Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TIPE

ROOFTOP ON GRID – SYSTEM PADA GEDUNG


LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS RIAU
Khusnul Yakin1), Antonius Rajagukguk2)
1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro S1,2)Dosen Teknik Elektro
Program Studi Teknik Elektro S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. H.R Soebrantas Km 12,5 Simpang Baru Panam,
Pekanbaru, Riau 28293
E-mail : Khusnul.yakin@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Fossil resources will be depleted and not a sustainable option for the future. Fossil energy needs to be reduced
in use and replaced by renewable energy sources. Solar energy is an alternative energy source with
photovoltaic (PV) because of its unlimited availability. The PV system can be placed on top of a building and
the maximum utilization of solar energy and utilizes the roof area to reduce investment costs in PV
construction. This study designs and simulates a Rooftop PV On-Grid System in the Electrical Engineering
Laboratory Building, Riau University. Design layout using Sketchup Pro 2017 software and PV mini-grid
simulation using Marlab R2016a software. The results of this study resulted in 144 modules with a module
power of 250 Wp from the total size of the roof of the building used and the total power was 36 kWp. The
output of the PV module will be continued with the Buck Converter series to reduce the output as desired.
Based on the results of the power test with 1000 W / m2 irradiation, the power obtained is 35,850 Wp. The
resulting converter circuit efficiency is 98%. The system is designed to be connected and synchronous to the
electricity network, when the load is greater than the PLTS power, the system regardless of the load is replaced
by the PLN Electricity Network.

Keywords: PLTS Rooftop, Grid-Connected, Buck Converter, Sketchup Pro 2017, Matlab R2016a

I. PENDAHULUAN Mineral (ESDM) potensi energi surya di Indonesia


Penggunaan tenaga listrik merupakan salah yakni sekitar 4.8 kWh/m2 atau setara dengan 112.000
satu kebutuhan mendasar di kehidupan sehari-hari yang GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10
menyebabkan penggunaan energi listrik secara global MWp. (ESDM, 2020)
semakin meningkat karena pertumbuhan dan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
perkembangan populasi. Sumber daya fosil tidak (PLTS) dibagi berdasarkan aplikasi dan konfigurasinya,
menjadi pilihan berkelanjutan untuk masa depan, karena secara garis besar PLTS diklasifikasikan menjadi dua
sumber energinya tidak dapat diperbarui dan berperan yaitu, sistem tidak terhubung jaringan (Off-grid PV
terhadap pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, plant) atau lebih dikenal dengan PLTS berdiri sendiri
penggunaan sumber energi fosil perlu dikurangi dan (stand-alone), dan sistem PLTS terhubung jaringan
digantikan oleh sumber daya energi yang tidak terbatas. (Grid-connected PV plant). Apabila dalam
Pada saat ini, energi matahari menjadi salah satu pilihan penggunaannya PLTS digabung dengan jenis
sumber energi alternatif karena ketersediannya yang pembangkit listrik lain maka disebut sistem hibrid.
tidak terbatas. Penggunaan energi matahari yang Faktor utama yang mempengaruhi variasi produksi
digunakan dalam sistem photovoltaic memiliki tingkat energi listrik PLTS adalah iradiasi matahari, temperatur
pencemaran yang lebih rendah dibandingkan dengan modul surya, dan shading yang terjadi selama waktu
pembangkit listrik bersumber daya fosil. Hal tersebut operasi. Iradiasi mempengaruhi arus listrik yang
membuat teknologi photovoltaic salah satu yang paling dihasilkan PLTS, temperatur modul mempengaruhi
diminati dalam energi terbarukan (Luis Hernandez- tegangan yang dihasilkan PLTS, sedangkan shading
Callejo, 2019). mempengaruhi iradiasi matahari yang diterima modul
Indonesia sangat berpotensi untuk menjadikan surya pada proses pembangkitan, yang sekaligus
photovoltaic sebagai salah satu sumber energi pengganti berpengaruh terhadap unjuk kerja PLTS.
fosil mengingat posisinya yang terletak pada garis Pembangunan PLTS masih memiliki
khatulistiwa dan memungkinkan sinar matahari dapat keterbatasan salah satunya adalah keterbatasan
optimal diterima di hampir seluruh Indonesia sepanjang penyediaan lahan yang dekat dengan pusat beban atau
tahun. Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya konsumen. Dalam permasalahan ini salah satu solusi

