Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 80

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

PROFITABILITAS, LEVERAGE, CAPITAL INTENSITY,


INVENTORY INTENSITY DAN TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2016-2020)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh

AHMAD FATCHUL MUNIR

NIM. B.211.16.0220

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal yang terus berkembang

dengan peningkatan jumlah anggota perusahaan terdaftar yang berasal dari

berbagai sektor. Peningkatan jumlah emiten (perusahaan go public) di pasar

modal disebabkan adanya daya tarik pasar modal baik bagi perusahaan maupun

bagi investor. Pengumuman laporan keuangan merupakan saat-saat yang ditunggu

oleh para pemodal (investor), karena dari laporan keuangan itulah para investor

dapat mengetahui perkembangan emiten yang digunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk membeli atau menjual saham-saham tertentu yang mereka

miliki. Oleh karena itu, peran pasar modal dewasa ini menjadi semakin penting

(Rahmi, 2018).

Sektor perusahaan yang menjadi penopang utama perkembangan industri

termasuk di Indonesia adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manfaktur

merupakan usaha industri yang bergerak dalam mengelola barang mentah menjadi

barang jadi dan sektor manufaktur yang go public selalu menjadi pusat perhatian

para investor. Dalam hal ini para investor teratarik untuk menanamkan modalnya

sehingga informasi yang dipublikasikan secara transparan dan kebijakan

pendanaan perusahaan cepat terserap oleh pasar. Selain itu, perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI merupakan emiten yang terbesar dan paling

aktif diperdagangkan di BEI sehingga memberikan kontribusi besar bagi negara


dalam sektor perpajakan. Keberadaan perusahaan manufaktur ini dapat dilihat dari

kinerja perusahaan dan haga saham yang konsistem dan bernilai positif sehingga

menunjukkan adanya peningkatan produktivitas, peningkatan investasi,

peningkatan ekspor dan mampu menyerap tenaga kerja dengan lebih baik.

Potensi besar dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terhadap

penerimaan pajak negara pada kenyataannya tidak mudah dicapai. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan penilaian baik dari perusahaan maupun pemerintah

yaitu perusahaan menilai bahwa pajak adalah beban yang dapat mengurangi

tingkat keuntungannya dan adanya keinginan agar perusahaan membayar pajak

serendah-rendahnya agar keuntungan perusahaan tetap tinggi. Akan tetapi,

pemerintah memiliki penilaian yang menginginkan setiap perusahaan membayar

pajak dalam jumlah besar sehingga pendapatan pajaknya meningakat. Ini sesuai

teori agensi bahwa terdapat perbedaan tujuan atau kepentingan antara perusahaan

dengan pihak pemerintah atau yang disebut dengan conflict of interest yang pada

akhirnya menyebabkan permasalahan dan timbul praktik tax avoidance pada

perusahaan-perusahaan guna memperkecil jumlah pajak yag harus dibayarkan

(Putri, 2017).

Tindakan perusahaan manufaktur terhadap perpajakan yang pada akhirnya

merugikan negara atau mengurangi penerimaan pajak negara adalah praktek

penghindaran pajak. Salah satu perusahaan yang diduga melakukan praktek

penghindaran pajak adalah PT. Coca Cola Indonesia (CCI), di tahun 2014,

perusahaan diduga melakukan perencanaan pajak, sehingga beban pajak yang

dibayarkan berkurang sebesar Rp 49,24 miliar. Direktorat Jenderal Pajak


melakukan analisis yang hasilnya adalah bahwa perusahaan telah melakukan

manajemen pajak, sehingga beban pajak yang seharusnya disetorkan ke negara

menjadi berkurang. PT CCI melakukan manajemen pajak dengan meminimalkan

nilai penghasilan kena pajak, melalui penambahan beban pada biaya iklan sebesar

Rp 566,84 milyar (Moeljono, 2020).

Praktik manajemen pajak juga dilakukan oleh PT. Toyota Motor

Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) tahun 2014 sebagai perusahaan yang

bergerak dibidang otomotif. Perusahaan melakukan penjualan mobil ke Singapura

dengan mengirimkan 1.000 unit mobil, karena pajak di Singapura lebih rendah

hanya sebesar 17%. Dirjen Pajak dalam pemeriksaanya menemukan penjualan

mobil Innova diesel dan Innova bensin. PT TMMIN kepada Toyota Motor Asia

Pacific Pte., Ltd masing-masing dengan harga 1,73% dan 5,14% lebih murah dari

biaya produksinya per unit. Sementara itu, pada ekspor Rush dan Terios, PT

TMMIN hanya memperoleh keuntungan yang tipis, yaitu hanya 1,15% dan 2,69%

dari biaya produksinya per unit. Dalam hal ini, PT Toyota telah melakukan

penghindaran pajak sebesar Rp 1.200.000.000.000, (Yudea, 2018).

Manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan terdaftar di

BEI tersebut merupakan suatu tindakan agresivitas pajak karena perusahaan

mengurangi beban pajak secara agresif secara legal. Agresivitas pajak adalah

suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan

memanfaatkan kelemahan-kelemahan ketentuan perpajakan suatu negara sehingga

ahli pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan.


Penelitian terdahulu yang meneliti tentang agresifitas pajak dan faktor-

faktor yang mempengaruhi sudah pernah dilakukan namun memiliki hasil yang

berbeda-beda. Berikut ini adalah reserach gap faktor-faktor yang mempengaruhi

agresivitas pajak.

Tabel 1.1 Research Gap Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Agresivitas Pajak

No Peneliti & Tahun Hasil


1 Setyawan (2019) Komisaris independen berpengaruh positif
Komite audit berpengaruh positif
2 Hanim (2018) Tidak ada pengaruh komisaris independen
3 Putra (2020) Tidak ada pengaruh komite audit

Adanya pengaruh ini telah dibuktikan oleh Setyawan (2020) bahwa good

corporate governance berupa komisaris independen dan komite audit juga

berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2017. Berbeda dengan Hanim

(2018) yang menemukan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

agresivitas pajak. Begitu juga Putra (2020) menemukan bahwa komite audit tidak

berpengaruh terhadap agresivitas pajak karena komite audit bertugas untuk

melakukan pengawasan dan tidak memiliki kewenangan dalam memutuskan

kebijakan perpajakan perusahaan.

Berikut ini adalah reserach gap faktor provitabilitas terhadap agresivitas

pajak.

Tabel 1.2 Research Gap Pengaruh Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak

No Peneliti & Tahun Hasil


1 Devi (2019) Berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
Dinar (2020) Tidak berpengaruh terhaap agresivitas pajak
Adanya pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas telah dibuktikan oleh

Devi (2019) yang menemukan bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROA

berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di BEI periode 2014-2017. Namun berbeda dengan hasil penelitian

Dinar (2020) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2018.

Faktor profitabilitas berkaitan erat dengan besarnya pajak yang seharusnya

dibayar oleh perusahaan karena profitabilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada

periode akuntansi (Brigham dan Houston, 2006). Perusahaan dengan profitabilitas

tinggi menandakan perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi sehingga

sesuai teori agensi akan memacu para agen untuk meningkatkan laba perusahaan.

