Team Ppi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

BAB I .

DEFINISI

Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan


kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.

Karena penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated


Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia,
termasuk Indonesia. Dalamforum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global
health Security Agenda (GHSA)penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah
menjadi agenda yang di bahas. Hal inimenunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan
berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
Kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan
kesehatan,perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care).Dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting bila
terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar penyakit
infeksi.
Oleh karena itu perlu disusun pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatanagar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi
masyarakat dan mewujudkan patient safety yang pada akhirnya juga akan berdampak
pada efisiensi pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas
pelayanan.Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan,pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPI RS) sangat penting karena
menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Seperti munculnya Virus HIV dan
penyebarn beberapa penyakit seperti Hepatitis B dan C memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi.
Apalagi akhir-akhir ini muncul penyakit infeksi baru Wabah atau kejadian luar
biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan datangnya,sehingga kewaspadaan
melalui surveillans dan tindakan pencegahan serta pengendaliannya perluterus
ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan
tetapi juga dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
BAB II .
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup program PPI meliputi:


1. kewaspadaan isolasi,
2. penerapan PPI terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs)
berupalangkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya HAIs (bundles),
3. surveilans HAIs,
4. pendidikan dan pelatihan serta penggunaan anti mikroba yang bijak.
5. Disamping itu, dilakukan monitoring melalui Infection Control Risk Assesment (ICRA),
6. audit dan monitoring lainya secara berkala. Dalam pelaksanaan PPI,
7. Rumah Sakit wajib menerapkan seluruh program PPI kewaspadaan standar berdasarkan
transmisi,
8. Pelaksanaan PPI di Rumah Sakit dilakukan melalui pembentukan Tim PPI.
9. Komite atau Tim PPI merupakan organisasi nonstruktural pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang mempunyai fungsi utama menjalankan PPI serta menyusun kebijakan
pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk pencegahan infeksi yang bersumber dari
masyarakat berupa Tuberkulosis, HIV (Human Immunodeficiency Virus), dan infeksi
menular lainnya.
10. Komite atau Tim PPI bertugas melaksanakan kegiatan kegiatan pengkajian, perencanaan,
11. pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan pembinaan.
12. Hasil pelaksanaan tugas harus dilaporkan kepada direktur Rumah Sakit secara berkala
paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun, atau sesuai dengan kebutuhan.
13. Laporan dipergunakan direktur Rumah Sakit sebagai dasar penyusunan perencanaan dan
pengambilan keputusan.
14. Pencatatan dan pelaporan disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan secara berkala setiap 6 (enam) bulan
sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;
b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan/atau
c. monitoring dan evaluasi.
Ruang lingkup Pencegahan dan Pengendalian infeksi di rumah sakit meliputi
kegiatan:
1. Konsep dasar penyakit infeksi
2. Kewaspadaan isolasi, kegiatan penempatan pasien dengan penyakit
menular/suspek,penempatan antara pasien dengan yang berisiko tinggi yang
rentan karenaimmunosuppresed, lain dan staf
3. Kegiatan Kebersihan tangan
4. Kegiatan Penggunaan APD
5. Kegiatan pengendalian lingkungan dan limbah rumah sakit
6. Kegiatan penggunaan Antiseptik dan Desinfektan
7. Kegiatan Dekontaminasi sampai Sterilisasi
8. Kegiatan Indentifikasi Resiko Infeksi
9. Kegiatan pengelolaan linen
10. Kegiatan penggunaan antibiotik yang rasional/ penggunaan anti mikroba yang
bijak
11. Kegiatan pendidikan dan pelatihan
12. Kegiatan praktek menyuntik yang aman
13. Kegiatan Pendidikan kesehatan Hygiene Respirasi/Etika batuk
14. Kegiatan kesehatan karyawan
15. Surveilans HAIs, Audit dan monitoring lainya secara berkala.
16. Penerapan PPI terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated
Infections/HAIs)
berupa langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya HAIs
(bundles), Monitoring melalui Infection Control Risk Assesment (ICRA),umah Sakit
Umum Daerah Bula wajib menerapkan seluruh program PPI diseluruh unit pelayanan
di rumah sakit,Seluruh kegiatan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Program
PPI RS diatur dalam pedoman kegiatan dan SPO masing-masing kegiatan
BAB III .

TATA LAKSANA

A. Penata Laksanaan

1. RSUD Bula menetapkan Tim PPI untuk melakukan koordinasi semua kegiatan PPI yang
melibatkan pemimpin rumah sakit, staf klinis dan non klinis sesuai dengan ukuran, serta
kompleksitas rumah sakit dan peraturan perundang- undangan.
Maksud dan Tujuan
Kegiatan PPI menjangkau ke dalam setiap unit di rumah sakit dan melibatkan
staf klinis dan non klinis di berbagai unit kerja antara lain departemen klinik, fasilitas
pemeliharaan, dapur, kerumah tanggaan, laboratorium, farmasi, unit sterilisasi. Rumah
sakit menetapkan mekanisme untuk mengatur koordinasi kegiatan PPI.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pimpinan rumah sakit


membentuk organisasi pengelola kegiatan PPI di RSUD Bula dan menetapkan tanggung
jawab dan tugas meliputi

1. menetapkan definisi infeksi terkait layanan kesehatan;


