Professional Documents
Culture Documents
Revisi 2 Ibuuuuuu
Revisi 2 Ibuuuuuu
Proposal Penelitian
Oleh :
200119086
TASIKMALAYA
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sugi Purwanti (2012) dalam penelitiannya , melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada ibu
hamil menggunakan metoda sahli dan Easytouch GCHB, didapatkan hasil penelitian sebagai
berikut Rata-rata kadar Hb ibu hamil , menggunakan metoda Hb Sahli adalah sebesar 12,54
mg/dl, sedangkan nilai rata-rata kadar Hb ibu hamil menggunakan Easy Touch GCHb adalah
sebesar 10,02 mg/dl. Penelitian lain yang dilakukan oleh Puspitasari et al (2020) dengan judul
pemeriksaan Hematologi Antara Metode Point of Care Testing dengan Metode
Cyanmethemoglobin pada Ibu Hamil menerangkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan secara statistic antara rata-rata hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode POCT
darah kapiler dengan metode Cyanmethemoglobin darah vena. Penelitian yang dilakukan oleh
Asih et al (2018) menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic
antara hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode Azidemet darah kapiler dengan metode
cyanide-free darah vena.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan melihat
perbandingan kadar hemoglobin menggunakan metode Cyanmethemoglobin dan metode HB
meter Easytouch GCHB menggunakan stick.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemoglobin
2.1.1 Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat
molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin
mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni
pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton dari
jaringan perifer ke organ respirasi.(Tiara et al., 2016a)
Hemoglobin adalah indikator yang paling dapat diandalkan dari anemia pada
tingkat populasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 736a/Menkes/XI/1989 batas kadar hemoglobin normal untuk
masing- masing kelompok umur dan jenis kelamin diantaranya adalah 11 gram/dl
untuk kelompok anak usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun, 12 gram/dl untuk anak
usia 6 sampai dengan 14 tahun, 13 gram/dl untuk kelompok pria dewasa, 12 gram
untuk kelompok wanita dewasa, 11 gram/dl untuk kelompok ibu hamil, dan 12 gram
untuk kelompok ibu menyusui lebih dari 3 bulan.(Abarca, 2021)
A. Oksihemoglobin
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin tanpa oksigen (hemoglobin
B. Karboksihemoglobin
C. Methemoglobin
Methemoglobin merupakan hemantin-globin, yang mengandung FeIII-
OH (symbol : Hi) methemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen untuk
pernafasan (Nofrianti, 2018)
D. Sulfhemoglobin
Sulfhemoglobin merupakan struktur yang tak tetap, yang berhubungan
dengan methemoglobin dan juga tidak dapat mengangkut 13 oksigen pernapasan.
6
G. Haptoglobin
H. Haemopeksin
15 tahun untuk perempuan > 12,0 g/dL dan laki-laki > 13,0 g/dL.4 Kadar Hb dalam
darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya aktivitas fisik.
1) Kehilangan besi sebagai akibat dari perdarahan menahun yang dapat berasal dari
saluran cerna, saluran genetalia wanita, saluran kemih, dan saluran nafas.
2) Faktor nutrisi sebagai akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik (makanan yang banyak mengandung serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging).
3) Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak pada masa pertumbuhan
dan kehamilan.
1. Darah Vena
Darah vena merupakan darah yang berasal dari pembuluh darah vena, membawa
darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Semua pembuluh vena pada umumnya
cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan untuk pengambilan darah.
Pembuluh darah vena yang sering digunakan untuk pemeriksaan adalah vena difosa
cubiti. Pembuluh vena untuk bayi atau anak kecil dapat diambil pada vena jugularis
externa, vena femoralis, bahkan dari sinus sagitalis superior (Evelyn C. Pearce, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas darah vena
1. Menggunakan ikatan pembendung yang terlalu lama atau terlalu kencang
sehingga menyebabkan hemokonsentrasi.
2. Menggunakan jarum dan semprit yang basah.
3. Terjadinya pembekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja.
4. Terjadinya bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur merata
dengan antikoagulan (Gandasoebrata, 2008).
2. Darah Kapiler
Darah kapiler merupakan darah yang didapat dari pembuluh kapiler yang sangat
kecil dimana tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis
dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu
tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium. Lapisan yang sangat tipis itu
memungkinkan limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan membawa air,
mineral, zat makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler
dan jaringan sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan bahan buangan termasuk
karbondioksida (Evelyn C. Pearce, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
darah kapiler 1. Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan
peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (radang, trauma). 2. Tusukan
kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar. 3. Kulit yang ditusuk masih
basah alkohol sehingga darah mengalami pengenceran. 4. Tetes darah pertama
digunakan untuk pemeriksaan. 5. Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu
lambat dalam bekerja (Gandasoebrata, 2008).
yaitu preanalitik, analitik dan paska analitik. Tiga unsur tersebut yang sering terjadi
kekeliruan dalam hasil pemeriksaan yaitu preanalitik. Preanalitik merupakan tahap
awal yang sangat menentukan kualitas sampel yang didapat, kemudian akan sangat
mempengaruhi proses berikutnya yaitu proses analitik dan pasca analitik (Buletin
Prodia, 2007).
