Professional Documents
Culture Documents
Teknologi Polimer
Teknologi Polimer
POLIMER
Industri Pertanian
OLEH :
Prof. Dr. Ir Bambang Admadi Harsojuwono
I Wayan Arnata, STP., MSi
2015
Teknologi Polimer
Cetakan: 1 – Denpasar
v: 277 hlm: 16 x 24 cm
ISBN:
Penulis
Desain Grafis
...............................
Tata Letak
................................
Penyunting
...................................
Hak Cipta pada penulis. Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penulis.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2) dan (6).
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa Hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Ayat
(1), di Pidana dengan Pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling
2
Sekilas Tentang
Polimer
sedikit Rp. 1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah), atau Pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) Tahun
dan /atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima milyar Rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan , memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada
Umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1), di Pidana dengan Pidana Penjara paling lama 5 (Lima) Tahun dan / atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 diPidana dengan
Pidana Penjara paling lama 2 (Dua) tahun dan /atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
(Seratus Lima puluh juta rupiah).
email: .......................................
Isi buku di luar tanggung jawab percetakan
3
Teknologi Polimer
KATA PENGANTAR
..............,........................... 2015
4
Sekilas Tentang
Polimer
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
5
Teknologi Polimer
6
Sekilas Tentang
Polimer
7
Teknologi Polimer
DAFTAR TABEL
8
Sekilas Tentang
Polimer
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Beberapa benda yang terbuat dari material polimer
sintetik ........................................................................ 4
Gambar 2. Struktur (Pola) pecahan molekul selulosa .................. 17
Gambar 3. Struktur Glukosa ......................................................... 18
Gambar 4. Struktur polimer linier .................................................. 34
Gambar 5. Struktur polimer bercabang ......................................... 35
Gambar 6. Struktur Polimer berikatan silang ................................................ 35
Gambar 7. Reaksi Polimerisasi polipeptida dari asam amino ...... 41
Gambar 8. Reaksi Polimerisasi polivinilklorida dari vinilklorida ... 42
Gambar 9. Polimerisasi Kondensasi nilon 66 .............................. 46
Gambar 10. Proses pembuatan Nilon 66 di laboratorium .............. 46
Gambar 11 : Proses radikal bebas pada tekanan tinggi untuk
menghasilkan LDP (Low Density Polyethylene).......... 56
Gambar 12. Diagram alir polimerisasi suspensi untuk pembuatan 59
methyl methacrylate ...................................................
Gambar 13. Jalur Perubahan Naftalen Menjadi Katekol oleh
Bakteri ........................................................................ 76
Gambar 14. Reaksi Polimerisasi etilena ......................................... 83
Gambar 15. Simbol HDPE .............................................................. 86
Gambar 16. Bentuk Struktur Propilena ........................................... 90
Gambar 17. Polipropilena (a) isotaktik (b) sindiotaktik (c) ataktik . 92
Gambar 18. Mekanisme rekasi polimerisasi polistiren ................... 97
Gambar 19. Reaksi Polimerisasi .................................................... 98
Gambar 20. Struktur polistiren ataktik dan sindiotaktik ................. 98
Gambar 21. Struktur polimer polikarbonat (Sun, 2003) .................. 101
9
Teknologi
Polimer
10
Sekilas Tentang
Polimer
11
Teknologi Polimer
BAB I
SEKILAS
TENTANG
POLIMER
12
Sekilas Tentang
Polimer
A. Pengertian Polimer
Menurut Billmeyer (1971), polimer (poly=banyak, meros =
bagian) merupakan molekul yang berukuran besar (makromolekul)
yang tersusun atas rangkaian berulang yang saling berkaitan
membentuk ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer, biasanya
ekivalen dengan monomer, yaitu bahan dasar polimer tersebut.
Panjang rantai polimer diukur dari jumlah unit ulang yang
terdapat pada rantai, umumnya dikenal sebagai derajat
polimerisasi (DPn). Panjang rantai dari suatu polimer berbeda-
beda. Oleh karena itu, berat molekul suatu polimer tidak dapat
ditentukan secara pasti. Berat molekul polimer biasanya diambil
berdasarkan rata-rata berat molekul ( Mw ) atau berat molekul rata-
rata jumlah ( Mn ). Berat molekul polimer yang biasa digunakan
sebagai plastik, karet atau serat berkisar antara 10.000 sampai
1.000.000 (Billmeyer,1971).
Polimer lebih dikenal sebagai plastik dan bahan karet.
Pada umumnya, polimer merupakan senyawa kimia organik yang
didasarkan pada karbon, hidrogen dan elemen bukan logam (O,
N, dan Si). Selain itu, polimer memiliki struktur molekul yang
sangat besar. Polimer alam memiliki rantai karbon utama berupa
rantai karbon C. Jenis polimer yang terkenal adalah polietilena
(PE), nilon, poli vinil klorida (PVC), polikarbonat (PC), polistirena
(PS), dan karet silikon. Bahan-bahan ini biasanya memiliki
13
Teknologi Polimer
14
Sekilas Tentang
Polimer
B. Sejarah Polimer
15
Teknologi Polimer
16
Sekilas Tentang
Polimer
C. Manfaat Polimer
17
Teknologi Polimer
D. Dampak Polimer
18
Sekilas Tentang
Polimer
19
Teknologi Polimer
20
Sekilas Tentang
Polimer
21
Teknologi Polimer
22
Sekilas Tentang
Polimer
23
Teknologi Polimer
E. Industri Polimer
F. Rangkuman
25
Teknologi Polimer
G. Soal-soal latihan
26
Sekilas Tentang
Polimer
BAB II
STRUKTUR, SIFAT
DAN KLASIFIKASI
POLIMER
Sumber : www.chem-is-try.org
28
Sekilas Tentang
Polimer
Sumber : www.chem-is-try.org
29
Teknologi Polimer
Polietilena CH2CH2
Politetrafluoroetilena
CF2CF2
30
Sekilas Tentang
Polimer
CH2CH
Poli (asam akrilat)
CO2H
C H3
C H2C
Poli (a-metil stirena)
CH2CH
Poli (1-pentena)
CH2CH2CH3
31
Teknologi Polimer
n H O - C - (C H 2 )4 - C - O H + n H 2 N - (C H 2 )6 - N H 2
a sa m ad ip a t he k sa me tile d ia m in
O O
C - (CH2)4 - C - NH - (CH2)6 - NH
n
nylo n- 6 ,6
33
Teknologi Polimer
Sumber : www.docstoc.com
2. Chain Linearity
Bentuk paling sederhana dari molekul polimer adalah rantai
lurus atau disebut juga sebagai polimer linear yang terdiri dari
satu rantai utama. Fleksibilitas dari rantai polimer yang tidak
bercabang di pengaruhi oleh persistence length (sifat dasar
mekanis yang mengukur kekakuan dari polimer panjang).
Molekul polimer bercabang disusun dari rantai utama dengan
satu atau lebih cabang. Beberapa tipe khusus dari polimer
bercabang adalah star polymers, comb polymers, dan brush
polymers. Jika polimer mengandung rantai cabang yang
komposisinya berbeda dengan rantai utama maka dia disebut
grafted polymer. Cross-link menunjukkan dimana titik
percabangan dimulai.
i. Linear Polymer
Polimer linear tersusun atas satu rantai panjang yang
kontinu, tanpa adanya percabangan dari rantai tersebut.
34
Sekilas Tentang
Polimer
iii. Cross-Linking
Terjadinya cross-linking dalam polymer ketika ikatan
valensi primer terbentuk antara moleku-molekul rantai
polymer yang terpisah. Selain ikatan monomer membentuk
rantai polymer, ikatan polymer yang lain terbentuk diantara
polymer tetangganya. Terbentuknya ikatan ini dapat secara
langsung terjadi diantara rantai tetangganya, atau dua
rantai dapat terikat menjadi rantai yang lain. Meskipun tidak
sekuat ikatan pada rantai, cross-links yang banyak
mempunyai “memory” berperan penting pada polymer.
Pada saat polymer diregangkan, ikatan cross-links
mencegah rantai untuk berpisah, dan ikatan ini menguat,
namun ketika tegangan dihilangkan maka struktur akan
kembali kebentuk semula dan objek pun demikian.
35
Teknologi Polimer
5. Stereokimia Polimer
Architecture, polimer yang berbeda arsitektur-nya
mewakili isomer konstitusional dimana hubungan dari atom-
atomnya berbeda. Polimer semacam ini di dapat dari
polimerisasi monomer dari sifat kimia yang berbeda tetapi
memiliki komposisi atom yang yang sama. Rumus molekul dari
unit monomer untuk semua tipe polimerC2H4O .
36
Sekilas Tentang
Polimer
I. Sifat-sifat Polimer
1. Sifat Kimia
38
Sekilas Tentang
Polimer
2. Sifat Fisik
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer
diantaranya:
1. Panjang rata-rata rantai polimer
Dengan bertambah panjangnya rantai polimer, Kekuatan
dan titik leleh akan naik.
2. Gaya antarmolekul
Polimer akan menjadi kuat dan sukar meleleh bila pada
rantai polimernya gaya antar molekulnya besar.
3. Percabangan
Rantai polimer yang mempunyai cabang banyak daya
tegang dan titik leburnya rendah.
4. Ikatan silang antar rantai polimer
Jaringan yang kaku dan keras pada polimer disebabkan
oleh ikatan silang antar rantai polimer. Bila ikatan silang
pada polimer bertambah banyak maka polimer akan
bertambah kaku dan mudah patah.
39
Teknologi Polimer
3. Sifat Mekanik
Menurut Arifianto 2008, sifat mekanik polimer antara
lain sebagai berikut :
1. Strength/kekuatan adalah sifat mekanik yang dimiliki
polimer. Macam kekuatan polimer, antara lain:
1) Tensile Strength/Kekuatan Tarik. Kekuatan tarik ialah
tegangan yang diperlukan guna memutuskan suatu
contoh benda. Ini sangat diperlukan untuk mengetahui
kemampuan polimer yang ditarik, misalnya : fiber
kekutan tariknya baik
2) Compressive strength/Ketahanan terhadap Tekanan.
Ketahanan terhadap tekanan ialah kemampuan suatu
bahan untuk menahan beban tekanan yang berat.
Misalnya, beton kekuatan tekannya bagus
3) Flexural strength/Ketahanan pada bending adalah
ketahanan saat bahan tersebut dibengkokkan. Jika
Polimer kuat saat dibengkokkan maka polimer
dikatakan mempunyai flexural strength
4) Impact strength ialah kekuatan polimer terhadap suatu
reaksi yang datang tiba-tiba. Misalnya suatu polimer
tetap kuat meskipun tiba-tiba dipukul dengan keras.
40
Sekilas Tentang
Polimer
2. Elongation
Salah satu bentuk deformasi adalah elongation. Deformasi
adalah berubahnya ukuran ketika suatu bahan diberi gaya.
Elongasi biasanya dinyatakan dengan persentase dimana
persentase elongasi adalah panjang polimer setelah diberi
gaya (L) dibagi panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo)
kalikan 100.
3. Modulus
Modulus diukur dengan cara tegangan dibagi elongasi.
2
Satuan modulus = satuan kekuatan (N/cm ).
4. Toughness/Ketangguhan
Ketangguhan adalah seberapa besar energi yang mampu
diserap suatu bahan sebelum patah.
41
Teknologi Polimer
J. Klasifikasi Polimer
Pemakaian polimer sekarang sudah sangat luas
pemanfaatannya dan berbagai pengetahuan tentang polimer terus
berkembang. Dengan semakin banyaknya jenis polimer dan
memudahkan kita mengetahui jenis polimer dibuatlah sistem
klasifikasi. Beberapa cara mengklasifikasikan polimer, yaitu: 1)
berdasarkan sumber, 2) berdasarkan struktur, 3) berdasarkan
gaya molukuler, 4) berdasarkan monomer.
1. Berdasarkan Sumber
Polimer terbagi atas tiga kelompok berdasarkan sumbernya,
yaitu :
Ø Polimer Alami, yaitu bahan yang berasal dari makhluk
hidup dan terjadi secara alami. Contoh polimer alam antara
lain selulosa, protein, karet alam dan pati. Polimer ini
43
Teknologi Polimer
44
Sekilas Tentang
Polimer
2. Berdasarkan struktur
Berdasarkan struktur rantainya dapat dibagi menjadi tiga
golongan antara lain:
Ø Polimer Linier adalah polimer yang terbentuk atas unit
berulang yang saling bergandengan sehingga terbentuk
rantai yang panjang. Polimer jenis ini bisa terlarut pada
beberapa pelarut dan berwujud padat pada suhu normal.