2. metode pengumpulan data (surveilans);
3. membuat strategi/program menangani risiko PPI;
4. melaksanakan manajemen risiko pencegahan dan pengendalian infeksi
5. melaksanakan supervise
6. proses pelaporan
a. SK Penetapan tim PPI dilengkapi dengan tanggung jawab dan tugas meliputi
1. Metode pengumpulan data (survveilens)
2. Membuat strategi program mengurangi resiko PPI
3. Melaksanakan manajemen resiko pencegahan dan pengendalian infeksi
4. Melaksanakan supervisi
b. Ada bukti kegiatan pelaksanaankoordinasi ketua Tim PPI dengan IPCN sesuai
dengan ukuran dan kompleksitas pelayanan rumah sakit.
c. RSUD Bula mempunyai bukti pelaporan pelaksanaan kegiatan PPI oleh ketua tim
kepada Direktur.
Serta adnya Bukti Regulasi tentang penetapanKomite/Tim PPI dilengkapi
dengan Pedoman Kerja dan Program Kerja

2. RSUD Bula menetapkan perawat PPI/ IPCN (Infection Prevention and Control nurse) yang
memiliki kompetensi untuk mengawasi serta supervisi semua kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi

Maksud dan Tujuan


Tujuan program pencegahan dan pengendalain infeksi (PPI) adalah untuk
mengidentifikasi dan menurunkan risiko terkena penularan infeksi diantara pasien, staf klinis
dan non klinis, pekerja kontrak, petugas sukarela, mahasiswa dan pengunjung.

RSUD Bula menetapkan satu orang atau lebih Perawat PPI/IPCN adalah staf perawat
yang bekerja penuh waktu sesuai ketentuan. Kualifikasi perawat tersebut sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

a. Bukti penetapan perawan PPI/IPCN dengan jumlah dan kualifikasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
b. Bukti perawat PPI/IPCN melaksanakan audit dari semua kegiatan PPI
c. Adanya pelaporan hasil audit perawat PPI/IPCN kepada ketua tim PPI
3. RSUD Bula mempunyai perawat penghubung IPCLN (Infection Prevention and Control Link
Nurse) yang jumlah dan kualifikasinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Maksud dan Tujuan
Perawat penghubung IPCLN sebagai perawat pelaksana mencatat data surveilans
dari setiap pasien di unit rawat inap masing-masing meliputi;

1. mencatat data surveilans dari setiap pasien di unit rawat inap masing-masing;
2. memberikan motivasi dan mengingatkan pelaksanaan kepatuhan PPI pada
setiap personil ruangan di unitnya masing-masing;
3. memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam penerapan kewaspadaan
isolasi;
4. memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan HAIs pada pasien;
5. bila terdapat infeksi potensial KLB melakukan penyuluhan bagi pengunjung
dan konsultasi prosedur PPI, serta berkoordinasi dengan IPCN;
6. memantau pelaksanaan penyuluhan bagi pasien, keluarga dan pengunjung, serta
konsultasi prosedur yang harus dilaksanakan.

a. penetapan perawat penghubun IPCLN dengan jumlah dan kualifikasi sesuai


dengan peraturan perundang undangan
b. bukti pelaksanaan tugas dari perawat pengubung IPCLN
4. RSUD Bula menyediakan anggaran untuk mendukung pelaksanaan program PPI terdiri dari :
Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung pelaksanaan
program PPI.
Maksud dan Tujuan
Untuk melaksanakan program PPI, diperlukan sumber daya yang memadai. Sumber daya
tersebut meliputi: tenaga, anggaran, fasilitas dan sumber informasi/ referensi yang diperlukan.
Untuk menerapkan program pencegahan dan pengendalian infeksi diperlukan anggaran,
karena itu rumah sakit perlu menyediakan anggaran yang antara lain meliputi anggaran untuk
pengadaan disinfektan, misalnya untuk handrub, anggaran pelatihan PPI (dasar maupun
lanjutan) yang dilaksanakan internal maupun di luar rumah sakit. Selain itu anggaran juga
diperlukan untuk pemeriksaan kuman/kultur, pengadaan alat pelindung diri dan lainnya sesuai
dengan kebutuhan. Rumah sakit menjamin tersedianya anggaran yang cukup untuk
melaksanakan program PPI dengan efektif
a. Tersedia anggaran yang cukup untuk menunjang pelaksanaan program PPI
b. Tersedia fasilitas yang cukup untu menunjang pelaksanaan program PPI.
c. Rumah sakit mempunyai sistem informasi untuk mendukung program PPI, khususnya
terkait dengan data dan analisis angka infeksi

5. RSUD Bula mempunyai program PPI dan kesehatan kerja secara menyeuruh untuk mengurangi risiko
tertular infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien, staf klinis, dan non klinis.
Maksud dan Tujuan
• Mengingat Program PPI juga mencakup upaya kesehatan kerja maka rumah sakit perlu
mempunyai program kesehatan dan keselamatan staf. Program kesehatan dan keselamatan staf
yang terkait dengan PPI meliputi:
1) Identifikasi risiko staf terpapar atau tertular berdasarkan epidemiology penyakit pasien
di rumah sakit
2) Penggunaan alat pelindung diri (APD)
3) Skrining awal pada waktu rekruitmen dan Pemeriksaan Kesehatan berkala
4) Imunisasi/vaksinasi
5) Pencegahan dan pelaporan cedera jarum suntik dan pajanan bahan infeksius
6) Pengobatan dan konseling

a. Ada program PPI dan Kesehatan kerja yang komprehensif di seluruh rumah sakit untuk
menurunkan risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan
penurunan risiko infeksi pada staf yang mengacu dan sesuai dengan ilmu pengetahuan
terkini, pedoman praktik terkini, standar kesehatan lingkungan terkini, dan peraturan
perundang-undangan.
b. Ada bukti pelaksanaan program PPI untuk menurunkan risiko tertular infeksi pada
pasien.
c. Ada bukti pelaksanaan program PPI untuk menurunkan risiko tertular infeksi pada staf
klinis dan nonklinis (kesehatan kerja.