Perlakuan sampel dalam proses preanalitik khususnya cara memasukan darah dari
spuit ke dalam tabung harus benar – benar diperhatikan. Memasukkan darah dengan
cara disemprotkan akan berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke
dalam tabung vacutainer dengan cara membuka jarum dan mengalirkannya pada
dinding tabung sampai volume telah terpenuhi tidak akan berpotensi menyebabkan
hemolisis (Joyce LeFever Kee, 2007). Apabila sampel darah mengalami lisis maka
hemoglobin akan keluar dari sel darah merah sehingga dapat berpengaruh terhadap
kadar hemoglobin (Sahid, 2003).
2.6 Antikoagulan
2.6.1 EDTA
Menurut Kiswari (2014) EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid) adalah
jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium
hematologi. Antikoagulan EDTA dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berupa cair
dan zat kering. Sampai saat ini EDTA dalam bentuk serbuk masih banyak digunakan di
berbagai laboratorium dan untuk memudahkan pengukuran maka dibuat menjadi
larutan 10% (Gandasoebrata, 2007). EDTA memiliki cara kerja yaitu mengikat ion
kalsium sehingga terbentuk garam kalsium yang tidak larut. EDTA memiliki
keunggulan yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah. EDTA tidak menyebabkan adanya
perbedaan pada morfologi sel darah yaitu eritrosit sehingga ideal untuk pengujian
hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, LED, hitung lekosit, hitung
trombosit, retikulosit, apusan darah, dan penentuan golongan darah.
Ada tiga bentuk garam EDTA yang umumnya digunakan yaitu disodium
(Na2EDTA), dipotasium (K2EDTA) dan tripotassium (K3EDTA). Clinical and
Laboratory Standards Institute (CLSI) merekomendasikan K2EDTA dan K3EDTA
untuk pemeriksaan hematologi (Mosleh dkk., 2018). Garam EDTA dalam bentuk
kalium lebih mudah larut dibanding natrium, K2EDTA dalam bentuk semprot kering
pada dinding tabung tidak akan mencairkan sampel (McPherson dan Pincus, 2011
dalam Utami, 2019; Mahmoud dan Enaam, 2017) serta kelarutannya yang baik dan
hasil hematokrit yang stabil (Banfi dkk., 2007). Antikoagulan K3EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk cairan. Bentuk cairan meningkatkan reaktifitas EDTA dalam
larutan serta stabilitas K3EDTA lebih baik dari garam EDTA yang lain karena
10
2.2.2 Pemeriksaan kadar hemoglobin melalui tahap Pra Analiti, Analitik dan Post Analitik.
1. Pra Analitik
Pada tahap pra analitik wajib memperhatikan
b. Jenis Sampel, pemeriksaan Hemoglobin dapat menggunakan jenis
sampel dari darah vena dengan darah kapiler, untuk darah vena perlu
ditambahkan dengan antikoagulan.
c. Pemilihan jenis antikoagulan, pada umumnya jeni antikoagulan yang
digunakan untuk pemeriksaan Hemoglobin adalah K2EDTA sama
K3EDTA.
d. Pemberian identitas specimen, pemberian identitas untuk menghindari
- Meminimalisasi terjadinya kesalahan
- Tertukar sampel dan bila menggunakan
baecode label, pemasangan barcode labed
harus ditempel dilekatkan secara benar.
e. Homogenisasi, sampel dengan penambahan antikoagulan harus
dilakukan homoginesasi secara benar karena bila terjadi bekuan dapat
menyumbat Tubbing alat atau dapat mempengaruhi pemeriksaan
(adanya bekuan dapat mengakibatkan sampel tidak bereaksi secara
sempurna dengan reagen yang terdapat dalam stick)
2. Analitik
Pada tahap analitik ini yang harus diperhatikan :
11
3. Pasca Analitik
. Masing-masing tahap memiliki peluang terjadiya kesalahan. Tahap pra analitik memiliki
besar kesalahan terbesar yaitu 62%, tahap analitik sebesar 15% dan tahap pasca analitik sebesar
23% (Mengko, 2013).
Cara Kerja Alat pertama dari menu Profil.Pilih Next, masukan data
pasien sesuai kolom yang ada. Cek nomer pasien harus dimulai dari angka
1.Tekan Save – OK. Lalu siapkan darah – homogenkan – masukan kejarum
sampling sampai dasar tabung. Kemudian tekan sekali dan cepat lepaskan,
swich atau tombol samling (warna hijau) dibelakang jarum sampling.
Selanjutnya tunggu sampai jarum sampling naik keatas lalu tarik keluar
tabung. Alat akan runningg selama 1 menit dan otomatis akan keluar hasil
yang tertulis di kertas printer.
