Makalah Teknik Tegangan Tinggi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

MAKALAH TEKNIK TEGANGAN TINGGI DAN PEMANFAATANNYA

“TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TRANSMISI”

Disusun oleh
Nama : Ika Nurjanah
NIM : 5301419022
Prodi : PTE 2019

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
1. PENDAHULUAN

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik
dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada
konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang
mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik. Pada sistem tenaga listrik, jarak antara
pembangkit dengan beban yang cukup jauh akan menimbukan adanya penurunan kualitas
tegangan yang diakibatkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. Dengan demikian
sebuah saluran transmisi harus memiliki berbagai komponen untuk menjada kestabilan
kualitas listrik hingga sampai kepada konsumen.
Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran
energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi saja. Bahkan ada yang memahami
bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan
tinggi dan melalui saluran udara (over head line). Namun sebenarnya, transmisi adalah
proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran
tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV),
Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:
 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
 Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-
isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
 Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150
KV.
2. LANDASAN TEORI
Saluran Transmisi
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution sehingga dapat
disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor (Joko
Pramono,2010).

Gambar diatas menunjukan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi tenaga
listrik. Yang terdiri dari dua stasiun pembangkit (generating station) G1 dan G2, beberapa
substation (commercial substation) dan untuk bagian komersial perumahan (commercial
residential), dan industrial loads. Transmisi berada pada bagian yang diberi arsip tebal.
Fungsi dari bagian transmission substation menyediakan servis untuk merubah dalam
menaikan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta
meliputi regulasi tegangan. Standarisasi range tegangan internasional yaitu 345 kV himgga
765 kV untuk saluran tegangan ekatra tinggi dan 115 kV hingga 230 kV untuk saluran
tegangan tinggi. Standarisasi tegangan transmisi listrik di Indonesia adalah 500 kV untuk
saluran ekstra tinggi dan 150 kV untuk saluran tegangan tinggi (Joko Pramono,2010)
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Saluran Udara (Overhead Lines)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung
pada isolator antara menara atau tiang transmisi.
2. Saluran kabel bawah tanah (underground cable)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam
didalam tanah.

3. Saluran Isolasi Gas


Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi dengan gas,
misalnya: gas SF6.
Berikut ini klasifikasi transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya:
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) 200 Kv – 500 Kv
Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit dengan
kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat
dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan
efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET
ialah konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas,
memerlukan isolator yang banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain
yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya
berdampak pada masalah pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (Sutt) 30 Kv – 150 Kv
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV.
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri
dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan
besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat
(Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak
terjauh yang paling efektif darisaluran transmisi ini ialah 100km. Jika jarak transmisi
lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan
diujung transmisi menjadi rendah.

