Professional Documents
Culture Documents
Alwan Bachtiar-1901070005 - Metode Penelitian
Alwan Bachtiar-1901070005 - Metode Penelitian
NIM: 1901070005
Soil Mesofauna Abudance on Rubber Plant Stand (Havea brasiliensis Muell. Arg) in Peat
Soil Overgrown and not Overgrown Mucuna bracteata
ABSTRACT
This study aims to determine the abundance (type and amount) soil mesofauna and
rubber tree growth (Havea brasiliensis Muell. Arg) in peat soil with different conditions of
Mucuna bracteata. This research has been conducted in peat soil at social plantation area of
PT. RAPP Teluk Meranti from January to March 2016. Analysis soil mesofauna and analysis
soil carried out in the laboratory of soil science, Faculty of Agriculture, University of Riau.
This research used purposive random sampling namely in rubber contained Mucuna
bracteata life, Mucuna bracteata dead and without Mucuna bracteata. Determining the plant
sample was randomly with diagonal method in order to get 5 rubber trees that are Mucuna
bracteata life, 5 Mucuna bracteata dead and 5 without Mucuna bracteata. Data obtained
from the calculation and interpretation of the data be stated in tables and analyzed statistically
descriptive. The research show that in stands of rubber trees in the peat soil contained
Mucuna bracteata life shows number of individual, family and population density (Kp) soil
mesofauna is highest compared with Mucuna bracteata dead and without Mucuna bracteata.
Abundance of soil mesofauna highest in rubber tree stands on peat soil which are Mucuna
bracteata life dominated by the family Macrohelidae, Mucuna bracteata dead dominated by
the family Macrohelidae and without Mucuna bracteata dominated by the family
Hirudisomatidae. The rubber tree that is Mucuna bracteata life having the average circle
stems is larger compared with Mucuna bracteta dead and without Mucuna bracteata.
Keywords: soil mesofauna, rubber tree, peat soil and Mucuna bracteata
PENDAHULUAN
Tanah gambut merupakan salah lahan gambut dimana 3,867 juta hektar
satu sumber daya alam yang memiliki terdapat di Riau (Balai Besar Penelitian
potensi untuk pengembangan di sektor dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
perkebunan. Tanah gambut memiliki Pertanian, 2011).
potensi yang baik apabila dikembangkan Tanah gambut digunakan untuk
di sektor perkebunan dengan mengetahui pengembangan perkebunan seperti
manfaat dan fungsi tanah gambut yang tanaman karet. Tanaman karet merupakan
dapat meningkatkan nilai ekologis maupun salah satu komoditas andalan perkebunan
ekonomis pada kehidupan manusia. yang mempunyai peran cukup penting bagi
Indonesia memiliki sekitar 15 juta hektar perekonomian nasional, khususnya sebagai
1. Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau 1
Tabel 1. Kepadatan populasi (Kp) dan kepadatan relatif (Kr) mesofauna tanah pada tegakan
tanaman karet di tanah gambut yang terdapat Mucuna bracteata hidup, Mucuna
bracteata mati dan tanpa Mucuna bracteata
Mucuna bracteata Mucuna bracteata Tanpa Mucuna
Famili hidup mati bracteata
mesofauna tanah Kp Kr Kp Kr Kp Kr
(Ind/m2) (%) (Ind/m2) (%) (Ind/m2) (%)
Hirudisomatidae 8.8 19,64 4,8 16,22 6,4 32
Macrochelidae 12 26,79 10,4 35,14 5,6 28
Nephilida 6,4 14,29 4 13,51 4,8 24
Asilidae 4,8 10,71 0,8 2,7 1,6 8
Sminthuridae 1,6 3,57 - - - -
Cicimidae 0,8 1,79 - - - -
Paronellidae 1,6 3,57 4,8 16,22 1,6 8
Statiuomyidae 1,6 3,57 - - - -
Tracchypachidae - - 2,4 8,11 - -
Empididae 1,6 3,57 - - - -
Dolichopodidae - - 0,8 2,7 - -
Scarabaeidae 5,6 12,5 1,6 5,40 - -
Jumlah 44,8 100 29,6 100 20 100
Tabel 3. Rerata lingkar batang tanaman karet di tanah gambut yang terdapat Mucuna
bracteata hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa Mucuna bracteata.
Kondisi Penutup Lahan Rerata Lingkar Batang Tanaman Karet (cm)
Mucuna bracteta hidup 54.66
Mucuna bracteta mati 51.33
Tanpa Mucuna bracteata 45.83
DAFTAR PUSTAKA
Skripsi
Oleh:
Sofia Noor Affiati
NIM. M0405061
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Sofia Noor Affiati
NIM. M0405061
Mengesahkan
Dekan FMIPA Ketua Jurusan Biologi
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Most of Merapi area is an area which is used as sand mining The sand
mining process is massively done so that caused environmental damage. The
environmental change will influence the role and the existence of biota and
biological diversity, which is soil mesofauna and soil macrofauna. The purpose of
the research is to know the diversity of soil mesofauna and soil macrofauna in the
sand mining area in the Merapi area.
The research is done by taking five samples in five research stations based
on the different period of sand mining area with 3 sample point randomly taken in
each station. The sample was taken using three methods, which is hand sorting
and pit fall trap method which are used to get soil makrofauna and Barlese-
tulgreen method whoch is used to get soil mesofauna. The data found was used to
count the mesofauna diversity index and soil macrofauna. In this research, the
researcher also measures the environment factor.
The result of the research shows that there are some different index
mesofauna diversity and soil macrofauna in the sand mining area. The highest
index of mesofauna diversity in the sand mining area for ± 2 years is 0,89. The
highest diversity of macrofauna in the surface and in the deep of the ground is 0
year in the sand mining area with diversity index is 0,87 and 1,08.
Keywords: soil mesofauna and macrofauna, diversity index, sand mining area.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Keberhasilan bukan sekedar pencapaian dari apa yang ingin dicapai, tetapi
justru usaha mencapainya”
”Lakukan apa yang bisa dilakukan hari ini, jangan kau tangguhkan pekerjaan
untuk esok hari”
”Esok sudah tidak bisa mengubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini masih
bisa mengubah apa yang akan terjadi besok”
”Orang yang berhasil bukanlah orang yang tak pernah gagal tapi orang yang tak
pernah berhenti untuk mencoba”
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Rasulullah, keluarganya, para shahabatnya dan siapa saja yang mengikuti sunnah
beliau sampai hari kemudian. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul ”Keanekaragaman Mesofauna dan
Makrofauna Tanah Pada Lahan Penambangan Pasir di Kawasan Lereng Gunung
Merapi Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten” ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan strata 1 (S1) pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat
berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada.
Bapak dan Ibu, keluarga, serta sahabat yang telah memberikan kasih
sayang serta dukungan yang tiada hentinya.
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian.
Dra. Endang Anggarwulan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin penelitian.
Purin Chandra Purnama, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan saran dan masukan selama masa studi penulis.
Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku pembimbing I yang telah membimbing serta
memberikan motivasi selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si., selaku pembimbing II yang telah
membimbing serta memberikan motivasi selama penelitian hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penyusun
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Oleh:
Sofia Noor Affiati
NIM. M0405061
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Most of Merapi area is an area which is used as sand mining The sand
mining process is massively done so that caused environmental damage. The
environmental change will influence the role and the existence of biota and
biological diversity, which is soil mesofauna and soil macrofauna. The purpose of
the research is to know the diversity of soil mesofauna and soil macrofauna in the
sand mining area in the Merapi area.
The research is done by taking five samples in five research stations based
on the different period of sand mining area with 3 sample point randomly taken in
each station. The sample was taken using three methods, which is hand sorting
and pit fall trap method which are used to get soil makrofauna and Barlese-
tulgreen method whoch is used to get soil mesofauna. The data found was used to
count the mesofauna diversity index and soil macrofauna. In this research, the
researcher also measures the environment factor.
The result of the research shows that there are some different index
mesofauna diversity and soil macrofauna in the sand mining area. The highest
index of mesofauna diversity in the sand mining area for ± 2 years is 0,89. The
highest diversity of macrofauna in the surface and in the deep of the ground is 0
year in the sand mining area with diversity index is 0,87 and 1,08.
Keywords: soil mesofauna and macrofauna, diversity index, sand mining area.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akan bahan baku yang berasal dari bahan galian golongan C khususnya pasir akan
aktivitas penambangan bahan galian khususnya pasir akan meningkat pula (Najib,
2006).
