Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Asisten Baru Mbah Doekoen

Sinar matahari menyinari area di sekitar rumah tua bergaya klasik itu,
cahaya nya menembus ke dalam ruang utama, dalam ruang tersebut
tampak seorang pria paruh baya berusia 60 tahun dengan rambutnya
yang pendek tipis berwarna hitam keputihan, kulit sawo matang, wajah
keriput, badan kurus.

Ia tampak sibuk membaca mantra sambil mengenggam keris di


tangan nya diselimuti asap dupa di depan-ya, dihadapan-nya tampak
seorang ibu-ibu dengan anaknya yang masih kecil, menyaksikan pria itu
mengucapkan mantra, dia adalah Kang Ujang, dukun desa Sukatani
yang dikenal baik hati, terpandang oleh warga sekitar. Meskipun di desa
tersebut sudah ada fasilitas Kesehatan yang memadai, namun warga
masih kerap berobat ke kang ujang.

Kang ujang selalu siap sedia membantu warga yang


membutuhkan, ia pun tidak pernah menarik biaya khusus, menerima
bayaran seiklhasnya. “sakit anak ibu, murni penyakit medis, saya hanya
akan memberi jamu untuk membantu memperingan gejala” kata kang
ujang sambil mengambil sebuah bungkusan yang sudah dipersiapkan
dan menyerahkannya ke ibu dan anak tersebut. Pasien kang ujang
terlihat senang, lalu berpamitan dan keluar dari ruangan. Kang ujang
pun menatap pasiennya dengan wajah puas.

*tok..tok..tok* suara pintu tiba-tiba berbunyi, langkah kang ujang


yang hendak Kembali ke ruang tengah rumahnya untuk bersantai pun
terhenti “silahkan masuk” kata kang ujang. Pintu pun perlahan terbuka
“permisi” suara nan merdu terdengar dari balik pintu, expresi kang
ujang yang awalnya terlihat santai dan tenang berubah menjadi kaget.
“emm permisi, dengan mbah ujang ya” suara merdu tersebut berasal
dari Wanita cantik yg kini berdiri di depan-nya, “selamat siang,
perkenalkan saya rina, mahasiswi psikolog yang sedang praktek d
puskesmas disini” kata sosok perempuan muda tersebut, dengan
senyum yang menghiasi wajah manisnya, angin bertiup membuat
rambut-nya yang Panjang se dada dan berwarna hitam halus..bergerak
kesana ke kanan-kiri. Sinar matahari membuat kulitnya yang putih
terasa bersinar, memakai baju kemeja putih, dan rok hitam pendek yang
membentuk jelas bodynya yang seksi, kancing di tengah payudaranya
tampak ingin tertarik seakan tidak bisa menahan payudara yang
berukuran 38B tersebut.

“mbah…emm..mbah.. halo” kata rina sambil melambai-lambai


tangannya ke hadapan kang ujang yang terlihat bengong dengan mata
terbuka lebar “eh oh…maaf dik, anu..dik rina ya? Ada yang bisa saya
bantu?” kata kang ujang berusaha tenang “begini mbah, saya kebetulan
sedang bertugas di puskemas, dan saya bermaksud menjadikan mbah
sebagai bahan untuk tugas saya tentang adat-budaya di des aini” kata
rina dengan nada lemah lembut “o..oh silahkan, jadi hmmm…apa yang
saya bisa bantu dik ?” tanya mbang ujang “saya akan mewawancarai
mbah, dan mengamati mbah selama praktek, mbah biasa praktek jam
berapa ?” tanya rina. “oh saya tidak ada pakai jam praktek, selama saya
sanggup saya siap bantu” kata mbah ujang sambil menunjuk dirinya
sambil tersenyum. “baik, kalau begitu mulai besok setiap sore saya akan
mampir ke sini ya” kata rina, mereka pun lanjut bercakap-cakap selama
beberapa menit dan kemudian rina pergi meninggalkan tempat tersebut.
“hah…gile” kata kang ujang sambil menghembuskan nafasnya dengan
lega, “untung tidak ketahuan kalau otongku ereksi dari tadi” kata ujang
sambil menatap kearahnya “jadi akan ada, cew cantik menemami ku
disini..waduh beruntungnya diriku” wajahnya yang bijaksana berubah
menjadi mesum. Untuk menjalani ilmunya kang ujang diharuskan ML
dengan Wanita muda dalam setahun, awalnya kang ujang tidak perlu
khawatir karena ia memiliki istri, namun sejak istrinya semakin
berumur karena usianya yang tidak jauh beda dengan dirinya membuat
syarat itu tidak berlaku lagi sehingga kang ujang diam-diam pergi ke
kota tetangga untuk menyewa Wanita bayaran. hal ini kemudian
diketahui istrinya yang kemudian pergi meninggalkan nya. Ia lalu
berjalan kearah lemari penyimpanan benda pusaka nya, ia kemudian
membuka kotak yang berisi banyak cincin berhiaskan batu mulia
“hmmm saaatnya aku mencoba kesaktian kalung ini” sambil menatap
kalung silver dengan bandul berbentuk hati, berhiaskan permata-
permata kecil “nah sekarang bagaimana…meyakinkan dia untuk
memakai ini” pikirnya sambil tersenyum mesum.
Ke-esokan harinya, siang hari

