Dea Wulandari

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 35

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI, PEMERKSAAN FISIK DAN


PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN PEMBIMBING:
Istianah, Ners., M.Kep
Di Susun Oleh:

Nama : Dea Wulandari


NIM : 010 STYC20
Kelas : A1

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha
Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “Anatomi Dan Fisiologi,
Pemerksaan Fisik Dan Pemeriksaan Penunjang Pada Sistem Perkemihan”
tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin
dengan dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih
dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang
dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang
sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya
yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Mataram, 14 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................3


2.1 Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan ................................................3

2.1.1 Pengertian Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan .................................3

2.1.2 Anatomi Sistem Perkemihan ........................................................................4

2.1.3 Fisiologi Sistem Perkemihan .......................................................................8

2.1.4 Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)........................................................ 11

2.1.5 Urine (Air Kemih) ..................................................................................... 13

2.2 Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan ................................................................. 15

2.2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan ...................................... 15

2.2.2 Langkah-Langkah Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan .......................... 15

2.3 Pemeriksaan Penunjang Pada Sistem Perkemihan ................................................ 19

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 30


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 30

3.2 Saran ................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk
mempertahankan homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ
tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah,
ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dengan mengeliminasi semua
zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi
tubuh manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup
manusia. Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak
diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga dengan
keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari
beberapa penyakit yang menyangkut sistem perkemihan.
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada ginjal, vesika urinaria, dan meatus urinaria. Pemeriksaan
fisik sistem perkemihan dilakukan dengan metode inspeksi, auskultasi,
palpasi dan perkusi.
Pemeriksaan penunjang adalah tes yang dilakukan pada sampel urin
pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining
dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan
penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum yang meliputi Uji Makroskopik,
Uji Kimiawi dan Uji Mikroskopik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan?
2. Bagaimana Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan?
3. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Pada Sistem Perkemihan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan?
2. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan?
3. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Pada Sistem Perkemihan?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan


2.1.1 Pengertian Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System
adalah suatu sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama
mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi
lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan
dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren)
yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal
ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari
vesika urinaria.

3
2.1.2 Anatomi Sistem Perkemihan
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai
vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dexter yang besar.
A. Fungsi ginjal :
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun,
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan
ion,
3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh,
4) Fungsi hormonal dan metabolisme,
5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein
ureum, kreatinin dan amoniak.
B. Struktur ginjal.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut


kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang

4
berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam
yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-
lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf
sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe,
ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau
tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang
menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang
merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta
nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

1) Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari
arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol
efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat
yang terlarut dari darah yang melewatinya.
2) Kapsula Bowman

5
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
3) Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi
bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-
bahan ke dalam cairan tubuli.
b) Ansa Henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U.
Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun
terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu
bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari
lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis
sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang
lebih tebal disebut segmen tebal. Lengkung henle
berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan
sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu,
berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi
urin.
c) Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d) Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari
delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul
terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan
isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
C. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus
renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah
darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

6
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen
dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos.
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
d) Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis
pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang
dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a) Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b) Tunika muskularis (lapisan berotot).
c) Tunika submukosa.
d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika
urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a) Urethra pars Prostatica
b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c) Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara
clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran

7
ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh
darah dan saraf.
c) Lapisan mukosa.
5. Air kemih (urine).
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.
b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
e) Berat jenis 1,015-1,020.
f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
member reaksi asam).
g) Komposisi air kemih, terdiri dari:
h) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
i) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea
amoniak ,Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat
dan sulfat.
j) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
k) Toksin
2.1.3 Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine

8
tanpa meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine
kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan
memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi
secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan
berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan waktu dan tempat yang
cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu
lama, maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor,
maka terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi
pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa
kejadian dengan urutan sebagai berikut :
1. Membukanya meatus intemus
2. Erubahan sudut ureterovesical
3. Bagian atas urethra akan terisi urine
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal
meningkat
7. Pembukaan sphincter extemus
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus
pubococcygeus yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :
1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine
mengalir
2. Vesica urinaria tertarik ke atas
3. Urethra memanjang
4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi
maka siklus kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan
mulai lagi secara otomatis.

