Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

VALUE at RISK (VaR)

By Klaudia Stephanie Ginting

Dr. Nisrul Irawati, MBA

NIM. 207007109

ABSTRACT

Dalam materi pembahasan paper ini mengenai cara melakukan identifikasi risiko yang
akan diukur dengan menggunakan metode Value at Risk. Dalam tujuan dilakukannya
identifikasi risiko adalah untuk dapat mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada
setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan pada lembaga keuangan. Pengukuran
risiko dilakukan untuk mengukur profil risiko lembaga keuangan, dan selanjutnya digunakan
untuk memeroleh gambaran efektivitas penerapan manajemen risiko. VaR mengukur perkiraan
maksimum kerugian yang mungkin terjadi pada suatu periode waktu tertentu, dalam kondisi
yang normal, dengan confidence level tertentu. Tujuan perhitungan VaR adalah untuk
memperkirakan suatu besaran kerugian maksimum yang mungkin dialami institusi tertentu
pada confidence level tertentu. Value at Risk (VaR) sebagai salah satu bentuk pengukuran
risiko yang cukup populer. Hal ini mengingat kesederhanaan dari konsep VaR sendiri namun
juga memiliki kemampuan implementasi berbagai metodologi statistika yang beragam dan
mutakhir.

Key Words: Identifikasi Risiko, Value at Risk.

I. INTRODUCTION

Latar belakang dalam identifikasi risiko untuk memberikan informasi yang mendasar
mengenai konsep pengukuran risiko serta perlunya penerapan manajemen risiko dalam bisnis
Lembaga keuangan. Selain itu, diperlukan juga informasi tentang peran regulator dan Basel
Committee di dalam mengembangkan manajemen risiko, dan Lembaga keuangan menerapkan
praktik manajemen risiko dengan prosedur sesuai praktik terbaik. Dalam pengelolaan risiko
Lembaga keuangan perlu melakukan pengukuran risiko yang sesuai dengan ketentuan
regulator.
Perkembangan perekonomian suatu negara dipengaruhi kondisi industri pendukung
Lembaga keuangan yang merupakan salah satu industri yang sangat berperan dalam
mendukung perkembangan ekonomi, yaitu menghimpun dan menya lurkan dana. Penyaluran
dana dalam bentuk kredit akan meningkatkan perkembangan industri pada sektor riil yang
mendukung pertumbuhan perekonomian negara dan mengurangi tingkat pengangguran.

II. LITERATURE REVIEW

Pengetahuan tentang identifikasi risiko menjadi lebih penting lagi bagi investor
institusional .Institusi keuangan merupakan institusi yang diatur secara ketat sehingga sebagai
investor, institusi ini dapat terikat oleh aturan yang mengharuskannya untuk memperhatikan
risiko dan investasinya dan kepatuhan terhadap aturan ini menjadi salah satu subjek evaluasi
kinerja yang dilakukan oleh otoritas keuangan yang dimaksud.

Identifikasi risiko harus senantiasa berkesinambungan dan merupakan proses


perencanaan strategi perusahaan dalam kaitannya dengan penerapan strategi itu sendiri.
Perencanaan tersebut antara lain identifikasi berbagai risiko yang telah terjadi pada masa lalu,
sekarang maupun kemungkinan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Selain itu
perencanaan harus sesuai dengan budaya perusahaan serta berbagai kebijakan yang obyektif.

Proses dalam menjalankan identifikasi risiko meliputi tujuh langkah, yaitu penentuan
tujuan strategik perusahaan, penilaian risiko (risk assesment), pelaporan risiko (risk reporting),
pengambilan keputusan (decision), risk treatment, residual risk reporting dan monitoring.
Pengelolaan risiko finansial bertujuan agar lembaga keuangan dapat mempersiapkan sejumlah
cadangan modal atau dana yang dapat digunakan untuk menanggulangi kerugian yang mungkin
terjadi. Alokasi cadangan modal yang terlalu kecil akibat pengukuran risiko yang tidak tepat
dapat berpotensi menyebabkan suatu perusahaan atau lembaga keuangan mengalami
kekurangan likuiditas untuk membayar kewajibannya kepada pihak ketiga.