6. RSUD Bula mempunyai Program surveilans rumah sakit menggunakan pendekatan berdasar atas
risiko dalam menetapkan fokus program terkait dengan pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit harus mengidentifikasi infeksi yang penting secara epidemiologis,
tempat/lokasi infeksi dan perangkat, prosedur, dan praktik terkait yang akan memberikan fokus
upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko dan kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Pendekatan berbasis risiko membantu rumah sakit mengidentifikasi praktik-praktik dan infeksi
yang menjadi fokus program mereka. Pendekatan berbasis risiko menggunakan pengawasan
sebagai komponen penting untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang memandu
penilaian risiko.
Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data infeksi yang revelan dengan risiko infeksi
akibat tindakan dan infeksi yang penting secara epidemiologis di rumah sakit, meliputi:
1. Saluran pernapasan, seperti prosedur dan Tindakan terkait intubasi, bantuan
ventilasi mekanik, trakeostomi, dan lain lain
2. Saluran kencing, seperti pada kateter, pembilasan urine, dan lain lain
3. Alat invasive intravaskuler, saluran vena verifer, saluran vena central, dan lain lain
4. Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptic, dan lain lain
5. Penyakit dan organisme yang penting dari sudut epidemiologik, seperti multi drug
resistant organism, infeksi yang virulen
6. Timbulnya infeksi baru atau timbul kembalinya infeksi di masyarakat.

a. Rumah sakit menetapkanregulasi tentang pelaksanaan surveilans berdasarkan risiko


infeksi yang relevan akibat tindakan dan infeksi yang penting secara epidemiologis
sesuai dengan butir a) sampai dengan f), pada maksud dan tujuan.
b. RSUD Bula melaksankan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data hasil
surveilens yang relevan akibat tindakan dan infeksi yang penting secara epidemiologis
sesuai dengan butir a) sampai dengan f) serta membuat prioritas untuk menurunkan
tingkat infeksi.
c. Ada buktgi pelaksanaan strategi pengendalian infeksi berdasar atas prioritas untuk
menurunkan tingkat infeksi
d. Ada bukti Rumah sakit membandingkan angka kejadian infeksi rumah sakit l;ain/data
based eksternal.

6.1 RSUD Bula mengamati tingkat infeksi, kejadian infeksi, dan kecenderungan dari infeksi terkait
layanan kesehatan serta melakukan upaya menurunkan angka infeksi tersebut.
Maksud dan Tujuan
Sebagai tambahan, penggunaan ilmu pengetahuan terkait dengan pengendalian infeksi
melalui strategi seperti penggunaan panduan praktik klinis. penerapan program pengendalian
resistensi antimikroba. penerapan program pengurangan infeksi rumah sakit dan masyarakat, dan
inisiatif untuk mengurangi penggunaan alat invasif yang tidak perlu dapat secara signifikan
mengurangi tingkat infeksi.
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan risiko infeksi
bagi pasien, staf, dan lainnya. Untuk mencapai tujuan ini, rumah sakit harus secara proaktif
mengidentifikasi risiko infeksi, mengukur angka infeksi, dan tren infeksi terkait pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit menggunakan informasi pengukuran/indikator untuk
meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi dan untuk mengurangi tingkat infeksi terkait
pelayanan kesehatan ke tingkat serendah mungkin. Sebuah rumah sakit dapat menggunakan data
pengukuran/indikator dan informasi terbaik dengan memahami tingkat dan tren di rumah sakit
lain yang serupa dan berkontribusi data ke database terkait infeksi.
a. rumah sakit telah melakukan analisis tingkat infeksi, kejadian inadafeksi, dan
kecenderungan dari infeksi yang sudah di integresikan dengan program mutu dan
keselamatan pasien, meliputi 1) sampai dengan 3) yang ada di maksud dan
tujuan.
b. RSUD Bula telah menyusun rencana tindak lanjut (redisign kegiatan ) untuk
menurunkan angka infeksi berdasar atau hasil analisis.
c. RSUD Bula telah melaksanakan rencana tindak lanjut (redisign kegiatan) yang ada di
EP.2
6.2. RSUD Bula secara proaktif melakukan asesmen risiko infeksi yang dapat terjadi dan menyusun
strategi untuk menurunkan risiko infeksi tersebut.
Maksud dan Tujuan
Analisis data kejadian infeksi meliputi :
1) Analisis kecenderungan infeksi di rumah sakit
2) Analisis tingkat infeksi dibandingkan dengan standar/praktik terbaik
3) Analisa kejadian infeksi sebagaikejadian tidak diharapkan (KTD) rumah sakit
Selain melakukan analisis data kejadian infeksi,rumah sakit melaksanakan manajemen resiko
infeksi secara
proaktif, setiap tahun agar membuat risk register yang terdiri dari asesmen risiko infeksi (ICRA
HAIs) yaitu identifikasi, analisis dan evaluasi risiko infeksi dan pengendalian risiko infeksi.
a. RSUD Bula telah melakukan manajemen resiko infeksi yang dapat terjadi paling sedikit
setahun sekali.
b. RSUD Bula telah melaksanakan pengelolaan risiko untuk menurunkan resiko infeksi
berdasarkan tingkat risiki.
7. RSUD Bula melaksanakan identifikasi proses asuhan invasif yang berisiko infeksi serta menerapkan
strategi untuk menurunkan risiko infeksi
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit melakukan asesmen dan memberi asuhan kepada pasien dengan
menggunakan banyak proses sederhana maupun kompleks, masing masing dengan
tingkatan risiko infeksi terhadap pasien dan staf, misalnya pencampuran obat suntik,
pemberian suntikan, terapi cairan, lumbal punksi dan lain sebagainya. Dalam hal ini
sangat penting mengukur dan mengkaji proses tersebut dan melaksanakan regulasi,
pelatihan, edukasi, kegiatan berdasar bukti pelaksanaan yang telah dirancang untuk
menurunkan risiko infeksi