9
Fungsi sistem homeostatis urinaria:
1. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur
banyaaknya air yang hilang dalam urine, melepaskan
eritropoietin dan melepaskan rennin.
2. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah
natrium, kalium, klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin
dan mengontrol kadar ion kalsium.
3. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol
kehilangan ion hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
4. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam
urat.
5. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
6. Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap
menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah
filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari
jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai
kemih, dan sebagian diserap kembali. Transpor urin dari ginjal
melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih.
Tahap – tahap Pembentukan Urine :
a. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan
aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan
darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya

10
terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi
pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila
diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah,
penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal
sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi
penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine
sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu
di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika
urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urin yang keluar dari
kandungan kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan
cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan
yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui
kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
2.1.4 Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ±
250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk

11
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan
terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa
disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh
torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako
lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter
interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira
perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat
digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Jadi,reflex mikturisi merupakan sebuah sikus yang lengkap
yang terdiri dari:
1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
4. Perangsangan atau penghambatan berkemih oleh otak.
Pusat – pusat ini antara lain:
1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak,
terutama terletak di ponds, dan beberapa pusat yang terletak
korteks serebral yang terutama bekerja menghambat tetapi dapat
menjadi perangsang.
2. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih,
tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan
sebagai pengendali akhir dari berkenmih sebagai berikut:

12
a) Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan
refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
b) pusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika
refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus
menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai
mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
c) Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat
berkemih sacral untuk membantu untuk mencetuskan refleks
berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter
eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat
terjadi.
Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara
berikut: Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot – otot
abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan
mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra
posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.
2.1.5 Urine (Air Kemih)
Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat
dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat persarafan yang lebih tinggi
dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang
menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang
menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. Rata-rata
dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk. Warnanya bening oranye, pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
1. Sifat – sifat air kemih
a) Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
b) Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh
c) Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan
sebagainya.

13
d) Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan
berbau amoniak.
e) Baerat jenis 1.015 – 1.020.
f) Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi
sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam
urin orang yang sehat.
Komposisi air kemih :
a) Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

14
b) Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea,
amoniak dan kreatinin
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
d) Pigmen (bilirubin, urobilin)
e) Toksin
f) Hormon
2.2 Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
2.2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada ginjal, vesika urinaria, dan meatus urinaria.
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan dilakukan dengan metode
inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
2.2.2 Langkah-Langkah Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
A. Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Sarung tangan bersih
3. Alat tulis
4. Bengkok
B. Pemeriksaan Inspeksi
Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran,
kesimetrisan, warna kulit, tekstur, turgor kulit, adanya massa atau
pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran mukosa
yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia.
Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema,
indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
C. Pemeriksaan Auskultasi
Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas
sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar
bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka
indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri
ginjal).

15
D. Pemeriksaan Ginjal
1. Palpasi Ginjal
Ginjal kanan :
a) Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah
kanan.
b) Letakkan tangan kiri di bawah costa 12
c) Letakkan tangan kanan dibagian atas, sedikit di bawah
lengkung iga kanan
d) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke
bawah sementara tangan kiri mendorong ke atas. Pada
puncak inspirasi tekan tangan kanan kuat dan dalam. Raba
ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan.
Ginjal kiri
Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :
a) Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita
b) Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat
dari belakang
c) Letakkan tangan kiri di kuadran kiri atas
d) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kiri menekan ke
bawah sementara tangan kanan mendorong ke atas. Pada
puncak inspirasi tekan tangan kiri kuat dan dalam. Raba
ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan.
Normalnya jarang teraba.

16
2. Perkusi Ginjal
Perkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi
ginjal dilakukan pada akhir pemeriksaan. Perkusi costovertebral
ginjal (costovertebral angle) :
a) Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
b) Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut
costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra
torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan kanan
yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi
ginjal dengan cukup kekuatan sampai pasien dapat merasakan
pukulan.
c) Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri
mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis

17
E. Pemeriksaan Vesika Urinaria
1. Palpasi Vesika Urinaria
Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan,
lokasi, ukuran, dan sensasi. Dalam kondisi normal, vesika
urinaria tidak teraba. Adanya distensi/pembesaran vesika
urinaria dapat dipalpasi di area antara simfisi pubis dan
umbilical. Langkah-langkah palpasi vesika urianaria:
a) Atur posisi pasien supinasi
b) Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah
mendekati simfisis.
c) Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria.

2. Perkusi Vesika Urinaria


Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali
volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung
kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus. Sebelum
melakukan perkusi vesika urinaria, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus vesika urinaria. Setelah itu lakukan perkusi
di atas area suprapubic. Jika vesika urinaria penuh atau
sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi
dullness (redup) di atas simphysis pubis. Langkah-langkah
perkusi vesika urinaria:
a) Atur posisi pasien supinasi
b) Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area
umbilicus.Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan terdengar

18
“dullness”.
F. Pemeriksaan Meatus
Pemeriksaan meatus bukan pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan
fisik system perkemihan. Pemeriksaan ini sering dilakukan pada
pasien dengan gangguan system perkemihan infeksi.