Umumnya tersedia dalam bentuk termoplastik atau
elastomer, misalnya polietilena, poli(vinil klorida)/PVC,
poli(metal metakrilat)/PMMA, lucite, plexiglas/perspex, nilon
66 dan poliakrilonitril (orlon atau creslan).
45
Teknologi Polimer
46
Sekilas Tentang
Polimer
Ikatan kimia
4. Berdasarkan monomer.
Polimer dikelompokkan berdasarkan macam monomernya
ialah homo-polimer dan ko-polimer. Homopolimer tersusun
atas satu macam monomer dan kopolimer tersusun lebih dari
satu macam monomer. Untuk mengetahui lebih jelas
perbedaan kedua golongan polimer tersebut dapat dilihat pada
uraian berikut ini.
i. Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yang tersusun atas monomer
tunggal, struktur polimernya . . . – A – A – A – A–A – A- . . .
Contoh: PVC, Selulosa, Teflon, polisterina, polipropilena.
ii. Kopolimer
Kopolimer adalah polimer yang terdiri atas dua macam atau
lebih monomer tak sejenis. Contoh: DNA (dari pentosa,
basa nitrogen, dan asam fosfat), dakron, nilon 66, melamin
(dari urea dan formaldehida), tetoron, protein, bakelit (fenol
dan formaldehida).
1. Kopolimer acak,
Kopolimer adalah rantai polimer yang terdiri atas satuan
berulang tak sama yang berikatan secara acak.
Strukturnya: . . . – A – B – A – A – B – B – A – A –. . . .
2. Kopolimer bergantian,
Kopolimer adalah rantai polimer yang terdiri atas
sejumlah grup berulang yang tidak sama yang
48
Sekilas Tentang
Polimer
4. Kopolimer tempel/grafit
Kopolimer yang mempunyai satu macam grup berulang
menempel pada punggung polimer yang lurus dimana
grup berulang tersebut cuma punya satu jenis
monomer.
K. Rangkuman
L. Soal-soal latihan
50
Sekilas Tentang
Polimer
BAB 3
POLIMERISASI
Reaksi :
polimerisasi
Monomer polimer
R O H R O
- H2O
n H2N C C OH N C C
H H n
52
Sekilas Tentang
Polimer
A. Polimerisasi Adisi
n H2C = CH CH2 C
n
Cl Cl
vinilklorida polivinilklorida (PVC)
Teknologi Polimer
54
Sekilas Tentang
Polimer
· Polivinil klorida
n CH2 = CHCl → [ - CH2 - CHCl - CH2 - CHCl - ]n Vinil klorida polivinil klorida
55
Teknologi Polimer
· Poliakrilonitril
n CH2 = CHCN → [ - CH2 - CHCN - ]n
· Polistirena
B. Polimerisasi Kondensasi
56
Sekilas Tentang
Polimer
O O
57
Teknologi Polimer
Poli(A-b-B)
A m B n
58
Sekilas Tentang
Polimer
A A A A A A
B B
B
B
B
B
B
B Poli(A-g-B)
A
A A A
A A
B
A
A A B
kopolimer sisir
kopolimer bintang
59
Teknologi Polimer
A B A B Poli(A-alt-B)
4. Kopolimer Acak
A B A B B A B poli(A-co-B)
D. Komposit
61
Teknologi Polimer
62
Sekilas Tentang
Polimer
E. Rangkuman
63
Teknologi Polimer
atau lebih yang terdiri dari komponen bahan utama (matriks) dan
bahan rangka (reinforcement) atau penguat
F. Soal-soal latihan
64
Sekilas Tentang
Polimer
BAB IV
TEKNIK POLIMERISASI
Dalam berbagai kebutuhan hidup polimer sering kita jumpai
baik dalam bentuk peralatan rumah tangga atau yang lainnya
misalnya plastik, gelas, ember, kotak makan dan sebagainya.
Polimer ini punya banyak keunggulan diantaranya kuat, ringan,
tahan terhadap karat/korosi, pada kondisi asam relatif tahan, awet
serta relatif tahan hingga suhu tinggi, menyebabkan penggunaan
polimer semakin diminati. Hal inilah yang menyebabkan ilmu
pengetahuan tentang polimer berkembang pesat.
Polimer merupakan ilmu yang sangat dinamis sehingga
untuk dapat memahami serta mengembangkan ilmu polimer,
65
Teknologi Polimer
66
Sekilas Tentang
Polimer
Cara kerja :
b. Elusi bertingkat
Cara kerja :
67
Teknologi Polimer
2. Polimerisasi Larutan
68
Sekilas Tentang
Polimer
69
Teknologi Polimer
1. Polimerisasi Emulsi
70
Sekilas Tentang
Polimer
2. Polimerisasi Suspensi
71
Teknologi Polimer
72
Sekilas Tentang
Polimer
• Polyethylene, Polypropylene
• Polyvinylidene chloride,
• Polystyrene, Polymethyl methacrylate, Polyvinyl chloride,
• Polyvinyl acetate
73
Teknologi Polimer
C. Rangkuman
D. Soal-soal latihan
74
Sekilas Tentang
Polimer
75
Teknologi Polimer
BAB V
DEGRADASI
POLIMER
(DEGRADABLE POLYMER )
76
Sekilas Tentang
Polimer
1. Degradasi kimia
Degradasi kimia ialah berubahnya keadaan suatu
polimer karena reaksi kimia atau terjadi penguraian bagian-
bagian polimer akibat reaksi dengan polimer lain di dekatnya,
sehingga menyebabkan terjadinya pemecahan suatu molekul
jadi lebih kecil/sederhana dengan cara alami atau buatan.
Seperti pada polimer-polimer vinil terjadi penguraian
secara kimia, karena struktur polimer vinil yang terdiri atas
77
Teknologi Polimer
1) Hidrolisis
Hidrolisis adalah kepekaan nilon terhadap penguraian/
degradasi yang disebabkan asam dan akan mengalami
keretakan bila terkena asam kuat. Hal tersebut sering
disebut stress korosi retak.
78
Sekilas Tentang
Polimer
2) Fluoroelastomer
Degradasi kimia fluoroelastomer pada kondisi
o
alkalin yaitu NaOH 10% dan suhu 80 C adalah
penguraian/degradasi yang mula-mula terjadi hanya di
sekitar wilayah permukaan beberapa nanometer saja.
Awalnya permukaan paparan menjadi kasar waktunya
kira-kira satu minggu dan selanjutnya pada permukaan
akan terjadi keretakan setelah kontak dalam waktu yang
lebih lama. Adanya penyinaran dalam waktu yang
cukup lama kurang lebih 12 minggu akan menyebabkan
degradasi yang lebih luas sampai di bawah permukaan
fluoroelastomer. Hal ini akan berpengaruh cukup kuat
terhadap sifat mekanik. Untuk mengukur mekanisme
molekuler pada degradasi kimia permukaan ini dengan
analisis permukaan (XPS dan ATR-FTIR), dimana
terjadinya awal penguraian/degradasi diketahui dengan
dehydrofluorination.
3) Klor-Induced Cracking
Klorin adalah salah satu gas yang reaktif sekali
yang mampu menyerbu polimer yang lemah misalnya
resin asetal dan polybutylene pipa. Gas ini akan
menyerang bagian yang paling sensitif dari rantai molekul
yaitu bagian sekunder, tersier atau allylic atom karbon.
Setelah itu akan terjadi oksidasi rantai karbon yang
mengakibatnya terjadinya retakan/perpecahan. Hal ini
disebabkan oleh sisa-sisa klorin yang ada pada air dan
penambahan bahan anti bakteri. Selain itu berubahnya
warna di permukaan fraktur diakibatkan adanya endapan
karbonat yang berasal dari pasokan air
79
Teknologi Polimer
80
Sekilas Tentang
Polimer
6) Degradasi Poliester
Degradasi polyester bisa berlangsung meskipun
tidak ada asam katalis yang mengakibatkan degradasi
PVC. Jika hidrolisis air berperan sebagai katalis reaktif
bukan asam, maka selama proses berlangsung akan
terjadi degradasi pada suhu dan tekanan yang tinggi.
Pada reaksi ini molekul air akan menyerang CO pada
ikatan ester dan akan memecah setengah dari polimer
tersebut. Molekul air dipecah lalu berikatan dengan
sebuah atom hydrogen maka terbentuklah asam
karboksilat dari atom karbon dengan oksigen yang
berikatan ganda dan pada ujung lain akan terbentuk
alkohol dari sisa-sisa reaksi. Hasil reaktif tersebut bisa
pula mengakibatkan terjadinya degradasi lanjutan pada
rangkaian polimer. Pemutusan rangkaian tersebut
biasanya menyebabkan penurunan pada berat molekul
polimer, jumlah dan kekuatan rangkaian antar molekul
serta tingkat keterkaitan. Hal ini menyebabkan mobilitas
rantai meningkat, kekuatan polimer menurun dan
deformasi pada tegangan rendah meningkat.
81
Teknologi Polimer
82
Sekilas Tentang
Polimer
2) Degradasi Nilon
Selain plastik polimer yang banyak ditemukan
adalah nilon. Nilon memang banyak dijumpai dalam
industri tekstil untuk pakaian dan karpet, akan tetapi
tidak hanya itu nilon juga digunakan dalam dunia
outomotif yaitu untuk ban tali yaitu lapisan dalam ban
kendaraan yang dipasang di bawah karet. Nilon padat
dipakai pada bantalan mesin dan roda gigi.
Du Pont ialah sebuah perusahaan kimia terbesar
milik negara Amerika Serikat telah sukses menciptakan
teknologi daur ulang nilon dengan memakai teknologi
ammonolysis. Riset daur ulang nilon ini ternyata
sebelumnya sudah ada pilot plantnya, yaitu telah lama
dibangun di wilayah Ontario, tepatnya di kota Kingston,
83
Teknologi Polimer
84
Sekilas Tentang
Polimer
85
Teknologi Polimer
4. Degradasi radiasi
Pada degradasi dengan energi tinggi atau radiasi,
contohnya sinar gamma, sinar X atau partikel, semua unit
molekul akan terkena dampaknya jika ada faktor
pendukungnya antara lain aditif, oksigen, kristalin atau pelarut
tertentu.
5. Degradasi mekanis
Degradasi mekanis bisa berlangsung saat pemprosesan
maupun ketika produk tersebut digunakan yaitu dengan adanya
gaya geser, dampak benturan, adanya tekanan dan sebagainya
(http://id.wikipedia.org/wiki/maleat anhidrida).
86
Sekilas Tentang
Polimer
87
Teknologi Polimer
88
Sekilas Tentang
Polimer
89
Teknologi Polimer
2. Degradasi biokimia
C. Rangkuman
91
Teknologi Polimer
92
Sekilas Tentang
Polimer
D. Soal-soal latihan
1. Apa maksud dari Degradasi polimer (jelaskan)?
2. Sebutkan dan uraikan jelaskan jenis degradasi polimer?
93
Teknologi Polimer
BAB VI
NON
BIODEGRADABLE
POLYMER
A. Polietilena (polyethylene)
Menurut Billmeyer (1994) polietilena ialah material
termoplastik yang transparan, warnanya putih yang memiliki titik
0 0
lebur antara 110 C - 137 C. Polietilena biasanya resisten pada
bahan kimia. Pada suhu kamar polietilena tak bisa larut pada
pelarut organik maupun anorganik.
Polietilen merupakan polimer yang sangat kristal dan
mempunyai sifat hydrophob tinggi dengan energi permukaan
rendah, serta terbatasnya situs aktif yang ada pada permukaan
polietilen yang membatasi dalam pemanfaatannya. Polimer
polietilen merupakan bahan yang banyak digunakan untuk
pembuatan komposit, namun dalam pembuatannya tidak
diperoleh hasil yang homogen karena perbedaan polaritas antara
polimer dan bahan pengisi. (Yuniari, A., 2011).