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 1


untuk pembangunan PLTS dapat dilakukan di atas atap a. Besarnya kapasitas PV dalam satuan VA (ekivalen)
gedung (rooftop). Sistem ini disebut rooftop PV system yang diparalel ke jaringan tegangan rendah (JTR)
yang mana penerapan pembangunan panel surya di atas PLN maksimum 90 % dari besarnya daya kontak.
atap gedung dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit b. Inverter dari PV pelanggan disesuaikan dengan
listrik yang dapat terkoneksi dengan jaringan PLN jumlah fase kontak PLN (Pelanggan fase tunggal
ataupun langsung dapat dimanfaatkan langsung pada paralel dengan JTR PLN dengan menggunakan
gedung tersebut. Selain itu sistem ini dapat diterapkan inverter fase tunggal, sedangkan untuk pelanggan
di atap bangunan komersil, industri ataupun perumahan. fase tiga dengan menggunakan inverter fase tiga).
PLTS dengan rooftop PV system ini memiliki c. Bila pelanggan fase tiga menggunakan 3 buah
keunggulan tersendiri diantaranya memiliki letak teratas inverter fase tunggal maka apabila salah satu atau
dari sebuah gedung yang mana pemanfaatan energi lebih mengalami gangguan, maka sistem proteksi
surya lebih maksimal dan meminimalisir penghalang, harus bekerja untuk melepas ketiga fasenya.
dan juga lebih mudah untuk diintegrasikan dengan d. Penempatan meter ekspor-impor harus dapat
sistem kelistrikan yang sudah ada serta dapat diakses dengan mudah oleh petugas PLN.
memanfaatkan lahan (luas atap) untuk mengurangi
biaya investasi lahan dalam pembangunan PLTS. 2.1.3 Jual Beli Listrik Pelanggan PV
Dalam upaya mendorong percepatan
II. LANDASAN TEORI pencapaian pemanfaatan energi baru dan terbarukan,
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maka perlu mendorong pemanfaatan energi surya untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Berdasarkan
adalah suatu teknologi pembangkit yang Peraturan Direksi 0773.K.DIR-2013 :
mengkonversikan energi foton dari surya menjadi a. PV milik pelanggan dipasang dan diletakkan diatas
energi listrik. Konversi energi ini terjadi pada modul bangunan milik pelanggan.
surya yang terdiri dari sel – sel Photovoltaic (PV). Sel – b. PV dioperasikan secara paralel dengan sistem
sel ini merupakan lapisan – lapisan tipis dari silicon (Si) ketenagalistrikan PLN.
murni dan bahan semikonduktor lainnya. Dengan c. Pelanggan dapat mengirim kelebihan energi kWh
hubungan seri dan paralel, sel PV dapat digabungkan dari PV ke sistem ketenagalistrikan PLN.
dan membentuk suatu PV array. (Dadzie, 2008) d. PLN dapat menyediakan informasi energi listrik
Sistem PLTS Grid – Connected atau disebut yang diterima PLN dari PV jika diperlukan.
PLTS On-Grid pada dasarnya adalah menggabungkan e. PLN memasang jenis kWh meter Export import
PLTS dengan jaringan listrik (PLN). Sistem PLTS Grid (Exim) untuk pelanggan PLN yang memanfaatkan
– Connected bertujuan untuk menyediakan listrik yang energi listrik dari PV.
langsung terhubung dengan jaringan listrik. f. Energi listrik yang diterima PLN dari PV akan
offset dengan energi listrik yang dikirim PLN ke
2.1.1 Regulasi dan Standar Terkait Pemasangan Pelanggan, maka selisihnya menjadi deposit kWh
Sistem PLTS untuk diperhitungkan pada bulan-bulan berikutnya.
Berdasarkan SPLN kapasitas terpasang sebesar g. Pelanggan tetap dikenakan Rekening Minimum
30 kWp atau terhubung ke jaringan distribusi tegangan sesuai daya tersambung PLN.
rendah disebut skala residensial, sedangkan kapasitas
diatas 30 kWp atau terhubung ke distribusi jaringan 2.2 Panel Surya
tegangan tinggi yaitu skala komersil. Salah satu bentuk sumber energi yang sangat
Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya berpotensi untuk masa depan adalah Photovoltaic (PV).
(PLTS) telah diatur didalam Peraturan Direksi PT. PLN Ketersediaan energi primer PV tidak terbatas. PV
(Persero) Nomor 0733.k/DIR/2013 tentang mempunyai karakteristik ramah lingkungan. PV perlu
Pemanfaatan Energi Listrik dari Fotovoltaik oleh diteliti dan dikembangkan agar menghasilkan konversi
Pelanggan PT. PLN, sedangkan standar pemasangan energi yang memiliki efisiensi lebih besar. PV terdiri
diatur dalam SPLN D5.005-1 :2015 tentang Persyaratan dari bagian kecil yang dinamakan sel surya. PV
Teknis Interkoneksi Sistem Fotovoltaik (PV) pada dihubung seri dan paralel untuk mendapatkan nilai
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah. tegangan dan arus yang dibutuhkan (Kosyachenko,
2011). Kumpulan dari banyak sel surya disebut modul
2.1.2 Standar Pemasangan Photovoltaic (PV) PV.
Persyaratan teknis pemasangan sistem Ketika paket – paket partikel dari sinar
Photovoltaic terhubung ke jaringan PLN di atur dalam matahari membentur sebuah material semikonduktor
D.5005-1 tahun 2015, standar ini mengacu kepada yang bersifat positif dan negatif, partikel yang disebut
International Electrotechnical Commision (IEC) dan photon ini akan mentransfer energi karena benturannya
Standar Nasional Indonesia (SNI). terhadap material yang menyebabkan atom – atom
Syarat teknis sistem Photovoltaic pada SPLN material kehilangan elektronnya. Elektron – elektron ini
D.5005-1 tahun 2015 yaitu : akan bergerak menuju permukaan sehingga permukaan
yang berseberangan menjadi bermuatan positif. Apabila
diantara kedua permukaan partikel yang berbeda