Langkah-langkah pemeriksaan dengan inspeksi pada meatus :


1. Pada pasien laki-laki
a) Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri
b) Gunakan sarung tangan
c) Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis
untuk membuka meatus urinary. Lihat meatus adanya
kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada
meatus.
2. Pada pasien perempuan
a) Atur pasien dalam posisi litotomi
b) Gunakan sarung tangan
c) Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat
meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan,
luka, pada meatus.
2.3 Pemeriksaan Penunjang Pada Sistem Perkemihan
A. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan urine Urinalisis
Adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan

19
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit
seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum yang meliputi Uji
Makroskopik, Uji Kimiawi dan Uji Mikroskopik.
Pemeriksaan utin rutin yaitu terdiri dari:

a) Jumlah urin \makropis: warna dan jernihnya urine


b) Berat jenis
c) Protein
d) Glukosa
e) Pemeriksaan sedimen

Pemeriksaan
No Keterangan Nilai normal
rutin urin
1. Jumlah urine Tujuan: Jumlah urin 24
- Adanya gangguan faal ginjal jam antara 800-
- Adanya kelainan 1300 pada orang
kesetimbangan cairan badan dewasa
Pengukuran umlah urine:
- Urin 24 jam
- Urin sewaktu
2. Warna urina Urine di temukan oleh besarnya Warna urine
dieuresis. normal berkisar
Interpretasi: tidak berwarna, kining anatara kuning
muda, kuning tua, kuning muda dan kuning
bercampur merah, merah, coklat, tua
kuning bercampur hijau, putih
serupa susu, dll.
Kejrnihan Interpretasi: jernih , agak Kejernihan
keruh,keruh,
atau sangat keruh normal:jernih
3. Berat jenis Menggunakan urinometer Berat jenis urin

20
Makjun besar diuresis maka makin 24 jam orang
rendah berat jenis normal 1016-
1022
Bau urine Bau berlainan dari yang normal isa Bau urin normal
berasal dari makanan, obat-obatan, disebabkan oleh
amoniak, ketonuria, dan bau busuk asam-asam
organik yang
mudah menguap
Derajat PH keasaman urin memakai kertas Batas normal pH
keasaman indikator 4,6-8,5 urin 24
jam mempunyai
pH rata-rata 6,2
4. Protein Menyatakan adanya protein dalam Normal : (-) tidak
urin berdasarkan kepda timbulnya ada kekeruhan
kekeruhan Interpretasi :
- Positif(+) : adanya kekeruhan
ringan tanpa butiran, kadar
protein kira-kira 0,01-0,05%
- Positi(++): kekeruhan mudah
dilihat dan nampak-
nampak(0.05-0,2%)
- Positif(+++): urin jelas keruh
dan kekeruhan itu berkeping
keping (0,2- 0,5%)
- Positif(++++): urine sangat keruh
dan kekeruhan berkeping-keping
besar atau bergumpal-
gumpal(>0,5%)
5. Glukosa - Untuk menentukan glukosa Semikuantitatif:
dalam urine normal (-) tetap

21
- Dengan cara semikuantitatif dan kuantitatif
biru jernih atau
- Interpretasi: sedikit kehijau-
 Positif + : hijau kekuning- hijauaan dan
kuningan dan keruh (0,5-1%) agak keruh
 Positif ++: kuning keruh (1-
1,5%)

 Positif +++: jingga atau warna


lumpur kruh(2,5-3%)
 Positif ++++: merah keruha
(>3,5%)
Bilirubin Interpretasi : adanya warna hijau
pada presipitasi di kertas saring
Kalsium - Berguna menilai kelainan faal gl Nilai normal :
paratiroidea dan tidak terjadi
gangguan metabolisme pada kekeruhan
umumnya (-) tidak terjadi
- Interpretasi kekeruhan
(+) terjadi
 Positif++: kekeruhan sedang
kekeruhan halus
 Positif +++: kekeruhan berat
yang timbul < 2 detik
 Positif ++++: kekeruhan yang
terjadi seketika
6. Pemeriksaaan Interpretasi: Epitel : normal
sedimen ditemukan
- Sel epitel hampir selalu ada.sel
Leukosit normal
epitel bulat banyak menandakan
: < 5/LPB
glomerulus
Kristal-kristal
- Oval fat bodies ditemukan sel
dalam urin
epitel bulat yang mengalami
normal yaitu
degenerasi lemak pda sindrom

