Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 139

Nama: Alwan Bachtiar

NIM: 1901070005

Mata Kuliah: Metode Penelitian

1. Keanekaragaman mesofauna tanah pada daerah hutan pinus limpakuwus


2. Karena, saya memiliki minat dan sangat tertarik untuk menjalankan penelitian tentang
mesofauna tanah
Kelimpahan Mesofauna Tanah pada Tegakan Tanaman Karet (Havea brasiliensis
Muell. Arg) di Tanah Gambut yang Ditumbuhi dan tidak Ditumbuhi Mucuna bracteata

Soil Mesofauna Abudance on Rubber Plant Stand (Havea brasiliensis Muell. Arg) in Peat
Soil Overgrown and not Overgrown Mucuna bracteata

Eko Purwanto1, Wawan2 dan Wardati2


Program Studi Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru
Email ; purwantoeko282@yahoo.com/081275340546

ABSTRACT

This study aims to determine the abundance (type and amount) soil mesofauna and
rubber tree growth (Havea brasiliensis Muell. Arg) in peat soil with different conditions of
Mucuna bracteata. This research has been conducted in peat soil at social plantation area of
PT. RAPP Teluk Meranti from January to March 2016. Analysis soil mesofauna and analysis
soil carried out in the laboratory of soil science, Faculty of Agriculture, University of Riau.
This research used purposive random sampling namely in rubber contained Mucuna
bracteata life, Mucuna bracteata dead and without Mucuna bracteata. Determining the plant
sample was randomly with diagonal method in order to get 5 rubber trees that are Mucuna
bracteata life, 5 Mucuna bracteata dead and 5 without Mucuna bracteata. Data obtained
from the calculation and interpretation of the data be stated in tables and analyzed statistically
descriptive. The research show that in stands of rubber trees in the peat soil contained
Mucuna bracteata life shows number of individual, family and population density (Kp) soil
mesofauna is highest compared with Mucuna bracteata dead and without Mucuna bracteata.
Abundance of soil mesofauna highest in rubber tree stands on peat soil which are Mucuna
bracteata life dominated by the family Macrohelidae, Mucuna bracteata dead dominated by
the family Macrohelidae and without Mucuna bracteata dominated by the family
Hirudisomatidae. The rubber tree that is Mucuna bracteata life having the average circle
stems is larger compared with Mucuna bracteta dead and without Mucuna bracteata.

Keywords: soil mesofauna, rubber tree, peat soil and Mucuna bracteata

PENDAHULUAN

Tanah gambut merupakan salah lahan gambut dimana 3,867 juta hektar
satu sumber daya alam yang memiliki terdapat di Riau (Balai Besar Penelitian
potensi untuk pengembangan di sektor dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
perkebunan. Tanah gambut memiliki Pertanian, 2011).
potensi yang baik apabila dikembangkan Tanah gambut digunakan untuk
di sektor perkebunan dengan mengetahui pengembangan perkebunan seperti
manfaat dan fungsi tanah gambut yang tanaman karet. Tanaman karet merupakan
dapat meningkatkan nilai ekologis maupun salah satu komoditas andalan perkebunan
ekonomis pada kehidupan manusia. yang mempunyai peran cukup penting bagi
Indonesia memiliki sekitar 15 juta hektar perekonomian nasional, khususnya sebagai
1. Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau 1

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017


penyedia lapangan kerja, sumber ketersediaan sumber makanan untuk
pendapatan dan devisa negara. Luas areal melangsungkan hidupnya, dengan
perkebunan karet Indonesia merupakan ketersediaan sumber makanan bagi
yang terluas di dunia, yaitu 3,4 juta ha, mesofauna tanah tersebut, maka
diikuti Thailand dan Malaysia (BPS, perkembangan dan aktivitas mesofauna
2010). tanah akan berlangsung baik dan timbal
Tanaman karet di Indonesia baliknya akan memberikan dampak positif
tersebut terbagi dalam perkebunan rakyat bagi kesuburan tanah.
seluas 2,93 juta ha (85%), perkebunan Solusi yang dapat diberikan untuk
besar Negara (PBN) 240.000 ha (7%) dan mengurangi tingkat evaporasi yang tinggi
badan perkebunan swasta (BPS) 284.000 pada tanah gambut, meningkatkan
ha (8%) (Towaha dan Daras, 2013). perkembangan dan aktivitas mesofauna
Walaupun Indonesia memiliki lahan tanah yaitu dengan menanam tanaman
terluas, namun produksi karetnya rendah, Legume Cover Crop (LCC). LCC sangat
yaitu 2,4 ton atau di bawah produksi penting, karena dapat menjaga kelembaban
Thailand yang mencapai 3,1 juta ton (BPS pada tanah gambut sehingga evaporasi
2010). pada tanah gambut tidak tinggi dengan
Tanaman karet yang tumbuh pada kelembaban terjaga maka perkembangan
tanah gambut apabila dibiarkan terbuka dan aktivitas mesofauna berjalan dengan
mudah kering pada lapisan tanah bagian baik. Salah satu jenis tanaman LCC adalah
atas. Kehilangan air yang tinggi pada Mucuna bracteata. Menurut Harahap et
lapisan tanah bagian atas disebabkan al., (2008), Mucuna bracteata dinilai
evaporasi yang tinggi yang akan dapat relatif lebih mampu menekan pertumbuhan
menggangu perakaran tanaman karet yang gulma pesaing, pertumbuhannya cepat,
berada pada bagian lapisan atas tanah menghasilkan biomassa yang tinggi,
gambut tersebut. Selain itu dengan mudah ditanam, toleran terhadap serangan
evaporasi yang tinggi dapat mempengaruhi hama dan penyakit, memiliki perakaran
perkembangan dan aktifitas biota tanah yang dalam, dan menghasilkan serasah
seperti mesofauna tanah. yang tinggi, dapat memperbaiki sifat fisik
Mesofauna tanah adalah hewan tanah, dapat menambah kesuburan tanah
tanah yang memiliki ukuran tubuh 200µ – dan mengurangi laju erosi tanah. Bahan
1 cm yang berfungsi sebagai dekomposer organik dari Mucuna bracteata dapat
yang mampu mengubah bahan-bahan memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi
organik (Suin, 2003). Mesofauna tanah tanah. Sifat fisik tanah berupa
merupakan salah satu organisme tanah pembentukan agregrat tanah, pada sifat
yang berfungsi dekomposer bahan organik, kimia tanah bahan organik dapat
mempertahankan dan mengendalikan menyediakan unsur hara makro dan mikro,
produktivitas tanah yang didukung faktor pada sifat biologi tanah bahan organik
lingkungan di sekitarnya (Thamrin dan dapat menjadi sumber makanan bagi biota
Hanafi, 1992). di dalam tanah (Badan Penelitian Tanah,
Keberadaan dan aktivitas 2005).
mesofauna tanah dapat meningkatkan Penelitian ini bertujuan untuk
aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta mengetahui kelimpahan (jenis dan jumlah)
mendistribusikan bahan organik tanah mesofauna tanah dan pertumbuhan
sehingga diperlukan suatu upaya untuk tanaman karet (Havea brasiliensis) di
meningkatkan keanekaragaman mesofauna tanah gambut dengan berbagai jenis
tanah (Brussaard, 1998). Arief (2001) kondisi Mucuna bracteata hidup, Mucuna
menyatakan keberadaan mesofauna tanah bracteata mati dan tanpa Mucuna
dalam tanah sangat tergantung pada bracteata.

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 2


BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di areal Penelitian dilakukan dengan


tanaman kehidupan PT. RAPP kecamatan metode survey. Lokasi pengambilan
Teluk Meranti. Pengambilan sampel tanah sampel tanah gambut adalah perkebunan
gambut dilakukan di areal pertanaman karet di PT. RAPP Kec. Teluk Meranti,
karet yang terdapat Mucuna bracteata Kabupaten Pelalawan, Riau. Penentuan
hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa lokasi pengambilan sampel mesofauna
Mucuna bracteata. Umur tanaman karet 5 tanah menggunakan Metode Purpossive
tahun, umur Mucuna bracteata hidup 2 Sampling, yaitu pengambilan sampel pada
tahun, umur Mucuna bracteata mati 1 tanaman karet yang terdapat Mucuna
tahun. Analisis mesofauna tanah dan bracteata hidup, Mucuna bracteta mati
analisis tanah dilakukan di Laboratorium dan tanpa Mucuna bracteata. Luas areal
Tanah Fakultas Pertanian Universitas tanaman karet tempat pengambilan sampel
Riau. Penelitian ini berlangsung selama adalah 20.4 ha, dengan penentuan petak
tiga bulan, dimulai dari bulan Januari- sampel seluas 5% dari luas areal tanaman
Maret 2016. sehingga didapat luas petak sampel 1.02
Bahan yang digunakan dalam m2. Penentuan tanaman sampel dilakukan
penelitian ini adalah alkohol 96%. secara acak dengan metode diagonal.
Sedangkan peralatan yang digunakan Sehingga didapat 5 tanaman karet yang
dalam penelitian ini adalah cangkul, terdapat Mucuna bracteata, 5 tanaman
parang, pinset, terpal, karung plastik, karet yang terdapat Mucuna bracteata mati
sekop, meteran, kaca pembesar, botol film, dan 5 tanaman karet tanpa Mucuna
petridish, corong barlese, lampu 100 watt, bracteata. Ukuran pengambilan sampel
tali plastik, kertas label, spidol, kamera, tanah dengan luas 50 cm x 50 cm dengan
mikroskop dan alat-alat yang mendukung kedalaman 15 cm.
lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Individu dan Jumlah Famili


Mesofauna Tanah
Hasil pengamatan jumlah individu breacteata hidup, Mucuna bracteata mati
dan jumlah famili mesofauna tanah pada dan tanpa Mucuna breacteata.
tegakan tanaman karet di tanah gambut
yang terdapat Mucuna breacteata hidup,
Mucuna bracteata mati dan tanpa Mucuna
breacteata dapat dilihat pada Gambar 2
dan Gambar 3.

Gambar 3. Grafik jumlah famili


mesofauna tanah pada tegakan tanaman
karet di tanah gambut yang terdapat
Mucuna breacteata hidup, Mucuna
bracteata mati dan tanpa Mucuna
Gambar 2. Grafik jumlah individu breacteata.
mesofauna tanah pada tegakan tanaman
karet di tanah yang terdapat Mucuna
JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 3
Gambar 2 memperlihatkan pada mati (8 famili) dan tanpa Mucuna
tegakan tanaman karet di tanah gambut bracteata (5 famili).
yang terdapat Mucuna bracteata hidup, Pada tegakan tanaman karet di
Mucuna bracteata mati dan tanpa Mucuna tanah gambut yang terdapat Mucuna
bracteata terdapat perbedaan terhadap bracteata hidup lebih tinggi jumlah famili
jumlah individu mesofauna tanah. Pada mesofauna tanah dibanding pada tegakan
tegakan tanaman karet di tanah gambut tanaman karet di tanah gambut yang
yang terdapat Mucuna bracteata hidup terdapat Mucuna bracteata mati dan tanpa
menunjukkan jumlah individu mesofauna Mucuna bracteata. Hal ini diduga
tanah tertinggi (56 individu) dibanding mesofauna tanah membutuhkan waktu
dengan yang terdapat Mucuna bracteata untuk merespon lingkungannya sehingga
mati (37 individu) dan tanpa Mucuna mesofauna tanah akan berpindah ke tempat
bracteata (25 individu). lain yang masih tersedia sumber makanan.
Pada tegakan tanaman karet di Menurut Sugiyarto (2007), bahwa
tanah gambut yang terdapat Mucuna mesofauna tanah dapat merespon
bracteata hidup lebih tinggi jumlah perubahan lingkungan dengan berimigrasi
individu mesofauna tanah dibanding pada ke tempat lain. Menurut Borror et al.
tegakan tanaman karet di tanah gambut (1992), bahwa mesofauna tanah sangat
yang terdapat Mucuna bracteata mati dan bervariasi dalam kebiasaan dan pemilihan
tanpa Mucuna bracteata. Hal ini makanannya.
disebabkan oleh ketersediaan bahan Jumlah individu dan jumlah famili
organik lebih banyak, dimana bahan mesofauna tanah yang bervariasi juga
organik tersebut mampu menyediakan disebabkan oleh jenis bahan organik,
sumber makanan, energi dan tempat hidup karena bahan organik merupakan sumber
untuk mesofauna tanah. Keberadaan energi bagi mesofauna tanah. Jumlah
mesofauna tanah sangat tergantung pada mesofauna tanah berkaitan dengan bahan
ketersediaan energi dan sumber makanan organik yang ditambahkan ke tanah.
yang disediakan oleh bahan organik untuk Menurut Sugiyarto (2007), bahwa bahan
melangsungkan hidupnya. Makanan adalah organik akan menyediakan sumber
salah satu faktor yang mempengaruhi makanan dan perlindungan terhadap
banyaknya fauna tanah, habitat dan cahaya. Menurut Suin (2003), bahwa
penyebarannya. Menurut Sianturi (2009), bahan organik merupakan sumber energi
bahwa untuk melangsungkan hidupnya utama bagi kehidupan biota tanah.
mesofauna tanah sangat tergantung pada Kondisi lingkungan juga
ketersediaan energi dan sumber makanan mempengaruhi keberadaan mesofauna
di dalam tanah seperti bahan organik. tanah. Setiap mesofauna tanah memiliki
Gambar 3 memperlihatkan jumlah kemampuan hidup yang berbeda pada
famili mesofauna tanah pada tegakan suatu kondisi lingkungan dan tanah
tanaman karet di tanah gambut yang tertentu. Faktor lingkungan yang
terdapat Mucuna bracteata hidup, Mucuna mempengaruhi aktifitas mesofauana tanah
bracteata mati dan tanpa Mucuna adalah Sifat kimia tanah gambut berupa
bracteata terdapat perbedaan terhadap pH dan C-organik tanah juga menjadi
jumlah famili mesofauna tanah. Pada faktor pendukung tingginya jumlah
tegakan tanaman karet di tanah gambut populasi mesofauna tanah. Hasil analisis
yang terdapat Mucuna bracteata hidup kimia tanah gambut menunjukkan pH
menunjukkan jumlah famili mesofauna tergolong masam yaitu 3,75-4.18
tanah tertinggi (10 famili) dibanding (Lampiran 4), hal ini menandakan bahwa
dengan yang terdapat Mucuna bracteata mesofauna tanah dapat hidup pada pH
tanah masam. Suin (2003), menyatakan

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 4


bahwa mesofauna tanah dapat hidup pada tegakan tanaman karet di tanah gambut
pH masam. Kondisi lingkungan juga tanpa Mucuna bracteata aktivitas
diduga faktor yang berpengaruh terhadap mesofauna tanah sangat terbatas,
peningkatan jenis mesofauna tanah, sedangkan pada tegakan tanaman karet
dimana tiap jenis mesofauna tanah yang terdapat Mucuna bracteata hidup
memiliki adaptasi dan toleransi yang merupakan suhu optimum bagi mesofauna
berbeda pada setiap habitatnya, sehingga untuk melakukan aktivitasnya. Sifat fisika
mesofauna tanah yang mampu bertahan tanah gambut juga menjadi faktor yang
hidup pada suatu habitat akan menempati mempengaruhi jumlah individu dan famili
dan menetap pada habitat tersebut. mesofauna tanah. Rendahnya bulk density
Hasil analisis kimia tanah gambut pada tanaman karet yang terdapat Mucuna
menunjukkan C-organik tertinggi bracteata hidup (0.17 g/cm3)
didapatkan pada tegakan tanaman karet di dibandingkan dengan Mucuna bracteata
tanah gambut yang terdapat Mucuna mati (0.21 g/cm3) dan tanpa Mucuna
bractata hidup yaitu 37.01% (Lampiran 4). bracteata (0.25 g/cm3) (Lampiran 4)
Hal ini dikarenakan Mucuna bracteata disebabkan jumlah bahan organik yang
hidup banyak menghasilkan bahan tinggi dan kematangan gambut yang baik
organik, bahan organik tersebut di sehingga total ruang pori tanah semakin
dekomposisi oleh fauna tanah sehingga tinggi (Seopardi, 1983). Menurut Kurnia et
senyawa-senyawa baru berupa C-organik al., (2006), bahwa apabila tanah
yang dibentuk dari hancuran bahan mempunyai total ruang pori yang tinggi
organik Mucuna bracteata hidup melalui cenderung mempunyai bobot isi tanah
kegiatan fauna tanah. Menurut Tamhane et yang lebih rendah. Yulnafatmawita et al.,
al., (1970) dalam Rahardjo (2001), bahwa (2010) menyatakan bahwa penurunan
dekomposisi bahan organik menghasilkan bobot isi tanah akan mempengaruhi
asam-asam organik dan apabila permeabilitas tanah.
ditambahkan ke dalam tanah akan Junaidi (2008), menyatakan tanah
meningkatkan kandungan senyawa organik yang bulk densitynya rendah akan
dalam tanah yang dicirikan dengan menyebabkan air mudah masuk ke dalam
meningkatnya kandungan C-organik tanah. tanah, ditahan dan diteruskan yang pada
Mesofauna akan hidup pada tempat yang akhirnya meningkatkan permeabilitas
memiliki bahan organik yang tinggi, tanah. Tanah yang permeabilitas tinggi
sehingga mesofauna tanah tersebut akan memberikan oksigen yang cukup
menjadikannya sebagai tempat bagi mesofauna tanah di dalam tanah.
berlangsungnya aktivitas kehidupan dalam Jumlah individu dan jumlah famili
melakukan perombakan-perombakan mesofauna tanah tertinggi pada
bahan organik di dalam tanah (Suin, 2003). keseluruhan pengamatan yaitu pada
Faktor lain yang mempengaruhi tegakan tanaman karet yang terdapat
jumlah individu dan jumlah famili Mucuna bracteata hidup yaitu jumlah
mesofauana tanah adalah kondisi iklim individu sebanyak 56 dengan jumlah
seperti suhu tanah. Menurut Hanafiah famili sebanyak 10. Hal ini diduga proses
(2005), fauna tanah dapat hidup pada suhu dekomposisi pada tanaman karet di tanah
optimum 18-30 0C. Hasil analisis iklim gambut yang terdapat Mucuna bracteata
memperlihatkan suhu tertinggi terdapat hidup berlangsung lebih cepat dibanding
pada tegakan tanaman karet di tanah pada tanaman karet yang terdapat Mucuna
gambut tanpa Mucuna bracteata 28,3 0C bracteata mati dan tanpa Mucuna
sedangkan suhu terendah pada tegakan bracteata untuk bisa dimanfaatkan
tanaman karet di tanah gambut yang mesofauna tanah sebagai sumber energi
terdapat Mucuna bracteata hidup 24,8 0C dan makanan.
(Lampiran 4). Hal ini diduga bahwa pada

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 5


Kepadatan Populasi dan Kepadatan gambut yang terdapat Mucuna bracteata
Relatif Mesofauna Tanah hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa
Hasil pengamatan kepadatan Mucuna bracteata dapat dilihat pada Tabel
populasi dan kepadatan relatif mesofauna 1.
tanah pada tegakan tanaman karet di tanah

Tabel 1. Kepadatan populasi (Kp) dan kepadatan relatif (Kr) mesofauna tanah pada tegakan
tanaman karet di tanah gambut yang terdapat Mucuna bracteata hidup, Mucuna
bracteata mati dan tanpa Mucuna bracteata
Mucuna bracteata Mucuna bracteata Tanpa Mucuna
Famili hidup mati bracteata
mesofauna tanah Kp Kr Kp Kr Kp Kr
(Ind/m2) (%) (Ind/m2) (%) (Ind/m2) (%)
Hirudisomatidae 8.8 19,64 4,8 16,22 6,4 32
Macrochelidae 12 26,79 10,4 35,14 5,6 28
Nephilida 6,4 14,29 4 13,51 4,8 24
Asilidae 4,8 10,71 0,8 2,7 1,6 8
Sminthuridae 1,6 3,57 - - - -
Cicimidae 0,8 1,79 - - - -
Paronellidae 1,6 3,57 4,8 16,22 1,6 8
Statiuomyidae 1,6 3,57 - - - -
Tracchypachidae - - 2,4 8,11 - -
Empididae 1,6 3,57 - - - -
Dolichopodidae - - 0,8 2,7 - -
Scarabaeidae 5,6 12,5 1,6 5,40 - -
Jumlah 44,8 100 29,6 100 20 100

Berdasarkan Tabel 1 bahan organik sangat menentukan


memperlihatkan bahwa kepadatan populasi kepadatan populasi organisme tanah baik
(Kp) mesofauna tanah pada tegakan yang telah terdekomposisi maupun yang
tanaman karet di tanah gambut yang sedang terdekomposisi. Borror et al.
terdapat Mucuna breacteata hidup, (1992), menjelaskan bahwa ketersediaan
Mucuna bracteata mati dan tanpa Mucuna makanan merupkan salah satu faktor yang
bracteata memberikan hasil yang berbeda. sangat penting dalam menentukan
Pada tegakan tanaman karet di tanah banyaknya mesofauna tanah pada suatu
gambut yang terdapat Mucuna bracteata habitat.
hidup memberikan hasil yang lebih tinggi Sifat fisika juga menjadi faktor
terhadap kepadatan populasi mesofauna pendukung tingginya kepadatan populasi
tanah dibanding pada tegakan tanaman mesofauna tanah. Hasil analisis fisika
karet di tanah gambut yang terdapat tanah gambut menunjukkan kadar air yang
Mucuna bracteta mati dan tanpa Mucuna tertinggi yaitu 225,2-368% terdapat pada
bracteata. tegakan tanaman karet di tanah gambut
Tingginya kepadatan populasi yang terdapat Mucuna bracteata hidup
mesofauna tanah pada tegakan karet di (Lampiran 4), tingginya kadar air
tanah gambut yang terdapat Mucuna menyebabkan kondisi tanah menjadi
bracteata hidup diduga karena proses lembab. Handayanto dan Hairiah (2009),
dekomposisi bahan organik tersebut lebih menyatakan keberadaan mesofauna tanah
cepat, sehingga sumber makanan dan di dalam tanah dipengaruhi oleh
energi bagi mesofauna tanah tersedia. Suin kelembaban tanah, tekstur tanah dan aerasi
(2003), menyatakan bahwa kandungan tanah. Menurut Notohadiprawiro (1998),

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 6


mesofauna tanah menyukai keadaan Macrohelidae. Hal ini disebabkan
lembab dan agak masam sampai netral. Macrohelidae mendapatkan sumber
Hasil analisis tanah bulk density makanan berupa bahan organik yang
tanah gambut terendah didapatkan pada berasal dari Mucuna bracteata yang
tegakan tanaman karet di tanah gambut diberikan cukup sehingga kepadatan
yang terdapat Mucuna bracteata hidup populasi dan kepadatan relatif lebih tinggi
(Lampiran 4). rendahnya bulk density dibandingkan mesofauna tanah lainnya.
dikarenakan kadar air tinggi. Hanafiah Arief (2001), menyatakan bahwa
(2005), menyatakan bahwa jika kadar air keberadaan mesofauna tanah dalam tanah
tinggi maka bulk density dan partikel tergantung pada ketersediaan energi dan
density akan rendah dikarenakan tanah sumber makanan untuk melangsungkan
menjadi remah dan pori-pori di dalam hidupnya, Tersedianya bahan organik dari
tanah menjadi besar. Harjowigeno (2003), Mucuna bracteata sebagai sumber energy
menyatakan bahwa bulk density dan tempat hidup di dalam tanah sehingga
berbanding lurus dengan partikel density, mesofauna Macrohelidae mampu
namun berbanding terbalik dengan beradaptasi dan bertahan hidup
porositas, jika bulk density rendah maka dilingkungannya tersebut. Menurut
partikel density juga rendah, namun Hanafiah et al., (2003), bahwa populasi
porositasnya tinggi. Hanafiah (2005), fauna tanah sangat erat hubungannya
menyatakan porositas atau ruang pori dengan keadaan lingkungan dimana fauna
sangat menentukan dalam permeabilitas tersebut berada.
tanah, semakin besar pori dalam tanah Faktor lain yang menyebabkan
tersebut maka semakin cepat pula tingginya kepadatan populasi
permeabilitas tanah tersebut. Firmansyah Macrohelidae dibandingkan dengan
(2003), menyatakan bahwa bahan organik mesofauna tanah lainnya diduga karena
dapat memperbaiki sifat fisika tanah kemampuan bersaing dengan mesofauna
berupa peningkatan total ruang pori, lainnya dalam menempati habitat. Keknusa
perbaikan aerase tanah, permeabilitas (1993), menyatakan bahwa tinggi atau
tanah. Marzuki et al., (2012), menyatakan rendahnya nilai kepadatan biota tanah
bahan organik memiliki peran dan fungsi disebabkan oleh kemampuan bersaing
penting pada perbaikan sifat-sifat tanah antar mesofauna tanah dalam menempati
seperti sifat fisika, kimia dan biologi tanah. habitat tertentu.
Mesofauna tanah yang memiliki
kepadatan populasi tertinggi adalah famili

Kelimpahan Mesofauna Tanah


Hasil pengamatan kelimpahan berbeda. Jumlah individu tertinggi
mesofauna tanah pada tegakan tanaman ditemukan pada tegakan tanaman karet di
karet di tanah gambut yang terdapat tanah gambut yang terdapat Mucuna
Mucuna bracteata hidup, Mucuna bracteata hidup, diikuti Mucuna bracteata
bracteata mati dan tanpa Mucuna mati dan tanpa Mucuna bracteata.
bracteata dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2
memperlihatkan bahwa kelimpahan (%)
mesofauna tanah pada tegakan tanaman
karet di tanah gambut yang terdapat
Mucuna breacteata hidup, Mucuna
bracteata mati dan tanpa Mucuna
bracteata menunjukkan hasil yang

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 7


Tabel 2. Kelimpahan (%) mesofauna tanah pada tegakan tanaman karet di tanah gambut yang
terdapat Mucuna bracteata hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa Mucuna
bracteata.
Famili Mucuna bracteata Mucuna bracteata Tanpa Mucuna
mesofauna tanah hidup mati bracteata
Jumlah Kelim Jumlah Kelim Jumlah Kelim
Individu pahan Individu pahan Individu pahan
(%) (%) (%)
Hirudisomatidae 11 19,64 6 16,22 8 32
Macrochelidae 15 26,79 13 35,14 7 28
Nephilida 8 14,29 5 13,51 6 24
Asilidae 6 10,71 1 2,7 2 8
Sminthuridae 2 3,57 - - - -
Cicimidae 1 1,79 - - - -
Paronellidae 2 3,57 6 16,22 2 8
Statiuomyidae 2 3,57 - - - -
Tracchypachidae - - 3 8,11 - -
Empididae 2 3,57 - - - -
Dolichopodidae - - 1 2,7 - -
Scarabaeidae 7 12,5 2 5,40 - -
Jumlah 56 100 37 100 25 100

Kelimpahan tertinggi pada tegakan disebabkan Macrohelidae mampu bersaing


tanaman karet di tanah gambut yang dengan mesofauna lainnya dalam
terdapat Mucuna bracteata hidup menempat habitat. Halliday (2000),
didominasi oleh famili Macrohelidae. menyatakan Macrohelidae memiliki
Tingginya famili Macrohelidae peranan sebagai predator/pemangsa
disebabkan oleh banyaknya bahan organik artropoda kecil (terutama telur dan larva
yang dihasilkan Mucuna bracteata, lalat) dan cacing. Menurut Henegghan et
dimana bahan organik tersebut mampu al., (1999), bahwa Macrohelidae (aracida)
menyediakan sumber makanan, energi dan adalah kelompok fauna tanah yang paling
tempat hidup macrohelidae. Menurut dominan di dalam tanah (41%).
Borror et al. (1992), Macrohelidae Kelimpahan tertinggi pada tegakan
(aracida) banyak terdapat di dalam tanah tanaman karet di tanah gambut yang tanpa
dan bahan organik dengan jumlah yang Mucuna bracteata didominasi oleh famili
mendominasi. Jumar (2000), Hirudisomatidae. Tingginya famili
Macrohelidae banyak terdapat di dalam Hirudisomatidae disebabkan mendapatkan
tanah dan reruntuhan bahan organik yang makanan dari material tanaman pakis.
jumlahnya dapat melebihi arthropoda Wallwork (1976), menyatakan serangga
laiannya. Yang dan Chen (2009), dalam tanah berfungsi sebagai perombak material
penelitiannya menyimpulkan bahwa tanaman dan penghancur kayu.
aracida merupakan salah satu fauna tanah
yang banyak terdapat di dalam tanah dan
memiliki peran penting dalam proses
dekomposisi serasah.
Kelimpahan tertinggi pada tegakan
tanaman karet di tanah gambut yang
terdapat Mucuna bracteata mati
didominasi oleh famili Macrohelidae.
Tingginya famili Macrohelidae

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 8


Rerata lingkar batang tanaman karet
Hasil pengamatan lingkar batang hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa
tanaman karet di lahan karet di tanah Mucuna bracteata dapat dilihat pada Tabel
gambut yang terdapat Mucuna bracteata 3.

Tabel 3. Rerata lingkar batang tanaman karet di tanah gambut yang terdapat Mucuna
bracteata hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa Mucuna bracteata.
Kondisi Penutup Lahan Rerata Lingkar Batang Tanaman Karet (cm)
Mucuna bracteta hidup 54.66
Mucuna bracteta mati 51.33
Tanpa Mucuna bracteata 45.83

Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata tanah (Partaya, 2002). Menurut Hakim et


lingkar batang tanaman karet di tanah al., (1986), pengaruh bahan organik
gambut yang terdapat Mucuna bracteata terhadap sifat biologis tanah adalah
hidup, Mucuna bracteata mati dan tanpa meningkatkan aktifitas organisme dalam
Mucuna bracteata memiliki lingkar batang menguraikan bahan organik sehingga
yang berbeda. Hasil pengamatan di unsur hara yang terdapat di dalam tanah
lapangan menunjukkan bahwa tanaman menjadi tersedia bagi tanaman.
karet di tanah gambut yang terdapat Faktor lain yang menyebabkan
Mucuna bracteata hidup memiliki lingkar pertumbuhan lingkar batang tanaman karet
batang yang lebih besar yaitu 54.66 cm. di tanah gambut lebih besar yang terdapat
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Mucuna bracteata hidup memiliki lingkar
tanaman karet yang terdapat Mucuna batang yang lebih besar karena Mucuna
bracteata dapat memberikan pengaruh bracteata hidup banyak mengandung
yang lebih baik terhadap pertumbuhan unsur hara N sehingga dapat meningkatkan
tanaman karet jika dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman karet tersebut.
tanaman karet yang tanpa Mucuna Juarsah et al., (1994), menyatakan tanaman
bracteata yang hanya memiliki lingkar Mucuna bracteata memiliki kandungan
batang 45.83cm . haranya terutama N relatif tinggi, selain itu
Pertumbuhan lingkar batang pada penyediaan haranya juga lebih cepat
tanaman karet di tanah gambut yang karena mudah terdekomposisi. Scholes et
terdapat Mucuna bracteata hidup memiliki al., (1994), menyatakan tanaman penutup
lingkar batang yang lebih besar karena tanah yang berasal dari tanaman
pada tanah gambut tersebut terdapat leguminosa dapat mengikat N sehingga
jumlah mesofauna tanah yang cukup meningkatkan ketersediaan N untuk
banyak sehingga bahan organik dari tanaman utama.
Mucuna bracteata tersebut terdekomposisi Kondisi lingkungan juga
dengan baik dan unsur hara menjadi mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tersedia bagi tanaman karet. Sarief (1989), karet. Faktor lingkungan yang
menyatakan serasah di permukaan tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yang disumbangkan oleh tanaman penutup karet adalah Sifat kimia tanah gambut
tanah akan terdekomposisi dengan cepat berupa pH tanah. Hasil analisis kimia
oleh fauna tanah yang menyebabkan bahan tanah gambut menunjukkan pH tergolong
organik meningkat. Fauna tanah masam yaitu 3,75-4.18 (Lampiran 4), hal
berpengaruh terhadap proses-proses ini menandakan bahwa tanaman karet
biologi tanah diantaranya adalah proses dapat hidup pada pH tanah masam.
pelapukan dan penguraian bahan organik, Menurut Ahmad et al., (2016), bahwa nilai
hasil akhir dari proses ini akan pH tanah yang ideal untuk pertumbuhan
berpengaruh langsung terhadap kesuburan tanaman karet adalah kisaran 4,0-6,5.

