Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

PENGANTAR BIMBINGAN KONSELING PERKAWINAN

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah : Bimbingan Konseling


Perkawinan

Kelompok 1:
Alwi Wijaya (**********)
Destira Amalia Hamda (**********)
Didik Handoko (**********)
Ganis Tiara (**********)
Ivan Syahdila (11940211336)
Meifri Kurnia (**********)
Nasyiva Zahara (**********)

Dosen Pengampu:
Raspan Hamdi, S.Psi

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kita
nikmat yang sangat berlimpah sehingga tidak ada kata-kata atau tulisan yang
sebanding dengan nikmat yang telah Allah beri kepada kita bersama, terkhusus
atas nikmat tersebut kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Selanjutnya shalawat kita aturkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah
meninggalkan pedoman hidup sebagai hamba Allah yang baik kepada kita yaitu
Al-Quran dan Sunah sehingga kita bisa menyempurnakan tujuan hidup kita
sebagai hamba Allah yakni untuk beribadah kepada-Nya. Atas jasa beliau juga
kita bisa merasakan indahnya Islam dalam mengatur semua segi kehidupan kita
terkhusus dalam pembahasan kali ini yang bertajuk Bimbingan Konseling
Perkawinan.
Kemudian rasa terima kasih kami aturkan kepada dosen pengampu dalam
mata kuliah ini yaitu bapak Raspan Hamdi, S.Psi. dengan arahan dari beliau kita
lebih memahami bagaimana Bimbingan dan Konseling dalam perkawinan sangat
dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang akan atau tengah dihadapi dalam
lingkup perkawinan. Kami berharap dengan ilmu yang beliau bagi kepada kita
bisa berguna bagi diri dan keluarga kita sendiri terlebih bisa berguna bagi
masyarakat pada umumnya. Kemudian rasa terima kasih kami kami aturkan
kepada orang tua kami yang selalu mendukung kami dalam hal apa pun. Tidak
ada kata-kata penghormatan yang cukup untuk mewakili setiap keringat mereka
dalam mendidik dan membesarkan kami agar kami bisa berguna untuk hidup dan
kehidupan kami secara pribadi terlebih bisa berguna bagi kemaslahatan umum.
Terakhir kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan makalah ini
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin yang bisa
kami lakukan.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalamnya baik secara struktur penyusunan yang tidak sesuai

ii
kriteria atau kesalahan isi dan referensi yang kurang. Kami berharap supaya
kesalahan yang ada dalam makalah ini bisa disampaikan kepada kami agar kami
tidak terjatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menjadi pelita di tengah
malam dalam memaknai dan memahami seberapa pentingnya Bimbingan dan
Konseling dalam perkawinan.

Pekanbaru, 16 Maret 2022

Kelompok 1

iii
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................iv
Bab 1 Pendahuluan.......................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................1
Rumusan Masalah...........................................................................................2
Tujuan Masalah..............................................................................................3
Bab 2 Pembahasan........................................................................................4
Pengertian Perkawinan...................................................................................4
Latar Belakang Perkawinan............................................................................6
Tujuan Perkawinan.........................................................................................6
Pengertian Bimbingan Konseling Perkawinan.............................................13
Latar Belakang Perlunya Bimbingan Konseling Perkawinan......................15
Bab 3 Penutup.............................................................................................19
Kesimpulan ..................................................................................................19
Saran ............................................................................................................20
Daftar Pustaka............................................................................................21

iv
Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan
wanita sebagai suami istri. Ikatan ini ditujukan untuk membentuk keluarga yang
bahagia, kekal dan sejahtera dan sesuai dengan syarat dan hukum yang berlaku.
Hal ini sesuai dengan UU No 1 Tahun 1974 (pasal 1) yang mengatur tentang
perkawinan. Menurut Imam Syafi’i perkawinan adalah suatu akad atau ikatan
untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam
rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga. Lebih lanjut menurut beberapa
ulama yang lain seperti, Abu Zahra dalam kitab al-Ahwal al-Syakhsiyah
mendefinisikan perkawinan adalah suatu akad yang menghalalkan hubungan
kelamin antara pria dan wanita yang saling mencintai, saling membantu, yang
masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Golongan
Malikiyah mengartikan pernikahan dengan akad yang mengandung sesuatu yang
berarti mut’ah atau untuk mencapai kepuasan dengan tidak diwajibkan adanya
harga.
Dari beberapa definisi tentang perkawinan di atas dapat kita simpulkan
bahwa perkawinan atau pernikahan adalah suatu akad atau perikatan untuk
menghasilkan atau menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang
meliputi rasa ketenteraman serta kasih sayang dengan cara yang diridai Allah
SWT.1
Dari penjelasan tentang makna perkawinan di atas ada hal yang sangat di
tegaskan dan di garis bawahi yaitu “kebahagiaan dalam rumah tangga”, Allah juga
telah menerangkan dengan gamblang dalam QS. Ar-Rum : 21
ٍ ‫َومِنْ ٰا ٰيت ٖ ِٓه اَنْ َخلَ َق لَ ُك ْم مِّنْ اَ ْنفُسِ ُك ْم اَ ْز َواجً ا لِّ َتسْ ُك ُن ْٓوا ِالَ ْي َها َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم م ََّو َّد ًة َّو َرحْ َم ًة ۗاِنَّ فِيْ ٰذل َِك اَل ٰ ٰي‬
‫ت‬
‫لِّ َق ْو ٍم َّي َت َف َّكر ُْو َن‬