Ketika laba yang diperoleh tinggi, maka beban pajak penghasilan akan meningkat

sesuai dengan peningkatan laba perusahaan. Dala hal ini, manajer semakin

memungkinkan untuk mengelola beban pajaknya dengan memilih prosedur

akuntansi yang membuat pelaporan laba saat ini lebih rendah dari yang

sesungguhnya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan yang sangat agresif terkait

dengan kewajiban pajaknya juga akan semakin tinggi profitabilitasnya.

Faktor kebijakan keuangan yang digunakan untuk agresivitas pajak, kedua

yaitu leverage. Leverage adalah suatu rasio guna mengukur kewajiba atau utang

dengan jumlah ekuitas pada perusahaan. Dalam hal ini, jika perusahaan memiliki

jumlah hutang yang semakin banyak maka pembayaran pajaknya akan semakin
rendah, sebaliknya jika tingkat hutang rendah maka pajaknya akan semakin tinggi.

Berikut ini adalah reserach gap faktor leverage terhadap agresivitas pajak.

Tabel 1.3 Research Gap Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak

No Peneliti & Tahun Hasil


1 Setyawan (2019) Berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
2 Dinar (2020) Berpengaruh ngatif terhadap agresivitas pajak
3 Susanto (2018) Tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak

Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian

terkait fator leverage dalam mempengaruhi agresivitas pajak. Setyawan (2019)

menemukan bahwa kebijakan keuangan berupa leverage, inventory intensity dan

capital intensity berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Berbeda dengan

penelitian Dinar (2020) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap

agresivitas pajak dan juga penelitian Susanto (2018) menemukan bahwa leverage

yang diukur dengan DER tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-

2015.

Faktor ketiga yaitu capital itensity karena perusahaan yang mempunyai

proporsi aset tetap yang tinggi (capital itensity) juga mengindikan perusahaan

melakukan agresivitas pajak karena mempengaruhi beban perusahaan menjadi

besar sehingga beban pajak yang dibayarkan akan menjadi kecil. Berikut ini

adalah reserach gap faktor capital itensity terhadap agresivitas pajak.

Tabel 1.4 Research Gap Pengaruh Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

No Peneliti & Tahun Hasil


1 Setyawan (2019) Berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
2 Maulana (2020) Berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
3 Budianti (2018) Berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak

Perbedaan hasil pada tabel di atas, menunjukkan bahwa Setyawan (2019)

dan Maulana (2020) menemukan bahwa capital intensity berpengaruh positif

terhadap agresivitas pajak pada perusahaan property dan real estate 2016-2018

sedangkan Budianti (2018) menemukan bahwa agresivitas pajak dipengaruhi

secara negative signifikan oleh capital intensity khususnya pada perusahaan sub

sektor manufaktur consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2013-2016.

Faktor keempat, Inventory Intensity atau intensitas persediaan. Inventory

Intensity merupakan kemampuan perusahaan untuk menginvestasikan sejumlah

persediaannya. Dalam hal ini, besarnya tingkat inventory intensity dapat

meningkatkan beban pemeliharaan persediaan tersebut sehingga pada akhirnya

tingkat beban perusahaan juga akan meningkat dan ini dapat menjadi pengurang

pembayaran pajaknya. Berikut ini adalah reserach gap faktor inventory intensity

terhadap agresivitas pajak/tax avoidance.

Tabel 1.5 Research Gap Pengaruh Inventory Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

No Peneliti & Tahun Hasil


1 Setyawan (2019) Berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
2 Damayanti (2018) Tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak

Perbedaan hasil pada tabel di atas, menunjukkan bahwa Setyawan (2019)

menemukan bahwa inventory intensity berpengaruh positif terhadap agresivitas

pajak perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI 2016-2017 sedangkan

Damayanti (2018) menemukan bahwa inventory intensity tidak berpengaruh


terhadap agresivitas pajak yang diukur dengan ETR (Effective Tax Rate) pada

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman 2013-2017.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, dapat diketahui bahwa meskipun

sudah banyak peneliti yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi agresifitas

pajak namun memberikan hasil yang belum konsisten. Oleh karena itu, peneliti

akan melakukan penelitian kembali untuk mendapatkan hasil yang konsisten

dengan memberikan Batasan pada variabel pada faktor good corporate

governance (komisaris independen dan komite audit) dan kebijakan keuangan

(inventory intensity dan capital intensity). Pemilihan variabel ini denga

pertimbangan bahwa pada penelitian terdahulu banyak memberikan hasil yang

belum konsisten dengan jenis perusahaan yang berbeda-beda.

Peneliti akan mengembangan penelitian Setyawan (2019) yang

menggunakan variabel kebijakan keuangan dan good corporate governance

terhadap agresivitas pajak. Besarnya pengaruh pada penelitian Setyawan (2019)

yaitu sebesar 17,1% sehingga cenderung kecil, oleh karena itu peneliti membatasi

pada variabel yang terbukti berpengaruh signifikan dan menambahkan variabel

profitabilitas untuk meningkatkan adjusted r Square/besarnya pengaruh variable

bebas terhadap agresivitas pajak. Peneliti dalam hal ini, menggunakan waktu

pengamatan yang berbeda yaitu selama periode tahun 2016-2020 guna menjaga

orisionalitas penelitian.

Berdasarkan penjelasan mengenai research gap terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi agresivitas pajak dan fenonema kasus manajemen pajak yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI maka


peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Good

Corporate Governance, Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity, dan

Inventory Intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2020”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh komisaris independen terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

2. Adakah pengaruh komite audit terhadap agresivitas pajak pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

3. Adakah pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

4. Adakah pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

5. Adakah pengaruh capital intensity terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

6. Adakah pengaruh inventory intensity terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:


1. Variabel independent pada penelitian ini dibatasi pada faktor profitabilitas

yang diukur dengan ROA, Leverage yang diukur dengan DER, capital

intensity, inventory intensity dan good corporate governance (Komisaris

independen dan komite audit)

2. Variabel dependen berupa agresivitas pajak diukur dengan ETR (Effective

Tax Rate)

3. Sampel perusahaan dibatasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2020.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat menentukan

tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh komisaris independen terhadap agresivitas

pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

2. Untuk menganalisis pengaruh komite audit terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

3. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

4. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

5. Untuk menganalisis pengaruh capital intensity terhadap agresivitas pajak

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.


6. Untuk menganalisis pengaruh inventory intensity terhadap agresivitas pajak

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teroritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi dan

pengetahuan dan pengetahuan mengenai fakfot-faktor yang mempengaruhi

agresivitas pajak pada perusahaan.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi perusahaan

Dapat memeberikan masukan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi agresivitas pajak pada perusahaan, sehingga dapat

digunakan untuk mengambil keputusan pendanaan perusanaan.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi atau

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan ketika akan

melakukan investasi disuatu perusahaan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Agensi

Teori agensi ini diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1967,

yang menyebutkan bahwa terdapat kontrak atau perbedaan kepentingan antara

agen dan principal. Dalam hal ini, agen dimungkinkan melakukan tindakan yang

tidak berdasarkan kepentingan principal karena informasi yang dimiliknya untuk

tujuan kepentinganya pribadi. Setiap tindakan agen akan diarahkan agar tidak

akan mengurangi kompensasinya sehingga selalu berupa untuk memodifikasi

beban pajak (Devi, 2019).