22
nefrotik kristal asam
- Leukosit,bila > 5 leukosit/LPB urat(dalam urin
artinya da proses peradangan, asam urat)
tumor, dll calsium
- Eritrosit , bila >1 eritrosit/LPB sksalat(dalam
artinya ada radang , trauma, urin netral)
diastesis hemoragik, dll
- Benang lendir, didapat pada
iritasi permukaan selaput lendir
traktus urogenitalis bagian distal
- Kristal. Dalam urin menunjukan
keaadaan abnormal dengan
ditemukan leusin, sistin,
kolestrol, dll

2. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi Interpretasi Nilai normal
Pemeriksaan bakteriologi - Jumlah kuman Jumlah kuman <
dilakukan dengan cara antara 10.000- 10.000
kuantitatif dengana cara 100.000 /ml /ml urin
memperhitungkan berapa urin berarti satu
banyak kuman didapat rata- infeksi dalam
rata/ mll urine pemeriksaan saluran urin
sedimen urine dengan cara - Jumlah kuman
Gram dan Zhile Neels, dan 100.000 berarti
dengan infeksi
kultur urine.

23
3. Pemeriksaan darah
No Pemeriksaan Keterangan Nilai normal
darah
1. Darah rutin Bertujuan untuk menilai Hb:
kerusakan pada ginjal
- Hb ♀12-14g/dl
contoh pasien yang
- LED ♂13-16
anemia kemungkinan
g/dl LED:
- Leukosit gagal ginjal
♀ < 10mm/jam
- Hitung
♂ <15mm/jam
trombo
Leukosit: 5000-10.000
sit
ul
- Hitung jenis
Trombosit : 150.000-
leukosit
400.000/ul
Hitung jenis leukosit:
0-1 1-3 2-6 50-70 20-
40 2-8
2. Faal ginjal Kllirens kratini Ureum darah: 20-
menunjukan kemampuan 40mg/dl
- Kadar kreatinin
filtrasi ginjal. Dalam Kreatini: 0,5-1,5 mg/dl
- Kadar
menilai faal ginjal Klirens kreatini: 80-
ureu
Pemeriksaan ini lebih 120 ml/menit
m atau BUN
Peka dari pada
- Kliren kratinin
pemeriksaan kreatinin
BUN. Memeriksa klierns
kreatini dengan
menampung urine 24 jam

24
B. Prosedur Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Kontra
No Keterangan Indikasi
radiologi indikasi
1. Foto polos - Untuk foto skrining Setiap -
abdomen untik pemeriksaan pemeriksaan
urologi traktus
- Yang diperhatikan urinarius
bayangan, besar
dan posisi kedua
ginjal
2. Pielografi intra Foto dapat Keadaan - Pasien
vena menggambarkan fungsi ginjal riwayat
keadaan sistem masih baik alergi
urinaria melalui - Pasien
bahan kontras radio gagal ginjal
opak Pencitraan ini
menunjukan kelainan
anatomi dan kelanian
fungsi ginjal
3. Ultrasoundgrafi Pemeriksaan ini tidak
invasif dan tidak
menimbulkan efek
radias. USG dapat
membedakan
antara masahi
perechoik
dan masa kitus
(hipoechoik).
Pemeriksaan

25
pada ginjal bertujuan
untuk:

1. Mendeteksi
keberadaaan dan
keadaaan ginjal
2. sebagai penuntut
saat melakkukan
pungsi ginjal
3. pemeriksaan
penyaring
adanya dugaan trau
ma ringan pada
ginjal
4. CT scan dan Pemeriksaan ini Pasien
MRI banyak diduga ada
Digunakan untuk tumor pada
menentukan traktus
penderajatan tumor urinarius
yaitu batas-batas
tumor, invasi organ
skitar tumor dll

C. Prosedur Endoskopi
(Ultrasound Ginjal) Gelombang suara berfrekuensi tinggi, tdkterdengar
ditransmisikan dr sebuah transducermenuju ginjal dan struktur
sekitarnya. Pantulan gelombang dikonversikan menjadi citraanatomis dan
ditampilkan pd layar monitor. Mendeteksi akumulasi cairan, massa,
malformasi,perubahan ukuran, obstruksi, bentuk, posisi,komplikasi
setelah transplantas.
1. Prosedur:
a) Telungkup/ duduk