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 2


muatan diletakkan sebuah penghantar, maka benturan konverter DC-DC dapat memaksa panel surya untuk
partikel photon terhadap material berlanjut secara membangkitkan daya maksimum sesuai kemampuan
konstan dan kontinyu. Arus elekron akan terus bergerak panel surya pada setiap perubahan level intensitas
dengan stabil. Dengan cara tersebut energi listrik penyinaran matahari. MPPT bukan pencarian secara
diproduksi oleh photovoltaic (Kosyachenko, 2011). mekanis yang menggeser arah modul panel surya sesuai
Dari benturan photon dengan material arah matahari akan tetapi mengoptimalkan daya
semikonduktor pada sel photovoltaic, menyebabkan keluaran pada sistem pengendalinya. MPPT sangat
elektron tereksitasi dan mengalir memungkinkan penting untuk meningkatkan efisiensi. Pengendalian
adanya aliran gaya gerak listrik jika diberi konduktor. tegangan MPPT menggunakan Pulse Width Modulation
Dalam perkembangannya, model PV tidak sesedarhana atau lebar pulsa melalui rangkaian DC-DC konverter.
seperti yang diperlihatkan. Ada beberapa parameter
yang harus ditambahkan sehingga model PV semakin 2.3.1 Algoritma P&O
mendekati dengan kondisi sebenarnya, seperti yang Metode perturb and observe merupakan
diperlihatkan pada Gambar 1. metode pendekatan yang banyak digunakan untuk
IPH Rs menentukan titik maksimum daya. Metode ini bekerja
dengan perturbing pada sistem dengan meningkat dan
Iradiasi
Ish menurunkan tegangan operasi sumber dan observing
ID
(mengamati) dampaknya pada suplai daya keluaran
Rsh V yang ada di sumber. Seperti yang di jelaskan di atas
metode ini terdiri dari dua tahapan, perturb and observe.
Perturb mengirimkan perubahan pada tegangan atau
Temperatur
arus referensi dari panel surya. Observe melakukan
Gambar 1 Rangkaian Ekivalen PV (Ochieng, 2010) perhitungan daya yang disebabkan oleh perturb-nya.
Perbandingan daya sebelum dan sesudah proses perturb
merupakan acuan untuk menambah atau mengurangi
 q ( V  IRs   V  IRs  tegangan untuk langkah berikutnya dan mendapatkan
I  I PH  I D e nKT  1    (1)
nilai MPP-nya.
   Rsh 
Dimana : 2.4 Pulse Width Modulation
I : Arus keluaran PV (Ampere) Pulse Width Modulation (PWM) merupakan
Iph : Arus photocurrent yang tergantung pada suhu sebuah cara memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan
ID : Arus saturasi dioda dengan pulsa dalam satu periode untuk mendapatkan
Q : Muatan elektron = 1,6×10-19 (Coulomb) tegangan rata - rata yang berbeda. PWM dicapai atau
K : Konstanta Boltzman (Joule/Kelvin) diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang kotak
T : Temperatur sel (Kelvin) yang mana siklus kerja (duty cycle) gelombang dapat
Rs : Resistansi terhubung seri (Ohm) diubah – ubah untuk mendapatkan sebuah tegangan
Rsh : Resistansi terhubung paralel (Ohm) keluaran yang bervariasi yang merupakan nilai rata –
V : Tegangan luaran PV (Volt) rata dari gelombang tersebut. PWM bekerja sebagai
N : Faktor kualitas dioda yang bernilai antara 1 switching power suplay untuk mengontrol on dan off.
dan 2 Tegangan DC akan dikonversikan menjadi sinyal kotak
bolak-balik, saat on mendekati tegangan puncak dan
2.3 Maximum Power Point Tracking (MPPT) saat off menjadi nol volt.
Maximum Power Point Tracking atau yang
biasa disingkat MPPT, adalah sebuah sistem elektronis
yang mengoperasikan modul solar sel agar dapat
menghasilkan daya maksimal yang bisa diproduksi oleh
modul sel surya. MPPT bukan merupakan sistem
tracking mekanis yang secara fisik menggerakkan
modul agar mengarah langsung ke matahari. MPPT
merupakan sistem elektronis yang secara keseluruhan
mengubah-ubah titik operasi elektronis modul sel surya Gambar 2 Sinyal PWM
sehingga dapat mengirim daya maksimal yang tersedia.
Dari daya tambahan yang terkumpul yang berasal dari Sinyal PWM pada umumnya memiliki
modul sel surya, sehingga arus pengisian baterai dapat amplitude dan frekuensi dasar tetap, namun memiliki
ditingkatkan. MPPT dapat juga dihubungkan dengan lebar pulsa yang bervariasi. Lebar pulsa PWM
sistem tracking mekanis, tetapi kedua sistem ini benar- berbanding lurus dengan amplitude sinyal asli yang
benar sangat berbeda (Khanam J, 2018) belum termodulasi. Artinya sinyal PWM memiliki
Cara kerja dari MPPT ini adalah dengan frekuensi gelombang yang tetap namun duty cycle
mengubah titik operasi atau titik kerja pada kurva bervariasi antara 0%-100%. Duty Cycle merupakan
karakteristik P-V dari panel surya sehingga sistem perbandingan antara pulsa high dengan pulsa low pada
satu gelombang.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 3