Sinar matahari menembus di sela-sela mbah ujang duduk bersila,


tampak mbah ujang dengan penuh konsentrasi membaca mantra sambil
menggenggam kerisnya, di iringi dengan asap dupa yang memenuhi
ruangan. Namun kali ini agak berbeda, di sebelah mbah ujang, terlihat
sosok Wanita cantik dan seksi, sedang sibuk mencatat di kertas, sambil
mengamati tiap perilaku mbah ujang. Pasien-pasien yang berdatangan
di rumah pak ujang tampak memperhatikan rina, namun enggan
bertanya langsung pada mbah ujang. “sepertinya sudah cukup untuk
hari ini dik” kata mbah ujang sambil beranjak berdiri “iya mbah,
sepertinya tidak ada lagi” jawab rina sambil tersenyum, sambil mulai
mengepak barangnya “tunggu dulu, saya ambilkan minum dan snack
dulu” kata mbah ujang sambil berjalan keluar dari ruangan prakteknya
“tidak usah repot-repot mbah terimakasih” kata rina sambil tersenyum
“ya tidak apa-apa” jawab mbah ujang sambil berlalu. Beberapa menit
kemudian, mbah ujang Kembali membawa secangkir kopi dan biskuit,
mereka berdua pun duduk santai sambil mengobrol santai “ohya dik
rina, saya mau kasi dik sesuatu” kata mbah ujang sambil
memperlihatkan sebuah kalung ke hadapan rina “ini untuk melindungi
adik, dari kemungkinan terkena pengaruh energi negative yg ada pada
pasien yang saya coba sembuhkan” . rina tertegun sesaat “bisa..seperti
itu ya mbah?” tanya rina, mbah ujang pun mengangguk perlahan. Rina
kemudian mengambil kalung tersebut dan mengenakan di
lehernya..sesaat kemudian setelah memakai kalung tersebut, expresi
wajah rina tampak bengong dengan matanya yang tidak berkedip “dik…
adik rina…halo” kata mbah ujang sambil berusaha menggoyangkan
bahunya “eh…oh..eh…ya mbah, ah kenapa ?” jawab rina dengan
bingung “jangan bengong-bengong dik, entar kesambet haha” kata mbah
ujang sambil bercanda yang dibalas dengan senyum oleh rina “baik
mbah saya pamit dulu, sampai jumpa besok”
Tengah malam, dalam kamar kos rina

“empphhh….ah…sssst” desah rina dalam tidurnya, badannya tampak


bergerak kesana kemari, membuat berantakan sprei kasurnya… “ah…
nghh..ah” desahnya dengan mata terpejam. “dik rina, km sungguh seksi
menggoda” kata mbah ujang dengan tidak berbusana tampak berbaring
di dekat paha rina. “mbah..jangan…nghhh” rina mendesah saat tangan
mbah ujang mulai mengelus kakinya dari tempurung lutut hingga ke
paha sampai mendekati vagina-nya “mbah minta ini ya dik” kata mbah
ujang sambil jarinya mengelus bibir vaginanya yang tertutup celana
dalam “nghhh jangan mbah…ahh” pandangan pun gelap seketika.
*kringgggg* alarm jam berbunyi, rina dengan segera membuka matanya,
ia melihat keadaan sekitarnya “ah..mim..mimpi” kata rina dengan nafas
lega. “kenapa aku bisa mimpi seperti itu” pikirnya dengan wajah
memerah karena malu.

