Penerapan Sanksi Hukum Bagi para Advokat Pelaku Ti

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

PENERAPAN SANKSI HUKUM BAGI PARA ADVOKAT PELAKU

TINDAK PIDANA SUAP DALAM SISTEM HUKUM POSITIF DI


INDONESIA

Hartono
Fakultas Hukum, Universitas Surabaya
Griya Citra Asri RM 21 No. 10 Surabaya, Jawa Timur
e-mail: hartono.tonz77@gmail.com

Abstract
Current bribery is very much happening in various regions of Indonesia and this can be
seen from the increasingly widespread acts of abuse and abuse of the authority of law enforcement
officers and can not be separated from the various things that make the occurrence of various
bribery and wrong actions the other is done by Advocates who are part of one of the law
enforcement officers in Indonesia, Advocates should be an example for the community and other law
enforcement officials to obey and enforce the law. This research was conducted using normative
juridical and statute approach, conducting studies on applicable laws and regulations and other
regulations relating to the subject matter discussed in this research. The results of this study
indicate that the application of sanctions to Advocates as perpetrators of bribery is subject to
criminal penalties as stipulated in (Criminal Law, bribery law andthe law to eradicate corruption)
and also the application of sanctions for Advocates' Code of Ethics.
Keyword: Criminal Acts; Bribery; Corruption; Advocate; Sanctions.

Abstrak
Tindak pidana suap pada saat ini sangat banyak sekali terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia dan hal ini dapat terlihat dari semakin maraknya tindakan-tindakan melanggar dan
penyalahgunaan kewenangan aparat penegak hukum dan tidak terlepas dari adanya berbagai hal
yang membuat terjadinya berbagai aksi-aksi penyuapan dan salah satunya dilakukan oleh Advokat
yang merupakan bagian dari salah satu aparat penegak hukum di Indonesia yang seharusnya
adalah menjadi teladan bagi masyarakat dan aparat penegak hukum lainnya untuk taat dan
menjalankan tegaknya hukum. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan yuridis normatif dan
dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), melakukan kajian-kajian terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan pokok
masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penerapan
sanksi terhadap Advokat sebagai pelaku tindak pidana suap dijatuhi hukuman pidana sebagaimana
yang diatur dalam (KUHP, UU TPS dan UU PTPK) dan juga penerapan sanksi Kode Etik Advokat.
Kata Kunci: Tindak Pidana; Suap; Korupsi; Advokat; Sanksi.


Naskah diterima: 26 Juli 2019, direvisi: 5 September 2019, disetujui untuk terbit: 30 September 2019
Doi: 10.3376/jch.v5i1.181

77
Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

PENDAHULUAN Kepastian dan kesetaraan bagi setiap


Indonesia adalah Negara yang sudah orang di hadapan hukum adalah salah satu
merdeka, Pancasila merupakan pandangan prinsip Negara hukum itu sendiri. Dapat
hidup dan ideologi dasar yang hingga saat disimpulkan bahwa negara Indonesia
ini tetap dianut oleh Negara Indonesia tidak berdasarkan kekuasaan belaka, oleh
tanpa ada pengecualian sama sekali dalam karenanya segala tindakan dan
menjalankan jalannya proses kehidupan kewenangan penguasa atau alat-alat
sehari-hari. Dalam situasi roda kehidupan perlengkapannya akan diatur oleh hukum
manusia di Indonesia dalam juga, jadi kewenangan penguasa
melakukaninteraksi sosial antara sesama mempunyai batas-batas tertentu. Hukum
manusia tentunya akan selalu berpatokan sebagai pemandu dalam kehidupan
pada suatu norma, aturan atau tatanan bermasyarakat untuk menciptakan
hukum yang ada di tengah-tengah keamanan, ketertiban, keadilan, kepastian
masyarakat. Norma, aturan dan tatanan dalam suatu negara dan disertai adanya
hukum sangat diperlukan oleh setiap perlindungan atas hak asasi manusia
manusia untuk saling berinteraksi (HAM) serta sebagai alat untuk
(Satjipto Raharjo, 2006: 13). menyelesaikan atas adanya kemungkinan
konflik-konflik antar subjek-subjek
Pada sisi lain, tentunya norma, aturan
hukum di Indonesia.
atau tatanan hukum tersebut juga
memerlukan adanya sanksi apabila Salah satu sifat yang mendasar
dilanggar. Suatu sanksi hukum sangatlah tentang Negara Hukum, yaitu terletak
diperlukan agar tercapai adanya pada perlengkapannya yang selalu
kepastian, keadilan dan manfaat dari bertindak dan patuh terhadap peraturan-
adanya aturan-aturan yang diberlakukan peraturan yang sudah ditentukan setelah
tersebut. Hal ini disebabkan bahwa tidak atau sebelumnya oleh alat perlengkapan
bisa dihindarkan masing-masing manusia yang dikuasakan untuk menerbitkan
signifikan memiliki kecenderungan untuk peraturan tersebut. Kesetaran dalam
menyimpang dari norma, aturan atau segala bidang dan peradilan yang tidak
tatanan hukum yang ada disebabkan oleh tercemar atas kekuasaan apapun, yang
adanya hawa nafsu yang tidak bisa juga selalu menempatkan legalitas di
dikendalikan. Ketentuan Pasal 1 ayat 3 tempat utama, menunjukkan bahwa
UUD 1945 menyatakan bahwa, Negara Negara ini yang memiliki ciri-ciri khas
Indonesia adalah merupakan negara sebagai negara hukum hingga saat ini.
hukum. berdasarkan isi pasal tersebut, Teori dan praktiknya, di dunia
maka jelaslah bahwa semua kegiatan peradilan diperlukan adanya profesi
penyelenggaraan negara tidak akan advokat yang banyak dikenal oleh
terlepas dari peraturan perundang- masyarakat dengan istilah Pengacara,
undangan termasuk dalam kegiatan Pembela atau Penasihat Hukum sebagai
penyelenggaraan peradilan di Indonesia. penyeimbang, agar dunia peradilan

78 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

terbebas dari campur tangan dan pengaruh hukum untuk mencapai suatu keadilan
dari luar dan itu adalah sebuah keharusan bagi kepentingan masyarakat.
berdasarkan Undang-Undang yang ada Hukum itu berfungsi sebagai sarana
berlaku di Indonesia. Advokat sebagai untuk mewujudkan hukum itu sendiri, dan
profesi yang bebas/tidak bisa diintervensi, di dalam mewujudkan fungsi tersebut
mandiri/tidak terikat dan bertanggung diperlukan perangkat pelaksana dalam
jawab untuk membuat suatu peradilan penegakan hukum seperti Polisi, Jaksa,
yang jujur, adil dan memiliki kepastian Hakim dan Advokat. Kebutuhan akan
hukum bagi semua pencari keadilan peran Advokat khususnya dalam proses
dalam menegakkan hukum, kebenaran, peradilan akan semakin meningkat sejalan
keadilan dan hak asasi manusia.Pembela dengan kebutuhan hukum bagi
sering disalahtafsirkan, seakan-akan masyarakat luas terutama di era
berfungsi sebagai penolong Tersangka globalisasi ini. Selain itu semua, seiring
atau Terdakwa bebas atau lepas dari dengan perkembangan hukum akibat
pemidanaan walaupun ia jelas bersalah adanya tuntutan akan meningkatnya
melakukan yang didakwakan itu. Pada kebutuhan dan kemajuan zaman seperti
hakekatnya pembela atau penasihat yang terlihat pada saat ini, masyarakat
hukum membantu Hakim untuk modern dalam memandang masalah
menemukan sebuah kebenaran materiil, hukum yang menimpa dirinya haruslah
walaupun bertolak dari sudut pandangan ditangani secara cepat, tepat dan
subjektif, yaitu berpihak kepada profesional dengan memanfaatkan jasa
kepentingan tersangka atau terdakwa. ahli di bidang hukum yaitu Advokat.
Advokat sebagai profesi yang Menurut ketentuan UUA, bahwa
bebas/tidak bisa diintervensi, yang dimaksud Advokat adalah orang
mandiri/tidak terikat dan bertanggung yang professional dalam bidangnya yang
jawab memiliki suatu peran yang penting memberi jasa hukum, baik di dalam
untuk menciptakan atau mewujudkan maupun di luar pengadilan dengan syarat-
prinsip-prinsip negara hukum dalam syarat yang telah diatur dalam ketentuan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara Pasal 3 UUA. Secara normatif, undang-
di Indonesia, di samping adanya undang tersebut juga menegaskan bahwa
keberadaan lembaga peradilan dan Advokat adalah salah satu aparat penegak
instansi penegak hukum seperti kepolisian hukum yang ada di Indonesia yang
dan kejaksaan terlebih lagi sejak memiliki kedudukan yang sama dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor penegak hukum lainnya seperti Polisi,
18 Tahun 2003 Tentang Advokat (UUA). Jaksa, dan Hakim. Perkembangan
Keberadaan Advokat adalah sebagai salah masyarakat mempengaruhi pola
satu bagian unsur aparat penegak hukum penegakan hukum, oleh sebab itu
di Indonesia. Advokat dalam menjalankan Advokat tidak pernah terlepas dari
profesinya selalu berlandaskan atas masalah penegakan hukum di Indonesia.

