Professional Documents
Culture Documents
Akhlaqul Banin Jilid 1
Akhlaqul Banin Jilid 1
Akhlaqul Banin Jilid 1
6.53-7.01
Akhlaq = tingkah laku atau sikap seseorang yang sudah menjadi kebiasaan setiap individu, dan
kebiasaan tersebut selalu terlihat dalam perbuatan sehari-hari.
Baik Buruk
1. Menaati segala perintah-Nya Musyrik
2. Beribadah kepada Allah Takabbur
3. Berzikir kepada Allah Murtad
4. Berdo’a kepada Allah Munafik
5. Tawakal
6. Tawaduk untuk Allah
7. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT
1. Ikhlas
2. Bertaubat
3. Bersabar
4. Bersyukur
5. Bertawakal
6. Harapan
7. Bersikap Takut
Baik Buruk
Menghidupkan Sunnah
Taat
Selalu bershalawat
Mencintai Keluarga Nabi
Baik Buruk
Husnuzhan berarti prasangka, dugaan baik. husnuzhan adalah suuzhan yang berarti
Tasammu. berarti tenggang rasa, saling berprasangka buruk terhadap seseorang.
menghargai dan saling menghargai sesama 1. Mudah marah (Al-Ghadhab) :
manusia. 2. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu)
Ta’awunm berarti tolong menolong, gotong 3. Mengumpat (Al-Ghiiba)
royong, bantu bantu dengan sesama 4. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu)
manusia. 5. Kikir (Al-bukhlu)
1. Menjaga hubungan baik
2. Berkata benar
3. Tidak meremehkan orang lain
4. Bersangka baik (Husnuzon)
5. Kasih sayang
Sopan santun
Rasa tolong menolong
Pemurah
Pemaaf
Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
Menepati janji
Baik Buruk
ْن ُ َو َس َخ,ْن
ِ ط هَّللَا ِ فِي َس َخطِ اَ ْل َوالِ َدي َ ضا هَّللَا ِ فِي ِر
ِ ضا اَ ْل َوالِ َدي َ ِر
Artinya: "Ridho Allah SWT bergantung dari ridho kedua orang tua dan
kemurkaan Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua," (HR. Tirmidzi,
Ibnu Hibban, Hakim)
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT adalah
dengan mentaati segala perintah-perintah–Nya. Allah SWT–lah yang telah memberikan segala-
galanya pada hambanya.
Memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan
akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan
Allah terhadap segala sesuatu.
5. Tawakal
Tawakal untuk Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil kerja
atau menunggu dari suatu keadaan. Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha,
dalam surat Al-Mulk ayat 15 dijelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi
utuk mencari rizki dengan berdagang, bertani dan lain sebagainya.
Yaitu hati yang rendah di hadapan Allah. Mengakui bahwa kita adalah makhluk yang hina di
hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak jika hidup dengan angkuh dan
sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melakukan ibadah untuk Allah.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridho
terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan
baik dari keluarga yang berada maupun keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah
SWT berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim
senantiasa yakin terhadap apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan,
atau berupa keburukan.
Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur,
karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.”
(HR. Bukhari).
a. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita sebagai umat
muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan.
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh
manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang
mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)
b. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada
Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian
itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”
c. Selalu bershalawat
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi
Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi hendaknya disertai dengan niat
dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati
beliau.
Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca
shalawat tidak disertai dengan niat dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka
timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar sayap. Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung niatnya”.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap, yaitu:
Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang hatinya tidak sadar.
Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan rasa hormat.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang
besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati
(Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat selamanya hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya
Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam
kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua orang Islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai
Rasulullah SAW dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang diantara kamu,
sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia
semuanya, (HR. Bukhari Muslim).
a. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita sebagai umat
muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan.
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh
manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang
mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah)
b. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada
Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian
itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”
c. Selalu bershalawat
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi
Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi hendaknya disertai dengan niat
dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati
beliau.
Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca
shalawat tidak disertai dengan niat dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka
timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar sayap. Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung niatnya”.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap, yaitu:
Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang hatinya tidak sadar.
Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan rasa hormat.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang
besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati
(Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat selamanya hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya
Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam
kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).
Akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan sebagian Ulama: menahan
diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka memberi, dan bermuka manis. Menahan diri
untuk tidak mengganggu artinya tidak mengganggu manusia baik dengan lisan maupun
perbuatan. Sedangkan banyak memberi adalah suka memberi dalam bentuk harta, ilmu,
kedudukan, dan selainnya. Bermuka manis adalah menyambut manusia dengan wajah yang
cerah, tidak bermuram muka atau memalingkan pipinya. Ini adalah akhlak yang baik kepada
makhluk (Allah). Tidak diragukan lagi bahwasanya orang yang melakukan hal ini, dengan
menahan diri untuk tidak mengganggu dan banyak memberi, akan membuat wajahnya berseri.