Sore hari, di rumah mbah ujang

Sama seperti sebelumnya, rina mengamati mbah ujang mengobati


pasien, namun ada sedikit hal yang berbeda, mbah ujang sesekali
melirik ke arah rina yang tampak seperti orang hendak kebelet ke toilet,
rina tampak terlihat gelisah, kakinya ia gerakkan ke kanan-kiri,
sementara tangan-nya tidak henti mengusap keringat yang menetes dari
dahinya “dik kenapa, sakit ?” tanya mbah ujang. “emmm…ti tidak mbah,
mungkin Cuma karena cuaca panas hari ini” jawab rina. Mimpi
semalam membuat rina melihat mbah ujang dalam perpektif yang
berbeda “ah..ada apa dengan diriku” pikir rina dalam hati, ia merasa
jantungnya berdetak kencang, tubuhnya terasa hangat, dalam dirinya
seakan ada nafsu yg mulai bangkit. Setiap melihat mbah ujang, ingatan
mimpi semalam terus berputar di otaknya. “dik…dik kenapa?,jng
bengong-bengong nanti kesambet” kata mbah ujang sambil menepuk
bahu rina, tepukan tangan pada bahu rina seakan menimbulkan aliran
listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya dan membuatnya
bergetar.“iiiiih…” teriak rina dengan suara kecil. “dik, kayaknya
kepanasan ya, kancing bajunya buka saja biar lebih dapat angin” kata
mbah ujang, dalam hati mbah ujang tahu bahwa perilaku aneh rina
adalalah berkat kalung yang dia pakai, namun dia ingin mengetes
langsung. “iya juga ya mbah…memang cuaca hari ini panas ya” kata
rina yang tanpa malu membuka 2 kancing teratas bajunya,
memperlihatkan belahan payudaranya yang seksi tersebut, dengan
bulir-bulir keringat pada kulitnya

Mbah ujang melihat pemandangan seksi di hadapannya benar-benar


membuat nafsu dirinya bangkit, namun ia berusaha keras menahan itu
semua “sabar…sabar…baik kini saatnya aksi selanjutnya”. Jam
menunjukkan waktu untuk rina Kembali, ia pun mulai membereskan
barang-barangnya “dik rina, mbah lihat kondisi mu gk sehat, bagaimana
kalau mala mini menginap disini, mbah ada kamar kosong” tawar mbah
ujang. Rina pun mulai berpikir, jarak dari rumah mbah ujang ke kosnya
cukup jauh, hari ini juga jumat, sehingga besok puskesmas tutup, rina
pun merasa kondisinya aneh, ia tidak tahu bahwa sebenarnya sudah
mulai dalam pengaruh guna-guna mbah ujang. “apa boleh mbah ? saya
gak enak” jawab rina, “hehe..tidak apa-apa, tenang saja” jawab mbah
ujang. Mbah ujang kemudian menatap kearah rina “ada kenapa mbah ?
kenapa menatap seperti itu” tanya rina dengan wajah khawatir
“sepertinya yang saya khawatirkan terjadi, dik terkena imbas energi
negatif yang ada di pasien-pasien yang mbah sembuhkan” wajah rina
berubah antara heran namun cemas “mungkin kah mbah?” tanya nya.
“iya, namun berkat kalung yg dik kenakan, membantu mengurangi
energi negatif yg masuk” jawabnya dengan mantap.

