183-Article Text-364-1-10-20201216

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

ANALISIS POLA ARUS AKIBAT PASANG SURUT DI


PANTAI SELAT BARU, KABUPATEN BENGKALIS
Swary Aristi1, Sigit Sutikno2, Manyuk Fauzi3
1,2,3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Email: swaryaristi.sa@gmail.com (korespondensi)

Abstract
Bengkalis Island is an archipelago located in Bengkalis Regency, Riau Province. Because it is
directly facing the open ocean, causing abrasion to occur on the northern coast of Bengkalis
Island. The purpose of this study was to determine the condition of the tidal current pattern in
Selat Baru Beach, Bengkalis Regency using a numerical model (hydrodynamics) in the MIKE21
application. The results showed the current velocity of the new strait coast, Bengkalis Regency,
Riau Province. Based on the results of the model, it is obtained that the highest tide current
that occurs in the western season in 2020 ranges from 0.006 m / s to 0.09 m / s, while the
lowest tide current that occurs in the western season ranges from 0.006 to 0.084 m / s.
Keywords: Breakwater, Velocity, Flow Patterns, Hydrodynamics.

Abstrak
Pulau Bengkalis merupakan salah satu wilayah kepulauan yang terdapat di Kabupaten
Bengkalis Propinsi Riau. Karena berhadapan langsung dengan lautan yang terbuka,
menyebabkan abrasi terjadi di Pantai bagian utara di Pulau Bengkalis. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kondisi pola arus akibat pasang surut di Pantai Selat Baru,
Kabupaten Bengkalis dengan menggunakan model numerik (hidrodinamika) pada aplikasi
MIKE21. Hasil penelitian menunjukkan kecepatan arus pantai selat baru, Kabupaten Bengkalis,
Propinsi Riau. Berdasarkan hasil model yang diperoleh bahwa kecepatan arus saat pasang
tertinggi yang terjadi pada musim barat pada tahun 2020 berkisar 0.006 m/s sampai 0.09
m/s, sedangkan kecepatan arus saat surut terendah yang terjadi pada musim barat berkisar
0.006 sampai 0.084 m/s
Kata kunci: Breakwater, Kecepatan, Pola Arus, Hidrodinamika

1. PENDAHULUAN air. Dikarenakan keterbatasan peralatan,


waktu dan biaya, maka dalam penelitian ini
1.1. Latar Belakang
alternatif yang dipilih untuk mengetahui pola
Kabupaten Bengkalis merupakan salah arus adalah dengan menggunakan perangkat
satu Kabupaten di Propinsi Riau yang lunak MIKE 21. Perangkat lunak MIKE 21
wilayahnya mencakup daratan bagian timur merupakan model hidrodinamika yang
pulau Sumatera dan wilayah kepulauan, menggunakan sistem model numerik secara
dengan luas 11.481,77 Km2 (Sutikno, 2014). umum untuk memodelkan simulasi muka air
Pantai utara di Pulau Bengkalis merupakan dan aliran di estuari, teluk dan pantai. Dari
pantai yang mengalami abrasi paling parah, hal tersebut di atas, penting adanya
gelombang yang memecah di pantai penelitian mengenai perangkat lunak MIKE 21
merupakan penyebab utama abrasi tersebut. untuk Simulasi transport sedimen di Pantai
Energi gelombang yang cukup besar mampu Selat Baru, Kabupaten Bengkalis, Propinsi
mengangkut sedimen yang cukup besar dan Riau.
dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu,
arus juga merupakan salah satu faktor 1.2. Tujuan Penelitian
penting yang menyebabkan terjadinya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pergerakan sedimen yang dapat
mengetahui kondisi pola arus akibat pasang
mengakibatkan abrasi dan sedimentasi.
surut di Pantai Selat Baru, Kabupaten
Menurut Sverdrup et al. (1961) arus adalah
Bengkalis dengan menggunakan model
gerakan air yang mengakibatkan
numerik (hidrodinamika) pada aplikasi
perpindahan horizontal dan vertikal massa
MIKE21.

Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020 172


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

gaya pembangkit pasang surut yang


1.3. Batasan Masalah utamanya berasal dari matahari dan bulan
(Douglas, 2001).
Batasan masalah dalam peneilitian ini
Pasang surut muka air laut dapat
adalah :
dianalisis dengan menggunakan metode
1. Lokasi pantai yang dianalisis adalah
Least Square. Metode Least Square
Pantai Selat Baru, Kabupaten Bengkalis,
digunakan untuk menganalisis amplitudo dan
Propinsi Riau
fase setiap komponen harmonik pasang surut
2. Data-data yang digunakan sebagai input
dari data pasang surut yang diolah. Menurut
merupakan data sekunder.
Ilahude, 1999 dalam Siswanto, 2007
3. Simulasi dan pemodelan dilakukan pada
klasifikasi tipe pasang surut didasarkan pada
bulan Februari tahun 2020.
perbandingan antara jumlah amplitude
4. Permodelan pola dan nilai arus,
konstanta-konstanta diurnal (K1 dan O1)
dilakukan dengan menggunakan aplikasi
dengan jumlah amplitude konstanta-
MIKE 21
konstanta semidiurnal (M2 dan S2). Bilangan
Formzahl digunakan untuk mengetahui tipe
2. Tinjauan Pustaka
pasang surut yang terjadi diperairan
2.1. Definisi Pantai (Mahatmawati, 2009) yang dirumuskan :

Pantai merupakan batas antara wilayah


daratan dengan wilayah lautan. Daerah
daratan merupakan daerah yang terletak di
atas dan di bawah permukaan daratan dengan :
dimulai dari batas garis pasang tertinggi. F = formzahl
Sedangkan daerah lautan merupakan daerah AK1 = amplitudo dari anak gelombang pasang
yang terletak di atas dan di bawah surut harian tunggal rata-rata yang
dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan
permukaan laut dimulai dari sisi laut pada
matahari
garis surut terendah, termasuk dasar laut dan AO1 = amplitudo dari anak gelombang pasang
bagian bumi di bawahnya. surut harian tunggal yang dipengaruhi
oleh deklinasi bulan
AM2 = amplitudo dari anak gelombang pasang
surut harian ganda rata-rata yang
dipengaruhi oleh bulan
AS2 = amplitudo dari anak gelombang pasang
surut harian ganda rata-rata yang
dipengaruhi oleh matahari.

Menurut Oktavia, 2011 mengatakan


Gambar 1 Definisi dan batasan pantai
bahwa jika nilai F berada antara :
Sumber: (Bambang Triadmodjo, 2012)
0 < F 0,25 : semidiurnal
0,25 <F<1,50 : mixed tideprevailing
Menurut Bambang Triadmodjo (2012)
semi-diurnal
yang dijelaskan dalam gambar 1, daerah
1,50 < F 3,00 : mixed tide prevailing
pantai atau pesisir adalah suatu daratan
diurnal
beserta perairannya dimana pada daerah
F > 3,0 : diurnal
tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktifitas
darat maupun aktifitas laut. Pantai adalah
2.3. Gelombang
daerah di tepi perairan sebatas antara surut
terendah dan pasang tertinggi. Garis pantai Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh
adalah garis batas pertemuan antara angin (gelombang angin), gaya tarik
daratan dan lautan. Daratan pantai adalah matahari dan bulan (pasang surut), letusan
daerah di tepi laut yang masih dipengaruhi gunung berapi atau gempa di laut (tsunami),
oleh aktifitas laut. Perairan pantai adalah dan lain sebagainya. Gelombang dapat
perairan yang masih dipengaruhi oleh menimbulkan energi untuk membentuk
aktifitas daratan. Sempadan pantai adalah pantai, menimbulkan arus dan transport
daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan sedimen dalam arah tegak lurus dan
bagi pengamanan dan pelestarian pantai. sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-
gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
2.2. Pasang Surut Pasang surut juga merupakan faktor penting
karena bisa menimbulkan arus yang cukup
Pasang surut laut merupakan fenomena
kuat terutama di daerah yang sempit,
naik turunnya muka laut secara periodik yang
misalnya di teluk, estuari, dan muara sungai.
terjadi di seluruh belahan bumi akibat adanya