Setyawan (2019) menyebutkan bahwa perbedaan kepentingan antara agen

(sebagai pemagang saham) dan prinsipal (sekalu manajemen perusahaan) yang

disebut dengan agency problem. Konflik kepentingan tersebut akan

mempengaruhi tindakan perusahaan dalam melakukan agresivitas pajaknya karena

setiap pihak baik agen maupun principal ingin mempertahankan tingakt

kompensasi atau kemakmurannya sendiri. Dalam hal ini, principal melakukan


pengelolaan atau memodifikai perpajakan agar beban pajak semakin kecil dan

keuntungan perusahaan tetap tinggi namun pihak investor atau agen tidka

menyetujui tindakan tersebut karena dinilai bukan perbuatan baik sehingga tidak

menghendaki adanya upaya manipulasi pada data laporan keuangan perusahaan

(Maulana, 2020).

Keberadaan teori agensi dapat menjelaskan pengaruh profitabilitas terhadap

agresifitas pajak. Teori agensi akan memacu para agen untuk meningkatkan laba

perusahaan sehingga ketika laba yang diperoleh tinggi, maka beban pajak

penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan. Dalam

hal ini agen akan mengelola beban pajaknya agar tidak mengurangi kompensasi

kinerja agen sebagai akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak.

Manajer semakin memungkinkan untuk mengelola beban pajaknya dengan

memilih prosedur akuntansi yang membuat pelaporan laba saat ini lebih rendah

dari yang sesungguhnya sehingga semakin profitable perusahaan, maka semakin

termotivasi untuk memposisikan diri dalam perencanaan pajak.

2.2 Teori Stakeholder

Teori stakeholder dapat diartikan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang

hanya beroperasi untuk kepentinganya sendiri namun harus bermanfaat bagi

stakeholder, shareholder, pemerintah dan masyarakat. Teori ini digunakan untuk

menjelaskan pengaruh GCG terhadap agresivitas pajak. Dalam hal ini, teori

stakeholder yaitu upaya dalam menyeimbangkan seluruh bagian stakeholder

perusahaan. Ketika perundang-undangan perpajakan dapat dipatuhi oleh

perusahaan maka perusahaan berhasil menyeimbangkan kepentingan semua


stakeholder melalui mekanisme GCG. Mekanisme GCG bertujuan untuk menekan

adanya agresivitas pajak yang disebabkan oleh masih banyaknya celah peraturan

undang-undang perpajakan yang dapat diselewengkan (grey area). Mekanisme

tersebut dapat diproyeksikan dengan komisaris independen dan komite audit

(Setyawan, 2019).

2.3 Agresivitas Pajak

Setyawan (2019) menyebutkan bahwa agresivitas pajak merupakan suatu

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi pendapatan kena

pajak melalui perencanaan pajak (tax planning) baik secara legal maupun illegal

yang dilakukan dengan penggelapan pajak (tax evasion). Sedangkan Maulana

(2020), mendefinisikan agresivitas pajak adalah suatu kegiatan atau tindakan yang

memiliki tujuan untuk mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan baik secara

aktif maupun illegal guna mengecilkan beban pajaknya sehingga laba perusahaan

yang didapatkan menjadi optimal.

Agresivitas pajak adalah suatu kegiatan perencanaan pajak yang dilakukan

oleh perusahaan dimana memiliki tujuan untuk mengurangi beban pajak yang

dibayar dalam periode tersebut yang akan berakibat turunnya tarif pajak efektif.

Agresivitas pajak dapat juga dapat diartikan sebagai suatu tingkat keagresifan

perusahaan untuk menghemat pajak yang seharusnya dibayar (Yuliana, 2018).

Hanna (2016) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan-keuntungan bagi

perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif yaitu:


1) keuntungan berupa penghematan pajak yang dibayarkan perusahaan

kepada negara, sehingga porsi kas yang dinikmati pemilik/pemegang

saham menjadi lebih besar.

2) Keuntungan (baik langsung atau tidak langsung) bagi manajer yang

mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham atas tindakan

pajak agresif yang dilakukannya.

3) Keuntungan berupa kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent

extraction.

Perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif juga akan mengalami

kerugian antara lain adalah kemungkinan perusahaan mendapat sanksi/penalti dari

fiskus pajak, dan turunnya harga saham perusahaan. Kemungkinan harga saham

mengalami penurunan, dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui

tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent

extraction (Hanna, 2016).

Pada penelitian ini, agresivitas pajak diukur dengan ETR dengan

pertimbangan bahwa ETR merupakan proksi yang paling banyak dipakai sebagai

proksi agresivitas pajak perusahaan. Dalam hal ini nilai ETR yang rendah dapat

menunjukkan bahwa tingkat agresivitas pajak perusahaan juga rendah sedangkan

jika tingkat ETR tinggi maka tindakan agresivitas pajak perusahaan juga tinggi.

2.4 Good Corporate Governance

2.4.1 Komisaris Independen

Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:

Kep-305/BEJ/07-2004 Tanggal: 19 Juli 2004 disebutkan bahwa dalam


penyelenggaraan perusahaan yang baik, setiap perusahaan tercatat harus

mempunyai komisaris independent yang jumlahnya sebanding dengan jumlah

saham yangdimiliki oleh selin pemegang saham pengendali atau dengan kata lain

jumlah komisaris indenpenden minial adalah 30% dari seluruh jumlah anggota

komisaris.

Komisaris independent merupakan anggota dari dewan komisaris yang

sifatnya independent sehingga memberikannya kebebasan dalam pengambilan

keputusan tanpa intervensi oleh pihak-pihak yang ada dalam perusahaan.

Komisaris independent dapat diukur dengan jumlah atau persentase anggota

dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dengan seluruh jumlah

anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan tersebut.

2.4.2 Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan

prinsip GCG. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka

membantu melaksanakan tugas dan fungsinya (Surat Keputusan Ketua Bapepam

Kep-29/PM/2004). Pembentukan komite audit terdiri dari (1) Emiten atau

perusahaan public wajib memiliki komite audit; (2) Emiten atau perusahaan

public wajib memiliki pedoman kerja komite audit; (3) Komite audit bertanggung

jawab kepada dewan komisaris; dan (4) Komite audit terdiri dari sekurang-

kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 orang

anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau perusahaan publik.


Penggunaan proksi komite audit dari GCG dikarenakan salah satu komite

fungsional dalam dimensi penerapan GCG tersebut adalah komite audit. Komite

audit di bentuk sebagai implementasi dari prinsip-prinsip akuntabilitas. Variabel

komite audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah anggota

komite audit yang ada di perusahaan. Berdasarkan peraturan Bapepam dijelaskan

bahwa keberadaan komite audit sekurang-kurang-nya terdiri dari 3 orang dimana

komisaris independen perusahaan menjadi ketua komite, sedangkan yang lain

adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang diantaranya

memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.

2.5 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba

dengan memanfaatkan modal perusahaan secara keseluruhan maupun modal

sendiri (Harahaf, 2008). Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang

menunjukkan gabungan pengaruh dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang

pada hasil operasi perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Profitabilitas dapat

diukur dengan bebeara rasio seperti:

a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross profit margin ini adalah rasio kemampuan perusahaan dalam hal

penjualan sehingga dapat menghasilkan keuntungan atau laba kotor.

b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin menunjukkan rasio kemampuan perusahaan dalam hal

penjualan sehingga dapat menghasilkan keuntungan atau laba bersih.

c. Return On Asset (Pengembalian atas Asset)


Return On Asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

keuntungan perusahaan dari seluruh modal yang diinvestasikan untuk

dapat menghasilkan keuntungan bersih.

d. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas)

Return On Equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

keuntungan perusahaan dari seluruh modal sendiri untuk dapat

menghasilkan keuntungan bersih.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun pihak luar

perusahaan menurut Harahap (2008) yaitu:

1) Guna mengukur perolehan laba perusahaan pada periode tertentu.