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 9


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Macrohelidae. Kelimpahan tertinggi


Dari penelitian yang telah pada tegakan tanaman karet di tanah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan gambut tanpa Mucuna bracteata
sebagai berikut.: didominasi oleh famili
1. Jumlah individu, jumlah famili dan Hirudisomatidae.
kepadatan populasi (Kp) mesofauna 3. Tanaman karet di tanah gambut yang
tanah yang tertinggi yaitu pada tegakan terdapat Mucuna bracteata hidup
tanaman karet di tanah gambut yang (54.66 cm) memiliki rerata lingkar
terdapat Mucuna bracteata hidup batang yang lebih besar dibandingkan
dibandingkan dengan Mucuna dengan tanaman karet di tanah gambut
bracteata mati dan tanpa Mucuna yang terdapat Mucuna bracteata mati
bracteata. (51.33 cm) dan tanpa Mucuna bracteta
2. Kelimpahan mesofauna tanah yang (45.83 cm).
tertinggi yaitu pada tegakan tanaman
karet di tanah gambut yang terdapat Saran
Mucuna bracteata hidup. Kelimpahan Dari hasil pengamatan yang
tertinggi pada tegakan tanaman karet di dilakukan disarankan bahwa budidaya
tanah gambut yang terdapat Mucuna tanaman karet (Havea brasiliensis Muell.
bracteata hidup didominasi oleh famili Arg) di tanah gambut sebaiknya ditanami
Macrohelidae. Kelimpahan tertinggi Mucuna bracteata sehingga dapat
pada tegakan tanaman karet di tanah meningkatkan kelimpahan mesofauna
gambut yang terdapat Mucuna tanah dan mampu meningkatkan
bracteata mati didominasi oleh famili pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. R dan Y. B. S. Aji. 2016. Sumberdaya Lahan Pertanian.


Pertumbuhan tanaman karet belum Bogor.
menghasilakan di lahan pesisir Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N.F.
pantai dan upaya pengelolaan di Johnson. 1992. Pengenalan
Kebun Balang, Jawa Tengah. Pelajaran Serangga. Penerjemah:
Warta Perkaretan 2016, Volume Partosoedjono, S dan M.D.
35(1):11-24. Brotowidjojo. Yogyakarata: Gajah
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Mada. University Press.
Kanisius. Jakarta. BPS, 2010. Potensi Pasar Ekspor Karet
Badan Penelitian Tanah. 2005. Pupuk Indonesia. http://www.bps.go.id.
organik tingkatkan produksi Diakses 10 januari 2015.
pertanian. Warta Penelitian dan Brussaard, L. 1998. Soil fauna, guilds,
Pengembangan Pertanian (27) functional groups, and ecosystem
6:13-15. processes. Applied Soil Ecology 9:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan 123-136
Sumber Daya Lahan Pertanian. Firmansyah, M. A. 2003. Resiliensi Tanah
2011. Laporan Tahunan 2011, Terdegradasi. Makalah Pengantar
Konsorsium Penelitian dan Falsafah Sain. IPB.
Pengembangan Perubahan Iklim Hakim , N. M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.
pada Sektor Pertanian. Balai Besar G. Nugroho, M. A. Diha, G. B.
Penelitian dan Pengembangan Hong dan H. H. Bailey. 1986.

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 10


Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pengembangan Teknologi
Universitas Lampung. Spesifik Lokasi Di Kalimantan
Halliday, R. B. 2000. The Australian Tengah.
Spesies of Macroheles (Acarian: Keknusa, J.S. 1993. Pola penyebaran,
Macrohelidae). Invertabrete keanekaragaman dan asosiasi antar
Taxonomy, 14, 273-326. spesies teripang di perairan pantai
Hanafiah, K.A., A. Napoleon, dan N. barat pulau nain, Sulawesi Utara. J.
Ghofar. 2003. Biologi, Ekologi dan Fakultas Perikanan Universitas
Makrobiologi Tanah. PT. Raja Samratulangi. Volume 11(4):11-
Gravindo Husada. Jakarta. 17.
Hanafiah K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Kurnia, Fahmudin, A. Abdurachman dan
Tanah. Raja Gravindo Husada. A. Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah
Jakarta. dan Metode Analisisnya. Balai
Handayanto, E dan K. Hairiah. 2009. Penelitian dan Pengembangan
Biologi Tanah Landasan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Depertemen Pertanian.
Adipura. Karangjaen, Yogyakarta. Marzuki, Sufradi dan Manfarizah. 2012.
Harahap, I. Y. C. H. Taufik, G. Sifat fisika dan hasil kedelai
Simangunsong, dan R. Rahutomo. (Glycine max. L) pada tanah
2008. Mucuna bracteata terkompaksi terkomplikasi akibat
Pengembangan dan cacing tanah dan bahan organik.
Pemanfaatannya di Perkebunan Jurnal Manajemen Sumberdaya
Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Lahan, Volume 1 (1).
Kelapa Sawit. Medan. Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Lingkungan. Jakarta : Direktorat
Akademika Pressindo. Jenderal Pendidikan Tinggi.
Henegghan, L. Coleman, D. C. Zou X. Depertemen Pendidikan dan
Crossley, D. A. dan Haines, B. L. Kebudayaan.
1999. Soil microarthropod Partaya. 2002. Komonitas Fauna Tanah
contribution to decomposition dan Analisis Bahan Organik di
dynamics: tropical-temperature TPA Kota Semarang. Seminar
comparisons of a single substrate. Nasional Pengembangan Biologi
Ecology 80 (6); 1873-1882. Menjawah Tantangan Kemajuan
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. IPTEK, 29 April 2002. Semarang.
Rineka cipta, jakarta. Universitas Negeri Semarang.
Junaidi, H. 2008. Penagaruh Pemberian Rahardjo. 2001. Peranan beberapa macam
Kompos Jerami Padi dan Kapur sumber dan dosis bahan organik
Guna Memperbaiki Permeabilitas terhadap ketersediaan air bagi
Tanah dan Hasil Kedelai Pada tanaman. Pusat Penelitian Teh dan
Musim Tanam II. Dalam : Kina. Gambung.
Prosiding Seminar Sains dan Sarief, E. S. 1989. Konservasi Tanah dan
Teknologi - -II. Bandar Lmpung, Air. Pustaka Buana. Bandung.
17-18 November 2008. Scholes, M. C. Swift. O. W. Heal. P. A.
Juarsah, I. S. H. Talaouhu dan A. Sanchez. J. S. I. Ingram and R.
Abdurachman. 1994. Prospek Dudal. 1994. Soil Fertility research
Mucuna sp sebagai tanaman in response to demand for
konservasi dan rehabilitasi lahan sustainability. In The biological
serta sumber protein. Pros. managemant of tropical soil
Seminar Gelar Teknologi dan fertility (Eds Woomer, Pl. and
Temuan Lapang Dalam

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 11


Swift, MJ.) John Wiley & Sons.
New York
Seopardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sianturi, H. S. D. 2009. Komposisi dan
distribusi mesofauna tanah di
perkebunan kelapa sawit PT Moeis
dan perkebunan rakyat di Desa
Kecamatan Sei Suka Kabupaten
Batu Bara. Skripsi Fakultas
Metematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatra Utara.
Medan. (Tidak dipublikasikan).
Sugiyarto. 2007. Konservasi fauna tanah
dalam agroforestry.
J. Bioteknologi dan Biodiversitas.
volume 11 (3): 32-45.
Suin, N. M. 2003. Ekologi Hewan Tanah.
Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Thamrin, M. dan H. Hanafi. 1992. Peranan
Mulsa Sisa Tanaman Terhadap
Konservasi Lengas Tanah Pada
Sistem Budidaya Tanaman
Semusim Di Lahan Kering.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian
P3HTA. Bogor: P3HTA.
Wallwork, A, J. 1976. The distribution and
diversity of soil fauna. Academik
Press Bogor, Museum Zoologi
Bogor. Puslitbang Biologi-LIPI.
Biota Vol. III (I).
Yang, X dan J. Chen. 2009. Plant litter
quality influences the contribution
of soil fauna to litter decomposition
in humid tropical forests,
southwerm China. Soil Biology
and Biochemistry. 41:910-918.
Yulnafatmawita, A. Said. Gusnidar,
Adrinal dan Suyoko. 2010. Peranan
Bahan Hijaunan Tanaman Dalam
Peningkatan Bahan Organik dan
Stabilitas Agregat Tanah Ultisol
Limau Manis Yang Ditanami
Jagung (Zea mays L.) Jurnal Solum
Vol. VII No. 1 Januari 2010 : 37.

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 12


JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 13
JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 Februari 2017 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA DAN MAKROFAUNA TANAH PADA


LAHAN PENAMBANGAN PASIR DI KAWASAN LERENG GUNUNG
MERAPI, KECAMATAN KEMALANG, KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:
Sofia Noor Affiati
NIM. M0405061

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

SKRIPSI

Keanekaragaman Mesofauna Dan Makrofauna Tanah Pada Lahan


Penambangan Pasir Di Kawasan Lereng Gunung Merapi Kecamatan
Kemalang, Kabupaten Klaten.

Oleh:
Sofia Noor Affiati
NIM. M0405061

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


pada tanggal 17 Januari 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta, Januari 2011


Menyetujui
Penguji I Penguji II

Dr. Sugiyarto, M.Si. Dr. Sunarto, M.S.


NIP. 19670430 199203 1 002 NIP. 19540605 199103 1 002

Penguji III Penguji IV

Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si Dr. Agung Budiharjo, M.Si.


NIP. 19601025 199702 1 001 NIP. 19680823 200003 1 001

Mengesahkan
Dekan FMIPA Ketua Jurusan Biologi

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D Dra.Endang Anggarwulan, M.Si.


NIP. 19600809 198612 1 001 NIP. 19500320 197803 2 001

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, Januari 2011

Sofia Noor Affiati


M0405061

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA DAN MAKROFAUNA TANAH


PADA LAHAN PENAMBANGAN PASIR DI KAWASAN LERENG
GUNUNG MERAPI KECAMATAN KEMALANG, KABUPATEN
KLATEN

SOFIA NOOR AFFIATI


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

ABSTRAK

Sebagian kawasan lereng Gunung Merapi merupakan area yang dijadikan


lahan penambangan pasir. Proses penambangan dilakukan secara besar-besaran
sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. Perubahan suatu lingkungan
mempengaruhi peran dan keberadaan biota dan keanekaragaman hayati, antara
lain mesofauna dan makrofauna tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan
penambangan pasir di kawasan lereng gunung Merapi.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel pada 5 stasiun
penelitian berdasarkan perbedaan masa lahan penambangan pasir dengan 3 titik
sampel secara acak pada setiap stasiun. Pengambilan sampel dilakukan dengan
tiga metode yaitu metode hand sorting dan metode pit fall trap yang digunakan
untuk mendapatkan makrofauna tanah, metode barlese-tulgreen digunakan untuk
mendapatkan mesofauna tanah. Data yang diperoleh digunakan untuk menghitung
indeks diversitas mesofauna dan makrofauna tanah. Pada penelitian ini juga
dilakukan pengukuran faktor lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan indeks
keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan penambangan
pasir. Indeks keanekaragaman mesofauna tanah tertinggi pada lahan penambangan
pasir ± 2 tahun yaitu sebesar 0,88810. Keanekaragaman makrofauna dalam dan
permukaan tanah yang tertinggi yaitu pada lahan penambangan pasir 0 tahun
dengan nilai indeks diversitas sebesar 0,86731 dan 1,08370.

Kata kunci: mesofauna dan makrofauna tanah, indeks keanekaragaman, lahan


penambangan pasir

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

THE DIVERSITY OF SOIL MESOFAUNA AND MAKROFAUNA


IN THE SAND MINING AREA OF MERAPI AREA
DISTRICT OF KEMALANG, KLATEN

SOFIA NOOR AFFIATI


Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University of Surakarta

ABSTRACT

Most of Merapi area is an area which is used as sand mining The sand
mining process is massively done so that caused environmental damage. The
environmental change will influence the role and the existence of biota and
biological diversity, which is soil mesofauna and soil macrofauna. The purpose of
the research is to know the diversity of soil mesofauna and soil macrofauna in the
sand mining area in the Merapi area.
The research is done by taking five samples in five research stations based
on the different period of sand mining area with 3 sample point randomly taken in
each station. The sample was taken using three methods, which is hand sorting
and pit fall trap method which are used to get soil makrofauna and Barlese-
tulgreen method whoch is used to get soil mesofauna. The data found was used to
count the mesofauna diversity index and soil macrofauna. In this research, the
researcher also measures the environment factor.
The result of the research shows that there are some different index
mesofauna diversity and soil macrofauna in the sand mining area. The highest
index of mesofauna diversity in the sand mining area for ± 2 years is 0,89. The
highest diversity of macrofauna in the surface and in the deep of the ground is 0
year in the sand mining area with diversity index is 0,87 and 1,08.

Keywords: soil mesofauna and macrofauna, diversity index, sand mining area.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Keikhlasan dan usaha kunci utama kesuksesan”

“Keberhasilan bukan sekedar pencapaian dari apa yang ingin dicapai, tetapi
justru usaha mencapainya”

”Lakukan apa yang bisa dilakukan hari ini, jangan kau tangguhkan pekerjaan
untuk esok hari”

”Esok sudah tidak bisa mengubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini masih
bisa mengubah apa yang akan terjadi besok”

”Orang yang berhasil bukanlah orang yang tak pernah gagal tapi orang yang tak
pernah berhenti untuk mencoba”

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Allah SWT, terima kasih atas segala anugrah,


nikmat, dan karunia yang telah Engkau berikan
pada hambaMu ini

Ibunda dan Ayah (alm) tercinta, Yang senantiasa


memberi support, nasihat, kasih sayang, dan doa
yang tulus untuk anak-anakmu

Kakekku (alm), tante mami, kakak-kakakku


tersayang, Teh Ina dan Mas Gugie terima kasih
atas dukungan, nasihat-nasihat serta doanya
selama ini

Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan


sebagian ilmunya selama ini.

Bapak dan Ibu guruku tersayang selama aku


menuntut ilmu di bangku sekolah, mulai dari aku
TK hingga SMU terimakasih atas segala ilmu yang
telah engkau berikan serta kasih sayang yang
kalian curahkan padaku

Teman-teman senasib dan seperjuangan bi05cience


terimakasih atas perhatian, semangat, dan
kebersamaannya selama ini

Keluarga besar kost rindhani, terima kasih kalian


telah mengisi dan memberi warna dalam
kehidupanku serta menjadi keluarga keduaku
selama ku berada di solo

Kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat yang


aku sayangi, terimakasih untuk kebersamaan dan
supportnya selama ini.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Rasulullah, keluarganya, para shahabatnya dan siapa saja yang mengikuti sunnah
beliau sampai hari kemudian. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul ”Keanekaragaman Mesofauna dan
Makrofauna Tanah Pada Lahan Penambangan Pasir di Kawasan Lereng Gunung
Merapi Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten” ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan strata 1 (S1) pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat
berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada.
Bapak dan Ibu, keluarga, serta sahabat yang telah memberikan kasih
sayang serta dukungan yang tiada hentinya.
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian.
Dra. Endang Anggarwulan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin penelitian.
Purin Chandra Purnama, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan saran dan masukan selama masa studi penulis.
Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku pembimbing I yang telah membimbing serta
memberikan motivasi selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si., selaku pembimbing II yang telah
membimbing serta memberikan motivasi selama penelitian hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dr. Sunarto, M.S., selaku penguji I yang telah memberikan saran-saran


yang positif pada penyusunan skripsi ini.
Dr. Agung Budiharjo, M.Si., selaku penguji II yang telah memberikan
saran-saran yang positif pada penyusunan skripsi ini.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Biologi FMIPA UNS yang telah mengajar
dan mendidik penulis serta memberikan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Bapak Widodo, Mas Adnan, Mas Munir dan Mbak Atiek yang telah
membantu dalam penyediaan surat serta alat demi kelancaran penelitian ini.
Ketua beserta staff Sub-Lab Biologi Laboratorium Pusat FMIPA UNS dan
Ketua Prodi Biosains Program Pasca Sarjana UNS yang telah memberikan
bantuan peminjaman tempat dan alat kepada penulis.
Sahabat-sahabat GB community (Mba Tary, Tepe, Siti, Fadhila, Indri,
Titin, Cici) yang telah memberi bantuan dan motivasi.
Septian, Mas Topan, Ibsol, Mas Yeyen, Zarra, Yanuar, Kelik, Doddy, Mba
Devi, Mpus, Afrida, Puri, Mbuluq, Baban, adik Rindu, adik Ecca, Mas Agus, Mas
Anu, Mas Khori, Mas Tegar, Mas Adjis, Mas Usman, serta rekan-rekan dan
sahabat yang telah banyak memberikan bantuan, semangat dan doanya.
Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan
sangat membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
pihak-pihak yang terkait.

Surakarta, Januari 2011

Penyusun

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i


HALAMAN PENGESAHAN ……………..……………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
1. Lahan Penambangan Pasir .......................................................... 5
2. Kecamatan Kemalang................................................................. 7
3. Fauna Tanah............................................................................... 8
4. Mesofauna Tanah ....................................................................... 12
5. Makrofauna Tanah...................................................................... 15
6. Suksesi ....................................................................................... 18
7. Faktor Lingkungan Abiotik......................................................... 22
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 24
C. Hipotesis ......................................................................................... 25

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 26


A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 26
B. Bahan dan Alat ................................................................................ 26
C. Cara Kerja ....................................................................................... 27
1. Penentuan Titik Sampling........................................................... 27
2. Pengambilan Sampel Mesofauna Tanah...................................... 27
3. Pengambilan Sampel Makrofauna Tanah .................................... 28
4. Pengukuran Parameter lingkungan Abiotik ................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 31
E. Analisis Data ................................................................................... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 34
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 34
B. Keanekaragaman Mesofauna Tanah................................................. 38
C. Keanekaragaman Makrofauna Tanah ............................................... 42
1. Keanekaragaman Makrofauna Dalam Tanah............................... 42
2. Keanekaragaman Makrofauna Permukaan Tanah........................ 47
D. Hubungan Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah
Dengan Faktor Lingkungan ............................................................. 51
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 58
A. Kesimpulan ..................................................................................... 58
B. Saran ............................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60
LAMPIRAN ................................................................................................. 68
RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................................... 126

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengukuran faktor lingkungan abiotik dan indeks


keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah di lahan
penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang........................................................................................ 35
Tabel 2. Mesofauna tanah yang ditemukan pada lahan penambangan pasir
di lereng Gunung Merapi Kec. Kemalang...................................... 39
Tabel 3. Jumlah spesies, jumlah individu dan indeks keanekaragaman
mesofauna tanah pada lahan penambangan pasir di lereng
Gunung Merapi Kec. Kemalang..................................................... 41
Tabel 4. Makrofauna dalam tanah yang ditemukan pada lahan
penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang........................................................................................ 43
Tabel 5. Jumlah spesies, jumlah individu dan indeks keanekaragaman
makrofauna dalam tanah pada lahan penambangan pasir di lereng
Gunung Merapi Kec. Kemalang...................................................... 45
Tabel 6. Makrofauna permukaan tanah yang ditemukan pada lahan
penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang........................................................................................ 48
Tabel 7. Jumlah spesies, jumlah individu dan indeks keanekaragaman
makrofauna permukaan tanah pada lahan penambangan pasir di
lereng Gunung Merapi Kec. Kemalang.......................................... 50
Tabel 8. Hasil analisi korelasi antara mesofauna dan makrofauna tanah
dengan faktor lingkungan............................................................... 54

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran penelitian....................................... 24


Gambar 2. Dendogram nilai kesamaan Renkonen mesofauna tanah ........... 42
Gambar 3. Dendogram nilai kesamaan Renkonen makrofauna dalam tanah 47
Gambar 4. Dendogram nilai kesamaan Renkonen makrofauna permukaan
tanah......................................................................................... 51

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Topografi Kabupaten Klaten................................ 68


Lampiran 2. Gambar lokasi penelitian.................................................... 69
Lampiran 3. Klasifikasi mesofauna yang ditemukan selama penelitian
di lahan penambangn pasir lereng Gunung Merapi, Kec.
Kemalang............................................................................ 71
Lampiran 4. Kepadatan relatif (%) mesofauna tanah pada lahan
penambangan pasir di lereng Gunung Merapi, Kec.
Kemalang............................................................................ 72
Lampiran 5. Daftar nama spesies, jumlah individu, kepadatan, dan
kepadatan relatif mesofauna tanah pada lahan
penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang............................................................................ 73
Lampiran 6. Klasifikasi makrofauna yang ditemukan selama penelitian
di lahan penambangan pasir lereng Gunung Merapi, Kec.
Kemalang............................................................................ 75
Lampiran 7. Kepadatan relatif (%) makrofauna dalam tanah pada
lahan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi, Kec.
Kemalang............................................................................ 77
Lampiran 8. Kepadatan relatif (%) makrofauna permukaan tanah pada
lahan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang............................................................................ 79
Lampiran 9. Daftar nama spesies, jumlah individu, kepadatan, dan
kepadatan relatif makrofauna dalam tanah pada lahan
penambangn pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang............................................................................ 81
Lampiran 10. Daftar nama spesies, jumlah individu, kepadatan, dan
kepadatan relatif makrofauna permukaan tanah pada
lahan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang............................................................................ 84
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 11. Perhitungan nilai kesamaan Renkonen pada mesofauna


tanah.................................................................................... 86
Lampiran 12. Perhitungan nilai kesamaan Renkonen pada makrofauna
dalam tanah......................................................................... 87
Lampiran 13. Perhitungan nilai kesamaan Renkonen pada makrofauna
permukaan tanah................................................................. 88
Lampiran 14. Hasil analisis korelasi antara indeks keanekaragaman
mesofauna dan makrofauna tanah dengan faktor
lingkungan........................................................................... 89
Lampiran 15 Gambar dan deskripsi mesofauna tanah yang ditemukan
pada saat penelitian............................................................. 90
Lampiran 16. Gambar dan deskripsi makrofauna tanah yang ditemukan
pada saat penelitian............................................................. 99

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA DAN MAKROFAUNA TANAH


PADA LAHAN PENAMBANGAN PASIR DI KAWASAN LERENG
GUNUNG MERAPI, KECAMATAN KEMALANG, KABUPATEN
KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:
Sofia Noor Affiati
NIM. M0405061

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA DAN MAKROFAUNA TANAH


PADA LAHAN PENAMBANGAN PASIR DI KAWASAN LERENG
GUNUNG MERAPI KECAMATAN KEMALANG, KABUPATEN
KLATEN

SOFIA NOOR AFFIATI


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

ABSTRAK

Sebagian kawasan lereng Gunung Merapi merupakan area yang dijadikan


lahan penambangan pasir. Proses penambangan dilakukan secara besar-besaran
sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. Perubahan suatu lingkungan
mempengaruhi peran dan keberadaan biota dan keanekaragaman hayati, antara
lain mesofauna dan makrofauna tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan
penambangan pasir di kawasan lereng gunung Merapi.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel pada 5 stasiun
penelitian berdasarkan perbedaan masa lahan penambangan pasir dengan 3 titik
sampel secara acak pada setiap stasiun. Pengambilan sampel dilakukan dengan
tiga metode yaitu metode hand sorting dan metode pit fall trap yang digunakan
untuk mendapatkan makrofauna tanah, metode barlese-tulgreen digunakan untuk
mendapatkan mesofauna tanah. Data yang diperoleh digunakan untuk menghitung
indeks diversitas mesofauna dan makrofauna tanah. Pada penelitian ini juga
dilakukan pengukuran faktor lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan indeks
keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan penambangan
pasir. Indeks keanekaragaman mesofauna tanah tertinggi pada lahan penambangan
pasir ± 2 tahun yaitu sebesar 0,88810. Keanekaragaman makrofauna dalam dan
permukaan tanah yang tertinggi yaitu pada lahan penambangan pasir 0 tahun
dengan nilai indeks diversitas sebesar 0,86731 dan 1,08370.

Kata kunci: mesofauna dan makrofauna tanah, indeks keanekaragaman, lahan


penambangan pasir.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

THE DIVERSITY OF SOIL MESOFAUNA AND MAKROFAUNA


IN THE SAND MINING AREA OF MERAPI AREA
DISTRICT OF KEMALANG, KLATEN

SOFIA NOOR AFFIATI


Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University of Surakarta

ABSTRACT

Most of Merapi area is an area which is used as sand mining The sand
mining process is massively done so that caused environmental damage. The
environmental change will influence the role and the existence of biota and
biological diversity, which is soil mesofauna and soil macrofauna. The purpose of
the research is to know the diversity of soil mesofauna and soil macrofauna in the
sand mining area in the Merapi area.
The research is done by taking five samples in five research stations based
on the different period of sand mining area with 3 sample point randomly taken in
each station. The sample was taken using three methods, which is hand sorting
and pit fall trap method which are used to get soil makrofauna and Barlese-
tulgreen method whoch is used to get soil mesofauna. The data found was used to
count the mesofauna diversity index and soil macrofauna. In this research, the
researcher also measures the environment factor.
The result of the research shows that there are some different index
mesofauna diversity and soil macrofauna in the sand mining area. The highest
index of mesofauna diversity in the sand mining area for ± 2 years is 0,89. The
highest diversity of macrofauna in the surface and in the deep of the ground is 0
year in the sand mining area with diversity index is 0,87 and 1,08.

Keywords: soil mesofauna and macrofauna, diversity index, sand mining area.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin pesatnya kegiatan pembangunan di Indonesia, maka kebutuhan

akan bahan baku yang berasal dari bahan galian golongan C khususnya pasir akan

semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan bahan baku tersebut maka

aktivitas penambangan bahan galian khususnya pasir akan meningkat pula (Najib,

2006).

Salah satu area yang dijadikan lahan penambangan pasir yaitu kawasan

lereng Gunung Merapi. Tingginya permintaan pasar terhadap bahan-bahan galian

pasir dan batu dari Gunung Merapi, sehingga pada tahun 2001 aktivitas

penambangan pasir dan batu meluas ke kawasan hutan lindung Merapi dan lahan-

lahan milik penduduk. Selama periode 2002 - 2005 kegiatan pertambangan

khususnya di kecamatan Kemalang diperkirakan lebih dari 1000 truk melakukan

pengangkutan material hasil tambang setiap harinya. Perhitungan jumlah material

hasil tambang per truk 7 - 9 m3, maka setiap hari dari wilayah ini ditambang 7.000

m3 – 9.000 m3 material pasir dan batu, artinya dalam setahun dari kecamatan

Kemalang ditambang 2.555.000 m3 – 3.285.000 m3. Berdasarkan perkiraan

tersebut, maka sepanjang tahun 2002 - 2005 material bahan-bahan galian pasir

dan batu yang keluar dari wilayah kecamatan diperkirakan mencapai ± 12 juta m3

(Parmanto, 2007).

commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Proses penambangan yang dilakukan secara besar-besaran dan tanpa

memperhatikan setiap komponen yang ada di dalamnya, baik komponen biotik

maupun abiotik dapat menimbulkan terjadinya perubahan lingkungan atau

kerusakan lingkungan. Begitu pula yang terjadi pada lahan penambangan pasir di

kawasan lereng Gunung Merapi, Kemalang, Klaten, asal mulanya merupakan

kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengaturan tata air,

pencegah banjir, pencegahan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah. Di beberapa

area tersebut mengalami perubahan lingkungan, terlihat tanah-tanah yang rusak

akibat bekas penambangan pasir, kemudian lahan tersebut sebagian besar hanya

dibiarkan begitu saja tanpa ada proses reklamasi. Jika hal ini dibiarkan berlarut-

larut dapat menimbulkan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan

diantaranya hilangnya daerah resapan air di daerah perbukitan, rusaknya bentang

alam, meningkatkan intensitas erosi di daerah perbukitan, jalan-jalan yang dilalui

kendaraan pengangkut bahan tambang menjadi rusak, mengganggu kondisi air

tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air (Kusuma, 2009).

Perubahan suatu lingkungan juga mempengaruhi keberadaan fauna tanah

dan menyebabkan penurunan peran fauna tanah tersebut. Keberadaan fauna tanah

seperti mesofauna dan makrofauna tanah dapat dijadikan indikator terhadap

perubahan lingkungan tanah (Lavelle, 1997; Huerta et al., 2009).

Struktur dan komposisi mesofauna dan makrofauna tanah sangat tergantung

pada kondisi lingkungannya. Makalew (2001), menjelaskan faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan,

suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

padang rumput) serta cahaya matahari. Mesofauna dan makrofauna tanah

mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya, dapat berperan

sebagai dekomposer, herbivor, detrivor, maupun predator (Wulandari, 2003).

Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik

dapat mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung

faktor lingkungan disekitarnya. Keberadaan dan aktivitas mesofauna dan

makrofauna dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta

mendistribusikan bahan organik tanah (Buckman dan Brady, 1982; Brussard,

1998).

Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan

organik tanah dalam penyediaan unsur hara, sehingga proses dekomposisi dalam

tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan

makrofauna tanah. Mesofauna tanah adalah hewan tanah yang memiliki ukuran

tubuh ± 0,2 - 2 mm. Mesofauna tanah sebagai penghasil senyawa-senyawa

organik tanah dalam ekosistem tanah (Rahmawaty, 2004). Keberadaan mesofauna

tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber

makanan untuk melangsungkan hidupnya, dengan ketersediaan energi dan hara

bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna

tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak

positif bagi kesuburan tanah. Hal ini ditegaskan oleh Berryman (1986 dalam

Rahmawaty 2004), yang menyebutkan bahwa fauna tanah terutama serangga

berperan penting dalam proses suksesi dan menjaga kestabilan ekosistem suatu

hutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

Oleh karena itu diperlukannya suatu penelitian untuk mengetahui

kenekaragaman makrofauna dan mesofauna tanah pada lahan penambangan pasir,

serta seberapa besar faktor lingkungan mempengaruhi keberadaan fauna tanah

tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana keanekaragaman

mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan penambangan pasir di kawasan

lereng gunung Merapi, Kec. Kemalang, Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman mesofauna

dan makrofauna tanah pada lahan penambangan pasir di kawasan lereng gunung

Merapi.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai

keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan penambangan pasir

di kawasan lereng gunung Merapi, Kec. Kemalang, Klaten, serta hubungan antara

faktor lingkungan dengan tingkat keanekaragaman mesofauna dan makrofauna

tanah. Informasi ini selanjutnya bisa digunakan oleh para petani setempat dalam

mengolah lahan dan memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan pertanian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lahan Penambangan Pasir

Lahan adalah komponen keseluruhan dari bentangan alam yang mencakup

tutupan vegetasi, tanah, kemiringan, permukaan geomorfologis, sistem hidrologis,

dan kehidupan binatang di atasnya. Lahan tersusun atas berbagai komponen yang

saling berinteraksi sehingga membentuk suatu sistem lahan (Sularso, 2006).

Menurut Karmono (1992), lahan merupakan salah satu sumber daya yang langka,

yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam penggunaan.