Penggunaan Tegangan Tinggi Dalam Transmisi Listrik


Ada 3 fungsi tegangan tinggi dalam transmisi listrik yaitu :
1. Mengurangi Rugi Daya Pada Pembangkit
Jika menggunakan tegangan Tinggi, Rugi – rugi daya pada saluran transmisi akibat
resistansi dari penghantar dapat dikurangi. Perlu diketahui, sebuah kabel tembaga yang
membentang memiliki resistansi yang besarnya berbanding lurus dengan panjang kabel
dan berbanding terbalik dengan luas penampang kabel.
Untuk membuktikan pernyataan tersebut bisa menggunakan persamaan berikut :
P=VxI
Dimana :
V = Tegangan (volt)
P = Daya (watt)
I = Arus (ampere)
Contoh Kasus :
Daya listrik sebesar 5 MW ditranmisikan menggunakan kawat penghantar dengan
hambatan sebesar 0,01 ohm, hitunglah besarnya daya listrik yang hilang oleh tranmisi
tersebut apabila menggunakan tegangan yang berbeda :
a. Tegangan 220 Volt
b. Tegangan 500 KVolt
Penyelesaian :
a. Tegangan 220 Volt
P=VxI
5 x 106 Watt = 220 Volt x I
Maka arus yang mengalir pada transmisi sebesar :
I = 22.727 A
Jadi arus yang mengalir pada kawat penghantar untuk kebutuhan daya sebesar 5 MW
dengan tegagan 220 volt adalah 22.727 A sehingga dapat dihitung besarnya Power
Losses (rugi-rugi daya) pada kawat penghantar sebagai berikut :
Power Losses = I² x R
Power Losses = (22.727)² A x 0,01 ohm
Power Losses = 5,165 MW
Berdasarkan perhitungan diatas, pada tegangan 220 V terjadi rugi-rugi daya (losses)
sebesar 5,165 MW, dan terlihat lebih besar daripada kebutuhan daya awal sebsar 5
MW.
b. Tegangan 500 KVolt
P=VxI
5 x 106 Watt = 500 x 103 Volt x I
I = 10 A
Jadi arus yang mengalir pada kawat penghantar untuk kebutuhan daya sebesar 5 MW
dengan tegagan 500 KVolt adalah 22.727 A sehingga dapat dihitung besarnya Power
Losses (rugi-rugi daya) pada kawat penghantar sebagai berikut :
Power Losses = I² x R
Power Losses = (10 A)² x 0,01 ohm
Power Losses = 1 Watt
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat terlihat bahwa apabila tegangan dinaikkan
menjadi tegangan tinggi maka rugi-rugi daya (power losses) akan semakin kecil.
Apabila sistem transmisi tenaga listrik langsung menggunakan tegangan rendah maka
rugi-rugi daya yang terjadi menjadi besar dan tidak efisien dikarenakanakan arus listrik
yang mengalir semakin besar sehingga menimbulkan rugi-rugi atau power losses
berupa panas pada kawat penghantar akibat muatan arus listrik yang berlebih.
Meskipun lebih berbahaya tegangan tinggi pada transmisi listrik sangat bermanfaat
untuk mengurangi rugi-rugi atau power losses pada saat mentransmisikan energi
listrik. Akan tetapi resiko dari penggunaan tegangan tinggi pada transmisi llistrik dapat
dikurangi dengan perlengkapan safety yang memadai dan dilakukan peninjauan lebih
lanjut terkait dengan pembangunan sistem transmisi tenaga listrik.

2. Mengurangi Jatuh Tegangan Pada Ujung Transmisi


Selain mengurangi rugi daya, Resistansi pada kabel penghantar juga menimbulkan
jatuh tegangan pada ujung penghantar. Jatuh tegangan adalah besarnya tegangan yang
hilang pada suatu penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik pada
umumnya berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar. Jumlah besarnya jatuh tegangan
dinyatakan baik dalam persen maupun dalam besaran volt. Besarnya batas atas dan
bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh
tegangan praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan
masih dapat dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan khususnya pada sistem
tegangan menengah masalah induktansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena
nilainya cukup berarti. Mengacu pada standar tegangan yang ditetapkan oleh PLN
(SPLN). Perancangan jaringan dibuat agar jatuh tegangan di ujung diterima 10%.
Tegangan jatuh pada jaringan disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan listrik
(R) dan reaktansi (X). Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu penghantar yang
mempunyai impedansi (Z) dan membawa arus (I) dapat dijabarkan dengan rumus :
Vd=I.Z
Yang dimaksud dengan jatuh tegangan(∆V) merupakan selisih antara tegangan kirim
(Vk) dengan tegangan terima (VT), maka jatuh tegangan dapat didefinisikan :
∆V = ( Vk ) – (VT )

3. Menghemat Biaya Kabel Konduktor


Setiap jenis penghantar memiliki kemampuan masing masing dalam menghantarkan
arus litrik. Semakin besar Luas penampang kabel, lebih besar pula kemampuan dalam
menghantarkan muatan listrik.
Dengan menggunakan Tegangan tinggi, maka arus listrik yang mengalir pada kabel
penghantar hanya beberapa ampere saja, sehingga tidak perlu menggunakan kabel
dengan luas penampang besar yang harganya mahal. Dengan demikian, biaya jalur
transmisi dan perawatannya akan semakin murah.

