Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

1. Apa itu syariah? (Berikan definisi Anda sendiri tentang hal itu!

) Dan
apa perbedaan antara syariah dan fiqih? Apakah hukum Islam dibuat
oleh Tuhan atau oleh manusia? (tolong jelaskan jawabanmu!)
Syariat adalah sumber dari semua hukum islam yang ada. Syariat
sumbernya berasal dari allah dan nabi muhammad saw yang berupa al-
qur’an dan hadis. Syariah sendiri bersifat tetap atau kekal atau abadi
yang artinya tidak akan berubah meski zaman berubah karena
sumbernya berasal dari allah dan nabi muhammad saw. Sedangkan fiqih
adalah salah satu produk hasil dari syariat itu sendiri, maksudnya adalah
fiqih adala sumber pemikiran para hamba allah yang melalui usaha yang
panjang yang bersumberkan al-quran dan hadis. Sehingga fiqih sendiri
memungkinkan untuk terjadinya perubahan sebab ia seperti penalaran
syariat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Contohnya
adalah, sholat lima waktu adalah syariat dan tertulis dalam al-quran mau
pun hadis akan kewajiban melaksanakannya, namun di dalam al-qur’an
tidak dijelaskan bagaimana tata pelaksanaannya namun penjelasan
tersebut tertera dalam sebuah hadis yang kemudian menjadi panduan
sholat hingga sekarang, sedangkan sebelum sholat kita akan melakukan
yang namanya bersuci nah bersuci dapat berupa berwudhu, tayamum
atau mandi besar beserta wudhu atau tayamum, bersuci ini disebut
sebagai ilmu fiqih sehingga tata pelaksanaannya terdapat beberapa
perbedaan meski kebanyakan ulama memiliki pendapat yang sama
untuk hal bersuci ini. Lalu, hukum islam menurut saya dibuat oleh allah
swt Sumber hukum islam adalah al-qur’an, hadis, ijma, dan qiyas.
Sehingga dalam penerapannya hukum islam dapat berubah sesuai
dengan situasi, kondisi, atau waktu, tempat dan keadaan. Seperti
memakan bangkai atau binatang yang mati atau disembelih tanpa
menyebut nama allah itulah bangkai, hukum memakan bangkai hewan
yang halal adalah haram sehingga apabila memakannya akan
mendatangkan dosa, namun jika seorang muslim tersesat di dalam
hutan dan satu-satunya yang bisa dia makan adalah bangkai kelinci yang
kebetulan ada di sana dan kondisi muslim tersebut sudah benar-benar
tidak bisa bertahan jika tidak makan bangkai tersebut maka memakan
bangkai tersebut diperbolehkan karena kondisi muslim tersebut.

2. Dapatkah hukum Islam mengalami perubahan atau transformasi?


Hukum islam dapat mengalami perubahan atau transformasi tergantung
dengan waktu, tempat dan keadaan atau berdasarkan situasi kondisi
orang tersebut, jika ia dalam suatu kemudaratan atau situasi yang
sangat-sangat mendesaknya maka suatu hukum dapat berubah. Hukum
islam sendiri terdiri dari, wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah.
Wajib, apabila dilaksanakan mendapatkan pahala apabila ditinggalkan
mendapatkan dosa. Haram, apabila dilakukan mendapatkan dosa dan
apabila ditinggalkan justru mendapatkan pahala. Sunnah, apabila
dilakukan mendapatkan pahala dan apabila di tinggalkan tidak
mendapatkan dosa sehingga lebih baik dilakukan saja. Makruh, apabila
dilakukan tidak mendapatkan dosa namun apabila ditinggalkan justru
mendapatkan pahala maka lebih baik untuk ditinggalkan. Mubah,
apabila dilakukan atau ditinggalkan tidak mendatangkan dosa atau pun
pahala. Maksud dari hukum islam dapat mengalami perubahan adalah
sesuatu yang haram bisa saja berubah menjadi mubah dan bahkan
wajib, seperti contoh seorang muslim yang dilarang untuk memakan
daging babi, namun ketika kondisi muslim tersebut berada di kondisi
yang mana ia tidak memiliki pilihan lain selain memakan daging babi
tersebut seperti tersesat di sebuah hutan belantara dan tidak ada yang
bisa dia makan di hutan tersebut dan yang ada di hutan tersebut
hanyalah babi hutan sedangkan kondisi muslim tersebut sudah tidak
makan berhari-hari dan apabila tidak makan maka ia akan mati maka
dalam kondisi tersebut ia diizinkan untuk memakan daging babi itu.
Contoh lain adalah wajib yang menjadi haram, yaitu ketika seseorang
yang melaksanakan puasa wajib ramadhan, ketika ditengah perjalanan
puasanya tiba-tiba ia jatuh sakit dan ia diharuskan untuk meminum obat
atau diharuskan mendapatkan suntikan atau infus dan jika tidak maka
dapat mengancam nyawanya maka ia harus membatalkan puasanya,
sebagaimana yang kita tahu membatalkan puasa wajib haram hukumnya
bahkan puasa ganti yang dilakukan di selain hari ramadhan pun memiliki
hukum yang sama karena puasa tersebut berhukum wajib, namun jika
ada satu hal yang begitu mendesak atau membuat si mukalaf tidak
memiliki pilihan lain selain membatalkan puasa tersebut maka ia tidak
diizinkan melanjutkan puasanya justru diharuskan membatalkan dengan
syarat menggantinya di hari lain.