Salah satu area yang dijadikan lahan penambangan pasir yaitu kawasan
pasir dan batu dari Gunung Merapi, sehingga pada tahun 2001 aktivitas
penambangan pasir dan batu meluas ke kawasan hutan lindung Merapi dan lahan-
hasil tambang per truk 7 - 9 m3, maka setiap hari dari wilayah ini ditambang 7.000
m3 – 9.000 m3 material pasir dan batu, artinya dalam setahun dari kecamatan
tersebut, maka sepanjang tahun 2002 - 2005 material bahan-bahan galian pasir
dan batu yang keluar dari wilayah kecamatan diperkirakan mencapai ± 12 juta m3
(Parmanto, 2007).
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
kerusakan lingkungan. Begitu pula yang terjadi pada lahan penambangan pasir di
akibat bekas penambangan pasir, kemudian lahan tersebut sebagian besar hanya
dibiarkan begitu saja tanpa ada proses reklamasi. Jika hal ini dibiarkan berlarut-
tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air (Kusuma, 2009).
dan menyebabkan penurunan peran fauna tanah tersebut. Keberadaan fauna tanah
yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan,
suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik
1998).
organik tanah dalam penyediaan unsur hara, sehingga proses dekomposisi dalam
tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan
makrofauna tanah. Mesofauna tanah adalah hewan tanah yang memiliki ukuran
tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak
positif bagi kesuburan tanah. Hal ini ditegaskan oleh Berryman (1986 dalam
berperan penting dalam proses suksesi dan menjaga kestabilan ekosistem suatu
hutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
tersebut.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
dan makrofauna tanah pada lahan penambangan pasir di kawasan lereng gunung
Merapi.
D. Manfaat Penelitian
di kawasan lereng gunung Merapi, Kec. Kemalang, Klaten, serta hubungan antara
tanah. Informasi ini selanjutnya bisa digunakan oleh para petani setempat dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
dan kehidupan binatang di atasnya. Lahan tersusun atas berbagai komponen yang
Menurut Karmono (1992), lahan merupakan salah satu sumber daya yang langka,
mengeksploitasi barang-barang tambang dari dalam tanah baik itu berupa bahan
galian strategis (bahan galian golongan A) seperti minyak bumi, gas alam, aspal,
batu bara, uranium, nikel, timah, dan sebagainya. Bahan galian vital (bahan galian
golongan B) yang terdiri dari besi, mangan, emas, bauksit, perak, tembaga, timbal,
arsen, belerang, dan sebagainya, dan bahan galian non strategis (bahan galian
(Sukandarrumidi, 2004).
yaitu tahap persiapan, tahap eksploitasi dan tahap reklamasi atau rehabilitasi lahan
commit5to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
dan pembuatan atau pembukaan jalan tambang. 2). Tahap eksploitasi, kegiatan
utama yang dilakukan pada tahap ini yaitu penambangan atau penggalian bahan
tambang dengan jenis dan keterdapatan bahan tambang yang berbeda-beda. 3).
kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan
secara keseluruhan belum selesai karena masih terdapat bahan tambang yang
tekstur, struktur, permeabilitas, tegangan air, serta kedalaman efektif dari tanah
pasir yang sering mendapatkan tekanan dari peralatan berat yang digunakan.
penyusutan bahan tambang itu sendiri. Sebab bahan tambang tersebut tergolong
dalam sumber daya alam yang tidak terbaharui (unrenewable resources) (Moesa,
2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
Kabupaten Klaten. Memiliki luas wilayah 51,66 km2 dengan jumlah penduduk ±
34.146 jiwa serta kepadatan penduduk sebanyak 772 jiwa per km2. Kecamatan
dibagian Utara secara garis besar dapat digolongkan dalam wilayah miring dengan
memiliki ketinggian antara 300 - 1400 meter di atas permukaan air laut, suhu
kering yaitu ladang, tegalan, dan perkebunan. Pada lahan persawahan ditanami
jenis padi gogo yang tidak banyak membutuhkan persediaan air. Pada lahan bukan
sawah, seperti ladang dan tegalan ditanami dengan tanaman palawija, jagung,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
tembakau, cabe, sayur mayur, dan sebagainya. Pada lahan halaman dan
seperti cengkeh, kopi, sengon, mahoni, bambu, dan sebagainya, sedangkan pada
kawasan lindung hutan gunung merapi terdapat pohon pinus sebagai tanaman
3. Fauna Tanah
tanaman, binatang dan kehidupan mikroba. Tanah adalah suatu bentangan alam
yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan
batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah serta hasil
cepat mengubah kondisi dan fungsi tanah yang selanjutnya akan mengubah
struktur dan fungsi biota atau organisme yang kehidupannya sangat tergantung
Fauna tanah merupakan fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Kebanyakan fauna tanah
Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah
ditentukan oleh keadaan daerah tersebut, dan tergantung dari faktor lingkungan,
baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik (Suin, 1997). Di samping itu
fauna tanah berkaitan erat dengan ketersediaan serasah karena hampir semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
fauna tanah berperan dalam penguraian serasah. Serasah berfungsi juga sebagai
2003).
Fauna tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang berperan
melalui penurunan berat jenis, peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas
bersifat tidak langsung, secara umum fauna tanah dapat dipandang sebagai
pengatur terjadinya proses dalam tanah (Battigelli et al., 2003; Al-Haifi et al.,
empat golongan, yaitu: pertama fauna transien, merupakan kelompok fauna yang
daur hidupnya tidak berada di dalam tanah, tetapi sewaktu imagonya berada di
dalam tanah; kedua fauna temporer, merupakan kelompok fauna yang stadium
telur dan larvanya di dalam tanah sedangkan imagonya berada di luar tanah;
ketiga fauna periodik, merupakan kelompok fauna yang seluruh daur hidupnya
berada di dalam tanah, hanya kadang-kadang keluar tanah dan keempat fauna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah, dan yang eudafon
Anderson dan Ingram (1993) membagi fauna tanah menjadi tiga kelompok, yaitu
epigeik, anesik, dan endogeik. Kelompok epigeik yaitu kelompok spesies yang
hidup dan makan serasah di permukaan tanah, kelompok ini meliputi berbagai
makan, kelompok ini melipti anggota filum Annelida dan sebagian anggota filum
Arthropoda. Fauna endogeik merupakan fauna yang hidup dan makan bahan
organik di dalam tanah. Sebagian besar dari fauna endogeik terdiri atas cacing dan
rayap.
kelompok fauna pemakan spora, alga, dan lumut. Pemakan misel merupakan
fauna pemakan segala jaringan tubuh makhluk hidup baik fauna maupun flora,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Kelompok fauna tanah dapat dibedakan lebih lanjut menurut ukuran tubuh,
berukuran 0,02 mm - 0,2 mm. Kelompok mesofauna memiliki ukuran tubuh 0,2
mikrofauna (diameter tubuh < 100 m), mesofauna (diameter tubuh 100 m - 2
mm) dan makrofauna (diameter tubuh > 2 mm). Menurut Suhardjono dan
menjadi: (1). Mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran tubuh < 0,15
mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain misalnya
Nematoda, (2). Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0,16 – 10,4
bentuk pradewasa dari beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan
tubuh > 10.5 mm, seperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
4. Mesofauna Tanah
bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus
karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah
baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah
(Arief, 2001).
sumbangan energi dari suatu ekosistem. Hal ini disebabkan karena kelompok
fauna tanah dapat melakukan penghancuran terhadap materi tumbuhan dan fauna
perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya (seperti kayu
fragmen berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi oleh mikrobio tanah
(Arief, 2001).
organik yang terbentuk dapat menjaga sirkulasi aliran air dan udara, penahan
2004). Keberadaan mesofauna tanah sebagai salah satu komponen hutan sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
penting, terutama dalam hal membantu kesuburan tanah hutan. Hal ini ditegaskan
serangga berperan penting dalam proses suksesi dan menjaga kestabilan ekosistem
keanekaragaman mesofauna yang cukup tinggi, pada daerah ini kebanyakan mites
(tungau) berperan sebagai dekomposer bahan organik (Mahunka, 2005). Selain itu
mesofauna tanah berperan pula dalam mengatur proses dekomposisi dan juga
cacing-cacing Oligochaeta kecil Enchytracid, larva serangga yang lebih kecil dan
paling banyak tetap tinggal dalam tanah. Beberapa contoh organisme yang khas
yang diambil dari tanah dengan menggunakan alat yang dikenal dengan corong
Barlese atau corong Tullgren yang serupa, diantaranya: dua kutu oribatida
berperan penting pada proses dekomposisi serasah dan membentuk struktur mikro
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
pada tanah (Rusek, 1998). Collembola dan mites dapat pula dijadikan indikator
mempunyai sebaran habitat sangat luas dan jumlah spesiesnya banyak, dapat
ditemukan pada semua jenis tanah dan sangat melimpah pada permukaan tanah
yang banyak mengandung serasah dan sisa tumbuhan lainnya (Suwondo, 2002).