a. RSUD Bula menetapkan risiko infeksi pada prosedur dan proses asuhan invasif yang
berisiko infeksi serta strategi untuk menurunkan resiko infeksi
b. RSUD Bula mempunyai bukti register prosedur dan asuhan invasi serta strategi untuk
menurunkan resiko infeksi
c. RSUD Bula melaksanakan strategi untuk menurunkan resiko infeksi pada prosedur dan
proses asuhan imfasi yang berisiko infeksi .
d. Rumah sakit telah melaksanakan kegiatan pelatihan untuk menurunkan risiko infeksi di
dalam proses kegiatan tersebut
7.1 RSUD Bula melaksanakan identifikasi prosedur dan kegiatan penunjang pelayanan yang berisiko
infeksi serta menerapkan strategi untuk menurunkan risiko infeksi
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit juga melakukan manajemen risiko terhadap kegiatan penunjang di rumah
sakit yang harus mengikuti prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta
melaksanakan strategi untuk menurunkan risiko infeksi, namun tidak terbatas pada:
1. sterilisasi alat;
2. pengelolaan linen/londri;
3. pengelolaan sampah;
4. penyediaan makanan;
5. kamar jenazah.

1. RSUD Bula menetapkan manajemen risikoinfeksi pada proses kegiatan


penunjang pelayanan (medik dan nonmedik) yang berisiko terjadi infeksi serta
strategi pencegahannya meliputi butir a) sampai dengan e) pada maksud dan
tujuan.
2. Ada bukti risk register dan strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada
kegiatan sterilisasi alat.
3. Ada bukti risk register dan strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada
kegiatan pengelolaan linen/londri.
4. Ada bukti risk register dan strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada
kegiatan pengelolaan sampah.
5. Ada bukti risk register dan strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada
kegiatan penyediaan makanan.
6. Ada bukti risk register dan strategi untuk menurunkan risiko infeksi di kamar
jenazah.
7.2. RSUD Bula menurunkan risiko infeksi dengan melakukan pembersihan dan sterilisasi peralatan dengan
baik serta mengelola dengan benar.
Maksud dan Tujuan
Risiko infeksi dapat ditekan melalui kegiatan dekontaminasi, pre-cleaning, cleaning,
disinfeksi, dan sterilisasi. Pembersihan alat kesehatan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan-
undangan meliputi :
1. kritikal, untuk alat kesehatan yang digunakan untuk jaringan steril atau sistem darah
dengan menggunakan teknik sterilisasi seperti instrumen operasi
2. semi kritikal, berkaitan dengan mukosa dengan menggunakan disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) seperti naso gastric tube (NGT) dan alat endoskopi
3. non kritikal, untuk peralatan yang digunakan pada permukaan tubuh dengan
menggunakan disinfeksi tingkat rendah seperti tensi meter dan termometer

a. Rsud Bula menetapkan regulasi tentang pelayanan sterilisasi sesuai dengan


peraturan perundang undangan yang meliputi 1) sampai dengan 3) yang ada di
maksud dan tujuan
b. Rsud Bula mempunyai bukti bangunan, peralatan dan alur dekontaminasi,
precleaning, cleaning, desinfeksi, dan sterilisasi peralatan medis di pusat
sterilisasi sudah sesuai dengan prinsip-prinsip PPI.
c. Rsud Bula mengoordinasikan pelayanan sterilisasi dan disinfeksi tingkat
tinggi dan tingkat rendah di luar pusat sterilisasi
d. Rsud Bula menjamin proses sterilisasi dan disinfeksi tingkat tinggi dan
tingkat rendah di luar pusat sterilisasi di luar pusat sterilisasi seragam.
7.2.1. RSUD Bula mengidentifikasi dan menerapkan proses untuk mengelola perbekalan
farmasi habis pakai (supplies) yang sudah kadaluwarsa dan penggunaan ulang
peralatan sekali-pakai apabila diizinkan oleh peraturan perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan


Rumah sakit agar membuat regulasi tentang pembersihan alat kesehatan yang
meliputi untuk:

1. alat yang kritikal yaitu sterilisasi

2. semi kritikal yaitu dengan disinfeksi tingkat tinggi

3. non kritikal yaitu dengan disinfeksi tingkat rendah.