1
Darajdat Zakiah. Ilmu Fiqih. (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf). hlm. 37

1
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Dari ayat di atas di jelaskan dengan eksplisit bahwa tujuan dari
perkawinan itu adalah ketenteraman, ini terdapat dalam kalimat “‫ ”لِّ َتسْ ُك ُن ْٓوا ِالَ ْي َها‬yang
bermakna Allah menciptakan perjodohan bagi manusia agar satu merasa tenteram
terhadap yang lain.
Namun dalam perjalanannya, tujuan dari pernikahan itu terkadang
mengalami kendala sehingga amanat Allah dalam perkawinan sebagai
ketenteraman dalam berumah tangga tersebut tidak terealisasi dengan baik
sehingga dapat menimbulkan konflik dalam ikatan perkawinan tersebut bahkan
sampai pada titik untuk melakukan perceraian. Lebih parahnya lagi ada beberapa
kasus yang memberitakan seorang istri membunuh suami, atau seorang suami
membunuh istri hal ini harus dicegah sebelum dampak buruk yang diberitakan
tersebut tidak meluas sehingga pemberitaan-pemberitaan yang ironis seperti yang
telah terjadi itu tidak terulang kembali.
Maka di sini Bimbingan Konseling Perkawinan menawarkan langkah-
langkah preventif maupun kuratif dalam membimbing dan menanggulangi
masalah yang akan dan sedang dialami dalam dunia perkawinan. Dalam makalah
ini akan menjelaskan seberapa pentingnya Bimbingan dan Konseling Perkawinan,
agar amanat Allah dalam perkawinan tersebut bisa terwujud dan mendapatkan
kebahagiaan dan ketenteraman di dunia maupun di akhirat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas makalah ini akan merumuskan beberapa topik
yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling perkawinan, yaitu:
1. Apa pengertian perkawinan?
2. Bagaimana latar belakang dan tujuan perkawinan?
3. Apa pengertian bimbingan konseling perkawinan?

2
4. Bagaimana latar belakang diperlukannya bimbingan konseling
perkawinan?
C. Tujuan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
tentang:
1. Untuk mengerti pengertian, latar belakang dan tujuan dari perkawinan.
2. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan bimbingan konseling
perkawinan.
3. Untuk memahami bagaimana latar belakang urgensi dari bimbingan dan
konseling perkawinan.

3
Bab 2
Pembahasan

A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan atau menurut term Arab nikah merupakan fitrah manusia.
Setiap individu memerlukan orang lain dalam menjalani kehidupannya yang
tujuan akhirnya memperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Salah satu bentuk
adanya orang lain dalam hidupnya adalah perkawinan. Bahkan, dalam ajaran
Islam, perkawinan adalah sunah Rasul Allah. Melalui perkawinan itulah terbentuk
keluarga. Keluarga ialah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Peranan keluarga sangat
strategis dalam menentukan masa depan masyarakat, bangsa, negara, dan agama.
Sejatinya, perkawinan merupakan upaya untuk menyatukan dua keunikan.
Perbedaan watak, karakter, selera dan pengetahuan dari dua orang (suami dan
istri) di satukan dalam rumah tangga, hidup bersama dalam waktu yang lama. Ada
pasangan yang cepat menyatu, ada yang lama baru bisa menyatu, ada yang kadang
menyatu kadang - kadang bertikai, ada yang selalu bertikai tetapi mereka tak
sanggup berpisah. Hanya di tempat tidur mereka menyatu hingga anaknya
banyak, tetapi di luar itu mereka selalu bertikai. Kehidupan berumah tangga ada
yang berjalan mulus, lancar, sukses dan bahagia, ada yang setelah lama mulus
tiba-tiba dilanda badai, ada yang selalu menghadapi ombak dan badai tetapi selalu
bisa menyelamatkan diri (Mubarok, 2009: 204). 2
Pengertian perkawinan sebagaimana dimaksud Pasal 1 Undang - Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, disebutkan ”Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.3
Dalam Islam perkawinan berasal dari bahasa Arab Nakaha yankihu-
nikaahan yang artinya nikah, kawin, setubuh, (al-Munawir, 1984:1560). Secara
2
Ahmad Atabik, DARI KONSELING PERKAWINAN MENUJU KELUARGA “SAMARA”, Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, Vol. 6, No. 1, Juni 2015. Hlm 109.
3
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, UI Press, Jakarta. 1986. Hlm. 141