Penambangan adalah segala aktivitas yang berkenaan dengan menggali atau

mengeksploitasi barang-barang tambang dari dalam tanah baik itu berupa bahan

galian strategis (bahan galian golongan A) seperti minyak bumi, gas alam, aspal,

batu bara, uranium, nikel, timah, dan sebagainya. Bahan galian vital (bahan galian

golongan B) yang terdiri dari besi, mangan, emas, bauksit, perak, tembaga, timbal,

arsen, belerang, dan sebagainya, dan bahan galian non strategis (bahan galian

golongan C) seperti garam, batu, tawas, kaolin, pasir, dan sebagainya

(Sukandarrumidi, 2004).

Dalam suatu kegiatan penambangan biasanya terdiri dari beberapa tahapan,

yaitu tahap persiapan, tahap eksploitasi dan tahap reklamasi atau rehabilitasi lahan

pasca penambangan. 1). Tahap persiapan, diantaranya yaitu kegiatan

pengangkutan berbagai jenis peralatan tambang, pembukaan lahan (land-learing),

commit5to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

dan pembuatan atau pembukaan jalan tambang. 2). Tahap eksploitasi, kegiatan

utama yang dilakukan pada tahap ini yaitu penambangan atau penggalian bahan

tambang dengan jenis dan keterdapatan bahan tambang yang berbeda-beda. 3).

Tahap reklamasi, bertujuan untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar

kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan

kembali. Reklamasi sebaiknya dilakukan secepat mungkin pada lahan bekas

penambangan yang telah dieksploitasi, walaupun kegiatan penambangan tersebut

secara keseluruhan belum selesai karena masih terdapat bahan tambang yang

belum ditambang (Kusuma, 2009).

Kegiatan penambangan menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Penambangan dengan menggunakan alat-

alat berat serta pengangkutan dengan truk-truk besar dapat menimbulkan

terjadinya pemadatan tanah. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap

tekstur, struktur, permeabilitas, tegangan air, serta kedalaman efektif dari tanah

pasir yang sering mendapatkan tekanan dari peralatan berat yang digunakan.

Bekas-bekas pengerukan menyebabkan terbentuknya terowongan pasir, kondisi

ini dapat menimbulkan terjadinya kelongsoran serta menurunkan estetika

lingkungan karena penampakan yang tidak indah dipandang (Sularso, 2006). Di

samping dampak seperti tersebut, kegiatan penambangan juga berdampak pada

penyusutan bahan tambang itu sendiri. Sebab bahan tambang tersebut tergolong

dalam sumber daya alam yang tidak terbaharui (unrenewable resources) (Moesa,

2002).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

2. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Kemalang

Secara administratif, Kecamatan Kemalang terletak dibagian Barat

Kabupaten Klaten. Memiliki luas wilayah 51,66 km2 dengan jumlah penduduk ±

34.146 jiwa serta kepadatan penduduk sebanyak 772 jiwa per km2. Kecamatan

Kemalang terbagi menjadi 13 desa, diantaranya adalah: desa Bawukan, Balerante,

Bumiharjo, Dompol, Kendalsari, Kemalang, Keputran, Panggang, Sidorejo,

Talun, Tangkil, Tlogowatu, dan Tegalmulyo. Kecamatan Kemalang mempunyai

batas-batas administratif, yaitu:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karangnongko

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Manisrenggo

Dilihat dari kondisi geografis, keadaan wilayah Kecamatan Kemalang

dibagian Utara secara garis besar dapat digolongkan dalam wilayah miring dengan

topografi tanah yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung, sedangkan keadaan

wilayah dibagian Selatan relatif lebih datar berombak. Kecamatan Kemalang

memiliki ketinggian antara 300 - 1400 meter di atas permukaan air laut, suhu

bekisar antara 24 – 30 °C dan curah hujan 902 – 2.490 mm/tahun (Parmanto,

2007; Balai KSDA Yogyakarta, 2004).

Pertanian yang berkembang di Kecamatan Kemalang adalah pertanian lahan

kering yaitu ladang, tegalan, dan perkebunan. Pada lahan persawahan ditanami

jenis padi gogo yang tidak banyak membutuhkan persediaan air. Pada lahan bukan

sawah, seperti ladang dan tegalan ditanami dengan tanaman palawija, jagung,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

tembakau, cabe, sayur mayur, dan sebagainya. Pada lahan halaman dan

pekarangan disekitar rumah penduduk ditanami dengan jenis pohon-pohonan

seperti cengkeh, kopi, sengon, mahoni, bambu, dan sebagainya, sedangkan pada

kawasan lindung hutan gunung merapi terdapat pohon pinus sebagai tanaman

utama dan pepohonan pelindung lainnya (Parmanto, 2007).

3. Fauna Tanah

Menurut Foth (1984) tanah merupakan tempat tinggal dari berbagai

tanaman, binatang dan kehidupan mikroba. Tanah adalah suatu bentangan alam

yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan

batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah serta hasil

pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan lainnya (Suin, 1997). Perubahan

lingkungan terutama sistem penggunaan atau pengelolaan lahan akan dengan

cepat mengubah kondisi dan fungsi tanah yang selanjutnya akan mengubah

struktur dan fungsi biota atau organisme yang kehidupannya sangat tergantung

pada daya dukung tanah (Sugiyarto dkk., 2002).

Fauna tanah merupakan fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di

permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Kebanyakan fauna tanah

hidup berada di atas 10 cm dari lapisan mineral tanah (Adeduntan, 2009).

Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah

ditentukan oleh keadaan daerah tersebut, dan tergantung dari faktor lingkungan,

baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik (Suin, 1997). Di samping itu

fauna tanah berkaitan erat dengan ketersediaan serasah karena hampir semua

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

fauna tanah berperan dalam penguraian serasah. Serasah berfungsi juga sebagai

tempat persembunyian bagi fauna tanah (Buckman dan Brady, 1982).

Keanekaragaman, kemelimpahan dan distribusi suatu fauna tanah dapat digunakan

sebagai bioindikator terjadinya perubahan pada suatu habitat (Battigelli et al.,

2003).

Fauna tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang berperan

sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah

melalui penurunan berat jenis, peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas

penyimpanan air, dan dekomposisi bahan organik, pencampuran partikel tanah,

penyebaran mikroba, serta perbaikan struktur agregat tanah. Walaupun

pengaruhnya terhadap pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik

bersifat tidak langsung, secara umum fauna tanah dapat dipandang sebagai

pengatur terjadinya proses dalam tanah (Battigelli et al., 2003; Al-Haifi et al.,

2006; Tim sintesis kebijakan, 2008).

Berdasarkan aktivitasnya dalam tanah, fauna tanah dikelompokan menjadi

empat golongan, yaitu: pertama fauna transien, merupakan kelompok fauna yang

daur hidupnya tidak berada di dalam tanah, tetapi sewaktu imagonya berada di

dalam tanah; kedua fauna temporer, merupakan kelompok fauna yang stadium

telur dan larvanya di dalam tanah sedangkan imagonya berada di luar tanah;

ketiga fauna periodik, merupakan kelompok fauna yang seluruh daur hidupnya

berada di dalam tanah, hanya kadang-kadang keluar tanah dan keempat fauna

permanen, merupakan kelompok fauna yang seluruh hidupnya berada di dalam

tanah (Wallwork, 1970).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Berdasarkan habitatnya fauna tanah digolongkan menjadi golongan epigeon,

hemiedafon dan eudafon. Fauna epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di

permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah, dan yang eudafon

hidup pada tanah lapisan mineral (Suin, 1997). Berdasarkan peranannya,

Anderson dan Ingram (1993) membagi fauna tanah menjadi tiga kelompok, yaitu

epigeik, anesik, dan endogeik. Kelompok epigeik yaitu kelompok spesies yang

hidup dan makan serasah di permukaan tanah, kelompok ini meliputi berbagai

jenis fauna saprofagus dan berbagai jenis predatornya. Kelompok anesik

memindahkan bahan organik tanaman dari permukaan tanah karena aktivitas

makan, kelompok ini melipti anggota filum Annelida dan sebagian anggota filum

Arthropoda. Fauna endogeik merupakan fauna yang hidup dan makan bahan

organik di dalam tanah. Sebagian besar dari fauna endogeik terdiri atas cacing dan

rayap.

Wallwork (1970) membagi fauna tanah berdasarkan aktivitas makan

menjadi lima kelompok, yaitu karnivora, herbivora, saprofagus, pemakan

tumbuhan mikro (microphytic feeders) dan pemakan misel (miscellaneous

feeders). Karnivora merupakan kelompok fauna tanah pemakan fauna lainnya.

Herbivora merupakan fauna pemakan tumbuh-tumbuhan, baik bagian akar, daun,

maupun batang. Saprofagus merupakan kelompok fauna yang memakan fauna

maupun tumbuhan yang sudah mati. Pemakan tumbuhan mikro merupakan

kelompok fauna pemakan spora, alga, dan lumut. Pemakan misel merupakan

fauna pemakan segala jaringan tubuh makhluk hidup baik fauna maupun flora,

segar maupun busuk, kayu maupun herba.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Kelompok fauna tanah dapat dibedakan lebih lanjut menurut ukuran tubuh,

yaitu mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna (Lartey, 2006). Mikrofauna hanya

mungkin dapat dilihat dengan mikroskop. Mikrofauna meliputi organisme yang

berukuran 0,02 mm - 0,2 mm. Kelompok mesofauna memiliki ukuran tubuh 0,2

mm - 2 mm, dan kelompok makrofauna yang meliputi organisme dengan ukuran 2

mm - 20 mm (Gorny dan Leszek, 1993). Menurut Bradford et al. (2002), fauna

tanah berdasarkan ukuran tubuhnya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

mikrofauna (diameter tubuh < 100 m), mesofauna (diameter tubuh 100 m - 2

mm) dan makrofauna (diameter tubuh > 2 mm). Menurut Suhardjono dan

Adisoemarto (1997), berdasarkan ukuran tubuh fauna tanah dikelompokkan

menjadi: (1). Mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran tubuh < 0,15

mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain misalnya

Nematoda, (2). Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0,16 – 10,4

mm dan merupakan kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya

seperti: Insekta, Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan

bentuk pradewasa dari beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan

kalajengking, (3). Makrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran panjang

tubuh > 10.5 mm, seperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca,

dan termasuk juga vertebrata kecil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

4. Mesofauna Tanah

Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada

ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti

bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus

karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah

tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung

baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah

(Arief, 2001).

Mesofauna tanah merupakan penghuni lingkungan tanah yang memberikan

sumbangan energi dari suatu ekosistem. Hal ini disebabkan karena kelompok

fauna tanah dapat melakukan penghancuran terhadap materi tumbuhan dan fauna

yang telah mati (Rahmawaty, 2004). Mesofauna berperan sebagai organisme

perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya (seperti kayu

dan akar) mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara melumatkan dan

mengunyah bahan-bahan tersebut. Mesofauna tanah akan melumat bahan dan

mencampurkan dengan sisa-sisa bahan organik lainnya, sehingga menjadi

fragmen berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi oleh mikrobio tanah

(Arief, 2001).

Mesofauna tanah berperan dalam pembentukan bahan organik. Bahan

organik yang terbentuk dapat menjaga sirkulasi aliran air dan udara, penahan

kelembaban, memperlambat proses pencucian nutrisi oleh air hujan dan

menyediakan senyawa-senyawa yang diperlukan oleh tanaman (Rahmawaty,

2004). Keberadaan mesofauna tanah sebagai salah satu komponen hutan sangat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

penting, terutama dalam hal membantu kesuburan tanah hutan. Hal ini ditegaskan

oleh Berryman (1986 dalam Rahmawaty, 2004), yang menyebutkan bahwa

serangga berperan penting dalam proses suksesi dan menjaga kestabilan ekosistem

hutan. Khususnya pada ekosistem hutan hujan tropis memiliki tingkat

keanekaragaman mesofauna yang cukup tinggi, pada daerah ini kebanyakan mites

(tungau) berperan sebagai dekomposer bahan organik (Mahunka, 2005). Selain itu

mesofauna tanah berperan pula dalam mengatur proses dekomposisi dan juga

sebagai sumber mangsa dari predator (Celine et al., 2005).

Odum (1998), menyebutkan bahwa mesofauna tanah meliputi Nematoda,

cacing-cacing Oligochaeta kecil Enchytracid, larva serangga yang lebih kecil dan

terutama apa yang secara bebas disebut mikroarthropoda, tungau-tungau tanah

(Acarina) dan springtail (Collembola) seringkali merupakan bentuk-bentuk yang

paling banyak tetap tinggal dalam tanah. Beberapa contoh organisme yang khas

yang diambil dari tanah dengan menggunakan alat yang dikenal dengan corong

Barlese atau corong Tullgren yang serupa, diantaranya: dua kutu oribatida

(Elulomannia, Pelops), proturan (Mikroentoman), japygida (Japyx), thysanoptera;

simpilan (Scolopendrella), pauropoda (Pauropus), kumbang pembajak

(Staphylinidae), springtail atau Collembola (Entomobrya), kalajengking semu

(Cheloneathid), miliped (Diplopoda), centipede (Chilopoda), larva kumbang

scarabarida atau “grub”.

Collembola bersama dengan Acarina merupakan komponen utama

penyusun mesofauna tanah di hampir semua ekosistem terrestrial. Collembola

berperan penting pada proses dekomposisi serasah dan membentuk struktur mikro

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

pada tanah (Rusek, 1998). Collembola dan mites dapat pula dijadikan indikator

adanya gangguan atau perubahan suatu lingkungan (Pernin et al., 2006).

Serasah merupakan sumber makanan mesofauna tanah dan tempat

perlindungan. Suhardjono (1998) melaporkan bahwa jumlah individu fauna tanah

berkaitan dengan tebal-tipisnya serasah, semakin tebal serasah maka semakin

banyak fauna yang ditemukan. Collembola merupakan anggota Arthropoda yang

mempunyai sebaran habitat sangat luas dan jumlah spesiesnya banyak, dapat

ditemukan pada semua jenis tanah dan sangat melimpah pada permukaan tanah

yang banyak mengandung serasah dan sisa tumbuhan lainnya (Suwondo, 2002).

Perubahan suhu udara secara langsung dapat direspon oleh mesofauna

permukaan tanah. Bagi mesofauna dalam tanah perubahan suhu udara tidak

berpengaruh langsung karena perubahan tersebut terlebih dahulu mempengaruhi

suhu tanah, setelah pengaruh tersebut terasa baru direspon oleh mesofauna dalam

tanah. Perubahan suhu udara yang sempit tidak signifikan untuk mempengaruhi

distribusi mesofauna kelompok Collembola.

Menurut Cahyanto dkk. (2004), koefisien korelasi antara suhu tanah dengan

keanekargaman mesofauna tanah bernilai negatif, sehingga setiap kenaikan suhu

tanah akan diikuti penurunan indeks keanekaragamn mesofauna tanah, dan

sebaliknya. pH tanah sangat mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan

mesofauna tanah (Adeduntan, 2009). Nilai pH yang rendah (masam) akan

menurunkan keanekaragaman mesofauna tanah, namun dikatakan bahwa pada pH

tanah yang asam mesofauna tanah yang banyak ditemukan yaitu Collembola.

Setiap kenaikan intensitas cahaya akan diikuti peningkatan indeks

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

keanekaragaman mesofauna tanah, begitu pula sebaliknya. Partaya (2002),

melaporkan bahwa kelembaban udara mempengaruhi keanekaragaman fauna

tanah, semakin tinggi kelembaban udara maka keanekaragaman fauna tanah

semakin tinggi pula. Sebagian besar mesofauna tanah menyukai tanah yang

lembab tetapi tidak basah (Notohadiprawiro, 1998).

5. Makrofauna Tanah

Salah satu golongan fauna tanah yang dapat digunakan sebagai bioindikator

kualitas tanah adalah makrofauna tanah dan biodiversitasnya (Islam et al., 2009).

Brown et al. (2001) menyatakan terdapat banyak definisi mengenai makrofauna

tanah. Makrofauna tanah adalah fauna tanah yang hidup di tanah, baik yang hidup

di permukaan tanah maupun yang berada di dalam tanah serta memiliki ukuran

tubuh lebih dari 10 mm (Merlim et al., 2005). Secara umum makrofauana tanah

didefinisikan sebagai berikut 1). Memiliki panjang tubuh lebih dari 1 cm, 2).

Diameter tubuh lebih dari 2 mm, 3). Dapat dilihat dengan mata telanjang, 4). 90%

atau lebih banyak spesimen dapat dilihat dengan mata telanjang (Eggleton et al.,

2000).

Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak

ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah (Arief, 2001). Makrofauna tanah

mempunyai peranan penting dalam dekomposisi dan fragmentasi bahan organik

tanah dalam penyediaan unsur hara (Lartey, 2006). Makrofauna akan meremah-

remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan

dalam bentuk kotoran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Keanekaragaman dan distribusi makrofauna dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, diantaranya iklim dan tipe tanah (Shimada, 1990; Mathieu et al.,

2009). Perbedaan penggunaan lahan mempengaruhi keanekaragaman makrofauna

yang aktif di permukaan dan di dalam tanah. Biodiversitas makrofauna yang aktif

di permukaan tanah kurang menggambarkan kondisi tanah, sebaliknya diversitas

makrofauna di dalam tanah lebih berkaitan dengan kondisi tanah (Maftu’ah et al.,

2001). Sugiyarto (2005) menyatakan bahwa penurunan keanekaragaman

makrofauna tanah diduga dapat dijadikan bioindikator kesehatan tanah yang

menggambarkan daya dukung subsistem tanah dalam menunjang pertumbuhan

tanaman dan fungsi produktif lainnya. Semakin tinggi keanekaragaman

makrofauna tanah pada suatu tempat, maka semakin stabil ekosistem di tempat

tersebut.

Rohimah dkk. (2003) menyatakan bahwa populasi makrofauna tanah

cenderung lebih banyak pada tempat yang mengandung lebih banyak bahan

organik. Menurut Susilo dkk. (1997) aktivitas berbagai makrofauna tanah

diketahui berkaitan dengan dinamika bahan organik dan hara tanah. Dari hasil

penelitiannya, dikatakan bahwa perubahan tata guna lahan seperti perubahan dari

lahan hutan menjadi pertanian dapat mempengaruhi keanekaragaman makrofauna

tanah. Hal ini diduga karena bahan organik yang dihasilkan oleh hutan lebih

beragam daripada lahan pertanian tanaman semusim.

Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam

habitatnya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah

melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

sebagainya. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi

kehidupan biota tanah khususnya makrofauna tanah (Suin, 1997), sehingga jenis

dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya (Hakim dkk,

1986). Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi

lingkungannya. Pada umumnya makrofauna dalam tanah tidak tahan terhadap

kondisi tanah yang terlalu asam, makrofauna tanah lebih menyukai keadaan

lembap dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998).

Suhu udara tidak langsung mempengaruhi aktivitas makrofauna dalam

tanah, tetapi berkaitan erat dengan suhu tanah, kelembaban udara relatif dan kadar

air tanah. Peningkatan suhu tanah akan menurunkan indeks keanekaragaman

makrofauna dalam tanah, suhu memiliki efek langsung maupun tidak langsung

pada aktivitas biologi dalam tanah, efek langsung yaitu terhadap laju reaksi fisik

dalam tanah dan efek tidak langsung adalah mempengaruhi aktivitas mikrobia

tanah melalui aspek lainnya (Killman, 1994). Hubungan keanekaragaman

makrofauna dengan kadar air tanah menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air

semakin rendah keanekaragaman makrofauna (Maftu’ah et al., 2005). Sugiyarto

(2000) menyatakan bahwa peningkatan kandungan air tanah dapat mengurangi

kandungan udara dalam tanah, dengan demikian berbagai jenis makrofauna tanah

yang mengambil oksigen langsung dari udara tidak akan dapat beradaptasi pada

kandungan air yang tinggi. Sebaliknya, fauna tanah yang mampu mengambil

oksigen dari air dapat beradaptasi pada lingkungan tersebut. pH tanah menentukan

komposisi dan jenis fauna. Keanekaragaman makrofauna meningkat dengan

meningkatnya pH tanah (Maftu’ah et al., 2005).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

6. Suksesi

Semua organisme beserta lingkungannya bersifat dinamis, artinya bahwa

diantara mereka selalu terjadi interaksi sehingga menghasilkan perubahan. Setiap

organisme, dimana saja berada akan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan melalui perubahan pada tubuh atau fungsinya, sedangkan lingkungan

juga mengalami perubahan melalui proses fisik atau biogeokimia untuk

mempertahankan kualitas penunjang kehidupan dan keseimbangan sistem dalam

komunitas (Resosoedamo dkk., 1990).

Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada

komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah.

Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem

(homeostatis). Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada

kondisi seimbang datang gangguan dari luar, keseimbangan ini dapat berubah dan

perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.

Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai

ekosistem klimaks disebut suksesi (Ramdhan, 2009).

Beberapa pengertian tentang istilah suksesi dikemukakan sebagai berikut:

1. Suksesi, yaitu perubahan langsung secara keseluruhan pada selang waktu

lama, bersifat kumulatif, di dalam komunitas tertentu dan terjadi pada tempat

yang sama (Gopal dan Bhardwaj, 1979).

2. Suksesi, yaitu proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju

ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti dan dapat diramalkan

(Irwan, 2003).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

3. Suksesi, yaitu perubahan dalam komunitas yang berlangsung secara teratur

dan menuju ke satu arah (Resosoedarmo dkk., 1990).

4. Suksesi, yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam komunitas atau

ekosistem yang menyebabkan timbulnya penggantian dari suatu komunitas

atau ekosistem untuk komunitas atau ekosistem yang lain (Kendeigh, 1980).

Suksesi secara keseluruhan berkembang sebagai akibat dari interaksi

organisme-organisme dengan lingkungannya. Perubahan selama suksesi terjadi

akibat pengaruh faktor-faktor eksternal seperti: input unsur hara. Keanekaragaman

spesies yang semakin tinggi dan disertai perubahan positif lainnya di dalam

ekosistem menyebabkan ekosistem atau komunitas mencapai tingkatan

kemantapan (Indriyanto, 2006).

Selama proses suksesi akan terjadi perubahan-perubahan yang mengarah

kepada perkembangan atau kemajuan kondisi habitat yang mendukung

terbentuknya komunitas baru. Beberapa perubahan yang terjadi selama suksesi

antara lain disebutkan sebagai berikut:

1. Adanya perkembangan sifat substrat atau tanah, misalnya pertambahan

kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang

semakin kompleks dengan komposisi spesies tumbuhan yang lebih

beranekaragam dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Adanya pertambahan densitas individu organisme, struktur komunitas yang

semakin kompleks, sehingga dalam komunitas akan terbentuk stratifikasi.

3. Adanya peningkatan produktivitas komunitas sejalan dengan perkembangan

komunitas dan perkembangan substrat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

4. Adanya peningkatan jumlah spesies organisme sampai tahap tertentu dalam

proses suksesi komunitas

5. Adanya peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sejalan dengan

peningkatan jumlah spesies dalam daerah yang sedang mengalami proses

suksesi

6. Adanya perubahan iklim setempat sesuai dengan perubahan komposisi spesies

tumbuhan bentuk hidup tumbuhan dan struktur komunitasnya

7. Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks dan terus berkembang

sampai mencapai suatu bentuk komunitas akhir yang disebut klimaks

(Resosoedarmo dkk., 1990).

Adanya kecenderungan meningkatnya keanekaragaman spesies selama

suksesi merupakan pola yang umum terjadi dalam semua ekosistem. Gambaran

pertama dari suksesi, peningkatan diversitas jenis cepat, dan fase berikutnya laju

peningkatan berjalan lambat. Jumlah jenis yang berbeda dalam ekosistem

mungkin meningkat terus sampai terbentuknya komunitas klimaks, tetapi banyak

pula terjadi penurunan keanekaragaman sampai akhir dari suksesi. Penurunan

keanekaragaman ini terjadi akibat kompetisi. Keanekaragaman jenis dan jumlah

spesies dapat meningkat terus sampai komunitas klimaks, apabila semakin

banyaknya bahan organik yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup

organisme (Indriyanto, 2006; Ramdhan, 2009).

Suksesi sebagai suatu proses perubahan komunitas atau ekosistem terjadi

melalui beberapa tahap yang meliputi tahap nudasi, invasi, kompetisi dan reaksi,

serta stabilitas dan klimaks. Nudasi adalah proses pembentukan atau terjadinya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

daerah (wilayah) gundul baru. Invasi adalah datangnya bakal kehidupan

bermacam-macam organisme dari suatu daerah ke daerah yang baru dan menetap

di daerah tersebut. Bakal kehidupan yang dimaksud di atas dapat berupa biji,

buah, spora, telur, larva dan lain sebagainya. Invasi dikatakan sempurna jika telah

melalui tiga tahap proses invasi yang meliputi: migrasi, penyesuaian, dan

agregasi. Selanjutnya setiap organisme akan bersaing dan berusaha memodifikasi

lingkungan dalam wilayahnya agar mereka dapat bertahan hidup. Memodifikasi

lingkungan berjalan sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut menjadi sangat

cocok dengan organisme yang telah ada, dan sebaliknya, lingkungan semakin

menjadi kurang baik bagi spesies organisme lain yang akan hadir berikutnya ke

wilayah itu. Tingkatan terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas

tersebut stabil (Indriyanto, 2006).

Berdasarkan pada kondisi komunitas awal yang ada di suatu daerah, maka

suksesi dibedakan atas suksesi primer dan suksesi sekunder.

1. Suksesi primer

Suksesi primer terjadi bila komunitas atau ekosistem mengalami gangguan

yang berat sekali sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total,

kemudian berangsur-angsur mengalami perkembangan ke arah terbentuknya

komunitas baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah

longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai,

dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia

misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. (Resosoedarmo

dkk., 1990; Irwan, 2003; Arief, 2004; Ramdhan, 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

2. Suksesi sekunder

Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah yang

pada awalnya telah bervegetasi sempurna, kemudian mengalami kerusakan

atau gangguan baik secara alami maupun oleh aktivitas manusia, tetapi

gangguan itu tidak sampai merusak secara total tempat tumbuh sehingga

masih ada substrat lama dan kehidupan. Contohnya, gangguan alami misalnya

banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan

seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.

(Gopal dan Bhardwaj, 1979; Resosoedarmo dkk., 1990; Ramdhan, 2009).

7. Faktor Lingkungan Abiotik

Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat

menentukan keberadaan dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu

tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Suhu tanah

lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara

(Suin, 1997). Suhu tanah lebih lamban berubah dibandingkan dengan suhu udara

(Jhonson, 2009)

Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sangat diperlukan dalam

melakukan penelitian mengenai fauna tanah, hal ini dikarenakan keberadaan dan

kepadatan hewan sangat tergantung pada pH tanah (Jhonson, 2009). Suin (1997),

menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pHnya asam

dan ada pula yang hidup pada pH tanah yang basa, sehingga dominasi fauna tanah

yang ada akan dipengaruhi oleh pH tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

sifat-sifat tumbuhan dan hewan. Cahaya mempengaruhi kegiatan biota tanah,

yakni mempengaruhi distribusi dan aktivitas organisme yang berada di permukaan

tanah, serta di permukaan batuan (Malakew, 2001). Berdasarkan responnya

terhadap cahaya, fauna tanah ada yang aktif pada pagi, siang, sore dan malam hari

(Sugiarto dkk., 2007).

Air merupakan penyusun tubuh tumbuhan dan makrofauna. Air tanah

berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Kadar air tanah merupakan

jumlah air yang terdapat dalam tanah dalam persen terhadap tanah kering (Hakim,

1986).

Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara, kelembaban

merupakan faktor ekologis yang penting karena mempengaruhi aktivitas

organisme dan membatasi penyebarannya (Michael, 1995). Peningkatan

kelembaban udara akan diikuti dengan penurunan indeks keanekaragaman fauna

tanah di dalam tanah (Purwanti, 2003).

Bahan organik tanah merupakan fraksi organik tanah yang berasal dari

biomassa tanah dan biomassa luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora

dan fauna tanah yang hidup serta bagian vegetasi yang hidup dalam tanah (akar).

Biomassa tanah adalah massa bagian vegetasi yang hidup di luar tanah (daun,

batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan biji).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

B. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan kawasan tangkapan air di lereng Gunung Merapi menjadi lahan

penambangan pasir akan menyebabkan perubahan lingkungan. Hal ini antara lain

juga akan berdampak pada keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah

sebagai salah satu komponen biotik. Dengan demikian mesofauna dan

makrofauna tanah dapat dijadikan bioindikator untuk mengetahui dampak atau

perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya aktivitas penambangan pasir di

kawasan lereng Gunung Merapi, Kec. Kemalang, Klaten.

Lahan Penambangan Pasir di


kawasan lereng gunung
Merapi, Kemalang, Klaten

Lahan
Lahan Lahan Lahan Lahan
penambangan
penambangan penambangan penambangan penambangan
pasir 0 tahun
pasir ± 1 tahun pasir ± 2 tahun pasir ± 3 tahun pasir ± 4 tahun
(kawasan hutan)

Faktor Lingkungan abiotik:


• Suhu Tanah
• Suhu Udara
• Keasaman Tanah (pH)
• Intensitas Cahaya
• Kadar Air Tanah
• Kelembaban Udara Relatif
• Bahan Organik Tanah

Suksesi Keanekaragaman
Komunitas Mesofauna dan
Ekosistem Makrofauna Tanah

Gambar 1. Kerangka pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan keanekaragaman mesofauna dan makrofauna pada

lahan penambangan pasir di lereng gunung Merapi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010 di lahan

penambangan pasir kawasan lereng Gunung Merapi, Kemalang, Klaten.

Identifikasi dan kuantifikasi mesofauna dan makrofauna tanah dilakukan di Sub.

Laboratorium Biologi MIPA Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: formalin

4 %, alkohol 70 %, deterjen, aquades, air, H2SO4 pekat, K2Cr2O7 1 N, H3PO4

pekat, indikator DPA (Diphenyl Alanin), FeSO4 0.5 N.

Peralatan yang digunakan meliputi: bor tanah, kantong plastik, botol sampel,

alat ekstraksi Barless-Tulgreen, nampan plastik, kuas, seng, kawat, gelas air

mineral, mikroskop binokuler, thermometer tanah, hygrometer, pH tester, oven,

neraca analitik, lux meter, pipet tetes, labu takar 50 ml, erlenmeyer 50 ml,

peralatan titrasi, kertas label, alat tulis, kamera digital dan alat-alat lain yang

mendukung pelaksanaan penelitian.

commit26to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

C. Cara Kerja

1. Penentuan Titik Sampling

Stasiun pengamatan ditentukan sebanyak lima stasiun yang ditentukan

berdasarkan masa lahan penambangan pasir yaitu lahan pertambangan pasir 0

tahun (lahan yang belum mengalami proses penambangan), lahan yang telah

mengalami proses penambangan ± 1 tahun, lahan yang telah mengalami proses

penambangan ± 2 tahun, lahan yang telah mengalami proses penambangan ± 3

tahun dan lahan yang telah mengalami proses penambangan ± 4 tahun. Pada

masing-masing stasiun dilakukan pengambilan sampel dengan 3 kali ulangan.

2. Pengambilan Sampel Mesofauna Tanah

Pengambilan sampel mesofauna dilakukan dengan menggunakan bor tanah

dengan diameter ± 4 cm, sampel tanah diambil pada kedalaman ± 0 – 20 cm

kemudian tanah tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik, sampai di

laboratorium tanah tersebut diekstraksi dengan menggunakan ekstraktor Barlese-

Tulgreen selama ± 2 hari (Kanal, 2004).