2) Guna menilai perusahaan terkait dengan posisi labanya dari satu

sebelum dengan tahun saat ini.

3) Guna menilai perkembangan perusahaan terkait dengan perolehan

labanya dari seluuh periode waktu yang diinginkan.

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik pinjaman maupun modal sendiri; dan

6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri.

2.6 Kebijakan Keuangan

2.6.1 Leverage

Menurut Sawir (2000) bahwa rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas

suatu perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi.

Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan perusahaan untuk membayar

utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Terdapat dua jenis

rasio leverage yaitu rasio utang terhadap asset dan rasio utang terhadap modal.

1) Rasio Utang terhadap Aktiva atau Debt to Tottal Asset Ratio

Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan

seluruh kekayaanyang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya

cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun

pemegang saham.

2) Rasio Utang terhadap Modal atau Debt to Equity Ratio

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut

untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian rasio

leverage atau rasio utang adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Dalam penelitian ini jenis rasio

leverage yang digunakan oleh penulis adalah Debt to Equity Ratio (DER) rasio

yang membandingkan total hutang dengan modal.

2.6.2 Capital Intensity

Capital intensity ratio dapat diartikan sebagai seberapa besar perusahaan

menginvestasikan asetnya pada aset tetap dan persediaan. Aset tetap yang

dimaksud disini adalah aset tetap yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan

(Ayem, 2018). Capital intensity atau rasio intensitas modal dapat menunjukkan
efisiensi penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Capital intensity juga

dapat didefinisikan dengan bagaimana perusahaan berkorban mengeluarkan dana

untuk aktivitas operasi dan pendanaan aktiva guna memperoleh keuntungan

perusahaan (Setyawan, 2019).

Capital Intensity dapat diartikan bahwa perusahaan yang menginvestasikan

asetnya pada aset tetap dan persediaan. Apabila perusahaan memiliki aset tetap

yang besar maka secara otomatis mengurangi pambayaran pajak, hai itu

dikarenakan aset tetap memiliki beban depresiasi sehingga dapat dijadikan sebagai

cara pengurangan pajak (Maulana, 2020).

2.6.3 Inventory Intensity

Setyawan (2019) menyebutkan bahwa inventory intensity memberi

gambaran akan jumlah persediaan perusahaan yang dibutuhkan perusahaan untuk

beroperasi yang diukur dengan membandingkan antara total persediaan dengan

total aset yang dimiliki perusahaan. Intensitas persediaan menggambarkan

proporsi persediaan yang dimiliki terhadap total aset perusahaan. Sedangkan

Maulana (2020) bahwa inventory intensity yaitu ukuran seberapa besar persediaan

yang diinvestasikan oleh perusahaan.

Inventory intensity atau bisa disebut juga dengan intensitas persediaan

merupakan salah satu komponen penyusun komposisi aktiva. Jika perusahaan

yang berinvestasi dalam persediaan yang berada digudang dapat mengakibatkan

munculnya biaya penyimpanan serta biaya pemeliharaan. Dikarenakan hal

tersebut dapat menyebabkan beban perusahaan meningkat sehingga secara

otomatis dapat menurunkan jumlah laba perusahaan. Apabila laba perusahaan


menurun dengan terdapatnya intensitas persediaan yang tinggi maka perusahaan

menjadi akan lebih agresif terhadap tingkan beban pajak yang diterima.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, untuk itu perlu adanya

ulasan singkat mengenai penelitian penelitian terdahulu sehingga mengetahui

hasil dari penelitian terdahulu.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Peneliti Judul Variabel Variabel Hasil


dan Tahun Dependen Independen Penelitian
1. Dinar Pengaruh Profitabilitas, Agresivitas Profitabilitas/ROA (-) Signifikan
(2020) Likuiditas Dan Leverage Pajak Likuiditas/LIQ (+)
Terhadap Agresivitas Signifikan
Pajak Pada Perusahaan Leverag/LEV (-) Signifikan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei
2. Maulana Faktor-Faktor Yang Agresivitas Capital (+)
(2020) Mepengaruhi Agresivitas Pajak Intencity/CINT Signifikan
Pajak
Pada Perusahaan Properti Provitabilitas/ROA (+)
Dan Real Estate Signifikan
Leverage/LEV (+) Tidak
Signifikan
Ukuran (+) Tidak
Perusahaan/SIZE Signifikan
Inventory (+)
Intensity/ Signifikan
INVINT
3. Setyawan Kebijakan Keuangan Dan Agresivitas Leverage/LEV (-) Signifikan
(2019) Good Corporate Pajak Inventory (-) Signifikan
Governance Terhadap Intensity/INVINT
Agresivitas Pajak Capital (-) Signifikan
Intencity/CINT
Kepemilikan (-) Tidak
institusional/KPI Signifikan
Dewan Komisaris (+)
Independen/KI Signifikan
Komite Audit/KA (+)
Signifikan
Kualitas (+) Tidak
Audit/KUA Signifikan
4. Ayem Pengaruh Profitabilitas, Agresivitas Profitabilitas/ROA (+)
(2019) Ukuran Perusahaan, Pajak Signifikan
Komite Audit Dan Ukuran (+)
Capital Perusahaan/SIZE Signifikan
Intensity Terhadap Komite Audit/KA (+)
Agresivitas Pajak Signifikan
(Studi Pada Perusahaan Capital (+)
Perbankan Yang Intensity/CAP Signifikan
Terdaftar di BEI Periode
Tahun 2013-
2017)
5. Susanto Faktor-Faktor Yang Agresivitas Tingkat (-) Tidak
(2018) Mempengaruhi Pajak Hutang/DER Signifikan
Agresivitas Pajak Profitabilitas/ROA (-) Signifikan
Ukuran (-) Tidak
Perusahaan/SIZE Signifikan
Kepemilikan (-) Tidak
Pengendali/KP Signifikan
Proporsi Komisaris (+) Tidak
Independen/PKI Signifikan
Ukuran Komite (-) Tidak
Audit/UKA Signifikan
6. Hanim Pengaruh Dewan Agresivitas Dewan (-) Signifikan
(2018) Komisaris, Komisaris Pajak Komisaris/DK
Independen, Komisaris (+) Tidak
Dan Kompensasi Dewan Independen/KI Signifikan
Komisaris Dan Direksi Kompensasi (-) Signifikan
Terhadap Tindakan Dewan Komisaris
Agresivitas Pajak Pada Dan
Perusahaan Makanan Direksi/KOM
Dan Minuman Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-
2016
7. Yuliana Likuiditas, Profitabilitas, Agresivitas Likuiditas/CR (-) Signifikan
(2018) Leverage, Pajak Profitabilitas/ROA (-) Tidak
Ukuran Perusahaan, Signifikan
Capital Intensity Dan Leverage/LEV (-) Tidak
Inventory Intensity Signifikan
Terhadap Agresivitas
Pajak Ukuran (-) Signifikan
(Studi Empiris Pada Perusahaan/SIZE
Perusahaan Manufaktur Capital (+) Signifikan
Yang Terdaftar Di Bursa Intensity/CIR
Efek Indonesia Tahun Inventory (+) Signifikan
2013 – 2017) Intensity/INV
8. Damayanti Pengaruh Capital Effective Capital Intensity (+) Signifikan
(2018) Intensity Ratio Dan Tax Rate Ratio/CIR
Inventory Intensity Ratio (ETR) Inventory Intensity (+) Tidak
Terhadap Effective Tax Ratio/INV Signifikan
Rate
9. Budianti Pengaruh Profitabilitas, Penghindar Profitabilitas/ROA (-) Signifikan
(2018) Likuiditas, Dan Capital an Pajak Likuiditas/CR (+) Signifikan
Intensity Terhadap (Tax Capital (-) Signifikan
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Intensity/CI
Avoidance)
10 Devi Pengaruh Profitabilitas Agresivitas Profitabilitas/ROA (+) Signifikan
(2019) pada Agresivitas Pajak Pajak Pengungkapan (+) Signifikan
dengan Pengungkapan CSR
CSR Sebagai Variabel
Moderasi