Mbah ujang kemudian meminta rina duduk di kursi, sambil tangan-nya


meraih telapak kakinya “rileks ya”, jantung rina mulai berdetak
kencang, genggaman tangan mbah ujang pada telapak kakinya
mengirim sinyal-sinyal birahi ke otaknya, namun sebisa mungkin ia
tahan. “hmmm coba mbah pijat sedikit” sambil jari-jarinya yang kasar
mulai menekan telapak kaki rina “mpppphhhh….mppphhhhh” wajah
rina tampak memerah, matanya terpejam sambil menggigit bawah
bibirnya, kedua tangan-nya terlihat mengenggam pegangan kursi
dengan kuat , dengan kuat jari-jari mbah ujang mulai menekan titik-
titik di telapak kaki rina dengan kuat “mpppphhhhh….enghhhh” kata
rina sampai membuat badan-nya bergerak ke kanan dan ke kiri “dik, gk
usah di tahan seperti itu, lepaskan saja, biar energi negatifnya keluar”
kata mbah ujang yang melihat expresi wajah rina yg seperti menahan
sesuatu. Rina pun menganggukkan kepala dan lalu
“ahhhh…..zzzzz….ahhhhhh” desah rina dengan suaranya yg manis,
suara desahan-nya membuat konsentrasi mbah ujang sempat teralihkan
sejenak, namun membuatnya semakin bersemangat “ya seperti itu,
lepaskan saja, jng malu-malu” puji mbah ujang. Mbah ujang kemudian
mulai memijat telapak kaki rina dengan kuat, dan juga mengurut-
ngurut betis rina “ah….mbah….ahhhh..ssss….ohhh” desah rina sambil
wajahnya memerah, keringat mulai membasahi kemejanya. “sekarang
mbah pindah ke belakang ya dik” kata mbah ujang sambil beranjak
bangun dan mulai berdiri di belakang rina.

Tangan mbah ujang mulai masuk menyentuh leher rina , tangannya


mulai menekan-nekan leher belakang rina “enghhhhh……ahh…mbahh…
ah” rina Kembali mulai mendesah, telapak tangan mbah ujang mulai
mengurud leher rina yang jenjang tersebut. “dik kancing kemeja nya
buka saja, biar tangan mbah bisa bebas pijat punggung dik “ kata mbah
ujang, rina tanpa ragu mulai membuka kancing kemejanya,
memperlihatkan kedua payudaranya yang ditutupi oleh BH ny, mbah
ujang hanya bisa menelan ludah melihat pemandangan yg ada, sungguh
ia sudah tidak sabar ingin melumat payudara rina. Tangan mbah ujang
mulai memijat punggung rina, jari-jarinya yang kasar mulai meremas-
remas bahu rina yang putih mulus tersebut “nghhhh…ah…ssstt…ahh”
desah rina merasakan jari-jari mbah ujang meremas2 bahunya, gairah
birahinya perlahan-mulai meningkat, tangan mbah ujang kemudian
mulai bergerilya mengusap-mengusap wilayah sekitar leher dan atas
payudara rina, sambil komat kamit membaca mantra, wajah rina
bersemu merah, ia merasa malu, namun juga merasakan sebuah
kenikmatan. “baik mbah rasa sudah cukup dulu” katanya, sambil
melihat rina yang tampak lemas, dengan expresi wajahnya yang terlihat
bernafsu. “baik, skrang tahap selanjutnya hehe” senyum mbah ujang.
“dik rina, sepertinya masih ada sisa energi negatif di badan mu..nanti
malam mbah obati lagi jangan khawatir” kata mbah ujang , “baik mbah”
kata rina menganggukkan kepalanya, sambil memperbaiki busananya
"baik sekrang dik mandi dulu, namun semua baju yg dik kenakan akan
mbah buang karena sudah kena energi negative” kata mbah ujang
sambil menatap rina “baju saja atau semua ? mbah ?” tanya rina denga
nagak terbata-bata “iya semua , sampai daleman mu dik, jangan
khawatir mbah ada baju ganti buat kamu” jawab mbah ujang menjawab
dengan wajah professional. “baik mbah kalau begitu” senyum rina,
Sebagian hati nuraninya seakan menolak hal ini, namun disisi lain ia
seakan tidak bisa menolak permintaan mbak ujang. mbah ujang
kemudian mengantar rina ke kamar mandi di rumahnya "nanti mbah
taruh baju ganti d depan kamar mandi, baju lama taruh saja di
keranjang” jelas mbah ujang. Rina pun menganggukkan kepala
menuruti kata mbah ujang. “yes” kata mbah ujang dalam hati dengan
senyum penuh kemenangan, “malam ini aku bisa puas” katanya, mbah
ujang kemudian pergi ke kamarnya dan mempersiapkan segalanya. Usai
mandi, menoleh keluar dan melihat bungkusan yang ada di kursi dekat
kamar mandi, wajah rina bersemu merah melihat busana tersebut yang
lebih mirip lingerie hitam yang hanya menutupi sedikit wilayah dadanya
dengan bawahnya yang berenda-renda dengan Panjang yang hanya
sepahanya, namun dirinya serasa tidak bisa mengkomplain “mbah ujang
tidak memberiku daleman…ughh” keluhnya. Rina pun beranjak keluar
dari kamar mandi dengan wajah malu-malu

