Professional Documents
Culture Documents
Sistem Outsourcing Dalam Hubungan Industrial Di Indonesia (Outsourcing System in Industrial Relation in Indonesia)
Sistem Outsourcing Dalam Hubungan Industrial Di Indonesia (Outsourcing System in Industrial Relation in Indonesia)
Sistem Outsourcing Dalam Hubungan Industrial Di Indonesia (Outsourcing System in Industrial Relation in Indonesia)
*prabhaputra@gmail.com
How To Cite:
Prabhaputra, A, A., Budiartha, I, N, P., Seputra, I, P, G.(2019). Sistem Outsourcing Dalam Hubungan Industrial Di
Indonesia (Outsourcing System In Industrial Relation In Indonesia). Jurnal Analogi Hukum. 1 (1). 22-27.
Doi: http://dx.doi.org/10.22225/wedj.2.2.1297.44-50
Abstract-In the world of intense business competition, companies are increasingly required to be more flexible
in responding to market demand and maintaining competitiveness which is a competitive focus. The outsourc-
ing strategy is the answer to that, but in Indonesian Law (Undang-Undang) Number 13 of 2003 concerning
Manpower which regulates this outsourcing system, factually it does not guarantee legal certainty related to
type of work and employment relations carried out by outsourced workers, where this of course will have an
effect on harmonious industrial relations by business people (outsourcing companies atau job recipients,
outsourcing companies atau employers and laborers atau outsourced workers) as well as legal certainty for
the protection of outsourced workers atau laborers itself. The problem in this essay is 1. What is the arrange-
ment of the outsourcing system according to Indonesian laws and regulations? 2. What is the industrial rela-
tion to workers in the outsourcing system? By using normative research methods that refer to legislation and
conceptual approaches, this research is expected to provide solutions to problems in employment and as a
reference in finding a system of good industrial relations cooperation that is also mutually beneficial, as well
as a foundation in improving or constructing the Law. Labor Law in Indonesia.
Abstrak-Dalam dunia persaingan usaha yang ketat, perusahaan semakin dituntut untuk lebih fleksibel dalam
merespon permintaan pasar dan mempertahankan daya saingnya yang menjadi fokus utama kompetitif. Strate-
gi outsourcing (alih daya) merupakan jawaban akan hal itu, namun dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang sistem outsourcing ini, secara faktual tidaklah menjamin
kepastian hukum terkait dengan jenis pekerjaan dan hubungan kerja yang dilakukan oleh pekerja atau buruh
outsourcing, dimana hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap hubungan industrial yang harmonis oleh para
pelaku usaha (perusahaan penyedia outsourcing atau penerima pekerjaan, perusahaan pengguna outsourcing
atau pemberi pekerjaan dan buruh atau pekerja outsourcing) serta kepastian hukum terhadap perlindungan bagi
pekerja atau buruh outsourcing itu sendiri. Permasalahan dalam skripsi ini adalah 1. Bagaimanakah pengaturan
sistem outsourcing (alih daya) menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia? 2. Bagaimanakah hub-
ungan industrial terhadap pekerja dalam sistem outsourcing (alih daya)? Dengan menggunakan metode
penelitian normatif yang mengacu pada peraturan perundang-undangan dan pendekatan konseptual, skripsi ini
diharapkan bisa memberikan solusi atas permasalahan dalam ketenagakerjaan dan sebagai acuan dalam men-
cari sistem kerjasama hubungan industrial yang baik juga saling menguntungkan, serta sebagai pondasi dalam
memperbaiki atau mengkonstruksi Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia.