Dimana rumus dari duty cycle : dan DCM diberikan oleh. (Rashid, 2001)
Ton (1  D) R
D 100 % (2) Lb  (5)
Ton  Toff 2f
Dimana : Kapasitansi filter C harus lebih besar dari
D = Duty cycle (lamanya pulsa high dalam satu =(1−𝐷)𝑉𝑜
Cmin (6)
periode) 8𝑉𝑟 𝐿𝑓 2
Ton = Waktu Pulsa Hidup
Toff = Waktu Pulsa Mati Persamaan (2.6) dan (2.7) adalah persamaan
desain utama untuk konverter buck. Tegangan dc input
2.5 Buck Converter dan output (karenanya, rasio tugas D), dan kisaran
Konverter DC – DC step down, umumnya resistensi beban R biasanya ditentukan oleh spesifikasi
dikenal sebagai Buck Converter, ditunjunkkan pada awal. Perancang perlu menentukan nilai komponen
Gambar 2.14. Ini terdiri dari sumber tegangan input DC pasif L dan C, dan frekuensi switching f. Nilai induktor
(Vs), sakelar yang dikendalikan S, dioda D, filter filter L dihitung dari kondisi CCM = DCM
induktor L, kapasitor C, dan resistansi beban R. menggunakan Persamaan. (2.6). Nilai kapasitor filter C
S iL Io
L diperoleh dari kondisi riak tegangan Persamaan. (2.7).
+ - +
is vL
iC
R V
2.6 Inverter
Vs D C
o Inverter adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak – balik
- (AC). Pada PLTS, inverter berfungsi sebagai
Gambar 3 Topologi Buck Converter pengkondisi tenaga listrik (Power Condittion) dan
sistem kontrol yang merubah arus listrik DC yang
Dapat dilihat dari rangkaian bahwa ketika dihasilkan oleh modul surya menjadi listrik AC, yang
sakelar S diperintahkan ke keadaan aktif, dioda D adalah kemudian akan mengontrol kualitas daya listrik yang
bias balik. Ketika sakelar S mati, dioda melakukan dikeluarkan untuk dikirim ke beban atau jaringan listrik.
untuk mendukung arus yang tidak terputus dalam Terdapat dua macam sistem inverter pada PLTS yaitu
induktor. Hubungan antara tegangan input, tegangan inverter fasa untuk Solar Home System (SHS) yang
output, dan rasio tugas sakelar D dapat diturunkan. bebannya kecil dan inverter 3 fasa untuk sistem PLTS
Menurut Hukum Faraday, produk volt-detik induktor yang besar dan terhubung dengan jaringan PLN (Putra,
selama periode operasi mapan adalah nol. Untuk Buck 2015).
Converter.
(Vs  Vo) DT  Vo(1  D)T (3) 2.7 Efisiensi Daya
Efisiensi daya merupakan suatu nilai yang
Oleh karena itu, fungsi transfer tegangan dc,
menyatakan seberapa persen penyaluran daya dari input
didefinisikan sebagai rasio tegangan output ke tegangan
rangkaian dengan daya pada output. Jika efisiensi
input, adalah
seratus persen maka daya pada input tersalurkan dengan
Vo
Mv  D (4) sempurna pada sisi output rangkaian. Efisiensi dicari
Vs dengan membagi daya output rangkaian dan daya input
Itu bisa dilihat dari Persamaan. (2.5) bahwa sehingga dapat dituliskan dengan Persamaan 2.42
tegangan output selalu lebih kecil dari tegangan input. (Rashid, 2001).
P
Konverter dc-dc dapat beroperasi dalam dua Ƞ = out X 100% (7)
𝑃𝑖𝑛
mode yang berbeda berkenaan dengan arus induktor iL.
Gambar 2.15b menggambarkan CCM di mana arus
III. METODOLOGI PENELITIAN
induktor selalu lebih besar dari nol. Ketika nilai rata-rata
3.1 Blok Diagram Rancangan Sistem
arus keluaran rendah (R tinggi) dan = atau frekuensi
Blok diagram rancangan sistem yang
switching f rendah, konverter dapat memasuki mode
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
konduksi terputus (DCM). Dalam DCM, arus induktor
gambar 5.
adalah nol selama sebagian dari periode switching.
6
CCM lebih disukai untuk efisiensi tinggi dan Control
pemanfaatan sakelar semikonduktor dan komponen
pasif yang baik. DCM dapat digunakan dalam aplikasi
dengan persyaratan kontrol khusus karena urutan 1 4 Buck 5 8
dinamis konverter berkurang (energi yang tersimpan PV Converter Inverter Grid
dalam induktor adalah nol pada awal dan pada akhir
setiap periode switching). Ini tidak umum untuk
2 3 7
mencampur dua mode operasi ini karena algoritma Beban
Sensor MPPT
kontrol yang berbeda. Untuk buck converter, nilai
induktansi filter yang menentukan batas antara CCM Gambar 4 Blok Diagram Rancangan Sistem

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 4


3.2 Tata Letak PV pada Atap Gedung Pada Gambar 6 dapat dilihat hasil perancangan
Konfigurasi dari tata letak modul pv pada atap PV array, pada penelitian ini menggunakan 2 PV array
Gedung dikoordinasikan untuk mengisi seluruh ruang dengan konfigurasi yang sama.
dari atap gedung yang mana hasil pengukuran dari
dimensi gedung dapat dilihat pada gambar 6.
L = 50 M
2.7 M

5,7 M
5,7 M

8,3 M
14,4 M 8,3 M

10,4 M
10,4 M
P = 60 M

20,2 M
(a)
9,5 M

10,4 M
10,4 M

8,3 M 14,4 M 8,3 M


2,2 M
5,7 M

1,7 M

KETERANGAN :

= Area yang digunakan

= Area yang tidak digunakan

= Area yang tidak digunakan

Gambar 5 Hasil Pengukuran Atap Gedung


(b)
3.3 Perancangan PV System
Perancangan PV System yang dimaksud dalam Gambar 7 (a) Kurva Karakteristik Daya- Tegangan;
penulisan berupa nilai dari parameter komponen modul (b) Kurva Karakteristik Arus- Tegangan dari PV Array
PV merupakan objek dari penelitian yang dilakukan.
Adapun objek yang dimaksud adalah modul Gambar 7 menunjukkan bahwa 1 array PV
photovoltaic (PV) pada penelitian digunakan modul PV menghasilkan daya puncak sebesar 17.945 Wp. Arus
yang disusun menjadi string dan membentuk PV sebuah yang dihasilkan satu array PV pada kondisi Pmpp
array. Daya maksimum yang dapat dibangkitkan PV adalah sebesar 39.6 A dengan tegangan sebesar 452.2 V.
system pada saat iradiasi maksimum 1000 W/m2 adalah
3.4 Perancangan Buck Converter
35.864 Wp, dengan tegangan dan arus pada daya
Pada penelitian ini Konverter Buck hanya
maksimum yang dibangkitkan adalah 447.4 V dan 80.1
digunakan sebagai konverter untuk diintegrasikan
A. Konfigurasi dari PV sehingga mendapatkan daya
dengan algoritma MPPT, sehingga respon transformasi
seperti diatas yaitu menyusun PV dengan 12 modul yang
dari konverter ini tidak terlalu dibahas terlalu dalam.
disusun seri sehingga menghasilkan satu string dan
Untuk hasil perancangan dari Buck Converter dapat
menggabungkan 6 string secara paralel menjadi 1 array.
dilihat pada Gambar 8.
Pada penelitian ini memiliki 2 array PV sistem dengan
total modul PV yang digunakan sebanyak 144 modul
dengan 1 modul 250 Wp.