Rumah sakit mempunyai kewajiban memiliki pusat sterilisasi sesuai


dengan prinsip- prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta peraturan
perundangan, namun untuk disinfeksi khususnya disinfeksi tingkat rendah, tidak
mungkin seluruhnya dilaksanakan di pusat sterilisasi. Karena itu kepala unit
sterilisasi agar melakukan koordinasi pelaksanaan sterilisasi (bila masih ada yang
diluar pusat sterilisasi) dan pelaksanaan disinfeksi yang tidak dimungkinkan
semuanya dilakukan di pusat sterilisasi sehingga semua pelaksanaan sterilisasi,
desinfeksi tingkat tinggi dan desinfeksi tingkat rendah seragam di seluruh area
rumah sakit.

a. Ada regulasi tentang penetapan batas kadaluarsa bahan medis hais pakai dan
alat single use yang akan digunakan kembali (reuse) meliputi butir a) sampai
dengan g) pada maksud dan tujuan.
b. Ada bukti monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut pelaksanaan penggunaan
kembali (reuse) bahan medis habis pakai sesuai butir a) sampai dengan g)
pada maksud dan tujuan.
7.3. RSUD Bua menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan linen/londri dengan benar sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit memiliki unit pengelola linen/londri yang menyelenggarakan
penatalaksanaan sesuai peraturan perundang-undangan. Penatalaksanaan linen kotor dan linen
terkontaminasi yang sudah digunakan harus dilakukan dengan benar dan mencakup
penggunaan perlengkapan alat pelindung diri (APD) sesuai prinsip-prinsip PPI.

Petugas yang menangani linen kotor dan linen terkontaminasi harus


menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai peraturan perundang-undangan.
a. Ada unit kerja atau penanggungjawab pengelola linen/londri yang
menyelenggarakan penatalaksanaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
b. Bangunan, alur, fasilitas dan pelaksanaan londri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
c. Bila linen/londri dilaksanakan oleh pihak di luar rumah sakit, harus memenuhi
sertifikasi mutu dan sesuai dengan peraturan perundang undangan.

7.3.1. RSUD Bula mempunyai Pengelolan linen/londri dilaksanakan sesuai dengan


prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
a. Ada regulasi pengelolaan linen/londri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Prinsip-prinsip PPI diterapkan pada pengelolaan linen/londri, termasuk
pemilahan, transportasi, pencucian, pengeringan, penyimpanan, dan
distribusi.
c. Petugas pada unit londri menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai
dengan ketentuan.
d. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring oleh IPCN terhadap
pengelolaan linen/londri sesuai dengan prinsip PPI termasuk bila
dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit.

7.4. RSUD Bula mengurangi risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius dengan
benar.
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit menyelenggaraan pengelolaan limbah dengan benar untuk meminimalkan
risiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut:
1. pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius;
2. penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah;
3. pemulasaraan jenazah dan bedah mayat;
4. pengelolaan limbah cair;
5. pelaporan pajanan limbah infeksius.

a. Ada regulasi tentang pengelolaan limbah infeksius dan limbah cair rumah
sakit untuk meminimalkan risiko infeksi yang meliputi butir a) sampai dengan
e) pada maksud dan tujuan. (R) (Lihat juga MFK 5 EP 1.
b. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius sesuai dengan regulasi dan
dilaksanakan monitoring, evaluasi, serta tindak lanjutnya.
c. Penanganan dan pembuangan darah serta komponen darah sesuai dengan
regulasi dan dilaksanakan monitoring, evaluasi, juga tindak lanjutnya.
d. Pengelolaan limbah cair sesuai dengan regulasi.
e. Pelaporan pajanan limbah infeksius sesuai dengan regulasi dan dilaksanakan
monitoring, evaluasi, serta tindak lanjutnya.
f. Ada bukti penanganan (handling) serta pembuangan darah dan komponen
darah sudah dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring terhadap kegiatan butir a)
sampai dengan e) pada maksud dan tujuan.
h. Bila pengelolaan limbah dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit harus
berdasar atas kerjasama dengan pihak yang memiliki izin dan sertifikasi
mutu sesuai dengan peraturan perundang-undangan (lihat MFK 5.1 EP 4).

7.4.1. RSUD Bula menetapkan pengelolaan kamar mayat dan kamar bedah mayat sesuai
peraturan perundang-undangan.
a. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat sesuai dengan regulasi.
b. Ada bukti kegiatan kamar mayat dan kamar bedah mayat sudah dikelola sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
c. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan kepatuhan prinsip-prinsip PPI sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

7.5. RSUD Bula menetapkan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum secara aman.
Maksud dan Tujuan
Pembuangan jarum yang tidak terpakai, pisau bedah (scalpel) dan limbah benda tajam
lainnya, jika tidak dilakukan dengan benar akan berisiko terhadap kesehatan pada masyarakat
umumnya dan terutama pada mereka yang bekerja di pengelolaan sampah. Pembuangan wadah
berisi limbah benda tajam dilaut, misalnya, akan menyebabkan adanya risiko pada masyarakat
karena wadah dapat rusak atau terbuka.
Rumah sakit menetapkan regulasi yang memadai mencakup
1. semua tahapan proses termasuk identifikasi jenis dan penggunaan wadah secara
tepat, pembuangan wadah, dan surveilans proses pembuangan (lihat juga ARK 6);
2. laporan tertusuk jarum dan benda tajam.

a. RSUD Bula menetapkan regulasi tentang pengelolaan benda tajam dan


jarum untuk menurunkan cedera serta mengurangi risiko infeksi yang
meliputi butir a) dan b) yang ada pada maksud dan tujuan. (R) (Lihat juga
MFK 5 EP 1 dan MFK 5.1 EP 1)
b. Benda tajam dan jarum sudah dikumpulkan, disimpan di dalam wadah yang
tidak tembus, tidak bocor, berwarna kuning, diberi label infeksius, dan
dipergunakan hanya sekali pakai sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
c. Pengelolaan benda tajam dan jarum dilaksanakan sesuai dengan regulasi.
d. Bila pengelolaan benda tajam dan jarum dilaksanakan oleh pihak luar
rumah sakit harus berdasar atas kerjasama dengan pihak yang memiliki
izin dan sertifikasi mutu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Ada bukti data dokumen limbah benda tajam dan jarum. ( lihat juga di PPI
7.2).
f. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring oleh IPCN terhadap
pengelolaan benda tajam dan jarum sesuai dengan prinsip PPI, termasuk
bila dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit.