Karena pada dasarnya setiap orang memerlukan menjadi hubungan kerja antara pekerja
suatu penghasilan agar dirinya dapat bertahan outsourcing dengan perusahaan pengguna
hidup. Dalam hal untuk mendapatkan outsourcing demi hukum, yang dikarenakan
penghasilan guna dapat memenuhi berbagai sejumlah persyaratan dalam Undang-Undang
keperluan hidupnya itulah, setiap orang pasti Ketenagakerjaan tidak terpenuhi. Namun
akan memerlukan orang lain dalam hubungan didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan,
saling bantu-membantu dalam memberikan tidaklah mengatur hubungan mengikat antara
segala sesuatu yang masih diperlukan dari pekerja atau buruh outsoucing dengan
orang lain, hal itu dapat terjadi karena manusia perusahaan pengguna outsourcing yang
adalah zoon politikon (mahluk sosial). mengindikasikan adanya hubungan hukum
(Mertokusumo, 2008) Dengan demikian kosong terhadap pekerja outsourcing dengan
dapatlah disimpulkan bahwa untuk memenuhi perusahaan pengguna outsourcing terhadap
kebutuhan hidupnya, manusia dituntut bekerja. perlaihan ini. Disamping itu pula, dan dalam
Pada umumnya jika seseorang bekerja pada rumusan Pasal 14 dan Pasal 17 Permenakertrans
orang lain tentunya memiliki suatu hubungan Nomor 19 Tahun 2012, dipertegas menyatakan
kerja yaitu adalah hubungan antara pekerja pekerja outsourcing hanya terikat hubungan
dengan pengusaha. Namun ternyata, hubungan kerja kepada perusahaan pemborong pekerjaan
kerja tidak pula hanya terbatas oleh hubungan ataupenyedia jasa pekerja atauburuh saja.
antara pekerja dengan pengusaha saja, ada pula
hubungan kerja yang bersifat kemitraan yang Menurut penulis, hal ini merupakan suatu
dilakukan oleh pengusaha yang satu dengan bentuk ketidakjelasan atau kekaburan norma
pengusaha lainnya yang melibatkan tenaga yang perlu ditinjau dari segi kepastian hukum
kerja didalamnya, dimana hal ini dapat dalam mana hal penerapan sistem outsourcing
dijumpai dalam sistem outsourcing (alih daya) (alih daya) ini akan berpengaruh terhadap
di Indonesia. hubungan industrial yang haromnis bagi para
pelaku usaha khususnya pekerja atauburuh
Outsourcing telah lama berkembang di outsourcing. Maka, dengan demikian adapun
Indonesia terutama dalam bentuk permasalahan berdasarkan uraian latar belakang
pemborongan pekerjaan dan dilakukan untuk diatas dapatlah diteliti lebih lanjut dalam skripsi
sektor pertambangan. Kemudian ini dengan judul: SISTEM OUTSOURCING
outsourcing berkembang di sektor lain, hal ini DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL DI
di antaranya dapat dilihat dari INDONESIA. Berdasarkan pembahasan latar
Keputusan Menteri Perdagangan RI No. 264/ belakang diatas, maka adapun permasalahan
KP/1989 tentang Pengelolaan SubKontrak di yang bisa ditarik adalah Bagaimanakah
Kawasan Berikat Nusantara (Triyono, 2011). pengaturan sistem outsourcing (alih daya)
Secara umum perkembangan dari tingkat menurut peraturan perundang-undangan di
penerapan outsourcing di dunia pada era Indonesia? dan Bagaimanakah hubungan
globalisasi meningkat dengan tajam. Karena itu industrial terhadap pekerja dalam sistem
Bartkus and Jurevicius menyebutnya sebagai outsourcing (alih daya)? Adapun tujuan dari
the age of outsourcing (Bartkus & Jurevicius, penelitian ini adalah Untuk mendalami
2007). Outsourcing (alih daya) dalam pemahaman tentang konsep outsourcing (alih
pengertian yang paling luas, merupakan sebuah daya) yang diatur dalam perundang-undangan
upaya perusahaan dalam memakai bantuan dari serta penerapannya bagi pekerja atauburuh
perusahaan lain untuk menunjang bisnisnya. outsourcing dalam hubungan industrial antara
Namun secara aturan hukum, outsourcing perusahaan pengguna jasa outsourcing,
tidaklah luput dari permasalahan. Hal ini dapat perusahaan penyedia jasa outsourcing, dan
dicermati dari jenis pekerjaan; dalam perjanjian pekerja atauburuh outsourcing dalam perspektif
pemborongan adalah dilakukan dengan terpisah hukum.