Tidak diragukan lagi bahwa ia akan bersabar atas sikap manusia yang menyakitkan terhadapnya.
Sikap bersabar atas gangguan manusia adalah termasuk akhlak yang baik. Sesungguhnya di
antara manusia ada orang-orang yang suka menyakiti saudaranya, dengan bertindak sewenang-
wenang dan merugikannya, misalkan dengan memakan hartanya atau menuntut hak yang
sebenarnya milik (orang lain itu), dan lain sebagainya. Namun orang itu bersabar dan berharap
pahala dari Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
Yaitu bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk dirinya terlebih dahulu,
karena dari sinilah seseorang akan menentukan sikap dan perbuatannya yang terbaik untuk
orang lain, sebagaimana sudah dipesankan Nabi, bahwa mulailah sesuatu itu dari diri sendiri
(ibda’binafsih). Begitu juga ayat dalam Al-Qur’an, yang telah memerintahkan kepada manusia
untuk memperhatikan diri terlebih dahulu baru orang lain, “Hai orang-orang yang beriman
peliharalah dirimu dan kluargamu dari api neraka”, (Q.S. Al-Tahrim: 6).
Bentuk aktualisasi akhlak manusia terhadap diri sendiri berdasarkan sumber ajaran Islam adalah
menjaga harga diri, menjaga makanan dan minuman dari hal-hal yang diharamkan dm merusak,
menjaga kehormatan diri sendiri, mengembangkan sikap berani dalam kebenaran serta
bijaksana.
akhlak yang pada prinsipnya terbagi kepada beberapa bentuk. Pertama, akhlak kepada orang
tua. Kedua, akhlak kepada anak sebagai keturunan dari orang tua yang merupakan bagian dari
darah daging orang tua. Bentuk akhlak terhadap orang tua ialah dengan selalu berbakti kepada
keduanya, tidak membantah perkataannya, selalu mengerjakan apa yang disuruh.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-isra’ ayat 23, disurah tersebut kita
diperintahkan untuk selalu berbuat baik pada ibu dan bapak dengan perbuatan yang sebaik-
baiknya. Dan janganlah sekali-kali kita mengatakan “ah” kepada mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.
1. Husnuzhan.
Husnuzhan berarti prasangka, dugaan baik. Lawan kata husnuzhan adalah suuzhan yang berarti
berprasangka buruk terhadap seseorang. Wajib hukumnya berhusnuzhan kepada Allah dan
rasul-Nya, wujud husnuzan bagi Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati
semua perintah Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh
hati semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan untuk manusia mubah atau
jaiz (boleh dilakukan).
2. Tasammu. berarti tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghargai sesama manusia.
Allah berfirman :
Artinya : ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (QS Alkafirun / 109: 6).
Ayat ini menjelaskan masing-masing pihak yang bebas melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya.
3. Ta’awunm berarti tolong menolong, gotong royong, bantu bantu dengan sesama manusia.
Allah berfirman :
ِ … َو َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َوى َوالَ َت َع َاو ُن ْوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْالع ُْد َو
ان
Artinya :”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam mengerjakan dosa dan permusuhan …” (QS Al Maidah: 2)
Kita diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan misalnya saling membantu
tetanga yang sedang dalam kesusahan, dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa.
Manusia diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan hidupnya.
Sebagai makhluk yang ditugaskan sebagai kholifatullah fil ardh, manusia dituntut untuk
memelihara dan menjaga lingkungan alam. Karena itu, berakhlak terhadap alam sangat
dianjurkan dalam ajaran islam. Beberapa prilaku yang menggambarkan akhlak yang baik
terhadap alam antara lain, memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat,
menghindari pekerjaan yang menimbulkan kerusakan alam.
Yang berkaitan dengan lingkungan adalah sesuatu yang berkaitan dengan manusia, tumbuh-
tumbuhan atau benda-benda yang tidak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang membahas
terhadap Lingkungan yang bersumber dari manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut
adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, bimbingan, agar setiap pencapaian mencapai
tujuan penciptaanya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi peluang bagi kepentingan
untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Ini berarti manusia dituntut mampu menghargai proses yang sedang berjalan, dan terhadap
proses yang terjadi. Yang dengan demikian mengantarkan manusia bertangung jawab, sehingga
ia tidak melakukan perusakan terhadap Lingkungan.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah
SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki manfaat bagi manusia.
“Orang yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi (oleh Allah).”(HR. Al-Bukhari no. 6013)
Maksud Hadits diatas ialah orang yang tidak menyayangi sesuatu yang diciptakan Allah maka
Allah pun juga tidak menyayanginya.
https://jambidaily.com/2020/06/10/akhlak-kepada-allah-swt-rasulullah-saw-manusia-dan-
lingkungan/
Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur.” (QS. An Nahl(16) : ayat 78).