4
istilah perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang wanita dan seorang pria
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Thalib, 1996:138).
Menurut Imam Syafi’i yang dikutip oleh Moh. Idris Ramulyo (1996:2),
pengertian nikah ialah suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan
seksual antara pria dan wanita. Sedangkan menurut Al-Qur’an, perkawinan adalah
menciptakan kehidupan keluarga antara suami, istri, dan anak-anak serta orang tua
agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan tenteram (sakinah), pergaulan yang
saling mencintai (mawaddah) dan saling menyantuni (rahmah). Dari pengertian
perkawinan tersebut jelaslah bahwa prinsip dasar adanya perkawinan dalam Islam
adalah menjaga kesucian diri manuasia dari hubungan yang tidak sah antara laki-
laki dan perempuan.
Di dalam al–Qur’an dijelaskan bahwa salah satu ciri orang bertakwa
adalah orang yang senantiasa menjaga kemaluannya (QS. Al-Mu’minun: 5).
Untuk menyucikan diri agar terhindar dari perbuatan zina dan mengesahkan
hubungan antara laki-laki dan perempuan dilakukanlah perkawinan. Karenanya
perkawinan merupakan suatu perbuatan yang mengandung nilai ideal/hakiki,
yakni semata-mata merupakan pelaksanaan dari pada fungsi hidup manusia
sebagai hamba dan khalifah Allah dibumi. Dengan demikian, perkawinan dalam
Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus mengikuti tuntunan
Rasulullah. Dalam hadis riwayat Tirmizi, Rasulullah bersabda “ada empat hal
yang termasuk sunah para nabi, yaitu memakai pacar (daun inai), memakai
wangi wangian, bersiwak dan menikah” (Sabiq, 1980 : 11).4
Dari beberapa definisi tentang perkawinan di atas dapat kita simpulkan
bahwa perkawinan atau pernikahan adalah suatu akad atau perikatan untuk
menghasilkan atau menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang
meliputi rasa ketenteraman serta kasih sayang dengan cara yang diridai Allah
SWT.
B. Latar Belakang Perkawinan
4
Abdul Basit, Konseling Perkawinan Dalam Perspektif Al – Qur’an, Jurnal Bimbingan Konseling
Islam : Vol. 7, No. 2, Desember 2016. Hlm .181

5
Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa manusia pada fitrahnya
tidak dapat hidup sendiri. Bahkan Allah dalam QS. Ar-Rum menegaskan bahwa
manusia diciptakan berpasang-pasangan agar kita merasa tenteram terhadap
pasangan kita.
Perkawinan dalam Islam tidak hanya sebatas hubungan ke perdataan saja,
akan tetapi perkawinan dalam Islam memiliki nilai ibadah di dalamnya.
Perkawinan tidak hanya mempersatukan dua insan saja, namun juga
mempersatukan dua keluarga yang berbeda sehingga dengan perkawinan akan
lebih mempererat dan memperluas tali silaturahmi antar umat Islam.
Perkawinan juga merupakan ibadah yang bertujuan untuk mendapat
keridhaan Allah dengan menaati syari’at yang telah diatur oleh-Nya. Perkawinan
merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada setiap makhluk-Nya.
Perkawinan merupakan jalan yang diberikan oleh Allah bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan
hidupnya. Dalam hal ini Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk hidup
yang lain seperti hewan yang tidak memiliki aturan dalam berkembang biak yang
bebas dalam mengikuti nalurinya. Demi menjaga kehormatan dan martabat
manusia, Allah menetapkan hukum sesuai dengan martabatnya sehingga
hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan bedasarkan
rasa saling meridai.
Dapat disimpulkan bahwa perkawinan merupakan fitrah manusia yang
tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan sunatullah agar memiliki keturunan.
Perkawinan juga merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah demi menjaga
kehormatan dan martabat kita sebagai manusia, dan juga untuk menguatkan tali
silaturahmi.