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 79


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

Setiap Advokat dalam menjalankan setiap cara dalam modus operandinya yaitu
pekerjaannya harus tetap melaksanakan salah satunya dengan melakukan
dan mematuhi ketentuan kode etik profesi penyuapan yang mencederai rasa keadilan
yang berlaku. bagi semua lapisan masyarakat Indonesia
terhadap aparat penegak hukum dalam
Permasalahan pelik yang sangat
setiap proses hukum yang terjadi dan hal
sering terjadi dalam proses penegakan
ini berarti bahwa keadilan yang
hukum di Indonesia sering terjadi karena
sesungguhnya sangat diharapkan di
para aparat penegak hukum itu sendiri,
Indonesia justru telah menimbulkan
yang hakikatnya adalah mewujudkan
masalah yang serius dalam penegakan
penegakan hukum malah menjadi sebuah
hukum di Indonesia. Selama lembaga
batu sandungan dalam sebuah peradilan.
pengawas tidak bisa menjangkau ruang
Salah satu contoh kasus Operasi Tangkap
dan waktu yang digunakan oleh mereka
Tangan yang dilakukan oleh Komisi
yang berkepentingan dalam penanganan
Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap
suatu perkara maka selama itu pula
aparat penegak hukum yaitu 3 (tiga) orang
pelanggaran kode etik akan terus terjadi
Hakim dan 1 (satu) orang Panitera PTUN
(Agus Raharjo & Sunaryo, 2014)
Medan serta Advokat yang masih baru
beracara dan bekerja di Kantor Advokat Keterlibatan aparat penegak hukum
O.C. Kaligis sedang melakukan dalam kasus korupsi merupakan fakta
penyuapan dengan memberikan sejumlah yang tak bisa di hindarkan lagi dalam
uang dan perkembangannya menurut melakukan setiap pekerjaannya, sekalipun
keterangan dan bukti-bukti yang ada, O.C. mereka mengerti dan memahami hukum
Kaligis yang sangat dikenal oleh serta ancaman korupsi, tetap saja masih
masyarakat sebagai salah satu Advokat banyak yang terlibat khususnya
kondang dan populer dalam dunia hukum keterlibatan Advokat sebagai pelaku
dan Advokat juga terlibat dalam kasus ini tindak pidana suap di Indonesia.
dalam hal penyuapan tersebut, dan hingga Memberantas tindakan yang sangat
akhir inipun masih banyak pemberitaan- merugikan kita semua(korupsi) adalah
pemberitaan terkait penyuapan yang tanggung jawab bersama seluruh
dilakukan oleh Advokat di berbagai komponen bangsa baik selaku individu,
wilayah Indonesia. keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Pemerintah juga harus memberi
Perkembangan zaman yang begitu
pengetahuan dan kesadaran akan dampak
pesat membuat hukum tidak lagi menjadi
negative yang di timbulkan dari perbuatan
dasar dalam menegakkan keadilan dan
korupsi, sehingga pengetahuan
ketertiban umum di Negara Indonesia.
masyarakat tentang perbuatan korupsi
Banyak kasus hukum dijadikan sebagai
makin meningkat dan menumbuhkan
proyek oleh aparat penegak hukum itu
keprihatinan dan sikap anti terhadap
sendiri dan dapat disebut dengan istilah
korupsi (RB. Soemanto, Sudarto,
Mafia Peradilan yang melakukan berbagai

80 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

Sudarsana, 2014). Tetapi kenyataannya Penulis menggunakan pendekatan


hingga saat ini hal ini belum dipahami perundang-undangan (statute approach),
bersama sehingga memerlukan sosialisasi yaitu pendekatan dengan melakukan
kepada seluruh kalangan masyarakat kajian-kajian terhadap peraturan
tentang tanggung jawab dan peran perundang-undangan yang berlaku(Peter
masing-masing untuk melenyapkan Mahmud Marzuki, 2008: 93). Di samping
budaya korupsi di Indonesia khususnya itu, dalam penelitian ini juga
tentang masalah suap menyuap dalam menggunakan pendekatan-pendekatan
penanganan proses kasus hukum yang pada doktrin/konsep para ahli hukum
terjadi di Indonesia karena masalah yaitu dengan tetap memperhatikan,
korupsi adalah merupakan proses mempelajari dan memahami pendapat
pembusukan yang dapat menghancurkan dari para ahli hukum dalam karya-karya
peradaban dan pembangunan nasional tulis ilmiah.
bangsa Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berangkat dari pendahuluan yang 1. Pengaturan Hukum Tentang
telah dikemukakan, penting bagi penulis Tindak Pidana Suap Di Indonesia
untuk melakukan kajian karya ilmiah ini
Setelah rezim pemerintahan Soeharto
dengan suatu rumusan masalah yaitu
jatuh, telah terjadi babak baru yang
pertama, Bagaimana pengaturan hukum
ditandai dengan lahirnya era Reformasi
tentang tindak pidana suap dalam
untuk menggantikan era Orde Baru.
preskriptif ketentuan hukum positif yang
Sistem pemerintahan sentralistik pada
berlaku di Indonesia ?kedua,
masa Orde Baru yang dianggap sebagai
Bagaimanakah bentuk dan proses
salah satu sumber maraknya praktik
penerapan sanksi hukum bagi para
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN)
Advokat selaku pelaku tindak pidana suap
mulai ditinggalkan seiring dengan
berdasarkan ketentuan hukum positif yang
diterapkannya desentralisasi
berlaku di Indonesia ?
penyelenggaraan negara dalam bentuk
METODE PENELITIAN Otonomi Daerah (Otda) maupun agenda
Tipe yang digunakan dalam reformasi dalam berbagai bidang untuk
penelitian ini adalah tipe “Penelitian mewujudkan upaya pembangunan
Hukum Normatif”, yaitu suatu penelitian Nasional di Indonesia. Perubahan sistem
yang bertumpu pada telaah-telaah tersebut tidak serta-merta dapat
penelitian yuridis normatif atas hukum menghapus maraknya praktik KKN di
positif dan Undang-Undang yang sudah Indonesia. Dapat dikatakan demikian,
ada serta berlaku di Indonesia yang ada karena faktanya dengan berjalannya
hubungannya dengan permasalahan dalam waktu praktik korupsi tidak semakin
penulisan ini. menurun, tetapi semakin meningkat.
Dalam proses hukum di Indonesia, suap
sangat identik sekali sering tampak

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 81


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

dilakukan kepada Kepolisian, Jaksa dan penyuap dimudahkan atau mendapatkan


Hakim. janji kemudahan dalam tugas yang
menjadi kewenangan pejabat atau aparat
Melihat hal ini, maka dapat dikatakan
tersebut yang menimbulkan terjadinya
bahwa korupsi merupakan masalah serius,
perilaku-perilaku yang tercela dan tidak
yang pemberantasannya harus dilakukan
terkecuali menimbulkan adanya kebiasaan
dengan sungguh-sungguh dengan segala
atau budaya yang buruk dalam penegakan
upaya pemberantasan dan kebijakan
hukum di Indonesia.
pencegahan maupun penanggulangannya,
khususnya tentang suap menyuap. Pengaturan hukum yang
Berbicara mengenai suap yang menjadi dipergunakan mengenai pengaturan
salah satu tindak pidana yang diatur di tindak pidana suap terdapat pada berbagai
Indonesia, tidak terlepas dari pengertian Undang-Undang yang jika di kelompokan
suap itu sendiri. Suap pada umumnya di menjadi 3 bagian yaitu :
berbagai dunia dikenal dengan istilah
1) Dalam Ketentuan Kitab Undang-
“bribery” yang artinya pengemis atau
Undang Hukum Pidana (KUHP)
gelandangan. Pengertian suap dalam a) Pasal 209 KUHP
KBBI menyebutkan bahwa, “suap” Dalam ketentuan pasal 209 ayat 1
memiliki pengertian yaitu memberi KUHP, disebutkan bahwa:
makan ke dalam mulut ; meloloh ; uang
sogok ; uang pelicin. “menyuap” memberi “Dihukum dengan pidana penjara
selama-lamanya dua tahun delapan
makan dengan memasukkan makanan ke bulan atau denda paling banyak
dalam mulut ; menyogok, memberi uang empat ribu lima ratus rupiah:
untuk kemudahan urusan. Dengan 1) Barangsiapa memberi atau
demikian, maka kosakata yang lebih menjanjikan sesuatu kepada
seorang pejabat dengan maksud
cocok adalah “uang sogok” atau “uang menggerakkannya untuk berbuat
pelicin” dengan kata tambahan sesuatu dalam jabatannya yang
“memberi” yang artinya memberi uang bertentangan dengan
sogok atau uang pelicin untuk kemudahan kewajibannya;
2) Barangsiapa memberi sesuatu
urusan. kepada seorang pejabat karena
Dalam perkembangannya di atau berhubung dengan sesuatu
yang bertentangan dengan
Indonesia, tindakan suap menyuap juga kewajiban, dilakukan atau tidak
adalah merupakan bagian dari korupsi dalam jabatannya;”.
karena suap adalah merupakan suatu b) Pasal 418 KUHP
fenomena kejahatan yang perbuatannya Dalam ketentuan Pasal 418 KUHP,
sangat erat sekali kaitannya dengan disebutkan bahwa :
pejabat atau aparat pemerintah karena
“Seorang pejabat yang menerima
pihak yang menerima suap (uang
hadiah atau janji padahal diketahui
sogokan) dalam banyak kasus adalah atau sepatutnya harus diduganya,
pejabat atau aparat dengan harapan agar si bahwa hadiah atau janji itu diberikan

