Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

PERBANDINGAN NILAI HEMOGLOBIN MENGGUNAKAN METODE

CYANMETHEMOGLOBIN DAN METODE HB STICK (Easy Touch GCHB)

PADA MAHASISWA UNIVERSITAS BTH

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Jenjang


Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan

Oleh :

RIZALDY FAJAR TAUFIK

200119086

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat molekul bukan
protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin mempunyai dua fungsi
penting dalam tubuh manusia, yakni mengangkut oksigen yang digunakan untuk regenerasi sel
dan metabolisme menghasilkan energi, selain itu hemoglobin mengangkut karbondioksida dan
berbagai zat tidak berguna untuk diekskresikan keluar (Kosasi et al., 2016)
Hemoglobin masuk pada kelompok hematologi. Pemeriksaan hemoglobin sering digunakan
untuk screening awal penderita anemi, oleh karena itu pemeriksaan hemoglobin merupakan suatu
pemeriksaan yang sangat penting.
Tekhnologi labolatorium mengalami perkembangan yang sangat pesat, demikian juga untuk
pemeriksaan parameter hematologi. Alat-alat automated analyzer dari yang memiliki kemampuan
Analisa secara lengkap untuk pemeriksaan hematologi (automated analyzer hematologi) sampai
dengan alat yang simple mudah digunakan (HB meter Easytouch GCHB).
Dikembangkankannya alat-alat tersebut untuk memenuhi tuntutan pelayanan khususnya
pelayanan labolatorium yaitu alat automated analyzer dapat digunakan di rumah sakit dengan
jumlah sampel yang banyak dan parameter yang lengkap. Sedangkan alat HB meter Easytouch
GCHB dapat digunakan untuk kepentingan pemeriksaan HB dilapangan, misalkan pemeriksaan
atlet berskala besar, untuk pemeriksaan hemoglobin pada pelayanan klinik bersalin. Oleh karena
itu teknologi labolatorium dapat digunakan berdasarkan kebutuhan.
Pemeriksaan HB metode Cyanmethemoglobin direkomendasikan oleh Lembaga ICSH
(International Commite for Standardization in Hematology) sebagai metoda gold standar, karena
metode Cyanmethemoglobin dapat menganalisis semua fraksi HB kecual Sulf Hemoglobin, selain
itu reagen pada metode Cyanmethemoglobin menggunakan larutan kalium feri sianida yang
bersifat stabil, akan tetapi larutan kalium feri sianida bersifat racun. Metode Cyanmethemoglobin
dalam analisisnya menggunakan fotometer dan tidak memungkinkan untuk sering berpindah
tempat.
Penggunaan alat HB meter Easytouch GCHB menggunakan stick sering dilakukan dengan
pertimbangan alat portable dan simple dalam pelaksanaanya atau prosedurnya. Akan tetapi alat
HB meter Easytouch GCHB untuk pasien yang memiliki kelaian HB memberikan hasil yang
kurang akurat. Oleh karena itu hasil pemeriksaan HB menggunakan alat HB meter Easytouch
GCHB dengan kadar HB ab normal diperlukan pemeriksaan konfirmasi dengan metode yang
lebih akurat.
2

Sugi Purwanti (2012) dalam penelitiannya , melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada ibu
hamil menggunakan metoda sahli dan Easytouch GCHB, didapatkan hasil penelitian sebagai
berikut Rata-rata kadar Hb ibu hamil , menggunakan metoda Hb Sahli adalah sebesar 12,54
mg/dl, sedangkan nilai rata-rata kadar Hb ibu hamil menggunakan Easy Touch GCHb adalah
sebesar 10,02 mg/dl. Penelitian lain yang dilakukan oleh Puspitasari et al (2020) dengan judul
pemeriksaan Hematologi Antara Metode Point of Care Testing dengan Metode
Cyanmethemoglobin pada Ibu Hamil menerangkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan secara statistic antara rata-rata hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode POCT
darah kapiler dengan metode Cyanmethemoglobin darah vena. Penelitian yang dilakukan oleh
Asih et al (2018) menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic
antara hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode Azidemet darah kapiler dengan metode
cyanide-free darah vena.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan melihat
perbandingan kadar hemoglobin menggunakan metode Cyanmethemoglobin dan metode HB
meter Easytouch GCHB menggunakan stick.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah di paparkan masalah penelitian yang dapat
disimpulkan adalah, untuk mengetahui perbandingan kadar HB menggunakan alat
Cyantmethemoglobin dan Stick HB Digital terhadap Mahasiswa Universitas BTH.