C. Tujuan Perkawinan
Adapun tujuan perkawinan yang umum dicatat para ahli adalah untuk
terciptanya rumah tangga (keluarga) yang penuh kedamaian, ketenteraman, cinta
dan kasih sayang (sakinah, mawaddahdan rahmah).

6
Ada yang mengungkapkan, tujuan perkawinan disyari’atkan bukan dengan
jalan free sex dan semacamnya, adalah untuk hidup berdampingan antara
pasangan, dengan penuh cinta dan kasih sayang, damai dan sejahtera. Hal ini
seperti diungkapkan dengan tegas dalam al-Rum (30);21:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir.”
Di samping itu, menurut analisis sejumlah ulama masih ada sejumlah
tujuan lain, oleh Al-Ghazali disebut fungsi perkawinan, sementara Al-Jurjawi
menyebutnya hikmah perkawinan. Menurut al-Ghazali ada lima fungsi
perkawinan, yakni:
1. Memperoleh keturunan
2. Menjaga diri dari godaan setan
3. Menenangkan dan menenteramkan jiwa
4. Membagi tugas rumah tangga, dan
5. Arena berlatih untuk bertanggung jawab.
Sementara menurut Al-Jurjawi, hikmah perkawinan ada tiga:
1. Sarana reproduksi untuk meneruskan atau melanjutkan kehidupan umat
manusia di muka bumi,
2. Memenuhi watak dasar manusia, maksudnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan biologis,
3. Menjamin hak-hak kewarisan
Dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan yaitu:
a. Tujuan reproduksi
b. Tujuan pemenuhan kebutuhan bilogis
c. Memperoleh ketenangan
d. Menjaga kehormatan, dan
e. Tujuan ibadah

7
Dalam mencapai tujuan dari perkawinan yang telah disebutkan di atas
harus ada hak dan kewajiban yang terlebih dahulu di tunaikan. Adapun hak dan
kewajiban suami dan istri dalam perkawinan sebagai berikut:
Dalam perkawinan atau pernikahan setiap pasangan memiliki hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi dan diterima oleh setiap individu. Dalam tuntunan
agama Islam ada 12 butir kewajiban suami terhadap istri sebagaimana tercantum
dalam buku nikah, yaitu :
1. Berlaku santun
2. Memberi perhatian
3. Berlaku adil
4. Berusaha meningkatkan pengetahuan
5. Memelihara kewibawaan
6. Memberi kebebasan
7. Melarang istri
8. Tidak memberi perintah
9. Memberi nafkah
10. Memenuhi kebutuhan
11. Menghormati keluarga
12. Memberi bimbingan

Kewajiban istri terhadap suami sebagai mana tercantum dalam buku nikah adalah:
1. Taat dan patuh
2. Berlaku sopan
3. Tidak menyiksa
4. Tidak cemburu
5. Berlaku adil
6. Berhias dan bersolek
7. Berlaku hemat
8. Berlaku sebagai ibu
9. Minta izin
10. Mengatur rumah tangga

8
11. Bersikap ridho
12. Membantu suami

Syafruddin (2006), secara rinci menjelaskan hak suami dan hak istri
maupun hak bersama yang harus dilakukan oleh suami dan istri dalam berumah
tangga, yaitu sebagai berikut:
Hak suami merupakan kewajiban bagi istri, sebaliknya kewajiban suami
merupakan hak bagi istri. Hak bersama suami dan istri yaitu hak timbal balik
antara suami dan istri, adapun hak bersama tersebut:
a. Bolehnya bergaul dan bersenang-senang di antara keduanya
b. Timbulnya hubungan suami dengan keluarga istrinya dan sebaliknya
hubungan istri dengan keluarga suaminya, yang disebut dengan
hubungan mushaharah.
c. Hubungan saling mewarisi di antara suami istri, setiap pihak berhak
mewarisi pihak lain bila terjadi kematian.
Sedangkan kewajiban keduanya secara bersama dengan telah terjadinya
perkawinan itu adalah:
a. Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan
tersebut
b. Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.5