Mbah ujang menatap rina dengan kagum dan nafsu, ia berusaha


mengapitkan kakinya untuk menyembunyikan penisnya yang
menegang, dihadapan nya berdiri gadis muda,manis, dengan body yg
montok, ditambah dengan busana lingerie yang ia kenakan hanya
menutup Sebagian wilayah dadanya, dan mbah ujang bisa melihat
rambut-rambut vagina rina yang bersembunyi di balik renda lingerie.
“emmm mbah…aduh, sa..saya malu” kata rina sambil tangan nya
berusaha menutupi dada dan bagian bawahnya “tenang dik, tidak perlu
malu..kan mau berobat. Mbah juga tidak ada baju lain, ini baju bekas
milik mantan istri mbah” katanya menjelaskan “ayo mari makan dulu”
ajaknya sambil mengarahkan rina ke meja makan. Sambil makan mbah
ujang memperhatikan gerak gerik rina yg mulai aneh. Tangan nya tidak
henti mengusap2 bagian lingerie yang menutupi payudaranya , sambil
tangan 1nya mengusap-ngusap vagina nya “kenapa dik ?” tanya mbah
ujang yang dalam hati mengetahui reaksi serbuk yang ia taburkan d
baju tersebut mulai bekerja “ga..gatal mbah” jawab rina sambil
tersenyum malu “gatal dimana?” tanya mbah ujang , rina tersenyum
malu sambil menunjuk kearah payudara dan vaginanya . “wah
sepertinya harus mbah obati segera, ayo selesai makan ayo ke tempat
praktek mbah”. Selesai makan mbah ujang mengarahkan rina ke ruang
prakteknya.

Ada yg berbeda dari suasana ruang praktek mbah ujang malam itu, di
tengah ruangan kini terdapat ranjang berukuran sedang , dengan aroma
dupa yang mengharumi ruangan . mbah ujang kemudian mengarahkan
rina untuk duduk di ranjang, rina terlihat merasa badan-nya semakin
gatal, terutama di wilayah payudara dan vaginanya. Mbah ujang
kemudian berdiri di hadapan rina, kedua tangannya memegang bahu
rina, wajahnya yang agak keriput memandang wajah manis rina “dik
rina, sekarang mbah akan mengeluarkan energi negatif dari tubuh adik,
kuncinya adalah adik harus pasrah dengan apapun yg akan mbah
lakukan.bagaimana ?” tanya mbah ujang dengan tatapan serius, rina
yang menatap mata mbah ujang seakan tidak bisa menolak, gairahnya
mulai muncul Kembali, dan payudara serta vaginanya makin terasa
gatal “baik mbah, saya bersedia” jawab rina memelas. Mbah ujang
kemudian makin mendekatkan wajahnya ke rina, bibir mbah ujang
secara perlahan mendekati bibirnya “ingat dik, pasrah saja” bisik mbah
ujang perlahan. Kedua bibir mereka pun bersentuhan satu sama lain,
rina awalnya kaget, namun kemudian memejamkan matanya, lidah
mbak ujang mulai berusaha memasuki bibir rina, rina y pasrah
membuka bibirnya dan membiarkan lidah mbah ujang salinng beradu
dengan lidahnya, “mppphh…..mppphhhh” kepala mbah ujang dan rina
saling bergerak ke kanan kiri satu sama lain sambil kedua bibir mereka
menempel erat satu sama lain, pemandangan kontras antara pria paruh
baya dan gadis cantik jelita membuat suasana semakin erotis. Air liur
menetes keluar dri kedua bibir yang menempel erat tersebut, kedua
tangan rina memeluk erat leher mbah ujang, smentara tangan mbah
ujang meraba-raba pinggang rina yang seksi. Sekitar 5 mereka saling
berciuman, rina merasakan dirinya seakan tenang, dan keluhan
gatalnya berkurang. “hah…hah” mbah ujang perlahan melepas ciuman-
nya wajah rina tampak sayu-sayu dengan mulutnya yang terbuka
“nghh..ah”. rina mendesah kecil saat ciuman mbah ujang kini menyasar
lehernya “mbah…ahh” rina berteriak kecil saat bibir mbah ujang mulai
mencupang lehernya dengan kuat “ssttt…ahhhh” desah rina Kembali
saat bibir mbah ujang mencupang lehernya sambil perlahan
membaringkan badannya di Kasur “gimana rasa gatalnya hilangkan?”
tanya mbah ujang “i..iya mbah”jawab rina