permukaan tanah. Bagi mesofauna dalam tanah perubahan suhu udara tidak
suhu tanah, setelah pengaruh tersebut terasa baru direspon oleh mesofauna dalam
tanah. Perubahan suhu udara yang sempit tidak signifikan untuk mempengaruhi
Menurut Cahyanto dkk. (2004), koefisien korelasi antara suhu tanah dengan
tanah yang asam mesofauna tanah yang banyak ditemukan yaitu Collembola.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
semakin tinggi pula. Sebagian besar mesofauna tanah menyukai tanah yang
5. Makrofauna Tanah
Salah satu golongan fauna tanah yang dapat digunakan sebagai bioindikator
kualitas tanah adalah makrofauna tanah dan biodiversitasnya (Islam et al., 2009).
tanah. Makrofauna tanah adalah fauna tanah yang hidup di tanah, baik yang hidup
di permukaan tanah maupun yang berada di dalam tanah serta memiliki ukuran
tubuh lebih dari 10 mm (Merlim et al., 2005). Secara umum makrofauana tanah
didefinisikan sebagai berikut 1). Memiliki panjang tubuh lebih dari 1 cm, 2).
Diameter tubuh lebih dari 2 mm, 3). Dapat dilihat dengan mata telanjang, 4). 90%
atau lebih banyak spesimen dapat dilihat dengan mata telanjang (Eggleton et al.,
2000).
Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak
tanah dalam penyediaan unsur hara (Lartey, 2006). Makrofauna akan meremah-
remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
lingkungan, diantaranya iklim dan tipe tanah (Shimada, 1990; Mathieu et al.,
yang aktif di permukaan dan di dalam tanah. Biodiversitas makrofauna yang aktif
makrofauna di dalam tanah lebih berkaitan dengan kondisi tanah (Maftu’ah et al.,
makrofauna tanah pada suatu tempat, maka semakin stabil ekosistem di tempat
tersebut.
cenderung lebih banyak pada tempat yang mengandung lebih banyak bahan
diketahui berkaitan dengan dinamika bahan organik dan hara tanah. Dari hasil
penelitiannya, dikatakan bahwa perubahan tata guna lahan seperti perubahan dari
tanah. Hal ini diduga karena bahan organik yang dihasilkan oleh hutan lebih
habitatnya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah
melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
kehidupan biota tanah khususnya makrofauna tanah (Suin, 1997), sehingga jenis
1986). Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi
kondisi tanah yang terlalu asam, makrofauna tanah lebih menyukai keadaan
tanah, tetapi berkaitan erat dengan suhu tanah, kelembaban udara relatif dan kadar
makrofauna dalam tanah, suhu memiliki efek langsung maupun tidak langsung
pada aktivitas biologi dalam tanah, efek langsung yaitu terhadap laju reaksi fisik
dalam tanah dan efek tidak langsung adalah mempengaruhi aktivitas mikrobia
makrofauna dengan kadar air tanah menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air
kandungan udara dalam tanah, dengan demikian berbagai jenis makrofauna tanah
yang mengambil oksigen langsung dari udara tidak akan dapat beradaptasi pada
kandungan air yang tinggi. Sebaliknya, fauna tanah yang mampu mengambil
oksigen dari air dapat beradaptasi pada lingkungan tersebut. pH tanah menentukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
6. Suksesi
organisme, dimana saja berada akan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi
kondisi seimbang datang gangguan dari luar, keseimbangan ini dapat berubah dan
lama, bersifat kumulatif, di dalam komunitas tertentu dan terjadi pada tempat
ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti dan dapat diramalkan
(Irwan, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
4. Suksesi, yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam komunitas atau
atau ekosistem untuk komunitas atau ekosistem yang lain (Kendeigh, 1980).
spesies yang semakin tinggi dan disertai perubahan positif lainnya di dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
suksesi
suksesi merupakan pola yang umum terjadi dalam semua ekosistem. Gambaran
pertama dari suksesi, peningkatan diversitas jenis cepat, dan fase berikutnya laju
melalui beberapa tahap yang meliputi tahap nudasi, invasi, kompetisi dan reaksi,
serta stabilitas dan klimaks. Nudasi adalah proses pembentukan atau terjadinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
bermacam-macam organisme dari suatu daerah ke daerah yang baru dan menetap
di daerah tersebut. Bakal kehidupan yang dimaksud di atas dapat berupa biji,
buah, spora, telur, larva dan lain sebagainya. Invasi dikatakan sempurna jika telah
melalui tiga tahap proses invasi yang meliputi: migrasi, penyesuaian, dan
cocok dengan organisme yang telah ada, dan sebaliknya, lingkungan semakin
menjadi kurang baik bagi spesies organisme lain yang akan hadir berikutnya ke
wilayah itu. Tingkatan terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas
Berdasarkan pada kondisi komunitas awal yang ada di suatu daerah, maka
1. Suksesi primer
yang berat sekali sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total,
komunitas baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah
longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai,
dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah yang
atau gangguan baik secara alami maupun oleh aktivitas manusia, tetapi
gangguan itu tidak sampai merusak secara total tempat tumbuh sehingga
masih ada substrat lama dan kehidupan. Contohnya, gangguan alami misalnya
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Suhu tanah
lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara
(Suin, 1997). Suhu tanah lebih lamban berubah dibandingkan dengan suhu udara
(Jhonson, 2009)
melakukan penelitian mengenai fauna tanah, hal ini dikarenakan keberadaan dan
kepadatan hewan sangat tergantung pada pH tanah (Jhonson, 2009). Suin (1997),
menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pHnya asam
dan ada pula yang hidup pada pH tanah yang basa, sehingga dominasi fauna tanah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
terhadap cahaya, fauna tanah ada yang aktif pada pagi, siang, sore dan malam hari
berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Kadar air tanah merupakan
jumlah air yang terdapat dalam tanah dalam persen terhadap tanah kering (Hakim,
1986).
Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara, kelembaban
Bahan organik tanah merupakan fraksi organik tanah yang berasal dari
biomassa tanah dan biomassa luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora
dan fauna tanah yang hidup serta bagian vegetasi yang hidup dalam tanah (akar).
Biomassa tanah adalah massa bagian vegetasi yang hidup di luar tanah (daun,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
B. Kerangka Pemikiran
penambangan pasir akan menyebabkan perubahan lingkungan. Hal ini antara lain
Lahan
Lahan Lahan Lahan Lahan
penambangan
penambangan penambangan penambangan penambangan
pasir 0 tahun
pasir ± 1 tahun pasir ± 2 tahun pasir ± 3 tahun pasir ± 4 tahun
(kawasan hutan)
Suksesi Keanekaragaman
Komunitas Mesofauna dan
Ekosistem Makrofauna Tanah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
C. Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: formalin
Peralatan yang digunakan meliputi: bor tanah, kantong plastik, botol sampel,
alat ekstraksi Barless-Tulgreen, nampan plastik, kuas, seng, kawat, gelas air
neraca analitik, lux meter, pipet tetes, labu takar 50 ml, erlenmeyer 50 ml,
peralatan titrasi, kertas label, alat tulis, kamera digital dan alat-alat lain yang
commit26to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
C. Cara Kerja
tahun (lahan yang belum mengalami proses penambangan), lahan yang telah
tahun dan lahan yang telah mengalami proses penambangan ± 4 tahun. Pada
botol sampel yang berisi alkohol 70 % ± ¼ isi botol. Corong di letakkan di atas
papan ekstraktor yang berlubang dan bagian atas corong ditutup dengan corong
penutup yang bagian dalamnya dipasang lampu listrik 10 watt. Sampel tanah
kemudian diekstraksi selama ± 2 hari. Mesofauna tanah yang jatuh pada botol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
sorting dan menggunakan perangkap pit fall trap. Pengambilan makrofauna tanah
yang berada di dalam tanah dilakukan secara hand-sorting yaitu dengan membuat
dilakukan dengan cara memasang perangkap yang berupa wadah yang telah diisi
dengan formalin 4% ditambah larutan deterjen kurang lebih ¼ dari tinggi gelas. Di
masuknya air hujan maupun sinar matahari serta kotoran yang mungkin jatuh ke
Pemasangan perangkap harus rata dengan tanah, supaya hasilnya dapat maksimal.