Pernikahan memiliki hikmah yang dapat dilihat dari segi psikologi,


sosiologi, dan kesehatan.
1. Hikmah Nikah dari Segi Psikologi
Hikmah nikah dilihat dari segi psikologi di antaranya seperti yang
diungkap oleh Sayyid Sabiq, yaitu sebagai berikut:
a. Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat dan
keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar, bilamana jalan
keluar tidak dapat memuaskannya maka banyaklah manusia yang
5
Amir Syafruddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan. (Jakarta: Kencana,2006). hlm. 160-163

9
mengalami guncangan dan kacau serta menerobos jalan yang jahat.
Dan kawin adalah jalan yang alami dan penyaluran hasrat biologis
yang paling baik, dengan kawin badan jadi segar, tenang, mata
terpelihara dari melihat yang haram dan perasaan tenang
menikmati barang yang halal.
b. Naluri kebapakan dan keibuanakan tumbuh saling melengkapi dalam
suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan
ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang
menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
Lebih lanjut hikmah nikah dari segi psikologi menurut Dja’far Amir,
hikmah nikah dari segi psikologi adalah:
a) Untuk mendirikan rumah tangga yang suci dan bahagia.
b) Untuk membuktikan penghargaan terhadap wanita, agar
wanita tidak dipermalukan laki-laki semaunya sendiri.
c) Menuju persatu paduan jiwa antara suami istri dengan penuh
kasih sayang dan saling menghormati.
d) Mencari ketenteraman jiwa dan hati, sehingga dapatlah
terpelihara jiwa dan kehormatan agamanya.
2. Hikmah Nikah dari Segi Sosiologi
Hikmah nikah dilihat dari segi sosiologi di antaranya:
a. Untuk mendapatkan keturunan yang sah dalam masyarakat.
Perkawinan disyari’atkan supaya manusia mempunyai keturunan
yang syah menuju kehidupan bahagia di dunia dan akhirat dibawa
naungan cinta kasih dan ridho Allah.
b. Untuk mengikat hubungan sosial.
Perkawinan merupakan alat untuk menghubungkan manusia
yang satu dengan yang lainnya, maksudnya supaya bertambah
banyak hubungan antara manusia yang akhirnya terwujudlah suatu
keluarga yang besar dan kuat.
c. Untuk menjamin ketertiban dalam masyarakat dan kesehatan mental.

10
Perkawinan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat
karena masing-masing telah memiliki istri atau suami tertentu
dan tidak boleh mengganggu istri atau suami orang lain yang
menyebabkan kekacauan pada lingkungannya.
3. Hikmah Nikah dari Segi Kesehatan.
a. Menikah mengurangi stres
Saat masih sendiri segala hal dilakukan dan dipikirkan sendiri
termasuk masalah-masalah kehidupan yang dihadapi. Namun
setelah menikah tentu akan ada pasangan yang akan jadi pendengar
terbaik serta dengan tulus ikhlas akan memberikan bantuannya untuk
membantu setiap persoalan hidup yang kita hadapi. Perhatian,
dukungan serta keberadaan pasangan yang selalu bersama kita
saat menghadapi berbagai persoalan hidup inilah yang akan
mengurangi tingkat stres dan juga depresi.
b. Menikah membantu seseorang terbebas dari rokok dan alkohol
Menurut penelitian yang digagas oleh Centers for disease
control and prevention menyebutkan bahwa orang yang tidak
pernah menikah, bercerai atau janda lebih banyak yang kecanduan
rokok serta menjadi peminum alkohol berlebihan jika
dibandingkan dengan pasangan yang telah menikah.
Orang yang belum menikah serta jauh dari nilai agama
biasanya menjadikan alkohol dan rokok sebagai tempat pelarian
baginya saat ada masalah. Selain itu orang yang sudah menikah
khususnya laki-laki tentu akan selalu diingatkan oleh
pasangannya untuk mengurangi bahkan menghindari rokok
ataupun alkohol.
c. Menikah menyehatkan jantung
Dr. Ron Waksman dari MedStar Washington Hospital Center
menyebutkan “Pasien penyakit jantung butuh banyak dukungan.
Jika tidak memiliki seseorang yang merawatmu maka perawatan
yang kamu dapatkan juga semakin berkurang.” Dan dengan