Gambar 8 Perancangan Buck Converter

Sebagai penurun tegangan, Buck Converter


berfungsi menjaga tegangan tetap rendah sesuai dengan
range tegangan yang diharapkan. Agar Buck Converter
dapat bekerja dengan baik, maka dilakukan perhitungan
sesuai dengan Tabel 1.
Gambar 6 Perancangan PV array

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 5


Tabel 1 Parameter Komponen Buck Converter
Parameter Nilai
Pmax 18 kWp
Vin 447.8 Vdc
Vout 400 Vdc
Iin 40.04 A
Iout 44 A
Frekuensi switching 20 KHz
Gambar 9 Duty Cycle dari Buck Converter
Riak tegangan 0.01 V
Mencari nilai tahanan resistor yang digunakan 3.5 Perancangan Inverter (Grid Tie Inverter)
dengan persamaan seperti berikut. Sistem solar sel menggunakan GTI sebagai
Vs converter arus searah yang dihasilkan solar sel menjadi
R= arus bolak-balik untuk mensuplai beban karena GTI
Is dapat mensikronkan tegangan dan frekuensi
447.8 keluarannya dengan jaringan listrik yang sudah ada.
R= = 11.18 Ω Pada saat GTI tidak mensuplai beban, daya yang
40.04
Mencari besar fungsi transfer tegangan DC dihasilkan dapat dijual sesuai ketentuan yang telah ada
yang dapat dilihat dengan menggunakan Persamaan 4 karena daya tersebut akan dikirmkan kembali ke
yaitu. jaringan PLN. Hal terpenting dari GTI adalah
kemampuannya untuk terhubung langsung dengan
Vo sumber tegangan arus searah yang berasal dari energi
M VDC = =D
Vs terbarukan. Selain itu, pemasangan GTI juga sangat
Vo mudah dan sederhana karena tidak memerlukan
M VDC = pengaturan parameter tertentu. GTI yang digunakan
Vs pada penelitian ini memiliki kapasitas sebagai berikut :
400
M VDC = = 0.89 % Tabel 3 Spesifikasi Inverter Merk SMA 20 kW
447.8
Kemudian dapat dicari nilai dari induktor buck SPESIFIKASI INVERTER MERK SMA 20 kW
converter yang akan digunakan dengan menggunakan INPUT
persamaan 5. Max. DC Power 20440 W
(1  D)R MPP voltage range / rated input voltage 380 V to
Lb = 800 V / 600 V
2f Min. input voltage / start input voltage 150 V /
(1  0.89)11.18 188 V
Lb = = 2.985×10-5 H
2 × 20000 Max. input Current input A/input B 43 / 43 A
Dan untuk mengurangi riak tegangan dari OUTPUT
proses switching, digunakan sebuah kapasitor yang Rated power (at 230 V, 50 Hz) 20000 W
mana dapat dicari menggunakan Persamaan 6 berikut. Max. AC apparent power 20000 VA
(1  D)Vo Max. efficiency / European Efficiency 98.4 % /
Cmin = 98.0 %
8Vr Lf 2
(1  0.89) 400 Berdasarkan data sheet diatas maka
Cmin = = 0.00447 F
8 × 0.01 × 0.00002985 × 200002 perancangan sistem PLTS menyesuaikan dengan
Dengan perhitungan yang dilakukan didapati parameter dari inverter tersebut. Pada penyajian Gambar
nilai parameter yang membentuk rangkaian Buck 3.9 merupakan Inverter yang digunakan pada penelitian
Converter, nilai induktor, kapasitor dan frekuensi yang diambil pada library yang tersedia di software
switching dari rangkaian dirangkum dalam Tabel 2 Matlab R2016a.
berikut.

Tabel 2 Parameter Komponen Buck Converter


Parameter Nilai

Induktor 2.98564e-5 H

Kapasitor 0.0044713405 F
Frekuensi
20 KHz
switching Gambar 10 Grid Tie Inverter

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 6


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Blok Diagram System
Setelah dilakukan perancangan tiap-tiap komponen pada bab 3 selanjutnya digabungkan menjadi kesatuan Blok
Diagram System seperti terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Blok Diagram System PLTS Rooftop On Grid

Pada Gambar 11 merupakan hasil penggabungan tiap-tiap bagian yang sudah dirancang pada bab 3 menjadi
sebuah system, Pada Tabel 4, dan 5 dilihat parameter dari PV dan Buck Converter pada Matlab R2016a.