Polietilena atau biasanya disebut plastik dibentuk dari
reaksi adisi monomer-monomer etilena yang umumnya memiliki
cirri-ciri tak berbau, tak berwarna dan tak beracun. Terdapat dua
macam polietilena, yaitu polietilena dengan kerapatan/densitas
rendah dan polietilena dengan kerapatan tinggi. Perbedaan
keduanya adalah dari cara membuatnya dan bentuk fisiknya.
Pada polietilen dengan densitas rendah umumnya berbentuk
lapisan/hamparan tipis dipakai untuk bungkus makanan, kantung
plastic dan jas hujan. Adapun polietilen densitas tinggi sifatnya
lebih keras tapi masih mudah dibentuk. Umumnya dipakai untuk
95
Teknologi Polimer
96
Sekilas Tentang
Polimer
LDPE Rantai
Sifat Fisik dan Mekanik HDPE
Cabang
3
Berat jenis (g/cm ) 0,91-0,94 0,95-0,97
0
Titik leleh ( C) 105-115 135
Kekerasan 44-48 55-70
-1 -1
Kapasitas panas (kj kg K 1,916 1,916
Regangan (%) 150-600 12-700
-2
Tegangan Tarik (N mm ) 15,2-78,6 17,9-33,1
-2
Modulus tarik (N mm ) 55,1-172 413-1034
Tegangan impak >16 0,8-14
Konstanta dielektrik 2,28 2,32
15 5
Resitivitas (Ohm cm) 6 × 10 6×10
97
Teknologi Polimer
98
Sekilas Tentang
Polimer
bahannya lebih kuat, keras, buram dan tahan pada suhu tinggi
o
(120 C). Untuk membuat 1000 g HDPE diperlukan 1750 g
minyak bumi yaitu untuk bahan dasar dan energi. HDPE dapat
didaur ulang, simbol daur ulang HDPE adalah nomor 2. Simbol
HDPE seperti terlihat pada gambar 15.
99
Teknologi Polimer
Tinggi
(HDPE)
a. Karakteristik HDPE
100
Sekilas Tentang
Polimer
101
Teknologi Polimer
· Kontong plastik
· Bagian elektronik
· Kotak makan dan tempat peralatan laboratorium
· Permukaan anti korosi
102
Sekilas Tentang
Polimer
B. Polipropilena (polypropylene)
Polipropilena hampir sama dengan polietilen, karena
monomer pembentuknya adalah propilena. Perbedaan keduanya
pada jumlah atom C-nya. Bila dibandingkan polipropilena lebih
kuat dan lebih tahan dari polietilena, sebab itu banyak digunakan
untuk membuat botol, tali dan lainnya. Sebab itu botol dari
polipropilena bisa dibuat lebih tipis daripada polietilena.
Monomer polipropilena (CH2=CHCH3) diperoleh dari hasil
103
Teknologi Polimer
104
Sekilas Tentang
Polimer
1. Struktur Polipropilena
Dalam struktur polimer atom-atom karbon terikat secara
o
tetrahedral dengan sudut antara ikatan C-C 109,5 C dan
membentuk rantai zigzag planar. Untuk polipropilena struktur
zigzag planar tiga dimensi dapat berlangsung melalui 3 cara
yang berlainan tergantung pada tempat gugus metilnya. Ini
menghasilkan struktur isotaktik, sindiotaktik atau taktik. Ketiga
struktur polipropilena tersebut pada pokoknya secara kimia
berbeda. Pada polipropilena isotaktik semua gugus metil (CH)
berada pada belahan yang sama dari rantai utama karbonnya,
pada sindiotaktik gugus metil terletak arah berlawanan selang-
seling, sedangkan yang ataktik gugus metilnya acak seperti
gambar dibawah ini (Hartomo, A.J., 1995).
105
Teknologi Polimer
2. Kegunaan Polipropilena
Aplikasi Polipropilena (PP) dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk antara lain : alat
tulis, pengemasan, tekstil, berbagai tipe wadah yang dapat
dipakai berulang-ulang, perlengkapan laboratorium, komponen
otomotif, dan pengeras suara.
(http://en.wikipedia.org.wiki.Polypropylene).
Produk poli(propena) lebih tahan terhadap goresan
daripada produk poli(etena) yang bersesuaian. Poli(propena)
digunakan untuk bagian dalam mesin pencuci, komponen
mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak, keranjang, pipa,isolator
listrik, kemasan (berupa lembaran tipis) makanan dan barang
(Cowd, M.A., 1991).
106
Sekilas Tentang
Polimer
107
Teknologi Polimer
D. Polyethylene terephthalate,
Polyethylene terephtalate (PET) merupakan keluarga
polyester seperti halnya PC. PET berbahan dasar glikol (EG) dan
terephtalic acid (TPA) atau dimetyl ester atau asam terepthalat
(DMT). Beberapa jenis PET memiliki sifat antara lain : 1) PET
Polymer biasanya dilapisi fiber glass atau filler mineral agar lebih
kuat. 2) Untuk film PET-nya berwarna jernih, tak tembus air (liat),
kuat, berdimensi stabil, tahan api, tak toxic, bersifat permiabel
terhadap gas, kadar air dan baunya rendah. 3) untuk engineer
resin PET-nya bersifat kaku, sangat kuat, berdimensi stabil, daya
tahan terhadap panas dan bahan kimia tinggi, memiliki sifat
elektrikal yang bagus. Namun semua jenis PET mempunyai daya
serap yang rendah terhadap uap air dan air.
Di dunia kebanyakan plastik PET dipakai dalam bidang
tekstil sebagai serat sintetis yaitu sebesar 60%. PET atau dikenal
dengan polyester biasanya untuk bahan dasar botol atau gelas
kemasan yang jernih yaitu sekitar 30%. Botol PET/PETE ini
disarankan hanya satu kali digunakan, sebab jika berulang kali
digunakan terutama untuk makanan/minuman hangat atau panas,
dapat menyebabkan lapisan polimer pada botol meleleh dan
menghasilkan zat karsinogenik (penyebab kanker). Lambang dari
PET di bawah kemasan, tertulis angka 1 di tengah segitiga.
108
Sekilas Tentang
Polimer
E. Polistiren (Polystyrene)
Polistirena merupakan polimer yang terdiri dari monomer
109
Teknologi Polimer
110
Sekilas Tentang
Polimer
112
Sekilas Tentang
Polimer
F. Polikarbonat (polycarbonate)
Sejarah penemuan polikarbonat bermula pada abad XIX.
Polikarbonat ditemukan oleh Alfred Einhorn, kimiawan Jerman,
tahun 1898. Pada waktu itu beliau bekerja di Universitas Munich.
Saat beliau melakukan penelitiaannya dengan eter,
beliaumenemukan reaksi antara fosgen dengan tiga isomer
dihidroksi-benzena dan diperoleh polieter dari karbondioksida
yang berwujud transparan, tahan panas dan zat yang tidak larut.
Pada tahun 1953, seorang pekerja di perusahaan Jerman, Bayer
Hermann Schnellmemperoleh polikarbonat untuk percobaan
pertamanya. Pada tahun yang sama, polikarbonat dipatenkan
dengan nama dagang “Macrolon”. Pada tahun yang sama tahun
1953, tetapi seminggu kemudian, material ini disintesis
oleh pekerja perusahaan Amerika, General Electric Daniel Fox.
Dua industri raksasa di dunia mengadakan negosiasi
berhubungan dengan siapa yang akan memperoleh hak untuk
menjadi penemu polikarbonat. Permasalahan diselesaikan dan
113
Teknologi Polimer
114
Sekilas Tentang
Polimer
115
Teknologi Polimer
G. Polimer Akrilat
Dalam kehidupan sehari-hari polimer akrilat banyak
digunakan, ada dua jenis polimer akrilat yang banyak dipakai yaitu
serat akrilat atau orlon dan polimetil metakrilat. Reaksi
polimerisasi adisi senyawa metil metakrilat akan menghasilkan
senyawa homopolimer yang disebut polmetilmetakrilat (PMMA)
dan punya nama dagang flexiglass. PMMA merupakan plastik
transparan, kuat dan keras, tetapi ringan dan fleksibel. Biasanya
digunakan untuk campuran gelas dan logam. Bahan ini sering kita
jumpai dan mudah dikenali yaitu lampu mobil bagian belakang.
Serat akrilat seperti orlon adalah hasil polimerisasi dari
asam akrilat dan turunannya dimana serat ini mempunyai tekstur
menyerupai wol, sehingga banyak dipakai untuk jamper, kaos dan
sebagainya. Sedangkan bahan dasar serat sutra dihasilkan dari
kepompong ulat sutra, dimana serat ini mempunyai tekstur yang
halus, lembut dan mengkilat. Karena serat sutra asli mahal
harganya, maka dibuatlah serat sintetik nilon 66 dan nilon 6,
meskipun mutunya tak sebaik sutra asli tetapi sudah mirip dengan
sutra.
H. Poliester
Polimer yang tersusun dari monomer ester disebut
poliester. Bahan ini banyak digunakan sebagai subtitusi kain dari
kapas, misalnya serat tekstil yang sudah kita kenal serta banyak
dijumpai dengan nama dagang dacron dan tetoron. Selain itu
polimer ini juga dipakai untuk pita perekam magnetik (mylar).
116
Sekilas Tentang
Polimer
I. Karet sintetik
Dengan semakin berkembangnya jaman menyebabkan
berbagai bahan kebutuhan industri semakin meningkat. Akan
tetapi sumberdaya yang ada terbatas, untuk itulah perlu
dikembangkan bahan penggantinya. Misalnya saja sumberdaya
karet dan sifatnya yang perlu ditingkatkan, sehingga dilakukan
berbagai penelitian hingga dihasilkan karet sintetik. Karet sintetik
tersusun atas stirena dan 1,3 butadiena (SBR). Melalui proses
vulkanisasi akan terbentuk ikatan silang dengan atom belerang
(sulfide) dan menghasilkan karet sintetik keras dan kuat, sehingga
sangat pas dibuat ban untuk mobil.
J. Polivinil Asetat
Dr. Flitz K. dari Jerman menemukan suatu senyawa
polimer yang bersifat elastis. Bahan ini disebut polivinil asetat.
Hasil hidrolisisnya mempunyai rasio antara 89 - 99 persen.
Polivinil asetat adalah bahan baku untuk pembuatan lem kertas,
kain dan rokok. Dibandingkan dengan senyawa polimer lain bahan
ini lebih fleksibel dan tidak bersifat asam. Karena itulah polivinil
asetat banyak dipakai untuk percetakan buku. Selain itu bahan ini
juga digunakan oleh para tukang kayu karena dengan bahan ini
mereka lebih mudah mengelem kayu.
Produk lem yang dihasilkan dari polivinil asetat antra lain :
lem Kuning, lem Putih dan lem elmer dari Amerika.
Manfaat polivinil asetat :
1. Untuk pembuatan lem kertas, kain dan rokok.
117
Teknologi Polimer
K. Nilon
Nilon juga disebut dengan poliamida. Adapun sifat-sifat
nilon antara lain :
a. Umumnya nilon bertektur keras, warna cerah atau cream, agak
tembus cahaya.
b. Nilon dapat dibentuk serat, film, dan plastik.
c. Berat molekul nilon antara 11.000 - 34.000.
d. Titik leleh nilon berkisar 350-570 °F, sehingga nilon merupakan
polimer semi kristalin. Hal ini berkait erat dengan banyaknya
atom karbon. Dimana apabila atom karbon bertambah banyak,
maka konsentrasi amidanya semakin kecil, sehingga titik
leburnya semakin turun.
e. Sebelum dipakai nilon perlu dikeringkan, karena nilon sedikit
higroskopis, sehingga kelembaban relative dari atmosfir
mempengaruhi sifat mekanis maupun elektriknya.
f. Nilon memiliki ketahanan terhadap solvent organik, misalnya
aseton, xylene, dan benzene
g. Nilon bisa bereaksi, misalnya dengan phenol dan nitrobenzene
panas.
118
Sekilas Tentang
Polimer
L. Rangkuman
Polyethylene ialah material termoplastik yang transparan,
0 0
warnanya putih yang memiliki titik lebur antara 110 C - 137 C.
Polietilena biasanya resisten pada bahan kimia. Pada suhu kamar
polietilena tak bisa larut pada pelarut organik maupun anorganik.