11
pernikahan tentu seseorang yang awalnya menderita jantung
akan didampingi oleh pasangannya dengan setia untuk merawat,
mendoakan serta memberikan dukungan agar selalu yakin akan
kesembuhannya.
d. Menikah menambah panjang usia
The American Journal of Epidemiologymerilis berbagai data hasil
dari 90 penelitian yang dilakukan para peneliti dari
University of Louisville. Ternyata lelaki lajang memiliki resiko
kematian 32% lebih tinggi dibanding lelaki yang sudah menikah.
Selain itu Dr. Ilene Siegler dan timnya dari Duke University
Medical Center menemukan bahwa orang yang tidak pernah
menikah lebih mungkin meninggal di usia 40-an dibandingkan mereka
yang telah menikah.
Memang ajal dan kehidupan telah Allah tetapkan jauh-jauh
dari bahkan sebelum kita lahir ke dunia, namun itu semua
masih Allah rahasiakan artinya kita memiliki kesempatan untuk
melakukan usaha-usaha yang masih dalam kemampuan kuasa diri
kita seperti menjaga kesehatan tubuh dan juga menyegerakan
menikah.
e. Menikah mengurangi resiko stroke
Sebuah studi yang dilakukan oleh Tel Aviv University juga
menunjukkan pernikahan bahagia bisa membantu mencegah stroke
fatal pada laki-laki. Ternyata laki-laki yang tidak menikah
memiliki resiko 64% lebih tinggi terkena stroke fatal dibandingkan
dengan laki-laki yang menikah.
Analisa dari penelitian ini adalah terkait dari penyebab
penyakit stroke, selama ini penyebab utama dari stroke adalah pola
makan dan pola hidup yang tidak sehat. Laki-laki yang belum
menikah tentu tidak ada yang menyiapkan makanan sehingga
lebih cenderung untuk memilih makan di luar yang notabenenya
tidak sehat seperti junk food, fast food dan sejenisnya. Saat telah

12
menikah, ia memiliki istri yang menyiapkan makanan serta selalu
mengingatkan untuk menjaga pola makannya agar sehat dan
teratur.
f. Menikah menjadikan awet muda
Saat melakukan hubungan seks hormon endorphin dilepaskan.
Hormon inilah yang memberikan rasa nyaman, bahagia, dan
sekaligus berperan sebagai pereda nyeri alami. Hormon ini
juga memberi ketenangan, merasa lebih damai dan membuat
tidur lebih nyenyak. Perempuan yang rutin melakukan hubungan
intim dengan suami akan memiliki kulit yang lebih bersih, lebih
basah serta mengurangi berbagai gangguan pada wajah seperti
jerawat.

D. Pengertian Bimbingan Konseling Perkawinan


1. Pengertian Bimbingan
Istilah “Bimbingan” secara bahasa merupakan terjemahan dari
istilah “Guidance” yang diartikan sebagai6:
a. Showing the way yang artinya adalah menunjukkan jalan
b. Leading yang artinya memimpin
c. Giving intruction yang artinya memberi petunjuk
d. Regulating yang artinya mengatur
e. Giving advice yang artinya memberi nasihat
f. Conducting yang artinya menuntun
Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian dari
bimbingan secara terminologi:
a. Menurut Achmad Badawi (1973) “Bimbingan adalah proses
bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap individu
yang mengalami problem, agar si terbimbing mempunyai

6
Sjahudi Siradj. Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Siduarjo: Duta Aksara,2010) hal. 4

13
kemampuan untuk mengatasi masalahnya sampai mencapai
kebahagiaan hidupnya secara individu maupun sosial.”7
b. Prayitno dan Erman Amti, “Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa individu, dengan tujuan dapat
mengembangkan kemampuan orang yang dibimbingnya dan
memiliki kemandirian.”8
c. Frank Parson (1951), “Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri
dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya.”9
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, bisa kita
simpulkan bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh
pembimbing atau konselor kepada individu atau konseli supaya konseli
mempunyai kemampuan dalam melihat, memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan, rencana, dan
interpretasi yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang lebih baik.
2. Pengertian Konseling
a. Menurut Shertzer dan Stone (1980) konseling adalah upaya
membantu individu dengan melalui proses interaksi yang
bersifat individu antara konselor dan konseli agar konseli
mampu memahami diri dan lingkungannya, serta mampu
mengambil keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan
nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan
efektif perilakunya.10
b. Menurut Prayito dan Erman Amti konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang dilakukan dengan melalui wawancara

7
Zainab Aqil. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Bandung: Yrama Widya, 2012)
hal.28
8
Afifuddin. Bimbingan dan Konseling. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hal. 14
9
Afifuddin. Bimbingan dan Konseling. hal. 13
10
Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
(Bandung: PT. Refika Aditama,2011) hal. 10