Kedua tangan mbah ujang lalu meraih bagian lingerie yang menutupi
payudara rina “nah skarang mbah mau hisap energi negative yang ada
di payudara adik” mbah ujang kemudian melorotkan lingerie rina yang
langsung dengan reflek rina menutupi payudaranya dengan tangannnya
“mbah…sya malu” katanya dengan muka bersemu merah. “tidak apa-
apa, adik rina cantik” puji mbah ujang . rina tersipu malu, dan
membiarkan tangan mbah ujang menyingkirkan kedua tangan nya . kini
di hadapan mbah ujang terbaring tubuh topless rina, sungguh
menawan, dengan payudaranya yang berukuran besar. Dengan putting
susunya yang berwarna kecoklatan dan menegang “susu dik rina gede
juga ya” kata mbah ujang sambil mulai meremas-remas kecil payudara
yang lembut dan kenyal itu “i..ya mbah” kata rina dengan malu
“nghhhh…..ahh” rina mendesah merasakan kedua tangan mbah ujang
yang meremas-remas kedua payudaranya, ini merupakan pengalaman
pertama baginya. Mbah ujang kemudian mendekat kearah payudara
yang diremasnya, lidahnya ia julurkan keluarkan lalu secara perlahan
mulai menjilat-jilat puting susu rina. “mbah…ahh…sstt….ohh” lidah
mbah ujang bermain di sekitar aerola dan putting susu rina, dengan
cepat lidahnya mulai bergerak kesana kemari, kedua tangan rina
meremas2 spray Kasur, sementara kakinya meronta-ronta ke depan dan
belakang “hap” mulut mbah ujang mulai menempel di payudara rina,
seperti bayi yang sedang menyusui “sruppp….sruupppp” suara mbah
ujang menyedot payudara rina, ia sesekali juga menggigit dan
mengulum puting susu rina, selagi bibir mbah ujang sibuk di payudara
rina, tangannya mulai bergerak ke bawah kearah vagina rina.
telapak tangan-nya mulai meraba-raba rambut vagina rina, jari
tengahnya mulai bergerak turun ke bibir vagina-nya “mbah..ah…
jangan….mbah ohh” rina bisa merasakan jari tengah mbah ujang mulai
meraba-raba klitorisnya, jari-jari nya yang kasar itu mulai mengusap2
bagian klitorisnya “nghhh….ahh….ah…mbah geli….ah” kepala rina
bergerak kekanan dan kiri, rambut panjangnya mulai acak-acakan,
tangannya tidak henti meremas Kasur, dan badannya mulai melengkung
ke atas. Di payudara rina, mbah ujang bergantian mengulum payudara
rina, sementara jari tengahnya bermain d klitoris, tubuh kedua insan
tersebut mulai basah oleh keringat nafsu. “ahhh….mbah….geli” teriak
rina, mbah ujang merasakan vagina rina mulai semakin becek, mbah
ujang semakin bernafsu mengulum payudara rina , dan mengusap2
klitorisnya “nghhhhh…ahhhhh” rina mendesah kuat. Mbah ujang
merakakan cairan vagina rina yg mengalir keluar “hah…hah..hah” rina
tampak menghela nafas dengan tatapan yang sayu-sayu