7.6. RSUD Bula mengurangi risiko infeksi terkait penyelenggaraan pelayanan makanan.
Maksud dan Tujuan
Selain itu, permukaan yang digunakan untuk menyiapkan makanan; alat makan,
perlengkapan masak, panci, dan wajan yang digunakan untuk menyiapkan makanan; dan juga
nampan, piring, serta alat makan yang digunakan untuk menyajikan makanan juga dapat
menimbulkan risiko infeksi apabila tidak dibersihkan dan disanitasi secara tepat.
Bangunan dapur harus sesuai dengan ketentuan yang meliputi alur mulai bahan makanan masuk
sampai makanan jadi keluar, tempat penyimpanan bahan makanan kering dan basah dengan
temperature yang dipersyaratkan, tempat persiapan pengolahan, tempat pengolahan, pembagian
dan distribusi sesuai peraturan dan perundangan termasuk kebersihan lantai.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rumah Sakit agar menetapkan regulasi yang
meliput

1. pelayanan makanan di rumah sakit mulai dari pengelolaan bahan makanan


(perencanaan bahan makanan, pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pemorsian,
distribusi), sanitasi dapur, makanan, alat masak, serta alat makan untuk
mengurangi risiko infeksi dan kontaminasi silang;
2. standar bangunan, fasilitas dapur, dan pantry sesuai dengan peraturan
perundangan termasuk bila makanan diambil dari sumber lain di luar rumah sakit.

a. RSUD Bula menetapkan regulasi tentang pelayanan makanan di rumah


sakit yang meliputi butir a) dan b) pada maksud dan tujuan.
b. Ada bukti pelaksanaan penyimpanan bahan makanan, pengolahan,
pembagian/ pemorsian, dan distribusi makanan sudah sesuaidengan
peraturan perundang- undangan.
c. Ada bukti pelaksanaan penyimpanan makanan, bahan makanan dan
produk nutrisi dengan memperhatikan kesehatan lingkungan meliputi
sanitasi, suhu, pencahayaan, kelembapan, ventilasi, dan keamanan
untuk mengurangi risiko infeksi.
d. Ada bukti pelaksanaan monitoring kepatuhan prinsip-prinsip PPI sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
7.7. RSUD Bula menurunkan risiko infeksi pada fasilitas yang terkait dengan pengendalian.

Maksud dan Tujuan

Untuk menurunkan risiko infeksi maka rumah sakit perlu mempunyai regulasi
tentang penilaian risiko pengendalian infeksi (infection control risk assessment/ICRA)
untuk pembongkaran, konstruksi, serta renovasi gedung di area mana saja di rumah sakit
yang meliputi:

1) identifikasi tipe/jenis konstruksi kegiatan proyek dengan kriteria;

2) identifikasi kelompok risiko pasien

3) matrix pengendalian infeksi antara kelompok risikopasien dengan type


kontruksi kegiatan

4) proyek untuk menetapkan kelas/tingkat infeksi

5) tindak pengendalian infeksi berdasarkan tingkat/kelas infeksi

6) monitoring pelaksanaan

a. Rumah sakit menetapkan regulasi pengendalian mekanis dan teknis


(mechanical dan engineering control) minimal untuk fasilitas yang tercantum
pada butir a) sampai dengan e) yang ada pada maksud dan tujuan. (R)
b. Fasilitas yang tercantum pada butir sampai dengan e) sudah dilakukan
pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan engineering control).
7.7.1. RSUD Bula menurunkan risiko infeksi pada saat melakukan pembongkaran,
konstruksi, dan renovasi gedung.