pada beberapa buku referensi, diantaranya: Wallwork (1970), Britton (1986), Daly
et al. (1981), Dindal (1990), Subiyanto dan Sulthoni (1991), Borror dkk. (1992);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
a. Suhu Tanah
b. Suhu Udara
menit dan dicatat suhu udaranya. Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00-
11.00 WIB.
09.00-11.00 WIB.
g tanah per titik sampling dan kemudian dicampur sesuai dengan stasiun
Kadar air tanah dihitung dengan memasukkan dua puluh gram tanah (berat
basah) dimasukan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama dua jam, kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
tanah dikeluarkan dan ditimbang berat keringnya. Berat basah dikurangi berat
kering lalu dibagi berat basah dikalikan 100% merupakan nilai persentase dari
e. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya matahari diukur dengan lux meter. Lux meter diletakkan di
atas tanah kemudian ditunggu 1 menit sampai konstan dan dicatat intensitas
09.00-11.00 WIB.
dan diencerkan dengan akuades hingga tanda labu takar kemudian digoyang-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
( b – a ) x N FeSO4 x 3 x 10 x 100/77
C. Organik = x 100 %
( 100/100 + ka ) x sampel ( mg )
sorting dan perangkap pit fall trap. Fauna tanah yang ditemukan diidentifikasi dan
E. Analisis Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Kepadatan jenis i
Kepadatan Relatif = x 100 %
Jumlah kepadatan semua jenis
Pi = kerapatan relatif
(Soegianto, 1994).
3. Indeks Similaritas
antara stasiun satu dengan stasiun yang lain digunakan rumus pembanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
4. Uji Korelasi
n xi. yi − xi. yi
r= x100%
n xi 2 − ( xi ) 2 . n yi 2 − ( yi ) 2
N = jumlah ulangan
(Supranto, 1994)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
BAB IV
Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2010, di Desa Sidorejo, Kec.
Kemalang yang terletak dibagian Barat Kabupaten Klaten (lampiran 1). Penelitian
1.) Stasiun I yaitu lahan pertambangan pasir 0 tahun atau belum dilakukan
didominasi oleh pohon pinus (Pinus merkusii) namun terdapat pula pohon-
tanah.
2.) Stasiun II yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses
3.) Stasiun III yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses
4.) Stasiun IV yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses
commit
34
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
5.) Stasiun V yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses
faktor tersebut terhadap keberadaan dan kepadatan makrofauna tanah yang diamati
(Suin, 1997). Faktor lingkungan yang diukur pada penelitian ini meliputi faktor
cahaya, kadar air tanah, kelembaban udara, dan bahan organik tanah (Tabel 1).
Indeks Keanekaegaman
SU ST pH IC KAT KU BOT
Stasiun
(°C) (°C) Tanah (Lux) (%) (%) (%)
Mesofauna MDT MPT
I 28,7 26 7,03 12.460 30,32 72,33 7,39 0,88 1,33 1,08
II 26,2 26,2 7,03 9.003 21,49 88,67 5,49 0,80 0,85 1,06
III 25 24,3 7,37 439 19,54 89,33 5,04 0,89 0,84 0,80
IV 30,7 28,4 7,1 38.633 25,66 67 3,36 0,53 0,87 0,61
V 25 25,3 7,1 11.656 23,81 86 4,7 0,67 0,05 0,40
Keterangan:
SU : Suhu Udara
ST : Suhu Tanah
IC : Intensitas Cahaya
KAT : Kadar Air Tanah
KU : Kelembaban Udara
BOT : Bahan Organik Tanah
MDT : Makrofauna Dalam Tanah
MPT : Makrofauna Permukaan Tanah
tanah (Michael, 1995). Suhu udara erat kaitannya dengan intensitas cahaya yang
diterima dan sampai ke bumi (Sarjini, 2009). Dari pengukuran yang dilakukan
udara tertinggi yaitu pada stasiun IV (lahan penambangan pasir ± 3 tahun) sebesar
30,7 °C dan suhu udara terendah pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2
tahun) dan V (lahan penambangan pasir ± 4 tahun) yaitu sebesar 25 °C. Perbedaan
suhu udara pada kelima stasiun penelitian dipengaruhi oleh perbedaan ada
tidaknya pohon disekitar stasiun tersebut. Pada stasiun V terdapat cukup banyak
permukaan tanah karena terhalang kanopi pohon-pohon tersebut. Selain itu, hal ini
berkaitan pula dengan intensitas cahaya pada tiap stasiun. Sulandjari dkk. (2005)
menyatakan bahwa intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan suhu udara
menjadi rendah pula. Hal ini dapat dilihat pada stasiun III, intensitas cahaya pada
sehingga pada stasiun III memiliki suhu udara yang terendah pula.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih
rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung pada suhu udara (suin,
1997). Berdasarkan hasil pengukuran, suhu tanah tertinggi pada stasiun IV (lahan
penambangan pasir ± 3 tahun) yaitu sebesar 28,4 °C. Sedangkan suhu tanah
terendah yaitu pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun) sebesar 24,3
°C. Suhu tanah dipengaruhi pula oleh intensitas cahaya matahari. Wallwork
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
lainnya yaitu sebesar 38.633 Lux, hal ini sesuai dengan pernyataan Wallwork
tersebut.
karena keberadaan dan kepadatan fauna tanah sangat tergantung pada pH tanah.
Fauna tanah ada yang memilih hidup pada tanah yang pHnya asam dan ada pula
yang senang pada pH basa. Hasil pengukuran pH tanah menunjukkan hasil yang
satu faktor yang penting karena mempengaruhi aktivitas organisme dan membatasi
air tanah pada 5 stasiun penelitian berkisar antara 19,54 – 30,32 %. Kadar air
tanah tertinggi yaitu pada stasiun I (lahan penambangan pasir 0 tahun) sebesar
30,32 %, sedangkan kadar air tanah terendah pada stasiun III (lahan penambangan
pasir ± 2 tahun) sebesar 19,54 %. Tinggi rendahnya kadar air tanah dipengaruhi
oleh banyak sedikitnya air (air hujan) yang masuk dalam tanah.
udara selain itu memiliki pengaruh terhadap aktivitas organisme dan membatasi
kelembaban udara tertinggi pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
tanah. Komposisi dan jenis serasah daun itu menentukan jenis fauna tanah yang
dapat hidup, dan banyak tidaknya serasah yang tersedia menentukan kepadatan
fauna tanah (Suin, 1997). Dari analisis bahan organik tanah diperoleh hasil,
kandungan bahan organik tanah pada kelima stasiun berkisar antara 3,36 – 7,39 %.
Gunung Merapi, Kec. Kemalang berjumlah 25 spesies, terdiri dari satu phylum
yaitu Arthropoda (Tabel 2). Phylum Arthropoda yang ditemukan terdiri dari 3
Class antara lain Arachnida, Diplopoda dan Insecta. Class Arachnida meliputi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
mesofauna tertinggi terdapat pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun)
yaitu sebesar 0,89. Faktor lingkungan (kelembaban udara, suhu udara, suhu tanah,
pH tanah) pada lahan penambangan pasir ini memberikan pengaruh yang cukup
(lahan penambangan pasir ± 3 tahun) (Tabel 3). Kandungan bahan organik pada
3,36%. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya indeks
tanah. Komposisi dan jenis serasah daun menentukan jenis fauna tanah yang
termasuk dalam kelompok order Acari. Dari 5 stasiun penelitian, spesies tersebut
28.57 %, 47.06% dan 44.60% (Lampiran 4). Selain itu, spesies Oppiella sp. dari
kelompok order Acari juga selalu ditemukan pada setiap stasiun penelitian,
spesies ini pada masing-masing stasiun yaitu pada stasiun I sebesar 20 %, pada
stasiun II sebesar 9,09 %, stasiun III sebesar 7,14 %, pada stasiun IV sebesar 5,88
% dan 2,04% pada stasiun V. Mesofauna yang paling banyak ditemukan, baik
jumlah dan jenisnya adalah dari kelompok order Acari, ditemukan sebanyak 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Masa Lahan
Jumlah Jumlah Indeks
Stasiun Penambangan Pasir
Spesies Individu Keanekaragaman
(Tahun)
I 0 10 25 0,88
II 1 7 11 0,80
III 2 9 14 0,89
IV 3 5 17 0,53
V 4 10 49 0,68
± 4 tahun) memiliki nilai kesamaan paling tinggi yaitu sebesar 75,51 % (Gambar
2). Semakin tinggi nilai kesamaan renkonen ini menyatakan bahwa komposisi
Kondisi lingkungan pada kedua stasiun tersebut memiliki keadaan yang hampir
sama yaitu meliputi suhu udara, suhu tanah, pH, kelembaban udara, intensitas
cahaya, kadar air tanah dan kandungan bahan organik. Sehingga hal ini
berpengaruh pada mesofauna tanah yang terdapat pada stasiun tersebut. Dari 5
spesies yang ditemukan pada stasiun IV tiga diantaranya ditemukan pula pada
stasiun V. Stasiun yang mempunyai nilai kesamaan paling rendah yaitu antara
stasiun I dengan stasiun III sebesar 43,14 %. Hal ini dapat dilihat pada kondisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
IV V II I III
75,51 43,14
49,41
36,60
Gambar 2. Dendogram nilai kesamaan Renkonen mesofauna tanah
makrofauna tanah terbagi menjadi 2 kelompok yaitu makrofauna dalam tanah dan
spesies.