82 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

karena kekuasaan atau kewenangan diketahui bahwa hadiah atau janji


yang berhubungan dengan itu diberikan untuk
jabatannya, atau yang menurut mempengaruhi nasihat tentang
pikiran orang yang memberi hadiah perkara yang harus diputus oleh
atau janji itu ada hubungannya pengadilan itu ;”.
dengan jabatannya, diancam dengan
e)Pasal 420 ayat 2 KUHP
pidana penjara paling lama enam
bulan atau pidana denda paling Dalam ketentuan Pasal 420 ayat 2
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. KUHP, disebutkan bahwa :
c) Pasal 419 KUHP “Jika hadiah atau janji itu diterima
Dalam ketentuan Pasal 419 KUHP, dengan sadar, bahwa hadiah atau janji
disebutkan bahwa : itu diberikan supaya dipidana dalam
suatu perkara pidana, maka yang
“Diancam dengan pidana penjara bersalah diancam dengan pidana
paling lama lima tahun, seorang penjara paling lama dua belas
pejabat : tahun;”.
1) Yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahuinya bahwa
hadiah atau janji itu diberikan
untuk menggerakkannya supaya
melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya, yang 2) Dalam Ketentuan Undang-Undang
bertentangan dengan Republik Indonesia Nomor 11
kewajibannya;
Tahun 1980 Tentang Tindak
2) yang menerima hadiah mengetahui
bahwa hadiah itu diberikan Pidana Suap (UU TPS)
sebagai akibat atau oleh karena si Dalam ketentuan Pasal 3 UU TPS,
penerima telah melakukan atau disebutkan bahwa :
tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan “Barangsiapa menerima sesuatu atau
dengan kewajibannya;”. janji, sedangkan ia mengetahui atau
patut dapat menduga bahwa
d) Pasal 420 ayat 1 KUHP pemberian sesuatu atau janji itu
Dalam ketentuan Pasal 420, dimaksudkan supaya ia berbuat
disebutkan bahwa : sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan dan
“Diancam dengan pidana penjara kewajibannya yang menyangkut
paling lama sembilan tahun : kepentingan umum, dipidana karena
1) Seorang hakim yang menerima menerima suap dengan pidana
hadiah atau janji, padahal penjara selama-lamanya 3 (tiga)
diketahui bahwa hadiah atau janji tahun atau denda sebanyak-
itu diberikan untuk banyaknya Rp. 15.000.000,- (lima
mempengaruhi putusan perkara belas juta rupiah)”.
yang menjadi tugasnya ;
2) Barangsiapa menurut ketentuan 3) Dalam Ketentuan Undang-Undang
undang-undang ditunjuk menjadi Republik Indonesia Nomor 20
penasihat untuk menghadiri Tahun 2001 Tentang Perubahan
sidang pengadilan, menerima
Atas Undang-Undang Republik
hadiah atau janji, padahal

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 83


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 ratus lima puluh juta rupiah)


Tentang Pemberantasan Tindak setiap orang yang :
a. Memberi atau menjanjikan
Pidana Korupsi (UU PTPK)
sesuatu kepada hakim
a) Pasal 5 ayat (1) UU PTPK dengan maksud untuk
Dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU mempengaruhi putusan
PTPK, disebutkan bahwa : perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili ;
1) dipidana dengan pidana penjara paling atau
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama b. Memberi atau menjanjikan
5 (lima) tahun dan atau denda paling sesuatu kepada seseorang
sedikit Rp.50.000.000,- (lima puluh yang menurut ketentuan
juta rupiah) dan paling banyak Rp. perundang-undangan
250.000.000,- (dua ratus lima puluh ditentukan menjadi advokat
juta rupiah) setiap orang yang : untuk menghadiri sidang
a. memberi atau menjanjikan sesuatu pengadilan dengan maksud
kepada pegawai negeri atau untuk mempengaruhi nasihat
penyelenggara negara dengan atau pendapat yang akan
maksud supaya pegawai negeri atau diberikan berhubung dengan
penyelenggara negara tersebut perkara yang diserahkan
berbuat atau tidak berbuat sesuatu kepada pengadilan untuk
dalam jabatannya, yang diadili ;
bertentangan dengan kewajibannya ; 2. Bagi hakim yang menerima
atau pemberian atau janji
b. memberi sesuatu kepada pegawai sebagaimana yang dimaksud
negeri atau penyelenggara negara dalam ayat (1) huruf a atau
karena atau berhubungan dengan advokat yang menerima
sesuatu yang bertentangan dengan pemberian atau janji
kewajiban, dilakukan atau tidak sebagaimana dimaksud dalam
dilakukan dalam jabatannya ; ayat (1) huruf b, dipidana dengan
2) bagi pegawai negeri atau pidana yang sama sebagaimana
penyelenggara negara yang menerima dimaksud dalam ayat (1) :.
pemberian atau janji sebagaimana yang
c) Pasal 11 UU PTPK
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau
huruf b, dipidana dengan pidana yang Dalam ketentuan Pasal 11 UU PTPK,
sama sebagaimana dimaksud dalam disebutkan bahwa :
ayat (1) ;.
“Dipidana dengan pidana penjara
b) Pasal 6 UU PTPK paling singkat 1 (satu) tahun dan
Dalam ketentuan Pasal 6 UU PTPK, paling lama 5 (lima) tahun dan atau
disebutkan bahwa : pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
1. Dipidana dengan pidana penjara dan paling banyak Rp. 250.000.000,-
paling singkat 3 (tiga) tahun dan (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
paling lama 15 (lima belas) tahun pegawai negara atau penyelenggara
dan pidana denda paling sedikit negara yang menerima hadiah atau
Rp. 150.000.000,- (seratus lima janji padahal diketahui atau patut
puluh juta rupiah) dan paling diduga, bahwa hadiah atau janji
banyak Rp. 750.000.000,- (tujuh tersebut diberikan karena kekuasaan
atau kewenangan yang berhubungan