Reaksi kimia pembentukan Polyethylene termasuk reaksi adisi
yang terdiri dari 3 tahap yaitu Inisiasi, Propagasi, dan Terminasi.
119
Teknologi Polimer
120
Sekilas Tentang
Polimer
M. Soal-soal latihan
1. Sebutkan pengertian Polyethylene
2. Sebutkan sifat-sifat Polyethylene?
3. Jelaskan reaksi kimia pembentukan Polyethylene?
4. Jelaskan secara termodinamika reaksi kimia pembentukan
Polyethylene ?
5. Jelaskan secara kinetika reaksi kimia pembentukan
Polyethylene?
6. Sebutkan kegunaan produk polyethylene ?
7. Sebutkan pengertian polipropilena?
8. Sebutkan kegunaan produk polipropilena ?
9. Sebutkan pengertian polivinil klorida ?
10.Sebutkan kegunaan polivinil klorida ?
11.Sebutkan pengertian polyethylene terephtalate (PET)?
12.Sebutkan kegunaan polyethylene terephtalate (PET)?
13.Sebutkan pengertian polistirena ?
14.Jelaskan reaksi polimerisasi polistiren?
15.Sebutkan pengertian polycarbonate?
16.Sebutkan sifat-sifat polikarbonat?
121
Teknologi Polimer
122
Sekilas Tentang
Polimer
BAB VII
BIODEGRADA
BLE POLYMER
A. Pati
123
Teknologi Polimer
gandum), umbi-umbian (kentang, ubi jalar, ubi kayu) dan batang (sagu) sebagai
tempat penyimpanan pati yang merupakan cadangan makanan bagi tanaman.
Pati tapioka merupakan pati yang diambil dari ubi kayu dimana dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau bahan pembantu pada industri non
pangan. Pemanfaatan tapioka ini masih sangat terbatas, oleh karena itu
tapioka akan lebih tinggi nilai ekonominya jika dimodifikasi sifat sifatnya
melalui perlakuan fisik atau kimia, atau kombinasi keduanya (Tonukari, 2004).
Tapioka adalah pati yang diekstrak dari ubi kayu segar (Astawan 2010).
Yang terdiri dari butiran-butiran kecil yang dinamakan granula. Berikut gambar
granula pati tapioka disajikan pada Gambar 21.
124
Sekilas Tentang
Polimer
pendinginan, maka molekul pati akan membentuk jaringan dengan molekul air
terkurung di dalamnya sehingga terbentuk gel (Winarno, 1997).
125
Teknologi Polimer
Dalam industri pangan dan non pangan tapioka, pati jagung, pati sagu
dan pati pati lain yang merupakan pati asli mempunyai beberapa kelemahan
jika dipakai sebagai bahan baku (Hee-Young An, 2005). Menurut Kantouch dan
Tawfik, (1998) pati asli memiliki kelemahan antara lain : jika dimasak pati
membutuhkan waktu yang lama, bersifat lengket, tidak tahan terhadap asam,
pasta yang terbentuk keras dan tidak bening. Hal ini menyebabkan pati alami
terbatas penggunaannya dalam industri.
B. Selululosa
Seperti diketahui komponen penyusun utama dinding sel
tanaman adalah selulosa. Menurut Perez et al., (2002) selulosa
adalah polimer yang mempunyai rantai lurus antara glukosa
dengan ikatan β-1,4 glukosida. Selulosa mempunyai bangun
dasar berupa suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Pada
selulosa rantai panjangnya terhubung secara bersama dengan
ikatan hidrogen dan gaya van der Waals. Selanjutnya Saha (2004)
mengatakan tanaman tingkat tinggi kandungan selulosa penyusun
dinding sel berkisar antara 35 - 50 persen dari berat kering
tanaman.
Sedangkan menurut Aziz et al, (2002), bagian berkristal
yang merupakan kandungan selulosa berkisar 50 - 90 persen dan
sisanya amorf. Di alam selulosa dalam keadaan murni tidak
126
Sekilas Tentang
Polimer
127
Teknologi Polimer
C. Glikogen
Glikogen adalah salah satu bentuk polisakarida, yaitu
polimer dari karbohidrat, yang terdiri dari 1700 - 600.000
mosakarida yang dalam hal ini adalah glukosa (sebagai
monosakaridanya). Glikogen terdiri dari ikatan 1,4 alfa, dimana
setiap 4-10 monomer dgn ikatan 1,4 alfa, akan dimasuki ikatan 1,6
alfa. (Raghavan, 2009).
1. Pembentukan glikogen Sintesis
Heksokinase mengubah glikogen yang berawalan
fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat, jika di hati dengan
glukokinase. Sintesis glikogen memerlukan pembentukan
ikatan α-1,4– glikosidat untuk menyatukan residu-residu
glikosil dalam suatu rantai yang panjang. Sebagian besar
sintesis glikogen berlangsung melalui pemanjangan rantai
polisakarida molekul glikogen yang sudah ada di mana ujung
pereduksi glikogen melekat ke protein glikogenin (Raghavan V.
A. et al., 2009) Ditambahkan residu glukosil dari UDP-glukosa
ke ujung nonpereduksi pada rantai oleh glikogen sintase untuk
memperpanjang rantai glikogen. Karbon anomerik masing-
masing residu glukosil diikatkan ke hidroksil pada karbon 4
residu glukosil terminal melalui ikatan α-1,4. Setelah panjang
rantai mencapai 11 residu, potongan yang terdiri dari 6-8
residu yang diputuskan oleh amino-4: 6-transferase dan
dilekatkan kembali ke sebuah unit glukosil melalui ikatan α-1,6
(Marks D. B. et al., 2000).
Kedua rantai terus memanjang sampai cukup panjang
untuk menghasilkan dua cabang baru. Proses ini berlanjut
sehingga dihasilkan molekul yang bercabang lebat. Glikogen
sintase melepaskan residu glukosil dalam ikatan 1, 4,
merupakan pengatur langkah dalam jalur ini. Sintesis molekul
primer glikogen baru juga terjadi. Glikogenin, protein tempat
melekatnya glikogen, melakukan glikolisasi diri sendiri
(autoglikolisasi) dengan melepaskan sebuah residu glukosil ke
OH pada residu serin. Penambahan glukosil dilanjut sampai
128
Sekilas Tentang
Polimer
2. Penguraian glikogen
Glikogen diuraikan oleh dua enzim, glikogen fosforilase
dan enzim pemutus cabang. Enzim glikogen fosforilase mulai
bekerja di ujung rantai dan secara berturut-turut memutuskan
residu glukosil dengan menambahkan fosfat ke ikatan
glikosidat terminal, sehingga terjadi pelepasan glukosa 1-
fosfat. Enzim pemutus cabang mengkatalis pengeluaran 4
residu yang terletak paling dekat dengan titik cabang. Enzim
pemutus cabang memiliki dua aktivitas katalitik yaitu bekerja
sebagai 4:4 transferase dan 1:6 glukosidase. Sebagai 4:4
transferase, mula-mula mengeluarkan sebuah unit yang
mengandung 3 residu glukosa, dan menambahkan ke ujung
rantai yang lebih panjang melalui ikatan α-1,4. Satu residu
glukosil yang tersisa di cabang 1,6 dihidrolisis amilo 1,6-
glukosidase dari enzim pemutus cabang, yang menghasilkan
glukosa bebas. Dengan demikian, terjadi pembebasan satu
glukosa dan sekitar 7-9 residu glukosa 1- fosfat untuk setiap
titik cabang (Aswani V., 2010).
Pengaturan sintesis glikogen di jaringan yang berbeda
bersesuaian dengan fungsi glikogen di masing-masing
jaringan. Glikogen hati berfungsi terutama sebagai penyokong
glukosa darah dalam keadaan puasa atau saat kebutuhan
sangat meningkat. Jalur penguraian serta sintesis glikogen
diatur oleh perubahan rasio insulin/glikogen, kadar glukosa
darah, epnefrin sebagai respon terhadap olahraga,
hipoglikemia, situasi stres, dan apabila terjadi peningkatan
kebutuhan yang segera akan glukosa darah (Aswani V., 2010).
D. Protein
Mulder adalah seorang ahli kimia Belanda
memisahkan/mengisolasi susunan tubuh yang mengandung
nitrogen dan memberinya nama protein yang mempunyai satuan
dasar yaitu asam amino atau biasa disebut dengan unit
pembangun protein (Suhardjo dan Clara, 1992).
129
Teknologi Polimer
2. Klasifikasi Protein
a) Berdasarkan Fungsi Biologisnya
1) Protein Enzim
Golongan protein ini berperan pada biokatalisator dan
pada umumnya mempunyai bentuk globular. Protein
enzim ini mempunyai sifat yang khas, karena hanya
bekerja pada substrat tertentu. Yang termasuk golongan
130
Sekilas Tentang
Polimer
5) Protein Pelindung
Protein pada umumnya terdapat pada darah,
melindungi organisme dengan cara melawan serangan
zat asing yang masuk dalam tubuh.
6) Protein Kontraktil
Golongan ini berperan dalam proses gerak, memberi
kemampuan pada sel untuk berkontraksi atau
mengubah bentuk. Yang termasuk golongan ini adalah
miosin dan aktin.
7) Protein Cadangan
Protein cadangan atau protein simpanan adalah protein
yang disimpan dan dicadangan untuk beberapa proses
metabolisme.
131
Teknologi Polimer
132
Sekilas Tentang
Polimer
e) Berdasarkan Sumbernya
1) Protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan
disebut dengan protein hewani, misalnya protein
daging, ikan, ayam, telur, dan susu.
2) Protein dalam bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan disebut dengan protein nabati,
misalnyai protein kedelai, kacang panjang, gandum,
jagung, dan sayuran (Safro, 1990).
3. Fungsi Protein
a) Sebagai Enzim
Dalam sistem biologis, protein berperan sebagai enzim
dalam perubahan kimia.
b) Sebagai alat Pengangkut dan Penyimpanan Protein-protein
tertentu dapat mengangkut serta memindahkan beberapa
ion dan molekul dengan berat molekul yang kecil.
133
Teknologi Polimer
E. Asam Nukleat
Asam nukleat merupakan polimer linier terdiri dari
monomer-monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan
fosfodiester. Fungsi utama asam nukleat adalah sebagai tempat
penyimpanan dan pemindahan informasi genetik. Informasi ini
diteruskan dari sel induk ke sel anak melalui proses replikasi.
Jenis asam nukleat yang dimiliki sel antara lain DNA dan RNA.
(Marks Dawn, et al., 2000).
134
Sekilas Tentang
Polimer
135
Teknologi Polimer
(a) (b)
137
Teknologi Polimer
3. Denaturasi
Jika larutan DNA dipanaskan, maka energi termal akan
memecahkan ikatan hidrogen dan ikatan lain yang
menentukan kestabilan heliks ganda, akibatnya kedua untai
akan memisah atau mengalami denaturasi (Marks, et al.,
2000).
138
Sekilas Tentang
Polimer
139
Teknologi Polimer
141
Teknologi Polimer
142
Sekilas Tentang
Polimer
G. Kitin
Kitin mempunyai rumus kimia (C 8H13NO5)n. Jenis polimer kitin adalah
(1-4)-2-asetamido-2-deoksi-B-D-glukosamin yang bisa dicerna golongan
mamalia. Kandungan nitrogen yang dimiliki oleh polimer ini yang membedakan
antara kitin dan kitosan. Jika kandungan nitrogen kurang dari 7 persen, maka
polimer ini disebut kitin, namun jika kandungan nitrogennya lebih dari 7
persen maka disebut kitosan (Henny Krissetiana H, 2004). Struktur kimia kitin
mirip dengan selulosa yang memiliki ikatan ß-(1,4) antar monomernya.
Perbedaan antara selulosa dan kitin terdapat pada gugus yang terikat di atom
nomor dua. Gugus hidroksi pada selulosa digantikan oleh gugus asetamida (-
NH-CO-CH3-). Oleh karena kemiripan ini, kitin juga dikenal sebagai biopolimer
alam.