Tabel 4 Parameter PV 2 sistem Pada Matlab R2016a Tabel 6 Spesifikasi Inverter Merk SMA 20 kW
Pmax (Maximum Power) 35.864 Wp SPESIFIKASI INVERTER MERK SMA 20 kW
Vmp (Voltage at Pmax) 447.4 Vdc INPUT
Imp (Current at Pmax) 80.1 A Max. DC Power 20440 W
MPP voltage range/rated input voltage 380to800/600 V
Voc (Open Circuit Voltage) 538.8 Vdc Min. input voltage / start input voltage 150/188 V
Isc (Short Circuit Current) 84.6 A Max. input Current input A / input B 43A /43 A
Modul Terhubung Seri 12 OUTPUT
Modul Terhubung Paralel 12 Rated power (at 230 V, 50 Hz) 20000 W
Max. AC apparent power 20000 VA
Jumlah Modul PV 144 Max. efficiency / European Efficiency 98.4 % /
98.0 %
Tabel 5 Parameter BuckConverter PadaMatlab R2016a
Parameter Nilai Selanjutnya bagian dari system PLTS ini
Pmax 35.864 Wp adalah Grid atau jaringan listrik. Untuk jaringan listrik
Vin 447.4 Vdc pada penelitian ini diilustrasi dari sistem distribusi 20
kV dengan pembangkit sebesar 30 KW. Bagian terakhir
Vout 400 Vdc dari system ini adalah beban, pada penelitian ini Gedung
Iin 40.04 A Laboratorium Teknik Elektro Universitas Riau sebagai
Iout 44 A objek dari beban untuk simulasi system PLTS On-Grid,
Induktor 2.985e-5 H dan gedung ini dianggap memiliki beban sebesar 35
KW.
Kapasitor 0.00447 F
Frekuensi switching 20 KHz 4.2 Pengujian PLTS PV 1 Array Off-Grid Beban
15 kW
Pada penelitian ini inverter yang digunakan Pada pengujian PLTS 1 sistem ini dimaksud
untuk simulasi menggunakan inverter tools yang telah untuk melihat keluaran yang dihasilkan PV, converter
disediakan oleh software Matlab R2016a dengan dan inverter. Hasil keluaran dari 1 sistem PLTS ini
parameter dari inverter menyesuaikan dengan inverter berdasarkan juga perubahan kondisi iradiasi yang
yang beredar dipasaran. Untuk spesifikasi dari inverter dimulai pada radiasi 1000 W/m2, 800 W/m2, 400 W/m2
dapat dilihat pada Tabel 6. dan 200 W/m2.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 7


Tabel 7 Hasil Simulasi PV 1 Array Off-Grid
Iradiasi Tegangan Daya
Arus (A)
(W/m2) (V) (Wp)
1000 447.8 40.03 17.925
800 443.2 35.2 15.600
400 430.9 15.3 6.592
200 410.3 8.4 3.446
(a)
Tabel 7 menampilkan nilai tegangan, arus dan
daya yang dihasilkan dari simulasi PLTS 1 sistem beban
15 kW dengan kondisi iradiasi 1000 W/m2 sampai 200
W/m2. Pada kondisi iradiasi 1000 W/m2 menghasilkan
daya puncak sebesar 17.925 Wp dengan tegangan 447.8
Volt (V) dan arus 40.03 Ampere (A). Kondisi radiasi
yang berbeda menghasilkan daya yang berbeda juga,
semakin kecil iradiasi yang diterima PV semakin kecil
pula daya yang dihasilkan. Pada tabel juga bisa dilihat (b)
tegangan mengalami penurunan pada saat jumlah Gambar 13 (a) Gelombang Tegangan (b) Gelombang
iradiasi berkurang. Arus yang mengalami penurunan Arus dari Inverter PV 1 Array Off-Grid Beban 15 kW
yang signifikan. Kondisi Iradiasi 1000 W/m2
Selanjutnya keluaran dari PV menjadi
masukan bagi Buck Converter dan hasil keluaran dari Gambar 13 a dan b merupakan gelombang
converter pada kondisi iradiasi 1000 W/m2 dapat dilihat keluaran dari tegangan dan arus inverter dari PLTS 1
pada Gambar 12 a dan b. sistem, dengan beban 15 kW pada saat iradiasi 1000
W/m2 menghasilkan tegangan 380 V dengan arus 22.8
A dan bisa juga dilihat pada gelombang tegangan dan
arus diatas pada waktu simulasi dimulai sampai 0.22
detik gelombang yang dihasilkan belum murni
sinusoidal, setelah 0.23 gelombang dihasilkan inverter
murni sinusoidal.

4.3 Pengujian PLTS PV 2 Array Off-Grid Beban


30 kW
(a) Untuk hasil keluaran dari PV dan Buck
Converter memiliki hasil keluaran, jadi pada pengujian
ini hanya ditampilkan keluaran yang dihasilkan dari
inverter. Gambar 14 a dan b menampilkan keluaran
tegangan dan arus dari inverter pada kondisi radiasi
1000 W/m2.

(b)
Gambar 12 (a) Gelombang Tegangan (b) Gelombang
Arus dari Buck Converter PV 1 Array Off-Grid Beban
15 kW Kondisi Iradiasi 1000 W/m2

Gambar 12 a dan b dapat dilihat tegangan dan (a)


arus dari keluaran PV yang masuk ke converter dan
disesuaikan dengan keluaran yang diinginkan converter
tersebut, yang mana pada kondisi iradiasi 1000 W/m2
tegangan yang dihasilkan 400 V dan arus 44 A dengan
begitu daya yang dihasilkan 17.600 W.
Setelah melewati converter selanjutnya masuk
inverter untuk mengkonversi arus searah yang
dihasilkan PV menjadi arus bolak – balik, simulasi
sistem PLTS 1 sistem disini seperti yang sudah (b)
dijelaskan sebelumnya di beri beban 15 kW. Gambar 13 Gambar 14 (a) Gelombang Tegangan (b) Gelombang
a dan b menampilkan keluaran tegangan dan arus dari Arus dari Inverter PLTS Beban 30 kW Kondisi Iradiasi
inverter pada kondisi radiasi 1000 W/m2. 1000 W/m2

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 8


Gambar 14 a dan b merupakan gelombang
keluaran dari tegangan dan arus inverter dari PLTS,
dengan beban 30 kW pada saat iradiasi 1000 W/m2
menghasilkan tegangan 380 V dengan arus 45.6 A.