26
b) Jely konduktif ultrasonik dioles pada area yang akan discan
c) Transducer digerakan di atas jely memancarkan
berkas suara melewati jaringan tubuh dengan beda kepadatan
d) direfleksi ke transducer sbg gaung
e) diubah menjadi impuls listrik ditayangkan pada osiloskop (30mnt)
f) Klien diminta bernafas dalam/menunjukkan gerakan ginjal
slmrespirasi
2. Setelah tes:
a) Bersihkan jely
b) Diet biasa
Hasil normal: Ukuran, letak ginjal normal
Hasil abnormal:
a) Kista penuh cairan
b) Tidak memantulkan gelombang suara, tumor
c) gemaganda, bentuk-bentuk tidak teratur, abses memantulkan
sedikit gelombang
D. Biopsi Renal
Biopsi ginjal dilakukan dengan menusukkan jarum biopsi melalui kulit
ke dalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui
luka insisi yang kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk
mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan spasimen bagi
pemeriksaan mikroskopik elektron serta imunofluoresen. Khususnya bagi
penyakit glomerulus. Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksaan koagulasi
perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko
terjadinya perdarahan pascabiopsi.
a) Menentukan sifat, luas, dan prognosis penyakit ginjal
b) Mengambil irisan jaringan korteks ginjal untuk/diperiksa
dengan teknik mikroskopik canggih
c) Metode: perkutan tertutup ataupembedahan terbuka
d) Mendiagnosa penyakit ginjal, monitorkemajuan penyakit ginjal,
mencekefektivitas terap

27
1. Sebelum tes:
a) Inform consent
b) Penkes prosedur, sensasi
c) Kaji pemeriksaan hematologi (hitungdarah lengkap, waktu
perdarahan,waktu protombin, jml trombosis, tipeserta pemeriksaan
silang u/kemungkinan transfusi)
d) Ambil spesimen urin u/analisis rutin, kultur, sensitivitas
e) IVP, USG, foto polos abdomen
f) membantu menentukan tempat biopsi
g) Puasa 8 jam sebelum tes
2. Prosedur:
a) Anestesi lokal
b) Berbaring pada permukaan rata dgnbantal/ kantong pasir dibawah
perut u/meninggikan ginjal
c) Nafas dalam saat ginjal diraba
d) Tahan nafas, tidak bergerak
e) Jarum anestesi masuk melalui otot-otot punggung sampai ditarik
kembali
f) Dibuat insisi kecil pada kulit teranestesi, tahan nafas & tidak
bergerak saat dokter menusukkan jarum dengan stylet
(jarumbiopsi) u/ mengambil spesimen
g) Implikasi keperawatan selamaprosedur:
h) Beri dukungan emosional, turunkan kecemasan
i) Latih pernafasan
j) Jelaskan sensasi yang dirasakan
3. Setelah tes:
a) Tekan area biopsi 3-5 menit untu kmenghentikan
perdarahan, pasang perban
b) Baring terlentang paling sedikit selama 12 jam
u/ meminimalkan perdarahan
c) Pantau TV, perdarahan, nyeri, baluttekan

28
d) Observasi warna, jml, karakteristik urin
e) Pemeriksaan hematologi
f) Konsumsi cairan peroral
g) Kurangi aktivitas berat selama 2 minggu
Kontraindikasi: kanker ginjal, gangguan perdarahan, hipertensi, hanya
ada 1 ginjal
Komplikasi : perdarahan, hematoma, fistula arteriovenous, infeksi
Hasil normal : irisan jaringan menunjukkan struktur normal
Hasil abnormal: kanker atau penyakit ginjal lainnya

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
1. Anatomi Sistem Perkemihan
a. Ginjal (Ren)
b. Ureter
c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
d. Uretra.
2. Fisiologi Sistem Perkemihan
Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung
oleh simpai bowman yang terdiri dari
b. Proses reabsorpsi
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ginjal,
vesika urinaria, dan meatus urinaria. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
dilakukan dengan metode inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
Pemeriksaan penunjang adalah tes yang dilakukan pada sampel urin
pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining
dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan
penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum yang meliputi Uji Makroskopik,
Uji Kimiawi dan Uji Mikroskopik.
3.2 Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun tentang Anatomi Fisiologi dalam konteks

30
pelayanan kesehatan khususnya konsep Anatomi Fisiologi Sistem
Perkemihan, Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Penunjang Pada Sistem
Perkemihan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta


: Gramedia Pustaka Utama.
Gleadle, Jonathan (2005). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :
Erlangga
Levever, Joyce. 2009. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

32

You might also like