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai
dengan baik, maka perlu adanya pembatasan masalah, pemeriksaan HB menggunakan sampel dari
responden Mahasiswa Universitas BTH dan dilakukan pengukuran kadar hemoglobin
menggunakan metode Cyanmethemoglobin dan menggunakan metode HB meter Easytouch
GCHB dengan stick HB.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai HB menggunakan metode
Cyanmethemoglobin dan metode HB meter Easytouch GCHB dengan Stick HB Digital terhadap
Mahasiswa Universitas BTH.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Memastikan kesesuaian dan ketepatan alat Cyanmethemoglobin dan Stick HB Digital.
2. Memahami perbandingan alat Cyanmethemoglobin dan Stick HB Digital.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemoglobin
2.1.1 Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat
molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin
mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni
pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton dari
jaringan perifer ke organ respirasi.(Tiara et al., 2016a)

Hemoglobin adalah indikator yang paling dapat diandalkan dari anemia pada
tingkat populasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 736a/Menkes/XI/1989 batas kadar hemoglobin normal untuk
masing- masing kelompok umur dan jenis kelamin diantaranya adalah 11 gram/dl
untuk kelompok anak usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun, 12 gram/dl untuk anak
usia 6 sampai dengan 14 tahun, 13 gram/dl untuk kelompok pria dewasa, 12 gram
untuk kelompok wanita dewasa, 11 gram/dl untuk kelompok ibu hamil, dan 12 gram
untuk kelompok ibu menyusui lebih dari 3 bulan.(Abarca, 2021)

2.1.2 Fungsi Hemoglobin


Fungsi fisiologi utama hemoglobin (Hb) adalah mengatur pertukaran oksigen
dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh. Mengambil oksigen dari paru-paru
kemudian dibawah keseluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. Membawa
karbindioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru
untuk dibuang (Max et al., 2016). Namun menurut Anna Poedjiadi (2009) secara
umum fungsi hemoglobin adalah:

1. Mengikat Oksigen. Protein dalam sel darah merah memiliki fungsi


sebagai mengikat oksigen yang akan disirkulasikan ke paru-paru.
2. Pertahanan Tubuh. Sirkulasi darah yang terus dipompa oleh jantung
dapat mempertahankan tubuh dari serangan virus, bahan kimia,
maupun bakteri. Darah tersebut nantinya akan disaring oleh fungsi
ginjal dan dikeluarkan melalui urine sebagai hasil toksin dari tubuh.
4

3. Menyuplai nutrisi. Selain mengangkut oksigen, darah juga akan


menyuplai nutrisi ke jaringan tubuh dan mengangkut zat sebagai
hasil dari metabolism.

2.1.3 Struktur Hemoglobin


Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2
alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih
dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan
sebagai HbF. Hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang
terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen.
Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit
memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik
yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan
situs/lokasi ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Tiap
subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan
hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Zat besi melekat pada
molekul heme dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah.
Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus
prostatik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah.
Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen
organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang
dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus
mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini
( Ganong, 2004)

Menurut Nugroho (2018) Pembentukan Hb (sintesis Hb) terjadi karena


adanya sintesis heme dan protein globin. Faktor penyebab rendahnya kadar Hb selain
disebabkan oleh infeksi dapat pula disebabkan oleh asupan kurang (Purnasari, 2011).
Asam folat adalah salah satu zat gizi yang dibutuhkan dalam pembentukan globin
(Almatsier,2001) dan pembentukan heme melibatkan salah satu zat gizi yaitu zat besi
(Fe) pada akhir sintesisnya (Muwakhidah, 2009). Menurut Soemardjo (2009), asupan
Fe memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kadar Hb dan
Asam folat berperan dalam pembetukan Hb.
5

Gambar 1 : Molekul Hemoglobin Gambar 2 : Gugus Heme

(Nugrahini, Kristiana Tri 2018) ( Nugrahini, Kristiana Tri 2018 )

2.1.4 Fraksi Hemoglobin


Macam-Macam Bentuk Hemoglobin Hemoglobin terdiri dari beberapa
macam bentuk sebagai berikut :

A. Oksihemoglobin
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin tanpa oksigen (hemoglobin

tereduksi) yang mempunyai warna ungu muda, hemoglobin teroksigenasi penuh,


dengan tiap pasangan heme + globulin membawa 2 atom oksigen, berwana
kuning merah. Simbol untuk oksihemoglobin adalah HbO8, tetapi HbO2 adalah
konvensional (Purba & Nurazizah, 2019).

B. Karboksihemoglobin

Karboksihemoglobin merupakan karbon monoksida yang terikat ke


hemoglobin 200 kali lebih besar dari pada oksigen. Sehingga adanya karbon
monoksida (karena banyak menghisap rokok) maka lebih mungkin terbentuk
karboksihemoglobin. Karboksihemoglobin berwarna merah cheri, terutama di
dalam larutan encer (Wimpy & Harningsih, 2019).