173 Analisis Pola Arus....( Swary Aristi. et al.)


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Selain itu elevasi muka air pasang dan air data pasang surut, data batimetri, dan data
surut juga penting untuk merencanakan historis angin.
bangunan-bangunan pantai.
3.3.2. Analisa Komponen Pasang Surut
2.4. Batimetri (Least-Square)
Peta batimetri diperlukan untuk Komponen pasut dapat dianalisa dengan
mengetahui kedalaman laut (elevasi) di metode harmonik, dengan dasar bahwa
sekitar lokasi pekerjaan/ penelitian yang pasang surut yang terjadi adalah superposisi
dapat digunakan pada kegiatan pengerukan atau penjumlahan dari berbagai komponen
yang dilakukan untuk menentukan volume pasut. Karena sifat pasang surut yang
pekerjaan dan akhirnya menentukan biaya periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk
(Nugraha dan Subiyanto, 2014). meramalkan pasang surut, diperlukan data
amplitudo dan beda fase dari masing-masing
2.5. Gambaran Umum MIKE 21 komponen pembangkit pasang surut.
Komponen-komponen utama pasang
Modul hidrodinamik dalam MIKE 21 HD
surut terdiri dari komponen tengah harian
merupakan sistem model numerik secara
dan harian. Namun demikian, karena
umum untuk memodelkan simulasi muka air
interaksinya dengan bentuk (morfologi)
dan aliran di estuari, teluk dan pantai. Model
pantai dan superposisi antar gelombang
ini dapat mensimulasikan aliran dua dimensi
pasang surut komponen utama, akan
tidak langgeng di dalam fluida satu lapisan
terbentuklah komponen-komponen pasang
(secara vertikal homogen) maupun dalam
surut yang baru.
aliran tiga dimensi. Modul hidrodinamika
Data pasang surut diperoleh dari data
MIKE 21 merupakan modul dasar dalam
lapangan bnulan Februari 2016 lalu kemudian
program MIKE 21 model aliran (flow model).
dilakukan penggabungan data pasang surut
BIG pada bulan Februari 2020, dengan
3. Metodologi Penelitian
memakai nilai Mean Sea Level (MSL) pada
3.1. Lokasi Penelitian pengolahan data pasang surut. Dengan
mengetahui amplitudo komponen tersebut,
Lokasi studi penelitian dilakukan pada maka dapat dihitung nilai bilangan
salah satu pantai di Pulau Bengkalis, yakni Formzalnya dan kemudian tipe pasutnya
Pantai Selat Baru, Kabupaten Bengkalis, dapat ditentukan.
Propinsi Riau. Pada lokasi studi penelitian. Analisis harmonik komponen pasang
Koordinat lokasi penelitian pada garis pantai surut dilakukan untuk mendapatkan nilai
yaitu: Longitude: 102°16'1.84"E, dan amplitudo dan fase dari komponen (M2, S2,
Latitude: 1°33'31.75"N sampai Longitude: N2, K1, O1, M4, MS4) dari data pasang surut.
102°14'34.01"E, dan Latitude: 1°33'46.98"N,
dengan luasan area (boundary) yaitu 7,88 3.3.3. Model Hidrodinamika MIKE 21
km.
Pemodelan numerik dilakukan dengan
3.2. Perangkat Lunak yang Digunakan cara membuat domain model lokasi
penelitian. Model ini menggunakan aplikasi
Pemodelan simulasi menggunakan aplikasi MIKE 21 Flow Model. aplikasi ini
Modul hidrodinamik dalam MIKE 21. Modul ini digunakan untuk membuat membuat model
merupakan sistem model numerik secara hidrodinamik suatu wilayah yang selanjutnya
umum untuk memodelkan simulasi muka air dilakukan verifikasi model.
dan aliran di estuari, teluk dan pantai. Modul
hidrodinamika MIKE 21 (MIKE 21 HD) 3.3.4. Model Arus Pasang Surut
merupakan modul dasar dalam program MIKE
21 model aliran (flow model). Simulasi dinamika arus menggunakan
model hidrodinamika dengan gaya
3.3. Prosedur Penelitian pembangkit (generating force) pasang surut.
Pemodelan arus laut ini dilakukan dengan
3.3.1. Pengumpulan Data menggunakan aplikasi MIKE 21 Flow Model.
Metode pengumpulan data dalam Model MIKE 21 Flow Model adalah model
penelitian ini adalah data sekunder yakni data hidrodinamika mengunakan flexible mesh.
yang didapat dari data pengukuran penelitian Dimana model ini dikembangkan untuk
terdahulu serta menggunakan data satelit aplikasi dalam lingkup oseanografi, pesisir,
sebagai pendukung variabel pembangkit dan muara. Sistim permodelan ini
model dalam MIKE 21. Adapun data sekunder berdasarkan solusi numerik dari persamaan
yang digunakan dalam penelitan ini adalah dua dimensi shallow water equations -

Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020 174


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

kedalaman merupakan intergrasi Terdapat 9 komponen utama pasang


incompressible renolds yang dirata–ratakan surut yang menunjukkan hasil Mean Sea
dengan persamaan navier stokes. Level (MSL) yaitu 1.61 Meter pada daerah
Persamaan Pembangun model penelitian. Komponen pasang surut ini
hidrodinamika ini terdiri dari persamaan nantinya akan menghasilkan nilai Formzhal
kontinuitas dan persamaan gerak dalam arah yang akan menentukan tipe pasang surut
x dan y. yang terjadi di lokasi penelitian. Pada hasil ini
Persamaan kontinuitas nantinya akan menjadi dasar dalam
𝜕𝜁 𝜕𝑢 𝜕𝑣 membentuk prediksi nilai pasang surut. Nilai
+ 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 = 0 (1)
Formzhal yang diperoleh adalah 0,304 yakni
𝜕𝑡
Persamaan gerak dalam arah x dan y masuk dalam kategori pasang surut semi-
𝜕𝑢 𝜕 𝑢2 𝜕 𝑢𝑣 𝜕𝜁 diurnal atau biasa disebut dengan campuran
+ ( )+ ( ) + 𝑔ℎ + condong ke ganda, dengan makna yaitu
𝜕𝑡 𝜕𝑥 ℎ 𝜕𝑦 ℎ 𝜕𝑥
𝑔𝑢√𝑢2 +𝑣 2 dalam satu hari akan terjadi dua kali pasang
=0 (2) dan dua kali air surut, Periode pasang surut
𝑐 2 .ℎ2
yang terjadi adalah 12 jam 24 menit.
𝜕𝑣 𝜕 𝑣2 𝜕 𝑢𝑣 𝜕𝜁
+ 𝜕𝑦 ( ℎ ) + 𝜕𝑥 ( ℎ ) + 𝑔ℎ 𝜕𝑦 + 4.2. Batimetri
𝜕𝑡
𝑔𝑣√𝑢2 +𝑣 2 Data batimetri di dalam penelitian ini
=0 (3) adalah menjadi dasar yang sangat
𝑐 2 .ℎ2
dibutuhkan untuk melakukan model
dimana : hidrodinamika dalam transport sedimen di
(x,y,t) = kedalaman air (m) area pantai selat baru, Bengkalis, Riau. Hal ini
menunjukkan dengan batimetri nantinya
𝜕 (x,y,t) = variabel yang bervariasi akan membentuk sebuah topografi dasar
terhadap waktu dan ruang perairan yang sangat mempengaruhi dalam
𝜁 (x,y,t) = elevasi permukaan (m) proses transpor hidrodinamik (Ji 2008).
𝑢, 𝑣 (x,y,t) = kecepatan dalam arah –x Untuk membangun peta batimetri (mesh
dan -y batimetri) di dalam proses pembuatan model
transport sedimen di daerah penelitian
𝑐 (x,y) = chezy resistance (m1/2/s)
membutuhkan data pengukuran kedalaman
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2) yang memiliki variabel x,y, dan z. Perolehan