2.8 Hubungan Antar variabel

2.8.1 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Agresivitas Pajak

Teori agensi menyebutkan bahwa keberadaan komisaris independent pada

perusahaan akan meminimalisir konflik kepentingan antara agen dan principal.

Komisaris independent yang jumlahnya banyak maka tentu akan mampu

melakukan perannya dengan baik dan memastikan peusahaan sudah melakukan

kegiatannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perusahaan. Peran komisaris

independent ini tidak dapat dipengaruhi oleh salah satu pihak karena bukan dari

perusahaan sehingga sifatnya netral sehingga dapat menuntut perusahaan agar

menekan kegiatan perencanaan pajaknya.

Berdasarkan teori agensi tersebut maka komsiaris independent dapat

memberikan pengaruh negative terhadap agresivitas pajak. Hanim (2018) juga

menyebutkan bahwa komisaris independen mempunyai peran yang cukup


berpengaruh terhadap tingkat perusahaan dalam membayar pajak. Semakin

banyak jumlah Komisaris Independen maka pengawasan terhadap agen semakin

ketat. Karena adanya pengawasan lebih dari Komisaris Independen maka

diprediksi tingkat pajak efektifnya sesuai dengan semestinya. Komisaris

Independen selalu mengawasi agar perusahaan mematuhi hukum dan peraturan

yang berlaku.

Adanya pengaruh komisaris independen terhadap agresivitas pajak telah

dibuktikan oleh Setyawan (2019) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh

negatif signifikan komisaris independen terhadap agresivitas pajak. Ini

menunjukkan bahwa semakin banyak komisaris independent maka akan semakin

rendah agresivitas pajaknya. Sebaliknya jika semakin sedikit jumlah komisaris

independent maka akan semakin tinggi agresivitas pajak perusahaan.

2.8.2 Pengaruh Komite Audit Terhadap Agresivitas Pajak

Hubungan komite audit dengan agresivitas pajak dapat dijelaskan melalui

teori agensi. Dalam hal ini, peranan komite audit dapat mngatasi konflik

kepentingan antara agen dan principal dengan menjalankan fungsinya secara baik

sebagai pengawas agar perusahaan yang melakukan upaya-upaya pengurangan

pajak yang dilarang oleh peruaturan perundang-undangan. Keberadaan komite

audit pada perusahaan akan memastikan bahwa perusahaan sudah berjalan sesuai

dengan tujuan awal sehingga tidak terjadi ketidakasilan pembagian keuntungan

dengan adanya atau tidak adanya penekanan pada agresivitas pajaknya.

Berdasarkan teori agensi tersebut maka komite audit dapat memberikan

pengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Ayem (2019) juga menyebutkan


bahwa semakin banyak anggota komite audit, maka semakin tinggi sistem

pengawasan perusahaan, sehingga diharapkan perusahaan mampu untuk

mengurangi tindakaan agresivitas pajak. Oleh akrena itu, komite audit dalam

perusahaan diharapkan lebih efektif memberikan suatu mekanisme pengawasan

perusahaan yang lebih efektif dan baik, sehingga dapat mengurangi biaya agensi

dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan.

Adanya pengaruh komisaris independen terhadap agresivitas pajak telah

dibuktikan oleh Setyawan (2019) dan Ayem (2019) yang menemukan bahwa

terdapat pengaruh negatif signifikan komisaris independen terhadap agresivitas

pajak. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak komite audit maka akan semakin

rendah agresivitas pajaknya. Sebaliknya jika semakin sedikit jumlah komite audit

maka akan semakin tinggi agresivitas pajak perusahaan.

2.8.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak

Teori agensi mebyebutkan bahwa ada pertentangan antara agen dan

principal yang dapat memperlihatkan hubungan antara profitabilitas terhadap

agresifitas pajak. Dalam hal ini, manajemen perusahaan terdorong untuk

meningkatkan laba perusahaan dengan memperkecil jumlah pembayaran

pajaknya. Setiap perusahaan dengan keuntungan/profitabilitas yang tinggi akan

melakukan perencanaan pajak secara sistematik agar dapat mengurangi beban

pajak secara sah atau legal sehingga beban pajak yang dibayarnya semakin kecil

dan keuntungan atau profitabilitasnya tetap tinggi.

Berdasarkan teori agensi tersebut maka terdapat hubungan positif antara

profitabilitas dengan agresivitas pajak. Hal ini sebagaimana menurut Devi (2019)
yang menyatakan bahwa semakin profitable perusahaan, maka semakin

termotivasi untuk memposisikan diri dalam perencanaan pajak. Dalam hal ini,

perusahaan cenderung semakin agresif terhadap kewajiban perpajakan dengan

semakin meningkatnya profitabilitas yang dimiliki.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi tentu akan memiliki beban

pajak yang tinggi. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan aktivitas

agresivitas pajak, agar pajak tersebut tidak terlalu banyak mengurangi laba yang

diperoleh perusahaan sehingga semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin

tinggi pula Tindakan perusahaan untuk lebih agresif pada pajaknya. Hаl ini berаrti

peningkatan laba mengakibatkan jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan

semakin tinggi hal ini yang mendorong perusahaan menjadi agresif terhadap

pajak. Namun sebaliknya perusahaan dengan laba yang rendah memiliki beban

pajak yang rendah bahkan tidak akan membayar pajak bila perusahaan mengalami

kerugian.

Adanya pengaruh negatif profitabilitas terhadap agresivitas pajak telah

dibuktikan oleh Budianti (2018) dan Susanto (2018) bahwa terdapat pengaruh

negative signifikan profitabilitas terhadap agresivitas pajak. Ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin rendah pula

agresivitas pajaknya. Sebaliknya jika semakin rendah profitabilitas perusahaan

maka akan semakin tinggi agresivitas pajak perusahaan.