dari kegiatan utama, merupakan pekerjaan
penunjang secara keseluruhan, serta perjanjian Penelitian ini merupakan tipe penelitian
penyediaan jasa tenaga kerja atau buruh adalah normatif, oleh karena pengkajiannya mengacu
kegiatan penunjang yang tidak berhubungan kepada bahan-bahan hukum khususnya
secara langsung terhadap bisnis utama. Frasa- peraturan perundang-undangan dibidang
frasa dalam kalimat tadi terutama dalam ketenagakerjaan, keperdataan dan putusan
perjanjian penyediaan jasa pekerja atau buruh pengadilan. Pendekatan masalah yang
menurut penulis cukup sulit ditafsirkan dan digunakan merupakan pendekatan perundang-
butuh terjemahan lebih lanjut. Kemudian undangan serta pendekatan konseptual.
disamping jenis pekerjaan, adanya pengalihan Pendekatan perundang-undangan (statue
tanggungjawab yang awalnya antara pekerja approach) yaitu penelitian yang menggunakan
outsourcing dengan perusahaan outsourcing, bahan hukum berupa peraturan perundang-
undangan sebagai bahan dasar dalam Pengaturan Sistem Outsourcing (Alih Daya)
melakukan penelitian. (Soerjono & Mamudji, Menurut Peraturan Perundang-Undangan di
2006). Indonesia
Pendekatan konseptual adalah penelitian Outsourcing menurut Bahasa Indonesia
terhadap sudut pandang atas analisa dapat diterjemahkan sebagai alih daya.
penyelesaian permasalahan dari aspek dan Outsourcing adalah merupakan kegiatan atau
konsep hukum yang melatarbelakanginya serta proses pemindahan suatu pekerjaan oleh suatu
segala nilai yang terdapat dalam penormaan perusahaan kepada pihak ketiga (perusahaan
sebuah peraturan yang berkaitan dengan lain). Dalam bidang hukum ketenagakerjaan,
pelbagai konsep yang digunakan. Adapun outsourcing (alih daya) secara implisit dapat
bahan-bahan hukum terhadap penelitian ini dijumpai dalam ketentuan UU No. 13 Tahun
bersumber dari : 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun atas
pasal-pasal yang mengatur tentang outsourcing
Sumber bahan hukum primer (alih daya), dapatlah dijumpai dalam rumusan
Yakni merupakan sumber hukum utama Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66. Dimana
yang mengikat, berupa norma kaidah dasar didalam Pasal 64, menyatakan bahwa;
peraturan yang berkaitan. Adapun bahan hukum Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
tersebut adalah: Undang-Undang Dasar Negara pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
Republik Indonesia Tahun 1945; Undang- lainnya melalui perjajian pemborongan
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang pekerjaan atau peyediaan jasa pekerja atau
Ketenagakerjaan; Kitab Undang-Undang buruh yang dibuat secara tertulis. Kemudian
Hukum Perdata; Peraturan Menteri diperjelas lebih lanjut pula dalam ketentuan
Ketenagkerjaan dan Transmigrasi Nomor 19 Pasal 65 dan 66 yang mengatur tentang
Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan perjanjiannya yakni dapat berupa (perjanjian