Maksud dan Tujuan

Rumah sakit juga perlu mempunyai regulasi pengendalian mekanis dan teknis
(mechanical dan engineering controls) fasilitas yang antara lain meliputi:
1. sistem ventilasi bertekanan positif;
2. biological safety cabinet;
3. laminary airflow hood;
4. termostat di lemari pendingin;
a. RSUD Bula menetapkan regulasi tentang penilaian risiko pengendalian infeksi
(infection control risk assessment/ICRA) bila ada renovasi, kontruksi dan
demolisi yang minimal meliputi butir 1) sampai dengan 6) yang ada pada
maksud dan tujuan.
b. RSUD Bula telah melaksanakan penilaian risiko pengendalian infeksi
(infection control risk assessment/ICRA) pada semua renovasi, kontruksi
dan demolisi sesuai dengan regulasi.
8. RSUD Bula melindungi pasien, pengunjung, dan staf dari penyakit menular serta melindungi pasien
yang mengalami imunitas rendah (immunocompromised) dari infeksi yang rentan mereka alami.
Maksud dan Tujuan.
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang isolasi dan pemberian penghalang pengaman
serta menyediakan fasilitasnya. Regulasi ditetapkan berdasarkan bagaimana penyakit menular
dan cara menangani pasien infeksius atau pasien immuno suppressed. Regulasi isolasi juga
memberikan perlindungan kepada staf dan pengunjung serta lingkungan pasien (Lihat juga,
PAP.3). Karena itu rumah sakit perlu menetapkan regulasi sebagai berikut :
1. Pasien dengan penyakit infeksi airborne
• Penyediaan ruangan isolasi tekanan negatif dengan ventilasi mekanis atau
alami.
• Penempatan pasien di unit-unit pelayanan rumah sakit termasuk di unit
gawat darurat
• Penanganandan transfer pasien dengan penyakit infeksi airborne mulai
pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang, meninggal atau dirujuk ke
luar rumah sakit (Lihat juga PAP 3.5 EP 1, 2, 3), misalnya untuk pasien Tb
• Prosedur kunjungan pasien
2. Penyediaan ruangan dan penempatan pasien yang imunosupresi yaitu suatu
kondisi pasien dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh
atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunan jumlah
antibodi dalam tubuh, maka penyakit-penyakit akan lebih leluasa masuk dan
menginfeksi bagian tubuh
3. Penanganan pasien penyakit airborne bila terjadi ledakan (wabah) yang meliputi
penyediaan ruangan dan penempatan pasien, transfer antar unit dan keluar
rumah sakit, edukasi staf tentang pengelolaan pasien penyakit infeksi airborne
bila terjadi outbreak
4. Supervisi dan monitoring oleh IPCN
• Regulasi tersebut diatas sangat diperlukan mengingat kewaspadaan
terhadap udara penting untuk mencegah penularan bakteri infeksius yang
dapat bertahan lama di udara. Pasien dengan infeksi airborne ditempatkan
di airborne infection isolation room (AIIR) yang biasa disebut ruangan
tekanan negatif yaitu ruang perawatan pasien yang dirancang untuk
mengisolasi patogen yang ada di udara, ruangan diupayakan atau
dirancang dengan ventilasi yang baik dengan pembuangan udara
terkontaminasi yang efektif, menurunkan konsentrasi droplet nuklei
infeksius sehingga dapat mengurangi risiko infeksi. Selain itu, exhaust
dari ruangan tersebut juga tidak di resirkulasi dalam sistem HVAC
(Heating, Ventilation dan Air Conditioning). Kualitas ventilasi ini
merupakan salah satu faktor utama yang menentukan risiko pajanan di
ruangan isolasi. Pertukaran udara di ruangan isolasi tersebut ≥12 per jam
(ACH). Arah aliran udara yang diharapkan, dapat dicapai dengan ventilasi
alami atau mekanis.

a. RSUD Bula menetapkan regulasi penempatan pasien dengan penyakit menular dan
pasien yang mengalami imunitas rendah (immune compromised) yang meliputi 1)
sampai dengan 4) yang ada di maksud dan tujuan.
b. Rumah sakit menyediakan ruangan untuk pasien yang mengalami immune
compromised sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
c. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring oleh supervisi dan monitoring oleh
IPCN terhadap penempatan pasien dengan immune compromised.
8.1. RSUD Bula menetapkan penempatan pasien dan proses transfer pasien dengan
airbornediseases di dalam rumah sakit dan keluar rumah sakit
a. Penempatan dan transfer pasien airborne diseases sesuai dengan peraturan
perundang undangan termasuk di ruang gawat darurat dan ruang lainnya.
b. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring oleh IPCN terhadap
penempatan dan proses transfer pasien airborne diseases sesuai dengan prinsip
PPI. Penempatan dan transfer 1pasien airborne diseases sesuai dengan
peraturan perundang- undangan termasuk di ruang gawat darurat dan
undangan termasuk di ruang gawat darurat dan ruang lainnya.
c. Ada bukti pelaksanaan monitoring ruang tekanan negatif mekanis atau alami
dan penempatan pasien secara rutin.
d. Rumah sakit mempunyai jejaring rujukan dengan rumah sakit lainnya.
8.2. RSUD Bula menetapkan penempatan pasien infeksi "air borne" dalam waktu
singkat jika rumah sakit tidak mempunyai kamar tekanan negatif (ventilasi alamiah
dan mekanik).
a. RSUD Bula menetapkan regulasi penempatan pasien infeksi “air borne”
dalam waktu singkat jika tidak tersedia kamar dengan tekanan negatif
(ventilasi alamiah atau mekanik) di rumah sakit.
b. Penempatan pasien infeksi “air borne” dalam waktu singkat jika tidak
tersedia kamar dengan tekanan negative sesuai dengan peraturan perundang-
undangan termasuk di ruang gawat darurat dan ruang lainnya.
c. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan monitoring oleh IPCN terhadap
penempatan pasien infeksi air borne dalam waktu singkat jika tidak tersedia
kamar dengan tekanan negatif sesuai dengan prinsip PPI.
8.3. RSUD Bula mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk menangani
lonjakan mendadak (outbreak) penyakit infeksi air borne.
a. Rumah sakit menetapkan regulasi bila terjadi ledakan pasien (outbreak)
penyakit infeksi air borne.
b. Rumah sakit menyediakan ruang isolasi dengan tekanan negative (ventilasi
mekanik dan alami) bila terjadi ledakan pasien (outbreak) sesuai dengan
peraturan perundangan.
c. Ada bukti dilakukan edukasi kepada staf tentang pengelolaan pasien infeksius
jika terjadi ledakan pasien (outbreak) penyakit infeksi air borne.
9. RSUD Bula menyediakan sarana Kebersihan tangan menggunakan sabun dan
desinfektan adalah sarana efektif untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Maksud dan Tujuan
Kebersihan tangan, menggunaan alat pelindung diri, desinfektan adalah
sarana efektif untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Oleh karena itu harus
tersedia di setiap tempat asuhan pasien yang membutuhkan barang ini. RS
menetapkan ketentuan tentang tempat dimana alat pelindung diri ini harus
tersedia dan dilakukan pelatihan cara memakainya. Sabun, disinfek-tan,
handuk/tissu, alat lainnya untuk mengeringkan ditempatkan di daerah dimana
tempat cuci tangan dan prosedur disinfeksi tangan dilakukan.
a. RSUD Bula menetapkan regulasi hand hygiene yang mencakup kapan, di
mana, dan bagaimana melakukan cuci tangan mempergunakan sabun (hand
wash) dan atau dengan disinfektan (hand rubs) serta ketersediaan fasilitas
hand hygiene.
b. Sabun, disinfektan, serta tissu/handuk sekali pakai tersedia di tempat cuci
tangan dan tempat melakukan disinfeksi tangan.
c. Hand hygiene sudah dilaksanakan dengan baik.
d. Ada bukti pelaksanaan pelatihan hand hygiene kepada semua pegawai
termasuk tenaga kontrak.