Kelebihan :
Akurat.
Hasil pemeriksaan didapatkan dalam waktu yang relative cepat.
Sensitivitas dan spesifisitas 100% (Whitehead RD dkk, 2019).
Kekurangan :
dalam elektroda biasanya logam platinum atau emas. Elektroda ini memiliki
sistem amperometri (Belluzo, 2008). Elektroda kerja berperan juga sebagai
katoda yang merupakan tempat terjadinya reduksi oksigen (Wardah, 2012).
Kelebihan :
Akurat
Mudah dibawa kemana-mana
Pengerjaannya mudah dan cepat
Kekurangan :
Kelebihan :
Pemeriksaan akurat.
Reagen dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat
dikontrol dengan larutan standart yang stabil.
Mampu mendeteksi 9 dari 10 fraksi hemoglobin.
Kekurangan :
2.3.3 Manual
2.3.3.1 Metode Sahli
Metode sahli untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah dapat
menggunakan sampel berupa darah vena atau darah kapiler.
Cara Kerja Masukkan larutan Hcl 0,1 N dengan pipet Hcl kedalam
tabung pengencer sampai pada angka 2. Isap 20 UI darah dengan pipet sahli,
bersihkan darah yang menempel pada bagian luar pipet. Masukkan darah
15
secara hati-hati ke dalam tabung sahli yang sudah berisi Hcl 0,1 N. Bilas
darah dalam pipet dengan menghisap dan mengeluarkan Hcl 0,1 N beberapa
kali. Biarkan 4 menit (3-5 menit) agar hemoglobin berubah menjadi asam
hematin. Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk
tiap kali menambahkan aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna
pembanding. Bila sudah sama catat hasilnya (Mutu, 2015).
Kelebihan:
Mudah dilakukan.
Tidak membutuhkan aliran listrik (Faatih Mukhlisul dkk, 2020).
Kekurangan:
Tidak akurat.
Warna yang terbentuk tidak stabil.
Dapat terjadi variasi kesalahan dari pengamatan dan
pemipetan.
Tidak mempunyai standar internasional (Faatih Mukhlisul
dkk, 2020).
2.3.3.2 Metode Talquist
Pada metode Tallquist, Membandingkan warna merah yang terdapat
di darah dengan menggunakan kertas tallquist yang memiliki standart warna
(Prastika, 2011). metode ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena
akurasinya kurang dan tingkat kesalahan ini antara 25-50%. Dan metode ini
sudah jarang untuk digunakan, kadang-kadang digunakan dalam keadaan
darurat.
Pemeriksaan kadar
Hemoglobin
Pada pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode stick dengan pembacaan pada alat
Hb meter, kadar Hb setara dengan warna komplek dari Hb dengan reagen yang terdapat
dalam stick. Dari tekhnik pengerjaan maupun pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan
Hb meter dengan reagen Hb stick lebih mudah. Dari hasil pemeriksaan kadar Hb dengan
prinsip metode yang berbeda dilakukan pengolahan data untuk mengetahui perbedaan dari
kedua metode tersebut.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
N
n= 2
N . d +1
60
n= 2
60. 0,05 +1
60
n=
1,15
n=52,173=52
Identifikasi Masalah
Penyusunan Proposal
Pengumpulan Data
pemeriksaan hemoglobin dan kuisioner
a. Langkah Kerja
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Atur posisi pasien, pasang tourniquet dan minta pasien untuk mengepalkan
tangannya
3) Pilih vena, desinfektan daerah penusukan dengan alkohol swab
4) Tusuk daerah yang ditentukan dengan mendorong barrel spuit atau jarum
suntik
5) Isap darah dengan menarik pluger, pasang kasa steril diatas tusukan, tarik
jarum dari tusukan.
6) Tekan kasa steril, terapkan plester didaerah penusukan
7) Darah yang berada di spuit dimasukan kedalam tabung EDTA
8) Diberi kode pada tabung vacutainer dengan spidol
Tabung 60 Buah
reaksi ukuran
13x100 mm
a. Langkah Kerja
1) Masukan 5 ml larutan Drabkin masing-masing ke dalam tabung
2) Pada tabung 2 : tambahkan 0,02 ml (20 ml ) darah, campur
3) Biarkan pada suhu kamar selama 10 menit untuk memberikan kesempatan
darah untuk membentuk sianmethemoglobin
4) Alat fotometer di set dulu dengan larutan drabkin (tabung 1)
5) Lalu tabung 2 dibaca pada panjang gelombang 540 nm
Strip HB 60 Buah
a. Cara Kerja
1) Siapkan alat dengan strip HB nya
2) Masukan Strip HB kedalam Alat
3) Teteskan darah pada ujung Strip HB sampai terdengar bungi dari alat
4) Tunggu beberapa detik sampai hasil keluar
5) Baca lalu catat hasil