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa
Perusahaan Lain; Keputusan Menteri Tenaga pekerja atau buruh) yang didasarkan atas
Kerja dan Transmigrasi Nomor : Kep. 100 atau kontrak PKWT dan PKWTT dan pihak-pihak
Men atau VI atau 2004 tentang Pelaksanaan yang terlibat didalamnya adalah para pelaku
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu; Putusan usaha terkait yakni; (pekerja atau buruh
Nomor:204 atau Pdt.Sus-PHI atau 2016 atau N outsourcing, perusahaan penyedi atau
Mdn. perusahaan penerima pekerjaan dan
perusahaan pengguna outsourcing atau
Sumber bahan hukum sekunder user). Selain demikian, pembatasan
terhadap sistem outsourcing secara aturan
Yakni adalah sumber hukum yang
meperjelas penjelasan terhadap bahan hukum hukum diatur pula didalam ketentuan UU
primer, seperti hasil penelitian terhadap karya Ketenagakerjaan terkait dengan yaitu; 1)
kalangan hukum, serta literatur-literatur yang jenis pekerjaan yang diserahkan, yakni
diperoleh dari studi kepustakaan yang berkaitan didalam perjanjian pemborongan pekerjaan
dengan permasalahan penelitian. adalah pekerjaan penunjang perusahaan
yang dilakukan secara terpidah dari bisnis
Sumber bahan hukum tersier inti, dengan perintah langsung maupun
Yakni adalah sumber bahan hukum yang tidak langsung serta tidaklah menghambat
memberikan petunjuk penjelasan terhadap proses produksi, dan dalam perjanjian
sumber bahan hukum primer dan sekunder, penyediaan jasa pekerja atau buruh adalah
seperti; kamus Inggris-Indonesia dan akses pekerjaan penunjang yang tidak
internet. berhubungan langsung dengan bisnis
Teknik pengumpulan bahan hukum yang utama. 2) Status badan hukum perusahaan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penerima pekerjaan, dimana hal ini
kepustakaan (study document). Teknik merupakan syarat mutlak yang harus
kepustakaan dilakukan dengan cara sistem kartu dipenuhi oleh perusahaan outsourcing. 3)
(card system) yaitu mencatat dan memahami isi Perjanjian Kerja, dimana syarat perjanjian
dari segala informasi yang diperoleh terhadap outsourcing yang dibuat secara tertulis,
sumber bahan hukum primer dan sumber bahan ditujukan untuk jaminan perlindungan
hukum sekunder. hukum bagi kedua belah pihak-pihak yang
mengikatkan dirinya disamping dalam hal
2. Hasil penelitian dan Pembahasan substansi atas perjanjiannya juga wajib
memuat ketentuan-ketentuan atau klausula-
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 1, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
24
Sistem Outsourcing Dalam Hubungan Industrial Di Indonesia (Outsourcing System In Industrial Rela-
tion In Indonesia)
ayat (2) huruf b UU No. 13 Tahun 2003 juncto perlindungan PHK dan Keberlangsungan Kerja,
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 27 dan Pasal 28 serta perlindungan perselisihan hubungan
Permenakertrans No. 19 Tahun 2012, kepastian industrial diatur sedemikian rupa dalam UU No.