84 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

dengan jabatannya atau menurut pengadilan, menerima hadiah


pikiran orang yang memberikan atau janji, padahal diketahui atau
hadiah atau janji tersebut ada patut diduga bahwa hadiah atau
hubungan dengan jabatannya”. janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau
d) Pasal 12 huruf a, b, c dan d UU
pendapat yang akan diberikan,
PTPK berhubung dengan perkara yang
Dalam ketentuan Pasal 12 UU PTPK, diserahkan kepada pengadilan
disebutkan bahwa : untuk diadili ;”.
e) Pasal 13 UU PTPK
“Dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara Dalam ketentuan Pasal 13 UU PTPK,
paling singkat 4 (empat) tahun dan disebutkan bahwa :
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. “Setiap orang yang memberi hadiah
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) atau janji kepada pegawai negeri
dan paling banyak Rp. dengan mengingat kekuasaan atau
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) : wewenang yang melekat pada jabatan
a. Pegawai negeri atau atau kedudukannya, atau oleh
penyelenggara negara yang pemberi hadiah atau janji dianggap
menerima hadiah atau janji, melekat pada jabatan atau kedudukan
padahal diketahui atau patut tersebut, dipidana dengan pidana
diduga bahwa hadiah atau janji penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
tersebut diberikan untuk atau denda paling banyak Rp.
menggerakkan agar melakukan 150.000.000,- (seratus lima puluh
sesuatu atau tidak melakukan juta rupiah)”.
sesuatu dalam jabatannya, yang 2. Penerapan Sanksi Hukum Bagi
bertentangan dengan
Para Advokat Pelaku Tindak
kewajibannya ;
b. Pegawai negeri atau Pidana Suap Di Indonesia
penyelenggara negara yang Agenda nasional Negara Indonesia
menerima hadiah padahal
diketahui atau patut diduga mengenai pemberantasan korupsi, mafia
bahwa hadiah tersebut diberikan hukum dan peradilan adalah merupakan
sebagai akibat atau disebabkan bagian restorasi perubahan dan reformasi
karena telah melakukan atau hukum bagi negara ini. Praktik KKN
tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan menimbulkan banyak penyimpangan dan
dengan kewajibannya ; merugikan keuangan negara serta
c. Hakim yang menerima hadiah perekonomian dan pembangunan nasional
atau janji, padahal diketahui atau di Indonesia. Sedangkan mafia hukum
patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan untuk dan peradilan adalah merupakan suatu
mempengaruhi putusan perkara kondisi dimana adanya suatu rekayasa
yang diserahkan kepadanya yang terjadi di dalam proses peradilan
untuk diadili ; sehingga proses hukum yang dimulai
d. Seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang- sesuai koridornya menghasilkan putusan
undangan ditentukan menjadi yang tidak sesuai dengan yang seharusnya
advokat untuk menghadiri sidang

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 85


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

diputuskan dan sangat tidak sesuai dengan jabatan seseorang, berkorelasi dengan
keadilan yang seharusnya ditegakkan kesempatan untuk melakukan korupsi,
sehingga rasa keadilan seolah-olah dikarenakan orang yang memiliki jabatan
terinjak-injak akibat terjadinya praktek- yang tinggi lebih leluasa untuk melakukan
praktek kotor dan bersifat curang dan penyimpangan/korupsi (Odie Faiz Guslan,
salah satunya adalah praktek-praktek 2018). Semakin banyaknya terungkap
penyuapan yang justru dilakukan oleh kasus penyuapan kepada Hakim, Panitera,
Advokat baik dilakukan karena adanya Polisi, Jaksa dan pejabat pemerintah
permintaan secara langsung maupun lainnya belakangan ini yang dilakukan
karena atas inisiatif sendiri bersama oleh Advokat, tampaknya kepercayaan
dengan klien yang dibela Advokat publik terhadap aparat penegak hukum
tersebut dalam rangka memberikan telah menimbulkan stigma negatif buruk
kecepatan dalam hal proses penyelesaian, akibat ulah-ulah beberapa Advokat yang
kepuasan dan kemenangan atas kasus melakukan tindak pidana suap di
hukum yang sedang dihadapi kliennya Indonesia.
selaku pengguna jasa hukum Advokat. Saat ini penegakan prinsip
Hukum dan keadilan adalah akuntabilitas belumlah diterapkan
merupakan hal yang sangat universal dan sebagaimana mestinya. Akuntabilitas
mutlak menyentuh pembangunan hukum yang merupakan wujud penyampaian
di Indonesia termasuk pemberantasan pertanggungjawaban dari para penerima
korupsi dan mafia hukum. Masalah amanah kepada pemberi amanah,
hukum dan keadilan sudah menjadi belumlah memuaskan. Bilamana
persoalan yang hangat sejak zaman kesadaran akan akuntabilitas ini muncul,
dahulu kala dan tampak seolah-olah tidak dan menjadi kebutuhan bagi para
akan habis dipermasalahkan sepanjang penyelenggara negara, maka korupsi dan
masa. Tindak pidana suap yang dilakukan nepotisme akan dengan sendirinya
oleh Advokat baik dalam bentuk sebagai terminimalisir. Saat ini praktik- praktik
penyuapan aktif maupun penyuapan pasif akuntabilitas penyelenggaraan negara
sebagaimana disebutkan sebelumnya, yang terjadi di Indonesia belumlah
maka melihat fenomena yang terjadi pada memuaskan. Banyak kalangan menilai
saat ini di Indonesia, pada kenyataannya bahwa akuntabilitas yang ada barulah
dapat dikatakan bahwa Advokat lebih sekedar untuk memenuhi ketentuan
dominan dan signifikan menjadi Penyuap formalitas belaka, dengan demikian
Aktif yaitu sebagai Pemberi Suap substansi dan hakekat akuntabiltas ini
walaupun sebenarnya juga terlibat sebagai belumlah menggembirakan (Sjahruddin
Penyuap Pasif di Indonesia. Rasul, 2014). Mustahil, untuk
mengharapkan pemberantasan korupsi
Lord Acton menyatakan bahwa power
dan penegakan hukum dilaksanakan serta
tends to coruupt and absolute power
menjamin penyelenggaraan pemerintahan
corrupt absolutely .Tingginya suatu

86 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

yang tidak tercemar dari praktik-praktik menjadikan profesinya sebagai alat


KKN, apabila Advokat yang notabenenya untuk memenuhi kebutuhan
untuk menegakkan hukum justru primernya dan/atau memperkaya diri,
melakukan praktik-praktik korupsi (tindak moral yang kurang kuat, mudah
pidana suap) dan menjadi bagian dari tergoda atas permintaan dan
persoalan itu sendiri. pemberian, gaya hidup yang
komsumtif, lingkungan kerja dan
Advokat dapat menjadi saluran untuk
budaya organisasi yang
melahirkan korupsi, tetapi juga dapat
mempengaruhi profesinya);
sebagai individu yang dapat memberantas
3. Faktor Birokrasi Pemerintahan
korupsi Advokat diharapkan sebagai
(birokrasi pemerintahan dan
“penjaga pintu” yang dimana diharapkan
peradilan yang rumit dan bertele-tele,
untuk dapat menfilter hal-hal yang dapat
lambat dan penuh dengan syarat
merusak tatanan hukum yang ada di
prosedur menjadikan Advokat
Indonesia. Advokat dalam proses litigasi
memilih jalan kompas dengan cara
dengan sadar menghadapi dilema etika
menyuap agar tidak dipersulit dan
ketika Advokat sedang mewakili
dipermudah waktunya);
kliennya. Dalam perkara perdata
4. Faktor Ekonomi (kebutuhan akan
memberikan sesuatu kepada hakim bukan
pekerjaan yang berjalan terus demi
tanpa kemungkinan untuk memenangkan
memenuhi kebutuhan hidup dengan
perkara. Begitu juga dalam perkara
melakukan segala cara termasuk
pidana, mulai dari pemeriksaan di
memberi dan menerima suap);
kepolisian, kejaksaan dan di depan
5. Faktor Jabatan, Kekuasaan dan
Pengadilan, pemberian kepada mereka
Wewenang (Advokat merasa ada
untuk meringankan, bahkan
kesempatan untuk mempergunakan
membebaskan tersangka atau terdakwa, di
profesinya sebagai aparat penegak
negeri kita, bukan hal yang tidak mungkin
hukum untuk melakukan segala cara
(Erman Rajagukguk, 2008).
baik menerima suap maupun
Apabila dicermati secara umum, memberi suap);
penyebab Advokat melakukan tindak 6. Faktor Penegakan Hukum (hukum di
pidana suap dikarenakan oleh beberapa Indonesia belum memiliki kepastian,
faktor penyebab diantaranya yaitu sebagai keadilan dan kemanfaatan dengan
berikut : baik dan memberi celah sehingga
1. Faktor Budaya (berkaitan dengan Advokat berani melakukan tindakan
kebiasaan memberikan sesuatu penyuapan);
sebagai upeti yang telah dianggap 7. Faktor Pengawasan Organisasi
sebagai hal yang biasa untuk balas Advokat (organisasi advokat seperti
budi atas suatu pekerjaan); Perhimpunan Advokat Indonesia
2. Faktor Prilaku Individu Advokat (PERADI) belum melakukan dengan
(sifat tamak, serakah dan rakus yang sepenuhnya pengawasan dan