3. Jelaskan pembagian umum sumber-sumber Hukum Islam!


Pembagain sumber islam terbagi menjadi 4 yaitu al-quran yang ayat-
ayatnya diwahyukan melalui malaikat jibril kepada nabi muhammad
saw, dan hadis yang berupa ucapan, perbuatan bahkan diam nya nabi
muhammad saw. Lalu ijma, yaitu segala keputusan ulama yang
menyetujui akan suatu perkara hukum, dan qiyas yaitu menyamakan
suatu kasus berdasarkan kasus yang telah ada penyelesainnya.
4. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri, lima kategori hukum Islam
dan berikan contohnya masing-masing!
Lima kategori hukum islam, wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah.
Wajib, apabila dilaksanakan mendapatkan pahala apabila ditinggalkan
mendapatkan dosa, contoh sholat 5 waktu dan puasa ramadhan. Haram,
apabila dilakukan mendapatkan dosa dan apabila ditinggalkan justru
mendapatkan pahala, contoh memakan bangkai (hewan yang mati karna
terkaman binatang buas atau mati tanpa disembelih dengan menyebut
nama allah), meminum khamr, memakan babi dan anjing. Sunnah,
apabila dilakukan mendapatkan pahala dan apabila di tinggalkan tidak
mendapatkan dosa sehingga lebih baik dilakukan saja, contoh sholat
tahajud, dhuha, puasa senin dan kamis. Makruh, apabila dilakukan tidak
mendapatkan dosa namun apabila ditinggalkan justru mendapatkan
pahala maka lebih baik untuk ditinggalkan, contoh memakan makanan
dengan bau yang sangat menyengat seperti jengkol dan petai atau.
Mubah, apabila dilakukan atau ditinggalkan tidak mendatangkan dosa
atau pun pahala seperti mandi, tidur, makan, minum.

5. Menjelaskan kedudukan Tuhan sebagai Pembuat Hukum (al-Hakim)


dalam Hukum Islam. Jelaskan bagaimana umat Islam dimintai
pertanggungjawaban atas tindakan mereka dari perspektif Mahkum fih
(tindakan yang ditentukan dalam syariah) dan mahkum alaih (subjek
hukum).
Kedudukan tuhan sebagai Pembuat Hukum atau al-Hakim dalam hukum
islam maksudnya adalah allah sebagai sumber dari segala hukum yang
ada baik berhububungan dengan hukum taklifi, maupun wadh’i. umat
islam dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka dari
perspektif mahkum fih artinya ia dinilai dari segi hukum syar’i atau
tindakan yang berkaitan dengan perintah syar’i, artinya dalam hal ini ia
mempertanggungjawabkan tindakannya atas hukum wajib, haram,
sunnah, makruh, dan mubah. Sedangkan mahkum alaih adalah mukallaf
yang perbuatannya dengan hukum syar’i dalam hal ini
pertanggungjawaban mukallaf tersebut apakah bisa dianggap sah atau
tidak, dianggap sah dengan memenuhi dua syarat yaitu: 1. mampu
memahami dalil-dalil hukum yang ada, baik secara mandiri mau pun
dengan bantuan orang lain. 2, sudah mukallaf atau disebut juga sebagai
ahliyyah, maksudnya adalah orang tersebut ahli dengan sesuatu yang
sudah ditaklifkan atau dibebankan padanya atau mampu melaksanakan
dengan apa yang dibebankan kepadanya tersebut.

You might also like