Kitin berwujud padat pada suhu kamar. Sifat utama kitin dicirikan oleh
sifatnya yang tak mudah larut dengan air atau beberapa jenis pelarut organik
lainnya dan reaktivitas kimianya yang rendah serta sangat hidrofobik. Aplikasi
kitin yang utama adalah sebagai senyawa pengkhelat logam dalam instalasi
143
Teknologi Polimer
pengolahan air bersih atau limbah, kosmetik sebagai fungisida dan fungistatik
penyembuh luka.
H. Kitosan
144
Sekilas Tentang
Polimer
I. Karet
Karet dinamakan juga sebagai elastomer karena
merupakan polimer yang bersifat elastik. Karet digolongkan
menjadi 2 macam yaitu karet sintetik dan karet alam. Pembuatan
karet sintetik dengan cara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi.
Misalnya NBR (Nitrile Butadiene Rubber), SBR (Strirene
Butadiene Rubber), urethane, karet EPDM dan karet silicon
dimana jenis-jenis karet sintetis tersebut saat ini banyak beredar.
Sedangkan karet alam diperoleh dengan cara menyadap pohon
karet. Karet alam ini memiliki keunggulan antara lain : 1) memiliki
kelenturan tinggi, 2) mudah dibentuk dengan panas rendah, 3)
memiliki kekuatan tensil serta tahan terhadap goresan, koyakan
dan benturan. Namun karet alam tidak tahan terhadap pengaruh
faktor-faktor lingkungan, misalnya ozon dan oksidasi. Hal ini
karena karet alam memiliki daya tahan terhadap bahan-bahan
kimia yang rendah, seperti: bensin, minyak tanah, bensol,
pelumas sintetis, cairan hidrolik dan pelarut lemak (degreaser).
Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam banyak dipakai
untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang
tinggi dan panas yang rendah (misalnya ban pesawat terbang,
ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan) dan produksi -
produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi
(Spillane,J,1989).
Penyusun utama dari karet alam yaitu sebesar 97 persen
adalah cis 1,4-poliisoprena atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Hevea rubber. Polimer ini didapat dari pohon sejenis
Hevea Brasiliensis yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan di
bagian dunia lain banyak ditanam dengan cara menyadap kulit
pohonnya (Stevens, 2007). Karet diperoleh dari lateks yang
menetes dari kulit kayu dari pohon karet yang dipotong. Lateks
145
Teknologi Polimer
146
Sekilas Tentang
Polimer
147
Teknologi Polimer
148
Sekilas Tentang
Polimer
J. Wool
Wool merupakan serat yang didapat dari rambut hewan
keluarga Caprinae yaitu domba dan kambing, tapi dapat pula
berasal dari rambut mamalia lainnya seperti alpaca. Pada buku ini
wool yang dibahas adalah berasal domba domestik.
Selain memiliki hasil utama, hewan ternak juga memiliki produk ikutan
ternak. Produk hasil ikutan tersebut bisa dimanfaatkan untuk kehidupan
sehari-hari baik dengan proses maupun tanpaproses pengolahan. Salah satu
hasil ikutan ternak ini adalah adalah bulu, salah satu ternak yang bulunya
dapat dimanfaatkan adalah domba. Menurut Ensrninger (1977) bulu domba
adalah bulu alami yang menutupi tubuh domba, pada domba bulu berfungsi
untuk mengatur suhu tubuh yang bisa melindungi domba dari panas maupun
dingin. Hal ini juga diperkuat oeh Kammlade dan Kammlade (1955),
menambahkan bahwa secara alami bulu domba berfungsi sebagai
termoregulator yang baik yaitu dapat mempertahankan tubuh dari pengaruh
udara panas atau dingin.
149
Teknologi Polimer
umumnyaterbuat dari bahan baku berup serat organik seperti katun dari kapas
atau dari wol (bulu domba). Bahan pemuatan kain tapestry yang umum
digunakan berasal dari hasil pengolahan bulu atau wol domba. Proses
pembuatan tapestry dengan bahan kain tenunan dari bulu atau wool domba
memiliki kelebihan diantaranya berat, hangat, dan halus.
150
Sekilas Tentang
Polimer
Serat bulu domba yang mengandung medua umumnya kasar dan diameternya
tidak sama. Medula pada serat akan mempengaruhi kualitas bulu domba.
Semakin banyak medula maka kualitas bulu akan semakin rendah karena
medula dapat menyebabkan bulu rapuh, mudah patah, dan kurang elastis
(Kammlade dan Kammlade 1955).
Kutikula menyusun 10% bagian luar dari serat wol dan mempunyai
subsruktur yang secara alami sukar berubah fisik dan kimia (Leeder 1984).
Bagian dalam kutikula terdapat korteks yang merupakan lapisan terlindung
dan dibentuk oleh sel-sel yang memanjang sejajar dengan sumbu serat
(Kammlade dan Kammlade 1955). Korteks serat wol mempunyai karakteristik
yang sangat spesial yang disebut bilateral differentiation yang tersusun dari
dua segmen yang mempunyai perbedaan struktur fisik dan kimia. Dua segmen
ini disebut orthocortex dan paracortex. Bentuk gelombang serat wol (crimp)
terjadi akibat bilateral differentiation yang terjadi selama pertumbuhan serat
wol (Leeder 1984). Sel korteks yang tidak teratur merupakan penyebab
terjadinya kerutan (Kammlade dan Kammlade 1955). Kerutan tersebut sangat
mempengarhi kekuatan dan elastisitas bulu (Jonston 1983).
K. Jaring laba-laba
Jaring laba-laba merupakan benang-benang yang
membentuk kerangka penahan-beban dan benang berbentuk
spiral berfungsi sebagai penangkap yang berlapiskan zat perekat,
serta benang pengikat yang berfungsi menyatukan ketiga benang
tersebut yaitu benang kerangka penahan beban, benang-benang
spiral penangkap dan benang pengikat itu sendiri. Jaring laba-laba
berupa jaring sutera yang mempunyai material yang sangat kuat
yaitu 20 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan baja dan dua kali
lebih lentur dibandingkan dengan serat poliamide. Jika jaring laba-
laba direnggangkan, perenggangannya bisa sampai 31 persen
dengan tidak putus, memiliki sifat lentur dibandingkan dengan
151
Teknologi Polimer
152
Sekilas Tentang
Polimer
L. Sutera
Serat sutera merupakan serat yang secara alamiah dibuat
sepanjang ratusan sampai seribu meter lebih dengan sangat
halus, sehingga merupakan serat alam yang terpanjang dan
terhalus yang diketahui manusia dan dapat dimanfaatkan secara
mudah. Lembaran serat sutera terdiri dari dua serat halus yang
hampir ditembus cahaya, tidak berwarna, berasal dari larutan
selulosa yang menjadi satu dan mengeras cepat apabila bereaksi
dengan udara (Kelompok Peneliti Pesuteraan Alam, 1997).
Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar sutera.
Serat sutera merupakan serat ganda yang terdiri dari fibrion dan
serisin. Terdapat tibagian pada kelenjar sutera antara lain : bagian
depan, merupakan saluran pengeluaran zat yang terbuka pada
ujungnya tepat dimulut larva. Bagian tengah, merupakan zat
warna yang dibentuk bersama-sama serisin sehingga perekat
menyelimuti sekitar 25% dari berat serat yang mudah larut dalam
air panas. Sedangkan bagian belakang sebagai penghasil fibrion
153
Teknologi Polimer
sebagai sutera cair yang 75% bagian dari berat dan tidak larut
dalam air panas (Sunanto, 1997).
Ulat sutera adalah serangga yang memiliki keuntungan
ekonomis bagi manusia karena mampu menghasilkan benang
sutera. Menurut Boror et al. (1992), klasifikasi ulat sutera (Bombyx
mori L.) yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Klass : Insecta
Sub Klass : Pterygota
Ordo : Lepidoptera
Family : Bombicidae
Genus : Bombyx
Spesies : Bombyx mori L.
Bombyx mori L. adalah serangga yang termasuk dalam golongan
ngengat, tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput
(kepala), thorax (dada) dan abdomen (perut). Diantara bagian
tersebut bagian terkecil adalah kepala. Bagian abdomennya
berwarna putih krem dengan garis kecoklat-coklatan, pusat
melintang sayap-sayap depan dengan mempunyai bentangan
sayap kira-kira 50 mm. Tubuhnya berat dan sangat berambut
(Borror et al.,1996).
M. Protopektin
Pektin berasal dari bahasa latin yaitu “pectos” yang artinya zat pengental
atau yang membuat sesuatu menjadi keras/padat atau pengental. Sekitar 200
tahun yang lalu Vauquelin menemukan pektin dalam jus buah. Sampai tahun 1790,
zat pengental ini belum diberi nama. Baru pada tahun 1824 nama pektin ini
pertama kali digunakan, yaitu ketika penelitian yang dirintis oleh Vauquelin
154
Sekilas Tentang
Polimer
Protopektin merupakan zat pektat yang tak larut dalam air. hasil
hidrolisis dari protopektin adalah pektin atau asam pektinat. Asam pektinat
dalam keadaan yang sesuai mampu membentuk gel dengan ion-ion logam.
Pektin adalah istilah yang digunakan untuk asam-asam pektinat yang dapat
larut dalam air dengan kandungan metil ester dan derajat netralisasi beragam
dan menghasilkan gel dengan asam dan gula pada keadaan/kondisi yang
sesuai.
155
Teknologi Polimer
N. Karagenan
Karagenan merupakan polisakarida rantai panjang yang
diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofit, yang bentuknya
berupa senyawa hidrokoloid, seperti Hypnea sp., Eucheuma sp.,
Chondrus sp., dan Gigartina sp. Polisakarida tersebut tersusun
secara bergantian dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α-
(1,3)-D-galaktosa dan β-(1,4)-3,6 anhidro-D-galaktosa, baik yang
156
Sekilas Tentang
Polimer
1. Struktur karagenan
Karagenan adalah polisakarida lurus atau linier yang
terdiri dari molekul galaktan dengan unit utamanya adalah
galaktosa. Karagenan adalah molekul besar yang tersusun
atas 1000 residu galaktosa. Karagenan dibagi atas tiga
kelompok utama yaitu:
a. Kappa karagenan
Kappa karagenan (Gambar 34) terdiri dari unit D-
galaktosa-4-sulfat dan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Selain itu
dalam karagenan acap kali mengandung D-galaktosa-6
sulfat ester dan 3,6-anhidro-D-galaktosa 2-sulfat ester.
Dengan adanya gugusan 6-sulfat ini daya gelasi dari
karagenan dapat menurun, akan tetapi dengan
penambahan alkali akan mengakibatkan terbentuknya
transeliminasi gugusan 6-sulfat, sehingga akan terbentuk
3,6-anhidro-D-galaktosa. Hal ini akan meningkatkan derajat
keseragaman molekul dan bertambah daya gelasinya.
157
Teknologi Polimer
b. Lota karagenan
Lota karagenan (Gambar 35) ciri-cirinya adalah pada setiap
residu D galaktosa ada 4-sulfat ester dan di setiap gugusan
3,6- anhidro-D- galaktosa ada gugusan 2-sulfat ester. Pada
3,6- anhidro-D- galaktosa. Pada lota karagenan pemberian
alkali tidak dapat menghilangkan gugusan 2-sulfat ester
seperti halnya yang terjadi pada kappa karagenan.
c. Lamda karagenan
Lamda karagenan (Gambar 36) tidak sama dengan kappa
dan iota karagenan, sebab mempunyai sebuah residu yaitu
disulphated α-(1,4)-D-galaktosa (Winarno, 1990).
158
Sekilas Tentang
Polimer
2. Sifat-sifat karagenan
Karagenan memiliki sifat-sifat antara lain pembentukan gel,
kelarutan, dan viskositas
a. Pembentukan Gelasi
Sifat dari karagenan pada pembentukan gel
merupakan proses terjadinya ikatan silang antara rantai-
rantai polimer yang menyebabkan terbentuknya jala tiga
dimensi yang saling bersambungan. Kemudian jala
tersebut akan menyerap air ke dalamnya dan terbentuklah
struktur kuat dan kaku. Gel ini memiliki sifat kekakuan dan
elastis. Struktur iota karagenan dan kappa memungkinkan
bagian dari dua molekul masing-masing membentuk double
helix yang mengikat rantai molekul menjadi bentuk jaringan
3 dimensi atau gel. Lamda karagenan tidak mampu
membentuk double helix tersebut. Sifat ini dapat terlihat bila
larutan dipanaskan kemudian diikuti dengan pendinginan
sampai di bawah suhu tertentu, kappa dan iota karagenan
akan membentuk gel dalam air yang bersifat reversible
159
Teknologi Polimer
160
Sekilas Tentang
Polimer
c. Viskositas
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas suatu
hidrokoloid ialah : jenis karagenan, konsentrasi karagenan,
suhu, berat molekul dan adanya molekul-molekul lain
(Towle 1973; FAO 1990). Viskositas sendiri di artikan
sebagai daya aliran molekul dalam sistem larutan.