C. Methemoglobin
Methemoglobin merupakan hemantin-globin, yang mengandung FeIII-
OH (symbol : Hi) methemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen untuk
pernafasan (Nofrianti, 2018)
D. Sulfhemoglobin
Sulfhemoglobin merupakan struktur yang tak tetap, yang berhubungan
dengan methemoglobin dan juga tidak dapat mengangkut 13 oksigen pernapasan.
6

Ditimbulkan oleh obat-obatan, pengawet makanan, air minum yang terkena


polusi (Kadar et al., 2014).
E. Hemoglobin terglikosilasi
Hemoglobin terglikosilasi merupakan hemoglobin yang diikat ke glukosa
untuk membentuk derivat yang stabil bagi kehidupan eritrosit (Kuswanto et al.,
2021).
F. Mioglobin

Mioglobin merupakan hemoglobin yang disederhanakan, terdapat di otot


rangka dan jantung, di tempat mioglobin dapat bekerja sebagai reservoir oksigen
yang sedikit dan dilepaskan setelah Crush injury atau iskemia. Karena berat
molekulnya rendah, ia cepat dibersihkan dari plasma dan terdapat sebagai
mioglobinuria, yang merupakan indeks kerusakan sel otot yang sensitif, juga dari
gerak badan yang hebat (Murniati Wodi et al., 2015).

G. Haptoglobin

Haptoglobin merupakan globulin spesifik, yang mengikat hemoglobin


pada globin. Berfungsi untuk mengkonserva.si besi setelah hemeolisa
intravakuler, ia mengikat hemoglobin sekitar 1,25 g/l plasma dan hanya
konsentrasi itu ada hemoglobin bebas yang hilang ke dalam urine atau terikat ke
haemopeksin (Tiara et al., 2016b)

H. Haemopeksin

Haemopeksin merupakan glikoprotein yang terikat dengan sisa


hemoglobin. Konsentrasinya di dalam plasma normal sekitar 0,5 g/l (Santoso B,
et al 2014).

I. Hemoglobinemia dan Hemoglobinuria


Hemoglobinemia dan Hemoglobinuria Hemolisa intravaskuler dari sebab
apapun melepaskan hemoglobin kedalam sirkulasi dan bertanggung jawab sekitar
10% pemecahan eritrosit. Hemoglobin difiltrasi melalui glomerulus ebagai dimer
serta dapat direabsorbsi dan dimetabolis di dalam tubulus (Sibarani, 2019).

2.1.5 Kadar Hemoglobin Dalam Darah


Nilai batas normal kadar Hb menurut World Health Organization 2001 yaitu
untuk umur 5-11 tahun < 11,5 g/dL, umur 12-14 tahun ≤ 12,0 g/dL sedangkan diatas
7

15 tahun untuk perempuan > 12,0 g/dL dan laki-laki > 13,0 g/dL.4 Kadar Hb dalam
darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya aktivitas fisik.

Nilai normal kadar Hemoglobin menurut Wintrobe 2009

Tabel 1 : Nilai Normal Kadar Hemoglobin

N Jenis Kelamin /Usia Kadar Hemoglobin Satuan


o

1 Laki-laki dewasa 14.0 - 18.0 g/dl

2 Wanita dewasa 12.0 – 16.0 g/dl

3 Anak-anak (2-6 tahun) 11.0 – 14.0 g/dl

4 Anak-anak (6-12 tahun) 12.0 – 16.0 g/dl

5 Bayi 10.0 – 15.0 g/dl

6 Bayi baru lahir 16.0 – 25.0 g/dl

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin


Pemeriksaan kadar hemoglobin dipengaruhi oleh faktor pra analitik, analitik
dan paska analitik. Faktor pra analitik merupakan faktor paling besar terhadap
kesalahan pemeriksaan, antara lain pengambilan, penampungan, pengolahan dan
penyimpanan bahan pemeriksaan (Gandasoebrata, 2013).

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Menurut Wiwik


(2008) faktor yang mempengaruhi kadar Hb adalah :

1) Kehilangan besi sebagai akibat dari perdarahan menahun yang dapat berasal dari
saluran cerna, saluran genetalia wanita, saluran kemih, dan saluran nafas.

2) Faktor nutrisi sebagai akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik (makanan yang banyak mengandung serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging).

3) Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak pada masa pertumbuhan
dan kehamilan.

4) Gangguan absorpsi besi seperti gastrektomi dan kolitis kronis.