Metode corong Barlese-Tulgreen yang dikemukakan oleh Suin (1997) dan

Wallwork (1970) adalah pertama-tama sampel tanah dimasukkan ke dalam

saringan, kemudian dimasukkan dalam corong yang ujung bawahnya di pasang

botol sampel yang berisi alkohol 70 % ± ¼ isi botol. Corong di letakkan di atas

papan ekstraktor yang berlubang dan bagian atas corong ditutup dengan corong

penutup yang bagian dalamnya dipasang lampu listrik 10 watt. Sampel tanah

kemudian diekstraksi selama ± 2 hari. Mesofauna tanah yang jatuh pada botol

sampel diidentifikasi dan dihitung jumlahnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

3. Pengambilan Sampel Makrofauna Tanah

Pengambilan sampel makrofauna dilakukan dengan dua cara yaitu hand-

sorting dan menggunakan perangkap pit fall trap. Pengambilan makrofauna tanah

yang berada di dalam tanah dilakukan secara hand-sorting yaitu dengan membuat

kuadrat 25 cm x 25 cm dengan kedalaman 30 cm, kemudian tanah tersebut digali

dan diletakkan pada nampan plastik untuk diambil makrofauna tanahnya.

Selanjutnya, makrofauna tanah diawetkan dalam larutan formalin 4% untuk

identifikasi di laboratorium. Penangkapan dengan perangkap pit fall trap

dilakukan dengan cara memasang perangkap yang berupa wadah yang telah diisi

dengan formalin 4% ditambah larutan deterjen kurang lebih ¼ dari tinggi gelas. Di

atas wadah tersebut diberi atap ukuran 20 cm x 20 cm, untuk menghindari

masuknya air hujan maupun sinar matahari serta kotoran yang mungkin jatuh ke

dalam wadah. Atap dipasang setinggi ± 15 cm di atas permukaan tanah.

Pemasangan perangkap harus rata dengan tanah, supaya hasilnya dapat maksimal.

Perangkap ini dipasang selama 48 jam, makrofauna yang tertangkap diawetkan

dalam larutan alkohol 70 % dan diamati di bawah mikroskop binokuler.

Identifikasi mesofauna dan makrofauna tanah dilakukan dengan mengacu

pada beberapa buku referensi, diantaranya: Wallwork (1970), Britton (1986), Daly

et al. (1981), Dindal (1990), Subiyanto dan Sulthoni (1991), Borror dkk. (1992);

Suin (1997), Pracaya (1999), Jumar (2000), Hadi dkk. (2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

4. Pengukuran Faktor Lingkungan Abiotik

Pada masing-masing titik sampling dilakukan pengukuran beberapa

parameter lingkungan, yaitu:

a. Suhu Tanah

Pengukuran suhu tanah menggunakan termometer tanah yang ditancapkan ke

dalam tanah sedalam ± 20 cm kemudian ditunggu selama 1 menit. Pengukuran

dilakukan pada pukul 09.00-11.00 WIB.

b. Suhu Udara

Pengukuran suhu udara menggunakan higrometer-termometer udara. Jarak

pengukuran 50 cm di atas permukaan tanah kemudian ditunggu selama 1

menit dan dicatat suhu udaranya. Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00-

11.00 WIB.

c. Keasaman Tanah (pH)

Keasaman tanah diukur dengan menggunakan alat pengukur pH tester. Alat

tersebut ditancapkan dalam tanah sedalam 20 cm kemudian ditunggu selama 1

menit. Selanjutnya pH yang tertera di catat. Pengukuran dilakukan pada pukul

09.00-11.00 WIB.

d. Kadar Air Tanah

Tanah diambil dari 5 titik sampling pada masing-masing stasiun sebanyak 50

g tanah per titik sampling dan kemudian dicampur sesuai dengan stasiun

penelitiannya. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.00-11.00 WIB.

Kadar air tanah dihitung dengan memasukkan dua puluh gram tanah (berat

basah) dimasukan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama dua jam, kemudian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

tanah dikeluarkan dan ditimbang berat keringnya. Berat basah dikurangi berat

kering lalu dibagi berat basah dikalikan 100% merupakan nilai persentase dari

kadar air tanah (Suin, 1997).

e. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya matahari diukur dengan lux meter. Lux meter diletakkan di

atas tanah kemudian ditunggu 1 menit sampai konstan dan dicatat intensitas

cahaya mataharinya. Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00-11.00 WIB.

f. Kelembaban Udara Relatif

Kelembaban udara diukur dengan menggunakan higrometer-termometer yang

digantung setinggi ± 50 cm dari permukaan tanah kemudian ditunggu selama

1 menit dan dicatat kelembaban udaranya. Pengukuran dilakukan pada pukul

09.00-11.00 WIB.

g. Bahan Organik Tanah

Pengukuran bahan organik tanah dilakukan dengan metode Walkley dan

Black. Sampel tanah kering sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam labu takar 50

ml. Kemudian ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan K2Cr2O7 1N untuk

pemisahan bahan organik. Didiamkan selama 30 menit (hingga dingin).

Setelah itu ditambahkan 50 ml H3PO4 pekat untuk spesifikasi bahan organik

dan diencerkan dengan akuades hingga tanda labu takar kemudian digoyang-

goyang (hingga homogen), lalu diendapkan. Bagian yang jernih diambil

sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml kemudian

ditambahkan 15 ml akuades. Ditambahkan 2 tetes indikator DPA (Diphenyl

Alanin) sebagai penunjuk adanya bahan organik. Kemudian ditritasi dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

FeSO4 0,5 N hingga terjadi perubahan warna (kehijauan-biru). Sebagai

pembanding dibuat juga larutan blanko.

( b – a ) x N FeSO4 x 3 x 10 x 100/77
C. Organik = x 100 %
( 100/100 + ka ) x sampel ( mg )

Bahan organik = C organik x 100/58, b merupakan volume larutan blanko

(tanpa tanah), a merupakan larutan baku (dengan tanah), ka merupakan kadar

air (Afandie, 1987).

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengetahui keanekaragaman mesofauna

lahan penambangan pasir yaitu dengan menggunakan ekstraktor Barlese-Tulgreen,

sedangkan untuk pengumpulan data makrofauna menggunakan metode hand

sorting dan perangkap pit fall trap. Fauna tanah yang ditemukan diidentifikasi dan

dihitung jumlah serta jenisnya. Sedangkan untuk variabel faktor lingkungan

diambil dengan menggunakan alat pengukur masing-masing variabel secara

langsung di lokasi penelitian ataupun secara tidak langsung di laboratorium.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisa dengan menghitung:

1. Perhitungan Kepadatan dan Kepadatan Relatif

Jumlah individu jenis i


Kepadatan jenis i = Jumlah unit sampling

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Kepadatan jenis i
Kepadatan Relatif = x 100 %
Jumlah kepadatan semua jenis

(Cox, 1970; Wallwork, 1970)

2. Indeks Keanekaragaman Jenis

Untuk menentukan indeks keanekaragaman pada masing-masing stasiun

digunakan rumus Shannon-Wiener

H=- Pi log Pi1

Keterangan: H = nilai keanekaragaman

Pi = kerapatan relatif

Log = logaritma alam Pi

(Soegianto, 1994).

3. Indeks Similaritas

Untuk mengetahui indeks similaritas komunitas mesofauna dan makrofauna

antara stasiun satu dengan stasiun yang lain digunakan rumus pembanding

menurut presentase kemiripan (indeks Renkonen). Perhitungan nilai kesamaan

Renkonen didasarkan atas kepadatan relatif dari masing-masing jenis hewan

yang terdapat pada habitat yang dibandingkan.

P= minimum (p1i, p2i)

Keterangan: P = presentase kemiripan antara stasiun penelitian 1 dan 2

p1i = presentase spesies i pada stasiun penelitian 1

p2i = presentase spesies i pada stasiun penelitian 2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

4. Uji Korelasi

Dari hasil pengukuran parameter lingkungan, indeks keanekaragaman maka

dilakukan analisis korelasi antara parameter lingkungan dengan indeks

keanekaragaman, dengan rumus sebagai berikut:

n xi. yi − xi. yi
r= x100%
n xi 2 − ( xi ) 2 . n yi 2 − ( yi ) 2

Keterangan: r = koefisien korelasi

X = nilai parameter lingkungan

Y = nilai indeks keanekaragaman

N = jumlah ulangan

(Supranto, 1994)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2010, di Desa Sidorejo, Kec.

Kemalang yang terletak dibagian Barat Kabupaten Klaten (lampiran 1). Penelitian

dilakukan terbagi dalam 5 stasiun yaitu:

1.) Stasiun I yaitu lahan pertambangan pasir 0 tahun atau belum dilakukan

penambangan (kawasan hutan lindung). Pada stasiun ini sebagian besar

didominasi oleh pohon pinus (Pinus merkusii) namun terdapat pula pohon-

pohon lainnya seperti cengkeh (Syzygium aromaticum) dan sengon

(Paraserianthes falcataria). Kanopi pohon tidak begitu rapat sehingga masih

memungkinkan masuknya cahaya matahari hingga mencapai permukaan

tanah.

2.) Stasiun II yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses

penambangan ± 1 tahun. Pada lahan ini tidak terdapat pohon-pohon karena

sudah dilakukan penambangan.

3.) Stasiun III yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses

penambangan ± 2 tahun. Pada lahan ini tidak terdapat pohon-pohon namun

dijumpai rumput-rumput liar dengan populasi yang rendah.

4.) Stasiun IV yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses

penambangan ± 3 tahun. Pada beberapa bagian lahan telah ditumbuhi dengan

rumput-rumput liar, dan terdapat beberapa anak pohon.

commit
34
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

5.) Stasiun V yaitu lahan penambangan pasir yang telah mengalami proses

penambangan ± 4 tahun. Lahan telah banyak ditumbuhi pepohohan seperti

sengon (Paraserianthes falcataria), dan tanaman jagung (Zea mays). Pada

permukaan tanah sebagian besar telah tertutupi oleh rumput-rumput.

Faktor lingkungan sangat menentukan struktur komunitas hewan tanah.

Pengukuran faktor lingkungan dapat digunakan untuk mengetahui besar pengaruh

faktor tersebut terhadap keberadaan dan kepadatan makrofauna tanah yang diamati

(Suin, 1997). Faktor lingkungan yang diukur pada penelitian ini meliputi faktor

lingkungan abiotik diantaranya suhu udara, suhu tanah, pH tanah, intensitas

cahaya, kadar air tanah, kelembaban udara, dan bahan organik tanah (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil pengukuran faktor lingkungan abiotik dan indeks keanekaragaman


fauna tanah di lahan penambangan pasir Kec. Kemalang.

Indeks Keanekaegaman
SU ST pH IC KAT KU BOT
Stasiun
(°C) (°C) Tanah (Lux) (%) (%) (%)
Mesofauna MDT MPT
I 28,7 26 7,03 12.460 30,32 72,33 7,39 0,88 1,33 1,08
II 26,2 26,2 7,03 9.003 21,49 88,67 5,49 0,80 0,85 1,06
III 25 24,3 7,37 439 19,54 89,33 5,04 0,89 0,84 0,80
IV 30,7 28,4 7,1 38.633 25,66 67 3,36 0,53 0,87 0,61
V 25 25,3 7,1 11.656 23,81 86 4,7 0,67 0,05 0,40
Keterangan:
SU : Suhu Udara
ST : Suhu Tanah
IC : Intensitas Cahaya
KAT : Kadar Air Tanah
KU : Kelembaban Udara
BOT : Bahan Organik Tanah
MDT : Makrofauna Dalam Tanah
MPT : Makrofauna Permukaan Tanah

Suhu merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan penyebaran suatu fauna

tanah (Michael, 1995). Suhu udara erat kaitannya dengan intensitas cahaya yang

diterima dan sampai ke bumi (Sarjini, 2009). Dari pengukuran yang dilakukan

menunjukkan bahwa suhu udara pada masing-masing stasiun berbeda-beda. Suhu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

udara tertinggi yaitu pada stasiun IV (lahan penambangan pasir ± 3 tahun) sebesar

30,7 °C dan suhu udara terendah pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2

tahun) dan V (lahan penambangan pasir ± 4 tahun) yaitu sebesar 25 °C. Perbedaan

suhu udara pada kelima stasiun penelitian dipengaruhi oleh perbedaan ada

tidaknya pohon disekitar stasiun tersebut. Pada stasiun V terdapat cukup banyak

pohon-pohon sehingga hanya sedikit sinar matahari yang bisa mencapai

permukaan tanah karena terhalang kanopi pohon-pohon tersebut. Selain itu, hal ini

berkaitan pula dengan intensitas cahaya pada tiap stasiun. Sulandjari dkk. (2005)

menyatakan bahwa intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan suhu udara

menjadi rendah pula. Hal ini dapat dilihat pada stasiun III, intensitas cahaya pada

stasiun ini paling rendah dibandingkan dengan 4 stasiun penelitian lainnya

sehingga pada stasiun III memiliki suhu udara yang terendah pula.

Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat

menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih

rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung pada suhu udara (suin,

1997). Berdasarkan hasil pengukuran, suhu tanah tertinggi pada stasiun IV (lahan

penambangan pasir ± 3 tahun) yaitu sebesar 28,4 °C. Sedangkan suhu tanah

terendah yaitu pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun) sebesar 24,3

°C. Suhu tanah dipengaruhi pula oleh intensitas cahaya matahari. Wallwork

(1970) menyatakan bahwa besarnya perubahan suhu tanah berhubungan dengan

jumlah intensitas cahaya yang mencapai permukaan tanah. Pada stasiun IV

memiliki intensitas cahaya yang paling tinggi dibandingkan dengan stasiun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

lainnya yaitu sebesar 38.633 Lux, hal ini sesuai dengan pernyataan Wallwork

tersebut.

pH tanah (derajad keasaman) sangat penting untuk dilakukan pengukuran

karena keberadaan dan kepadatan fauna tanah sangat tergantung pada pH tanah.

Fauna tanah ada yang memilih hidup pada tanah yang pHnya asam dan ada pula

yang senang pada pH basa. Hasil pengukuran pH tanah menunjukkan hasil yang

hampir sama yaitu rata-rata berkisar 7,03 – 7,37.

Kadar air tanah menentukan tingkat kelembaban tanah. Merupakan salah

satu faktor yang penting karena mempengaruhi aktivitas organisme dan membatasi

penyebarannya (Michael, 1995). Berdasarkan hasil analisis tanah, diperoleh kadar

air tanah pada 5 stasiun penelitian berkisar antara 19,54 – 30,32 %. Kadar air

tanah tertinggi yaitu pada stasiun I (lahan penambangan pasir 0 tahun) sebesar

30,32 %, sedangkan kadar air tanah terendah pada stasiun III (lahan penambangan

pasir ± 2 tahun) sebesar 19,54 %. Tinggi rendahnya kadar air tanah dipengaruhi

oleh banyak sedikitnya air (air hujan) yang masuk dalam tanah.

Kelembaban udara menggambarkan banyaknya kadar uap air yang ada di

udara selain itu memiliki pengaruh terhadap aktivitas organisme dan membatasi

penyebarannya (Michael, 1995). Hasil pengukuran kelembaban udara diperoleh

kelembaban udara tertinggi pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun)

sebesar 89,33 % sedangkan kelembaban udara terendah pada stasiun IV (lahan

penambangan pasir ± 3 tahun) yaitu sebesar 67 %. Intensitas cahaya dapat

mempengaruhi kelembaban udara, intensitas cahaya semakin tinggi maka

kelembaban udara akan semakin rendah (Sulandjari dkk., 2005).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

Bahan organik tanah sangat menentukan kepadatan populasi organisme

tanah. Komposisi dan jenis serasah daun itu menentukan jenis fauna tanah yang

dapat hidup, dan banyak tidaknya serasah yang tersedia menentukan kepadatan

fauna tanah (Suin, 1997). Dari analisis bahan organik tanah diperoleh hasil,

kandungan bahan organik tanah pada kelima stasiun berkisar antara 3,36 – 7,39 %.

Sutanto (2005) menyatakan bahwa kandungan bahan organik dengan nilai 4 – 8 %

masuk ke dalam kriteria kandungan bahan organik tanah yang berlebih.

B. Keanekaragaman Mesofauna Tanah

Mesofauna tanah yang ditemukan pada lahan penambangan pasir di lereng

Gunung Merapi, Kec. Kemalang berjumlah 25 spesies, terdiri dari satu phylum

yaitu Arthropoda (Tabel 2). Phylum Arthropoda yang ditemukan terdiri dari 3

Class antara lain Arachnida, Diplopoda dan Insecta. Class Arachnida meliputi

beberapa order yaitu Acari (famili Oppiidae, Bdellidae, Tetranychidae, Cunaxidae,

Rhagidiidae, Parasitidae, Acaridae), Oribatida (family Tectocepheidae,

Hydrozetidae, Brachychthoniidae, Archeonothridae, Nothridae dan

Hermanniidae), Pseudoscorpiones (famili Cheliferidae). Class Insecta meliputi

order Collembola (family Isotomidae, Onychiuridae, Hypogastruidae), order

Diplura (family Japygidae), dan Diptera (family Scriaridae). Class Diplopoda

terdiri atas order yaitu Polzoniida (family Polzoniidae).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Tabel 2. Mesofauna tanah yang ditemukan pada lahan penambangan pasir di


lereng Gunung Merapi Kec. Kemalang.

No Class Order Family Sub Family Genus/Species


1. Arachnida Acari D, E, H, I
2. Acaridae Tyrophagus sp.
3. Bdellidae Bdellinae Bdella sp.
4. Cunaxidae A
5. Oppiidae Oppiella sp.
6. Parasitidae Poecilochirus sp.
7. Rhagidiidae B, C
8. Tetranychidae Tetranychinae Tetranychus urticae
9. Oribatida Archeonothridae Liochthonius sp.
10. Brachychthoniidae Brachychthonius sp
11. Hermanniidae Hermannia sp.
12. Hydrozetidae Hydrozetes sp.
13. Nothridae Nothrus sp.
14. Tectocepheidae Tectocepheus sp.
15. Pseudoscorpiones Cheliferidae Chelifer sp.
16. Insecta Diptera Sciaridae Larva
17. Collembolla Isotomidae Isotomurus sp.
18. Hypogastruridae F
19. Onychiuridae Onychiurus sp.
20. Diplura Japygidae G
21. Diplopoda Polyzoniida Polyzoniidae Buzoniinae Bdellozonium sp.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh indeks keanekaragaman

mesofauna tertinggi terdapat pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun)

yaitu sebesar 0,89. Faktor lingkungan (kelembaban udara, suhu udara, suhu tanah,

pH tanah) pada lahan penambangan pasir ini memberikan pengaruh yang cukup

berarti terhadap keanekaragaman mesofauna tanah. Berdasarkan penelitian

Cahyanto (2004), menyatakan bahwa kelembaban yang tinggi akan mempengaruhi

keanekaragaman mesofauna tanah dimana semakin tinggi kelembaban maka akan

semakin tinggi pula keanekaragaman mesofauna tanah yang berada di area

tersebut. Indeks keanekaragaman terendah sebesar 0,53 terdapat pada stasiun IV

(lahan penambangan pasir ± 3 tahun) (Tabel 3). Kandungan bahan organik pada

stasiun IV paling rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu sebesar

3,36%. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya indeks

keanekaragaman mesofauna tanah pada stasiun ini. Suin (1997) menyatakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

bahwa material organik tanah sangat menentukan kepadatan populasi organisme

tanah. Komposisi dan jenis serasah daun menentukan jenis fauna tanah yang

hidup, sedangkan serasah yang tersedia menentukan kepadatan fauna tanah.

Mesofauna yang paling sering ditemukan adalah Tyrophagus sp. yang

termasuk dalam kelompok order Acari. Dari 5 stasiun penelitian, spesies tersebut

ditemukan pada semua stasiun penelitian. Pada stasiun I ditemukan sebanyak 7

individu, stasiun II sebanyak 3 individu, pada stasiun III ditemukan 4 individu, 8

individu ditemukan pada stasiun IV, sedangkan pada stasiun V ditemukan

sebanyak 22 individu. Kerapatan relatif secara berurutan sebesar 28 %, 27.27 %,

28.57 %, 47.06% dan 44.60% (Lampiran 4). Selain itu, spesies Oppiella sp. dari

kelompok order Acari juga selalu ditemukan pada setiap stasiun penelitian,

walaupun jumlah individunya tidak sebanyak Tyrophagus sp. Kerapatan relatif

spesies ini pada masing-masing stasiun yaitu pada stasiun I sebesar 20 %, pada

stasiun II sebesar 9,09 %, stasiun III sebesar 7,14 %, pada stasiun IV sebesar 5,88

% dan 2,04% pada stasiun V. Mesofauna yang paling banyak ditemukan, baik

jumlah dan jenisnya adalah dari kelompok order Acari, ditemukan sebanyak 10

species yang terbagi dalam 7 order. Acarina bersama dengan Collembola

merupakan komponen utama penyusun mesofauna tanah di hampir semua

ekosistem terrestrial. (Rusek, 1998; Nurtjahya dkk., 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Tabel 3. Jumlah spesies, jumlah individu dan indeks keanekaragaman mesofauna


tanah pada lahan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec.
Kemalang.

Masa Lahan
Jumlah Jumlah Indeks
Stasiun Penambangan Pasir
Spesies Individu Keanekaragaman
(Tahun)
I 0 10 25 0,88
II 1 7 11 0,80
III 2 9 14 0,89
IV 3 5 17 0,53
V 4 10 49 0,68

Berdasakan perhitungan nilai kesamaan renkonen diperoleh hasil stasiun IV

(lahan penambangan pasir ± 3 tahun) dengan stasiun V (lahan penambangan pasir

± 4 tahun) memiliki nilai kesamaan paling tinggi yaitu sebesar 75,51 % (Gambar

2). Semakin tinggi nilai kesamaan renkonen ini menyatakan bahwa komposisi

mesofauna tanah pada stasiun yang dibandingkan kesamaannya semakin besar.

Kondisi lingkungan pada kedua stasiun tersebut memiliki keadaan yang hampir

sama yaitu meliputi suhu udara, suhu tanah, pH, kelembaban udara, intensitas

cahaya, kadar air tanah dan kandungan bahan organik. Sehingga hal ini

berpengaruh pada mesofauna tanah yang terdapat pada stasiun tersebut. Dari 5

spesies yang ditemukan pada stasiun IV tiga diantaranya ditemukan pula pada

stasiun V. Stasiun yang mempunyai nilai kesamaan paling rendah yaitu antara

stasiun I dengan stasiun III sebesar 43,14 %. Hal ini dapat dilihat pada kondisi

lingkungan yang sangat berbeda antara 2 stasiun tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

IV V II I III

75,51 43,14
49,41

36,60
Gambar 2. Dendogram nilai kesamaan Renkonen mesofauna tanah

C. Keanekaragaman Makrofauna Tanah

Makrofauna tanah yang ditemukan pada lima stasiun penelitian di lahan

penambangan pasir di lereng Gunung Merapi Kec. Kemalang, Klaten berjumlah

108 spesies (Lampiran 6). Berdasarkan metode pengambilan sampelnya, maka

makrofauna tanah terbagi menjadi 2 kelompok yaitu makrofauna dalam tanah dan

makrofauna permukaan tanah. Makrofauna dalam tanah yang ditemukan sebanyak

62 spesies, sedangkan makrofauna permukaan tanah yang ditemukan berjumlah 46

spesies.

1. Keanekaragaman Makrofauna Dalam Tanah

Makrofauna dalam tanah yang ditemukan dari hasil penelitian sebanyak 62

spesies (Tabel 4). Makrofauna dalam tanah tersebut termasuk dalam satu phylum

yaitu Arthropoda. Makrofauna dalam tanah yang ditemukan tersebut meliputi 3

class yaitu Arachnida, Insecta, dan Chilopoda. Class Arachnida terdiri atas 2 order

yaitu order Araneae dan Opiliones. Kelas Insecta terdiri dari 8 order yaitu

Hymenoptera, Diptera, Coleoptera, Collembola, Blattodea, Orthoptera, Hemiptera,

dan Dermaptera. Class Chilopoda terdiri atas 2 order yaitu Scolopendromorpha

dan Scutigeromorpha.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Tabel 4. Makrofauna dalam tanah yang ditemukan pada lahan penambangan pasir
di lereng Gunung Merapi Kec. Kemalang.

Sub
No. Class Order Family Genus/Species
Family
1. Arachnida Araneae A, B, C
2. Lycosidae Allocosa sp.
3. Alopecosa sp.
4. Arctosa sp.
5. D, E, F, G, H
6. Tetragnathidae Meta sp.
7. Cybaeidae Cybaeus sp.
8. Clubionidae I
9. Opiliones J
10. Insecta K
11. Hymenoptera L, M
12. Formicidae N, O, P, Q
13. Myrmica Myrmica sp.
14. Myrmicinae Solenopsis invicta
15. Rogeria sp.
Camponotus
16. Formicinae
variegates
17. Camponotus sp.
18. Ponerinae Ponera japonica
19. R, S, T
20. Tenthredinidae U
21. Euphorinae V
22. Diptera W
23. Drosophilidae X
24. Drosophila sp.
25. Mycetophilidae Y
26. Asilidae Z
27. Coleoptera AA, BB
28. Elateridae Elaterinae Ctenicera tigrina
29. Ctenicera sp.
30. Nitidulidae Nitidulinae Lobiopa sp.
31. Staphylinidae Lathrobium sp.
32. Scarabaecidae Larvae
33. Collembola Entomobryidae Sinella sp.
34. Entomobrya sp.
35. Isotomidae Folsomia sp.
36. Dermaptera Forficulidae Forficula sp.
37. Forficula auricularia
38. Hemiptera CC
39. Cydnidae DD
40. Orthoptera EE

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Tabel 4 Lanjutan

41. Acrididae acridinae FF


42. Gryllidae Nemobiinae GG
43. Allonemobius sp.
44. Gryllinae Gryllodes sp.
45. Trigonidiinae Metioche sp.
46. Tridactylidae Tridactylus sp.
47. Blattodea Blattellidae Blatella germanica
48. Chilopoda Scutigeromorpha Scutigeridae Scutigera sp.
Scolopendra
49. Scolopendromorpha Scolopendridae
polymorpha

Dari hasil penghitungan indeks keanekaragaman diperoleh nilai indeks

keanekaragaman makrofauna dalam tanah pada stasiun I (lahan penambangan

pasir 0 tahun) sebesar 1,33 dan makrofauna yang paling banyak ditemukan adalah

Arctosa sp. sebanyak 30 individu, dengan kerapatan relatif sebesar 19,36 %. Pada

stasiun II (lahan penambangan pasir ± 1 tahun) didapatkan indeks

keanekaragaman sebesar 0,85 dan makrofauna yang paling banyak ditemukan

yaitu Forficula auricularia dan Camponotus variegates masing-masing spesies

ditemukan sebanyak 3 individu dengan kerapatan relatif yang sama yaitu sebesar

23,08 %. Pada stasiun III (lahan penambangan pasir ± 2 tahun) diperoleh indeks

diversitas sebesar 0,84 dan makrofauna yang paling banyak ditemukan adalah

Folsomia sp. sebanyak 66 individu dengan kerapatan relatif sebesar 50,38 %. Pada

stasiun IV (lahan penambangan pasir ± 3 tahun) indeks diversitas sebesar 0,87 dan

makrofauna yang paling banyak ditemukan adalah Camponotus variegates dan

Solenopsis invicta masing-masing ditemukan sebanyak 8 individu, dengan

kerapatan relatif sebesar 25,81 %. Pada stasiun V (lahan penambangan pasir ± 4

tahun) didapatkan indeks keanekaragaman sebesar 0,05, makrofauna yang paling

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

banyak ditemukan yaitu dari order Formicinae sebanyak 2741 individu, dengan

kerapatan relatif sebesar 98,56 %.

Tabel 5. Jumlah spesies, jumlah individu dan indeks keanekaragaman makrofauna


dalam tanah pada lahan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi
Kec. Kemalang.

Masa Lahan
Jumlah Jumlah Indeks
Stasiun Penambangan Pasir
Spesies Individu Keanekaragaman
(Tahun)
I 0 35 155 1,33
II 1 8 13 0,85
III 2 22 131 0,84
IV 3 10 31 0,87
V 4 17 2781 0,05

Dari uraian data di atas menunjukkan bahwa secara umum indeks

keanekaragaman makrofauna dalam tanah tertinggi yaitu pada stasiun I sebesar

1,33 dengan jumlah spesies terbesar yaitu sebanyak 35 spesies. Hal ini

dikarenakan lahan belum mengalami proses penambangan sehingga ekosistem di

daerah tersebut masih alami dan belum terganggu. Ketersediaan bahan makanan

bagi makrofauna masih sangat melimpah di lahan ini Banyaknya pohon-pohon

menyebabkan adanya serasah, dimana serasah tersebut dimanfaatkan oleh

Artropoda sebagai sumber makanan. Lahan yang terdapat serasahnya cenderung

jumlah makrofaunanya lebih tinggi. Selain itu kandungan bahan organik pada

stasiun ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan 4 stasiun lainnya. Hal ini

kemungkinan dapat meningkatkan aktivitas makrofauna di dalamnya. Wulandari,

dkk. (2005) menyatakan bahwa ketersediaan bahan organik dapat meningkatkan

aktivitas fauna tanah. Oleh karena itu, diversitas fauna tanah khususnya

makrofauna tanah pada daerah tersebut tinggi. Stasiun yang mempunyai indeks

keanekaragaman terkecil, yaitu stasiun IV dengan indeks keanekaragaman sebesar


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

0,05 dengan jumlah spesies sebanyak 17 spesies, namun dibandingkan dengan

stasiun yang lain pada stasiun IV memiliki jumlah individu tertinggi yaitu sebesar

2781 individu. Dari 5 stasiun penelitian Camponotus variegates dan Solenopsis

invicta mendominasi 4 stasiun penelitian. Borror, dkk. (1992) menyatakan bahwa

semut merupakan salah satu kelompok yang jumlah dan populasinya sangat

melimpah dan tersebar luas di habitat darat.

Indeks similaritas menunjukkan seberapa besar tingkat kesamaan struktur

komunitas satu dengan komunitas lainnya. Suin (1997) menyatakan bahwa indeks

similaritas akan bernilai tinggi apabila nilai dari dua spesies yang dibandingkan

tinggi dan nilai jumlah individu dari dua area yang dibandingkan kecil.

Berdasarkan perhitungan nilai indeks similaritas renkonen didapatkan bahwa

stasiun II dan IV merupakan stasiun yang mempunyai nilai kesamaan renkonen

terbesar yaitu sebesar 53,36 % (Gambar 3). Besarnya nilai kesamaan renkonen

menunjukkan besarnya kesamaan kepadatan relatif dan kesamaaan komposisi

fauna tanah yang dibandingkan. Dari 8 spesies yang ditemukan pada stasiun II,

lima diantaranya ditemukan pula pada stasiun IV dengan kepadatan relatif yang

hampir sama, yaitu Camponotus variegates (23,08 % dan 25,81 %), Forficula sp.

(15,38 % dan 9,68 %), Forficula auricularia (23,08 % dan 9,68 %), Allonemobius

sp. (7,69 % dan 9,68 %), dan Gryllodes sp. (7,69 % dan 3,23 %) (Lampiran 7).

Stasiun V (lahan penambangan pasir ± 4 tahun) merupakan stasiun terkecil yang

memiliki nilai kesamaannya (0,64 %) bila dibandingkan dengan empat stasiun

yang lain. Hal ini dikarenakan pada stasiun V memiliki nilai indeks

keanekaragaman yang paling rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya. Dari 17

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

spesies yang ditemukan pada stasiun ini hanya 8 spesies yang ditemukan pula pada

stasiun lain.

II IV V I III

53,36 18,3

0,64

8,38
Gambar 3. Dendogam nilai kesamaan Rekonen makrofauna dalam tanah

2. Keanekaragaman Makrofauna Permukaan Tanah

Makrofauna permukaan tanah yang ditemukan dalam penelitian ini

berjumlah 46 spesies, meliputi 2 phylum yaitu Arthropoda dan Annelida (Tabel 6).

Phylum Artropoda terdiri dari 4 class yaitu Insecta, Arachnida, dan Chilopoda.