14
antara konselor dan klien yang memiliki masalah dengan
bermaksud mengatasi masalah yang dihadapi klien.11
Dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya
dengan wawancara (tatap muka) dan dengan cara yang sesuai dengan
keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
3. Pengertian Bimbingan Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan disebut juga sebagai konseling untuk
pasangan suami-istri (Kertamuda, 2009). Konseling perkawinan secara
umum adalah konseling yang diselenggarakan sebagai metode pendidikan,
metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu pasangan
suami-istri untuk memecahkan masalah dan cara menentukan pola
pemecahan masalah yang lebih baik (Riyadi, 2013).
Konseling perkawinan adalah upaya membantu pasangan (calon
suami-istri dan suami-istri) oleh konselor profesional, agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui
cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan,
kemandirian, dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarganya (Willis,
2009)
Dari definisi konseling perkawinan tersebut bisa disimpulkan
bahwa konseling perkawinan adalah bantuan yang diberikan oleh konselor
profesional kepada pasangan suami-istri yang mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi karena adanya problem di antara mereka dengan tujuan
agar komunikasi suami-istri menjadi harmonis.12

E. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling Perkawinan


Bimbingan Konseling Perkawinan adalah salah satu layanan yang
memiliki urgensi yang sangat penting seiring dengan banyaknya dan kompleksnya

Afifuddin. Bimbingan dan Konseling. hal, 15


11
12
Kustiah Sunarty & Alimuddin Mahmud. Konseling Perkawinan dan Keluarga. (Makassar:
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2016) hal. 54

15
masalah manusia. Pentingnya Bimbingan Konseling Perkawinan dapat dilihat dari
beberapa aspek, sebagai berikut:
a. Masalah perbedaan individu
Perkawinan merupakan ikatan dua individu laki-laki dan perempuan, di
mana secara kodrat dua makhluk ini memang memiliki perbedaan menetap. Di
sisi lain sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat baik laki-laki dan
perempuan memiliki peran yang berbeda yang membutuhkan penyesuaian diri
setelah mereka terikat dengan perkawinan. Masing-masing individu yang unik
tersebut memiliki perbedaan yang tidak selamanya bisa di satukan sehingga
manakala hal ini terjadi masalah dalam rumah tangga kerap terjadi. Manakala
problem intern tidak bisa diselesaikan bersama, di sinilah mereka pasangan suami
istri membutuhkan sebuah layanan bimbingan Konseling perkawinan sebagai
salah satu upaya mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi.
b. Masalah kebutuhan
Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi dari pemenuhan
kebutuhan manusia yang beragam, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial
bahkan agama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut seyogianya bisa terus dipenuhi dan
dilengkapi sebagai bagian dari tugas institusi keluarga. Namun sayangnya, tidak
semua keluarga mampu menjalankan peran ideal tersebut.
c. Masalah perkembangan individu
Perkawinan merupakan sebuah proses hidup yang dijalani manusia dan
menuntut adanya kedewasaan dan kesiapan diri dari pihak suami maupun istri.
Perkembangan individu baik laki-laki dan perempuan memiliki irama yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Kendati secara umum setiap wanita dan laki-
laki dewasa memiliki tugas perkembangan untuk menikah dan membentuk
keluarga. Dalam keluarga terdapat sederetan konsekuensi-konsekuensi yang
mengakibatkan setiap individu harus terus mengembangkan diri memenuhi
tugasnya masing-masing. Namun, terkadang perkembangan individu secara
emosional seringkali mengalami hambatan terlebih lagi bila pada awal pernikahan
telah terjadi kesenjangan umur yang begitu jauh, sehingga otomatis akan
menimbulkan masalah-masalah yang serius dan perlu segera diselesaikan agar

