. Bukti kemukjizatan Alquran yang argumentative

3. Kandungan Al Quran
Al-Qur'an adalah kitab suci terakhir yang lengkap dan sempurna. Pokok-pokok atau
prinsip-prinsip ajaran dari kitab-kitab terdahulu dijelaskan juga dalam Al-Qur'an. Hal
itu sesuai dengan kenyataan bahwa Islam merupakan puncak kesempurnaan agama
Allah yang diwahyukan kepada para nabi-Nya. Ajaran-ajarannya yang begitu luas
ditunjukan kepada umat manusia dalam segala peri kehidupan. Hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya lengkap selaras dengan rasio, tuntutan hati nurani manusia
kapan dan dimana saja mereka berada, serta menjadi rahmat bagi alam semesta
(rahmatan li al-'alamin). Pokok kandungan Al-Qur'an secara garis besar, meliputi
akidah, ibadah dan muamalah, akhlak, hukum, kisah umat terdahulu, serta isyarat
pengembangan pengetahuan dan teknologi.
a. Akidah
Kandungan Al-Qur'an yang terpenting adalah akidah, yang biasa disebut ushul ad-
din (pokok-pokok agama). Hal itu tidak berarti persoalan-persoalan lain dalam al-
Qur'an dianggap tidak penting. Akidah sendiri tidaklah cukup apabila tidak disertai
dengan aspek lain. Akidah merupakan fondasi yang kukuh, diatasnya ditegakkan
bangunan syariat. Jika akidah dianggap sebagai fondasi, syariat adalah
bangunannya. Jika akidah dipandang sebagai batang, syariat adalah cabang dan
rantingnya. Dengan demikian, tidak berarti keberadaan syariat tanpa adanya
akidah. Atas dasarprinsip itu, dapat dikatakan bahwa syariat tidak akan mampu
memantulkan cahayanya tanpa berada dalam naungan akidah. Akidah adalah
keyakinan atau kepercayaan. Akidah Islam merupakan suatu kepercayaan yang
diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim. Dalam Islam,
akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati
seorang muslim. Akan tetapi, akidah atau kepercayaan yang diyakini seorang
muslim itu harus dimanifestasikan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai
orang beriman. Ia harus mampu mewujudkan keimanannya dalam amal perbuatan