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan tubuh yang
kokoh dan sempurna serta melengkapinya dengan panca indra seperti, pendengaran,
penglihatan, penciuman, akal pikir dan hati nurani. manusia harus bersyukur dengan
panca indra yang diberikan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sudah
sepantasnya manusia mensyukuri apa yang telah Allah berikan dan menggunakan alat
panca indra tersebut untuk memperhatikan bukti keesaan Allah, serta taat dan patuh
kepada-Nya.
1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain.
Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata,
dengan niat yang ikhlas, menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika
melakukan amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha
untuk menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari
ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun
non fisik, dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-
Nya.
5. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya
kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
6. Harapan – Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah.
7. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.
b. Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia
Salah satu faktor kuatnya iman seseorang, terlihat dari perilakunya sehari-hari terhadap
orang lain, bagi muslim yang menaati peraturan akan tercermin akhlak mulia nya
terhadap sesama. Contohnya:
1) Menjaga hubungan baik – seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga,
saling memberi jika ada rezeki lebih, atau saling membantu dalam hal kebaikan.
2) Berkata benar – Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita,
membuat masukan / opini yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang
ternyata tidak benar kenyataan (hoax).
3) Tidak meremehkan orang lain – Allah memerintahkan bagi orang yang beriman,
untuk tidak merendahkan orang lain. Merasa dirinya lebih, padahal kita tidak sadar ada
yang lebih baik dan lebih berpikiran daripada luasnya pemikiran kita.
4) Bersangka baik (Husnuzon) – Husnuzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang
harus diterapkan dengan lahir dan batin, ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani
selalu diridhai oleh Allah. Karena sikap suuzon itu ibarat “manusia memakan daging
manusia yang sudah meninggal.” Sebagaimana firman Allah :
هّٰللا هّٰللا
ِ ض ُك ْم بَ ْعض ًۗا اَيُ ِحبُّ اَ َح ُد ُك ْم اَ ْن يَّْأ ُك َل لَحْ َم اَ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموْ ۗهُ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ تَوَّابٌ ر
َّح ْي ٌم ُ َّواَل تَ َج َّسسُوْ ا َواَل يَ ْغتَبْ بَّ ْع
5) Kasih sayang – Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa
sejak lahir. Akan tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena
jika tidak dipelihara dan dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan
menumbuhkan rasa negative lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati,
dengki dan masih banyak lainnya yang mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu
dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap :
Sopan santun
Rasa tolong menolong
Pemurah
Pemaaf
Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
Menepati janji
Untuk melihat berbagai contoh akhlak baik terpuji dan mulia lainnya, Grameds dapat
membaca buku 28 Akhlak Mulia yang di dalamnya menjelaskan pengertian, ciri, dan juga
contoh perbuatan yang menunjukkan akhlak terpuji seseorang.
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar .” (QS. Lukman :
ayat 13).
2) Takabbur
Sikap menyombongkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini. Adapun
yang menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa tampan atau
cantik, kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya. Salah satu ayat
Allah yang menerangkan ketakaburan manusia, QS. An-Nahl: 29
َس َم ۡث َوى ۡال ُمتَ َكب ِِّر ۡين َ فَ ۡاد ُخلُ ۡۤوا اَ ۡب َو
َ اب َجهَنَّ َم ٰخلِ ِد ۡينَ فِ ۡيهَاؕ فَلَبِ ۡئ
“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti itu
seburuk-buruk tempat orang yang menyombongkan diri.”(Qs. An-Nahl : ayat 29).
3) Murtad
Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama islam /
singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan hukuman riddah (hukuman
mati) saat di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah:
ٰۤ ٰۤ َ
ۗ ب النَّا ۚ ِر ُه ْم فِ ْي َها
ُ ص ٰح
ْ َول ِٕىكَ ا ُول ِٕىكَ َحبِطَتْ اَ ْع َمالُ ُه ْم فِى ال ُّد ْنيَا َوااْل ٰ ِخ َر ِة ۚ َوا ُ َو َمنْ يَّ ْرتَ ِد ْد ِم ْن ُك ْم عَنْ ِد ْينِ ٖه فَيَ ُمتْ َوه َُو َكافِ ٌر فا
َٰخلِد ُْون
“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : ayat 217).
4) Munafik
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya mengikuti
ajaran Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu
dan menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama),
mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan
mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah,
maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-
orang yang fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67)
Adapun tanda-tanda orang munafik, menurut sebuah Hadis Rasulullah SAW, Bersabda:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga (yaitu) apabila berbicara ia berbohong, apabila
berjanji ia menyalahi dan apabila diserahi amanah ia curang.” (HR. Bukhari, Muslim)
1. Mudah marah (Al-Ghadhab) : Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang
mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
2. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin
menghilangkan kebahagian / kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan
kebaikan orang lain karena berhasil menjadi lebih baik dan sukses.
3. Mengumpat (Al-Ghiiba) : Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain
untuk tidak suka kepada seseorang dan membicarakan keburukannya.
4. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu) : Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain
baik materi maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang
mengambil hak orang lain.
5. Kikir (Al-bukhlu) : Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain,
baik dalam hal jasa maupun materi.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/