Sedangkan phylum Annelida yang ditemukan hanya satu class yaitu Chaetopoda.

Class Insecta merupakan class yang paling banyak ditemukan, meliputi 8 order

yaitu order Coleoptera, Isoptera, Hymenoptera, Hemiptera, Orthoptera, Diptera,

Dermaptera, dan Collembola. Class Arachnida terdiri dari satu order Araneae.

Class Chilopoda terdiri atas 2 order, Geophilomorpha dan Scolopendromorpha.

Sedangkan class Chaetopoda terdiri dari order Oligochaeta. Borror, dkk. (1992)

menyatakan bahwa Insecta merupakan golongan hewan yang dominan di muka

bumi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Tabel 6. Makrofauna permukaan tanah yang ditemukan pada lahan penambangan


pasir di lereng Gunung Merapi, Kec. Kemalang.

No. Class Order Family Sub Family Genus/Species


1. Insecta Coleoptera HH, ZZ
2. Mycetophagidae Mycetophagus sp.
3. Phalacridae Phalacrus sp.
4. Byturidae Byturus sp.
5. Scydmaenidae II
6. Staphylinidae Lathrobium sp.
7. Steninae. Stenus sp.
8. Paederinae Paederus riparius
9. Carabidae Carabinae Calosoma sp.
10. Elateridae Elaterinae Ctenicera tigrina
11. Scarabaeidae Larvae
12. Isoptera Rhinotermitidae JJ, KK
13. Hymenoptera LL
14. Formicidae N
15. P
Camponotus
16. Formicinae
Variegates
Camponotus
17.
pennsylvanicus
18. Camponotus sp.
19. Myrmicinae Solenopsis invicta
20. Ponerinae MM
21. Tenthredinidae U
22. Tersilochinae NN
23. Hemiptera OO
24. Orthoptera PP, QQ
25. Gryllidae Nemobiinae Allonemobius sp.
26. Gryllinae Gryllus sp.
27. Tetrigidae RR
28. Diptera SS
29. Collembola Entomobryidae Entomobrya sp.
30. Dermaptera Forficulidae Forficula sp.
31. Arachnida Araneae TT, UU
32. Lycosidae VV, WW
33. Allocosa sp.
34. Arctosa sp.
35. Lycosa sp.
36. Oxyopidae XX
37. Zoridae Zora sp.
38. Agelenidae YY
39. Chilopoda Geophilomorpha Geophilidae Geophilo sp.
40. Scolopendromorpha Scolopendridae Scolopendra sp.
41. Chaetopoda Oligochaeta Megascolecidae Pheretima sp.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Genus Solenopsis dan Camponotus merupakan makrofauna permukaan

tanah yang paling sering ditemukan. Dari 5 stasiun penelitian, Solenopsis

mendominasi semua stasiun penelitian tersebut, sedangkan Camponotus

mendominasi 3 stasiun penelitian. Solenopsis merupakan jenis semut yang

memakan hewan yang telah membusuk atau pemakan tumbuhan. Camponotus

merupakan hewan yang membawa serasah dari permukaan tanah ke dalam lubang-

lubang tanah dan pemindah bahan orgnaik dari dalam tanah ke permukaan tanah.

Semut-semut ini berperan dalam memperlancar aerasi tanah melalui lubang atau

lorong yang dibuatnya di dalam tanah.

Nilai Indeks keanekaragaman makrofauna permukaan tanah tertinggi

terdapat pada stasiun I (lahan penambangan pasir 0 tahun) yaitu sebesar 1,08

(Tabel 7). Hal ini dikarenakan pada lahan tersebut masih alami berupa hutan yang

didominasi oleh pepohonan seperti pinus dan belum mengalami proses

penambangan. Hutan pinus merupakan hutan evergreen yang menghasilkan

serasah daun dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Selain itu serasahnya sulit

terdekomposisi sehingga akan berfungsi sebagai lapisan penutup tanah di lantai

hutan. Bagi komunitas hewan tanah lapisan penutup berfungsi sebagai tempat

berlindung dari cahaya matahari langsung maupun dari serangan predator

(Sugiarto dkk., 2002). Suhardjono (1998) menyatakan secara alami heterogenitas

jenis dan jumlah serasah mempengaruhi keanekaragaman dan jumlah individu

fauna tanah. Pada lahan ini cenderung stabil dalam menjaga kondisi

mikroklimatnya. Tingginya keanekaragaman makrofauna tanah dapat disebabkan

oleh beberapa hal seperti faktor lingkungan diantaranya temperatur tanah,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

temperatur udara, pH, kelembaban udara relatif, dan kadar air tanah (Shimada,

1990; Sugiyarto, 2000). Nilai indeks keanekaragaman terendah terdapat pada

stasiun V (lahan penambangan pasir ± 4 tahun) yaitu sebesar 0,40, meskipun jika

diperhatikan stasiun V memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi

dibandingkan dengan stasiun IV. Hal ini mungkin saja terjadi karena tinggi

rendahnya diversitas suatu fauna tidak hanya ditentukan oleh banyaknya

kandungan bahan organik namun dipengaruhi pula dari faktor lingkungan lainnya.

Suhu tanah dan kadar air tanah pada stasiun V lebih rendah bila dibandingkan

pada stasiun IV. Michael (1995) menyatakan bahwa kelembaban tanah (kadar air

tanah) merupakan faktor ekologis yang penting karena mempengaruhi aktivitas

organisme dan membatasi penyebarannya. Suhu tanah merupakan salah satu faktor

fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah

(Suin, 1997; Sandjaya, 2009).

Tabel 7. Jumlah spesies, jumlah individu dan nilai indeks keanekaragaman


makrofauna permukaan tanah pada lahan penambangan pasir di lereng
Gunung Merapi Kec. Kemalang.

Masa Lahan
Jumlah Jumlah Indeks
Stasiun Penambangan Pasir
Spesies Individu Keanekaragaman
(Tahun)
I 0 19 52 1,08
II 1 13 17 1,06
III 2 9 18 0,80
IV 3 10 48 0,61
V 4 7 64 0,40

Nilai kesamaan Renkonen tertinggi yaitu pada stasiun IV dan stasiun V

sebesar 92,19 % (Gambar 4). Pada dua stasiun tersebut Solenopsis invicta dan

spesies P (family Formicidae) memiliki nilai kerapatan relatif yang cukup tinggi

dibandingkan dengan nilai kerapatan relatif spesies lain (Lampiran 8). Stasiun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

yang memiliki kesamaan terendah yaitu stasiun I sebesar 10,66 %. Stasiun I

mempunyai indeks keanekaragaman yang tertinggi sebesar 1,08 dengan jumlah

spesies paling banyak yaitu 19 spesies.

IV V III II I

92,19
27,7
19,04

10,66
Gambar 4. Dendogram nilai kesamaan makrofauna permukaan tanah

D. Hubungan Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah dengan

Faktor Lingkungan

Secara umum aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor

lingkungan, diantaranya yaitu iklim (suhu, curah hujan dan lain-lain), tanah

(keasaman, kelembaban, suhu, hara, dan lain-lain) serta vegetasi (hutan, padang

rumput, semak belukar dan lain-lain) (Hakim dkk., 1986).

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai korelasi Pearson antara indeks

keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah dengan faktor lingkungan

berkisar antara 0,017 sampai dengan 0,807 (Tabel 8). Nilai korelasi Pearson ada

yang bersifat positif dan ada pula yang bernilai negatif. Tanda positif dan negatif

menunjukkan hubungan antara kedua variabel. Tanda negatif dapat diartikan

bahwa peningkatan variabel yang satu akan diikuti oleh penurunan variabel yang

lain, begitu pula sebaliknya tanda positif diartikan bahwa peningkatan variabel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

satu akan diikuti oleh peningkatan variabel yang lain (Rahmawanto, 2008;

Hartono, 2009). Koefisien korelasi (r) dapat diterjemahkan dalam beberapa

tingkatan yaitu:

a. r = 0, tidak ada korelasi

b. 0 < r 0,2, korelai sangat rendah/ lemah sekali

c. 0,2 < r 0,4, korelasi rendah/ lemah tapi pasti

d. 0,4 < r 0,7, korelasi yang cukup berarti

e. 0,7 < r 0,9, korelasi sangat tinggi/ kuat

f. 0,9 < r 1, korelasi sangat tinggi/ kuat sekali (Hasan, 2001).

Nilai koefisien korelasi antara suhu udara dengan keanekaragaman

mesofauna tanah yaitu sebesar -0,492, hal ini menunjukkan adanya korelasi yang

cukup. Korelasi negatif ini dapat diartikan apabila suhu udara mengalami kenaikan

maka akan diikuti oleh penurunan indeks keanekaragaman mesofauna. Kenaikan

suhu udara direspon secara langsung oleh mesofauna yang berada di permukaan

tanah dengan cara memilih tempat yang sesuai dengan kondisi biasa mesofauna

tersebut hidup (Cahyanto, 2004).

Nilai koefisien korelasi antara suhu tanah dengan indeks keanekaragaman

mesofauna sebesar -0,756. Terdapat hubungan yang sangat tinggi, kuat antara

suhu tanah dengan indeks keanekaragaman mesofauna tanah. Setiap kenaikan

suhu tanah akan diikuti dengan penurunan indeks keanekaragaman mesofauna

tanah dan sebaliknya.

Nilai koefisien korelasi antara pH tanah dengan indeks keanekaragaman

mesofauna tanah yaitu sebesar 0,286. Termasuk dalam jenis korelasi yang rendah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

atau lemah. Hal ini diartikan jika pH tanah naik maka diikuti dengan kenaikan

indeks keanekaragaman mesofauna tanah. Menurut Adeduntan (2009), pH tanah

sangat mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan mesofauna tanah. Nilai

pH yang rendah akan menurunkan keanekaragaman mesofauna tanah.

Nilai koefisien korelasi antara intensitas cahaya dengan indeks

keanekaragaman mesofauna tanah yaitu sebesar 0,079. Hal ini menunjukkan

adanya korelasi yang sangat rendah antara intensitas cahaya dengan mesofauna

tanah, dimana setiap terjadi kenaikan intensitas cahaya maka akan diikuti dengan

kenaikan indeks keanekaragaman mesofauna tanah, begitu pula sebaliknya. Pada

penelitian di Kebun Raya Bogor dilaporkan bahwa pada lahan yang mempunyai

penetrasi cahaya matahari ke lantai hutan sedikit didapatkan jumlah individu yang

lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang mempunyai tajuk pohon pelindung

di atasnya tidak begitu rapat (Suhardjono, 1998).

Nilai koefisien korelasi antara kelembaban udara dengan indeks

keanekaragaman mesofauna yaitu 0,493. Hal ini diartikan diantara keduanya

memiliki korelasi yang cukup, dimana apabila kelembaban udara naik maka akan

diikuti dengan kenaikan pada indeks keanekaragaman mesofauna tanah. Sesuai

dengan pernyataan Partaya (2002) yang melaporkan bahwa kelembaban udara

mempengaruhi keanekaragaman fauna tanah, semakin tinggi kelembaban udara

maka keanekaragaman fauna tanah semakin tinggi pula.

Nilai koefisien korelasi antara kadar air tanah dengan indeks

keanekaragaman mesofauna tanah yaitu sebesar -0,111. Dapat diartikan diantara

kadar air tanah dengan indeks keanekaragaman mesofauna tanah memiliki korelasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

sangat rendah/lemah sekali. Peningkatan kadar air tanah akan menurunkan indeks

keanekaragaman mesofauna tanah. Jadi dapat disimpulkan terdapat korelasi antara

kadar air tanah dengan indeks keanekaragaman mesofauna tanah.

Nilai korelasi antara kandungan bahan organik tanah dengan indeks

keanekaragaman mesofauna tanah cukup memberi adanya hubungan yang

signifikan. Nilai korelasi antara kandungan bahan organik tanah dengan indeks

keanekaragaman mesofauna tanah yaitu sebesar 0,807. Peningkatan kandungan

bahan organik tanah akan diikuti kenaikan pada indeks keanekaragaman

mesofauna tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Soepardi (1983) yang

menyatakan bahwa aktivitas organisme akan meningkat apabila kandungan bahan

organik tinggi dan sebaliknya, aktivitas organisme tanah akan menurun seiring

dengan menurunnya kandungan bahan organik tanah.

Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi antara tingkat keanekaragaman mesofauna dan


makrofauna tanah dengan faktor lingkungan

Nilai Korelasi Pearson


Variabel Faktor Makrofauna
No. Mesofauna Makrofauna
Lingkungan Permukaan
Tanah Dalam Tanah
Tanah
1. Suhu Udara -0,492 0,550 0,127
2. Suhu Tanah -0,756 0,228 -0,069
Derajad Keasaman
3. 0,286 -0,109 -0,222
Tanah (pH)
4. Intensitas Cahaya 0,079 -0,101 0,139
Kelembaban Relatif
5. 0,493 -0,454 0,017
Udara
6. Kadar Air Tanah -0,111 0,433 0,183
7. Bahan Organik Tanah 0,807* 0,525 0,725
* Tingkat signifikan korelasi 0,1

Nilai koefisien korelasi antara suhu udara dengan indeks keanekaragaman

makrofauna dalam tanah yaitu sebesar 0,550. Diartikan bahwa terdapat korelasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

yang cukup antara suhu udara dengan indeks keanekaragaman makrofauna dalam

tanah. Nilai koefisien korelasi antara suhu udara dengan indeks keanekaragaman

makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar 0,127. Koefisien korelasi ini

menunjukkan apabila temperatur udara mengalami kenaikan maka indeks

keanekaragaman makrofauna permukaan tanah akan mengalami kenaikan pula.

Jadi dapat disimpulkan terdapat korelasi antara suhu udara dengan indeks

keanekaragaman makrofauna tanah.

Nilai koefisien korelasi antara suhu tanah dengan indeks keanekaragaman

makrofauna dalam tanah adalah 0,228. Hal ini dapat diartikan apabila terjadi

kenaikan pada suhu tanah maka akan menaikkan pula indeks keanekaragaman

makrofauna dalam tanah. Nilai koefisien korelasi antara suhu tanah dengan

makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar -0,069. terdapat korelasi yang sangat

rendah/lemah sekali. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang

menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah.

Nilai koefisien korelasi antara pH tanah dengan indeks keanekaragaman

makrofauna dalam tanah sebesar -0,109. Sedangkan nilai korelsi antara pH tanah

dengan indeks makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar -0,222. Hal ini

menunjukkan bahwa kenaikan pH tanah akan diikuti penurunan pada indeks

keanekaragaman makrofauna dalam tanah dan makrofauna permukaan tanah. Jadi

dapat disimpulkan terdapat korelasi antara pH tanah dengan indeks

keanekaragaman makrofauna tanah. Pada umumnya makrofauna dalam tanah

tidak tahan terhadap kondisi tanah yang terlalu asam. Notohadiprawiro (1998)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

menyatakan bahwa makrofauna lebih menyukai keadan lembab dan masam lemah

sampai netral.

Terdapat korelasi yang sangat rendah/lemah sekali antara intensitas cahaya

dengan indeks keanekaragaman makrofauna dalam tanah, dimana nilai koefisien

koelasinya sebesar -0,101, sedangkan nilai koefisien korelasi makrofauna

permukaan tanah yaitu sebesar 0,139. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat

korelasi antara intensitas cahaya dengan indeks makrofauna dalam tanah maupun

makrofauna permukaan tanah.

Nilai korelasi antara kelembaban relatif udara dengan indeks

keanekaragaman makrofauna dalam tanah yaitu sebesar -0,454. Terdapat korelasi

yang cukup namun pasti. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara kelembaban

relatif dengan indeks diversitas makrofauna permukaan tanah sebesar 0,017.

terdapat korelasi yang sangat rendah/lemah sekali.

Nilai koefisien korelasi antara kadar air tanah dengan makrofauna dalam

tanah yaitu sebesar 0,433. Terdapat korelasi yang cukup berarti. Nilai koefisien

korelasi antara kadar air tanah dengan makrofauna permukaan tanah sebesar

0,183. Menunjukkan adanya korelasi yang sangat rendah/lemah sekali. Dari kedua

nilai korelasi tersebut dapat diartikan bahwa apabila kadar air tanah mengalami

kenaikan maka akan diikuti dengan naiknya indeks keanekaragaman makrofauna

dalam tanah dan indeks makrofauna permukaan tanah. Dalam penelitiannya

Cahyanto (2004) menyatakan bahwa kadar air yang terlalu tinggi pada umumnya

juga akan menganggu kehidupan makrofauna dalam tanah misalnya cacing,

gangsir dan lain-lain. Sugiyarto (2000) menyatakan bahwa peningkatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

kandungan air tanah dapat mengurangi kandungan udara dalam tanah, dengan

demikian berbagai jenis makofauna tanah yang mengambil oksigen langsung dari

udara tidak akan dapat beradaptasi pada kandungan air yang tinggi. Sebaliknya,

fauna tanah yang mampu mengambil oksigen dari air dapat beradaptasi pada

lingkungan tersebut.

Nilai koefisien korelasi antara kandungan bahan organik tanah dengan

indeks keanekaragaman makrofauna terdapat korelasi yang cukup yaitu sebesar

0,525. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara kandungan bahan organik tanah

dengan indeks makrofauna permukaan tanah yaitu sebesar 0,725. terdapat korelasi

yang sangat tinggi, kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soepardi (1983) dan

Sandjaya (2009) yang menyatakan bahwa aktivitas organisme akan meningkat

apabila kandungan bahan organik tinggi dan sebaliknya, aktivitas organisme akan

menurun seiring dengan menurunya kandungan bahan organik tanah. Jadi dapat

disimpulkan terdapat korelasi antara bahan organik tanah dengan indeks

keanekaragaman makrofauna tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian dalam pembahasan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Lahan penambangan pasir di lereng Gunung Merapi, Kemalang memiliki

keanekragaman mesofauna tanah yang berbeda-beda. Indeks keanekaragaman

mesofauna tanah pada lahan penambangan pasir 0 tahun yaitu sebesar 0,88,

pada lahan penambangan pasir ± 1 tahun sebesar 0,80, pada penambangan

pasir ± 2 tahun sebesar 0,89, pada lahan penambangan pasir ± 3 tahun sebesar

0,53, dan pada lahan penambangan pasir ± 4 tahun sebesar 0,68.

2. Terdapat perbedaan keanekaragaman makrofauna tanah pada lahan

penambangan pasir di lereng Gunung Merapi, Kemalang. Keanekaragaman

makrofauna dalam tanah dan makrofauna permukaan tanah yang tertinggi

yaitu pada lahan penambangan pasir ± 0 tahun sebesar 1,33 dan 1,08. Hal ini

dikarenakan pada lahan tersebut belum mengalami penambangan sehingga

masih banyak serasah yang digunakan oleh makrofauna tanah sebagai sumber

makanan dan juga tempat untuk berlindung.

commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap spesies yang ditemukan

sehubungan peranannya dalam menjaga berlangsungnya siklus hara pada

lahan penambangan pasir.

2. Masa dari lahan penambangan pasir mempengaruhi keanekaragaman

mesofauna dan makrofauna tanah. Fauna tanah tersebut berperan dalam

perombakan bahan organik untuk menjaga kesuburan dan siklus hara dalam

ekosistem tersebut. Bagi para penambang, setelah melakukan penambangan

diharapkan untuk segera mungkin melakukan reklamasi pada lahan-lahan

yang telah dilakukan penambangan.

commit to user
PENGGAMBARAN MAKROFAUNA DAN MESOFAUNA TANAH
DIBAWAH TEGAKAN KARET (HEVEA BRAZILLIENSIS) DI LAHAN
GAMBUT

PORTRAYAL MACROFAUNA AND BELOW GROUND MESOFAUNA


RUBBER STAND (HEVEA BRAZILLIENSIS) IN PEATLANDS

Risman1 Al ikhsan2
Agroteknologi Studies Program, Department of Agrotechnology
Faculty of Agriculture, University of Riau, Code 2893, Pekanbaru
rismanonga@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the diversity of macrofauna and mesofauna


peat soil macrofauna calculate population density and mesofauna peat soil
between plants and close rubber plant (Hevea Brazilliensis),Research conducted
in the community rubber plantations, pineapple Kualu Village, District Mines
Kampar. The type of soil used was Peat. The research was conducted over three
months starting from March to May 2016. The study was conducted by survey
sampling for macrofauna and mesofauna ground observations determined by
purposive sampling method, extensive research sites 1 360 hectares with a
population of crop plants, for research taken 5%, namely 18 plants, plant
determination random sample of observations made, the observed data diverse
population and relative density of macrofauna and mesofauna analyzed by
descriptive statistics. The results showed the soil macrofauna and mesofauna
among plants have more than the number of close plant,

Keywords: Macrofauna, mesofauna, peat

PENDAHULUAN berperan dalam menunjang fungsi


Lahan gambut merupakan ekologis dan fungsi ekonomis. Fungsi
salah satu sumber daya alam penting ekologis lahan gambut adalah sebagai
di Indonesia. Indonesia memiliki penyimpan karbon, pengatur tata air
sekitar 15 juta hektar lahan gambut. dan penyimpanan plasma nutfah.
Dari luasan tersebut sekitar 3,867 juta Fungsi ekonomis dari lahan
hektar lahan gambut berada di gambut terkait dengan
Provinsi Riau, atau lebih dari kemampuannya sebagai sumber daya
setengah dari total luas gambut alam untuk memenuhi kebutuhan
Sumatera berada di Riau (BB Litbang manusia. Oleh karena itu, pemanasan
SLDP, 2011). Lahan gambut global juga dapat dikendalikan.
mempunyai peranan penting bagi Fungsi hidrologis gambut
kehidupan manusia. Lahan gambut berhubungan dengan kemampuan

1. Mahasiswa Faperta Universitas Riau 1


2. Dosen Faperta Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017
lahan gambut menyimpan air yang bagi kehidupan manusia. Dengan
sangat besar. Fungsi ekonomis lahan fungsi dan manfaat lahan gambut
gambut sangat besar bagi masyarakat yang besar, maka perlu
lokal. Masyarakat memanfaatkan dipertahankan agar tidak terjadi baik
lahan gambut sebagai sumber kerusakan fisik dan kimia maupun
penghasilan dalam bentuk hasil hutan biologi tanah gambut.
non kayu seperti getah, buah-buahan Biologi tanah merupakan
dan obat-obatan. Lahan gambut telah keadaan biota (organisme) yang hidup
dimanfaatkan sebagai lahan Hutan dan beraktivitas di dalam tanah yang
Tanaman Industri, perkebunan, melalui aktivitas metaboliknya,
tanaman pangan, buah-buahan, sayur- perannya dalam aliran energi dan
sayuran, perikanan dan peternakan. siklus hara berkaitan erat dengan
Banyaknya manfaat yang diperoleh produksi bahan organik. Bahan
dari lahan gambut tersebut maka organik tanah sangat berperan dalam
dinilai perlu adanya pengelolaan memperbaiki sifat fisik dan kimia
gambut secara berkelanjutan, agar tanah, meningkatkan aktivitas biologi
fungsi dan manfaat lahan gambut tanah dan meningkatkan ketersediaan
tersebut dapat berlangsung untuk hara bagi tanaman. Bahan organik
waktu yang lama, sehingga tanah merupakan sumber energi
diperlukan pengelolaan yang benar. utama bagi kehidupan biota tanah,
Pengelolaan lahan gambut khususnya makrofauana dan
yang dikatakan berkelanjutan adalah mesofauna tanah (Suin, 2005). Fauna
menguntungkan secara ekonomi dan tanah memegang peranan penting
memberikan dampak positif terhadap dalam ekosistem tanah, karena
kehidupan sosial masyarakat serta proses dekomposisi material organik
berfungsi untuk menjaga lingkungan. dalam tanah ikut ditentukan oleh
Lahan gambut merupakan bagian dari adanya fauna tanah di habitat tersebut
ekosistem yang mempunyai ciri-ciri sehingga bermanfaat bagi kesuburan
spesifik dan fragile, yang tanah.
pengelolaannya memerlukan kehati- Adanya aktivitas fauna tanah
hatian (Widjaja dan Adhi, pada lahan gambut di bawah tegakan
1986). Upaya pemanfaatan lahan karet dapat mengubah serasah
tersebut saat ini sudah menjadi menjadi fragmen kecil dan feses,
kebutuhan karena beberapa alasan meningkatkan luas areal permukaan
diantaranya, kebutuhan akan lahan dan memodifikasi substrat untuk
oleh masyarakat semakin meningkat kolonisasi bakteri. Aktivitas
sejalan pertambahan penduduk dan fauna tanah tergantung pada jumlah
perubahan pola kehidupannya, lahan dan kualitas bahan organik, faktor
gambut merupakan lahan yang sangat fisik, kimia dan iklim mikro yang ada
potensial untuk dikembangkan di dalam subsistem tanah (Swift et
menjadi lahan perkebunan untuk al.,1979).
beberapa komoditi di Provinsi Riau, Peranan fauna tanah sangat
teknologi yang sesuai untuk penting dalam proses dekomposisi
mengerjakan lahan tersebut sudah bahan organik pada tanah gambut dan
dapat tersedia termasuk pertimbangan menjaga keseimbangan ekosistem,
dari segi sosial-ekonominya. serta pengelolaan gambut secara
Lahan gambut mempunyai berkelanjutan, sehingga penggunaan
fungsi dan manfaat yang sangat besar bahan kimia dalam pengelolaan lahan

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 2


gambut dapat dikurangi dengan Data hasil pengamatan keragaman
melibatkan fungsi makrofauna tanah, kepadatan populasi dan kepadatan
maka dari itu perlu dieksplorasi jenis relatif, makrofauna dan mesofauna
dan jumlah individu mesofauna tanah dianalisis secara statistik deskriptif.
sebagai decomposer bahan organik. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan di Sampel tanah diambil di bawah
Perkebunan karet milik masyarakat. tegakan karet. Pengambilan sampel
Desa Kualu Nenas, Kecamatan tanah dan makrofauna maupun
Tambang, Kabupaten Kampar. mesofauna tanah dilakukan pada areal
Lahannya termasuk gambut dengan dengan luas daerah pengambilan 25 x
luas perkebunan karet 6 ha, untuk 25 cm dengan kedalaman sampai 10
luas lahan penelitian 1 ha. cm, pengambilan sampel dilakukan
Pengamatan makrofauna dan pada 18 tanaman yaitu dekat tanaman
mesofauna tanah di Laboratorium dan diantara tanaman dengan 6 titik
Tanah Fakultas Pertanian Universitas sampel pada masing-masing tanaman,
Riau. Lokasi penelitian memiliki sehingga terdapat 108 sampel.
kedalaman gambut 50 cm dengan Pengamatan makrofauna dan
tingkat kematangan saprik. mesofauna tanah
Penelitian dilaksanakan selama tiga Metode yang digunakan dalam
bulan yaitu dari bulan Maret sampai pengamatan makrofauna adalah
Mei 2016. metode Hand Sortir, yaitu
Bahan yang digunakan dalam pengambilan lansung di lapangan
penelitian ini adalah alkohol 76% untuk mendapatkan jenis dan jumlah
dan aquades. Peralatan yang makrofauna, sedangkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah digunakan dalam pengamatan
bor gambut karung, cangkul, pinset, mesofauana tanah adalah metode
sekop, pH meter, parang, alat-alat Barlese funnel, yaitu melakukan
tulis, kamera dan alat-alat pemanasan tanah gambut
laboratorium untuk analisis tanah menggunakan corong Barlese untuk
yang mendukung pelaksanaan mendapatkan jenis dan jumlah
penelitian. mesofauna tanah, sehingga dapat
Pelaksanaan penelitian dilakukan perhitungan dan klasifikasi
dilakukan dengan metode survei. keragaman makrofauna dan
Pengambilan sampel untuk mesofauna. Makrofauna dan
pengamatan makrofauna dan mesofauna yang teridentifikasi
mesofauna tanah ditentukan dengan diawetkan dengan menggunakan
Metode Purpossive Sampling yakni alkohol 76%. Data yang dikumpulkan
dengan memilih lokasi sesuai dengan meliputi keragaman jenis dan jumlah
tujuan penelitian yang dilakukan di populasi.
bawah tegakan karet. Luas Perhitungan keragaman
lokasi penelitian 1 ha, dengan makrofauna dan mesofauna tanah
populasi tanaman sebanyak 360 Penghitungan keragaman
tanaman, untuk penelitian masing-masing jenis makrofauna
diambil 5% dari total polulasi maupun mesofauna berdasarkan dari
tanaman yaitu sebanyak 18 tanaman. taksonomi hewan dan setiap jenis
Penentuan tanaman sampel ditentukan nama jenisnya sampai
pengamatan dilakukan secara acak. pada kategori taksonomi yang

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 3


diketahui, yaitu kategori ordo tanah adalah bahan organic, C-
makrofauna dan mesofauna tanah. organik, dan pH tanah.
Untuk klasifikasi dari masing-masing HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis makrofauna dan mesofauna Sifat Fisik dan Kimia Tanah
tersebut berdasarkan buku Suin Gambut
(2005). Penelitian ini dilakukan pada
Perhitungan dan interpretasi data lahan karet masyarakat di Desa Kualu
Fauna tanah yang teridentifikasi Nenas, dengan jenis tanah gambut
dihitung dalam setiap keragaman (Histosol). Tanah gambut di lahan
jenis dan individunya, kemudian penelitian ini memiliki kedalaman 50
dicatat hasil pengamatannya dan cm dengan tingkat kematangan Saprik
selanjutnya dilakukan perhitungan dan memiliki tingkat ketebalan
dan interpretasi data. serasah 10-15 cm. Dalam Soil Survey
Kepadatan populasi dan kepadatan Staff (2003), yang dapat
relatif makrofauna dan mesofauna dikategorikan se bagai tanah gambut
tanah berdasarkan kandungan bahan
Kepadatan populasi dan organiknya, selain dicirikan oleh
kepadatan relatif dapat ditulis kandungan bahan organiknya, syarat
berdasarkan rumus Suin, (2005) suatu tanah dikatakan gambut juga
dicirikan oleh ketebalan dan Bulk
sebagai berikut : density (BD). Lahan gambut terdiri 3
Kepadatan Populasi (K) jenis yaitu gambut dangkal dengan
lapisan 50-100 cm, gambut sedang
dengan tebal lapisan 100-200 cm dan
gambut dalam dengan lapisan lebih
dari 200 cm (Widjaja dan Adhi,
Kepadatan relatif (KR) 1992).
Tanah gambut yang memiliki
ketebalan <1 m tergolong sebagai
gambut dangkal, umumnya memiliki
Sifat tanah yang dianalisis
sifat fisik dan kimia yang tergolong
meliputi sifat fisik dan kimia, karena baik, sehingga perlu dianalisis sifat
sifat fisik dan kimia tanah akan fisik dan kimia tanah gambut yang
mempengaruhi sifat biologinya. digunakan pada penelitian ini.
Analisis sifat tanah gambut Keberadaan makrofauna dan
dilakukan di Laboratorium Tanah mesofauana tanah pada tanah gambut
Fakultas Pertanian Universitas Riau. dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia
Sifat fisika tanah diantaranya tanah. Hasil analisis tersebut
permeabilitas, kadar air, dan Bulk
disajikan pada Tabel 1 dan 2.
density, sedangkan untuk sifat kimia
Tabel 1. Hasil analisis sifat fisik tanah gambut di lahan perkebunan karet
masyarakat, Desa Kualu Nenas.
No Titik Koordinat Titik Permeabilitas Kadar Bulk
lokasi sampel air density
(cm/jam) (%) (g/cm3)
1 T1 000 35’ 25,87” A1 10,57 180 0,30
101 23’ 34.55”
0
B1 16,50 185 0,26