spesies (Tabel 4). Makrofauna dalam tanah tersebut termasuk dalam satu phylum
class yaitu Arachnida, Insecta, dan Chilopoda. Class Arachnida terdiri atas 2 order
yaitu order Araneae dan Opiliones. Kelas Insecta terdiri dari 8 order yaitu
dan Scutigeromorpha.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Tabel 4. Makrofauna dalam tanah yang ditemukan pada lahan penambangan pasir
di lereng Gunung Merapi Kec. Kemalang.
Sub
No. Class Order Family Genus/Species
Family
1. Arachnida Araneae A, B, C
2. Lycosidae Allocosa sp.
3. Alopecosa sp.
4. Arctosa sp.
5. D, E, F, G, H
6. Tetragnathidae Meta sp.
7. Cybaeidae Cybaeus sp.
8. Clubionidae I
9. Opiliones J
10. Insecta K
11. Hymenoptera L, M
12. Formicidae N, O, P, Q
13. Myrmica Myrmica sp.
14. Myrmicinae Solenopsis invicta
15. Rogeria sp.
Camponotus
16. Formicinae
variegates
17. Camponotus sp.
18. Ponerinae Ponera japonica
19. R, S, T
20. Tenthredinidae U
21. Euphorinae V
22. Diptera W
23. Drosophilidae X
24. Drosophila sp.
25. Mycetophilidae Y
26. Asilidae Z
27. Coleoptera AA, BB
28. Elateridae Elaterinae Ctenicera tigrina
29. Ctenicera sp.
30. Nitidulidae Nitidulinae Lobiopa sp.
31. Staphylinidae Lathrobium sp.
32. Scarabaecidae Larvae
33. Collembola Entomobryidae Sinella sp.
34. Entomobrya sp.
35. Isotomidae Folsomia sp.
36. Dermaptera Forficulidae Forficula sp.
37. Forficula auricularia
38. Hemiptera CC
39. Cydnidae DD
40. Orthoptera EE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Tabel 4 Lanjutan
pasir 0 tahun) sebesar 1,33 dan makrofauna yang paling banyak ditemukan adalah
Arctosa sp. sebanyak 30 individu, dengan kerapatan relatif sebesar 19,36 %. Pada
ditemukan sebanyak 3 individu dengan kerapatan relatif yang sama yaitu sebesar
23,08 %. Pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun) diperoleh indeks
diversitas sebesar 0,84 dan makrofauna yang paling banyak ditemukan adalah
Folsomia sp. sebanyak 66 individu dengan kerapatan relatif sebesar 50,38 %. Pada
stasiun IV (lahan penambangan pasir ± 3 tahun) indeks diversitas sebesar 0,87 dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
banyak ditemukan yaitu dari order Formicinae sebanyak 2741 individu, dengan
Masa Lahan
Jumlah Jumlah Indeks
Stasiun Penambangan Pasir
Spesies Individu Keanekaragaman
(Tahun)
I 0 35 155 1,33
II 1 8 13 0,85
III 2 22 131 0,84
IV 3 10 31 0,87
V 4 17 2781 0,05
1,33 dengan jumlah spesies terbesar yaitu sebanyak 35 spesies. Hal ini
daerah tersebut masih alami dan belum terganggu. Ketersediaan bahan makanan
jumlah makrofaunanya lebih tinggi. Selain itu kandungan bahan organik pada
stasiun ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan 4 stasiun lainnya. Hal ini
aktivitas fauna tanah. Oleh karena itu, diversitas fauna tanah khususnya
makrofauna tanah pada daerah tersebut tinggi. Stasiun yang mempunyai indeks
stasiun yang lain pada stasiun IV memiliki jumlah individu tertinggi yaitu sebesar
semut merupakan salah satu kelompok yang jumlah dan populasinya sangat
komunitas satu dengan komunitas lainnya. Suin (1997) menyatakan bahwa indeks
similaritas akan bernilai tinggi apabila nilai dari dua spesies yang dibandingkan
tinggi dan nilai jumlah individu dari dua area yang dibandingkan kecil.
terbesar yaitu sebesar 53,36 % (Gambar 3). Besarnya nilai kesamaan renkonen
fauna tanah yang dibandingkan. Dari 8 spesies yang ditemukan pada stasiun II,
lima diantaranya ditemukan pula pada stasiun IV dengan kepadatan relatif yang
hampir sama, yaitu Camponotus variegates (23,08 % dan 25,81 %), Forficula sp.
(15,38 % dan 9,68 %), Forficula auricularia (23,08 % dan 9,68 %), Allonemobius
sp. (7,69 % dan 9,68 %), dan Gryllodes sp. (7,69 % dan 3,23 %) (Lampiran 7).
yang lain. Hal ini dikarenakan pada stasiun V memiliki nilai indeks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
spesies yang ditemukan pada stasiun ini hanya 8 spesies yang ditemukan pula pada
stasiun lain.
II IV V I III
53,36 18,3
0,64
8,38
Gambar 3. Dendogam nilai kesamaan Rekonen makrofauna dalam tanah
berjumlah 46 spesies, meliputi 2 phylum yaitu Arthropoda dan Annelida (Tabel 6).
Phylum Artropoda terdiri dari 4 class yaitu Insecta, Arachnida, dan Chilopoda.
Sedangkan phylum Annelida yang ditemukan hanya satu class yaitu Chaetopoda.
Class Insecta merupakan class yang paling banyak ditemukan, meliputi 8 order
Dermaptera, dan Collembola. Class Arachnida terdiri dari satu order Araneae.
Sedangkan class Chaetopoda terdiri dari order Oligochaeta. Borror, dkk. (1992)
bumi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
merupakan hewan yang membawa serasah dari permukaan tanah ke dalam lubang-
lubang tanah dan pemindah bahan orgnaik dari dalam tanah ke permukaan tanah.
Semut-semut ini berperan dalam memperlancar aerasi tanah melalui lubang atau
terdapat pada stasiun I (lahan penambangan pasir 0 tahun) yaitu sebesar 1,08
(Tabel 7). Hal ini dikarenakan pada lahan tersebut masih alami berupa hutan yang
serasah daun dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Selain itu serasahnya sulit
hutan. Bagi komunitas hewan tanah lapisan penutup berfungsi sebagai tempat
fauna tanah. Pada lahan ini cenderung stabil dalam menjaga kondisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
temperatur udara, pH, kelembaban udara relatif, dan kadar air tanah (Shimada,
stasiun V (lahan penambangan pasir ± 4 tahun) yaitu sebesar 0,40, meskipun jika
dibandingkan dengan stasiun IV. Hal ini mungkin saja terjadi karena tinggi
kandungan bahan organik namun dipengaruhi pula dari faktor lingkungan lainnya.