6
yang baik (amal saleh) dan tingkah laku yang terpuji (al-akhlaq al-karimah) seperti
yang diajarkan Allah swt.
b. Ibadah dan Muamalah
Kandungan penting kedua Al-Qur'an adalah ibadah dan muamalah. Menurut Al-
Qur'an , tujuan utama dari pencipta jindan manusia di muka bumi adalah agar
mereka beribah kepada Allah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga
sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan berbagai
kegiatan dan hubungan atau komunikasi. Komunikasi dengan Allah disebut
Habluminallah, sepergi shalat, membayar zakat, dan ibadah lainnya. Hubungan
manusia dengan manusia disebut habluminannas, seperti silaturahmi, jual beli,
transaksi dagang dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti
itu disebut muamalah. Terutama, jika kita memahami fungsi ibadah, seperti shalat.
Shalat berfungsi untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar. Selain ikhlas
melaksanakan semua perintah Allah, orang yang bertaqwa juga harus rela
menjauhkan diri hal-hal yang dilarangnya.
c. Akhlaq
Akhlaq, yang dalam bahasa indonesia dikenal sebagai istilah etika atau moral,
merupakan salah satu kandungan Al-Quran yang sangat mendasar, urgensi ajaran
akhlak. Mengingat diantara tujuan utama dari keRasulan Muhammad saw. adalah
untuk menyempurnakan akhlak, tepatlah jika didalam Al Quran kita jumpai
sejumlah ayat yang mengatur masalah akhlak. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sumber akhlak yang paling utama dalam islam adalah Al-Quran. Aisyah Ra
ketika ditanya salah seorang sahabat tentang akhlak Rasulullah saw. dengan tegas
ia menjawab bahwa (Sumber) akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Quran.
Akhlak, disamping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia juga
menjadi barometer bagi kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Nabi
Muhammad saw. berhasil melakukan tugasnya menyampaikan risalah islamiyah,
antara lain disebabkan memiliki komitmen yang tinggi dalam akhlak.
d. Hukum
Telah ada kesepakatan dikalangan umat Islam bahwa suber hukum yang pertama
dalam islam adalah Al-Quran. Al-Quran memuat sejumlah ketentuan hukum dan
sekaligus juga menyinggung kaidah-kaidah umum pembentukannya. Tujuannya
adalah terwujudnya tata kehidupan yang aman, damai, sejahtera, bahagia, adil dan
7
makmur serta selamat di dunia dan akhirat. Secara garis besar, Al-Quran mengatur
beberapa ketentuan tentang hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian,
hukum perdata dan pidana, prinsip disiplin dan musyawarah, hukum-hukum
perang, serta hukum hubungan antar bangsa (International). Dibawa ini beberapa
ayat yang berkenaan dengan hukum-hukum tertentu:
Hukum perkawinan disebutkan dalam alquran, antara lain Surah Al-Baqarah ayat
221; Al-Maidah ayat 5; An-Nisa ayat 22 23 24; An-Nur ayat 2; Al-Mumtahana
ayat 10-11
Hukum waris disebutkan dalam Al-Quran, antara lain Surah An-nisa ayat 7-12 dan
176; Al-Baqarah ayat 180; Al-Maidah ayat 106.
Hukum perjanjian disebutkan dalam Al-Quran, antara lain Surah Al-Baqarah ayat
279,280, dan 282; Al-An-Fal ayat 56 dan 58; At-Taubah ayat 4.
Hukum pidana disebutkan dalam Al-Quran, antara lain Surah Al-Baqarah ayat 178;
An-Nisa ayat 92-93; Al-maidah ayat 38; Yunus ayat 27; Al-Isra ayat 33; Asy-
Syuarah ayat 40.
Prinsip musyawarah disebutkan dalam Al-Quran antara lain Surah Al-Imaran ayat
159 dan Asy-Syurah ayat 38.
Hukum perang disebutkan dalam Al-Quran, antara lain Surah Al-baqarah ayat 190-
193; Al-Anfal ayat 39 dan 41, At-Taubah ayat 5, 29, 123; Al-Hajj ayat 39 dan 40.
Hukum antara bangsa disebutkan dalam Al-Quran, antara lain Surah Hujurat ayat
13.
e. Kisah-Kisah Ummat Terdahulu
Kisah merupakan kandungan lain dalam alquran. Al-Quran menaruh perhatian
terhadapat kisah yang ada didalamnya. Bahkan, di dalamnya terdapat satu surah
yang dinamakan surat Al-Qasas. Bukti yang lain, hampir semua surah dalam
alquran memuat tentang kisah.
f. Isyarat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Dalam alquran banyak ditemukan dorongan untuk mengetahui ilmu pengetahuan
dan teknologi demi kesejahteraan ummat manusia. Bahkan, ayat alquran yang
pertama turun pun, mengisyaratkan pentingnya strategi memperoleh ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan cara membaca alam ciptaan Tuhan.
Alquran banyak mengimbau manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi
8
Daftar Nama Surah Alquran dan Jumlah Ayatnya
NOMOR SURAH NAMA SURAH JUMLAH AYAT
1 Surat Al-Fatihah 7
2 Surat Al-Baqarah 286
3 Surah Al-i'Imran 200
4 Surah An-Nisaa 176
5 Surat Al-Maidah 120
6 Surat Al-An'am 165
7 Surat Al-A'raf 206
8 Surat Al-Anfal 75
9 Surah At-Tauba 129
10 Surah Yunus 109
11 Surah Hud 123
12 Surah Yusuf 111
13 Surah Ar-Ra'd 43
14 Surah Ibrahim 52
15 Surat Al-Hijr 99
16 Surah An-Nahl 128
17 Surat Al-Isra 111
18 Surat Al-Kahfi 110
19 Surah Maryam 98
20 Surah Ta-ha 135
21 Surat Al-Anbiyaa 112
22 Surat Al-Hajj 78
23 Surat Al-Muminun 118
24 Surah An-Nur 64
25 Surat Al-Furqan 77
26 Surah Ash-Shu'araa 227
27 Surat An-Naml 93
28 Surat Al-Qashash 88
29 Surah Al-Ankabut 69

9
30 Surah Ar-Rum 60
31 Surat Luqman 34
32 Surah As-Sajdah 30
33 Surat Al-Ahzab 73
34 Surah Saba 54
35 Surah Faathir 45
36 Surat Ya-Sin 83
37 Surah QS. Ash-Shaffat 182
38 Surah Sad 88
39 Surah Az-Zumar 75
40 Surat Al-Mu'min 85
41 Surah Ha-Mim 54
42 Surah Ash-Shura 53
43 Surah Az-Zukhruf 89
44 Surat Ad-Dukhan 59
45 Surat Al-Jathiya 37
46 Surat Al-Ahqaf 35
47 Surah Muhammad 38
48 Surah Al-Fat-h 29
49 Surah Al-Hujurat 18
50 Surah Qaaf 45
51 Surah Az-Zariyat 60
52 Surah At-Tur 49
53 Surat An-Najm 62
54 Surat Al-Qamar 55
55 Surah Ar-Rahman 78
56 Surat Al-Waaqi'ah 96
57 Surat Al-Hadid 29
58 Surat Al-Mujadila 22
59 Surat Al-Hasyr 24
60 Surat Al-Mumtahana 13