2.8.4 Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak

Teori agensi menyebutkan bahwa setiap keputusan pendanaan bagi

perusahaan akan mampu mencerminkan tindakan agresifitas pajaknya. Dalam hal


ini, jika perusahaan punya sumber pendanaan kurang dapat memicu konflik antara

principle/pengelola dana dengan agen karena principal tidak akan setuju jika

meminta pendanaan dari agen. Oleh karena itu, manejemen perusahaan akan

mengusahakan pendanaan melalui hutang dengan pertimbangan bahwa semakin

tinggi tingkat hutang maka beban hutang semakin tinggi akan dapat mengurangi

pembayaran pajaknya. Perusahaan akan lebih untung dengan tindakan manajemen

ini karena tingkat keuntungan perusahaan melalui laba bersih akan meningkat.

Berdasarkan teori keagenan tersebut maka dapat diprediksi hubungan yang

terjadi antata tingkat hutang dengan agresifitas pajak adalah positif dikarenakan

setiap perusahaan yang memiliki hutang lebih banyak juga memiliki kewajiban

untuk membayar hutang-hutang dan beban bunga secara teratur/periodic. Adanya

pengaruh positif leverage terhadap agresivitas pajak juga telah dibuktikan dalam

penelitian Dinar (2020), Setyawan (2019) yang menemukan bahwa leverage

berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi leverage perusahaan maka akan semakin rendah agresivitas pajaknya.

Sebaliknya jika semakin rendah leverage perusahaan maka akan semakin tinggi

agresivitas pajak perusahaan.

2.8.5 Pengaruh Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

Teoeri agensi menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara agen sebagai

pihak yang mengelola dana dengan principal. Dalam hal ini manajer dari suatu

perusahaan akan melakukan pengurangan pajak dengan berinvestasi dari dana

menganggur. Hal ini memunculkan biaya depresi sehingga jumlah pajaknya juga

akan semakin berkurang dan para majer memperoleh keuntungan/kompensasi


semakin tinggi dengan alasan sudah meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.

Beban-beban termasuk beban depresi tersebut dapat menjadi pengurang

pembayaran pajak karena pendapatan kena pajak juga semakin berkurang akan

mampu mengurangi jumlah pajak terhutang pula yang harus dibayar perusahaa.

Berdasarkan teori agensi tersebut maka Capital intensity atau disebut

sebagai intensitas modal mampu memberikan penagruh positif terhadap

agresivitas pajak. Semakin banyak asset tetap yang dimiliki perusahaan maka

semakin rendah pajak yang dibayarkan, begitu pula sebaliknya. Secara akuntansi

fiskal, metode penyusutan yang diperbolehkan dalam peraturan perpajakan hanya

garis lurus dan saldo menurun (Ayem, 2018).

Adanya pengaruh positif capital intensity terhadap agresivitas pajak telah

dibuktikan oleh Maulana (2020), Setyawan (2019), dan Yuliana (2018) yang

menemukan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan capital intensity terhadap

agresivitas pajak. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi capital intensity

perusahaan maka akan semakin tinggi pula agresivitas pajaknya. Sebaliknya jika

semakin rendah capital intensity perusahaan maka akan semakin rendah

agresivitas pajak perusahaan.

2.8.6 Pengaruh Inventory Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

Pada teori agensi manajer akan berupaya meminimalisir beban tambahan

banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Disisi yang lain,

manager akan berupaya memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa di

tanggung untuk menekan beban pajak. Cara yang akan digunakan manajer adalah
dengan membebankan biaya tambahan persediaan untuk menurunkan laba kena

pajak perusahaan.

Berdasarkan teori agensi tersebut maka inventory intensity mampu

memberikan pengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Dalam hal ini, besarnya

intensitas persediaan pada perusahaan diharapkan mampu meningkatkan transaksi

penjualan yang semakin kompleks. Seiring dengan meningkatnya pendapatan

akibat banyaknya transaksi penjualan yang terjadi maka laba perusahaan akan

semakin tinggi, sehingga perusahaan semakin melakukan tindakan perencanaan

pajak yang agresif sebagai upaya untuk menurunkan beban pajak pada periode

tersebut.

Adanya pengaruh positif inventory intensity terhadap agresivitas pajak telah

dibuktikan oleh Maulana (2020), Setyawan (2019), dan Yuliana (2018) yang

menemukan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan inventory intensity

terhadap agresivitas pajak. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi inventory

intensity perusahaan maka akan semakin tinggi pula agresivitas pajaknya.

Sebaliknya jika semakin rendah inventory intensity perusahaan maka akan

semakin rendah agresivitas pajak perusahaan.

Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka variabel dependennya adalah

agresivitas pajak sedangkan variabel independennya adalah komisaris independen,

komite audit, profitabilitas, leverage, capital intensity, Inventory intensity, dan

hubungan antara variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


Profitabilitas
A. (ROA)

B. Leverage
C. (DER)

D. Capital Intensity
E. Agresivitas Pajak
(ETR)
F. Inventory Intensity

Komisaris Independen

Komite Audit

Sumber: Dinar (2020), Maulana (2020), Setyawan (2019), Susanto (2018) dan
Yuliana (2018)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teori dan hubungan antar variabel di atas maka peneliti

dapat merumuskan hipotesis penelitian seperti di bawah ini:

H1: komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas

pajak

H2: komita audit berpengaruh negative signifikan terhadap agresivitas pajak

H3: Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak

H4: Leverage (DER) berpengaruh negative signifikan terhadap agresivitas pajak

H5: capital intensity berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak

H6: inventory intensity berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2016-2020. Penelitian ini menguji pengaruh variabel komisaris

independen, komite audit, profitabilitas, leverage, capital intensity, dan Inventory

intensity terhadap agresivitas pajak.

3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel

Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria tersebut yaitu:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

b. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan berturut-turut 2016-2020.

c. Laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah dan dolar

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh

dari pihak ke 3 atau sumber yang tidak langsung umumnya berupa catatan atau

laporan historis yang tersusun selama 4 tahun dari perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2016-2020 dengan mengakses www.idx.co.id

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data laporan

tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016 2019.

3.5 Definisi Konsep, Operasional dan Pengukuran Variabel

3.5.1 Definisi Konsep


Konsep merupakan suatu ide atau persoalan yang dirumuskan. Dalam

penelitian ini akan menjelaskan definisi konsep dari masing-masing variabel yang

akan diteliti. Berikut penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini.

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi akibat adanya variabel

independen. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak.

Agresivitas pajak adalah suatu tindakan yang dilakukan perusahaan untuk

menurunkan penghasilan kena pajak dengan perencanaan pajak yang dilakukan

sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku (tax avoidance) atau dari

perilaku ketidakpatuhan akan peraturan perpajakan (tax evasion) (Devi, 2019).

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab

timbulnya variabel dependen. Berikut variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini:

1. Komisaris independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan

pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan.

2. Komite audit
Komite audit adalah sebuah komite yang memiliki tugas pokok

dalam membantu dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan atas

kinerja perusahaan (Ayem, 2019).

3. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan merupakan kemampuan suatu Perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien (Yuliana, 2018).

4. Leverage

Leverage adalah kemampuan untuk mengukur sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang

digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika

dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri (Kasmir, 2011).

5. Capital intensity

Capital intensity yaitu seberapa besar perusahaan menginvestasikan

asetnya pada aset tetap dan persediaan (Ayem, 2019).