data kedalaman dilakukan secara sekunder
Untuk penentuan langkah waktu (time menggunakan data BATNAS pada tahun 2020
step interval) dalam simulasi di tentukan di area penelitian.
berdasarkan kriteria CFL (Courant-Frederick- Hasil mesh batimetri yang terlihat pada
Lewy), yaitu : Gambar 2 yaitu menunjukkan batas area
∆𝑥 (Boundary) dalam pembuatan model
∆𝑡 ≤ (4)
√𝑔.𝐻𝑚𝑎𝑥 hidrodinamika yang dilakukan dalam
dimana : penelitian ini
∆𝑡 = langkah waktu (time step
interval) (s) 4.3. Pola dan Kecepatan Arus
∆𝑥 = grid spasi (m) Hasil running model arus untuk pasang
𝐻𝑚𝑎𝑥 = kedalaman maksimum (m) tertinggi dan surut terendah untuk tanggal 1
sd 29 Februari 2020, menunjukkan hasil yang
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
memiliki perbedaan yang signifikan setiap
harinya dengan perlakukan identifikasi nilai
4. Hasil dan Pembahasan dan pola arus saat kondisi pasang tertinggi
4.1. Pasang Surut Laut dan surut terendah. Hasil pemodelan nilai
arus saat pasang tertinggi dapat dilihat pada
Hasil pemodelan hidrodinamika dengan Gambar 1 sedangkan nilai arus pada saat
data kecepatan arus dan pasang surut hasil surut terendah dapat dilihat pada Gambar 2.
pengukuran observasi lapangan Februari
2016 (dimodifikasi dengan data pasang surut
BIG Februari 2020). Perbandingan antara
pasang surut hasil pemodelan dengan
pengukuran nilai Formzhal yang akan
menentukan tipe pasang surut yang terjadi di
lokasi penelitian.

175 Analisis Pola Arus....( Swary Aristi. et al.)


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Bengkalis memiliki peran besar terhadap


terjadinya transpor sedimen.

5.2. Saran
Saran yang berikan berdasarkan hasil
kajian dari penelitian ini, yakni perlu adanya
analisis lanjutan terkait transpor sedimen
yang terjadi di Pantai Selat Baru, Kabupaten
Gambar 1. Pola dan kecepatan arus, nilai Bengkalis Propinsi Riau guna untuk
kecepatan arus tertinggi pada saat pasang mengetahui bagaimana pola dan besaran
tertinggi (Tanggal 11 Februari 2020, pukul sedimen pada lokasi tersebut.
01.00 WIB)
DAFTAR PUSTAKA