hukum perlindungan PHK yang diatur dalam 13 Tahun 2003, Permenakertrans No. 12 Tahun
Pasal 153 UU No. 13 Tahun 2003, dan 2009, dan UU No. 2 Tahun 2004. Dengan
Keberlangsungan Kerja bagi pekerja/buruh demikian kepada pihak pemerintah agar
outsourcing yang diatur dalam Pasal 19 huruf b mencabut aturan-aturan yang terkait dalam
Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 juncto sistem outsourcing yang tidak menjamin
Surat Edaran Kementrian Tenaga Kerja dan kepastian hukum seperti yang terdapat dalam
Transmigrasi RI Nomor: B.31 tahun 2012, jenis pekerjaan penyediaan tenaga pekerja
secara aturan hukum dapat dipastikan menjamin yakni; pekerjaan penunjang yang tidak
perlindungan terhadap pekerja outsourcing. berhubungan langsung dengan bisnis inti dan
Kemudian hal lainnya terkait dengan kepastian juga sistem kontrak kerja yang dibatasi dengan
hukum atas perlindungan perselisihan hubungan PKWT, disamping atas karakter dari perjanjian
industrial yang diatur sedemikian rupa dalam tersebut meposisikan pekerja dibawah
UU No. 2 Tahun 2004, yang dapat ditempuh kekuasaan pengusaha. Tetapi bagaimanapun
melalui jalur non-llitigasi dan litigasi secara juga status menjadi pekerja permanen tentu
aturan hukum dapat dipastikan pula menjamin lebih baik. Serta selain demikian, pemerintah
perlindungan terhadap pekerja outsourcing. hendaknya berperan aktif dalam melakukan
Namun tentunya dalam proses penegakan sosialisasi sekaligus pengawasan terhadap
hukum terhadap memperjuangkan hak-hak yang pengimplementasian sistem outsourcing (alih
dimiliki oleh para pekerja, khususnya melalui daya) ini. Selain itu juga, kepada pihak
jalur litigasi tidaklah luput oleh pertimbangan pengusaha yang mewakilkan atau menjalankan
hakim dalam menerapkan aturan hukummnya usahanya sendiri yang menggunakan jasa
yang berdasarkan pada proses pembuktian, outsourcing, agar mempertimbangkan
fakta-fakta persidangan serta penafsiran hakim. keputusannya dalam hal pemutusan hubungan
kerja terkecuali terhadap hal-hal yang
mengakibatkan perusahaan menderita parah
3. Simpulan atau suatu perbuatan pidana, untuk selalu
Pengaturan outsourcing (alih daya) dapat meperpanjang masa kontrak kerjanya demi
kesejahteraan bagi pekerja atauburuh
dilihat dalam Pasal 64, Pasal 65 dan Pasal 66
outsourcing dengan rasa empati tanpa
UU No. 13 Tahun 2003, yang menyatakan
mempertimbangkannya dalam prespektif
bahwa Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan finansial perusahaan.
lainnya, melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja atau Daftar Pustaka
buruh yang dibuat secara tertulis berdasarkan
PKWT dan PKWTT, kemudian adanya Bartkus, E. V., & Jurevicius, V. (2007).
pembatasan pula dari sisi jenis pekerjaan, Production Outsourcing in the
perjanjian kerja, dan status badan hukum International Trade. Engineering
perusahaan outcourcing sebagai penerima Economics, 51(1), 59–68. Retrieved
pekerjaan. Disamping itu pula perusahaan from http://inzeko.ktu.lt/index.php/EE/
outsourcing juga wajib mendapat izin article/view/11464
operasional dari instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan Mertokusumo, S. (2008). Mengenal Hukum
Suatu Pengantar. Yogyakarta: liberty.
Hubungan yang tercipta antara Tenaga
Kerja dan Perusahaan Penerima Pemborongan Samaloisa, R. W. (2016). Outsourcing:
atauPerusahaan Penyedia Jasa Pekerja atau Kontradiksi Antara Konsep Hukum dan
Buruh mulai ada saat tercapainya kesepakatan Praktik. Media Nusa Creative.
yang tertuang dalam Perjanjian Kerja yang Soerjono, S., & Mamudji, S. (2006). Penelitian
kemudian atas hal ini lahirlah hubungan kerja, Hukum Normatif. Jakarta: Raja
begitu pula dengan hubungan antara para Grafindo Persada.
pengusaha yang bersifat kemitraan dalam
sistem outsourcing ini mulai dinyatakan sah Triyono. (2011). Outsourcing Dalam Perspektif
ketika mencapai kata sepakat. Kemudian Pekerja Dan Pengusaha. Jurnal
kepastian hukum terhadap perlindungan bagi Kependudukan Indonesia, 6(1), 45–62.
pekerja atauburuh outsourcing berupa kepastian Retrieved from http://
akan jenis pekerjaan, hubungan kerja, ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/
index.php/jki/article/download/88/159