Suhu tanah dan kadar air tanah pada stasiun V lebih rendah bila dibandingkan
pada stasiun IV. Michael (1995) menyatakan bahwa kelembaban tanah (kadar air
organisme dan membatasi penyebarannya. Suhu tanah merupakan salah satu faktor
fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah
Masa Lahan
Jumlah Jumlah Indeks
Stasiun Penambangan Pasir
Spesies Individu Keanekaragaman
(Tahun)
I 0 19 52 1,08
II 1 13 17 1,06
III 2 9 18 0,80
IV 3 10 48 0,61
V 4 7 64 0,40
sebesar 92,19 % (Gambar 4). Pada dua stasiun tersebut Solenopsis invicta dan
spesies P (family Formicidae) memiliki nilai kerapatan relatif yang cukup tinggi
dibandingkan dengan nilai kerapatan relatif spesies lain (Lampiran 8). Stasiun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
IV V III II I
92,19
27,7
19,04
10,66
Gambar 4. Dendogram nilai kesamaan makrofauna permukaan tanah
Faktor Lingkungan
lingkungan, diantaranya yaitu iklim (suhu, curah hujan dan lain-lain), tanah
(keasaman, kelembaban, suhu, hara, dan lain-lain) serta vegetasi (hutan, padang
berkisar antara 0,017 sampai dengan 0,807 (Tabel 8). Nilai korelasi Pearson ada
yang bersifat positif dan ada pula yang bernilai negatif. Tanda positif dan negatif
bahwa peningkatan variabel yang satu akan diikuti oleh penurunan variabel yang
lain, begitu pula sebaliknya tanda positif diartikan bahwa peningkatan variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
satu akan diikuti oleh peningkatan variabel yang lain (Rahmawanto, 2008;
tingkatan yaitu:
mesofauna tanah yaitu sebesar -0,492, hal ini menunjukkan adanya korelasi yang
cukup. Korelasi negatif ini dapat diartikan apabila suhu udara mengalami kenaikan
suhu udara direspon secara langsung oleh mesofauna yang berada di permukaan
tanah dengan cara memilih tempat yang sesuai dengan kondisi biasa mesofauna
mesofauna sebesar -0,756. Terdapat hubungan yang sangat tinggi, kuat antara
mesofauna tanah yaitu sebesar 0,286. Termasuk dalam jenis korelasi yang rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
atau lemah. Hal ini diartikan jika pH tanah naik maka diikuti dengan kenaikan
adanya korelasi yang sangat rendah antara intensitas cahaya dengan mesofauna
tanah, dimana setiap terjadi kenaikan intensitas cahaya maka akan diikuti dengan
penelitian di Kebun Raya Bogor dilaporkan bahwa pada lahan yang mempunyai
penetrasi cahaya matahari ke lantai hutan sedikit didapatkan jumlah individu yang
lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang mempunyai tajuk pohon pelindung
memiliki korelasi yang cukup, dimana apabila kelembaban udara naik maka akan
kadar air tanah dengan indeks keanekaragaman mesofauna tanah memiliki korelasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
sangat rendah/lemah sekali. Peningkatan kadar air tanah akan menurunkan indeks
signifikan. Nilai korelasi antara kandungan bahan organik tanah dengan indeks
mesofauna tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Soepardi (1983) yang
organik tinggi dan sebaliknya, aktivitas organisme tanah akan menurun seiring
makrofauna dalam tanah yaitu sebesar 0,550. Diartikan bahwa terdapat korelasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
yang cukup antara suhu udara dengan indeks keanekaragaman makrofauna dalam
tanah. Nilai koefisien korelasi antara suhu udara dengan indeks keanekaragaman
Jadi dapat disimpulkan terdapat korelasi antara suhu udara dengan indeks
makrofauna dalam tanah adalah 0,228. Hal ini dapat diartikan apabila terjadi
kenaikan pada suhu tanah maka akan menaikkan pula indeks keanekaragaman
makrofauna dalam tanah. Nilai koefisien korelasi antara suhu tanah dengan
makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar -0,069. terdapat korelasi yang sangat
rendah/lemah sekali. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang
makrofauna dalam tanah sebesar -0,109. Sedangkan nilai korelsi antara pH tanah
dengan indeks makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar -0,222. Hal ini
tidak tahan terhadap kondisi tanah yang terlalu asam. Notohadiprawiro (1998)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
menyatakan bahwa makrofauna lebih menyukai keadan lembab dan masam lemah
sampai netral.
permukaan tanah yaitu sebesar 0,139. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
korelasi antara intensitas cahaya dengan indeks makrofauna dalam tanah maupun
yang cukup namun pasti. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara kelembaban
Nilai koefisien korelasi antara kadar air tanah dengan makrofauna dalam
tanah yaitu sebesar 0,433. Terdapat korelasi yang cukup berarti. Nilai koefisien
korelasi antara kadar air tanah dengan makrofauna permukaan tanah sebesar
0,183. Menunjukkan adanya korelasi yang sangat rendah/lemah sekali. Dari kedua
nilai korelasi tersebut dapat diartikan bahwa apabila kadar air tanah mengalami
Cahyanto (2004) menyatakan bahwa kadar air yang terlalu tinggi pada umumnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
kandungan air tanah dapat mengurangi kandungan udara dalam tanah, dengan
demikian berbagai jenis makofauna tanah yang mengambil oksigen langsung dari
udara tidak akan dapat beradaptasi pada kandungan air yang tinggi. Sebaliknya,
fauna tanah yang mampu mengambil oksigen dari air dapat beradaptasi pada
lingkungan tersebut.
0,525. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara kandungan bahan organik tanah
dengan indeks makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar 0,725. terdapat korelasi
yang sangat tinggi, kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soepardi (1983) dan
apabila kandungan bahan organik tinggi dan sebaliknya, aktivitas organisme akan
menurun seiring dengan menurunya kandungan bahan organik tanah. Jadi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
mesofauna tanah pada lahan penambangan pasir 0 tahun yaitu sebesar 0,88,
pasir ± 2 tahun sebesar 0,89, pada lahan penambangan pasir ± 3 tahun sebesar
yaitu pada lahan penambangan pasir ± 0 tahun sebesar 1,33 dan 1,08. Hal ini
masih banyak serasah yang digunakan oleh makrofauna tanah sebagai sumber
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
B. Saran
perombakan bahan organik untuk menjaga kesuburan dan siklus hara dalam
commit to user
PENGGAMBARAN MAKROFAUNA DAN MESOFAUNA TANAH
DIBAWAH TEGAKAN KARET (HEVEA BRAZILLIENSIS) DI LAHAN
GAMBUT
Risman1 Al ikhsan2
Agroteknologi Studies Program, Department of Agrotechnology
Faculty of Agriculture, University of Riau, Code 2893, Pekanbaru
rismanonga@gmail.com
ABSTRACT
(%) (%)
1 T1 00 35’ 25,87”
0
A1 71,37 46,90 3,60
1010 23’ 34.55” B1 80,65 46,80 3,70
2 T2 000 35’ 25,87” A2 73,42 47,30 3,77
101023’ 34.55” B2 79,05 46,80 3,96
3 T3 000 35’ 25,87” A3 69,97 46,60 4,04
101023’ 34.55” B3 78,74 37,90 4,38
4 T4 000 35’ 25,87” A4 65,75 46,90 4,02
101023’ 34.55” B4 69,74 47,20 4,15
Tabel 4. Kepadatan populasi dan kepadatan relatif mesofauna dekat tanaman dan
antara tanaman.
Kepadatan populasi dan kepadatan relative
Famili mesofauna dekat tanaman
tanah K KR
(ind/m2) (%)
Acerentomidae 61,11 9,24
Enchytraeidae 133,33 20,16
Macrochelidae 111,11 16,80
Paronellidae 77,78 11,76
Sminthuridae 100 15,12
Neanuridae 88,89 13,44
Onychiuridae 88,89 13,44
Jumlah populasi 661,11 99,96
Diantara tanaman
Acerentomidae 105,56 11,30
Enchytraeidae 77,78 8,33
Macrochelidae 127,77 13,68
Paronellidae 155,55 16,66
Sminthuridae 222,22 23,80
Neanuridae 111,11 11,90
Onychiuridae 133,33 14,28
Jumlah populasi 933,33 99,95
Abundance And Diversity Of Soil And Litter Mesofauna To The Effect Of Forest Cover
Change in Pemerihan Resort Bukit Barisan Selatan National Park
Abstract
This research was conducted to study about abundance and diversity of soil and litter mesofauna
to the effect of forest cover change that occurred in the Pemerihan Resort, Bukit Barisan Selatan
National Park. This research was compiled in a completely randomized design (CRD) and there
were four different lands, which were: (1) primary forest, (2) coffee plantation, (3) corn field,
and (4) grassland. The observation of mesofauna was taken in soil and litter from four different
lands cover. The variable of observation were mesofauna abundance and diversity index, soil
chemical properties (pH, organic carbon, total nitrogen, P available, and exchanged potassium),
and soil physics properties (bulk density, soil temperature, humidity, and porosity). Data were
analyzed using F test and further test using least significant differences (LSD) at 5%. The results
showed that the different of lands cover affect the diversity index of litter mesofauna, the
abundance of litter and soil mesofauna, yet did not affect the diversity index of mesofauna
underground. However, the abundance and diversity index of soil and litter mesofauna in the
primary forest was higher than the other lands.