10
61 Surah As-Shaff 14
62 Surat Al-jumu'ah 11
63 Surat Al-munafik 11
64 Surah At-Tagabun 18
65 Surah At-talaq 12
66 Surah At-Tahrim 12
67 Surat Al-Mulk 30
68 Surat Al-Qalam 52
69 Surat Al-Haqqah 52
70 Surat Al-Ma'arij 44
71 Surah Nuh 28
72 Surat Al-Jinn 28
73 Surah Al-Muzzammil 20
74 Surah Al-Muddathth 56
75 Surat Al-Qiyamat 40
76 Surah Ad-Dahr 31
77 Surat Al-Mursalat 50
78 Surah An-Nabaa 40
79 Surah An-Nazi'at 46
80 Surat Abasa 42
81 Surah At-Takwir 29
82 Surat Al-Infitar 19
83 Surah Al-Mutaffife 36
84 Surat Al-Inshiqaq 25
85 Surat Al-Buruj 22
86 Surah At-Tariq 17
87 Surat Al-A'la 19
88 Surat Al-Gashiya 26
89 Surat Al-Fajr 30
90 Surat Al-Balad 20
91 Surah Ash-Shams 15

11
92 Surat Al-Lail 21
93 Surah Adz-Dhuha 11
94 Surat Al-Syarh 8
95 Surah At-Tin 8
96 Surat Al-Alaq 19
97 Surat Al-Qadr 5
98 Surah Al-Baiyina 8
99 Surat Al-Zalzalah 8
100 Surat Al-Adiyat 11
101 Surat Al-Qari'a 11
102 Surah At-Takathur 8
103 Surat Al-Asr 3
104 Surat Al-Humaza 9
105 Surat Al-Fil 5
106 Surah Quraish 4
107 Surat Al-Ma'un 7
108 Surat Al-Kautsar 3
109 Surat Al-Kafirun 6
110 Surat An-Nashr 3
111 Surat Al-Lahab 5
112 Surat Al-Ikhlas 4
113 Surah Al-Falaq 5
114 Surah Al-Nas 6
T O T AL 6236

12
MACAM-MACAM HADITS DAN PENGERTIANNYA
B. MACAM-MACAM HADITS DAN PENGERTIANNYA
Ada beberapa pengklasifikasian macam-macam hadits, berikut adalah Macam-Macam
Hadits dan Pengertiannya
1. Hadits Berdasar Jumlah Perawi
A. Hadits Mutawatir : Hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari
beberapa snad yang terpercaya. Beberapa hal yang harus dipenuhi agar bisa
disebut hadits mutawatir: Isi hadits harus hal-hal yang dapat dicapai panca indra,
Orang-orang yang meriwayatkannya harus benar-benar terpercaya, Orang-orang
yang meriwayatkan harus hidup pada satu zaman.
B. Hadits Ahad : Hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak
mencapai tingkat mutawatir.
C. Hadits Shahih : Hadits yang bersambung sanadnya, dirwayatkan oleh orang yang
adil dan dhobit (kuat hafalannya).
D. Hadits Hasan : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak disangka dusta
dan tidak syadz
E. Hadits Dha’if : Hadits yang diriwayatkan oleh oarang yang tidak adil,tidak
dhobit,syadz, dan cacat.
2. Hadits Berdasar Macam Periwayatannya Hadits yang bersambung sanadnya hingga
Nabi Muhammad saw. Hadits juga disebut hadits marfu’ atau mausul.
A. Hadits Mu’allaq : Hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau
lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits Dah’if.
B. Hadits Mursal : Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan
oleh para tabi’in dari Nabi Muhammad.SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat
merima hadits
C. Hadits Mudallas : Hadits yang disembunyikan cacatnya, padahal sebenarnya ada.
D. Hadits Munqathi : Hadits yang terputus karena hilang satu atau dua orang
perawinya
E. Hadits Mu’dhol : Hadits yang terputus sanadnya 3. Hadits-hadits dha’if
disebabkan oleh cacat perawi.
F. Hadits Maudhu’ : Hadits yang dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta
atau dituduh berdusta.

13
G. Hadits Matruk : Hadits yng diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan
perawi itu dituduh berdusta
H. Hadits Mungkar : Hadits yang riwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang
bertentangan dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang jujur.
I. Hadits Mu’allal : Hadits yang didalamnya ada cacat yang tersembunyi
J. Hadits Mudhthorib : Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa
sanad dengan matan yang kacau.
K. Hadits Maqlub : Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang dalamnya
tertukar dengan mendahulukan antara sanad dan matan atau sebaliknya.
L. Hadits Munqalib : Hadits yang terbalik lafalnya, sehingga artinya berubah
M. Hadits Mudraj : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang didalamnya ada
tambahan yang bukan hadits.
N. Hadits Syadz : Hadits yang bertentangan dengan hadits lainnya sekalipun posisi
hadittsnya sederajat.

14

You might also like