Salah satu paradigma penting pada identifikasi risiko dalam mengelola risiko adalah
bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional.
Analisis risiko yang didalamnya banyak memanfaatkan metode statistika sangat berperan
dalam menentukan ukuran risiko yang merupakan elemen penting dalam manajemen risiko.
Penerapan metode Value at Risk (VaR) merupakan bagian dari manajemen risiko. VaR pada
saat ini banyak diterima, diaplikasikan dan dianggap sebagai metode standar dalam mengukur
risiko.
VaR dapat didefinisikan sebagai estimasi kerugian maksimum yang akan didapat
selama periode waktu (time period) tertentu dalam kondisi pasar normal pada tingkat
kepercayaan. Aspek terpenting dalam perhitungan VaR adalah menentukan jenis metodologi
dan asumsi yang sesuai dengan distribusi return. Hal ini dikarenakan perhitungan VaR
berdasarkan pada distribusi return sekuritas. Penerapan metode dan asumsi yang tepat akan
menghasilkan perhitungan VaR yang akurat untuk digunakan sebagai ukuran risiko.

III. DISCUSSION

Dalam dunia lembaga keuangan, kata risiko telah menjadi sangat populer setelah
banyak bank bergelimpangan dihantam beragam risiko setelah dengung manajemen berbasis
risiko terus bergema. Selanjutnya metode dan teknik untuk melakukan lindung nilai (hedging)
dalam mengelola risiko terus dikembangkan dengan berbagai Variasi. Kesimpulannya,
manajemen risiko telah menjadi suatu keharusan bagi dunia perbankan jika ingin tetap bertahan
dalam persaingan yang semakin ketat. Mengabaikan risiko berarti membawa financial
institution tersebut pada jurang kehancuran.

VaR didefinisikan sebagai nilai ambang sehingga probabilitas bahwa kerugian mark-to
market atau fair value accounting pada portofolio sepanjang time horizon yang diberikan akan
melebihi nilai ambang ini (dengan asumsi pasar normal dan tidak ada perdagangan portofolio)
adalah tingkat probabilitas yang diberikan. Dan dalam bentuk yang paling umum, Value at
Risk mengukur potensi kerugian nilai aset berisiko atau portofolio selama periode waktu
tertentu untuk interval kepercayaan yang diberikan.

Salah satu instrumen pengukuran risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR dapat
diartikan sebagai stimasi potensi kerugian maksimal pada periode tertentu dengan tingkat
keyakinan (confidence level) tertentu dan dalam kondisi pasar yang normal. Value at Risk
(VaR) merupakan metoda perhitungan market risk untuk menentukan risiko kerugian
maksimum yang dapat terjadi pada suatu portfolio, baik single-instrument ataupun multi-
instruments, pada confidence level tertentu, selama holding period tertentu, dan dalam kondisi
market yang normal.

VaR merupakan estimasi potensi kerugian maksimal pada periode tertentu dengan
tingkat keyakinan tertentu dan dalam kondisi pasar yang normal. Jadi VaR mengukur kerugian
maksimal yang mungkin terjadi esok hari, lusa, minggu depan, dan seterusnya sesuai dengan
periode waktu yang diinginkan. Kelebihan dari VaR adalah bahwa metoda ini fokus pada
downside risk, tidak tergantung pada asumsi distribusi dari return, dan pengukuran ini dapat
diaplikasikan ke seluruh produk-produk finansial yang diperdagangkan.

VaR sebagai alat prediksi yang digunakan untuk mencegah manajer portofolio
melakukan keputusan yang melebihi toleransi risiko yang telah dikembangkan dalam kebijakan
portofolio. Hal ini dapat diukur pada portofolio, sektor, kelas aset, dan tingkat keamanan.
Beberapa metodologi VaR yang tersedia, masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri. VaR dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Misal portofolio yang bernilai Rp 100.000.000,- dan memiliki VaR bulanan sebesar Rp
8.300.000,- dengan tingkat kepercayaan 99%. VaR disini artinya bahwa ada kemungkinan 1%
kerugian lebih dari Rp 8.300.000,- dalam holding period yang didefinisikan dalam kondisi
pasar normal.
Angka yang diperoleh dari pengukuran dengan hasil perhitungan secara agregat atau
menyeluruh terhadap risiko produk-produk sebagai suatu kesatuan. VaR juga memberikan
estimasi kemungkinan atau probabilitas mengenai timbulnya kerugian yang jumlahnya lebih
besar daripada angka kerugian yang telah ditentukan. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak
didapat dari metoda-metoda pengukuran risiko lainnya. VaR juga memperhatikan perubahan
harga asset-aset yang ada dan pengaruhnya terhadap aset-aset yang lain. Hal ini memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap berkurangnya risiko yang diakibatkan oleh diversifikasi
kelompok produk atau portfolio.