4.4 Pengujian PLTS PV 2 Array On-Grid Beban


30 kW
Untuk hasil keluaran dari PV dan Buck
Converter memiliki hasil keluaran, jadi pada pengujian (a)
ini hanya ditampilkan keluaran yang dihasilkan dari
inverter. Gambar 15 a dan b menampilkan keluaran
tegangan dan arus dari inverter pada kondisi radiasi
1000 W/m2.

(b)
Gambar 16 (a) Gelombang Tegangan (b) Gelombang
Arus dari Inverter Simulasi PLTS On-Grid Kondisi
Iradiasi 1000 W/m2

(a) Gambar 16 a dan b merupakan gelombang


keluaran dari tegangan dan arus inverter dari simulasi
PLTS On-Grid dengan beban 60 kW pada saat iradiasi
1000 W/m2, karena beban lebih besar dari pada daya PV
yang dihasilkan oleh sistem mengakibatkan hasil dari
keluaran inverter mengalami drop atau jatuh nilai
tegangan maupun arus dan gelombang yang dihasilkan
dari inverter juga tidak menghasilkan murni sinusoidal.
Selanjutnya karena kelebihan beban sistem PV terlepas
(b) dari beban secara manual.
Pada Gambar 17 a dan b dapat dilihat hasil
Gambar 15 (a) Gelombang Tegangan (b) Gelombang keluaran dari jaringan listrik yang menggantikan sistem
Arus dari Inverter Simulasi PLTS Terkoneksi Jaringan PV yang tidak mampu untuk mensuplai beban yang
Kondisi Iradiasi 1000 W/m2 lebih besar dari dayanya.

Gambar 15 a dan b keluaran dari tegangan dan


arus inverter simulasi PLTS Terkoneksi Jaringan dan
tersambung dengan beban 30 kW pada saat iradiasi 1000
W/m2 menghasilkan tegangan 380 V dengan arus 45.6
A dan bisa juga dilihat pada gelombang tegangan dan
arus diatas pada waktu simulasi dimulai sampai 0.15
detik gelombang yang dihasilkan belum murni
sinusoidal, setelah 0.16 gelombang dihasilkan inverter (a)
murni sinusoidal.

4.5 Pengujian PLTS PV 2 Array On-Grid Beban


60 kW
Pada simulasi pengujian PLTS yang terakhir
ini dimaksud untuk melihat keluaran yang dihasilkan
PV, converter dan inverter yang sudah terkoneksi ke
jaringan listrik dengan sistem PV juga tersambung
(b)
dengan beban 60 kW. Beban diberikan lebih besar dari
Gambar 17 (a) Gelombang Tegangan (b) Gelombang
sistem PLTS guna melihat hasil yang terjadi jika beban
Arus dari Jaringan PLN Simulasi PLTS On-Grid
lebih besar dari daya dan nantinya akan dibantu oleh
jaringan. Tabel 16 merupakan hasil keluaran Inverter
Gambar 17 a dan b merupakan gelombang
dari simulasi PLTS On-Grid.
keluaran dari tegangan dan arus dari Grid PLN pada
simulasi PLTS On-Grid dengan beban 60 kW yang
menghasilkan tegangan 380 V dengan arus 91.17 A .

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 9


4.6 Efisiensi Buck Converter Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat efisiensi dari
Efisiensi merupakan suatu nilai yang inverter pada saat iradiasi 1000 W/m2 dan 800 W/m2
menyatakan seberapa persen penyaluran daya dari input dengan efisiensi 85% dan 98.9 %. Dikarenakan
rangkaian dengan daya pada output. Jika efisiensi perubahan kondisi radiasi yang memperngaruhi daya
seratus persen maka daya pada input tersalurkan dengan dari sistem PLTS.
maksimal pada sisi output rangkaian. Efisiensi dari Buck
Converter diamati pada saat simulasi Pengujian PLTS V. SIMPULAN DAN SARAN
dengan 2 Array On-Grid Beban 60 KW. Hasil dari 5.1 Simpulan
masukan yaitu PV dan keluaran rangkaian buck Berdasarkan desain, perancangan dan pengujian yang
converter dapat dilihat pada Tabel 8. telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Tabel 7 Input dan Output dari Buck Converter 1. Berdasarkan desain bagian atap Gedung
Laboratorium Teknik Elektro Universitas Riau jika
Iradiasi Daya Input Daya
dimanfaatkan dengan meletakkan PV dengan
(W/m2) (W) Output (W)
satuan 250 Wp dan dengan total PV yang disa di
1000 35.816 35.200 letakkan berdasarakan luas atap gedung tersebut
800 31.378 30.594 yaitu 144 PV dengan ini dapat menghasilkan daya
400 13.093 6.899 36 kWp.
200 7.057 3.326 2. berdasarkan hasil simulasi PLTS, dengan kondisi
iradiasi yang bervariasi mulai iradiasi 200 W/m2,
Dari Tabel 7 dijadikan referensi untuk 400 W/m2, 800 W/m2 dan 1000 W/m2 dapat
menghitung efisiensi daya dari Buck Converter yang mempengaruhi keluaran dari PV, iradiasi PV
dihasilkan pada pengujian simulasi PLTS dengan 2 berbanding lurus dengan arus yang dihasilkan.
Array On-Grid Beban 60 KW Pada saat Iradiasi 1000 Sehingga mengakibatkan perubahan tegangan, arus
W/m2 sampai 200 W/m2. Dengan menggunakan dan daya pada hasil keluarannya terhadap konverter
persaman (7) yaitu : dan jaringan.
Pout 3. Berdasarkan pengujian dengan kondisi iradiasi
η= × 100%
Pin yang berbeda diamati bahwa daya yang dihasilkan
35.200 menurun ketika iradiasi semakin kecil. Tegangan
η= × 100% = 98.2 % mengalami penurunan pada saat jumlah iradiasi
35.816
30.594 berkurang. Nilai yang mengalami penurunan secara
η= × 100% = 97.4 % signifikan adalah nilai arus. Arus yang dihasilkan
31.378
PV akan berkurang sesuai dengan jumlah iradiasi
6.899
η= × 100 % = 59.1 % yang diterima. Jumlah iradiasi yang diterima
13.093 mempengaruhi jumlah daya keluaran dari PV.
3.326 4. PV dengan iradiasi 1000 W/m2 menghasilkan daya
η= × 100 % = 59 %
7.057 35,8 kW sebelum menggunakan MPPT P&O.
Setelah menggunakan MPPT P&O daya yang
4.7 Efisiensi Inverter dihasilkan sebesar 35,2 kW. Algoritma P&O
Efisiensi dari Inverter diamati pada saat berfungsi dengan baik dalam pengoptimalan daya.
simulasi Pengujian PLTS dengan 2 Array On-Grid Efisiensi rangkaian konverter yang dihasilkan 98
Beban 30 kW pada saat iradiasi 1000 W/m2 dan 800 %. Begitu juga dengan iradiasi selanjutnya, MPPT
W/m2. Hasil dari masukan yaitu Buck Converter dan P&O tetap menjaga agar daya output selalu bearda
keluaran rangkaian inverter dapat dilihat pada Tabel 8. pada daya puncak sesuai dengan input yang
diberikan.
Tabel 8 Input dan Output dari Inverter 5. Sitem PLTS bekerja ketika beban masih lebih kecil
Iradiasi Daya Input Daya dari pada dayanya dan ketika beban lebih besar dari
(W/m2) (W) Output (W) daya PLTS maka sistem akan terlepas dari beban
1000 35.200 30.210 secara manual dan sistem Jaringan atau Grid masuk
800 30.594 30.260 untuk menggantikan.