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 87


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

penindakan secara tegas terhadap permasalahan korupsi, dan untuk


pelanggaran yang dilakukan oleh melindungi kepentingan masyarakat
Advokat mengenai kode etik (Vidya Prahassacitta, 2017).
Advokat); Fungsionalisme korupsi membawa ke
8. Faktor rendahnya Partisipasi arah skeptisisme moral yang sempurna,
Masyarakat (partisipasi seluruh mempertinggi semangat orang yang
masyarakat Indonesia untuk tidak korup, dan memperburuk kekeroposan
melakukan praktik korupsi/suap landasan yang menjadi nilai-nilai luhur
sangat diperlukan dan adanya selama ini (Muryanti, 2018). Melihat hal-
pengetahuan hukum bahwa hal tersebut maka dapat diambil suatu
melakukan suap adalah juga korupsi kesimpulan mengenai akibat tindak
serta minimnya partisipasi untuk pidana suap yang di lakukan oleh
melakukan kepada Dewan Advokat yaitu sebagai berikut:
Kehormatan atas pelanggaran kode
etik Advokat yang terjadi). 1. Merusak tatanan hukum dan
ketahanan nasional Negara Indonesia;
Para Advokat yang terlibat dalam 2. Tidak tercapainya dan/atau
tipikor yang terjadi tidak lagi sekedar terselenggaranya sistem pelayanan
menjadi perantara suap, tetapi telah pemerintahan dengan baik, bersih dan
menjadi pelaku suap di Indonesia yang lepas dari semua unsur KKN di
menggunakan cara apapun dalam Indonesia;
menjalankan profesinya. Memerlukan 3. Menimbulkan terjadinya Mafia
pemahaman bahwa tindak pidana suap Hukum atau Mafia Peradilan dalam
yang berhubungan dengan perlindungan proses peradilan di Indonesia;
hukum terhadap kelancaran tugas dan 4. Merusak norma, etika dan moralitas
proses penegakan hukum di pengadilan para Pegawai Negeri atau
beserta perlindungan hukum terhadap Penyelenggara Negara, Hakim dan
kepercayaan mengenai kebenaran hukum aparat penegak hukum lainnya;
dari vonis hakim dengan diberikannya 5. Menimbulkan paradigma buruk di
kebebasan hakim dalam proses peradilan mata masyarakat dan terjadinya
menurut hukum pidana korupsi di ketimpangan sosial, ekonomi dan
Indonesia, atas dasar dari mana datangnya budaya di Indonesia;
perbuatan yang menyerang kepentingan 6. Timbulnya peningkatan pelanggaran
hukum tersebut. Kebijakan hukum pidana terhadap Kode Etik Advokat;
perlu dilakukan dengan pendekatan yang 7. Mendorong meningkatnya praktik-
berorientasi pada kebijakan praktik korupsi lainnya di Indonesia.
(policyoriented approach) yang lebih
bersifat pragmatis, rasional dan a) Penerapan Sanksi Hukum Pidana
berorientasi pada nilai (value judgement, Terhadap Advokat Pelaku Tindak
apporach)bertujuan untuk menyelesaikan Pidana Suap Sebagai Wujud

88 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

Upaya Kebijakan Penegakan menimbulkan ketidakpastian hukum dan


Hukum Di Indonesia runtuhnya keadilan serta merusak moral
bangsa dan ketahanan Nasional.
Pembangunan nasional itu sendiri
Perbuatan pidana yang cukup sering
merupakan suatu proses menuju
dilakukan oleh banyak kalangan
perbaikan dan perubahan yang jauh lebih
masyarakat sehari-hari terutama
baik. Proses pembangunan yang
dilakukan oleh Advokat kepada Pegawai
dilaksanakan tentunya akan membawa
Negeri maupun Penyelenggara Negara
perubahan kondisi sosial masyarakat yaitu
baik itu pada lingkungan tingkat
dari masyarakat tradisional menjadi
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif ialah
masyarakat yang modern mengikuti
tindak pidana suap.
perkembangan zaman, dimana tentunya
perubahan tersebut akan membawa Pengertian sederhana mengenai
dampak sosial baik positif maupun negatif perbuatan suap (tindak pidana suap) ialah
yang diakibatkan adanya macam-macam memberikan sesuatu kepada orang lain
tindakan yang dilakukan oleh anggota untuk mendapatkan keuntungan yaitu
masyarakat termasuk tindakan perbuatan dengan memberikan sesuatu dalam bentuk
melawan hukum/melanggar hukum pemberian sejumlah uang/materi kepada
(hukum pidana) di Indonesia. Sanksi pihak-pihak tertentu yang dianggap bisa
pidana yang ringan membuat pemidanaan mempermudah urusan dan
itu tidak efektif dan tidak membuat pelaku kepentingannya dan khususnya suap yang
jera mengulangi perbuatannya (R. dilakukan oleh Advokat pada umumnya
Dyatmiko Soemodiharjo, 2008: 47). Lain dilakukan untuk memenangkan perkara
dari pada itu pidana yang ringan tidak yang ditanganinya (kepentingan
mampu mencegah orang lain melakukan kliennya). Dalam pandangannya, Nico
korupsi. Sanksi pidana sebenarnya Andrianto dan Ludy Prima Johansyah
ditujukan supaya masyarakat mematuhi menyebutkan bahwa “Budaya Jahiliah”
peraturan serta norma-norma dan tidak korupsi menyebar seperti kanker yang
melakukan perbuatan pidana. menggerogoti tubuh bangsa Indonesia
(Nico Andrianto dan Ludy Prima
Salah satu dampak sosial negatif
Johansyah, 2010:6). Dari Sabang sampai
yang timbul adalah adanya tindak pidana
Merauke, bangsa ini seolah dipersatukan
yang mengakibatkan timbulnya berbagai
dengan semangat korupsi. Ia menyelusup
keresahan di tengah-tengah masyarakat
liar di tengah era otonomi daerah saat ini,
dan salah satunya adalah perbuatan suap
dengan berbagai nama/sebutan,
yang masuk dalam tindak pidana korupsi
diantaranya: uang pulsa, uang rokok, uang
yang dilakukan oleh Advokat yang lebih
kopi dan sebutan-sebutan lain di setiap
cenderung mengakibatkan terhambatnya
daerah.
proses penegakan hukum (mafia
hukum/mafia peradilan) di Indonesia, Salah satu tujuan diberlakukannya
melanggar kode etik profesi Advokat, UU PTPK di Indonesia adalah untuk

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 89


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

menghindari dari hal-hal yang berkaitan berada di luar kodifikasi KUHP.


dengan pola atau modus operandi Sepanjang tidak ada ketentuan lain di
korporasi dalam melakukan suap, baik dalam peraturan perundang-undangan
modus operandi pemberian suap yang hukum pidana khusus, maka hukum
dilakukan secara langsung maupun tidak pidana formil sebagai pelaksanaan hukum
langsung dalam berbagai bentuk yang materiil dalam peraturan perundang-
terjadi di Indonesia. Dalam kenyataannya undangan hukum pidana khusus tersebut,
penerapan hukum di Indonesia masih tetap berlaku hukum pidana formil dalam
terkesan carut marut dan jauh dari kata kodifikasi KUHAP. Tentang hal ini,
sempurna, dapat dikatakan bahwa dalam hukum pidana korupsi (tindak
sebenarnya akar permasalahannya dapat pidana suap) ditegaskan dalam ketentuan
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya Pasal 26 UU PTPK yang menyebutkan
yaitu karena faktor sistem manajemen bahwa: Tindak pidana korupsi dengan
peradilan, perangkat hukum, inkonsistensi mekanisme penyidikan, penuntutan dan
penegakan hukum, intervensi kekuasaan pemeriksaan di dalam pengadilan
dan politik serta perlindungan hukum dilakukan berdasarkan hukum acara
yang sesuai prosedur masih jauh dari hal- pidana yang berlaku, kecuali ditentukan
hal yang diharapkan dalam era reformasi lain dalam undang-undang ini.
hukum di Indonesia dan hal ini dapat Dalam proses penyidikan dan
terlihat dari adanya tindakan-tindakan penuntutan mengenai perbuatan tindak
penyuapan di sana sini dalam ruang pidana korupsi (tindak pidana suap) di
lingkup pengadilan yang berjalan penuh Indonesia dilakukan oleh KPK. KPK juga
dengan konspiratif jahat dalam setiap mempunyai peran penting yaitu
proses hukum yang ada dan berlangsung melakukan tindakan-tindakan pencegahan
selama ini khususnya dilakukan oleh tindak pidana korupsi.
Advokat.
Dalam hal penyidikan yang diatur
Penerapan sanksi hukum pidana dalam KUHAP dan UU PTPK, pada
untuk Advokat yang telah melakukan prinsipnya terdapat ketentuan-ketentuan
tindak pidana suap di Indonesia, yaitu perbedaan yang mendasar dari UU PTPK
dengan adanya pemberian/penjatuhan yaitu tentang kekhususannya mengenai
sanksi hukum pidana yang dimana hal penyidikan yaitu terdapat dalam ketentuan
tersebut merupakan langkah dan strategi Pasal 28 UU PTPK yang menyatakan
yang tepat untuk memberikan adanya bahwa keterangan tersangka wajib
penegakan hukum yang seutuhnya diberikan dan ada sanksinya jika tidak
khususnya dalam hal kepastian hukum diberikan oleh tersangka dan hal ini tidak
pidana itu sendiri. Penyuapan itu sendiri seperti pada KUHAP. Dalam KUHAP,
merupakan jenis tindak pidana korupsi ditentukan bahwa tersangka (pelaku
yang berarti masuk dalam tindak pidana tindak pidana suap) dalam penyidikan
khusus sehingga hukum pidana yang dimintai keterangan apapun yang