[1] Douglas, B. C. (2001). Sea level change


in the era of the recording tide gauge. In
International Geophysics (Vol. 75, pp.
37-64). Academic Press.
[2] Douglas, R. M. (2001). Physical
Oceanography. Department of
Geophysical Science. University of
Chicago, Illinois.
Gambar 2. Pola dan kecepatan arus, [3] Ji, Z. G. (2017). Hydrodynamics and
nilai kecepatan arus tertinggi pada saat water quality: modeling rivers, lakes,
surut terendah (Tanggal 9 Februari 2020, and estuaries. John Wiley & Sons.
pukul 15.00 WIB) [4] Mike, D. H. I. (2007). Flow Model Flexible
Mesh. DHI Aplikasi.
Berdasarkan hasil model yang diperoleh [5] Nugraha, A. L., & Subiyanto, S. (2014).
pada pantai selat baru, Kabupaten Bengkalis, Analisis Pengukuran Batimetri Dan
Propinsi Riau, bahwa kecepatan arus saat Pasang Surut Untuk Menentukan
pasang tertinggi yang terjadi pada musim Kedalaman Kolam Pelabuhan (Studi
barat pada tahun 2020 berkisar 0.006 sampai Kasus: Pelabuhan Tanjung Perak,
0.09 m/s (Gambar 1), sedangkan kecepatan Surabaya). Jurnal Geodesi Undip, 3(4),
arus saat surut terendah yang terjadi pada 25-36.
musim barat berkisar 0.006 sampai 0.084 [6] Oktavia R.2011. Variasi muka laut dan
m/s (Gambar 2). arus geostropik permukaan perairan
Hasil model kecepatan arus laut pada selat Sunda berdasarkan data pasut dan
tahun 2020 bulan februari yang dihasilkan angin tahun 2008. Bogor: Program Studi
pada saat pasang tertinggi musim barat Ilmu dan Teknologi Kelautan, IPB.
menunjukkan arah berasal dari utara dan [7] Rachmat, B., & Purwanto, C. (2011).
menuju barat laut pada daerah sekitar pantai Morfologi Dasar Laut Kaitannya Dengan
selat baru, Riau. Hasil pemodelan kecepatan Proses Abrasi Pantai Di Perairan Pulau
arus laut saat surut terendah musim barat Marore, Sulawesi Utara. Jurnal Geologi
yang berada di utara pantai Selat Baru, Kelautan, 9(1), 29-44.
Propinsi Riau memiliki arah kecepatan arus [8] Siswanto, A. D. (2007). Karakteristik
laut yang berasal dari barat menuju ke arah pasang di perairan Tanjung Emas
utara. Hal ini menunjukkan kecepatan dan Semarang. Jurnal Kelautan, 1(1), 14-21.
pola arus permukaan laut memiliki peran [9] Sutikno, S. (2014). Analisis Laju Abrasi
besar terhadap terjadinya transport sedimen Pantai Pulau Bengkalis dengan
(Rachmat & Purwanto, 2011). Menggunakan Data Satelit, 616–625.
[10] Sutikno, S. (2014). Analisis Laju Abrasi
Pantai Pulau Bengkalis dengan
5. Kesimpulan dan Saran Menggunakan Data Satelit. Pertemuan
5.1. Kesimpulan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI (Himpunan
Ahli Teknik Hidraulik Indonesia) XXXI,
Berdasarkan hasil analisis data dan 22-24.
pembahasan yang telah dilakukan di atas, [11] Sutikno, S. (2014). Rate of Shoreline
maka dapat disimpulkan pola arus akibat Change Analysis of Bengkalis Coast
pasang surut di Pantai Selat Baru Kabupaten Using Satellite Imagery Data. The 31st

Jurnal Selodang Mayang, Vol. 6 No. 3, Desember 2020 176


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Annual Conference of Indonesian


Association of Hydraulic Engineer, 616–
625.
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2074.
5766
[12] Triatmodjo, B. (2012). Perencanaan
Bangunan Pantai. Yogyakarta: Beta
Offset
[13] Triatmodjo, B. (2012). Teknik Pantai,
Beta offset, Yogyakarta. Bambang
Triatmodjo.
[14] Water, D. H. I. (2012). Environment:
DHI Eutrophication Model 1. ECO Lab
Template, DHI Water & Environment,
Denmark.

177 Analisis Pola Arus....( Swary Aristi. et al.)

You might also like