8

2.2 Pemeriksaan Hemoglobin di Laboratorium


2.2.1 Jenis Sampel yang digunakan
Jenis sampel pada pemeriksaan hemoglobin ini pada metode Cyanmethemoglobin
menggunakan sampel darah vena sedangkan metode HB meter (Easy Touch GCHb)
menggunakan darah kapiler.

1. Darah Vena
Darah vena merupakan darah yang berasal dari pembuluh darah vena, membawa
darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Semua pembuluh vena pada umumnya
cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan untuk pengambilan darah.
Pembuluh darah vena yang sering digunakan untuk pemeriksaan adalah vena difosa
cubiti. Pembuluh vena untuk bayi atau anak kecil dapat diambil pada vena jugularis
externa, vena femoralis, bahkan dari sinus sagitalis superior (Evelyn C. Pearce, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas darah vena
1. Menggunakan ikatan pembendung yang terlalu lama atau terlalu kencang
sehingga menyebabkan hemokonsentrasi.
2. Menggunakan jarum dan semprit yang basah.
3. Terjadinya pembekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja.
4. Terjadinya bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur merata
dengan antikoagulan (Gandasoebrata, 2008).
2. Darah Kapiler
Darah kapiler merupakan darah yang didapat dari pembuluh kapiler yang sangat
kecil dimana tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis
dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu
tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium. Lapisan yang sangat tipis itu
memungkinkan limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan membawa air,
mineral, zat makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler
dan jaringan sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan bahan buangan termasuk
karbondioksida (Evelyn C. Pearce, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
darah kapiler 1. Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan
peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (radang, trauma). 2. Tusukan
kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar. 3. Kulit yang ditusuk masih
basah alkohol sehingga darah mengalami pengenceran. 4. Tetes darah pertama
digunakan untuk pemeriksaan. 5. Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu
lambat dalam bekerja (Gandasoebrata, 2008).

2.2.2 Penanganan Sampel

Penanganan sampel di lapangan harus memperhatikan tiga aspek penting


9

yaitu preanalitik, analitik dan paska analitik. Tiga unsur tersebut yang sering terjadi
kekeliruan dalam hasil pemeriksaan yaitu preanalitik. Preanalitik merupakan tahap
awal yang sangat menentukan kualitas sampel yang didapat, kemudian akan sangat
mempengaruhi proses berikutnya yaitu proses analitik dan pasca analitik (Buletin
Prodia, 2007).
Perlakuan sampel dalam proses preanalitik khususnya cara memasukan darah dari
spuit ke dalam tabung harus benar – benar diperhatikan. Memasukkan darah dengan
cara disemprotkan akan berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke
dalam tabung vacutainer dengan cara membuka jarum dan mengalirkannya pada
dinding tabung sampai volume telah terpenuhi tidak akan berpotensi menyebabkan
hemolisis (Joyce LeFever Kee, 2007). Apabila sampel darah mengalami lisis maka
hemoglobin akan keluar dari sel darah merah sehingga dapat berpengaruh terhadap
kadar hemoglobin (Sahid, 2003).
2.6 Antikoagulan
2.6.1 EDTA
Menurut Kiswari (2014) EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid) adalah
jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium
hematologi. Antikoagulan EDTA dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berupa cair
dan zat kering. Sampai saat ini EDTA dalam bentuk serbuk masih banyak digunakan di
berbagai laboratorium dan untuk memudahkan pengukuran maka dibuat menjadi
larutan 10% (Gandasoebrata, 2007). EDTA memiliki cara kerja yaitu mengikat ion
kalsium sehingga terbentuk garam kalsium yang tidak larut. EDTA memiliki
keunggulan yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah. EDTA tidak menyebabkan adanya
perbedaan pada morfologi sel darah yaitu eritrosit sehingga ideal untuk pengujian
hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, LED, hitung lekosit, hitung
trombosit, retikulosit, apusan darah, dan penentuan golongan darah.

Ada tiga bentuk garam EDTA yang umumnya digunakan yaitu disodium
(Na2EDTA), dipotasium (K2EDTA) dan tripotassium (K3EDTA). Clinical and
Laboratory Standards Institute (CLSI) merekomendasikan K2EDTA dan K3EDTA
untuk pemeriksaan hematologi (Mosleh dkk., 2018). Garam EDTA dalam bentuk
kalium lebih mudah larut dibanding natrium, K2EDTA dalam bentuk semprot kering
pada dinding tabung tidak akan mencairkan sampel (McPherson dan Pincus, 2011
dalam Utami, 2019; Mahmoud dan Enaam, 2017) serta kelarutannya yang baik dan
hasil hematokrit yang stabil (Banfi dkk., 2007). Antikoagulan K3EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk cairan. Bentuk cairan meningkatkan reaktifitas EDTA dalam
larutan serta stabilitas K3EDTA lebih baik dari garam EDTA yang lain karena
10