128
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)
129
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138
130
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)
jagung dan perkebunan kopi memiliki dibandingkan dengan ketiga tutupan lainnya
kriteria sedang. Rasio C/N pada hutan namun perkebunan kopi memiliki kriteria
primer memiliki rasio lebih tinggi yang sama dengan pertanian jagung.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa suhu primer dan perkebunan kopi namun
tanah pada hutan primer lebih rendah pertanian jagung memiliki kerapatan isi
dibandingkan dengan suhu tanah tutupan tanah paling tinggi dibandingkan tutupan
lahan lainnya dan lahan berumput memiliki lahan lainnya. Lahan berumput memiliki
suhu tanah paling tinggi dibandingkan porositas yang lebih rendah dibandingkan
dengan tutupan lahan lainnya. Analisis kadar dengan hutan primer dan perkebunan kopi
air lahan berumput memiliki kadar air paling namun pertanian jagung memiliki porositas
tinggi dibandingkan dengan tutupan lahan paling rendah dibandingkan dengan tutupan
lainnya. Hutan primer memiliki kadar air lahan lainnya. Kelembaban udara pada hutan
lebih rendah dibandingkan tutupan lahan primer memiliki kelembaban yang lebih
lainnya. tinggi dibandingkan dengan tutupan lahan
Kerapatan isi tanah pada lahan lainnya (Tabel 2).
berumput lebih tinggi dibandingkan hutan
131
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138
Populasi Mesofauna Serasah dan Tanah yang nyata dengan hutan primer dan lahan
pada Setiap Tutupan Lahan berumput. Sedangkan populasi mesofauna
tanah pada hutan primer tidak memiliki
Populasi mesofauna serasah dan tanah perbedaan yang nyata dengan perkebunan
dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil uji BNT kopi dan pertanian jagung namun memiliki
pada taraf 5% menunjukkan populasi perbedaan yang nyata dengan lahan
mesofauna serasah pada perkebunan kopi berumput. Populasi mesofauna tanah pada
tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan hutan primer lebih tinggi dari pada tutupan
pertanian jagung namun memiliki perbedaan lahan lainnya.
Tabel 4. Indeks keanekaragaman mesofauna serasah dan tanah di setiap tutupan lahan
Indeks Keanekaragaman Mesofauna
Tutupan Lahan
Serasah Tanah
X1 1,17 a 1,96 a
X2 0,32 b 1,49 ab
X3 0,02 b 0,93 b
X4 0,41 b 1,11 ab
BNT 0.05 0,55 0,92
F hitung 14,21** 2,32tn
Ket: X1= Hutan Primer; X2= Perkebunan Kopi; X3= Pertanian Jagung; X4= Lahan
Berumput.
132
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)
Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna dan populasi Diplura di serasah pada hutan
Serasah dan Tanah pada setiap Tutupan primer sepuluh kali lebih banyak dari
Lahan populasi Diplura di lahan berumput.
Pada penelitian ini populasi
Beberapa ordo yang ditemukan pada Coleoptera di tanah pada hutan primer
populasi mesofauna serasah dapat dilihat delapan kali lebih banyak dari populasi
dalam Tabel 5. Terdapat enam ordo pada coleoptera pada pertanian jagung. Sementara
hutan primer, lima ordo pada perkebunan populasi Coleoptera di serasah pada hutan
kopi, empat ordo pada pertanian jagung, dan primer tiga kali lebih banyak dari populasi
tiga ordo pada lahan berumput. Populasi Coleoptera di pertanian jagung. Populasi
mesofauna tanah telah ditemukan enam ordo Symphyla di tanah pada hutan primer enam
pada hutan primer, perkebunan kopi, dan kali lebih banyak dari populasi Symphyla di
pertanian jagung. Namun hanya tiga ordo perkebunan kopi namun populasi Symphyla
pada lahan berumput. Hutan primer di serasah pada hutan primer tujuh kali lebih
memiliki populasi Acarina paling tinggi banyak dari populasi Symphyla di
dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya. perkebunan kopi dan populasi Symphyla di
Populasi Acarina di serasah dan tanah tanah pada hutan primer sembilan belas kali
pada hutan primer delapan kali lebih banyak lebih banyak dari populasi symphyla di
dari pada lahan berumput sedangkan pertanian jagung.
populasi Acarina di tanah pada hutan primer Populasi Diplopoda di tanah pada
lima kali lebih banyak dari populasi Acarina hutan primer sama dengan populasi
pada pertanian jagung. Sementara populasi Diplopoda di perkebunan kopi namun
Collembola di serasah dan tanah pada populasi Diplopoda di tanah pada pertanian
pertanian jagung lebih tinggi dibandingkan jagung lebih tinggi dibandingkan dengan
dengan tutupan lahan lainnya. Populasi populasi diplopoda pada tutupan lahan
Diplura di tanah pada hutan primer empat lainnya.
kali lebih banyak dari pada lahan berumput
Tabel 5. Ordo mesofauna serasah dan tanah yang ditemukan dalam setiap tutupan lahan
Ordo dan Populasi yang ditemukan
No Tutupan Lahan
Serasah (Individu100g-1) Tanah (Individu dm-3)
1 Hutan Primer 1. Acarina 6 1. Acarina 336
2. Collembola 5 2. Collembola 91
3. Diplura 4 3. Diplura 163
4. Coleoptera 1 4. Coleoptera 235
5. Symphyla 4 5. Symphyla 194
6. Pseudoscorpiones 1 6. Diplopoda 30
Total 21 1.049
2 Perkebunan Kopi 1. Acarina 3 1. Acarina 183
2. Collembola 1 2. Collembola 91
3. Diplura 1 3. Diplura 133
4. Coleoptera 2 4. Coleoptera 132
5. Symphyla 1 5. Symphyla 30
6. Pseudoscorpiones 0 6. Diplopoda 30
Total 8 599
3 Pertanian Jagung 1. Acarina 2 1. Acarina 91
2. Collembola 2 2. Collembola 92
3. Diplura 1 3. Diplura 61
4. Coleoptera 1 4. Coleoptera 30
5. Symphyla 0 5. Symphyla 10
6. Pseudoscorpiones 0 6. Diplopoda 41
Total 6 325
133
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138
Uji Korelasi dan Regresi dari Hasil Analisis Tabel 6. C-Organik, suhu tanah, dan C/N
Tanah dengan Populasi dan Indeks memiliki hubungan yang sangat nyata
Keanekaragaman Mesofauna Tanah dan terhadap populasi mesofauna tanah
Serasah pada Tutupan Lahan sedangkan N-total, P-tersedia, Kdd, pH
tanah, dan kadar air tanah menunjukkan
Hasil uji korelasi analisis tanah dengan hubungan yang tidak nyata dengan populasi
populasi mesofauna tanah dapat dilihat pada mesofauna tanah.
Tabel 6. Uji Korelasi dan Regresi hasil analisis tanah dengan populasi dan indeks
keanekaragaman mesofauna tanah pada setiap tutupan lahan
Indeks Keanekaragaman
Populasi Mesofauna
No Uji Regresi Mesofauna
r Persamaan Regresi r Persamaan Regresi
1 C-Organik 0,70** y = 0,57+0,01x 0,40tn y = 0,68+0,43x
2 N total 0,32tn y = 0,15+0,00x 0,35tn y = 0,14+0,02x
3 P tersedia 0,15tn y = 6,95+0,00x 0,17tn y = 6,82+0,30x
4 Kdd -0,05tn y = 0,33+0,00x -0,11tn y = 0,35-0,02x
5 Suhu Tanah -0,66** y = 26,92-0,01x -0,20tn y = 26,47-0,29x
6 pH Tanah -0,41tn y = 5,32+0,00x -0,20tn y = 5,25-0,15x
7 Kadar Air -0,29tn y = 40,85-0,03x -0,10tn y = 39,56-1,25x
8 C/N 0,71** y = 3,81+0,03x 0,30tn y = 5,00+1,65x
Hasil uji korelasi analisis tanah dengan nyata terhadap indeks keanekaragaman
indeks keanekaragaman mesofauna tanah mesofauna serasah.
dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis Hasil uji korelasi analisis serasah
kimia dan fisika tanah tidak memiliki terhadap populasi mesofauna serasah dapat
hubungan yang nyata dengan indek dilihat pada Tabel 7. C-Organik serasah
keanekaragaman mesofauna tanah.
tidak memiliki hubungan nyata terhadap
Hasil uji korelasi analisis serasah
dengan indeks keanekaragaman mesofauna populasi mesofauna serasah begitu juga
serasah dapat dilihat pada Tabel 7. C- dengan Nitrogen total, suhu udara, dan C/N
Organik serasah sangat berpengaruh nyata serasah. Namun hasil korelasi menunjukkan
terhadap indeks keanekaragaman mesofauna kelembaban udara memiliki hubungan yang
serasah sedangkan suhu udara hanya nyata terhadap populasi mesofauna serasah.
berpengaruh nyata terhadap indeks
keanekaragaman mesofauna serasah.
