Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Saat ini permasalahan dalam bidang pendidikan sangat beragam dan tergolong rumit untuk

diselesaikan. Mulai dari masalah sarana dan prasarana pendidikan, sampai masalah dan kendala
terkait dengan peran guru dalam program wajib belajar di Indonesia. Guna menunjang program yang
diadakan oleh negara dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka permasalah
tersebut kenyataannya sudah harus diatasi dengan segera karena pendidikan merupakan kunci
penting proses perkembangan bangsa.

“Pendidikan sebagai salah satu kunci penting dalam proses perkembangan untuk memajukan suatu
bangsa dapat dikatakan demikian manakala tingkat pendidikan suatunegara dikatakan tinggi,
setidaknya peradaban dan pola pikir masyarakat di Negara tersebut haruslah tinggi pula
(Syafaruddin dan Anzizhan. 2004:1).”

Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan melalu kebijakan pemerintah
antara lain melalui perbaikan sarana, peraturan, kurikulum, dan sebagainya, akan tetapi
pembaharuan tersebut belum memprioritaskan guru sabagai pelaksana ditingkat instruksional
terutama dari aspek kesejahteraan. Beberapa masalah dan kendala kritis yang berkaitan dengan
kondisi dan peran guru coba akan penulis paparkan dalam artikel ini, permasalah tersebut meliputi
sebagai berikut.

a. Kuantitas, Kualitas, dan Distribusi

Dari aspek kuantitas, jumlah guru yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi
pertambahan jumlah siswa dan tuntutan pembangunan kualitas SDM peserat didik saat ini. Sejalan
dengan pendapat Almasdi bahwa peningkatan kualitas SDM juga merupakan tuntutan yang tumbuh
sebagai akibat perkembangan pembangunan yang semakin cepat dan komplek (Almasdi, 2007).
Kekurangan guru di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, khususnya di jenjang sekolah dasar,
merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil yang kurang
mendapat perhatian lebih dari pemeritah baik dari segi sarana maupun prasarana. Dari aspek
kualitas, sebagaian besar guru-guru dewasa ini masih belum memiliki pendidikan minimal yang
ditentukan oleh standar pendidikan yang ada. Data berikut menunjukan bahwa dari 2.783.321 orang
guru yang terdiri atas 1.528.472 orang guru PNS dan sisanya non-PNS, baru sekitar 40% yang sudah
memiliki kualifikasi S-1/D-IV dan di atasnya. Sisanya masih dibawah D-3 atau lebih rendah (Alwasilah,
2008: 90). Sedangkan dari aspek penyebaran, masih terdapat ketidak seimbangan penyebaran atau
pemeratan guru antarsekolah dan antardaerah, kita semua masih bisa melihat banyaknya sekolah di
daerah-daerah terpencil di Indonesia yang masih kekurangan tenaga pengajar. Hal ini menyebabkan
terjadinya penambahan beban mengajar yang haru diemban setiap guru di sekolah tersebut.

b. Kesejahteraan

Dilihat dari segi keadilan kesejahteraan guru, masih ada beberapa kesenjangan yang dirasakan
sebagai perlakuan diskriminatif yang dialami oleh para guru. Diantaranya penulis coba
memaparkannya sebagai berikut: 1) Kesenjangan antara guru dan PNS lainnya, serta dengan para
birokratnya. 2) Kesenjangan antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara, dan guru swasta
yang digaji oleh pihak swasta. 3) Kesenjangan antara guru pegawai tetap dan guru tidak tetap atau
honorer. 4) Kesenjangan antara guru yang bertugas dikota-kota dan guru yang bertugas dipedesan
atau daerah terpencil. 5) Kesenjangan karena beban tugas, yaitu ada guru yang beban megajarnya
ringan tetapi di lain pihak ada yang beban tugasnya banyak (misalnya di sekolah yang kekurangan
guru) tapi imbalanya sama aja atau lebih sedikit. Kesejahteraan yang mencakup aspek imbal jasa,
rasa aman, kondisi kerja, hubungan antarpribadi, dan pengembangan karir juga menjadi bagian dari
permasalahan di atas. Beberapa kesenjangan di atas menjadi hal penting untuk segera diselesaikan
dan diberikan solusi yang tepat sehingga guru sebagai pendidik tidak merasakan ada kesenjangan
dan diskriminatif dalam lingkup kerjanya, terkhusus ketika mereka melakukan tugas sebagai
pendidik.

c. Manajemen Guru

Dari sudut pandang manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) guru, guru masih berada dalam
pengelolaan yang masih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandasakan paradigma
pendidikan (antara lain manjemen pemeritahan, kekuasan, politik, dan lain-lain). Dari aspek unsur
dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurangterpaduan antara sistem pendidikan. Masih
dirasakan belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan
guru. Rekrutmen dan pengankatan guru masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala
terutama dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas, kualitas dan distribusi. Pembinaan dan surpervisi
dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan pribadi dan profesi guru secara
proposional. Mobilitas guru baik vertikal maupun horisontal masih terbentur pada berbagai
peraturan yang selalu birokratis serta arogansi dan egoisme sektoral. Pelaksanaan otonomi daerah
yang “kebablasan” cendrung membuat manajemen guru menjadi semakin tidak teratur.

You might also like