menunjukkan pH yang mendekati pH darah (Wahdaniah, 2018). Berbeda dengan CLSI,


International Council for Standarization in Haematology (ICSH) dalam England dkk.
(1993), merekomendasikan K2EDTA dan tidak merekomendasikan K3EDTA karena
menurut ICSH dibandingkan dengan Na2EDTA dan K2EDTA antikoagulan K3EDTA
terbukti paling tidak sesuai karena menyebabkan penyusutan eritrosit paling besar
(Dayalan dkk., 2020) seiring dengan meningkatnya konsentrasi (11% pada 7,5 mg/mL
darah), perubahan volume sel terbesar (+1,6% setelah 4 jam), dan MCV lebih rendah (-
0,1% - 1,3%). Selain itu, karena K3EDTA dalam bentuk cair menyebabkan semua nilai
yang diukur secara langsung (yaitu, konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit, leukosit
dan trombosit ) menjadi 1-2% lebih rendah dari nilai darah yang bersirkulasi karena
pengenceran spesimen (CLSI, 2003).

2.2.2 Pemeriksaan kadar hemoglobin melalui tahap Pra Analiti, Analitik dan Post Analitik.
1. Pra Analitik
Pada tahap pra analitik wajib memperhatikan
b. Jenis Sampel, pemeriksaan Hemoglobin dapat menggunakan jenis
sampel dari darah vena dengan darah kapiler, untuk darah vena perlu
ditambahkan dengan antikoagulan.
c. Pemilihan jenis antikoagulan, pada umumnya jeni antikoagulan yang
digunakan untuk pemeriksaan Hemoglobin adalah K2EDTA sama
K3EDTA.
d. Pemberian identitas specimen, pemberian identitas untuk menghindari
- Meminimalisasi terjadinya kesalahan
- Tertukar sampel dan bila menggunakan
baecode label, pemasangan barcode labed
harus ditempel dilekatkan secara benar.
e. Homogenisasi, sampel dengan penambahan antikoagulan harus
dilakukan homoginesasi secara benar karena bila terjadi bekuan dapat
menyumbat Tubbing alat atau dapat mempengaruhi pemeriksaan
(adanya bekuan dapat mengakibatkan sampel tidak bereaksi secara
sempurna dengan reagen yang terdapat dalam stick)
2. Analitik
Pada tahap analitik ini yang harus diperhatikan :
11

1. Jumlah sampel yang digunakan, oleh karena itu


pemipetan harus dilakukan dengan benar dan
akurat, begitu juga dalam melakukan
homogenisasi
2. Teknik homogenisasi, sampel dengan reagen
harus dilakukan pencampuran secara homogen.
3. Untuk penambahan sampel pada reagen stick tidak
boleh meleber/berlebih, karena akan menyebabkan
sedimentasi pada alat Hb meter sehingga
menyebabkan pembacaan alat tersebut tidak
akurat.

3. Pasca Analitik

Tahap – tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi : kegiatan pencatatan


hasil

. Masing-masing tahap memiliki peluang terjadiya kesalahan. Tahap pra analitik memiliki
besar kesalahan terbesar yaitu 62%, tahap analitik sebesar 15% dan tahap pasca analitik sebesar
23% (Mengko, 2013).

a. Pembacaan hasil pada metode Stick menggunakan Hb meter


Pemeriksaan Hb menggunakan metode Hb stick yang dibaca menggunakan alat Hb meter
akan mengeluarkan hasil berupa angka sebagai nilai/kadar Hb, kemudian untuk hasil Hb
ekstrim rendah dan ekstrim tinggi alat Hb meter akan memberikan tanda error, oleh
karena itu bila hasil error harus dilakukan pemeriksaan konfirmasi. Penulisan nilai hb
ditulis 2 digit dibelakang koma dengan satuan mg/dL

2.3 Metode Pemeriksaan Hemoglobin


2.3.1 Automated analyzer
2.3.1.1 Hematologi Analyzer
Metode otomatis menggunakan hematology analyzer yang berfungsi
untuk pengukuran dan pemeriksaan sel darah dalam sampel darah. Prinsip:
prinsip dari metode Hematology Analyzer yaitu berdasarkan flow cytometri.
Flow cytometri adalah metode pengukuran (metri) jumlah sel (cyto) yang
dialirkan (flow) melalui elektroda berdasarkan impedensi aliran listrik.
Impedensi aliran listrik didasarkan pada variasi impedensi dari sel-sel darah
yang telah diencerkan dengan diluents/sys dan dialirkan secara continue
12

melalui mikroaperture (celah chamber mikro) yang telah dipasang dua


elektroda pada kedua sisinya (sisi sekum dan constant) sehingga terjadi
impedensi listrik pada kedua elektroda tersebut (Yuwanita, 2017).