90 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

diperlukan untuk membuat terang dugaan (Penyuapan Pasif), maka termasuk


tindak pidana, memberikan keterangan itu kategori : (Pasal 419 KUHP)
bersifat wajib (Pasal 116 ayat 2 KUHAP). mendapatkan ancaman hukuman
Namun, tidak ada sesuatu sanksi apabila pidana penjara paling lama lima
tersangka tidak bersedia memberikan tahun;
keterangan. d) Karena Advokat adalah pejabat atau
aparat penegak hukum, maka
Ancaman sanksi hukuman dan tujuan
termasuk pejabat yang diangkat
pengenaan sanksi terhadap tindak pidana
berdasarkan undang-undang yaitu
suap yang dilakukan oleh Advokat
UUA sebagai penerima suap
terdapat dalam KUHP, UUTPS, UUPTPK
(Penyuapan Pasif), maka termasuk
yang ancaman sanksi hukumnya
kategori : (Pasal 420 ayat (1) KUHP)
beragam, dan dapat dikelompokkan
mendapatkan ancaman hukuman
menjadi sebagai berikut :
pidana penjara paling lama sembilan
1. Dalam ketentuan KUHP yaitu : tahun, sedangkan (Pasal 420 ayat (2)
a) Karena Advokat adalah merupakan KUHP) mendapatkan ancaman
subjek hukum yaitu barangsiapa hukuman pidana penjara paling lama
sebagai pemberi suap (Penyuapan dua belas tahun.
Aktif), maka termasuk kategori : 2. Dalam Ketentuan UU TPS
(Pasal 209 KUHP) mendapatkan
Karena Advokat adalah pejabat atau
ancaman hukuman pidana penjara
aparat penegak hukum, maka termasuk
selama-lamanya dua tahun delapan
pejabat yang diangkat berdasarkan
bulan atau denda paling banyak
undang-undang yaitu UUA sebagai
empat ribu lima ratus rupiah;
penerima suap (Penyuapan Pasif), maka
b) Karena Advokat adalah pejabat atau
termasuk kategori : (Pasal 3 UU TPS)
aparat penegak hukum maka
mendapatkan ancaman hukuman pidana
termasuk pejabat yang diangkat
penjara selama-lamanya tiga tahun atau
berdasarkan undang-undang yaitu
denda sebanyak-banyaknya lima belas
UUA sebagai penerima suap
juta rupiah.
(Penyuapan Pasif), maka termasuk
kategori: (Pasal 418 KUHP) 3. Dalam Ketentuan UU PTPK
mendapatkan ancaman hukuman a) Karena Advokat adalah merupakan
pidana penjara paling lama enam subjek hukum yaitu barangsiapa
bulan atau pidana denda paling sebagai pemberi suap (Penyuapan
banyak empat ribu lima ratus rupiah; Aktif), maka termasuk kategori :
c) Karena Advokat adalah pejabat atau (Pasal 5 ayat (1) UU PTPK)
aparat penegak hukum, maka mendapatkan ancaman hukuman
termasuk pejabat yang diangkat pidana penjara paling sedikit satu
berdasarkan undang-undang yaitu tahun dan paling lama lima tahun dan
UUA sebagai penerima suap atau denda paling sedikit lima puluh

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 91


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

juta rupiah dan paling banyak dua Penerapan sanksi terhadap Advokat
ratus lima puluh juta rupiah; sebagai pelaku tindak pindana suap
b) Karena Advokat adalah merupakan hingga saat ini dapat dikatakan terbatas
subjek hukum yaitu barangsiapa pada 3 (tiga) ketentuan peraturan
sebagai pemberi suap (Penyuapan perundang-undangan yaitu diatur dalam
Aktif), maka termasuk kategori : ketentuan KUHP, UU TPS dan UU
(Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PTPK) PTPK. Dalam ketentuan KUHP,
mendapatkan ancaman hukuman penerapan sanksi hukum pidananya secara
pidana penjara paling sedikit tiga jelas diatur dalam ketentuan Pasal 209
tahun dan paling lama lima belas KUHP, Pasal 418 KUHP, Pasal 419
tahun dan pidana denda paling sedikit KUHP dan Pasal 420 ayat (1) dan (2)
seratus lima puluh juta rupiah dan KUHP. Selanjutnya juga pada UU TPS
paling banyak tujuh ratus lima puluh diatur dalam ketentuan Pasal 3 UU TPS.
juta rupiah; Sedangkan dalam UU PTPK diatur dalam
c) Karena Advokat adalah pejabat atau ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU PTPK,
aparat penegak hukum, maka Pasal 6 ayat (1) UU PTPK, Pasal 6 ayat
termasuk pejabat yang diangkat (1) huruf b UU PTPK, Pasal 12 huruf d
berdasarkan undang-undang yaitu UU PTPK dan Pasal 13 UU PTPK. Akan
UUA sebagai penerima suap tetapi dalam hal ini, pada umumnya,
(Penyuapan Pasif), maka termasuk dalam setiap putusan-putusan Hakim
kategori : (Pasal 6 ayat (1) huruf b selama ini, Advokat akan dikenakan dan
UU PTPK) ; penerapan sanksi hukum pidana lebih
d) Karena Advokat adalah pejabat atau cenderung menggunakan ketentuan-
aparat penegak hukum, maka ketentuan pasal-pasal yang terdapat dalam
termasuk pejabat yang diangkat UU PTPK karena mengingat bahwa
berdasarkan undang-undang yaitu tindakan penyuapan adalah merupakan
UUA sebagai penerima suap tindak pidana khusus yang masuk di
(Penyuapan Pasif), maka termasuk dalam tindak pidana korupsi.
kategori : (Pasal 12 huruf d UU
b) Penerapan Sanksi Kode Etik
PTPK) ;
Advokat Indonesia Terhadap
e) Karena Advokat adalah merupakan
Advokat Yang Telah Melakukan
subjek hukum yaitu barangsiapa
Kegiatan Suap-Menyuap
sebagai pemberi suap (Penyuapan
Aktif), maka termasuk kategori : Kekacauan dalam sistem peradilan
(Pasal 13 UU PTPK) mendapatkan dan upaya penegakan hukum yang
ancaman hukuman pidana penjara dilakukan di Indonesia ditimbulkan
paling lama tiga tahun dan atau denda karena maraknya aksi penyuapan yang
paling banyak seratus lima puluh juta salah satunya dikerjakan oleh Advokat.
rupiah. Ada banyak sekali kasus penyuapan yang
banyak melibatkan Advokat yang

92 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

tergolong dalam tindak pidana berat. Advokat sendiri adalah suatu profesi
Advokat dalam melakukan penyuapan terhormat dan mulia (officium nobile)
tidak hanya terpaku pada peraturan sekaligus juga sebagai aparat penegak
perundang-undangan (KUHP, UU TPS hukum di Indonesia sebagaimana
dan UU PTPK) saja, akan tetapi, juga disebutkan dalam ketentuan UUA pada
berkaitan sekali dengan asas peradilan kenyataannya memang memainkan peran
yang tidak terkontaminasi (bersih) dan penting yang tidak kecil dalam
tindak pidana berupa gangguan terhadap mewujudkan penegakan hukum yang adil
proses memperoleh keadilan yang juga dan berwibawa serta menegakkan prinsip-
termasuk kategori kejahatan melawan prinsip hak-hak asasi manusia walaupun
administrasi peradilan. bila dilihat dari dasar hukum yang ada
keberadaan Advokat sebelum era
Meningkatnya kasus-kasus suap yang
reformasi belum diatur secara khusus
dikerjakan oleh seorang Advokat selama
yaitu masih tersebar dalam berbagai
ini pada umumnya adalah bahwa Advokat
peraturan perundang-undangan baik yang
bertindak dan melanggar hukum sebagai
diterbitkan pada zaman dulu
pelaku suap (penyuapan aktif)
(pemerintahan Belanda) danyang
dibandingkan sebagai penerima suap
dikeluarkan oleh pemerintahan Indonesia
(penyuapan pasif). Secara garis besar
saat ini. Akan tetapi, hal ini pada
tidak hanya terfokus pada kejahatan-
kenyataannya juga berbanding lurus
kejahatan suap yang belum dirumuskan
dengan peningkatan pelanggaran-
dalam undang-undang (mala per se).
pelanggaran Kode Etik Advokat dan juga
penanggulangan kejahatan suap mala in
diperparah oleh adanya kenyataan yang
prohobita tidak akan bisa tercapai tanpa
tidak bisa dibantah lagi bahwa
didahului oleh penanggulangan mala per
kenyataannya juga aksi-aksi penyuapan
se. oleh karena itu, kebanyakan kejahatan
pada saat ini justru sangat banyak
suap mala in prohibita muncul sebagai
dilakukan oleh Advokat dalam melakukan
akumulasi dari kejahatan mala per se
dan melaksanakan profesinya sehari-hari
terlebih lagi bahwa pelaku kejahatan ini
ketika membela kliennya. Hal ini tentunya
adalah Advokat yang jelas-jelas
sangat memalukan dan cenderung
sebagaimana disebutkan dalam undang-
merusak wibawa profesi Advokat yang
undang (UUA) bahwa Advokat adalah
diagung-agungkan selama ini di
merupakan aparat penegak hukum di
Indonesia.
Indonesia yang tunduk pada ketentuan
UUA dan Kode Etik Advokat sebagai Dalam perkembangannya, di
pedoman dalam melaksanakan profesinya. Indonesia menganggap bahwa hukum
adalah “Primadona” dan hal mungkin itu
Organisasi Advokat dikonotasikan
adalah sebuah kalimat yang tidak asing
sebagai sebuah rumah dan tempat
lagi dalam ingatan kita dan sudah sering
bersandar ketika terjadi suatu masalah
kita dengar, namun melihat fakta dan
(Fiska Maulidian Nugroho, 2016).