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 4


2 T2 000 35’ 25,87” A2 4,20 182 0,28
101023’ 34.55” B2 11,48 210 0,25
3 T3 000 35’ 25,87” A3 8,81 215 0,32
101023’ 34.55” B3 7,73 213 0,25
4 T4 000 35’ 25,87” A4 6,09 250 0,24
101023’ 34.55” B4 14,52 266 0,20
5 T5 000 35’ 25,87” A5 9, 30 171 0,19
101023’ 34.55” B5 13,56 180 0,35
6 T6 000 35’ 25,87” A6 10,22 177 0,25
101023’ 34.55” B6 17,31 183 0,19
7 T7 000 35’ 25,87” A7 8,33 160 0,26
101023’ 34.55” B7 14,40 163 0,22
8 T8 000 35’ 25,87” A8 6,90 180 0,32
101023’ 34.55” B8 11,55 179 0,19
9 T9 000 35’ 25,87” A9 9,41 175 0,39
101023’ 34.55” B9 12,00 195 0,26
10 T10 000 35’ 25,87” A10 5,29 183 0,36
101023’ 34.55” B10 10,77 195 0,27
11 T11 000 35’ 25,87” A11 6,12 173 0,25
101023’ 34.55” B11 9,71 201 0,23
12 T12 000 35’ 25,87” A12 7,09 170 0,24
101023’ 34.55” B12 10,75 234 0,20
13 T13 00035’ 25,87” A13 8,88 177 0,24
101023’ 34.55” B13 11,13 211 0,22
14 T14 000 35’ 25,87” A14 9,00 130 0,30
101023’ 34.55” B14 15,19 180 0,25
15 T15 000 35’ 25,87” A15 14,03 140 0,27
101023’ 34.55” B15 19, 30 159 0,21
16 T16 000 35’ 25,87” A16 7,94 142 0,37
101023’ 34.55” B16 11,61 170 0,31
17 T17 000 35’ 25,87” A17 15,15 147 0,57
101023’ 34.55” B17 18,33 189 0,49
18 T18 000 35’ 25,87” A18 9,13 136 0,66
101023’ 34.55” B18 13,00 155 0,41
Keterangan: A = Dekat tanaman
B = Antara tanman
T = Tanaman
Pada tabel 1 terlihat bahwa dan diantara tanaman. Kadar air
hasil analisis sifat fisik tanah gambut tertinggi terdapat di antara tanaman.
di dekat tanaman (130%-250%) dan Di dekat tanaman memiliki Bulk
di antara tanman memiliki kadar air density (0,19-0,66) dan permeabilitas
(155%-266%), terdapat (4,20-14,03 cm/jam). Sedangkan di
perbedaan kadar air di dekat tanaman antara tanaman memiliki Bulk

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 5


density (0,19-0,49) dan pemeabilitas titik sampel antara tanaman
(7,73-19,30 cm/jam). disebabkan jumlah bahan organik
Perbedaan sifat fisik tanah yang tinggi dan kematangan gambut
gambut pada lokasi yang berbeda di yang baik sehingga total ruang pori
pengaruhi oleh tingkat kejunuhan air tanah semakin tinggi (Soepardi,
tanah. Tanah yang memiliki kadar air 1983). Menurut Kurnia et al., (2006),
yang tinggi terdapat pada lokasi apabila tanah mempunyai total ruang
sampel antara tanaman, tingginya pori yang tinggi cenderung
kadar air tanah menyebabkan mempunyai bobot isi tanah yang lebih
kurangya oksigen dalam tanah, rendah. Yulnafatmawita et al,. (2010),
sehingga fauna tanah tidak dapat menyatakan bahwa penurunan bobot
bertahan hidup. Handayanto dan isi tanah akan mempengaruhi
Hairiah (2009), fauna tanah tidak bisa permeabilitas tanah. Junaidi (2008),
bertahan hidup pada tanah yang jenuh menyatakan tanah yang bulk density
air atau anaerob. rendah akan menyebabkan air mudah
Adanya perbedaan sifat fisik masuk ke dalam tanah, ditahan dan
tanah yang terlihat di titik sampel diteruskan yang pada akhirnya
dekat tanaman dan antara tanaman. meningkatkan permeabilitas tanah.
Dekat tanaman memiliki bulk density Tanah dengan permeabilitas yang
(0,66 g/cm3), dan antara tanaman tinggi akan memberikan oksigen yang
Bulk density (0,49 g/cm3). Tingginya cukup bagi makrofauna dan
Bulk density dekat tanaman mesofauna dalam tanah. Pada titik
dikarenakan adanya kegiatan sampel antara tanaman dapat dilihat
penyadapan tanaman karet, permeabilitas lebih tinggi daripada
kandungan air tanah yang lebih dekat tanaman hal ini di pengaruhi
rendah dan ketersediaan oksigen oleh rendahnya bulk density dan
dalam tanah, sehingga proses tingginya kadar air.
dekomposisi bahan organik tidak Perbedaan sifat fisik tanah akan
berjalan dengan baik. Keberadaan mempengaruhi sifat kimia tanah
makrofauna dan mesofauna dalam gambut. Hasil analisis sifat kimia
tanah dipengaruhi oleh kelembaban tanah gambut di lahan perkebunan
tanah, tekstur tanah dan aerasi tanah karet masyarakat Desa Kualu Nenas
(Handayanto dan Hairiah, 2009). disajikan pada Tabel di bawah ini.
Rendahnya Bulk density (BD) pada
Tabel 2. Hasil analisis sifat kimia tanah gambut di lahan perkebunan karet
masyarakat, Desa Kualu Nenas.
No Titik Koordinat Titik Bahan C pH
Lokasi Sampel organik Organic

(%) (%)
1 T1 00 35’ 25,87”
0
A1 71,37 46,90 3,60
1010 23’ 34.55” B1 80,65 46,80 3,70
2 T2 000 35’ 25,87” A2 73,42 47,30 3,77
101023’ 34.55” B2 79,05 46,80 3,96
3 T3 000 35’ 25,87” A3 69,97 46,60 4,04
101023’ 34.55” B3 78,74 37,90 4,38
4 T4 000 35’ 25,87” A4 65,75 46,90 4,02
101023’ 34.55” B4 69,74 47,20 4,15

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 6


5 T5 000 35’ 25,87” A5 73,91 42,50 4,04
101023’ 34.55” B5 77,84 47,90 4,25
6 T6 000 35’ 25,87” A6 50,44 48,10 4,23
101023’ 34.55” B6 60,76 47,60 4,43
7 T7 000 35’ 25,87” A7 63,00 45,20 4,25
101023’ 34.55” B7 65,55 48,30 4,40
8 T8 000 35’ 25,87” A8 62,55 37,20 3,80
101023’ 34.55” B8 71,06 48,50 3,95
9 T9 000 35’ 25,87” A9 71,14 41,00 3,16
101023’ 34.55” B9 77,74 45,40 4,05
10 T10 000 35’ 25,87” A10 56,47 42,93 3,70
101023’ 34.55” B10 63,77 45,85 3,90
11 T11 000 35’ 25,87” A11 65,11 41,39 3,98
101023’ 34.55” B11 70,09 46,78 4,06
12 T12 000 35’ 25,87” A12 57,71 42,58 4,08
101023’ 34.55” B12 68,47 40,58 4,46
13 T13 000 35’ 25,87” A13 64,55 38,13 4,09
101023’ 34.55” B13 69,88 45,38 4,42
14 T14 000 35’ 25,87” A14 58,23 40,45 3,17
101023’ 34.55” B14 65,77 42,87 3,63
15 T15 000 35’ 25,87” A15 68,41 36,79 3,97
101023’ 34.55” B15 73,31 38,04 4,08
16 T16 000 35’ 25,87” A16 64,66 40,11 3,77
101023’ 34.55” B16 70,63 44,32 3,98
17 T17 000 35’ 25,87” A17 57.80 42,13 4,04
101023’ 34.55” B17 69,74 45,62 4,21
18 T18 000 35’ 25,87” A18 61,52 39,42 4,11
101023’ 34.55” B18 75,49 44,91 4,33
Keterangan: A = Dekat tanaman
B = Antara tanman
T = Tanaman
Tabel 2 memperlihatkan adanya memiliki perbedaan sifat kimia.
perbedaaan sifat kimia tanah gambut Dekat tanaman memiliki pH yang
pada setiap titik lokasi dan titik lebih rendah dibandingkan dengan
sampel. Pada titik sampel dekat antara tanaman. Rendahnya pH dekat
tanaman memiliki kadar C- organik tanaman dikarenakan kurangnya
(36,79%-48,10%), bahan organik bahan organic, sehingga tanah
(50,44%-73,91%) dan pH (3,16-4,25), gambut banyak mengandung asam
sedangkan diantara tanaman memiliki sulfat yang menyebabkan tanah
kadar c-organik (37,90%-48,50%), tersebut menjadi masam. Kemasaman
bahan organik (60,76%-80,65%) dan tanah sangat mempengaruhi aktivitas
pH (3,63-4,46). Faktor sifat kimia makrofauna dan mesofauna, sehingga
tanah yang mempengaruhi populasi menjadi faktor pembatas penyebaran
fauna tanah adalah pH, kandungan C- populasi makrofauna dan mesofauna
organik dan bahan organik. Lokasi tanah dalam mendiami suatu habitat
pengambilan titik sampel antara (Kemas dan Napoleon, 2007). Sesuia
tanaman dan di antara tanaman dengan pendapat Suin (2025), biota

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 7


tanah akan hidup pada pH netral Makrofauna dan mesofauna
sampai agak masam. akan hidup pada tempat yang
Keanekaragaman makrofauna dan memiliki kelembaban tanah yang
mesofauana tanah sangat tergantung sedang dan memiliki bahan organik
pada kondisi lingkungannya. yang tinggi, sehingga
Makrofauna dan mesofauana tanah makrofauna dan mesofauna tanah
lebih menyukai keadaan lembab dan tersebut menjadikannya sebagai
agak masam sampai netral tempat berlangsungnya aktivitas
(Notohadiprawiro, 1998). Makalew kehidupan dalam melakukan
(2001) menjelaskan faktor lingkungan perombakan-perombakan bahan
yang dapat mempengaruhi aktivitas organik di dalam tanah.
organisme tanah yaitu, iklim (curah C organik merupakan bahan
hujan, suhu), tanah (kemasaman, organik yang terkandung di dalam
kelembaban, suhu tanah, hara), dan maupun di permukaan tanah termasuk
vegetasi (hutan, padang rumput) serta serasah, fraksi bahan organik ringan,
cahaya matahari. biomasa mikroorganisme, bahan
Hasil analisis kimia organik yang terlarut dalam air dan
menunjukan perbedaan jumlah bahan bahan organik yang stabil atau
organik tanah, dekat tanaman dan humus. Tinggi rendahnya C organik
diantara tanaman. Dekat tanaman tanah akan mempengaruhi jumlah
memiliki bahan organik lebih rendah bahan organik tanah, semakin tinggi
dibandingkan anatara tanaman. C organik tanah maka akan
Adanya perbedaan jumlah bahan meningkat pula bahan organik tanah
organik akan memepengaruhi tingkat nya (Triesia, 2011).
populasi fauna tanah Hal ini sesuia Jenis dan Jumlah Individu
dengan penelitian Gentara (2015) Makrofauna dan Mesofauna
keragaman fauna tanah akan Hasil pengamatan jenis dan
meningkat apabila ketersedian bahan jumlah individu makrofauna dan
organik tanah yang lebih tinggi. mesofauna dekat tanaman dan di
Sugiyarto (2000), menyatakan bahwa antara tanaman pada lahan gambut di
meningkatnya kearagaman mesofauna bawah tegakan tanaman karet
di dalam tanah dikarenakan juga disajikan pada Gambar 3 dan Gambar
meningkatnya kandungan bahan 4.
organik tanah sebagai sumber
makanannya. Suin (2005)
menjelaskan bahwa kehidupan fauna
tanah sangat bergantung pada
habitatnya, karena keberadaan dan
keragaman fauna tanah di suatu
tempat ditentukan oleh keadaan Gambar 3. Jumlah keseluruhan
tempat itu sendiri. Selain dipengaruhi makrofauna dan mesofauna tanah.
oleh faktor fisik dan kimia,
peningkatan keragaman dan
kepadatan populasi makrofauna dan
mesofauna tanah pada suatu tempat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
habitatnya serta sifat biologis fauna
tanah itu sendiri.

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 8


Gambar 4. Jenis keseluruhan abiotik yang mempengaruhi adalah
makrofauna dan mesofauna tanah faktor fisika antara lain tekstur tanah,
Gambar 3 dan 4 memperlihatkan struktur tanah, dan faktor kimia antara
adanya perbedaan jumlah serta jenis lain pH, salinitas, dan kadar bahan
makrofauna dan mesofauna tanah. organik. Sedangkan faktor biotik
Jumlah makrofauna lebih sedikit yang mempengaruhi antara lain
dibandingkan dengan jumlah mikroflora dan tanaman.
mesofauna tanah. Hal ini di sebabkan Selain itu, aktivitas organisme
oleh ketersedian bahan organik tanah dapat ditentukan oleh beberapa
sebagai sumber makanan bagi parameter seperti jumlahnya dalam
makrofauna tanah. Makrofauana tanah, bobot tiap unit isi atau luas
tanah akan memakan bahan organik tanah (biomassa) dan aktivitas
sebagai sumber makannya. metaboliknya (Hakim et al, 1986).
Makrofauna tanah sangat bervariasi Menurut Tian (1992), aktivitas fauna,
dalam kebiasaan dan pemilihan kondisi tanah dan iklim mikro akan
makanannya. Aktivitas makrofauna mempengaruhi produktivitas
tanah umumnya berkaitan dengan organisme tanah dan struktur
makanan yaitu menemukan makanan vegetasi. Sebaliknya vegetasi akan
dan memakannya. Makanan adalah mempengaruhi organisme tanah
salah satu faktor yang sangat penting melalui sumbangan bahan organik
dalam menentukan banyaknya fauna dan iklim mikro yang terbentuk.
tanah, habitat dan penyebarannya. Adianto (1993) menjelaskan bahwa
Semakin banyak tersedia makanan kehidupan fauna tanah selain
maka semakin beragam pula ditentukan oleh bermacam vegetasi
makrofauna tanah yang dapat juga ditentukan oleh faktor-faktor lain
bertahan di habitat tersebut. Kualitas seperti kemasaman (pH), zat kimia
dan kuantitas makanan yang cukup dalam tanah (kalsium dan nitrogen),
akan menaikkan jumlah individu kandungan air tanah, aerasi tanah,
makrofauna tanah, begitu juga faktor iklim mikro dalam tanah dan
sebaliknya. cahaya matahari.
Tipe dan jumlah makanan dapat Tanaman dapat meningkatkan
mempengaruhi fauna tanah dalam kelembaban tanah dan sebagai
beberapa hal seperti pertumbuhan, penghasil seresah yang disukai
perkembangan, reproduksi dan makrofauna tanah. Brussard (1998)
kelakuan (Borror et al, 1992). Salah menyatakan bahwa sisa-sisa tanaman
satu tanda kegiatan fauna tanah dan pupuk organik merupakan bahan
adalah terbentuknya krotovinas dalam organik yang digunakan sebagai
profil tanah. Krotovina adalah bahan makanan. Oleh karena itu,
kantong atau terowongan yang fauna tanah dapat ditemukan pada
terbentuk beraneka yang dibuat oleh tanah-tanah bervegetasi. Tinggi
hewan penggali di dalam suatu bagian rendahnya komunitas serangga
profil tanah berisi bahan tanah dan dipengaruhi oleh waktu, tempat dan
bahan lain yang diangkut dari tanah lingkungannya (Richard dan
lainnya (Notohadiprawiro, 1998). Southwood, 1968).
Keberadaan makrofauna tanah Jenis dan Jumlah Individu
sangat dipengaruhi oleh faktor Makrofauna dan Mesofauna Dekat
lingkungan yaitu faktor biotik dan Tanaman dan Diantara Tanaman
faktor abiotik. Faktor lingkungan

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 9


individu makrofauna dan mesofauna
tanah akan semakin bertambah,
karena bahan organik mampu
melindungi makrofauna dan
mesofauna tanah dari tekanan
lingkungan. Menurut Lavelle et al.,
(1994) keanekaragaman makrofauna
dan mesofauna tanah juga di
pengaruhi organisme lainya. Semua
Gambar 5. Jumlah dan jenis organisme di dalam tanah saling
makrofauna dan mesofauna tanah di berinteraksi, baik interaksi
dekat tanaman dan di antara tanaman. mutualisme ataupun saling memangsa
Gambar 5 memperlihatkan sehingga membentuk rantai makanan.
adanya perbedaan jumlah serta jenis Dengan perkataan lain, keberadaan
individu makrofauna dan mesofauna suatu jenis fauna tanah disuatu tempat
tanah antara tanaman dan dekat sangat bergantung dari faktor
tanaman. Antara tanaman memiliki lingkungan, yaitu lingkungan biotik
jenis dan jumlah individu yang lebih dan lingkungan abiotik. Hal ini yang
banyak dibandingkan dekat tanaman, mempengaruhi jumlah dan jenis
hal ini disebabkan oleh tingkat individu makrofauna dan mesofauna
ketebalan serasah antara tanaman dan tanah antara tanaman memiliki jenis
dekat tanaman. Antara tanaman dan jumlah individu yang lebih
memiliki ketebalan serasah (10 cm – banyak dibandingkan dengan dekat
15 cm) dan dekat tanaman memiliki tanaman.
ketebalan serasah (5cm – 10 cm). Selain ketebalan serasah,
Hubungan jenis dan jumlah individu rendahnya jumlah fauna tanah di
makrofauna dan mesofauna tanah dekat tanaman di sebabkan oleh
dengan tempat yang berbeda pemadatan tanah akibat kegiatan
menunjukkan bahwa semakin tebal penyadapan tanaman karet sehingga
serasah pada tanaman karet maka tanah menjadi padat. Tingginya BD
semakin banyak jenis dan jumlah tanah dekat tanaman akan
individu makrofauna dan mesofaunah mempengaruhi airase tanah, sehingga
tanah. Hal ini erat kaitannya oksigen dalam tanah sedikit. Menurut
dengan kegemburan tanah dan bahan Gentara (2015) fauna tanah tidak
organik tanah, jumlah bahan dapat hidup dan berkembang pada
organik tanah dipengaruhi oleh keadaan anaerob dan kekurangan
ketebalan serasah, semakin tebal oksigen. Menurut Kemas (2007)
serasah maka bahan organik akan fauna tanah memerlukan oksigen
semakin tinggi. yang optimal dalam tanah untuk
Sugiyarto (2000), menyatakan melakukan aktivitas mendekomposisi
bahwa meningkatnya keragaman bahan organik tanah. Selain itu
makrofauna dan mesofauna di dalam kepadatan tanah akan mempengaruhi
tanah disebabkan oleh meningkatnya tingkat kelembaban tanah dan kadar
kandungan bahan organik tanah yang air tanah. Kadar air tanah sangat
dapat dimanfaatkan oleh makrofauna berpengaruh terhadap kelangsungan
dan mesofauna tanah sebagai sumber hidup makrofauna dan mesofauna
makanannya. Semakin tinggi bahan tanah. Kadar air tanah yang tinggi
organik yang tersedia maka jumlah dapat menghambat proses

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 10


dekomposisi bahan organik karena pori dalam profil tanah sehingga
tanah mengalami jenuh air, porositas tanah meningkat dan akar
sebaliknya dengan kadar air tanah tanaman yang telah mati akan
yang rendah bahan organik membusuk meninggalkan pori dan
terdekomposisi dengan baik. Suin meningkatkan laju permeabilitas
(2005) menyatakan bahwa bahan sehingga dapat mengurangi besarnya
organik tanah sangat menentukan penurunan permukaan tanah
kepadatan makrofauna tanah. (subsidensi).
Dekat tanaman memiliki Rendahnya jenis dan jumlah
kadar air (130%-250%) lebih rendah individu mesofauna tanah dekat
dibanding diantara tanaman, diantara tanaman dibandingkan dengan
tanaman yang memiliki kadar air diantara tanaman menyebabkan
(155%-266%), tinginya kadar air tingkat dekomposisi bahan organik
diantara tanaman dikarenakan tingkat menjadi terhambat, sehingga bahan
ketebalan serasah yang tinggi organik yang terdapat dekat tanaman
sehingga akan mengurangi evaporasi tidak terdekomposisi dengan baik.
tanah dan kelembaban serta kadar air Jenis dan jumlah individu mesofauna
tanah tetap terjaga dengan optimal. tanah sangat tergantung pada kondisi
Menurut Suin (2005) fauna dan flora lingkungan. Mesofauna tanah lebih
tanah akan hidup pada tingkat menyukai keadaan lembab dan agak
kelembaban tanah dan ketersediaan masam sampai netral
ogsigen optimal. Sejalan dengan (Notohadiprawiro, 1998)
penelitian Gentara (2015) fauna tanah Banyaknya jenis dan jumlah
akan bertahan hidup dan berkembang mesofauna diantara tanaman
dengan baik pada kondisi disebabkan oleh tersedianya bahan
ketersediaan oksigen yang optimal. organik tanaman yang berasal dari
Kandungan air tanah menunjukkan daun tanaman karet maupun vegetasi
korelasi positif dengan jumlah dan diantara tanaman. Semakin sedikit
jenis mesofauna di dalam tanah. Hal tersedia bahan organik di dalam
ini disebabkan oleh peningkatan tanah, maka semakin rendah pula
kandungan air tanah dapat mesofauna yang dapat hidup di
mengurangi kandungan udara di habitat tersebut. Kadar air tanah
dalam tanah. menunjukkan korelasi positif dengan
Pembentukan pori-pori tanah mesofauna di dalam tanah.
juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas Peningkatan kandungan air tanah
akar-akar tanaman kelapa sawit dan dapat mengurangi kandungan udara di
mesofauna tanah terutama cacing dalam tanah. Dengan demikian
kecil enchytraeidae dan collembola berbagai jenis mesofauna tanah yang
sminthuridae. Menurut Brata dan mengambil oksigen secara langsung
Nelistya (2008), bentuk biopori dari udara tidak akan dapat
menyerupai terowongan kecil di beradaptasi pada lingkungan tanah
dalam tanah, bercabang-cabang dan dengan kandungan air yang tinggi
sangat efektif untuk menyalurkan air atau jenuh air (Sugiyarto, 2000).
dan udara ke dalam tanah. Kepadatan Populasi (K) dan
Menurut Simanjuntak (2005), Kepadatan Relatif (KR)
aktivitas enchytraeidae dan Makrofauna dan Mesofauna Dekat
sminthuridae yang memakan bahan Tanaman dan Diantara Tanaman
organik akan meninggalkan banyak

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 11


Family Kepadatan populasi dan kepadatan relative
makrofauna dekat tanaman
tanah K KR
2
(ind/m ) (%)
Geophilomorpha 116,66 21,65
Hymenoptera 255,55 47,42
Coleoptera 166,66 30,92
Jumlah populasi 538,89 99,99
Antara Tanaman
Geophilomorpha 155,56 23,33
Hymenoptera 322,22 48,33
Coleoptera 188,89 28,33
Jumlah populasi 666,67 99,99
Tabel 3 memperlihatkan kepadatan populasi (K) makrofauna tanah diantara
tanaman (322,22 ind/m2) lebih tinggi dibandingkan dekat tanaman (255,55
ind/m2)

Tabel 4. Kepadatan populasi dan kepadatan relatif mesofauna dekat tanaman dan
antara tanaman.
Kepadatan populasi dan kepadatan relative
Famili mesofauna dekat tanaman
tanah K KR
(ind/m2) (%)
Acerentomidae 61,11 9,24
Enchytraeidae 133,33 20,16
Macrochelidae 111,11 16,80
Paronellidae 77,78 11,76
Sminthuridae 100 15,12
Neanuridae 88,89 13,44
Onychiuridae 88,89 13,44
Jumlah populasi 661,11 99,96
Diantara tanaman
Acerentomidae 105,56 11,30
Enchytraeidae 77,78 8,33
Macrochelidae 127,77 13,68
Paronellidae 155,55 16,66
Sminthuridae 222,22 23,80
Neanuridae 111,11 11,90
Onychiuridae 133,33 14,28
Jumlah populasi 933,33 99,95

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 12


Tabel 4 memperlihatkan kepadatan tanaman didominasi oleh
populasi (K) mesofauna tanah sminthuridae.
diantara tanaman (222,22 ind/m2) Perbedaan kepadatan populasi
lebih tinggi dibandingkan dekat (K) dan kepadatan relatif (KR)
tanaman (133,33 ind/m2). makrofauna dan mesofauna tanah
Dengan adanysa perbedaan dekat tanaman dan antara tanaman
kepadatan populasi dekat tanaman tergantung dari jumlah setiap jenisnya
dan diantara tanaman, dikarenakan dan jumlah semua jenis fauna tanah
adanya perbedaan sifat fisik dan pada suatu tempat tertentu, hal ini
kimia tanah, diantaranya kandungan juga dipengaruhi oleh perbedaan sifat
bahan organik, pH, kadar air tanah, fisik dan kimia tanah dekat tanaman
permeabilitas dan Bulk density di dan antara tanaman tersebut.
dalam tanah. Menurut Suin (2005) Kepadatan populasi makrofauna
komposisi dan jenis bahan organik dan mesofauna tanah sangat penting
menentukan keragaman jenis fauna diukur untuk menghitung
tanah yang hidup, sedangkan produktivitas fauna tanah dalam
banyaknya serasah yang tersedia mendekomposisi bahan organik,
menentukan kepadatan populasi tetapi untuk membandingkan suatu
fauna tanah. komunitas dengan komunitas lainnya
Tingginya kepadatan populasi digunakan kepadatan relatif.
diantara tanaman dikarenakan antara Kepadatan relatif dihitung dengan
tanaman terdapat daun tanaman karet membandingkan kepadatan suatu
yang akan didekomposisi menjadi jenis dengan kepadatan semua jenis
bahan organik tanah. Selain itu yang terdapat dalam sampel unit
kepadatan populasi pada kadar air tersebut (Suin, 2005).
tanah 155%-266% lebih tinggi Keragaman makrofauna dan
dikarenakan bahan organik mesofauna tanah dapat
terdekomposisi dengan baik, dengan mempengaruhi kepadatan populasi
perbedaan kadar air tanah dan (K) makrofauna dan mesofauna tanah
ketersediaan bahan organik di lahan di suatu habitat tertentu. Keragaman
gambut sehingga mempengaruhi makrofauna dan mesofauna tanah
jumlah kepadatan relatif (KR) semua akan meningkat apabila
jenis fauna tanah. meningkatnya bahan organik.
Kepadatan relatif (KR) pada Sugiyarto (2000), menyatakan bahwa
antara tanamani memilki jumlah dan meningkatnya keragaman fauna tanah
jenis yang lebih tinggi dibandingkan di dalam tanah dikarenakan
dekat tanaman. Pada tanaman karet meningkatnya kandungan bahan
tersebut kepadatan populasi (K) dan organik sebagai sumber makanannya.
kepadatan relatif (KR) makrofauna Kesimpulan
tanah dekat tanaman dan diantara Dari penelitian yang telah
tanaman didominasi oleh semut dilakukan, maka dapat ditarik
(Hymenoptera) dan kepadatan kesimpulan sebagai berikut :
populasi (K) dan kepadatan relatif 1. Makrofauna dan mesofauna
(KR) mesofauna tanah dekat tanaman tanah diantara tanaman
didominasi oleh enchytraeidae dan memiliki jumlah lebih banyak
kepadatan populasi (K) dan kepadatan dibandingkan dengan dekat
relatif (KR) mesofauna tanah antara tnaman.

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 13


2. Mesofauna tanah pada kebun Pengelolaannya. Sebelas Maret
karet di lahan gambut lebih University Press. Surakarta
banyak dengan jumlah ( 287) Balai Penelitian Tanah, 2011.
dibandingkan makrofauna tanah Pengelolaan Lahan Gambut
dengan jumlah ( 217) Berkelanjutan. Kementerian
3. Kepadatan populasi (K) antara Pertanian. Bogor
tanaman lebih tinggi Brata R. K dan A. Nelistya. 2008.
dibandingkan dekat tanaman. Lubang Resapan Biopori.
Kepadatan populasi (K) Jakarta : Penebar Swadaya..
mesofauna tanah lebih rendah di Djaenudin, D., H. Marwan, H.
bandingkan makrofauna tanah Subagjo, dan A. Hidayat. 2000.
di lahan gambut. Petunjuk Teknis Evaluasi
4. Kepadatan relatif (KR) dekat Lahan untuk Komoditas
tanaman lebih rendah Pertanian. Balai Penelitian
dibandingkan antara tanaman. Tanah. Bogor.
Kepadatan relatif (KR) Fitri. 2012. Peranan Makrofauna
mesofauna tanah lebih rendah dan Mikrofauna dalam Sifat
dibandingkan makrofauna Fisik dan Kimia Tanah.
tanah. http://fitri05.wordpress.com/20
DAFTAR PUSTAKA 11/01/24/. Tanggal akses 23
Adianto. 1993. Lubang Resapan Februari 2015.
Biopori. Jakarta : Penebar Swadaya. Handayanto. E, dan Hairiah.K, 2009.
Agus, F., Wahyunto, A. Dariah, P. Biologi Tanah Landasan
Setyanto, I.G.M. Subiksa, E. Pengelolaan Tanah Sehat.
Runtunuwu, E. Susanti, and W. Pustaka Adipura. Karangjaen,
Supriatna. 2010. Carbon Yogyakarta.
budget and management Hardjowigeno S. and Abdullah. 1987.
strategies for conserving Suitability of Peat Soils of
carbon in peat land: Case Sumatera for Agriculture
study in Kubu Raya and Development. International
Pontianak Districts, West Peat Society. Symposium on
Kalimantan, Indonesia. pp. Tropical Peat and Peatland for
217-233. In, Chen, Z.S. and F. Development. Yogyakarta. 9 –
Agus (eds.), Proceeding of Int’l 14 Februari 1987.
Workshop on Evaluation and Iswandi. 1990. Ekologi Hewan dan
Sustainable Management of Tanaman. Bogor.
Soil Carbon Sequestration on Laboratorium Ekologi
Asian Countries. Tanaman. Fakultas Kehutanan.
Agus, F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Institut Pertanian Bogor.
Lahan Gambut: Potensi Jurnal, 2003. Soil Survey Staff.
Untuk Pertanian dan Aspek http://jurnal.wordpress.com/200
Lingkungan. Balai Penelitian 3/01/13. Tanggal akses 29
Tanah dan Word Agroforestry September 2008.
Centre (ICRAF). Bogor. Khaeruddin. 1999. Pembibitan
Indonesia. Tanaman HTI. Penebar
Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Swadaya. Jakarta.
Organik Terhadap Makalew, A. D. N. 2001.
Kesuburan Tanah dan Upaya Keanekaragaman Biota

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 14


Tanah Pada Agroekosistem Simanjuntak A. K.2005. Pengelolaan
Tanpa Olah Tanah (TOT). Fauna Tanah. Jakarta: Penerbit
Makalah Falsafah Sains PT Penebar Swadaya.
program Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri
pascasarja/S3.Bogor:IPB.Http:// Tanah. IPB. Bogor.
www.hayatiipb.com/users/rudy Sutejo, M. M. 1991. Pupuk dan
ct/indiv2001/afra-dnm.htm. Cara Pemupukan. Bina
Diakses pada tanggal 20 Aksara. Jakarta. Jurnal Litbang
Februari 2012. Pertanian.
Mario, M.D. 2002. Peningkatan Sugiyarto. 2000. Keanekaragaman
Produktivitas dan Stabilitas makrofauna tanah pada
Tanah Gambut dengan berbagai umur tegakan
Pemberian Tanah Mineral sengon di RPH Jatirejo, Kab.
yang Diperkaya Bahan Kediri. Biodiversitas 1 (2): 47-
Berkadar Besi Tinggi . 53.
Disertasi Program Pasca Suin, N. M. 2005. Ekologi Hewan
Sarjana. Institut Pertanian Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Bogor. (Tidak dipublikasi). Swift, M.J. Heal,O. W. and Anderson,
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah J. M. 1997. Decomposition in
dan Lingkungan. Jakarta : Terrestrial Ecosystems.
Direktorat Jenderal Pendidikan Studies in Ecology 5.
Tinggi. Departemen Pendidikan Baekeley, California, USA.
dan Kebudayaan. University of California Press.
Priyadarshini R. 1999. Estimasi Wahyunto dan B. Heryanto. 2005.
Modal C (C-stock) Masukan Pemanfaatan Lahan Gambut
Bahan Organik, Secara Bijaksana untuk
Hubungannya dengan Manfaat Berkelanjutan. Seri
Populasi Cacing Tanah pada Prosiding 08. Ditjen Bina
Sistem Wanatani. Tesis. Bangda - Depdagri, Ditjen
Program Pascasarjana. Program PHKA - Dephut, Pemprop.
Studi Pengelolaan Tanah dan Kalimantan Tengah, Pemprop.
Air. Universitas Brawijaya. Riau, Wetlands International -
Malang. Indonesia Programme, Wildlife
Rasmadi M. dan A. Kurnain .2004. Habitat Canada, Global
Memahami Watak Gambut Environment Centre, WWF -
Sehubungan Dengan Indonesia, Care International -
Kegiatan Reklamasi di Lahan Indonesia, Yayasan BOS -
Gambut Tropis. Agroscientiae. Mawas, LP3LH. Bogor.
11, 28-36. Widjaja dan Adhi, IP.G. 1986.
Pengelolaan lahan Rawa
Rukmana, R. 1999. Budidaya Pasang Surut dan lebak.
Cacing Tanah. Kanisius. Jurnal Penelitian dan
Yogyakarta. Pengembangan Pertanian. Vol.
Sholenius, B. 1980. Abundance, V(1) Januari 1986.
biomass and contribution to
energy flow by soil nematodes
in terresial ecosystems.
Heyden and Son, London.