Cara Kerja Alat pertama dari menu Profil.Pilih Next, masukan data
pasien sesuai kolom yang ada. Cek nomer pasien harus dimulai dari angka
1.Tekan Save – OK. Lalu siapkan darah – homogenkan – masukan kejarum
sampling sampai dasar tabung. Kemudian tekan sekali dan cepat lepaskan,
swich atau tombol samling (warna hijau) dibelakang jarum sampling.
Selanjutnya tunggu sampai jarum sampling naik keatas lalu tarik keluar
tabung. Alat akan runningg selama 1 menit dan otomatis akan keluar hasil
yang tertulis di kertas printer.

Kelebihan :

 Akurat.
 Hasil pemeriksaan didapatkan dalam waktu yang relative cepat.
 Sensitivitas dan spesifisitas 100% (Whitehead RD dkk, 2019).
Kekurangan :

 Tidak dapat menghitung sel abnormal, misalnya sel-sel yang


belum matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis dan
sebagainya.
 Tidak mampu menghitung ketika jumlah sel sangat tinggi

2.3.1.2 Metode HB meter Easytouch GCHB


Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan Hb meter banyak
digunakan oleh layanan kesehatan, seperti laboratorium klinik, puskesmas
dan rumah sakit. Alat Hb meter menggunakan strip atau reagen kering.
Pemeriksaan kadar hemoglobin menggunkan Hb meter memiliki metode
POCT (Point of Care Testing) dengan prinsip reflectance (pemantulan) yaitu
membaca warna yang terbentuk dari sebuah reaksi antara sampel yang
mengandung bahan tertentu dengan reagen yang ada pada sebuah strip,
selanjutnya warna yang terbentuk dibaca oleh alat. (Dameuli et al., 2018)

Mekanisme kerja alat stik (Hb meter) adalah dengan meneteskan


sampel darah pada strip khusus sesuai pemeriksaan, sehingga terjadi reaksi
antara bahan kimia yang ada di dalam darah dengan reagen yang ada di
dalam strip. Reaksi ini akan dapat menghasilkan arus listrik yang besarnya
setara dengan kadar bahan kimia yang ada dalam darah. Kandungan yang ada
13

dalam elektroda biasanya logam platinum atau emas. Elektroda ini memiliki
sistem amperometri (Belluzo, 2008). Elektroda kerja berperan juga sebagai
katoda yang merupakan tempat terjadinya reduksi oksigen (Wardah, 2012).

Kelebihan :

 Akurat
 Mudah dibawa kemana-mana
 Pengerjaannya mudah dan cepat

Kekurangan :

 Tidak dapat menganalisa pasien yang mempunyai kelainan HB.

2.3.2 Semi Automated Analyzer


2.3.2.1 Metode Cyanmethemoglobin
Metode sianmethemoglobin adalah metode referensi untuk estimasi
hemoglobin, semua jenis hemoglobin dapat diukur kecuali sulfhemoglobin
(Kadar et al., 2014). Sulfehemoglobin adalah kondisi langka dimana atom
sulfur mengoksidasi bagian heme di hemoglobin, membuat hemoglobin tidak
mampu membawa oksigen dan menyebabkan hipoksia dan sianosis. Pigmen
kehijauan, terbentuk ketika H2S bereaksi dengan Oxy-Hb. Sulfhemoglobin
tidak dapat bergabung dengan oksigen yang merupakan hemoglinopati yang
disebabkan oleh oksidasi hemoglobin dengan senyawa yang mengandung
atom sulfur. Sulfhemoglobin sering menyertai methemoglobin yang diinduksi
obat.Sulfhemoglobin dapat di sebabkan oleh paparan trinitrotoluene atau zinc
ethylene. (George Ashish, 2017).

Prinsip pemeriksaan hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin


adalah hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin
sianida) dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida.
Absorbansi larutan diukur pada gelombang 546 nm (filter hijau) dengan
program C/F dan faktor 36,77. Larutan drabkin yang dipakai pada cara ini
mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan
karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak
berubah dan karena itu tidak ikut diukur .  Dalam pemeriksaan hemoglobin
metode cyanmethemoglobin digunakan photometer 5010 dengan
menggunakan larutan Drabkin. (R.Gandasoebrata, 2007)
14

Cara kerja dari Cyanmet hemoglobin adalah di masukkan 5ml larutan


drabkin ke dalam tabung, kemudian di pipet darah vena (EDTA) dengan
pipet otomatik 20mikron. Kelebihan darah yang menempel dihapus dengan
kertas pembersih / tissue dan di masukkan darah ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan drabkin. Pipet di bilas dengan larutan drabkin tersebut. Di
campur larutan dengan cara mengoyang tabung secara perlahan hingga
larutan homegen dan di biarkan selama 5 menit kemudian di baca dengan
menggunakan fotometer / spektrofotometer sebagai blanko dengan gunakan
larutan drabkin.