Perlu dicatat bahwa VaR adalah nilai estimasi, bukan nilai yang didefinisikan secara
unik. Selain itu, posisi perdagangan yang sedang dikaji ulang adalah tetap untuk periode yang
bersangkutan. VaR melibatkan dua parameter yang dipilih secara sembarang: holding period
dan tingkat kepercayaan. Holding period sesuai dengan time horizon analisis risiko. Dengan
kata lain, ketika komputasi VaR harian, kami tertarik dalam memperkirakan kerugian terburuk
diharapkan yang mungkin terjadi pada akhir hari perdagangan berikutnya pada tingkat
kepercayaan tertentu dalam kondisi pasar normal.

Risiko tidak harus selalu dihindari, melainkan harus dikelola dengan baik. Penjelasan
yang terkait dengan hal itu dapat dijelaskan dengan ilustrasi sederhana berikut. Sebuah bank
memperoleh dana dalam bentuk deposito sebesar Rp.1 milyar, bunga 12% pertahun dengan
jangka waktu 1 bulan. Jika ingin memperoleh keuntungan dari dana tersebut, maka bank harus
mengalokasikan dana yang diperoleh kedalam aktiva produktif seperti pinjaman atau investasi
dengan hasil yang lebih besar dari 12% pertahun. Pilihan itu akan menimbulkan risiko yang
dalam kondisi paling ekstrim, aktiva produktif tersebut tidak kembali.

Dalam hal ingin menghindarkan dari risiko yang mungkin akan timbul, maka cara yang
paling aman adalah mengendapkan dana tersebut didalam bank. Sangat likuid dan sangat aman.
Menghindari risiko, secara sepintas terlihat aman, namun sebenarnya pada saat yang bersamaan
kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari dana 1 milyar tersebut. Sebaliknya kewajiban bunga
terhadap nasabah tetap harus dibayarkan dan Bank akan mengalami kerugian sebesar suku
bunga berlaku yang harus dibayarkan.

Dari contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan hasil dari suatu
kegiatan maka harus menghadapi risiko. Sebaliknya tidak menghadapi risiko sama sekali
merupakan hal yang sayang untuk dilakukan karena kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa
padahal peluang untuk memperoleh keuntungan tetap ada. Untuk itulah risiko harus dihadapi
dalam setiap kegiatan investasi sehingga dapat memberikan peluang untuk memperoleh hasil
yang diharapkan, dengan tetap mengelola risiko dengan baik.

Kelebihan dan Kekurangan VAR

Dalam implementasinya, VaR memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.


Kelebihan VaR adalah dapat digunakan sebagai information reporting, berguna untuk
mengontrol risiko dan berguna sebagai alat untuk mengelola atau alokasi risiko. Sementara
kekurangan VaR yaitu tidak memberikan metode yang konsisten untuk mengukur risiko, hanya
mengukur risiko yang ditangkap secara teknik kuantitatif dan tidak mengukur risiko politik,
risiko likuiditas, risiko personal atau risiko peraturan.

Metode Perhitungan VAR

VaR dapat dihitung dengan menggunakan tiga metode yang berbeda. Mulai dari
Analytic VaRiance-Covariance Approach, Monte Carlo Simulation Approach sampai dengan
Historical Simulation Approach. Walaupun ketiga metode ini berbeda tetapi semuanya dimulai
dengan memilih faktor-faktor risiko (faktor yang memengaruhi nilai portfolio bank) dan
kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metodologi pemodelan terhadap perubahan faktor-
faktor risiko pasar tersebut.
VaR memiliki tiga metoda untuk perhitungan, yaitu Historical Simulation Method,
Variance-Covariance Method, dan Monte Carlo Simulation Method. Ketiga metoda tersebut
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, sebagai berikut:

a) Variance-covariance approach atau disebut juga delta normal method memiliki


keunggulan dari sisi kemudahan komputasi dan implementasi. Model ini diperkenalkan
oleh JP.Morgan pada awal 1990an. Asumsi yang digunakan dalam Variance-
covariance approach model adalah:
1) Portfolio disusun atas asset-aset yang linear. Lebih tepatnya, perubahan nilai dari
suatu portfolio bersifat linear dependen pada semua perubahan yang terjadi pada
nilai asset. Jadi, return portfolio juga bersifat linear dependen pada return asset.
2) Return asset berdistribusi normal.