3. PERMASALAHAN
Meskipun tegangan transmisi ditinggikan akan mengurangi rugi-rugi daya, tetap ada
batasnya karena tegangan tinggi menimbulkan beberapa masalah, antara lain:
1. Timbulnya efek korona yang mengakibatkan gangguan radio (radio interference,
disingkat RI). Korona ini menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menimbulkan
gangguan terhadap komunikasi radio
2. Masalah yang lain adalah isolasi konduktor. Pada level tegangan yang lebih tinggi akan
memberikan tekanan dielektrik yang lebih besar pada isolasi konduktor. Oleh karena
itu, peralatan transmisi dan gardu induk membutuhkan isolasi yang volumenya
semakin banyak agar peralatan mampu memikul tegangan tinggi tersebut. Hal ini
mengakibatkan kenaikan biaya investasi
3. Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation),
timbul tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus
dirancang mampu memikul tegangan tinggi tersebut. Hal ini mengakibatkan kenaikan
biaya investasi
4. Jika tegangan transmisi ditinggikan, menara transmisi harus semakin tinggi untuk
menjamin keselamatan makhluk hidup di sekitar saluran transmisi. Peninggian menara
transmisi mengakibatkan transmisi mudah disambar petir. Sambaran petir pada
transmisi akan menimbulkan tegangan lebih surja petir pada sistem tenaga listrik,
sehingga peralatan listrik harus dirancang mampu memikul tegangan lebih tersebut
5. Peralatan sistem perlu dilengkapi dengan peralatan proteksi untuk menghindari
kerusakan akibat adanya tegangan lebih surja hubung dan surja petir. Penambahan
peralatan proteksi ini menambah biaya investasi dan perawatan.

Cara Mengatasi Rugi Korona

Untuk mengurangi rugi korona dapat dilakukan beberapa hal berikut :

1. Dengan membuat bundle atau disatukannya penghantar dalam satu ruang terisolasi,
semakin banyak bundle yang dibuat semakin meminimalisir korona yang akan terjadi.
2. Menghilangkan komponen-komponen yang runcing.
3. Membersihkan komponen pada system transmisi tenaga listrik seperti switchgear dan
transformer.
4. Pemasangan pemanas anti kondensasi untuk mengontrol ruang panel agar kelembaban
tetap terjaga.
V. PENUTUP
 Simpulan
Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke distribusi listrik. Standar
tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasikan sebagai tegangan ekstra tinggi
(TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi (TT) dengan nominal 70 kV dan
150 kV. Tujuan tegangan dinaikan agar dapat meminimalisir rugi-rugi daya dan drop
tegangan, karena penyaluran pasti melalui jalur yang panjang, semakin panjang jalur maka
akan semakin berpengaruh pada rugi daya jika tegangan tidak dinaikan.
 Saran
Resiko dari penggunaan tegangan tinggi pada transmisi llistrik dapat dikurangi dengan
perlengkapan safety yang memadai dan dilakukan peninjauan lebih lanjut terkait dengan
pembangunan sistem transmisi tenaga listrik.

DAFTAR PUSTAKA
 Sulasno dkk. 2006. STUDI ANALISIS PEMILIHAN TEGANGAN OPTIMAL UNTUK
SALURAN TRANSMISI DAYA LISTRIK. Universitas Diponegoro
 https://www.andalanelektro.id/2018/08/mengapa-transmisi-listrik-menggunakan-
tegangan-tinggi.html?m=1
 MODUL BAHAN AJAR SMK KELAS XI SM 3 KURIKULUM 2013 TEKNIK
JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK
 Siregar Nico. ANALISA RUGI-RUGI DAYA PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN
150 kV DI PT. PLN (PERSERO) SISTEM KHATULISTIWA. Universitas Tanjungpura
 https://www.etsworlds.id/2019/05/penggunaan-tegangan-tinggi-pada.html?m=1
 Syahbana Rusdi. 2019. "ANALISA TERBENTUKNYA KORONA PADA SALURAN
KUBICLE TEGANGAN 20KV SERTA PENGARUHNYA TERHADAP RUGI-RUGI
DAYA". LENSA – Vol 2 No. 48

You might also like