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 93


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

kenyataan yang terjadi sekarang ini di setiap kerangka kerja dan profesi
Indonesia, sangat berbeda dengan yang (Advokat), yakni bagaimana suatu
dibayangkan dan inginkan dari sebuah pekerjaan itu tidak sampai meninggalkan
hukum yang berlaku di Indonesia. Selain kesulitan bagi klien atau pemburu jasa
itu, dikenal pula bahwa hukum itu adalah (pencari keadilan), tetapi bagaimana suatu
“Panglima”. Kalimat ini pula yang juga pekerjaan itu mendapat kawalan dan
masih melekat dalam setiap ingatan bimbingan moral sehingga pekerjaan
masyarakat Indonesia namun yang terjadi dimaksud dapat dinikmati
juga sama dengan fakta yang diatas yaitu kemanfaatannya oleh pihak-pihak yang
sangat bertolak belakang sekali membutuhkan. Seseorang yang berprofesi
pelaksanaannya yaitu terjadinya berbagai sebagai Advokat atau yang lebih dikenal
bentuk penyelewengan dan pelanggaran pengacara yang melakukan penyuapan
tentang pelaksanaannya yang dilakukan tentunya dalam tatan hukum positif yang
oleh berbagai kalangan termasuk berlaku di Indonesia adalah merupakan
dilakukan oleh Advokat. perbuatan yang sangat tercela yang sangat
dilarang oleh undang-undang (KUHP, UU
Penerapan sanksi hukum pidana yang
TPS dan UU PTPK) juga sangat
diberikan terhadap Advokat yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah moral
melakukan penyuapan diatur di dalam
etika profesi Advokat sebagai bagian dari
ketentuan peraturan perundang-undangan
aparat penegak hukum di Indonesia.
yaitu dalam ketentuan KUHP, UU TPS
dan UU PTPK, tetapi tidaklah cukup Landasan etika itu, esensinya
untuk memberikan suatu kepastian mengikat pada pelaku pekerjaan atau
hukum, penegakan hukum, peradilan yang profesi (Abdul Wahid dan Moh.
bersih juga yang tak kalah penting adalah Muhibbin, 2009: 111). Keterikatan
termasuk dari upaya peningkatan seseorang ini di orientasikan suatu
profesionalisme profesi Advokat di pekerjaan dan profesi tidak dijadikan
Indonesia dan ketaatan para Advokat kesempatan untuk melakukan hal-hal
dalam menegakkan Kode Etik Advokat yang menyakiti masyarakat, tidak
itu sendiri. Kode Etik Advokat Indonesia manusiawi dan tidak bermoral. Kode etik
sangat diperlukan mengingat pola kerja adalah tatan moral yang dibuat sendiri
dari setiap profesi sangat tergantung dari oleh kelompok profesi tertentu khusus
adanya hal-hal tertentu yang harus bagi anggotanya. Tatanan tersebut
dijunjung tinggi oleh yang bersangkutan mengikat intern anggotanya. Isi dari kode
dan berupaya untuk menghindari etik berisi perintah baik berupa larangan
pelanggaran hukum termasuk juga dan juga sebagai pedoman dalam
mengenai pelanggaran kode etik profesi. menjalankan profesinya. Perintah yang
berupa larangan apabila dilanggar oleh
Dalam konteks ini, dalam realitas
anggotanya akan mendapat sanksi dari
mudah dijumpai bahwa terdapat suatu
tuntutan mulia yang diproyeksikan dalam

94 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

organisasi profesi tersebut melalui dilaksanakan secara eksplisit oleh Dewan


mekanisme persidangan khusus untuk itu. Kehormatan yang terdiri dari 2 (dua)
instansi, pada tingkat pertama adalah
Penerapan sanksi kode etik terhadap
Dewan Kehormatan Cabang dan pada
Advokat yang terlibat menjadi pelaku
tingkat kedua atau tingkat banding disebut
penyuapan (penyuapan aktif) maupun
Dewan Kehormatan Pusat. Keputusan
sebagai penerima suap (penyuapan pasif)
Dewan Kehormatan Cabang dapat
sangat perlu dilakukan sebagaimana
diajukan banding pada Dewan
amanat yang terkandung dalam ketentuan
Kehormatan Pusat yang keputusannya
Undang-Undang Advokat (UUA) dan
merupakan hasil akhir yang tidak dapat
(Kode Etik Advokat Indonesia) KEAI.
diganggu gugat. Namun demikian, Dewan
Dalam Pasal 6 UUA , khususnya dalam
Kehormatan Pusat dapat menerima
ketentuan huruf d, e dan f, maka dapat
langsung permohonan pihak-pihak yang
terlihat bahwa hal ini sangat erat
bersangkutan dalam persengketaan
kaitannya dengan tindakan Advokat
mereka, asalkan permohonan mereka
melakukan penyuapan yang bisa
dilampiri kedua pihak. Adapun Advokat
dikategorikan bahwa tindakan-tindakan
yang melanggar Kode Etik disebut
seorang Advokat telah melanggar
sebagai Teradu sedangkan yang
peraturan perundang-undangan/perbuatan
melaporkan Advokat yang melanggar
tercela serta telang melanggar sumpah
Kode Etik Advokat disebut sebagai
jabatan Advokat yang sangat dilarang
Pengadu. Adapun tata cara pengaduan
dalam ketentuan UUA dan KEAI.
dilakukan sebagaimana disebutkan dalam
Adapun jenis tindakan/sanksi yang ketentuan Pasal 12 KEAI.
dikenakan terhadap Advokat dapat
Menurut ketentuan Pasal 16 KEAI,
berupa: teguran lisan, teguran tertulis,
disebutkan bahwa :
pemberhentian sementara dari profesinya
selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) 1) Adapun sanksi-sanksi hukuman
bulan, dan pemberhentian tetap dari yang dapat diberikan dalam
keputusan dapat berupa :
profesinya (Pasal 7 UUA). Advokat yang
a. Peringatan Biasa.
diberhentikan secara tetap dalam b. Peringatan Keras.
profesinya disebabkan oleh beberapa hal c. Pemberhentian sementara
yaitu: atas permohonan sendiri, di jatuhi untuk waktu tertentu.
d. Pemecatan dari keanggotaan
hukuman yang telah mempunyai kekuatan
organisasi profesi.
hukum tetap diancam dengan hukuman 4 2) Dengan pertimbangan atas berat
(empat) tahun atau lebih, dan Panitera atau ringannya sifat pelanggaran
Pengadilan Negeri menyampaikan salinan Kode Etik Advokat dapat
dikenakan sanksi :
putusan tersebut kepada Organisasi
a. Peringatan biasa bilamana
Advokat (Pasal 10 UUA). sifat pelanggaran tidak berat.
Pengawasan atas pelanggaran b. Peringatan keras bilamana
sifat pelanggaran berat atau
terhadap ketentuan pasal-pasal Kode Etik