JOM Faperta Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 15


EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 p-ISSN 1978-8096
Halaman 128-138 e-ISSN 2302-3708

POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA SERASAH DAN TANAH


AKIBAT PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN DI RESORT PEMERIHAN
TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

Abundance And Diversity Of Soil And Litter Mesofauna To The Effect Of Forest Cover
Change in Pemerihan Resort Bukit Barisan Selatan National Park

Frendika Mahendra1), Melya Riniarti1), dan Ainin Niswati2)


1)
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2)
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

Abstract

This research was conducted to study about abundance and diversity of soil and litter mesofauna
to the effect of forest cover change that occurred in the Pemerihan Resort, Bukit Barisan Selatan
National Park. This research was compiled in a completely randomized design (CRD) and there
were four different lands, which were: (1) primary forest, (2) coffee plantation, (3) corn field,
and (4) grassland. The observation of mesofauna was taken in soil and litter from four different
lands cover. The variable of observation were mesofauna abundance and diversity index, soil
chemical properties (pH, organic carbon, total nitrogen, P available, and exchanged potassium),
and soil physics properties (bulk density, soil temperature, humidity, and porosity). Data were
analyzed using F test and further test using least significant differences (LSD) at 5%. The results
showed that the different of lands cover affect the diversity index of litter mesofauna, the
abundance of litter and soil mesofauna, yet did not affect the diversity index of mesofauna
underground. However, the abundance and diversity index of soil and litter mesofauna in the
primary forest was higher than the other lands.

Keywords: Bukit Barisan Selatan National Park, Land Cover, Mesofauna

PENDAHULUAN pertanian lahan kering mengalami


peningkatan menjadi 4.642,6 ha (32,7%) dan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan peningkatan 4.116,5 ha (23,9%) menjadi
(TNBBS) adalah salah satu Taman Nasional lahan terbuka.
yang berada di Pulau Sumatra. Taman Perubahan tutupan lahan hutan dapat
Nasional ini membentang dari Provinsi menyebabkan penurunan jumlah mesofauna
Lampung hingga Provinsi Bengkulu.Namun, dan keanekaragamannya (Rahmawaty,
telah terjadi perubahan tutupan lahan di 2004). Mesofauna tanah merupakan
TNBBS. Perubahan tutupan lahan organisme tanah yang dapat menjadi
merupakan masalah penting. Menurut indikator kesuburan tanah dan berperan
penelitian Sinaga dan Darmawan (2014) penting dalam proses dekomposisi bahan
terjadi pengurangan tutupan lahan hutan organik tanah (Erniyani, dkk., 2010;
lahan kering primer sebesar 8.737,9 ha Adeduntan, 2009). Hal ini dikarenakan
(61,5%) di TNBBS pada kurun waktu tahun bahan organik tanah merupakan sumber
1973-2011. Pada tahun 2011 hutan lahan energi yang dibutuhkan oleh mesofauna
kering yang terbuka sebesar 4.998,4 ha tanah untuk menjaga keberlanjutan
(29,2%) yang disebabkan oleh perubahan hidupnya (Hilman dan Handayani, 2013).
fungsi lahan dan pembukaaan lahan

128
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)

Menurut penelitian Wulandari, dkk. stereo, mikroskop majemuk LEICA EZ4 HD


(2007) semakin besar kandungan bahan terintegrasi dengan komputer, jarum, oven,
organik di dalam tanah maka jumlah timbangan digital, pinset, meteran, tali rafia,
individu, jumlah jenis, dan indeks gelas ukur, alat tulis, kamera, kantung
keanekaragaman jenis mesofauna tanah sample, dan perlengkapan lainnya.
akan semakin tinggi sehingga kadar C-
organik tanah merupakan indikator penting Rancangan Penelitian
dalam menentukan jumlah mesofauna tanah.
Perkembangan mesofauna di dalam tanah Rancangan percobaan yang digunakan
pun dapat ditentukan dengan kerapatan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
tutupan lahan (Djuuna, 2013). Dalam pada penelitian ini memiliki empat
penelitian Monde (2009) perubahan lahan berbedaan tutupan lahan, yaitu (1) hutan
yang terjadi di dalam hutan dapat primer, (2) perkebunan kopi, (3) pertanian
menyebabkan berkurangnya bahan organik jagung, dan (4) lahan berumput. Pada setiap
di dalam tanah, hal ini dipengaruhi oleh tutupan lahan dibuat petak percobaan
jumlah keanekaragaman vegetasi di lahan berukuran 10 m x 10 m dengan lima kali
hutan. Penurunan bahan organik tanah dapat ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan
menyebabkan menurunnya populasi dan uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan uji
keanekaragaman mesofauna tanah. Tidak Tukey. Pengujian nilai tengah dianalisis
hanya kandungan bahan organik tanah, pH dengan menggunakan Uji F dan perbedaan
tanah juga dapat dipengaruhi oleh alih fungsi nilai tengah diuji dengan menggunakan uji
lahan hutan (Rahmah, dkk., 2014). Tujuan BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf 5%.
penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh Hubungan antara populasi dan
tutupan lahan terhadap populasi dan indeks keanekaragaman mesofauna dengan
keanekaragaman mesofauna pada serasah variabel pendukung diuji dengan
dan tanah di Resort Pemerihan Taman menggunakan Uji Korelasi dan Regresi.
Nasional Bukit Barisan Selatan.
Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi yang dipilih adalah beberapa


titik lokasi di Taman Nasional Bukit Barisan
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Selatan secara acak, yaitu hutan primer,
Nasional Bukit Barisan Selatan pada bulan perkebunan kopi, pertanian jagung, dan
Juni 2016 hingga November 2016. Analisis lahan berumput. Lokasi yang dipilih dalam
sifat kimia dan fisika tanah, pengamatan pengambilan sampel merupakan lahan yang
populasi, dan keanekaragaman mesofauna memiliki tingkat kemiringan yang sama dan
tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu bukan merupakan jalan utama.
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Bahan-bahan yang digunakan 1. Pengambilan sampel serasah
dalam penelitian ini adalah contoh serasah Pengambilan sampel serasah dilakukan di
dan tanah di Taman Nasional Bukit Barisan titik yang sama dengan pengambilan
Selatan, etanol 60%, aquades, dan formalin. sampel tanah untuk mesofauna dengan
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam luasan 50 cm x 50 cm. Serasah yang
penelitian ini adalah Microsoft Office (Word, diambil merupakan serasah yang berada
Excel, dan Powerpoint), Berlesse-Tullgren, di dalam luasan 50 cm x 50 cm yang
GPS, ring-sample, cawan petri, pH meter, kemudian diletakkan di dalam kantung
erlenmeyer, buret, gelas beaker, labu sampel yang telah disiapkan.
kjeldahl, bola lampu 25 watt, ayakan 2. Pengambilan sampel tanah untuk analisis
berlubang, 2 mm, pisau, palu, thermometer populasi dan keanekaragaman
digital, amplop coklat, botol film, mikroskop Mesofauna

129
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138

Pengambilan sampel tanah untuk Total Populasi (individu dm-3) :


mesofauna diambil sebanyak lima
ulangan dan dilakukan dalam luasan 50 Jumlah Individu (individu)
cm x 50 cm di titik yang sama dengan titik Volume Ring Sample (dm-3)
pengambilan sampel serasah pada
kedalaman 0-10 cm dengan 3. Keanekaragaman Mesofauna
menggunakan ring-sample berdiameter 5 Keanekaragaman mesofauna dihitung
cm dan tinggi 5 cm.Sebelumnya suhu dengan menggunakan indeks
tanah dan kelembaban diukur dengan keanekaragaman Shannon-Wheaver
menggunakan alat yang tersedia. (Odum, 1983). Berikut formula indeks
3. Pengambilan sampel tanah untuk analisis keanekaragaman Shannon-Wheaver.
kimia dan fisika tanah
Sampel tanah diambil pada petak H’ : -∑[(ni/N) In (ni/N)]
penelitian berukuran 50 cm x 50 cm
sebanyak lima ulangan pada setiap Keterangan :
tutupan lahan. Pengambilan sampel tanah H’ : indeks keanekaragaman Shannon-
dilakukan dengan menggunakan bor Wheaver
belgie dengan kedalaman 0-20 cm. ni : Jumlah individu jenis ke-i
Kemudian sampel tanah yang diambil N : Jumlah total individu yang
dianalisis kandungan C-organik (Metode ditemukan
Walkey and Black), N-total (Metode
Kjeldhal), P-tersedia (Metode Bray 1),
Kdd (Metode 1N NH4OAc pH 7), pH HASIL DAN PEMBAHASAN
tanah, kadar air tanah, porositas, dan
kerapatan isi tanah. Sifat Kimia Dan Fisika Tanah pada Semua
Tutupan Lahan
Pelaksanaan Penelitian
Hasil analisis kimia tanah pada empat
1. Ekstraksi Mesofauna perbedaan tutupan lahan dapat dilihat pada
Ekstraksi mesofauna dilakukan dengan Tabel 1.pH pada hutan primer lebih masam
menggunakan alat Berlesse-Tullgren. dari ketiga tutupan lainnya dengan kriteria
Kemudian, mesofauna diekstrak di sangat masam. Hasil analisis C-Organik
bawah penyinaran lampu 25 watt selama pada hutan primer dan perkebunan kopi
48 jam. Hasil ekstraksi mesofauna menunjukkan kriteria rendah sedangkan
ditampung di dalam botol film yang diisi untuk pertanian jagung dan lahan berumput
etanol 60% sebanyak 20 ml. Hasil memiliki kriteria sangat rendah. Hasil
ektraksi mesofauna tersebut diamati analisis tanah ini menunjukkan adanya
dengan menggunakan mikroskop stereo perbedaan kandungan C-Organik pada
lalu diidentifikasi dan dihitung setiap tutupan lahan. Namun analisis
jumlahnya. nitrogen total menunjukkan kriteria yang
2. Total Populasi Mesofauna sama pada hutan primer, perkebunan kopi,
Total populasi mesofauna ditentukan pertanian jagung, dan lahan berumput.
berdasarkan pada jumlah mesofauna yang Nilai analisis P-tersedia (P2O5) pada
ditemukan pada setiap sample. Total hutan primer, perkebunan kopi, pertanian
populasi mesofauna dapat dicari dengan jagung, dan lahan berumput memiliki nilai
rumus : yang berbeda namun keempat tutupan lahan
memiliki kriteria yang tinggi dan sedang.
Nilai analisis kalium dapat ditukar pada
hutan primer dan lahan berumput memiiki
kriteria rendah sedangkan pada pertanian

130
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)

jagung dan perkebunan kopi memiliki dibandingkan dengan ketiga tutupan lainnya
kriteria sedang. Rasio C/N pada hutan namun perkebunan kopi memiliki kriteria
primer memiliki rasio lebih tinggi yang sama dengan pertanian jagung.

Tabel 1. Sifat kimia tanah di setiap tutupan lahan


Tutupan Lahan
No Sifat Kimia Tanah
X1 X2 X3 X4
(SM) (M) (M)
1 pH (H2O) 4,4 5,4 5,1 5,3(M)
2 C-Organik (%) 1,88(R) 1,80(R) 0,90(SR) 0,18(SR)
3 N-Total (%) 0,18(R) 0,18(R) 0,16(R) 0,12(R)
-1 (T) (S) (T)
4 P-tersedia (P2O5) (mg kg ) 18,09 14,51 16,96 16,05(T)
-1 (R) (S) (S)
5 Kdd (cmol kg ) 0,23 0,45 0,43 0,18(R)
(S) (R) (R)
6 C/N 10,51 9,61 6,23 1,44(SR)
7 Bahan Organik Tanah (%) 3,24 3,10 1,55 0,31
Keterangan : X1= Hutan Primer; X2= Perkebunan Kopi ; X3= Pertanian Jagung; X4= Lahan
Berumput. Angka yang diikuti huruf menyatakan T= Tinggi; S= Sedang; R=
Rendah; SR= Sangat Rendah; M= Masam; dan SM= Sangat Masam (Balittan,
2009).

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa suhu primer dan perkebunan kopi namun
tanah pada hutan primer lebih rendah pertanian jagung memiliki kerapatan isi
dibandingkan dengan suhu tanah tutupan tanah paling tinggi dibandingkan tutupan
lahan lainnya dan lahan berumput memiliki lahan lainnya. Lahan berumput memiliki
suhu tanah paling tinggi dibandingkan porositas yang lebih rendah dibandingkan
dengan tutupan lahan lainnya. Analisis kadar dengan hutan primer dan perkebunan kopi
air lahan berumput memiliki kadar air paling namun pertanian jagung memiliki porositas
tinggi dibandingkan dengan tutupan lahan paling rendah dibandingkan dengan tutupan
lainnya. Hutan primer memiliki kadar air lahan lainnya. Kelembaban udara pada hutan
lebih rendah dibandingkan tutupan lahan primer memiliki kelembaban yang lebih
lainnya. tinggi dibandingkan dengan tutupan lahan
Kerapatan isi tanah pada lahan lainnya (Tabel 2).
berumput lebih tinggi dibandingkan hutan

Tabel 2. Sifat fisika tanah di setiap tutupan lahan


Tutupan Lahan
No Sifat Fisika Tanah
X1 X2 X3 X4
o
1 Suhu Tanah ( C) 25,20 25,78 25,76 27,78
2 Kadar air (%) 34,73 38,38 36,20 43,04
3 Kerapatan Isi Tanah (g cm-3) 0,80 0,78 1,16 0,84
4 Porositas (%) 69,63 70,38 56,18 68,36
5 Kelembaban Udara (%) 93,26 88,04 85,10 45,32
Keterangan : X1= Hutan Primer; X2= Perkebunan Kopi; X3= Pertanian Jagung;
X4= Lahan Berumput.

131
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138

Populasi Mesofauna Serasah dan Tanah yang nyata dengan hutan primer dan lahan
pada Setiap Tutupan Lahan berumput. Sedangkan populasi mesofauna
tanah pada hutan primer tidak memiliki
Populasi mesofauna serasah dan tanah perbedaan yang nyata dengan perkebunan
dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil uji BNT kopi dan pertanian jagung namun memiliki
pada taraf 5% menunjukkan populasi perbedaan yang nyata dengan lahan
mesofauna serasah pada perkebunan kopi berumput. Populasi mesofauna tanah pada
tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan hutan primer lebih tinggi dari pada tutupan
pertanian jagung namun memiliki perbedaan lahan lainnya.

Tabel 3. Populasi mesofauna serasah dan tanah di setiap tutupan lahan


Populasi Mesofauna
Tutupan Lahan Serasah Tanah
Individu 100 g -1 Individu dm-3
X1 1.35 a 209,94 (2,26) a
X2 0.90 b 120,25 (2,04) a
X3 0.77 bc 65,22 (1,79) ab
X4 0.46 bc 26,50 (1,39) b
BNT 0.05 0,39 0,48
F hitung 21,24** 9,79**
Keterangan : X1= Hutan Primer; X2= Perkebunan Kopi ; X3= Pertanian Jagung;
X4= Lahan Berumput.

Indeks Keanekaragaman Mesofauna hutan primer memiliki perbedaan yang


Serasah dan Tanah pada setiap Tutupan sangat nyata dengan tutupan lahan lainnya.
Lahan Namun Indeks keanekaragaman mesofauna
seresah pada perkebunan kopi tidak
Indeks keanekaragaman mesofauna memiliki perbedaan yang nyata dengan
serasah dan tanah dapat dilihat pada Tabel 4. pertanian jagung dan lahan.
Hasil uji BNT pada taraf 5% menunjukkan Indeks keanekaragaman mesofauna
hutan primer memiliki populasi dan tanah pada hutan primer tidak memiliki
keanekaragaman mesofauana serasah dan perbedaan yang nyata terhadap perkebunan
tanah paling tinggi dibandingkan dengan kopi dan lahan berumput namun memiliki
tutupan lahan lainnya. Indeks perbedaan yang nyata pertanian jagung.
keanekaragaman mesofauna serasah pada

Tabel 4. Indeks keanekaragaman mesofauna serasah dan tanah di setiap tutupan lahan
Indeks Keanekaragaman Mesofauna
Tutupan Lahan
Serasah Tanah
X1 1,17 a 1,96 a
X2 0,32 b 1,49 ab
X3 0,02 b 0,93 b
X4 0,41 b 1,11 ab
BNT 0.05 0,55 0,92
F hitung 14,21** 2,32tn
Ket: X1= Hutan Primer; X2= Perkebunan Kopi; X3= Pertanian Jagung; X4= Lahan
Berumput.

132
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)

Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna dan populasi Diplura di serasah pada hutan
Serasah dan Tanah pada setiap Tutupan primer sepuluh kali lebih banyak dari
Lahan populasi Diplura di lahan berumput.
Pada penelitian ini populasi
Beberapa ordo yang ditemukan pada Coleoptera di tanah pada hutan primer
populasi mesofauna serasah dapat dilihat delapan kali lebih banyak dari populasi
dalam Tabel 5. Terdapat enam ordo pada coleoptera pada pertanian jagung. Sementara
hutan primer, lima ordo pada perkebunan populasi Coleoptera di serasah pada hutan
kopi, empat ordo pada pertanian jagung, dan primer tiga kali lebih banyak dari populasi
tiga ordo pada lahan berumput. Populasi Coleoptera di pertanian jagung. Populasi
mesofauna tanah telah ditemukan enam ordo Symphyla di tanah pada hutan primer enam
pada hutan primer, perkebunan kopi, dan kali lebih banyak dari populasi Symphyla di
pertanian jagung. Namun hanya tiga ordo perkebunan kopi namun populasi Symphyla
pada lahan berumput. Hutan primer di serasah pada hutan primer tujuh kali lebih
memiliki populasi Acarina paling tinggi banyak dari populasi Symphyla di
dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya. perkebunan kopi dan populasi Symphyla di
Populasi Acarina di serasah dan tanah tanah pada hutan primer sembilan belas kali
pada hutan primer delapan kali lebih banyak lebih banyak dari populasi symphyla di
dari pada lahan berumput sedangkan pertanian jagung.
populasi Acarina di tanah pada hutan primer Populasi Diplopoda di tanah pada
lima kali lebih banyak dari populasi Acarina hutan primer sama dengan populasi
pada pertanian jagung. Sementara populasi Diplopoda di perkebunan kopi namun
Collembola di serasah dan tanah pada populasi Diplopoda di tanah pada pertanian
pertanian jagung lebih tinggi dibandingkan jagung lebih tinggi dibandingkan dengan
dengan tutupan lahan lainnya. Populasi populasi diplopoda pada tutupan lahan
Diplura di tanah pada hutan primer empat lainnya.
kali lebih banyak dari pada lahan berumput

Tabel 5. Ordo mesofauna serasah dan tanah yang ditemukan dalam setiap tutupan lahan
Ordo dan Populasi yang ditemukan
No Tutupan Lahan
Serasah (Individu100g-1) Tanah (Individu dm-3)
1 Hutan Primer 1. Acarina 6 1. Acarina 336
2. Collembola 5 2. Collembola 91
3. Diplura 4 3. Diplura 163
4. Coleoptera 1 4. Coleoptera 235
5. Symphyla 4 5. Symphyla 194
6. Pseudoscorpiones 1 6. Diplopoda 30
Total 21 1.049
2 Perkebunan Kopi 1. Acarina 3 1. Acarina 183
2. Collembola 1 2. Collembola 91
3. Diplura 1 3. Diplura 133
4. Coleoptera 2 4. Coleoptera 132
5. Symphyla 1 5. Symphyla 30
6. Pseudoscorpiones 0 6. Diplopoda 30
Total 8 599
3 Pertanian Jagung 1. Acarina 2 1. Acarina 91
2. Collembola 2 2. Collembola 92
3. Diplura 1 3. Diplura 61
4. Coleoptera 1 4. Coleoptera 30
5. Symphyla 0 5. Symphyla 10
6. Pseudoscorpiones 0 6. Diplopoda 41
Total 6 325

133
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138

Ordo dan Populasi yang ditemukan


No Tutupan Lahan
Serasah (Individu100g-1) Tanah (Individu dm-3)
4 Lahan Berumput 1. Acarina 1 1. Acarina 40
2. Collembola 1 2. Collembola 50
3. Diplura 1 3. Diplura 40
4. Coleoptera 0 4. Coleoptera 0
5. Symphyla 0 5. Symphyla 0
6. Pseudoscorpiones 0 6. Diplopoda 0
Total 3 130

Uji Korelasi dan Regresi dari Hasil Analisis Tabel 6. C-Organik, suhu tanah, dan C/N
Tanah dengan Populasi dan Indeks memiliki hubungan yang sangat nyata
Keanekaragaman Mesofauna Tanah dan terhadap populasi mesofauna tanah
Serasah pada Tutupan Lahan sedangkan N-total, P-tersedia, Kdd, pH
tanah, dan kadar air tanah menunjukkan
Hasil uji korelasi analisis tanah dengan hubungan yang tidak nyata dengan populasi
populasi mesofauna tanah dapat dilihat pada mesofauna tanah.

Tabel 6. Uji Korelasi dan Regresi hasil analisis tanah dengan populasi dan indeks
keanekaragaman mesofauna tanah pada setiap tutupan lahan
Indeks Keanekaragaman
Populasi Mesofauna
No Uji Regresi Mesofauna
r Persamaan Regresi r Persamaan Regresi
1 C-Organik 0,70** y = 0,57+0,01x 0,40tn y = 0,68+0,43x
2 N total 0,32tn y = 0,15+0,00x 0,35tn y = 0,14+0,02x
3 P tersedia 0,15tn y = 6,95+0,00x 0,17tn y = 6,82+0,30x
4 Kdd -0,05tn y = 0,33+0,00x -0,11tn y = 0,35-0,02x
5 Suhu Tanah -0,66** y = 26,92-0,01x -0,20tn y = 26,47-0,29x
6 pH Tanah -0,41tn y = 5,32+0,00x -0,20tn y = 5,25-0,15x
7 Kadar Air -0,29tn y = 40,85-0,03x -0,10tn y = 39,56-1,25x
8 C/N 0,71** y = 3,81+0,03x 0,30tn y = 5,00+1,65x

Hasil uji korelasi analisis tanah dengan nyata terhadap indeks keanekaragaman
indeks keanekaragaman mesofauna tanah mesofauna serasah.
dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis Hasil uji korelasi analisis serasah
kimia dan fisika tanah tidak memiliki terhadap populasi mesofauna serasah dapat
hubungan yang nyata dengan indek dilihat pada Tabel 7. C-Organik serasah
keanekaragaman mesofauna tanah.
tidak memiliki hubungan nyata terhadap
Hasil uji korelasi analisis serasah
dengan indeks keanekaragaman mesofauna populasi mesofauna serasah begitu juga
serasah dapat dilihat pada Tabel 7. C- dengan Nitrogen total, suhu udara, dan C/N
Organik serasah sangat berpengaruh nyata serasah. Namun hasil korelasi menunjukkan
terhadap indeks keanekaragaman mesofauna kelembaban udara memiliki hubungan yang
serasah sedangkan suhu udara hanya nyata terhadap populasi mesofauna serasah.
berpengaruh nyata terhadap indeks
keanekaragaman mesofauna serasah.
Kemudian nitrogen total serasah dan
kelembaban sangat berpengaruh nyata
terhadap indeks keanekaragaman mesofauna
serasah sedangkan C/N tidak berpengaruh

134
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)

Tabel 7. Uji korelasi dan regresi dari hasil analisis serasah dengan populasi dan indeks
keanekaragaman mesofauna serasah pada setiap tutupan lahan
Indeks Keanekaragaman
Populasi Mesofauna
No Uji Regresi Mesofauna
r Persamaan Regresi r Persamaan Regresi
1 C-Organik 0,42tn y = 68,88+0,98x 0,61** y = 62,07+16,76x
2 N total 0,42tn y = 50,49+0,30x 0,66** y = 48,03+5,47x
3 Kelembaban
0,52* y = 66,54+1,24x 0,73** y = 58,87+20,14x
Udara
4 C/N -0,25tn y = 1,22-0,01x -0,01tn y = 1,18+0,00x

Pembahasan karena berkurangnya bahan organik di


dalam tanah. Sejalan dengan penelitian
Nilai analisis pH tanah pada setiap Husamah, dkk.(2015) yang menyatakan
tutupan lahan menunjukkan pH hutan primer peningkatan kandungan C-Organik pada
paling masam dibandingkan dengan tutupan tanah dapat berpengaruh nyata terhadap
lahan lainnya. Sejalan dengan hasil peningkatan populasi mesofauna tanah.
penelitian Flinn (2011) dan Li, dkk.(2013) Penelitian menunjukkan hutan primer
hutan primer memiliki pH < 5. memiliki indeks keanekaragaman
Hasil analisis rasio C/N tanah mesofauna serasah dan tanah paling tinggi
menunjukkan kriteria sangat rendah sampai dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya.
sedang. Hutan primer memiliki kriteria Hal ini diduga karena tingkat vegetasi hutan
sedang, sedangkan nilai rasio C/N tanah primer yang lebih tinggi. Sejalan dengan
terendah terdapat pada lahan berumput. Hal penelitian Samudra, dkk. (2013) yang
ini mengakibatkan kandungan bahan menyatakan indeks keanekaragaman
organik pada hutan primer lebih tinggi mesofauna serasah dan tanah dipengaruhi
dibandingkan tutupan lahan oleh keberagaman vegetasi yang ada di
lainnya.Sehingga kandungan P-tersedia di permukaan tanah. Semakin beragam jenis
hutan primer lebih cepat tersedia. Hal ini tumbuhan yang ada maka akan semakin
sejalan dengan penelitian Lumbanraja, beragam juga sumber bahan organik di
dkk.(1998) dan Sari (2015) yang dalam tanah, sehingga akan menyebabkan
menyatakan kandungan C-Organik tanah mesofauna di dalam tanah pada hutan primer
pada hutan primer lebih tinggi dibandingkan memiliki keanekaragaman yang tinggi.
dengan perkebunan kopi dan pertanian Hutan primer memiliki kerapatan isi
jagung. Sedangkan semakin tinggi tanah yang rendah dibandingkan dengan
kandungan C-Organik di dalam tanah akan tanah pertanian hal ini dapat mempengaruhi
mempengaruhi ketersedian P. tingginya persentase porositas tanah yang
Penelitian menunjukkan populasi diduga dapat mempengaruhi aktivitas
mesofauna serasah dan tanah pada hutan organisme di dalam tanah. Sejalan dengan
primer memiliki populasi yang paling tinggi penelitian Carmean (1957) yang
dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya menyatakan tanah hutan memiliki aktivitas
hal ini diduga karena tingginya bahan organisme yang tinggi dibandingkan dengan
organik di hutan primer. Sejalan dengan tanah pertanian. Sejalan dengan penelitian
penelitian Moghimian, dkk. (2013) yang Porre (2016) yang menyatakan semakin
menyatakan perubahan tutupan lahan akan tingginya persentase porositas tanah akan
mempengaruhi kandungan bahan organik meningkatkan populasi mesofauna tanah
sehingga populasi mesofauna serasah dan sedangkan semakin rendahnya kerapatan isi
tanah akan menurun. Penelitian Hilman dan tanah mengakibatkan populasi mesofauna
Handayani (2013) menyatakan terjadinya tanah akan meningkat. Hal ini disebabkan
penurunan populasi mesofauna tanah diduga karena semakin tinggi kandungan bahan

135
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138

organik tanah dapat menurunkan kerapatan KESIMPULAN


isi tanah (Tamminen, dkk., 1994). Hasil
penelitian ini menunjukkan populasi Perubahan tutupan lahan
Acarina pada hutan primer lebih tinggi mempengaruhi populasi dan indeks
dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya. keanekaragaman mesofauna serasah dan
Sedangkan populasi Collembola pada populasi mesofauna tanah. Namun tidak
pertanian jagung lebih tinggi dibandingkan mempengaruhi indeks keanekaragaman
dengan tutupan lahan lainnya. Sejalan mesofauna tanah. Hutan primer memiliki
dengan penelitian Sarkar (1988) yang jumlah populasi dan keanekaragamn paling
menyatakan populasi Acarina lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan
melimpah pada hutan primer dan kopi, pertanian jagung, dan lahan berumput.
Collembola lebih melimpah pada pertanian
jagung karena populasi kedua ordo tersebut
sangat dipengaruhi oleh jenis vegetasi. DAFTAR PUSTAKA
Acarina akan lebih melimpah pada vegetasi
berdaun lebar sedangkan Collembola akan Carmean, W. H. (1957). The structure of
lebih melimpah pada vegetasi yang tidak forest soils. Ohio Journal of Science
berdaun lebar. 57(3) : 165-168.
Hasil analisis C-Organik berhubungan Coleman, D.C., D.A. Crossley, and P.F.
positif dan sangat mempengaruhi populasi Hendrix. (2004). Fundamentals of Soil
mesofauna tanah namun tidak Ecology(2nd edition). Elsevier
mempengaruhi indeks keanekaragaman Academic Press.San Diego,
mesofauna tanah sedangkan N total tanah California.386 pg.
berhubungan positif namun tidak Departemen Kehutanan. (2011).
mempengaruhi populasi dan indeks http://www.dephut.go.id/files/stat201
keanekaragaman mesofauna tanah. Hal ini 1.pdf. Diakses pada 31 Oktober 2015.
menunjukkan semakin tinggi kandungan C- Djuuna, I.A.F. (2013). Population and
Organik dan N-total di dalam tanah maka distribution of some soil Mesofauna in
akan meningkatkan populasi dan indeks the inactive tailing deposition areas of
keanekaragaman mesofauna di dalam tanah, Freeport Indonesia, Timika-Papua.
dikarenakan bahan organik dalam tanah Journal of Tropical Soil18(03) : 225-
merupakan sumber makanan bagi 229.
mesofauna tanah (Mukti, dkk., 2004). Erniyani, K., S. Wahyuni., dan Y.M.S.W.
Sejalan dengan penelitian Setiawan, dkk. Pu’u. (2010). Struktur komunitas
(2003) yang menyatakan hubungan positif mesofauna tanah perombak bahan
antara C-Organik dan N total tanah dengan organik pada vegetasi kopi dan kakao.
populasi dan indeks keanekaragaman Jurnal Agrica03(01) : 1-8.
mesofauna tanah. Hasil analisis Flinn, K.M. (2011). Why are acidophilic
menunjukkan rasio C/N berhubungan positif plants abundant in post-
terhadap populasi dan indeks agriculturalforests? Journal of the
keanekaragaman mesofauna tanah Torrey Botanical Society138(1): 73-
dikarenakan semakin tinggi nilai rasio C/N 76.
maka akan meningkatkan populasi dan Hilman, I dan E.P. Handayani. (2013).
indeks keanekaragaman mesofauna di dalam Keanekaragaman mesofauna dan
tanah. Nilai rasio C/N berpengaruh sangat makrofauna tanah pada areal bekas
nyata terhadap populasi mesofauna di dalam tambang timah di Kabupaten Belitung,
tanah namun tidak berpengaruh nyata Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung.
terhadap indeks keanekaragaman mesofauna Jurnal Silvikultur Tropika 04(01) : 35-
di dalam tanah. 41.