Selain memiliki keunggulan dalam hal kemudahan komputasi dan implementasi


metode ini memiliki kelemahan dalam hal akurasi (lebih lemah) dibandingkan dua metoda
lainnya.

b) Historical Simulation Method merupakan metode yang paling simple dan paling
transparan dalam perhitungan. Termasuk dalam perhitungan nilai portfolionya.
Kelemahan metode ini tidak menggunakan distribusi normal pada return assetnya.

Monte Carlo Simulation Method juga merupakan metode pengukuran VaR yang relatif
simpel dibandingkan Variance-covariance model. Monte Carlo Simulation Method memiliki
keunggulan dalam akurasi, namun memiliki kelemahan dalam hal komputasi yang lebih rumit
dibandingkan historical simulation method.

Jadi Variance-covariance approach memiliki keunggulan dari sisi kemudahan


komputasi dan implementasi, sedangkan Historical Simulation Method, dan Monte Carlo
Simulation Method memiliki keunggulan akurasi namun memiliki kelemahan dari sisi
komputasi karena memerlukan simulasi risk factors yang cukup banyak khususnya monte carlo
simulation. Metoda historical simulation method memiliki keunggulan dibanding monte carlo
simulation karena komputasi yang relatif lebih mudah (intermediate) dan tidak menghadapi
problem model risk.
Komputasi VaR berdasarkan sekelompok input kuantitatif yang seragam. Model VaR
merepresentasikan estimasi jumlah maksimum kerugian yang dapat ditanggung portfolio dari
risiko pasar dalam suatu periode waktu tertentu dan dengan suatu confidence level tertentu.
Pemodelan VAR untuk melihat dampak dari berbagai guncangan variabel makro terhadap
variabel risiko kredit. Hal ini karena dengan pemodelan VAR, selain mampu mengakomodasi
hubungan dinamis antar variabel, juga dimungkinkan untuk melihat pengaruh dari guncangan
berbagai variabel makro terhadap variabel risiko kredit yang digunakan.

Secara umum ada empat pertanyaan dasar yang akan dijawab dengan menggunakan
konsep VaR, sebagai berikut:

1) Berapa banyak pihak Lembaga keuangan akan mengalami kerugian?


2) Apakah kerugian tersebut akan terkonsentrasi pada satu aspek tertentu seperti: obligor,
area, jenis resiko yang akan mengalami kerugian?
3) Exposure mana yang akan meminimalkan risiko dari expose yang lain?
4) Berapa banyak yang dapat diperoleh dengan mengambil risiko tersebut?

Langkah-Langkah Penerapan VAR

Terdapat dua faktor utama yang digunakan untuk mendeskripsikan VAR. Pertama,
pada perhitungan VAR dibutuhkan berapa lama periode waktu di mana kerugian akan terjadi.
Semakin lama periode waktu yang digunakan maka nilai VAR akan semakin besar. Kedua,
dalam melakukan pengukuran VAR dibutuhkan tingkat kepercayaan tertentu yang
mengindikasikan kemungkinan terjadinya kerugian yang lebih tinggi nilainya dari VAR.

Contoh Untuk Kasus VAR

Pada umumnya, VaR dihitung untuk jangka waktu 24 jam. Sebagai contoh, bila
dikatakan bahwa VaR suatu portfolio adalah US$5,000 dengan confidence level sebesar 95
persen, ini berarti bahwa ada 95 persen kemungkinan portfolio tersebut akan mengalami
kerugian dengan nilai di bawah US$5,000 dalam waktu 24 jam ke depan. Dapat pula dikatakan
bahwa ada 5 persen kemungkinan portfolio tersebut akan mengalami kerugian minimal
US$5,000 dalam waktu 24 jam ke depan.
Contoh lain, jika kita memiliki VaR harian sebesar Rp.100 milyar pada confidence level
99%, hal ini berarti bahwa hanya terdapat satu kemungkinan dari 100 dimana kerugian harian
akan melebihi Rp.100 milyar. Atau dengan kata lain, kerugian harian akan melebihi Rp.100
milyar hanya akan terjadi pada satu hari dari 100 trading day atau dua samapai tiga hari dalam
satu tahun. Lebih singkat lagi dapat dikatakan dengan kita memiliki keyakinan sebesar 99%
kerugian tidak akan melebihi Rp.100 milyar dalam beberapa hari kedepan.

