22 Modul I PK

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

MODUL PERKULIAHAN

Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah (PKI)


Modul I Meeti ng I : Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kedudukan
bahasa Indonesia serta fungsi bahasa Indonesia

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Bahasa Program 02 07610009 Dr. Chairiawaty

Studi Bahasa Inggris S1

Abstract Kompetensi
Bab ini menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia serta Mahasiswa mampu memahami dan
fungsi bahasa Indonesia menjelaskan kedudukan bahasa
Indonesia serta fungsi bahasa
Indonesia

Daftar Pustaka

Alek, dkk. 2008. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.

Alwi, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKAPRESS. Widjono. 2007. Bahasa Indonesia
Mata Kuliah Pengembangan di PT. Jakarta: Grasindo.
Pengertian Bahasa

Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan teknologi menunjukkan
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional sangat berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik
bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui
bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti makalah dan skripsi.
Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan sempurna atau
berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai sarana
komunikasi batasan atau pengertian BAHASA adalah sarana komunikasi antar anggota
masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis.
Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan
lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan
akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya
yang tertata dalam suatu sistem.
Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang memiliki sejarah cukup panjang
dalam pembentukannya, baik lisan maupun dalam bahasa tulisnya. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa melayu yang sudah berada di Nusantara sejak zaman krajaan-krajaan di
Nusantara. Menurut Arifin (2008:5) bukti bahasa melayu digunakan dinusantara, dengan
ditemukanya berbagai batu tulis kuno di nusantara, seperti prasasti kedukan di Palembang,
prasasti talang tuo di Palembang, prasasti kota kapur di Banka Barat dan masih banyak
lainya. Pada zamanya bahasa melayu yang menjadi cikal bakal bahas Indonesia sudah
memiliki peranan dan kedudukan yang cukup penting, baik dalam pemerintahan maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya masyarakat asing yang singgah di Nusantara dengan
berbagai bentuk bahasa, maka digunakanlah bahasa melayu sebagai bahasa perhubungan. Hal
yang menjadi dasar pemilihanya karena bahasa malayu tidak mengenal tingkatan seperti
bahasabahasa yang lainya, sehingga mempermudah penggunanya. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa bahasa melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia sudah memiliki
fungsi dan kedudukan tertentu di masyarakat. Bahasa Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup pesat baik dalam bentuk lisan maupun tulis sejak zaman penjajahan sampai
zaman globalisasi pada saat ini.
Berkembang dari ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo sampai Ejaan Yang
Disempurnakan yang kita pakai pada saat ini. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
bahasa Indonesia terus ditingkatkan seperti penelitian bahasa, seminar bahasa sampai dengan
kongres bahasa Indonesia yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali, hal ini membuktikan
batapa pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa di mata pemerintahan dan masyarakat
Republik Indonesia. Berdasarkan penjelasan di atas sudah seharusnya bagi setiap warga
negara Indonesia merasa bangga dan menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
nasional kita. Tapi kenyataan pada masa kini masih banyak kaum muda dan pelajar yang
justru bangga dengan bahasa asing yang lebih keren dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Hal ini terlihat seringnya kaum muda dan pelajar menggunakan bahasa asing dalam
pergaulan dan belajar ketimbang menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu mencampurkan
bahasa slank pada bahasa Indonesia yang merusak tatanan aturan dan ajaan bahasa Indonesia
yang benar, sehingga para pelajar terbiasa salah dalam penggunaanya.
Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia tidak tertanam dalam jiwa dan raga kaum muda
dan pelajar, dikarenakan mereka tidak pernah tahu dan paham akan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia di NKRI ini. Tidak tertanamnya rasa nasionalisme terhadap bahasa
Indonesia, karena faktor lingkungan, baik tempat tinggal, tempat bersosialisasi maupun di
sekolah tidak mendukung penggunaan bahasa Indonesia secara baik. Bahasa Indonesia masih
dianggap resmi dan tidak keren di kalangan muda dan pelajar. Lingkungan tempat tinggal
indentik dengan bahasa Ibu, lingkungan sosialisasi indentik dengan bahasa prokem dan
lingkungan sekolah jarang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, membuat
bahasa Indonesia semangkin tersisihkan dimata kaum muda dan terpelajar. Persoalan-
persoalan di atas apa bila tidak cepat di atasi akan menimbulkan permasalahan yang lebih
rumit dan akan susah untuk di selesaikan, sehingga harapan untuk memajukan bahasa
Indonesia kedepanya nanti hanya tinggal harapan.

Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut.

1. Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.

2. Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat


konvensional.

3. Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya


(arbitrer)

4. Sistemlambang yang terbatas itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata,


bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat yan tidak terbatas dan sangat produktif.

5. Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambang


6. bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis)

7. Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga
dapat sana dengan sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem lambang
tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami masyarakat.

Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di

Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka
tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna.
Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti
berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku
di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara
maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara.

Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya,
antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-
Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun
(Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang
berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan
(lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan
kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye
Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti
Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama


Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah
Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia,
bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul
dalam berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda
Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat.


Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam
memodernkan bahasa Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan


kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat
maupun daerah.

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas,
yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan
dimanapun.

Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa
berikut:

1. fungsi ekspresi dalam bahasa

2. fungsi komunikasi dalam bahasa

3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa

4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi


lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:

1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.

2. Fungsi lebih memahami orang lain

3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.


4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;

5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik

6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

Fungsi ekspresi

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud :

a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),

b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,

c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,

d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.

Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika
ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik
bila ekspresi berterima, dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.

Fungsi integrasi dan adaptasi sosial


Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan
merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun
dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana
mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan
kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan
aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.
Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang
dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling
memahami.
Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu
terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat
berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang
tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat
seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan
penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.

Fungsi membentuk karakter diri

Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri

Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18)

Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa
dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa Indonesia.

Kedudukan Bahasa Indonesia

Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa


nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut:

Bahasa Persatuan

Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa
dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah

Pemuda 28 Oktober 1928.

Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia
luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:

1.Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia

2.Identitas nasional dimata internasional

3.Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan

4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.

Bahasa negara

Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai
aktivitas dengan rincian berikut:

1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,

2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,

3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara


Indonesi sebagai negara berkembang

4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)

Bahasa Baku

Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan
sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:

1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,

2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,

3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,

4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.

Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan
antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan
merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.

Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat
regional ASEAN, dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia,
eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan
argumentatif.

You might also like