136
Populasi Dan Keanekaragaman Mesofauna Serasah Dan Tanah (Frendika Mahendra, et al)

Husamah, F. Rohman, dan H. Sutomo. penggunaan lahan di Desa Bobo


(2015). Pengaruh C-Organik dan Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.
kadar air tanah terhadap jumlah jenis Jurnal Warta Rimba02 (01) : 88-95.
dan jumlah individu Collembola Rahmawaty. (2004). Studi keanekaragaman
sepanjang daerah aliran sungai mesofauna tanah di kawasan Hutan
Brantas Kota Batu. Prosiding Wisata Alam Sibolangit. Linked :
Symposium on biology education.27- http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
49. Yogyakarta, 4 April 2015. 23456789/910/1/hutan-
Li Y., F. Yang, Y. Ou, D. Zhang, J. Liu, G. rahmawaty12.pdf. e-USURepository.
Chu, Y. Zhang, D. Otieno, and G. 1-17.
Zhou. (2013). Changes in forest soil Samudra, F. B., M. Izzati, dan H. Purnaweni.
properties in different successional (2013). Kelimpahan dan
stages in lower Tropical China. PLoS keanekaragaman Arthropoda tanah di
ONE08(11) : 1-10. lahan sayuran organik “urban
Lumbanraja, J., T. Syam, H. Nishide, A.K. farming”. Prosiding Seminar
Mahi, M. Utomo, Sarno, and M. Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Kimura. (1998). Deterioration of soil Alam dan Lingkungan.190-196.
fertility by land use changes inSouth Universitas Diponegoro, Semarang,
Sumatra, Indonesia: from 1970 to 10 September 2013.
1990.Hydrological Processes12(13- Sari, T.P. (2015). Pengaruh Besi dan Bahan
14) : 2003-2013. Organik Terhadap Jerapan
Moghimian, N., H. Habashi, and Y. Kooch. Maksimum dan Energi Ikatan Fosfor
(2013). Response of soil mesofauna to pada Tanah Ultisol Natar. Skripsi.
different afforested types in the North Jurusan Agroteknologi, Fakultas
of Iran. Journal of Pertanian, Universitas Lampung.
AppliedEnvironmental and Biological Bandar Lampung. 53 hal.
Sciences03(04) : 34-45. Sarkar, S. (1988). Studies on microarthropod
Monde, A. (2009). Degradasi stok karbon community in one undisturbed habitat
(C) akibat alih guna lahan hutan of tripura withspecial reference to
menjadi lahan kakao diDAS Nopu, oribatid mites. 10th International Soil
Sulawesi Tengah. Jurnal Zoology Colloqium.925 pg.
Agroland16(01) : 110-117. Setiawan, Y., Sugiyarto, dan Wiryanto.
Mukti, C., Sugiyarto, dan E. Mahajoeno. (2003). Hubungan populasi
(2004). Keanekaragaman mesofauna makrofauna dan mesofauna tanah
dan makrofauna tanah pada berbagai dengan kandungan C, N, dan
tanaman sela di Hutan Sengon Polifenol, serta rasio C/N, dan
(Paraserianthes falcataria (l) nielsen) Polifenol/N bahan organik tanaman.
RPH Jatirejo Kediri. Jurnal Jurnal BioSMART05(02) : 134-137.
BioSMART06(01) : 57-54. Sinaga, R.P. dan A. Darmawan. (2014).
Odum, E.P. (1983). Basic Ecology. Saunders Perubahan tutupan lahan di Resort
College Publishing.Philadelphia.513 Pugung Tampak Taman Nasional
pg. Bukit Barisan Selatan. Jurnal Sylva
Porre, P.J., J.W. van Groenigen, G.B. de Lestari02(01) : 77-86.
Deyn, R.G.M. de Goede, and I.M. Suwondo, E. Febrita, dan A. Hendrizal.
Lubbers. (2016). Exploring the (2015). Komposisi dan
relationship between soil mesofauna, keanekaragaman serangga tanah di
soil structure, and N2O emissions. Soil Arboretum Universitas Riau sebagai
Biology and Biochemistry 96 : 55-64. sumber belajar metode inkuiri. Jurnal
Rahmah, S., Yusran, dan H.Umar. (2014). Biogenesis11(02) : 93-98.
Sifat kimia tanah pada berbagai tipe

137
EnviroScienteae Vol. 13 No. 2, Agustus 2017 : 128-138

Tamminen, P. and M. Starr. (1994). Bulked


offorested mineral soils. Silva
Fennica28(1) : 53-60.
Wulandari, S., Sugiyarto, dan Wiryanto.
(2007). Decomposition of crop
organic matters and their influence to
diversity of soil mesofauna and
macrofauna under
paraserianthes’stand (Paraseerianthes
falcataria). Jurnal Bioteknologi04(01)
: 20-27

138
1

KEANEKARAGAMAN MESOFAUANA TANAH DAERAH PERTANIAN


APEL DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU
SEBAGAI BIOINDIKATOR KESUBURAN TANAH DAN
BAHAN AJAR CETAK BIOLOGI SMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Biologi

DISUSUN OLEH :

HASAN IBRAHIM
201010070311123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

i
2

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Hasan Ibrahim


Nim : 201010070311123
Jurusan : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Keanekaragaman Mesofauna Tanah Daerah Pertanian
Apel Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu
sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah dan Bahan Ajar
Cetak Biologi SMA.

Diajukan untuk Dipertanggungjawabkan dihadapan Dewan Penguji Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu ( S1 )
Pada Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd) (Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si)

ii
3

HALAMAN PERNYATAAN

Nama : Hasan Ibrahim


Tempat/tgl Lahir : Mojokerto, 28 Desember 1992
NIM : 201010070311123
Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan Biologi

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Keanekaragaman Mesofauna


Tanah Daerah Pertanian Apel Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu
sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah dan Bahan Ajar Cetak Biologi SMA”
adalah bukan skripsi orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan


apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapat Sangsi Akademis.

Malang 28 April 2014


yang Menyatakan,

(Hasan Ibrahim)

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd) (Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si)

iii
4

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
dan diterima untuk memenuhi
Sebagian dari Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Pendidikan Biologi

Mengesahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 28 April 2014

Dekan

(Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes.)

Dewan Penguji

1. Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd 1. ………………………

2. Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si 2. ………………………

3. Dr. Roro Eko Susetyarini, M.Si 3. ………………………

4. Husamah, S.Pd 4. ………………………

iv
5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk


(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah
lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula).”
(QS. Al-Kahf; 109)

Jangan takut gagal sebelum mencoba, jangan takut jatuh sebelum


melangkah. Buang semua keraguan dan kebimbangan.
Kesuksesan selalu milik kita yang berani mencoba
Di kehidupan ini, apa-apa yang tidak mungkin
hanya seringkali belum dicoba.

Dengan hati yang tulus dan penuh rasa syukur ku persembahkan karya ini
kepada:

 Kedua orang tua saya Ayahanda M. Sidik dan Ibunda TuminaTerima kasih
untuk setiap tetes kasih sayang yang tak henti tercurah untukku.
 Bapak Husamah S.Pd. M.Pd yang selalu membantu dan memberikan
motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
 Para sahabat-sahabatku yang saya sayang keluarga besar Biologi C
angkatan 2010 terutama saya ucapkan terimakasih kepada Fauzi, Yusron,
Septy, dan Nani yang selalu memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang
serta do’a. Terimakasih untuk semua dukungan dan bantuannya selama ini,
hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikan kalian di kemudian
hari.
 Ulfah Hanum yang selalu menemani dan menjadi motivasi diri saya dalam
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas semuanya, semoga kita sukses
selalu dan hanya Allah yang bisa membalas semuanya.
 Almamaterku Universitas Muhammadiyah Malang.

v
6

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah,
inayah, serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Keanekaragaman Mesofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Desa
Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah
dan Bahan Ajar Cetak Biologi SMA”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada teladan kita Sang Pelopor Ilmu Pengetahuan untuk membaca tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan
yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun
berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Poncojari Wahyono M.Kes selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
2. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.M. M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi.
3. Bapak Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan masukan yang
sangat membantu di sela-sela waktu kesibukannya dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Abdulkadir Rahardjianto, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan masukan yang
sangat membantu di sela-sela waktu kesibukannya dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Bapak Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes. selaku dosen wali yang telah
memberikan perhatian dan pengarahan kepada putra-putrinya selama
menjalani perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama kuliah.

vi
7

7. Ibunda Tumina dan Ayahanda Muhamad Sidik atas cinta kasihnya.


8. Bapak Husamah S.Pd. M.Pd selaku dosen biologi yang telah memberikan
semangat dan motivasi selama pengerjaan skripsi.
9. Teman-teman seangkatan Biologi 2010 yang memberikat semangat, pikiran,
ide, informasi serta kenangan selama perkuliahan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu terimakasih atas
dukungan, bantuan, dan motivasinya.
Semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlipat ganda. Akhirnya tak
ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum
sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran
yang konstruktif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 28 April 2014


Penulis,

Hasan Ibrahim

vii
8

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... 2

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ 3

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ 4

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 6

ABSTRAK.......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 8

DAFTAR TABEL ............................................................................................ 11

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ 11

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 12

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1.5 Batasan Masalah ................................................................................. 9
1.6 Definisi Istilah .................................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 12

2.1 Tinjauan Keanekaragaman Hayati..................................................... 12


2.1.1 Keanekaragaman Gen ............................................................. 13
2.1.2 Keanekaragaman Jenis ............................................................ 13
2.1.3 Keanekaragaman Ekosistem .................................................... 14
2.2 Keanekaragaman Mesofauna Tanah .................................................. 15
2.2.1 Kedudukan Mesofauna Tanah ................................................. 16
2.2.2 Peranan atau Fungsi Mesofauna Tanah .................................... 17
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Mesofauna
Tanah .............................................................................................. 19
2.3.1 Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik terhadap Keanekaragaman
Mesofauna Tanah ................................................................... 21
2.4 Lingkungan Tanah pada Lahan Pertanian.......................................... 25

x
9

2.5 Bioindikator Tanah Pertanian ............................................................ 26


2.5.1 Indikator Lingkungan ............................................................. 27
2.5.2 Indikator Ekologis .................................................................. 27
2.5.3 Indikator Keanekaragaman Hayati .......................................... 27
2.6 Kesuburan Tanah Pertanian .............................................................. 30
2.7 Deskripsi Pola Pertanian ................................................................... 32
2.8 Bahan Ajar ....................................................................................... 34
2.8.1 Jenis Bahan Ajar ..................................................................... 35
2.8.2 Prinsip Penyusunan Bahan Ajar .............................................. 36
2.9 Tinjauan Leaflet................................................................................ 37
2.9.1 Definisi Leaflet ....................................................................... 37
2.9.2 Kegunaan Leaflet .................................................................... 38
2.9.3 Kriteria Bahan Ajar Cetak Leaflet yang Baik .......................... 38
2.10 Kerangka Berpikir .......................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 45

3.1Jenis Penelitian .................................................................................. 45


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 45
3.2.1 Waktu ..................................................................................... 45
3.2.2 Tempat .................................................................................... 46
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 46
3.4 Prosedur Penelitian .......................................................................... 47
3.4.1 Tahap Persiapan ...................................................................... 47
3.4.2Tahap Pelaksanaan ................................................................... 48
3. 5 Tahap Pengumpulan Data ................................................................ 51
3.5.1 Tahap Observasi ..................................................................... 51
3.5.2 Tahap Identifikasi ................................................................... 51
3.5.3 Instrumen Pengambilan Data................................................... 52
3.6 Pengukuran Faktor Lingkungan Abiotik ........................................... 56
3.7 Teknik Analisis Data ....................................................................... 56
3.8 Penyusunan Bahan Ajar Cetak Leaflet ............................................. 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 59

4.1 Jenis-Jenis Mesofauna Tanah yang Ditemukan ................................. 59


4.2 Indeks Nilai Penting (INP) Mesofauna Tanah ................................... 71
4.3 Indeks Keanekaragaman (Diversity) Mesofauna Tanah ..................... 73
4.4 Indeks Kemerataan (Evennes) Mesofauna Tanah .............................. 78
4.5 Kelimpahan (Abundance) Mesofauna Tanah ..................................... 79
4.6 Perbedaan Jumlah Jenis Mesofauna Tanah pada Tiga Stasiun
Penelitian di Daerah Pertanian Apel ................................................. 87
4.7 Korelasi Antara Faktor Abiotik dengan Jumlah Jenis Mesofauna Tanah
........................................................................................................ 91
4.8 Bahan Ajar ....................................................................................... 93

xi
10

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 96

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 96


5.2 Saran ............................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 99

LAMPIRAN ................................................................................................... 107

xii
11

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Peranan Fauna Tanah terhadap Sifat Tanah dalam Ekosistem ............. 19

Tabel 3.1 Pengukuran Faktor Lingkungan Abiotik ............................................. 56

Tabel 4.1 Klasifikasi Mesofauna Tanah di Daerah Pertanian Apel...................... 59

Tabel 4.2 Indeks Nilai Penting Mesofauna Tanah di Daerah Pertanian Apel....... 71

Tabel 4.3 Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah pada 3 Stasiun Penelitian 74

Tabel 4.4 Indeks Kemerataan Mesofauna Tanah pada 3 Stasiun Penelitian ......... 78

Tabel 4.5 Kelimpahaan Mesofauna Tanah pada 3 Stasiun penelitian .................. 79

Tabel 4.6 Kandungan C-organik Tanah .............................................................. 85

Tabel 4.7 Hasil Analisis Organofosfat ................................................................ 87

Tabel 4.8 Hasil Analisis Varians 1 Arah Jumlah Jenis Mesofauna Tanah ........... 88

xiii
12

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.5 Representasi Skematik Dampak Polutan terhadap Sistem Biologi ... 29

Gambar 2.10 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ............................................. 44

Gambar 3.4 Metode Plot pada Lahan Pertanian .................................................. 48

Gambar 3.5 Metode Plot pada Lahan Pertanian .................................................. 49

Gambar 3.6 Metode Plot pada Lahan Pertanian .................................................. 49

Gambar 3.7 Corong Barlase Tullgren ................................................................ 51

Gambar 4.1 Ascocyrtus sp .................................................................................. 62

Gambar 4.2 Homidia cingula ............................................................................. 63

Gambar 4.3 Isotomurus palustris ....................................................................... 64

Gambar 4.4 Pseudacorutes javanicus ................................................................. 65

Gambar 4.5 Pseudisotoma sensibilis .................................................................. 66

Gambar 4.6 Sphyroteca dawydoffi ...................................................................... 67

Gambar 4.7 Macrocheles robustulus .................................................................. 68

Gambar 4.8 Bagan Klasifikasi Hasil Identifikasi Mesofauna Tanah.................... 70

xiv
13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Mesofauna Tanah ........................................ 107

Lampiran 2 Data Kandungan C-organik Tanah ................................................ 113

Lampiran 3 Data Organofosfat Sampel Tanah .................................................. 115

Lampiran 4 Data Faktor Abiotik di Lokasi Penelitian ....................................... 124

Lampiran 5 Data Uji Anava 1 Arah Jumlah Jenis ............................................. 126

Lampiran 6 Data Korelasi Faktor Abiotik dengan Jumlah Jenis ........................ 133

Lampiran 7 Tabel Uji Duncan’s ....................................................................... 142

Lampiran 8 Tabel Hasil Pengamatan Mesofauna Tanah ................................... 144

Lampiran 9 Peta Kota Batu .............................................................................. 147

Lampiran 10 Foto Kegiatan Penelitian ............................................................. 148

Lampiran 11 Biro Skripsi ................................................................................. 154

Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian ................................................ 155

Lampiran 13 Data Validasi Bahan Ajar Cetak .................................................. 161

Lampiran 14 Bahan Ajar Cetak Biologi SMA .................................................. 164

xv
14

DAFTAR PUSTAKA

Affiati, S. N. 2011. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada


Lahan Penambangan Pasir di Kawasan Lereng Gunung Merapi,
Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Skripsi tidak diterbitkan.
Surakarta: Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Sebelas Maret.

Anonymous. 2005. Petunjuk Teknis Analis Kimia Tmanah, Tanaman, Air, Dan
Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.

Anonymous. 2013. Identification, Images, & Information For Insects, Spiders &
Their Kin For the United States & Canada. http.bugguide.net. Diakses
tanggal 10 April 2014

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan


Upaya Pengelolaannya. Surakarta: Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret.

Atmojo, S. W. 2006. Degradasi Lahan & Ancaman Bagi Pertanian. Solo Pos, 7
Nopember 2006.

Barbour, M.G .; Burk, J.H; Pitts, W.D. 1987. Terrestrial Plant Ecology. 3nd
Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
xii + 642pp.

Baskoro, D. P. T., & Tarigan, D. S. D. 2007. Karakteristik Kelembaban Tanah


Pada Beberapa Jenis Tanah. Jurnal Tanah Dan Lingkungan, 9 (2): 77-81.

Brues, C. T., Melander, A. L., & Carpenter, F. M. 1954. Classification Of Insect.


USA: Cambridge, Mass.

Creek, E., York, E., Smith, R. 1968. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati.


Australia: Terjemahan Hendry Baiquni. 2007. Global Village Translations
Pty Ltd.

BPS Kota Batu 2013. Kota Batu Dalam Angka 2013. Batu: Badan Statistik Kota
Batu.

BPS Kota Batu 2013. Statistik Daerah Kota Batu 2013. Batu: Badan Statistik
Kota Batu.

14
15

Budhiastuti, N. 2003. Interaksi Antara Hoya Diversifolia Blume.


(ASCLEPIADACEAE) dengan Semut (FORMICIDAE) di Kebun Raya
Bogor. Skripsi tidak diterbtikan. Bogor: Jurusan Biologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

Budiati, H. 2009. Biologi Untuk SMA Dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Cappenberg 2011. Kelimpahan Dan Keragaman Megabentos di Perairan Teluk


Ambon. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 37 (2): 277-294.

Chodijah, S., Fauzi, A., & Ratna, W. 2012. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang
Dilengkapi Penilaian Portofolio Pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika, 1 (2012): 1-9.

Depdiknas 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat


Pembinaan SMA Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Direktorat


Pembinaan SMA Departemen Pendidikan Nasional.

Dewi, N. A. 2011. Pengelolaan Hayati Tanah untuk Meningkatkan Peran Fauna


Tanah dalam Proses Dekomposisi Jerami Padi Pada Budidaya System Of
Rice Intensification (S.R.I.) di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Departemen Ilmu Tanah dan
Sumber Daya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Elfidasari, D. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tiga Jenis
Kuntul Saat Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang,
Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas, 8 (4): 266-269.

Eriawan. 2011. Jerami Padi Sebagai Bahan Organik di Lahan Sawah. Jawa
Barat: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Erniwati. 2008. Fauna Tanah pada Stratifikasi Lapisan Tanah Bekas


Penambangan Emas di Jampang, Sukabumi Selatan. Jurnal Zoo Indonesia,
17 (2): 83-91.

Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Edisi I Cetakan III. Jakarta:


Bumi Aksara.

Ferdinan, F., Ariebowo, M. 2009. Biologi untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas/
Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
16

Gadang, D. 2010. Analisis Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian


Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi. Universitas Dipenegoro.

Ganjari, L. E. 2012. Kemelimpahan Jenis Collembola Pada Habitat


Vermikomposting. Jurnal Widya Warta, (1) :131-144.

Godam. 2009. Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani - Ilmu
Geografi (Online). http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-
pertanian-bentuk-hasil-pertanian-petani-ilmu-geografi.html. Diakses
tanggal 21 Januari 2014.

Hadi, M., Tarwotjo, U., & Rahadian, R. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
Cetakan ke I.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hanafiah, K. A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Handayani, E. P. 2009. Studi Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna


Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Belitung, Provinsi
Kepulauan Bangka-Belitung. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Departemen
Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Handayanto, E & Hairiah, K. 2009. Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah


Sehat. Cetakan ke II. Yogyakarta: Pustaka Adipura.

Hasyim, M. A. 2009. Studi Keaneakaragaman Fauna Tanah Pada Perkebunan


Jeruk Organik dan Anorganik di Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Hindarti, S., Muhaimin, W., Soemarno. 2012. Analisis Respon Petani Apel
Terhadap Penerapan Sistem Pertanian Organik di Bumiaji, Batu, 15 (2): 1-
11.

Husen, A. 2007. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah di Perkebunan Apel


Organik dan Anorganik Desa Bumiaji Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan,
Malang: Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri (Uin) Malang.

Ikrayenti, Y., Festiyed., & Kamus, Z. 2013. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Berbentuk Video Tutorial Berbahasa Inggris Pada
Pembelajaran Fisika Siswa SMA. Jurnal Pillar of Physics Education, 1: 1-
8.

Istomo., Komar, T. E., Suryaman, S. I., Marpaung, B. A., & Purba, B. M. 2010.
Disain dan Pembuatan Plot Pengamatan Ekologi dan Dinamika Populasi
Ramin dan Jenis-Jenis Lain di Hutan Rawa Gambut Sumatra dan
17

Kalimantan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan


Konservasi Alam Kementerian Kehutanan.

Izzawati, D. 2013. Pengaruh Jenis Pupuk dan Dekomposer terhadap Pertumbuhan


dan Produksi Padi Organik. Jurnal Bul. Agrohorti, 1 (1): 149 - 155.

Karmana, I. W. 2010. Analisis Keanekaragaman Epifauna dengan metode Koleksi


Pitfall Trap Di Kawasan Hutan Cangarmalang. Jurnal GaneÇ Swara, 4
(1): 1-5.

Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah


Atas dan Madrasah Aliyah.

Khairia, W. 2009. Dampak Penggunaan Pestisida terhadap Keanekaragaman


Arthropoda Tanah dan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Jeruk (Kasus
Petani Hortikultura Di Kabupaten Karo). Tesis tidak diterbitkan, Medan:
Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.

Kharisah, S 1986. Peranan Kesuburan Tanah Sebagal Komponen Produktivitas


Lahan di Daerah Kebumen. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Kistinnah, I & Lestari, E. S. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya


SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kuniyoshi, L. S & Braga, E. D. E.S. 2010. Cytogenetic Disruption In Fishes As


Bioindicator of The Environmental Quality In Two Estuarine Systems
Under Different Exposition To Anthropogenic Influences. Makalah
dipresentasikan pada Safety, Health and Environment World Congress,
São Paulo Brazil, 25 – 28 Juli.

Las, I. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Terjemahan Saraswati, R.,Husen, E.,
& Simanungkalit, R. D. M. 2007. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Leksono, A. S. 2011. Keanekaragaman Hayati. Malang: UB Press.

Lilies, C. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.

Lindberg, N. 2003. Soil Fauna and Global Change Responses to Experimental


Drought, Irrigation, Fertilisation and Soil Warming. Tesis tidak
diterbitkan.Upplasa: Swedish University of Agricultural Sciences.

Magurran, A. E. 2004. Measuring Biological Diversity. Australia: Blackwell


Publising Company.
18

Marlinda, B. 2008. Analisis Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Internasional.


Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Marthatika, D. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Modul Berbasis Ctl


terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi
Datar Kelas Viii Smp Negeri 1 Bawen Tahun Pelajaran 2011/2012.
Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen
Satya Wacana.

Mustofa, M., Ahmad, A., Ansar, M., & Syafiuddin, M. 2012. Dasar Dasar Ilmu
Tanah. Hibah Penulisan Buku Ajar. Makasar: Program Studi
Agroteknologi Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanuddin.

Niemi, G. J. & McDonald, M. E 2004. Application of Ecological Indicators.


Jurnal Ecological Indicators, 20 (7): 89-111.

Nuraini. 2009. Pembuatan Kompos Jerami Menggunakan Mikroba Perombak


Bahan Organik. Jurnal Buletin Teknik Pertanian, 14 (1): 23-26.

Pramono & Siswanto, E. 2007. Budidaya Apel Organik Sumatera Barat. Temu
Pakar Pertanian Organik Buah-buahan. Bukit Tinggi Sumatera Barat.

Pribadi, T. 2009. Keanekaragaman Komunitas Rayap Pada Tipe Penggunaan


Lahan yang Berbeda sebagai Bioindikator Kualitas Lingkungan. Tesis
tidak diterbitkan. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Prihatman, K. 2000. Apel. Jakarta: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di


Perdesaan, BAPPENAS. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Rahayu, A. 2012. Status Keberlanjutan Kota Batu sebagai Kawasan Agropolitan.


Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan.
Sekolah Pascasarjana. Universitas Dipenegoro.

Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan


Wisata Alam Sibolangit. e-USU Universitas Sumatera Utara. Medan:
Jurusan Kehutanan. Program Studi Manajemen Hutan. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.

Sabil, Q. 2009. Kajian Kelembagaan Agroindustri Pangan Olahan di Kawasan-


Kawasan Agropolitan Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Tesis tidak
diterbitkan. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Setiadi, D. 2004. Keanekaragaman Spesies Tingkat Pohon di Taman Wisata Alam


Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biodiversitas, 6 (2): 118-122.
19

Sianturi, D. 2009. Komposisi dan Distribusi Mesofauna Tanah di Perkebunan di


Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara. Skripsi tidak
diterbitkan. Medan: Departemen Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Sodiq, M. 2000. Pengaruh Pestisida Terhadap Kehidupan Organisme Tanah.


Jurnal Mapeta, 2 (5): 20-22.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan


Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidik Tinggi.

Subowo. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik Untuk Kesuburan


dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati
Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan, 4 (1): 13-25.

Sugiyarto. 2000. Aplikasi Bahan Organik Tanaman terhadap Komunitas Fauna


Tanah dan Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata). Jurnal
Biodiversitas, 1 (1): 25-29.

Sugiyarto, Pujo, M., & Miati, N. S. 2001. Hubungan Keragaman Mesofauna


Tanah dan Vegetasi Bawah pada Berbagai Jenis Tegakan di Hutan
Jobolarangan. Jurnal Biodiversitas, 2 (2): 140-145.

Sugiyarto., Wijaya, D.,& Rahayu, S. Y. 2002. Biodiversitas Hewan Permukaan


Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH
Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar. Jurnal Biodiversitas, 3 (1):
196-200.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


CV. Alfabeta.

Suhardjono, Y. R., Deharveng, L. & Bedos, A. 2012. Collembola (ekor pegas),


Bogor: Vega Briantama Vandanesia.

Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN-Malang Press.

Suheriyanto, D. 2012. Keanekaragaman Fauna Tanah di Taman Nasional Bromo


Tengger Semeru Sebagai Bioindikator Tanah Bersulfur Tinggi. Jurnal
Saintis, 1 (2): 29-38.

Suin, N. M. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi & Ishartati, E. 2012. Sehat Biaya Murah dengan Organik. Dedikasi, 9:
47-52.
20

Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan Malang. UMM Press.

Sulistyorini, A. 2009. Biologi 1 untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah


Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah


di Lahan Kering Madura. Embryo, 5 (2): 176-183.

Suryana 2010. Metodologi Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Suwarno 2009. Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA dan MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional.

Suwondo. 2007. Dinamika Kepadatan dan Distribusi Vertikal Arthropoda Tanah


Pada Kawasan Hutan Tanaman Industri. Jurnal Pilar Sains, 6 (2): 41-50.

Suwondo 2002. Komposisi dan Keanekaragaman Mikroartropoda Tanah sebagai


Bioindikator Karakteristik Biologi pada Tanah Gambut. Program Studi
FMIPA. FKIP. Universitas Riau, 2-9.

Syahnen. 2002. Keanekaragaman Arthropoda Tanah pada Ekosistem Pertanaman


Kakao di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan. Tesis tidak diterbitkan,
Medan: Profram Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.

Syaufina, L., Hanaeda, N. F., & Buliansih, D. A. 2007. Keanekaragaman


Arthropoda Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat.Media konservasi,
12 (2): 57-66.

Tambunan, H. K. 2011. Analisis Produksi Jagung di Kabupaten Labuhan Batu


Pada Tahun 2010. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Medan: Program Studi
D-III Statistika. Departemem Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Tobing, M. C. 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Serangga Hama


dalam Agroekosistem. Pidato Pengukuhan. Medan: Universitas Sumatera
Utara.

Triyono, M. B., Siswanto, B. T., Hariyanto., & Wagiran. 2009. Materi Diklat
Training of Trainer Calon Tenaga Pengajar Dosen Lingkungan Badiklat
Perhubungan Tahun 2009. Magelang: Universitas Gadjah Mada. Akademi
Militer.

Ummi, Z. R. 2007. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah di Upt Balai


Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - Lipi. Skripsi tidak
diterbitkan. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri (Uin) Malang.
21

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Waluyaningsih, S. R. 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah pada Beberapa


Penggunaan Lahan dan Hubungannya dengan Tingkat Erosidi Sub Das
Keduang Kecamatan Jatisrono Wonogiri. Tesis tidak diterbitkan,
Surakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana.
Universitas Sebelas Maret.

Wicaksono, D. 2008. Analisa Yuridis Sosiologis Penggunaan Pestisida oleh


Petani Apel di Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Widayanti, R &. Susmiati, T. 2012. Studi Keragaman Genetik Tarsius Sp. Asal
Kalimantan, Sumatera, Dan Sulawesi Berdasarkan Sekuen Gen Nadh
Dehidrogenase Sub-Unit 4l (Nd4l). Jurnal Kedokteran Hewan, 6 (2): 105-
111.

Widayati, S., Rochmah, S. N., & Zubedi. 2009. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wulandari, S., Sugiyarto., & Wiryanto 2007. Pengaruh Keanekaragaman


Mesofauna dan Makrofauna Tanah terhadap Dekomposisi Bahan Organik
Tanaman di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria). Jurnal
Bioteknologi, 4 (1): 20-27.

Yani, R., Musarofah., Atikah, T., & Purwaningsih, W. 2009. Biologi 1 Biologi
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Yuana, S. 2002. Kemelimpahan dan Distribusi Teripang (Holothuroidea) di


Perairan Pantai Kepualauan Karimunjawa. Skripsi tidak diterbitkan,
Semarang: Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Dipenegoro.

Yuanadevi, E. 2001. Keanekaragaman Mesofauna Tanah Pada Beberapa Tahun


Tanam Tegakan Jati (Teknona grandis L.F). Skripsi tidak diterbitkan,
Bogor: Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.

Zainudin, A., Sukorini, H., & Machmudi. 2005. Magang Kewirausahaan di Sentra
Produksi Apel Organik Pada Kelompok Tani Apel Organik "Akal". Jurnal
Dedikasi, 3: 63-70.

Zulkifli, H & Setiawan, D. 2011. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan


Sungai Musi Kawasan Pulokerto sebagai Instrumen Biomonitoring. Jurnal
Natur Indonesia, 14 (1): 95-99.

You might also like