Kelebihan :

 Pemeriksaan akurat.
 Reagen dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat
dikontrol dengan larutan standart yang stabil.
 Mampu mendeteksi 9 dari 10 fraksi hemoglobin.

Kekurangan :

 Alat untuk mengukur absorbansi (spektrofotometer atau


photometer) mahal dan membutuhkan listrik.
 Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun.

2.3.3 Manual
2.3.3.1 Metode Sahli
Metode sahli untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah dapat
menggunakan sampel berupa darah vena atau darah kapiler.

Prinsip: Hemoglobin diubah oleh HCl 0,1 N menjadi asam hematin


yang berwarna coklat tua, kemudian warna yang terbentuk diencerkan
dengan menggunakan aquadest hingga warna yang terbentuk sama dengan
warna standar pada hemometer dan kadar Hb dibaca pada tabung sahli
(Oktaliana, 2011).

Cara Kerja Masukkan larutan Hcl 0,1 N dengan pipet Hcl kedalam
tabung pengencer sampai pada angka 2. Isap 20 UI darah dengan pipet sahli,
bersihkan darah yang menempel pada bagian luar pipet. Masukkan darah
15

secara hati-hati ke dalam tabung sahli yang sudah berisi Hcl 0,1 N. Bilas
darah dalam pipet dengan menghisap dan mengeluarkan Hcl 0,1 N beberapa
kali. Biarkan 4 menit (3-5 menit) agar hemoglobin berubah menjadi asam
hematin. Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk
tiap kali menambahkan aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna
pembanding. Bila sudah sama catat hasilnya (Mutu, 2015).

Kelebihan:
 Mudah dilakukan.
 Tidak membutuhkan aliran listrik (Faatih Mukhlisul dkk, 2020).
Kekurangan:

 Tidak akurat.
 Warna yang terbentuk tidak stabil.
 Dapat terjadi variasi kesalahan dari pengamatan dan
pemipetan.
 Tidak mempunyai standar internasional (Faatih Mukhlisul
dkk, 2020).
2.3.3.2 Metode Talquist
Pada metode Tallquist, Membandingkan warna merah yang terdapat
di darah dengan menggunakan kertas tallquist yang memiliki standart warna
(Prastika, 2011). metode ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena
akurasinya kurang dan tingkat kesalahan ini antara 25-50%. Dan metode ini
sudah jarang untuk digunakan, kadang-kadang digunakan dalam keadaan
darurat.

2.7 Interpretasi Hasil Hemoglobin


Nilai batas normal kadar Hb menurut World Health Organization 2001 yaitu untuk umur
5-11 tahun < 11,5 g/dL, umur 12-14 tahun ≤ 12,0 g/dL. Sedangkan 15 tahun untuk perempuan >
12,0 g/dL dan laki-laki > 13,0 g/dL.4 Kadar Hb dalam darah dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya aktivitas fisik
16

2.8 Kerangka Teori

Sampel Darah Pasien

Pemeriksaan kadar
Hemoglobin

- Hasil dari 2 metode


Metode dilakukan

Cyanmethemoglobi pengolahan data


Metode Hb stick
n (gold standar) menggunakan uji t
prinsip
dan uji f, untuk
prinsip
dilihat nilai
perbandingan kadar
hb dari dua metode
tersebut

2.9 Angapan Dasar


Pemerikssan hematologi dapat digunakan dengan menggunakan metode automated
analyzer maupun metode manual. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan maupun
kekurangan, metode Cyanmethemoglobin direkomendasikan sebagai metode gold standar
oleh ICSH karena metode Cyanmethemoglobin dapat menganalisa semua fraksi HB kecuali
Sulf hemoglobin, pada metode Cyanmethemoglobin prinsipnya yaitu………….