Jadi kesimpulannya, VaR berusaha menjawab pertanyaan, “How bad can things get?”
Hasil perhitungan VaR biasanya disajikan dalam bentuk jumlah uang dan bukan dalam
persentase. Hal ini membuat VaR menjadi sangat mudah dipahami.

Study Kasus VAR di Indonesia

Meski memiliki pangsa yang relatif kecil, namun perbankan syariah memiliki daya
tahan lebih baik ketika menghadapi krisis daripada perbankan konvensional. Sebagai
gambaran, pada saat krisis ekonomi tahun 1998 di mana kedua bank konvensional dan bank
syariah di Indonesia mengalami default kredit yang cukup tinggi yang belum pernah terjadi
sebelumnya, di mana diperkirakan masing-masing sebesar 58,7 persen dan 65,61 persen.
Namun, berbeda dengan perbankan konvensional, sistem perbankan syariah mengalami
pemulihan dan kemajuan lebih cepat. Misalnya, kinerja dalam hal kualitas aset yang diwakili
oleh nonperforming financing (NPF) dilaporkan berada di bawah 5 persen.

Namun demikian, meski memiliki ketahanan yang dianggap lebih baik, bukan berarti
bank syariah sepenuhnya bebas dari risiko guncangan internal dan eksternal. Salah satu
indikator kinerja yang umumnya digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas perbankan
adalah non-performing loan (NPL) untuk bank konvensional atau non-performing financing
(NPF) untuk bank syariah. Tingginya rasio NPL atau NPF mencerminkan potensi
ketidakstabilan perbankan. Menurut data Bank Indonesia menemukan bahwa pada kuartal IV
tahun 2009, rasio NPF bank syariah di Indonesia pernah berada pada level di atas 5 persen.
Menurut Bank Indonesia, rasio NPF yang berada di atas 5 persen dapat mengganggu kesehatan
bank.

Tingginya rasio NPF manandakan meningkatnya ketidakmampuan debitur untuk


membayar pinjaman (default). Default terjadi ketika debitur tidak dapat memenuhi kewajiban
kontrak mereka karena beberapa faktor seperti kemerosotan ekonomi. Dengan kata lain, meski
filosofi dasar perbankan konvensional dan syariah pada dasarnya berbeda, namun keduanya
memiliki risiko yang sama karena keduanya beroperasi dalam lingkungan ekonomi makro yang
sama.

IV. CONCLUSION

Identifikasi risiko adalah proses menetapkan apa, dimana, kapan, mengapa dan
bagaimana sesuatu dapat terjadi, sehingga dapat berdampak negatif terhadap pencapaian
tujuan. Tujuannnya adalah untuk menghasilkan suatu daftar sumber-sumber risiko dan
kejadian kejadian yang berpotensi membawa dampak pencapaian tiap tujuan yang telah
diidentifikasi dalam penetapan tujuan. Potensi kejadiankejadian tersebut dapat mencegah,
menghambat, menurunkan, memperlama, atau justru meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan
tersebut.

VaR adalah suatu alat yang mengukur maksimum kerugian dari sebuah portofolio
untuk rentang waktu tertentu pada tingkat keyakinan tertentu dibawah kondisi pasar yang
normal. Secara sederhana VaR ingin menjawab pertanyaan seberapa besar (dalam persen atau
sejumlah uang) suatu organisasi, perusahaan dan individu dapat merugi selama waktu investasi
dengan tingkat kepercayaan.. VaR merupakan pengukuran risiko secara kuantitatif yang
mengestimasi potensi kerugian maksimal yang mungkin terjadi pada masa datang yang akan
dihadapi pada jangka waktu dan pada tingkat kepercayaan pada kondisi pasar yang normal.

REFERENCES

Agung D. Buchdadi. 2007. Perhitungan Value at Risk Portofolio Optimum Saham Perusahaan
Berbasis Syariah Dengan Pendekatan EWMA. Jurnal Akuntasi dan Keuangan Indonesia
Vol.5 No. 2.

Bodie, Zvi dan Alex Kane.2006. Investment. Jakarta: PT. Salemba Empat

Darmawan, Adrianus. 2006. Optimis Risk-Return Portofolio Obligasi Pemerintah


Menggunakan Metode Efficient Frontier dan Value at Risk. Jakarta: Karya Akhir MMUI.

Devi, Silvia Shita. 2010. Analisis Risiko Portofolio Dengan Metode Varians Kovarians.
Universitas Negeri Yogjakarta. Yogjakarta.

Husnan, S. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

You might also like