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 95


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

karena mengulangi kembali Kode Etik Advokat baru bisa dijalankan


melanggar Kode Etik dan atau oleh Organisasi Advokat melalui putusan
tidak mengindahkan sanksi
Dewan Kehormatan baik itu sanksi
peringatan yang pernah
diberikan. Peringatan Ringan, Peringatan Keras,
c. Pemberhentian sementara Pemberhentian Sementara dan
untuk tertentu bilamana sifat Pemberhentian Tetap dari keanggotaan
pelanggarannya berat, tidak
organisasi advokat.
mengindahkan dan tidak
menghormati ketentuan Kode Pengaturan yang terdapat dalam
Etik atau bilamana setelah ketentuan UUA dan KEAI dapat
mendapat sanksi berupa
peringatan keras masih ditemukan bahwa yang menjadi hukum
mengulangi melakukan tertinggi bagi Advokat adalah KEAI
pelanggaran Kode Etik. dalam menjalankan profesinya. Atas hal
d. Pemecatan dari keanggotaan ini, maka profesi Advokat harus
organisasi profesi bilamana
dilakukan pelanggaran Kode mencerminkan prinsip-prinsip hukum dan
Etik dengan maksud dan tidak bisa lepas dari ketentuan KEAI
tujuan merusak citra serta sehingga setiap tindakannya tetap
martabat kehormatan profesi berpegang teguh dan pengakuan serta
Advokat yang wajib dijunjung
tinggi sebagai profesi yang kepatuhan/ketaatan pada prinsip-prinsip
mulia dan terhormat. yang diatur dalam ketentuan KEAI di
3) Pemberian sanksi pemberhentian Indonesia agar tidak melakukan tindakan-
sementara untuk waktu tertentu tindakan yang merugikanter lebih lagi
harus di ikuti larangan untuk
menjalankan profesi Advokat di tidak terlibat dalam tindak pidana suap
luar maupun di muka pengadilan. dalam upaya penegakan hukum melalui
4) Terhadap mereka yang dijatuhi penerapan sanksi hukum pidana yang
sanksi pemberhentian sementara diatur dalam ketentuan KUHP, UU TPS
untuk waktu tertentu dan atau
pemecatan dari keanggotaan dan UU PTKP dan juga sebagai upaya
organisasi profesi disampaikan kebijakan penegakan Kode Etik profesi
kepada Mahkamah Agung untuk Advokat yang seutuhnya tanpa bisa
diketahui dan dicatat dalam ditunda dan ditawar-tawar lagi
daftar Advokat.
pelaksanaannya untuk menjadikan bahwa
Penerapan sanksi hukum pidana bagi
Indonesia sejatinya adalah merupakan
para Advokat yang mengerjakan suatu
Negara Hukum.
perbuatan penyuapan, maka yang tak
kalah penting diketahui bahwa penerapan
SIMPULAN
sanksi Kode Etik Advokat baru dilakukan Dari hasil analisa, uraian dan
apabila adanya kekuatan hukum tetap pembahasan mengenai penerapan sanksi
(inckracht) dari pengadilan yang hukum bagi para Advokat pelaku tindak
menyatakan bahwa Advokat tersebut telah pidana suap dalam sistem hukum positif
bersalah melakukan penyuapan dan di Indonesia yang telah dilakukan, maka
dikenakan hukuman pidana barulah sanksi

96 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678


Hartono: Penerapan Sanksi Hukum Bagi Para Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap...

dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai kehormatan profesi Advokat termasuk


berikut: di dalamnya tidak terlibat dalam tindak
pidana suap dalam menjalankan
1. Pengaturan hukum mengenai tindak
profesinya sehari-hari sebagai profesi
pidana suap dalam sistem hukum
yang mulia dan terhormat (officium
positif di Indonesia hingga saat ini
nobile) sekaligus juga salah satu
memang kenyataannya masih belum
bagian catur wangsa aparat penegak
diatur secara jelas, tegas dan khusus
hukum yang diakui di Indonesia.
pengertian dan pengaturannya. Akan
tetapi secara umum, tindak pidana suap UCAPAN TERIMAKASIH
telah diatur ke dalam 3 (tiga) jenis Penulis kepada semua pihak yang
peraturan perundang-undangan yang telah mendukung penulisan artikel ini,
berlaku di Indonesia pada saat ini yaitu terutama kepada Ibu Prof. Dr. Lanny
terdapat dalam ketentuan KUHP, UU Kusumawati, Dra., S.H., M.Hum., Dr.
TPS dan UU PTPK. Suhartati, S.H., M.Hum., dan Sriwati,
2. Adapun untuk penerapan sanksi S.H., M.Hum yang telah membimbing
hukum bagi para Advokat pelaku penulis dalam mengerjakan tesis dan serta
tindak pidana suap dalam sistem kepada tenaga pengajar dan teman-teman
hukum positif di Indonesia terdapat mahasiswa Program Pascasarjana
ada 2 (dua) jenis sanksi yang dapat Fakultas Hukum Universitas Surabaya.
diterapkan kepada Advokat yaitu
penjatuhan hukuman pidana
DAFTAR PUSTAKA
sebagaimana yang diatur dalam
Buku-buku
ketentuan Pasal 209 KUHP, Pasal 418
KUHP, Pasal 419 KUHP, Pasal 420 Andrianto Nico dan Johansyah Prima
ayat (1) dan (2) KUHP, Pasal 3 UU Ludy, Korupsi Di Daerah Modus
Operandi & Peta Jalan
TPS, Pasal 5 ayat (1) UU PTPK, Pasal
Pencegahannya, Cetakan Pertama,
6 ayat (1) UU PTPK, Pasal 6 ayat (1)
Putra Media Nusantara, Surabaya,
huruf b UU PTPK, Pasal 12 huruf d
2010.
UU PTPK dan Pasal 13 UU PTPK.
Selain itu, bagi Advokat yang Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian
Hukum, KencanaPranada Media
melakukan tindak pidana suap juga
Group, Jakarta, 2008.
dapat dilakukan penerapan sanksi
Kode Etik Advokat sebagai hukum Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Cetakan
tertinggi yang harus dilaksanakan, Keenam,Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.
kepatuhan dan ketaatan pada prinsip-
prinsip yang diatur dalam ketentuan Soemodiharjo Dyatmiko. R, Mencegah
KEAI yang berlaku di Indonesia agar Dan Memberantas Korupsi
tidak melakukan tindakan-tindakan Mencermati Dinamikanya Di
Indonesia, Cetakan Pertama,
yang merugikan harkat dan martabat
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2008.

LPPM STIH Putri Maharaja Payakumbuh - 97


Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 5, No 1, September 2019

Wahid Abdul, Etika Profesi Hukum Korporasi, Jurnal Ilmu Hukum,


Rekonstruksi Citra Peradilan Di Vol. 4 2017.
Indonesia, Cetakan Pertama, Sjahruddin Rasul, Penerapan Good
Bayumedia Publishing, Malang, Governance Di Indonesia Dalam
2009. Upaya Pencegahan Tindak Pidana
Jurnal Korupsi, Jurnal Mimbar Hukum,
Agus Raharjo & Sunaryo, Penilaian Vol 21 2009
Profesionalisme Advokat Dalam Vidya Prahassacitta, Tinjauan Atas
Penegakan Hukum Melalui Kebijakan Hukum Pidana Terhadap
Pengukuran Indikator Kinerja Penyuapan Di Sektor Privat Dalam
Etisnya, Jurnal Media Hukum, Hukum Nasional Indonesia: Suatu
Vol.21 2014 Perbandingan Dengan Singapura,
Erman Rajagukguk, Advokat Dan Malaysia Dan Korea Selatan, Jurnal
Pemberantasan Korupsi, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol 47
Hukum Ius Quia Iustum, Vol 15 2017
2008 Peraturan Perundang-undangan :
Fiska Maulidian Nugroho, Integritas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Advokat dan Kebebasannya Dalam Tentang Peraturan Hukum Pidana
Berprofesi: Ditinjau dari Undang-Undang Republik Indonesia
Penegakan Kode Etik Advokat, Nomor 11 Tahun 1980 Tentang
Rechtidee, Vol 11 2016 Tindak Pidana Suap
Muryanti, Tindakan Korupsi Sebagai Undang-Undang Republik Indonesia
Tindakan Imoral Dalam Perspektif Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Fungsional (Kajian Film Korupsi Perubahan Atas Undang-Undang
Dan Kita:Rumah Perkara), Profetik Republik Indonesia Nomor 31
Jurnal Komunikasi, Vol 11 2018. Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Odie Faiz Guslan, Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Korupsi
Mengenai Batasan Antara Undang-Undang Republik Indonesia
Perbuatan Maladministrasi Dengan Nomor 18 Tahun 2003 Tentang
Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Advokat
Cendekia Hukum, Vol.4 2018.
Kode Etik Advokat.
RB. Soemanto, Sudarto, Sudarsana,
Pemahaman Masyarakat Tentang
Korupsi, Yustisia Jurnal Hukum,
Vol 3 2014
Russel Butarbutar, Modus Operandi Dan
Pertanggung Jawaban Pidana Suap

98 - P-ISSN: 2355-4657. E-ISSN: 2580-1678

You might also like