9.1. RSUD Bula menyediakan sarung tangan, masker, pelindung mata, serta alat pelindung diri
lainnya tersedia dan digunakan secara tepat apabila disyaratkan.
a. RSUD Bula menetapkan regulasi penggunaan alat pelindung diri, tempat yang
harus menyediakan alat pelindung diri, dan pelatihan cara memakainya.
b. Alat pelindung diri sudah digunakan secara tepat dan benar.
c. Ketersediaan alat pelindung diri sudah cukup sesuai dengan regulasi
d. Ada bukti pelaksanaan pelatihan penggunaan alat pelindung diri kepada
semua pegawai termasuk tenaga kontrak.
10. RSUD Bula melaksanakan Kegiatan PPI diintegrasikan dengan program PMKP
(Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) dengan menggunakan indikator yang
secara epidemiologik penting bagi rumah sakit.

Maksud dan Tujuan


Rumah sakit menggunakan indikator sebagai informasih untuk memperbaiki
kegiatan PPI dan mengurangi tingkat infeksi yang terkait layanan kesehatan
sampai tingkat serendah mungkin. Rumah sakit dapat menggunakan data
indikator dan informasi dan membandingkan dengan tingkat dan kecenderungan
di rumah sakit lain.

a. Ada regulasi system manajemen data terintegrasi antara data surveilans dan
data indikator mutu
b. Ada bukti pertemuan berkala antara Komite PMKP Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien) dengan Keselamatan Pasien) dengan Komite atau Tim
PPI untuk membahas hasil surveilans dan merancang ulang untuk perbaikan.
c. Ada bukti data dikumpulkan dan dianalisis untuk mendukung kegiatan PPI
termasuk datya infeksi berdasar atas epidimologik penting dimonitor dan
didokumentasikan.
d. Ada bukti penyampaian hasil analisis dan data rekomendasi kepada komite
PMKP Setiap tiga Bulan.

11. RSUD Bula melakukan edukasi tentang PPI kepada staf klinis dan nonklinis, pasien,
keluarga pasien, serta petugas lainnya yang terlibat dalam pelayanan pasien.
Maksud dan Tujuan
Agar program PPI efektif, harus dilakukan edukasi kepada staf tentang program
PPI pada waktu mereka baru bekerja di rumah sakit dan diulangi secara teratur. Edukasi
di ikuti oleh staf profesional,staf klinik, staf non klinik, pasien, keluarga pasien,
pedagang, dan pengunjung. Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam
implementasi propgram PPI.
Pelatihan diberikan sebagai bagian dari orientasi kepada semua staf baru dan
dilakukan pelatihan kembali secara berkala, atau paling sedikit jika ada perubahan
regulasi dan praktik yang menjadi panduan program PPI. Dalam pendidikan juga
disampaikan temuan dan kecenderungan ukuran kegiatan.
Berdasar atas hal diatas maka rumah sakit agar menetapkan Program
Pelatihan PPI yang meliputi pelatihan untuk
1. orientasi pegawai baru baik staf klinis maupun nonklinis di tingkat rumah
sakit maupun di unit pelayanan;
2. staf klinis (profesional pemberi asuhan) secara berkala;
3. staf nonklinis;
4. pasien dan keluarga; dan
5. pengunjung

a. RSUD Bula menetapkan regulasi program palatihan dan edukasi


tentang PPI Yang meliputi butir a) sampai dengan e).yang ada pada
maksud dan tujuan .
b. Ada bukti pelaksanaan pelatihan untuk semua staf klinis dan nonklinis
sebagai bagian dari orientasi pegawai baru tentang regulasi dan
praktik progranm PPI
c. Ada bukti pelaksanaan edukasi secara berkala bila ada perubahan
regulasi, serta praktik program PPI dan bila ada kecenderungan khusus
(new/re-emerging diseases) data infeksi untuk staf klinis dan infeksi nonklinis
d. Ada bukti pelaksanaan edukasi untuk pasien, keluarga, dan pengunjung
tentang program PPI.
e. Ada bukti pelaksanan penyampaian temuan dan data berasal dari
kegiatan pengukuran mutu/indikator mutu (measurement) ke
seluruh unit di rumah sakit sebagai bagian dari edukasi berkala rumah
sakit.
BAB IV . DOKUMENTASI

You might also like