Mbah ujang kemudian melorotkan lingerie yg rina pakai, sehingga kini


rina telanjang bulat tanpa sehelai benang, “nah sekarang, penis mbah
akan memberikan obat ke Rahim rina” jelasnya dengan mantap.
“mbah..pelan-pelan, sa..saya belum pernah” kata rina dengan tatapan
sayu, mbah ujang dalam hati serasa mendapat hadiah jackpot, ia
kemudian membelai rambut vina “gpp…rina bersedia kan ?” , rina
menganggukkan kepalanya sambil memejamkan matanya. Badan mbah
ujang kemudian mulai menindih vina, bibir mereka berciuman satu
sama lain , tangan mbah ujang mulai mengarahkan penisnya ke bibir
vagina rina “buka pahanya yang lebar ya dik rina cantik” kata mbah
ujang , rina kemudian mulai membuka lebar kedua pahanya “nghhhh…
ahhh” rina mulai merasa ujung penis mbah ujang mulai memasuki bibir
vaginanya secara “mbah….nghhh…sakit ahh” desah rina, penis mbah
ujang mulai memasuki vagina rina “seredddnya asik juga” kata mbah
ujang dalam hati. “ohhhh..nghhh” desah rina saat penis mbah ujang
mulai masuk lebih dalam lagi, air mata mengalir dari matanya, mbah
ujang tidak henti mencium bibir rina, sementara tangan satu nya
meremas2 payudara nya. “mbah…” rina memanggil mbah ujang dengan
suara pelan, mbah ujang kemudian mulai menggerakkkan penisnya
“ahh….ohhhhhhh” desah rina sambil mencengkram punggung mbah
ujang, “ahh…ahhh” desah rina merasakan sodokan penis mbah ujang
pada mulut rahimnya “mbah…..ahhh…lagi ah…enak” desah rina sambil
mulai meracau, mbah ujang kemudian semakin semangat menggenjot
vagina rina, Gerakan penis mbah ujang bertambah cepat dan semakin
cepat , badan rina mulai menegang dan melengkung ke atas “owhhh”
desah mbah ujang, rina bisa merasakan cairan hangat memenuhi
rahimnya . kedua insan tersebut kemudian saling berpelukan satu lain.

Esok paginya

Sinar matahari memasuki ruang praktek mbah ujang, suara burung


saling bersahutan di luar, di ranjang yg spreinya sudah berantakan
tersebut terlihat dua insan dengan usia dan kulit yg kontras saling tidur
berpelukan “nghhhhh…” rina membuka matanya.ia melihat ke langit-
langit menatap sinar matahari yang masuk di antara genteng rina
kemudian mencoba berdiri dengan menyingkirkan tangan mbah ujang
yg memegang payudaranya dari belakang, “aduh” rina merasakan agak
sedikit perih di bagian kelaminnya “sudah bangun ya, adik cantik”
terdengar suara yang tidak asing memeluk rina dari belakang “mbah
semalam kita…” wajah rina kemudian memerah “mbah sudah
menyembuhkan dik rina, sebagai bayaran mbah minta dik rina diam
disini untuk melayani mbah” kata mbah ujang berbisik di telinganya,
kata-kata mbah ujang menghipnotis rina, namun di sisilain rina
merasakan sesuatu yang baru bangkit pada dirinya. Ia ingin sex dan sex
lagi. “baik mbah, mulai hari ini, rina akan melayani mbah sampai puas”
katanya sambil mencium bibir mbah ujang. “bagus…bagus” puji mbah
ujang sambil membelai rambut rina

Beberapa hari kemudian

Mbah ujang seperti biasa tampak komat-kamit membaca mantra


menyembuhkan pasien yang datang berobat, dan seperti biasa rina
duduk disebelahnya, mencatat, dan mewawancarai pasien yang datang.
“baik dik rina, tampak nya ini adalah pasien terakhir, yuk kita tutup
saja” kata mbah ujang, dibalas dengan senyum dan tatapan genit rina
“dik sudah tahu aturan nya kan hehe” kata mbah ujang, “baik mbah”
jawab rina sambil mulai melepas busana-nya “peraturan no.1 : rina
tidak boleh pakai baju selama di rumah hihi” jawab rina dengan
tersenyum manis. Continue/the end

You might also like