Pada pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode stick dengan pembacaan pada alat
Hb meter, kadar Hb setara dengan warna komplek dari Hb dengan reagen yang terdapat
dalam stick. Dari tekhnik pengerjaan maupun pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan
Hb meter dengan reagen Hb stick lebih mudah. Dari hasil pemeriksaan kadar Hb dengan
prinsip metode yang berbeda dilakukan pengolahan data untuk mengetahui perbedaan dari
kedua metode tersebut.
17

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode Komparatif, Menurut (Basuki,
2019) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban
secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat membandingkan antara dua kelompok
atau lebih dari suatu variabel tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dan penelitian ini dilakukan di Laboratorium hematologi
Universitas Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut (Djarwanto, 1994: 420) Populasi adalah jumlah keseluruhan dari
satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan
satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang,
institusi-institusi, benda-benda, dll. Adapun populasi pada penelitian ini adalah
Mahasiswa Universitas Bakti Tunas Husada Tasikmalaya semester 4 kelas A dan
kelas B yang berjumlah 60 mahasiswa.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sampel darah vena yang diambil dari
Mahasiswa Universitah BTH semester 4 yang memenuhi kriteria untuk dilakukan
penelitian.
18

3.3.3 Besar Sampel


Untuk mengetahui perbandingan nilai Hemoglobin menggunakan metode
Cyanmethemoglobin dan metode HB meter EasyTouch GCHB pada Mahasiswa
semester 4 Universitah BTH, jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus
besar sampel menurut Slovin, yaitu :

N
n= 2
N . d +1

60
n= 2
60. 0,05 +1

60
n=
1,15

n=52,173=52

Jadi, besar sampel yang diambil sebanyak 52 sampel.


Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

3.5 Alur Penelitian


Kerangka kerja yaitu tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan dan disusun
dalam bentuk alur penelitian (Hidayat, 2012). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel :

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Pengumpulan Data
pemeriksaan hemoglobin dan kuisioner

Pengolahan dan Analisis Data


Editing, coding, scoring, dan tabulating.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


19

3.6 Jenis dan Pengumpulan Data


Jenis data penelitian ini adalah data primer, yaitu diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan langsung oleh peneliti.

3.7 Metode Pemeriksaan


Metode pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Cyanmethemoglobin dan metode HB meter Easytouch GCHB.

3.8 Prosedur Penelitian


3.8.1 Pengambilan Sampel darah Vena
Alat Jumlah Bahan Jumlah

Spuit 60 Buah Swab Alkohol 60 Buah

Tabung Vakum 60 Buah Kapas kering 60 Buah


EDTa

Tourniquet 1 Buah Plester 60 Buah

a. Langkah Kerja
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Atur posisi pasien, pasang tourniquet dan minta pasien untuk mengepalkan
tangannya
3) Pilih vena, desinfektan daerah penusukan dengan alkohol swab
4) Tusuk daerah yang ditentukan dengan mendorong barrel spuit atau jarum
suntik
5) Isap darah dengan menarik pluger, pasang kasa steril diatas tusukan, tarik
jarum dari tusukan.
6) Tekan kasa steril, terapkan plester didaerah penusukan
7) Darah yang berada di spuit dimasukan kedalam tabung EDTA
8) Diberi kode pada tabung vacutainer dengan spidol

3.8.2 Cara pemeriksaan dengan metode Cyanmethemoglobin


Alat Jumlah Bahan Jumlah

Alat 1 Buah Larutan 1 Botol


Fotometer Drabkin

Mikropipet 1 Buah Darah 60 Sampel


Vena
20

Tabung 60 Buah
reaksi ukuran
13x100 mm

a. Langkah Kerja
1) Masukan 5 ml larutan Drabkin masing-masing ke dalam tabung
2) Pada tabung 2 : tambahkan 0,02 ml (20 ml ) darah, campur
3) Biarkan pada suhu kamar selama 10 menit untuk memberikan kesempatan
darah untuk membentuk sianmethemoglobin
4) Alat fotometer di set dulu dengan larutan drabkin (tabung 1)
5) Lalu tabung 2 dibaca pada panjang gelombang 540 nm

3.7.3 Cara pemeriksaan dengan metode HB Stick


Alat Jumlah Bahan Jumlah

HB meter 1 Buah Darah Kapiler 60 sampel


(Easytouch
GCHB)

Strip HB 60 Buah

a. Cara Kerja
1) Siapkan alat dengan strip HB nya
2) Masukan Strip HB kedalam Alat
3) Teteskan darah pada ujung Strip HB sampai terdengar bungi dari alat
4) Tunggu beberapa detik sampai hasil keluar
5) Baca lalu catat hasil

3.9 Analisis Data


Data yang diperoleh dari pemeriksaan kadar Hb dengan 2 metode yaitu metode
Cyanmethemoglobin dengan metode Hb meter dengan reagen Hb stick, kemudian dilakukan
pengolahan data menggunakan SSUji statistic parametrik yaitu Uji Independet Sample T-Test.

You might also like