Viskositas akan naik secara logaritmik jika konsentrasi
karagenan mengalami peningkatan pula. Dengan adanya
peningkatan suhu menyebabkan viskositas akan
o
mengalami penurun secara progresif. Pada suhu 75 C dan
konsentrasi 1,5% viskositas karagenan memiliki nilai 5–800
cP (FAO 1990). Sifat karagenan sebagai polielektrolit
penyebab utama terjadinya viskositas larutan karagenan.
Nilai viskositas menjadi makin kecil jika kandungan
sulfatnya juga semakin kecil tapi konsistensi gelnya justru
semakin meningkat. Terjadinya penurunan muatan
sepanjang rantai polimer disebabkan adanya garam-garam
yang terlarut dalam karagenan. turunnya muatan ini juga
161
Teknologi Polimer
2. Kegunaan Karagenan
a. Pada industri makanan
Pada industri makanan, karagenan digunakan pada
pembuatan (Indriani dan Sumiarsih, 1991):
162
Sekilas Tentang
Polimer
163
Teknologi Polimer
164
Sekilas Tentang
Polimer
O. Glukomanan
(http://en.wikipedia.org/wiki/Glucomanan)
165
Teknologi Polimer
166
Sekilas Tentang
Polimer
167
Teknologi Polimer
P. Eucheuma cottonii
Rumput laut jenis Eucheuma cottonii memiliki thallus yang licin dan
silindris, berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu dan merah. Cara hidup
tumbuhan ini adalah melekat pada substrat dengan menggunakan alat
perekatnya yang berupa cakram (Atmadja, 1996 dalam Mindarwati, 2006).
Menurut Doty (1985) dalam Mindarwati (2006) klasifikasi Eucheuma cottonii
yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma alvarezii doty (Kappaphycus alvarezii doty)
168
Sekilas Tentang
Polimer
169
Teknologi Polimer
170
Sekilas Tentang
Polimer
Q. Rangkuman
Dalam industri, pati memegang peranan penting antara lain industri
pengolahan pangan dan industri lain seperti permen, kertas, tekstil, lem,
glukosa, dekstrosa, sirop fruktosa. Ada dua macam pati yang dikenal dalam
dunia perdagangan antara lain pati native starch dan pati modified starch. Pati
native starch yang lebih dikenal dengan pati alami seperti tapioka, sagu, pati
jagung, dan pati-patian lain mempunyai beberapa kendala antara lain jika
dimasak waktunya lama sehingga kebutuhan energinya tinggi), dan pastanya
tidak bening dan keras. Sedangkan pati modified starch merupakan pati yang
sudah di modifikasi dengan melakukan perubahan struktur molekulnya baik
dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis sehingga dapat merubah sifat
psikokimia dan rheologi dari pati.
171
Teknologi Polimer
Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam banyak dipakai untuk
produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas
yang rendah.
172
Sekilas Tentang
Polimer
173
Teknologi Polimer
R. Soal-soal latihan
174
Sekilas Tentang
Polimer
BAB VIII
APLIKASI
TEKNOLOGI POLIMER
175
Teknologi Polimer
176
Sekilas Tentang
Polimer
lebih mudah. Dalam bab ini akan membahas lebih jauh tentang
aplikasi polimer khususnya Aplikasi teknologi Biodegradable dan
Nonbiodegradable Polymer dalam berbagai industri.
A. Teknologi Biodegradable dan Nonbiodegradable Polymer
dalam Industri Pangan
178
Sekilas Tentang
Polimer
179
Teknologi Polimer
180
Sekilas Tentang
Polimer
181
Teknologi Polimer
183
Teknologi Polimer
184
Sekilas Tentang
Polimer
185
Teknologi Polimer
186
Sekilas Tentang
Polimer
188
Sekilas Tentang
Polimer
189
Teknologi Polimer
190
Sekilas Tentang
Polimer
191
Teknologi Polimer
192
Sekilas Tentang
Polimer
193
Teknologi Polimer
194
Sekilas Tentang
Polimer
3) Biodegradabilitas
Kemasan plastik dengan bahan baku bioplimer
memiliki sifat alamiahnya yang mudah terdegradasi atau
mudah hancur. Biasanya sampah kemasan plastik
apabila dibuang ke tanah, mengalami proses
penghancuran alami baik melalui proses biodegradasi
(bakteri, jamur, alga, enzim), fotodegradasi (cahaya
matahari, katalisa), degradasi mekanik (angin, abrasi),
maupun degradasi kimiawi (air, oksigen). Degradasi
tersebut bisa berlangsung secara kombinasi maupun
tunggal.
196
Sekilas Tentang
Polimer
197
Teknologi Polimer
(b) Chiler
Chiler merupakan sebuah mesin pendingin yang berfungsi
sebagai pendingin heater dan mold sebab karena pada
proses pembentukan ini digunakan suhu yang cukup tinggi
maka perlu proses pendinginan agar mesin/perangkat
dalam kondisi baik dan akan menghasilkan produk secara
maksimal.
(c) Pressure
Pressure merupakan penggerak mesin mesin dimana
dalam hal ini perangkat ini menggunakan 10 bar dari
tekanan kompresor untuk menjalankan mesin agar bekerja
optimal, adapun mesin yang di gerakan oleh pressure ini
misalnya mesin mesin peneumatik yang berfungsi untuk
198
Sekilas Tentang
Polimer
200
Sekilas Tentang
Polimer
203
Teknologi Polimer
b. Minyak sereh
Minyak sereh adalah salah satu jenis minyak atsiri yang
dihasilkan melalui proses distilasi uap daun sereh. Pada
204
Sekilas Tentang
Polimer
205
Teknologi Polimer
c. Minyak permen
Berbeda dengan minyak atsiri yang dibahas di atas, yang
merupakan bahan ekspor Indonesia, minyak permen bukan
merupakan bahan ekspor tetapi merupakan bahan impor
yang masuk ke Indonesia. Padahal tumbuhan Mentha
arvensis dapat tumbuh subur di Indonesia. Kebutuhan akan
minyak permen Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, baik berupa mentol maupun senyawa
turunannya. Dalam kehidupan sehari-hari banyaknya
ragam bahan yang menggunakan mentol, baik sebagai
bahan utama maupun sebagai bahan aditif, seperti pada
obat-obatan, makanan, kosmetik, pasta gigi, sampo, dll.
Minyak permen diperoleh dari hasil distilasi uap tumbuhan
Mentha arvensis. Sastrohamidjojo (1981) mengemukakan
(-) mentol merupakan senyawa penyusun utama minyak
permen dengan kadar antara 53-78 %. Selain mentol
minyak permen juga mengandung beberapa senyawa yang
mempunyai struktur mirip dengan (-) mentol seperti (-)
menton, (+) isomenton, piperiton, dan (-) mentil asetat.
207
Teknologi Polimer
208
Sekilas Tentang
Polimer
2) Pentanol
Pentanol digunakan sebagai pelarut dan pada
esterfication misalnya dalam produksi asetat.
3) Heksanol
Heksanol diyakini menjadi komponen yang memberikan
bau rumput yang baru dipotong. Hal ini digunakan
dalam industri parfum.
4) Heptanol
Heptanol umumnya digunakan dalam percobaan
elektrofisiologi jantung untuk memblokir persimpangan
kesenjangan dan meningkatkan ketahanan aksial
antara miosit. Meningkatkan ketahanan aksial akan
menurunkan kecepatan konduksi dan meningkatkan
kerentanan jantung untuk eksitasi reentrant dan aritmia
berkelanjutan. Heptanol memiliki bau yang
menyenangkan dan digunakan dalam kosmetik untuk
aroma nya.
5) Nonanol
Penggunaan utama dari nonanol adalah dalam
pembuatan minyak lemon buatan. Ester Berbagai
nonanol, seperti asetat nonil, yang digunakan dalam
parfum dan rasa.
b. Eter
1) Etilena oksida
Etilen oksida adalah salah satu bahan baku yang
paling penting yang digunakan dalam produksi kimia
besar-besaran. Etilen oksida Kebanyakan digunakan
untuk sintesis etilen glikol, dietilen glikol dan termasuk
glikol trietilen, yang menyumbang hingga 75% dari
konsumsi global. Produk penting lainnya termasuk eter
etilena glikol, ethanolamines dan etoksilat. Di antara
glikol, etilen glikol digunakan sebagai antibeku, dalam
209
Teknologi Polimer
c. Aldehid
1) Heksanal
Heksanal senyawa organik milik kelompok
turunan dari hidrokarbon, yang dikenal sebagai
aldehida. Hal ini ditandai dengan campuran aroma
tertentu aldehid, potongan rumput dan buah.
Senyawa ini digunakan dalam berbagai industri:
makanan (bumbu), kimia (resin sintetis dan aditif
insektisida), kosmetik (parfum).
2) Heptanal
Heptanaldehyde adalah aldehida alkil dengan bau buah
yang kuat yang digunakan sebagai bahan dalam
kosmetik, parfum, dan rasa. Hal ini dapat diperoleh dari
210
Sekilas Tentang
Polimer
d. Keton siklik
Keton siklik digunakan sebagai bahan untuk membuat
parfum.
211
Teknologi Polimer
212
Sekilas Tentang
Polimer
b) Serat Protein
Serat protein berbentuk staple atau filamen yang
juga disebut dengan wol. Serat ini berasal dari rambut
hewan domba, alpaca, unta, cashmer, mohair, kelinci, dan
vicuna. Namun dari beberapa hewan tersebut yang paling
sering digunakan adalah bulu domba.
Wol memiliki sifat hidroskopis, namun serat ini juga
melepaskan uap air secara perlahan-lahan, sewaktu wol
melepaskan uap air akan menimbulkan panas pada bahan
213
Teknologi Polimer
c) Serat sutera
Kepompong larva ulat sutera, menghasilkan serat
berbentuk filamen. Umumnya serat sutra di campur dengan
serat sintetis untuk menghasilkan kain sutera yang halus
dan memiliki ketahanan yang kuat.
214
Sekilas Tentang
Polimer
a. Rayon
Serat rayon pertama kali dibuat untuk membuat kain
pakaian jenis krep atau menyerupai linen. Ada bermacam-
macam serat rayon antara lain rayon viskos, rayon
kupramonium, rayon modulus, rayon kekuatan tinggi, dan
serat polinosic. Jenis serat rayon yang dapat digunakan
sebagai kain untuk busana anak, yaitu serat rayon viskosa
dan rayon kuproamonium.
(1) Rayon Viskosa
Bahan pakaian atau umumnya disebut kain biasanya
banyak yang menggunakan campuran antara poliester
dan rayon viskosa. Penggunaan kain-kain ini tergantung
dari kebutuhan, biasanya kain rayon viskosa yang halus
dipakai untuk pakaian dalam. Jenis bahan ini memiliki
karakteristik tahan terhadap penyetrikaan, namun jika
pemanasannya lama warna kain akan berubah menjadi
kuning. Begitu juga dengan penyinaran, apabila terkena
sinar terus menerus, kekuatan kain ini akan berkurang.
Bila dibandingkan dengan kapas, rayon viskosa lebih
tahan terhadap pelarut-pelarut. Namun jika terkena
asam rayon viskosa lebih cepat rusak terutama dalam
kondisi panas. Demikian juga bila ada serangan jamur,
rayon viskosa kekuatannya akan berkurang dan
warnanya menjadi kusam.
215
Teknologi Polimer
b. Polimer Sintesis
Serat sintetik dihasilkan dengan cara polimerisasi
senyawa-senyawa kimia. Polimer tersebut bisa berupa
polimer yang berasal dari alam ataupun polimer buatan.