16
tidak berkelanjutan dan berujung pada perceraian. Pada situasi ini, pasangan
suami istri bisa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling perkawinan agar
pernikahan yang dijalani bisa terus awet kendati berbagai masalah muncul dan tak
bisa dihindari.
d. Masalah latar belakang sosio-kultural
Pernikahan merupakan ikatan antara laki-laki dan perempuan yang sahkan
atas nama agama dan hukum negara yang berlaku. Pernikahan merupakan proses
hidup bersama antara dua individu dengan berbagai latar belakang yang berbeda
terutama perbedaan sosio kultural. Perbedaan ini menuntut masing-masing pihak
harus mampu menyesuaikan diri untuk memahami dan bahkan mengikuti
perbedaan tersebut karena mau tidak mau hal ini merupakan konsekuensi dari
perkawinan yang dijalani apalagi jika pasangan berasal dari latar belakang sosio
kultural yang benar-benar berbeda. Tidak semua orang mampu melakukan
penyesuaian diri dengan baik terhadap perbedaan yang terjadi di luar dari budaya
yang biasa mereka jalani, salah-salah jika tidak memiliki kemampuan penyesuaian
diri yang tepat justru dapat menimbulkan konflik intern seperti stres, tertekan,
tidak bahagia. Akibat lebih lanjut adalah konflik ekstern dengan pasangan atau
keluarga pasangan, dan tak jarang karena ketidakmampuan menjalani kondisi
seperti ini mereka memilih bercerai. Layanan bimbingan konseling perkawinan
dapat menjadi jembatan yang mengantar pasangan suami istri untuk dapat
meningkatkan pemahaman terhadap masing-masing pasangan, konselor dapat
menjadi perantara mempertemukan perbedaan yang atau paling tidak membantu
membangun paradigma yang lebih positif dari perbedaan yang mereka alami.13
Dari penjelasan di atas sudah sangat jelas bahwa Bimbingan Konseling
Perkawinan sangat penting dalam membimbing suami-istri untuk menyelesaikan
masalah dalam rumah tangganya. Ini diperkuat dengan tujuan Konseling
Perkawinan dalam Islam, yaitu:
a. Membantu individu memecahkan timbulnya masalah-masalah yang
berkaitan dengan pernikahan, antara lain:

13
Ali Murtadho. Konseling Perkawinan (Perspektif Agama-Agama). (Semarang : Walisongo
Press, 2009) hal. 134-136

17
 Membantu individu memahami hakikat dan tujuan perkawinan
menurut Islam
 Membantu individu memahami persyaratan-persyaratan
perkawinan menurut Islam
 Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk
menjalankan perkawinan
b. Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pernikahan dan kehidupan berumah tangga, antara lain dengan cara:
 Membantu individu memahami problem yang dihadapinya
 Membantu individu memahami kondisi dirinya dan keluarganya
serta lingkungannya
 Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah
yang dihadapi sesuai ajaran Islam
c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah
tangga agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik, yaitu
dengan cara:
 Memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan
berumah tangga yang semula telah terkena problem dan telah
teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali
 Mengembangkan sistuasi dan kondisi pernikahan yang lebih baik
(sakinah, mawaddah, dan rahmah).14

14
Ali Murtadho. Konseling Perkawinan (Perspektif Agama-Agama). (Semarang : Walisongo
Press, 2009) hal.137

18
Bab 3
Penutup

A. Kesimpulan
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan
wanita sebagai suami istri. Ikatan ini ditujukan untuk membentuk keluarga yang
bahagia, kekal dan sejahtera dan sesuai dengan syarat dan hukum yang berlaku.
Menurut Al-Qur’an, perkawinan adalah menciptakan kehidupan keluarga antara
suami, istri, dan anak-anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang
aman dan tentram (sakinah), pergaulan yang saling mencintai (mawaddah) dan
saling menyantuni (rahmah).
Perkawinan merupakan fitrah manusia yang tidak bisa hidup sendiri dan
juga merupakan sunnatullah agar memiliki keturunan. Perkawinan juga
merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah demi menjaga kehormatan dan
martabat kita sebagai manusia, dan juga untuk menguatkan tali silaturahmi,
dengan pemenuhan tujuan perkawinan, sebagai berikut:
 Tujuan reproduksi
 Tujuan pemenuhan kebutuhan biologis
 Memperoleh ketenangan
 Menjaga kehormatan, dan Tujuan ibadah
Dengan kompleksnya permasalahan yang timbul dari interaksi antar
manusia, juga menimbulkan banyak masalah tidak terkecuali dalam ranah rumah
tangga, Bimbingan Konseling Perkawinan sebagai salah satu proses bantuan yang
diberikan oleh seorang profesional (konselor) untuk membantu menyelesaikan
masalah klien dalam menjalankan perkawinan dan kehidupan berumah tangganya,
menawarkan solusi terhadap permasalahan rumah tangga terlebih dalam
permasalahan seperti :
 Masalah perbedaan individu
 Masalah kebutuhan
 Masalah perkembangan individu dan

19
 Masalah latar belakang sosio-kultural
B. Saran
Permasalahan yang terjadi di dunia pernikahan banyak terjadi akibat faktor
dari ketidaksiapan dari masing-masing calon. Harusnya lebih digencarkan lagi
pemberian bimbingan konseling pra-pernikahan agar permasalahan yang serupa
bisa terhindarkan.

20
Daftar Pustaka

21

You might also like