Kemudian nitrogen total serasah dan
kelembaban sangat berpengaruh nyata
terhadap indeks keanekaragaman mesofauna
serasah sedangkan C/N tidak berpengaruh
134
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)
Tabel 7. Uji korelasi dan regresi dari hasil analisis serasah dengan populasi dan indeks
keanekaragaman mesofauna serasah pada setiap tutupan lahan
Indeks Keanekaragaman
Populasi Mesofauna
No Uji Regresi Mesofauna
r Persamaan Regresi r Persamaan Regresi
1 C-Organik 0,42tn y = 68,88+0,98x 0,61** y = 62,07+16,76x
2 N total 0,42tn y = 50,49+0,30x 0,66** y = 48,03+5,47x
3 Kelembaban
0,52* y = 66,54+1,24x 0,73** y = 58,87+20,14x
Udara
4 C/N -0,25tn y = 1,22-0,01x -0,01tn y = 1,18+0,00x
135
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138
136
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)
137
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138
138
1
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
HASAN IBRAHIM
201010070311123
i
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
ii
3
HALAMAN PERNYATAAN
(Hasan Ibrahim)
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
iii
4
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Dekan
Dewan Penguji
iv
5
Dengan hati yang tulus dan penuh rasa syukur ku persembahkan karya ini
kepada:
Kedua orang tua saya Ayahanda M. Sidik dan Ibunda TuminaTerima kasih
untuk setiap tetes kasih sayang yang tak henti tercurah untukku.
Bapak Husamah S.Pd. M.Pd yang selalu membantu dan memberikan
motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
Para sahabat-sahabatku yang saya sayang keluarga besar Biologi C
angkatan 2010 terutama saya ucapkan terimakasih kepada Fauzi, Yusron,
Septy, dan Nani yang selalu memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang
serta do’a. Terimakasih untuk semua dukungan dan bantuannya selama ini,
hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikan kalian di kemudian
hari.
Ulfah Hanum yang selalu menemani dan menjadi motivasi diri saya dalam
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas semuanya, semoga kita sukses
selalu dan hanya Allah yang bisa membalas semuanya.
Almamaterku Universitas Muhammadiyah Malang.
v
6
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah,
inayah, serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Keanekaragaman Mesofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Desa
Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah
dan Bahan Ajar Cetak Biologi SMA”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada teladan kita Sang Pelopor Ilmu Pengetahuan untuk membaca tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan
yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun
berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Poncojari Wahyono M.Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
2. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.M. M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi.
3. Bapak Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan masukan yang
sangat membantu di sela-sela waktu kesibukannya dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Abdulkadir Rahardjianto, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan masukan yang
sangat membantu di sela-sela waktu kesibukannya dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Bapak Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes. selaku dosen wali yang telah
memberikan perhatian dan pengarahan kepada putra-putrinya selama
menjalani perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama kuliah.
vi
7
Hasan Ibrahim
vii
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................... x
x
9
xi
10
xii
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Peranan Fauna Tanah terhadap Sifat Tanah dalam Ekosistem ............. 19
Tabel 4.2 Indeks Nilai Penting Mesofauna Tanah di Daerah Pertanian Apel....... 71
Tabel 4.4 Indeks Kemerataan Mesofauna Tanah pada 3 Stasiun Penelitian ......... 78
Tabel 4.8 Hasil Analisis Varians 1 Arah Jumlah Jenis Mesofauna Tanah ........... 88
xiii
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.5 Representasi Skematik Dampak Polutan terhadap Sistem Biologi ... 29
xiv
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 Data Korelasi Faktor Abiotik dengan Jumlah Jenis ........................ 133
xv
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2005. Petunjuk Teknis Analis Kimia Tmanah, Tanaman, Air, Dan
Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.
Anonymous. 2013. Identification, Images, & Information For Insects, Spiders &
Their Kin For the United States & Canada. http.bugguide.net. Diakses
tanggal 10 April 2014
Atmojo, S. W. 2006. Degradasi Lahan & Ancaman Bagi Pertanian. Solo Pos, 7
Nopember 2006.
Barbour, M.G .; Burk, J.H; Pitts, W.D. 1987. Terrestrial Plant Ecology. 3nd
Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
xii + 642pp.
BPS Kota Batu 2013. Kota Batu Dalam Angka 2013. Batu: Badan Statistik Kota
Batu.
BPS Kota Batu 2013. Statistik Daerah Kota Batu 2013. Batu: Badan Statistik
Kota Batu.
14
15
Budiati, H. 2009. Biologi Untuk SMA Dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Elfidasari, D. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tiga Jenis
Kuntul Saat Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang,
Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas, 8 (4): 266-269.
Eriawan. 2011. Jerami Padi Sebagai Bahan Organik di Lahan Sawah. Jawa
Barat: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Ferdinan, F., Ariebowo, M. 2009. Biologi untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas/
Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
16
Godam. 2009. Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani - Ilmu
Geografi (Online). http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-
pertanian-bentuk-hasil-pertanian-petani-ilmu-geografi.html. Diakses
tanggal 21 Januari 2014.
Hadi, M., Tarwotjo, U., & Rahadian, R. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
Cetakan ke I.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hindarti, S., Muhaimin, W., Soemarno. 2012. Analisis Respon Petani Apel
Terhadap Penerapan Sistem Pertanian Organik di Bumiaji, Batu, 15 (2): 1-
11.
Istomo., Komar, T. E., Suryaman, S. I., Marpaung, B. A., & Purba, B. M. 2010.
Disain dan Pembuatan Plot Pengamatan Ekologi dan Dinamika Populasi
Ramin dan Jenis-Jenis Lain di Hutan Rawa Gambut Sumatra dan
17
Las, I. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Terjemahan Saraswati, R.,Husen, E.,
& Simanungkalit, R. D. M. 2007. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Mustofa, M., Ahmad, A., Ansar, M., & Syafiuddin, M. 2012. Dasar Dasar Ilmu
Tanah. Hibah Penulisan Buku Ajar. Makasar: Program Studi
Agroteknologi Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanuddin.
Pramono & Siswanto, E. 2007. Budidaya Apel Organik Sumatera Barat. Temu
Pakar Pertanian Organik Buah-buahan. Bukit Tinggi Sumatera Barat.
Sukardi & Ishartati, E. 2012. Sehat Biaya Murah dengan Organik. Dedikasi, 9:
47-52.
20
Suwarno 2009. Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA dan MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional.
Triyono, M. B., Siswanto, B. T., Hariyanto., & Wagiran. 2009. Materi Diklat
Training of Trainer Calon Tenaga Pengajar Dosen Lingkungan Badiklat
Perhubungan Tahun 2009. Magelang: Universitas Gadjah Mada. Akademi
Militer.
Widayanti, R &. Susmiati, T. 2012. Studi Keragaman Genetik Tarsius Sp. Asal
Kalimantan, Sumatera, Dan Sulawesi Berdasarkan Sekuen Gen Nadh
Dehidrogenase Sub-Unit 4l (Nd4l). Jurnal Kedokteran Hewan, 6 (2): 105-
111.
Widayati, S., Rochmah, S. N., & Zubedi. 2009. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yani, R., Musarofah., Atikah, T., & Purwaningsih, W. 2009. Biologi 1 Biologi
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Zainudin, A., Sukorini, H., & Machmudi. 2005. Magang Kewirausahaan di Sentra
Produksi Apel Organik Pada Kelompok Tani Apel Organik "Akal". Jurnal
Dedikasi, 3: 63-70.