Teknologi polimer sintetis dilakukan dengan cara
menyemprotkan polimer cair pada lubang-lubang kecil yang
disebut Spinneret. Proses ini hanya mungkin dilakukan
pada cairan yang relatif kental. Pembentukan filamen
dipengaruhi oleh viskosatas larutan, tegangan permukaan
cairan dan waktu pengerjaan. Cara pembuatan polimer
menjadi cairan, menentukan cara penyemprotan dan cara
memadatkan cairan polimer menjadi filamen. Pengubahan
polimer menjadi bentuk serat ditentukan oleh kelarutan
polimer di dalam pelarut yang sesuai dan titik leleh jauh di
bawah suhu dekomposisinya. Cairan polimer atau larutan
polimer yang disemprotkan, dipadatkan oleh antar aksi
dengan lingkungan sekelilingnya yang dalam antar aksi
tersebut terjadi pemindahan panas dan massa atau kedua-
duanya. Yang termasuk polimer sintesis antara lain
poliamida yang dikenal dengan nilon dan poliester.
(1) Poliamida (Nilon)
Serat poliamida diperdagangkan dengan nama
nilon, pertama kali dibuat oleh Du Pont Company pada
216
Sekilas Tentang
Polimer
(2) Poliester
Sifat serat poliester pada umumnya tahan
terhadap asam maupun basa yang lemah tetapi kurang
tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang
dengan zat pengelantang kapas. Demikian pula tahan
terhadap serangga, jamur dan bakteri, sedangkan
terhadap sinar matahari ketahanannya cukup baik.
218
Sekilas Tentang
Polimer
c. Poliakrilat
Serat akrilat dan modakrilat kedua-duanya
mengandung senyawa akrilat hanya berbeda dengan
jumlahnya. Serat modakrilat mengandung lebih sedikit
senyawa akrilonitril dan bersifat lebih peka terhadap panas
219
Teknologi Polimer
220
Sekilas Tentang
Polimer
221
Teknologi Polimer
1. Bahan Baku
Kapas dan linen adalah salah satu sumber fiber untuk
kertas yang sekarang telah digantikan dengan fiber dari kayu.
Sekitar 20 % pulp yang digunakan di Amerika adalah recycle,
dan Eropa serta Jepang melakukan recycle lebih banyak.
Woods (soft and hardwood) digunakan untuk membuat pulp,
tapi kulit kayu tidak, karena tidak memiliki serat dan sulit untuk
di bleaching. Komponen utama dari kayu yang perlu
dihilangkan untuk mengubah menjadi kertas dikenal sebagai
senyawa lignin. Nama ini mengacu pada sekelompok bahan
222
Sekilas Tentang
Polimer
223
Teknologi Polimer
224
Sekilas Tentang
Polimer
225
Teknologi Polimer
(7) Pulp yang keluar dari blown tank kemudian dicuci pada
countercurrent displacement washing untuk mengurangi
kandungan kimia pada chif dan memisahkannya
dengan sisa-sisa zat kimia dan limbah yang berupa
cairan hitam.
(8) Cairan yang berwarna hitam (Black liquor) hasil dari
pemanasan ini dipisahkan dari pulp (brownstock). Black
liquor direcovery kandungan kimianya untuk digunakan
kembali dan kandungan organiknya direcovery menjadi
panas. Proses recovery black liquor biasanya lebih sulit
dijalankan dibandingkan dengan proses pulping itu
sendiri. Dari dasar tabung digester pulp (brownstock)
diambil untuk dilakukan pencucian.
c. Melakukan pencucian agar larutan-larutan lain dapat
dihilangkan dan sekaligus mendinginkan pulp di dalam
digester.
d. Melakukan proses kraft pulping.
Proses kraft pulping merupakan proses kimia dalam
pembuatan pulp. Pada proses kraft pulping diperoleh hasil
pulp yang lebih rendah dari kayu sebesar 45% sehingga
pulp bisa dipakai menjadi bahan kertas. Pada tahap ini pulp
(brownstock) siap diputihkan.
e. Memisahkan bubur kertas dengan cairan sisa hasil
pemasakan dengan cara mencuci, hal ini juga untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
f. Menyaring pulp yang bertujuan agar kualitas pulp terbebas
dari bahan-bahan pengotor dengan cara melakukan
1. Perekat alamiah.
230
Sekilas Tentang
Polimer
2. Perekat sintesisa.
231
Teknologi Polimer
232
Sekilas Tentang
Polimer
233
Teknologi Polimer
234
Sekilas Tentang
Polimer
235
Teknologi Polimer
sifat mekanis dan fisik cat agar tidak retak atau terjadi goresan
saat pengeringan (misalnya: lampu pada rambu lalu lintas atau
bubuk kaca agar memantulkan cahaya matahari), (4) pengering
pelarut dan pigmen.
236
Sekilas Tentang
Polimer
237
Teknologi Polimer
238
Sekilas Tentang
Polimer
J. Rangkuman
Teknologi biodegradable polimer dalam industry pangan
antara lain 1) aplikasi edible film pada bahan pangan, misalnya :
pada sosis, pelapisan buah-buahan dan sayuran segar. 2) aplikasi
zat aktif aromatis pada makanan, 3) Aplikasi sebagai bahan
tambahan pangan, misalnya CMC (Carboxymethylcellulose). 4)
Aplikasi sebagai gelling agent, misalnya gelatin yaitu bahan yang
dapat dipakai uuntuk membuat gel atau bersifat sebagai gelling
agent, yaitu bahan yang dimanfaatkan untuk bahan penstabil,
pembentuk gel, pengikat, pengental, pengemulsi dan lain
sebagainya.
Teknologi nonbiodegradable polimer dalam industry
pangan antara lain plastik kemasan untuk melindungi makanan
dari interaksi yang terjadi secara langsung dengan lingkungan.
Akan tetapi, pembuangan plastik kemasan menjadi masalah yang
komplek terkait pengolahan dan degradasi yang ditimbulkan.
Biodegradable polimer dalam industri kemasan secara
umum didefinisikan sebagai film kemasan yang bisa diolah
kembali (daur ulang) dan bisa diuraikan secara alami. Polimer
yang telah diproduksi dalam skala industri antara lain adalah jenis
polimer plastik biodegradabel. Contoh plastik biodegradabel yaitu
poli ( -kaprolakton) (PCL), poli (α-hidroksi butirat) (PHB), poli
(butilena suksinat) (PBS), poliasam laktat (PLA).
Teknologi polimer dalam pembuatan plastik
nonbiodegradable menggunakan bahan dasar perform. Proses
pembuatan botol plastic dengan bahan dasar preform
239
Teknologi Polimer
K. Soal-soal latihan
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi biodegradable
polimer dalam industri pangan ? jelaskan?
2. Sebutkan dan jelaskan teknologi nonbiodegradable polimer
dalam industri pangan ?
3. Sebutkan dan jelaskan teknologi biodegradable polimer
dalam industri kemasan ?
4. Jelaskan teknologi nonbiodegradable polimer dalam
industri kemasan ?
5. Sebutkan dan jelaskan teknologi biodegradable polimer
dalam industri aroma dan parfum ?
6. Sebutkan dan jelaskan teknologi nonbiodegradable polimer
dalam industri aroma dan parfum ?
7. Sebutkan dan jelaskan teknologi biodegradable polimer
dalam industri tekstil ?
8. Sebutkan dan jelaskan teknologi nonbiodegradable polimer
dalam industri tekstil ?
9. Sebutkan dan jelaskan teknologi biodegradable polimer
dalam industri kertas ?
10. Sebutkan dan jelaskan teknologi nonbiodegradable polimer
dalam industri ?
11. Sebutkan dan jelaskan teknologi polimer dalam industri
perekat ?
12. Sebutkan dan jelaskan teknologi polimer dalam industri
kesehatan ?
241
Teknologi Polimer
BAB IX
PENGUJI
AN
POLIMER
Kemajuan penting dalam kimia polimer, seperti polimer
ramah lingkungan (dapat dibiodegradasi) telah berhasil disintesis
dengan menggunakan komonomer berupa lignoselulosa.
Berbagai bahan dari tumbuhan seperti minyak sawit kasar,
minyak kedelai, minyak jarak, lignin kraft, kopi, dan sakarida, serta
amilosa dapat dibuat menjadi poliuretan ramah lingkungan lewat
pencampuran dengan polioksietilen glikol (PEG) atau
polioksipropilen glikol dan direaksikan dengan metilena-4,4’-
difenildiisosianat. Poliuretan yang dibuat dari bahan alam memiliki
struktur kimia yang bergantung pada komponen bahan alamnya.
Busa poliuretan hasil sintesis dari molase, menunjukkan
kemudahan biodegradasi di antara kayu beech (Fagus sieboldi)
dan kayu cryptomeria (Cryptomeria japonica) (Hatakeyama,
1998).
Owen (1995) telah berhasil mensintesis poliuretan yang
dapat dibiodegradasi dengan cara mereaksikan poli-D,L-asam
laktat dengan polimetilen polifenil poliisosianat. Kehilangan massa
242
Sekilas Tentang
Polimer
243
Teknologi Polimer
244
Sekilas Tentang
Polimer
dimana :
245
Teknologi Polimer
246
Sekilas Tentang
Polimer
247
Teknologi Polimer
248
Sekilas Tentang
Polimer
249
Teknologi Polimer
250
Sekilas Tentang
Polimer
251
Teknologi Polimer
252
Sekilas Tentang
Polimer
253
Teknologi Polimer
254
Sekilas Tentang
Polimer
255
Teknologi Polimer
256
Sekilas Tentang
Polimer
……. (6)
257
Teknologi Polimer
258
Sekilas Tentang
Polimer
260
Sekilas Tentang
Polimer
dan kapasitas panas suatu bahan. Salah satu sifat fisik penting
yang dimiliki polimer adalah temperatur transisi gelas (Tg), dimana
sifat ini akan mengakibatkan polimer tersebut mempunyai daya
tahan terhadap panas atau suhu yang berubah-ubah. Pada waktu
suhu/temperatur luar mendekati suhu/temperatur transisi glassnya
maka polimer akan berubah dari kondisi yang keras kaku menjadi
lunak seperti karet (Hidayat, 2003).
261
Teknologi Polimer
Keterangan :
ε = Kemuluran (%)
Io = Panjang spesimen mula-mula (mm)
If = Panjang spesimen setelah diberi beban (mm)
(Wirjosentono, 1993).
262
Sekilas Tentang
Polimer
(9)
Dimana,
Wg = berat sampel setelah diekstraksi
Wo = berat sampel sebelum ekstraksi
(Halimatuddaliana, Ismail.,2008)
263
Teknologi Polimer
o
temperatur penempelan yang digunakan adalah antara 36 C
o
sampai dengan 72 C, namun suhu yang biasa dilakukan itu
o
adalah antara 50 – 60 C.
J. Rangkuman
Kemudahan biodegradasi polimer dapat diketahui melalui
penentuan kehilangan massa dan degradabilitas selama
biodegradasi.
Perubahan gugus fungsi dalam polimer akibat biodegradasi
dapat ditentukan melalui teknik FTIR dan perubahan sifat termal
dalam polimer akibat biodegradasi dapat diketahui melalui teknik
DTA.
Penyerangan mikroorganisme ke dalam daerah kristalin
atau amorf dalam biodegradasi polimer dapat diketahui melalui uji
kristalinitas dengan teknik XRD.
Kerusakan permukaan polimer akibat biodegradasi dapat
ditentukan melalui pengamatan permukaan dengan teknik SEM.
265
Teknologi Polimer
266
Sekilas Tentang
Polimer
K. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengujian biodegradasi polimer menggunakann ujii
melalui penentuan kehilangan massa dan degradabilitas
polimer?
2. Jelaskan uji perubahan gugus fungsi dalam polimer akibat
biodegradasi melalui teknik FTIR?
3. Jelaskan uji perubahan sifat termal dalam polimer akibat
biodegradasi melalui teknik DTA?
4. Jelaskan uji kristalinitas dengan teknik XRD?
5. Jelaskan pengamatan permukaan dengan teknik SEM?
6. Jelaskan teknik untuk menganalisa dan mengukur perbedaan
kalor yang masuk ke dalam sampel dan referensi sebagai
pembandingnya dengan uji DSC?
7. Jelaskan analisis uji mekanik pada polimer? dan parameter
apa yang biasa digunakan ?