Dari Tabel 4.8 dijadikan referensi untuk 5.2 Saran


menghitung efisiensi daya dari Inverter yang dihasilkan Penelitian ini masih terdapat kekurangan
pada pengujian simulasi PLTS dengan 2 Array On-Grid sehingga perlu dilanjutkan dan dikembangkan. Skripsi
Beban 30 kW Pada saat Iradiasi 1000 W/m2 dan 800 ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian :
W/m2. Dengan menggunakan persaman (7) yaitu : 1. Penulis berharap pada penelitian selanjutnya
30.210 menganalisa dari segi teknis, ekonomi, emisi
η= × 100% = 85.8 % dan anggaran biaya produksi dari perancangan
35.200
30.260 PLTS Rooftop On Grid.
η= × 100% = 98.9 %
30.594

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 10


2. Penulis berharap pada penelitian selanjutnya Luis Hernandez-Callejo, S. G.-S.-G. (2019). A Review
melakukan simulasi dengan besaran beban of Photovoltaic Systems: Design, Operation
berbeda – beda. and Maintenance . Solar Energy , 426-440.

DAFTAR PUSTAKA Nguyen, X. H. (2015). Mathematical Modeling of


Photovoltaic Cell/Module/Arrays with tags in
Abdalla Y.Mohammed, F. L. (2017). Grid Connected Matlab/Simulink. Environmental Systems
Photovoltaic System. International Research, 4-24.
Conference on Communication, Control,
Computing and Electronics Engineering Ochieng, R. M. (2010). Solar Collectrors and Panels,
(ICCCCEE). Theory and Applications. Rijeka Croatia:
Intech.
Bhatia, S. (2014). Advanced Renewable Energy
System: Part 1. New Delhi, India: Woodhead PT. PLN.(PERSERO). (2014). Pedoman
Publishing India Pvt Ltd. Penyambungan Pembangkit Listrik Energi
Terbarukan ke Sistem Distribusi PLN.
Dadzie, F. y. (2008). Design of a Grid Connected
Photovoltaic System for Knust and Economic Rashid, M. H. (2001). Power Electronics Hand Bool.
and Enviromental Analysis of the Designed California: Academic Press.
System. India: Faculty of Computer and Setiawan, A. (2014). Analisis Unjuk Kerja Pembangkit
Electrical Engineering, College of Listrik Tenaga Surya (PLTS) Satu Mwp
Engineering. Terinterkoneksi Jaringan di Kayubihi. Teknik
Elieser Tarigan, D. F. (2018). Techno-economic Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Simulation of a Grid-connected PV System
Design as Specifically Applied to Residential
in Surabaya, Indonesia. Conference and
Exhibition Indoensia - New and Renewable
Energy and Energy Convervation (The 3rd
Indo EBTKE-ConEx2014) (pp. 90-99).
Surabaya: Sciencedirect.

ESDM. (2020, 10 23). PLTS Rooftop Untuk Gedung


Perkantoran. Retrieved from ESDM:
http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/03/11/800/p
lts.rooftop.untuk.gedung.perkantoran

Hari Agus Sujono, R. S. (2017). Maximum Power


Point Tracker Menggunakan Algoritma Hill
Climbing pada Photovoltaic. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan,
Vol.01 No.01, ISSN:2581-0049.

Harmini, T. N. (2017). Desain Rooftop Off Grid Panel


Solar Photovoltaic. Pengembangan Rekayasa
dan Teknologi, 47-51.

Hart, D. W. (2010). Power Electronics. New York:


Mcgraw Hill.

Khanam J, F. S. (2018). Modeling of a Photovoltaic


Array in MATLAB Simulink and Maximum
Power Point Tracking Using Neural Network.
Electrical and Electronic Systems, 1-8.

Kosyachenko, L. A. (2011). Solar Cell - Silicon Wafer


- Based Technologies/. Crotia: InTech.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 2 Juli s/d Desember 2020 11

You might also like