8. Jelaskan uji polimer dengan kandungan gel?
9. Jelaskan proses amplifikasi PCR pada pengujian DNA?
267
Teknologi Polimer
268
Sekilas Tentang
Polimer
269
Teknologi Polimer
270
Sekilas Tentang
Polimer
Eli Rohaeti dan Senam (2008), Efek minyak nabati pada biodegradasi
poliuretan hasil sintesis dari polietilenglikol 400 dan metilen-4,4’-
difenildiisosianat, Laporan Penelitian, Dikti Depdiknas, Jakarta.
Eli Rohaeti 2009. Karakterisasi Biodegradasi Polimer, Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Emil Budianto, Noverra Mardhatillah Nizardo, dan Tresye Utari. 2008.
Pengaruh Teknik Polimerisasi Emulsi Terhadap Ukuran Partikel
Kopoli (Stirena/Butil Akrilat/Metil Metakrilat). Makara Sains. Vol.
12. No. 1 April 2008: 15-22 15 15. Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia,
Depok 16424.
Ensminger. 1962. Animal Science. 5th Ed. The Interstate Printers
Publishers, Inc. Denvile, Illionis.
FAO. 1990. Training Manual on Gracilaria Culture and Seaweed
Processing in China. Rome. p 37-42
Fessenden. F., (1997). Kimia Organik, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.
Firdaus, F., S. Mulyaningsih dan E. Darmawan. 2006. Rekayasa pati
dengan pentanol-1 dan khitosan untuk peningkatan kualitas film
plastik biodegradable, analisis morfologi, karakteristik mekanik,
dan ketahanan air. Rubrik ilmiah. www. jawapos.com, 6 Januari
2006.
Flint, H.M., Merkle, J.R., and Sledge, M., 1981, “Attraction of Male
Collops Vittatus in the Field by Caryophyllene Alcohol”, Chem.
Abstr., 86, 129873c.
Frinault, A., D.J. Gallant, B. Bouchet and J.P. Dumont. 1997.
Preparation of casein film by a modified wet spinning process. J.
of Food Science 62 (4): 744-747
Gatcher, M. 1990. Plastics Additives Handbook. Third Edition. Munich:
Hanser Publish
Gatenby, R. M. dan J. M. Humbert. 1991. Sheep. MacMillan Education
Ltd, London.
Gennadios, A., McHugh, T.H., Weller, C.L., and Krochta,. J.M. 1994.
Edible coating and film based on protein. In Edible coating and
film to improve food quality; Krochta, J.M., Baldwin, E.A.,
Nisperros-Carriedo, N., Eds.; Technomic Pub.: Lancaster, PA; pp
201-278.
Ginting, (2006), Pembuatan Komposit dari Karung Plastik Bekas dan
Polietilena dengan Pelembut Heksan, Jurnal Teknologi Proses,
Juli 2006:138-141.
Gomez-Guillen, M. C., Perez-Mateos, M., Gomez-Estaca, J., Lopez-
Caballero, Gimenez, B., & Montero, P. 2009. Fish gelatin: a
272
Sekilas Tentang
Polimer
273
Teknologi Polimer
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Nylon
6_and_Nylon6,6_structure.svg/708px-
Hartomo, A.J., 1995. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Harumningtyas, A. 2010. Aplikasi edible plastik pati tapioka dengan
penambahan madu untuk pengawetan buah jeruk Citrus sp.
(Skripsi). Universitas Airlangga. Surabaya. 101 hlm
Hatakeyama, H., S. Hirose, T. Hatakeyama, K. Nakamura, K.
Kobashigawa, N. Morohoshi (1995), Biodegradable
Polyurethanes from Plant Component, J. Pure Applied
Chemistry, A32(4), 743 – 750.
Hatakeyama, H. (1998), Biodegradable Polyurethanes from Natural
Resources, Fukui Institute, Japan. Nicholson, J. W. (1997),
Polymers and the Environment, dalam The Chemistry of
Polymers, 2nd ed., The Royal Society of Chemistry, Cambridge,
173.
Hawkins, W.L. (1984), Polymer Degradation and Stabilization, Springer-
Verlag, New York.
Hee-Young An., 2005, Effects of Ozonation and Addition of Amino acids
on Properties of Rice Starches. A Dissertation Submitted to the
Graduate Faculty of the Louisiana state University and
Agricultural and Mechanical College.
Henrique, C.M.2007. Classification Of Cassava Starch Film By
Physicochemical Properties and Water Vapor Permeability
Qualification by FTIR and PLS. Journal Of Food Science.
Hidayat. 2003. Uji Kekuatan Mekanik pada Plastik Ramah
Lingkungan.http://bioindustri.blogspot.com/2008_05_01_archive.
html. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015
Hieronymus, 1991, Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan, Kanisius,
Yogyakarta
Hongjiu, H. L, Z. Jinjin, L. Jie. 2006. Investigation of Adhesive
Performance Of Aqueous Polymer Latex Modified By Polymetric
Methylene Diisocyanate. Journal of adhesian 82 (1):93-114
http://blog.ub.ac.id/mochamat/2012/02/21/material-komposit/ 5.
http://id.wikipedia.org/wiki/Senyawa_organik 3.http://kimiadahsyat.blo
gspot.com/2009/07/perbedaan-polimerisasi-kondensasi-
dan.html 4.
http://industrikaret.wordpress.com diakses Januari 2015
http://gadabinausaha.wordpress.com/2011/12/11/karet-alam/ di akses
Januari 2015.
http://ginaangraeni10.wordpress.com/about/viskositas cairan. Diakses
24 januari 2015.
274
Sekilas Tentang
Polimer
276
Sekilas Tentang
Polimer
Kolybaba, M.; Tabil, L.G.; Panigrahi, S.; Crerar,W.J.; Powell, T. and Wang, B.,
2003. Biodegradable Polymers: Past, Present, and Future,
CSAE/ASAE Annual Intersectional Meeting, Fargo, North Dakota,
USA
Kubo, I, Muroi, H., and Kubo, A., 1994, "Naturally Occurring Antiacne
Agents", J. Nat. Prod., 57, 9-17.
Latief, R. 2001. Teknologi kemasan Plastik Biodegradabel.
http://www.hayati_ipb.com/users/rudyct/individu
2001/rindam_latief.htm 87k. [21 Januari 2015].
Leeder, J. D. 1984. Wool Nature’s Wonder Fibre. Principle Researce
Scientist. CSIRO Division of Textile Industry, Geelong.
M. Alonso-Sande, Teijeiro-Osorio, D, Remunan-Lopez, C., and Alonso,
M.J. 2008. “Glucomannan, a Promising Polysaccharides for
Biopharmaceutical Purposes”, Eur. J. Pharm. Biophar. Doi
10.1016/j.ejpb.2008.02.
Made Arcana, 2003(, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang
dikutip Gatra edisi Juli 2003.
Maekaji. 1974 .Sifat Glukomanan Pada Porang. Lordbrokenwordpress.-
glukporang.com Diakses 8 Oktober 2011.
Maloney, T.M., 1993, Modern Particle Board and Dry Process
Fiberboard Manufacturing, USA : Miller Freeman Publication, Inc.
Mangkoedihardjo, S., (2005), Fitoteknologi dan Ekotoksikologi dalam
Desain Operasi Pengomposan Sampah, Seminar Nasional
Teknologi Lingkungan III, 27 September 2005, ITS, Surabaya.
Mark, A. M., and Melltretter, C. L, (1970), “Acetylation of high amylose
corn starch”, Influence of pretreatment techniques on reaction
rate and triacetate solubility. Starch 22:108-110.
Mark, J.E. 1992. Inorganic Polymers. Prentice-Hall International, Inc. :
New Jersey.
Mark, Dawn B, Allan D. Mark, Collen M. Smith. 2000. Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
McKee, T., dan McKee, J.R. (2003). Biochemistry: The Molecular Basis
Of Life. Edisi III. Boston: The McGraw-Hill. Hal. 68-71.
Mekawati, F.E.,dan D. Sumardjo. 2000. Aplikasi Kitosan Hasil
Tranformasi Kitin Limbah Udang (Penaeus merguiensis) untuk
Adsorpsi Ion Logam Timbal. Jurnal Sains and Matematika,
FMIPA Undip. Semarang. Vol. 8 (2), hal. 51-54
Meyer, L.H., 1978. Food Chemistry Reinhold Publishing Coorporation,
New York.
Mikonnen, K.S. 2009. Mannans as fi lm formers and emulsion
stabilizers. Dissertation. Department of Food Tecnology,
University of Helsinki. Helsinki, Finlandia.
277
Teknologi Polimer
278
Sekilas Tentang
Polimer
Shreve, R.N., 1977. The Chemical Process Industries, second ed., pp.
630-660, Mc Graw Hill Book Company, Inc., New York
Siddiqui, M.S., Sen, T., Migan, M.C., and Datta, C., 1975, “Isolation of
Alcoholic Constituens of the Oil of Citronella (Java) by Sodium
Complex Method”, Parfumeric and Cosmetic, 56, 194-195.
Sidik, M. 2003. Kimia Polimer. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
Silalahi, J dan Nurbaya, S. (2011). Minyak Kelapa dan Minyak Kelapa
Sawit Didalam Makanan Serta Implikasinya Terhadap
Kesehatan. Presented at the Seminar & Workshop Pharmacy
Update 3. Medan: Departemen Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Silverstain, R. M. dan Bassler, G. C. 1967. Spectrometric Identification
of Organic Compounds. Second edition. New York: John Wiley
and Sons Inc
280
Sekilas Tentang
Polimer
Sitepu, M., et al.,1994, Studi Adhesi Serat Alam Matrik Resin Polimer,
Laporan Penelitian, DP3M – Dikti, Medan.
Sitepu, M., Yoshida, H., 2002, The Chemical Analyses and XRD of
Palmyra Fibre and Modification on It’s Surface, Proceeding of the
4th International Wood Science Symposium, P2FT–LIPI, WRI,
Serpong.
Sitepu, I.W., (2009), Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap
Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High Density Polyethylene
(HDPE) Dengan Inisiator Benzoil Peroksida, Skripsi, FMIPA,
USU, Medan
Sitorus, A. 2009. Penyediaan mikrokomposit PVC menggunakan
pemlastis stearin dan pengisi pati dan penguat serat alam. Tesis.
PPS Univ. Sumatra Utara. Medan.
Sixta, Herbert. 2006. Handbook of Pulp. Volume 1.Wiley-VCH Verlag
Gmbh. Newyork
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu dan Dasar-Dasar Penggunaan. Edisi 2.
Terjemahan Hardjono Sastrohamidjojo. Yogyakarta: UGM Press.
Skoog,Douglas A.1998. Principles Instrumental Analysis. 5th edition.
New York : John Wiley and Sons.
Smallman, RE dan RJ Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan
Rekayasa Material. Jakarta : Erlangga.
Sobral, P. J. A., dan Habitante, A. M. Q. B. 2001. “Phase Transitions of
Pigskin Gelatin”. Food Hydrocolloids, 15: 377–382.
Stephanie DeMarco, 2005, ”Advances in Polyhydroxyalkanoate
Production in Bacteria for Biodegradable Plastics”, MMG 445
Basic Biotechnology eJournal, hal. 1:1 – 1:4
Stevens, E.S., 2003. What makes green plasticsgreen?, Biocycle. 44(3): 24-27.
Stevens, M.P.2001. Kimia Polimer. Penerjemah Iis Sopyan. 1st Edition.
Jakarta : Pradnya Paramita. pg 3,195.
Stevens MP. 2007. Polymer Chemistry. Iis Sopyan, penerjemah.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Suhardjo dan Clara M.K. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta:
Kanisius
Suharty, N. S., 1993, “Reactive Processing of Polyelefins using
Antioxidant Systems”, Ph.D. Thesis, Department of Chemical
Engineering and Applied Chemistry, Aston University,
Birmingham, United Kingdom.
Suharty, N. S., 2001, “Reactive Processing of Hindered Phenol as
Antioxidant in Polypropylene”, Prosiding Regional Conference for
Young Chemist 2001, University Sains Malaysia, Penang,
Malaysia.
281
Teknologi Polimer
282
Sekilas Tentang
Polimer
284
Sekilas Tentang
Polimer
285