6. Inventory intensity

Inventory intensity merupakan gambaran akan jumlah persediaan

perusahaan yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi yang diukur

dengan membandingkan antara total persediaan dengan total aset yang

dimiliki perusahaan (Yuliana, 2018).

3.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel merupakan penarikan batasan yang lebih

menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Definisi
operasional bertujuan agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai

dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya. Berikut penjelasan

dan pengukuran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian

ini:

Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Pengukuran


1 Agresivitas Suatu kegiatan dengan Effective Tax Rate (ETR)
Pajak (Y) tujuan untuk mengurangi = Beban Pajak Penghasilan
penghasilan kena pajak Pendapatan Sebelum Pajak
perusahaan sehingga
dapat mengecilkan beban (Maulana, 2020)
pajaknya.
2 Komisaris Jumlah komisaris Dewan Komisaris = ∑Anggota
independen independen yang dimiliki Dewan Komisaris dalam
(X1) perusahaan Perusahaan
(Setyawan, 2019)
3 Komite audit Jumlah anggota komite Komite Audit =
(X2) audit yang dimiliki
∑Anggota Komite Audit
perusahaan
(Setyawan, 2019)

4 Profitabilitas Tingkat keuntungan yang Return On Asset (ROA)


(X3) diperoleh perusahaan = Laba Bersih x 100
Total Aktiva
(Devi, 2019)
5 Leverage Kemampuan utang baik DER (Debt to Equity Ratio)
(X4) jangka panjang maupun = Total Hutang x 100
jangka pendek Total asset
membiayai aktiva
perusahaan (Maulana, 2020)
6 Capital Aktivitas investasi Capital Intensity (CINT)
intensity (X5) perusahaan yang = Total Aset Bersih
dikaitkan dengan Total asset
investasi aset tetap dan
persediaan. (Maulana, 2020)
7 Inventory Proporsi persediaan yang Inventory Intensity (INVINT)
intensity (X6) dimiliki terhadap total = Total Persediaan
aset perusahaan. Total asset
(Maulana, 2020)

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis

kuantitatif.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,

sum, range, dan skewness/kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Metode

analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing indikator

dalam setiap variabel agar lebih mudah dalam memahaminya.

3.6.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel dependen dan variabel independen, keduanya memiliki distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Dalam penelitian ini digunakan analisis statistik untuk menguji

normalitas (Ghozali, 2011). Dalam menguji normalitas, terdapat beberapa cara

yang dapat digunakan yaitu melalui histogram, grafik, atau dengan pengujian

statistik Skewness dan Kurtosis. Berikut ketentuan uji statistik Skewness dan

Kurtosis:

1. Rasio Skewness = nilai skewness dibagi standar eror skewness. Rasio

skewness berada antara kurang lebih 1,96 pada tingkat signifikan 0,05.

2. Rasio Kurtosis = nilai kurtosis dibagi standar eror kurtosis. Rasio

kurtosisberada antara kurang lebih 1,96 pada tingkat signifikan 0,05.


3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, variabel-variabel penelitian diuji

apakah memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui

kondisi data yang akan dianalisis. Menurut Ghozali (2011), uji asumsi klasik

terdiri dari: uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2011) bahwa uji multikolonieritas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas/independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara masing-masing variabel independen. Jika

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi

adalah dengan membandingkan nilai tolerance dan variace inflation

factor (VIF). Tolerance mengukur variabel bebas terpilih yang tidak

dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai yang rendah sama

dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/ tolerance) dan

menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum

adalah nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10. Jadi multikolonieritas

terjadi jika nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF >10.

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari residual

pengamatan satu ke pengamatan berikutnya tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID (residual student) dan ZPRED (standardized predicted values

yaitu nilai-nilai prediksi yang terstandarisasi) dimana sumbu Y adalah Y

yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah jika ada pola

tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji glejser. Uji

Glejser dengan mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual

terhadap variabel independen. Jika dilihat dari tingkat probabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaaan 0,05 maka model regresi

tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.


3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada kolerasi antara kesalahan variabel pengganggu pada

periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas

dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seorang

individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu / kelompok yang sama periode berikutnya (Ghozali, 2011).

Untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak, maka dapat

dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W). Berikut

kriteria autokorelasi Durbin-Watson (D-W):

Tabel 3.2
Kriteria autokorelasi Durbin-Watson (D-W)

Hipotesis Nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl<d<du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du<d<4-dl
Tidak ada autokorelasi, positif Terima du<d<4-du
atau negatif
Sumber: Ghozali (2011).

3.6.4 Analisis Regresi Berganda


Regresi berganda digunakan untuk menyatakan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional antara

variabel bebas dan variabel terikat tersebut dapat dituliskan dalam bentuk

matematis sebagai berikut:

ETR = α + β1KI + β2KA + β3ROA + β4LEV + β5CINT+ β6INVINT + e

Keterangan :

α : Konstanta
β : Koefisien
ETR : Agresivitas pajak
KI : Komisaris Independen
KA : Komita Audit
ROA : Profitabilitas
LEV : Leverage
CINT : Capital Intensity
INVINT : nventory Intensity
e : Variabel di luar model (standart error)

3.6.5 Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit)

Ketepatan fungsi regresi sampel dapat diukur dari Goodness of fit-nya.

Tujuannya untuk menetapkan seberapa baik model yang digunakan cocok untuk

menguji hipotesis yang ada. Secara statistik, setidaknya kebaikan model ini dapat

diukur dari nilai koefisien determinasi (Adjusted R²).

Koefisien determinasi (R²) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk


memprediksi variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan

untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi

terbaik. Tidak seperti R², Adjusted R² dapat naik turun apabila satu variabel

independen ditambahkan ke dalam model.

3.6.6 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur berdasarkan bukti sampel dan

teori probabilitas untuk menentukan apakah suatu hipotesis merupakan pernyataan

yang benar. Penggunaan teori probabilitas ini dikarenakan penelitian ini akan

menguji hipótesis kuantitatif dan tidak dapat memastikan secara sempurna tentang

keadaan sampel, maka selalu ada peluang salah. Teori probabilitas dapat

menentukan apakah hipotesis tersebut secara statistik dapat diterima atau ditolak

dengan tingkat signifikansi probabilitas penolakan hipotesis nol (Ho) ketika

hipotesis tersebut benar (pada umumnya tingkat signifikansi adalah 0,05 atau 5%).

Pengujian hipotesis dilakukan uji simultan dengan F-test, dan uji parsial

dengan T-test. Penjelasan untuk masing-masing uji tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Uji Simultan dengan F-test

Menurut Ghozali (2011) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model

mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α =

5%) dengan ketentuan jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima. Ini

berarti bahwa secara simultan kedua variabel independen tersebut tidak


mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika

nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini

berarti secara simultan kedua variabel independen mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji Parsial dengan uji t-test

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/indenpenden secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen (Ghozali, 2011: 98). Pengujian dilakukan

dengan menggunakan significance level 0,05 (α = 5%).

Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu jika nilai

signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak (koefisien regresi tidak signifikan).

Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika

signifikan < 0,05 maka Ho diterima (koefisien regresi signifikan). Ini

berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data yang diperoleh dari BEI tercatat
bahwa perusahaan manufaktur pada tahun 2016 hingga 2020 berjumlah 183

perusahaan. Jumlah perusahaan tersebut tidak seluruhnya diambil sebagai sampel

karena tidak semua perusahaan memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Data

sampel yang diperoleh pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI di dapat

berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Tabel 4.1
Proses Penentuan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah


Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
1 183
tahun 2016-2020
Perusahaan manufaktur yang tidak
2 mempublikasikan laporan keuangan secara (116)
berturut-turut periode 2016-2020
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data
3 0
lengkap terkait dengan variabel penelitian
Total Sampel 67
Sampel Penelitian 67 x 4 tahun 335

Berdasarkan kriteria di atas, dari 183 perusahaan manufaktur yang tercatat

di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 67 perusahaan yang memenuhi kriteria

sebagai sampel dalam penelitian ini. Periode pengamatan dalam penelitian ini

adalah tahun 2016-2020 sehingga diperoleh 335 data penelitian.

4.1.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai terendah

(minimum), dan nilai tertinggi (maksimum). Statistik deskriptif variabel penelitian

seperti pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Y_AgresivitasPajak 335 -2.556 6.935 .25643 .627259
X1_KI 335 1.000 4.000 1.63284 .753910
X2_KA 335 2.000 4.000 3.05970 .272524
X3_ROA 335 -136.93 830.24 6.2414 46.43894
X4_DER 335 -6.30 786.93 3.4723 42.95588
X5_CINT 335 .001 12.041 .53641 .918100
X6_INVINT 335 .011 20.232 .36381 1.620292
Valid N (listwise) 335
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2022

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa variabel Y (Agresivitas Pajak

diukur dengan ETR) selama tahun 2016 – 2020 memiliki nilai terkecil atau nilai

minimum sebesar -2,556 pada PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) pada tahun

2016 dan nilai maksimum sebesar 6,935 juga pada pada PT. Prasidha Aneka

Niaga Tbk (PSDN) pada tahun 2019 sedangkan rata-rata sebesar 0,256 dan

standar deviasi sbesar 0,627. Hasil ini berarti bahwa rata-rata tingkat agresivitas

pajak perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2016-2019 adalah sebesar

25,6%.

Variabel X1, Komisaris Independen (KI) selama tahun 2016 – 2020

memiliki nilai terkecil atau nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum 4.

Kemudian nilai rata-rata sebesar 1,632 serta standar deviasinya sebesar 0,753

menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

2016-2019 memiliki komisaris independent yang sedikit. Nilai standar

deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata mempunyai arti bahwa

penyimpangan data yang terjadi rendah atau tidak adanya kesenjangan yang
cukup besar dari variabel Komisaris Independen (KI) yang terendah dan

tertinggi.

Variabel X2, Komite Audit (KA) selama tahun 2016 – 2020 memiliki

nilai terkecil atau nilai minimum sebesar 3 dan nilai maksimum 4. Kemudian

nilai rata-rata sebesar 3,05 serta standar deviasinya sebesar 0,272

menunjukkan bahwa -rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2016-

2020 sudah memenuhi persyaratan minimal komite audit yaitu 3 orang

sebagai komite audit. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata

mempunyai arti bahwa penyimpangan data yang terjadi rendah atau tidak

adanya kesenjangan yang cukup besar dari variabel Komite Audit (KA) yang

terendah dan tertinggi.

Variabel X3 profitabilitas (ROA) selama tahun 2016 – 2019 memiliki

nilai terkecil atau nilai minimum sebesar -136,93 pada PT. Magna Investama

Mandiri Tbk (MGNA) pada tahun 2019 dan nilai maksimum sebesar 830,24

pada PT. Magna Investama Mandiri Tbk (MGNA) pada tahun 2020

sedangkan nilai rata-rata sebesar 6,241 dan standar deviasi sbesar 46,43. Hasil

ini berarti bahwa rata-rata tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI 2016-20120 adalah sebesar 6,241%.

Variabel X4, leverage (LEV) selama tahun 2016 – 2020 memiliki nilai

terkecil atau nilai minimum sebesar -6,30 pada PT. Citra Tubindo Tbk

(CTBN) pada tahun 2017 dan nilai maksimum sebesar 786,93 pada PT.

Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) pada tahun 2019 sedangkan

nilai rata-rata sebesar 3,472 dan standar deviasi sbesar 42,95. Hasil ini berarti
bahwa rata-rata tingkat leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

2016-2020 adalah sebesar 3,472%.

Variabel X5 Capital Intensity (CINT) selama tahun 2016 – 2020

memiliki nilai terkecil atau nilai minimum sebesar 0,001 pada PT. Mulia

Industrindo Tbk (MLIA) pada tahun 2019 dan nilai maksimum sebesar 12,04

pada PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) pada tahun 2017 sedangkan

nilai rata-rata sebesar 0,536 dan standar deviasi sebesar 0,918. Hasil ini

berarti bahwa rata-rata tingkat capital intensity perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI 2016-2020adalah sebesar 5,36%.

Variabel X6 inventory intensity (INVINT) selama tahun 2016 – 2020

memiliki nilai terkecil atau nilai minimum sebesar 0,011 pada PT. Nippon

Indosari Corpindo Tbk (ROTI) pada tahun 2017 dan nilai maksimum sebesar

20,23 pada PT. Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) pada tahun 2019

sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,363 dan standar deviasi sebesar 1,620.

Hasil ini berarti bahwa rata-rata tingkat inventory intensity perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI 2016-2020 adalah sebesar 36,3%.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini karena model yang

digunakan adalah regresi berganda. Pengujian asumsi klasik meliputi uji

normalitas, multikoinieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

4.1.3.1 Uji Normalitas Data


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah regresi, variabel terikat dan

variabel bebas keduanya memiliki distribusi yang normal atau tidak. Model

regresi yang baik yaitu memiliki distribusi data normal atau mendekati normal

(Ghozali, 2018). Dalam menguji normalitas, terdapat beberapa cara yang dapat

digunakan yaitu melalui histogram, grafik, atau dengan pengujian statistik dengan

pengujian statistik Skewness dan Kurtosis. Persyaratan dari uji normalitas yaitu

untuk alpha 0,05 dan nilai kritisnya ±1,96 (Ghozali, 2018). Dalam penelitian ini

uji normalitas yang digunakan yaitu skewness dan kurtosis. Hasil uji normalitas

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3
Uji Normalitas (Sebelum Outlier)

Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized
335 4.605 .133 47.756 .266
Residual
Valid N (listwise) 335

Dari nilai skewness dan kurtosis pada tabel 4.3 dapat dihitung dengan nilai

Zskewness dan Zkurtosis sebagai berikut:

skewness kurtosis
Zskewness =
√ (
6
N
)
Zkurtosis =
√ (
24
N
)

4.605 47,756
Zskewness =
√ 6
335
Zkurtosis =
√ 24
335
= 4.605/0,133 = 47,756/0,267
= 34,62 = 178,42
Berdasarkan hasil output uji normalitas diatas, diperoleh nilai

skewness sebesar 34,62> 1,96 dan kurtosis 178,42 > 1,96 (dengan tingkat

signifikan 0,05). Hasil uji normalitas tersebut tidak memenuhi syarat

dalam hal ini data tidak terdistribusi normal, maka dari itu dilakukan

outlier data untuk membuat data menjadi normal. Outlier adalah kasus

data yang memiliki karakteristik unik yang terlibat sangat berbeda jauh

dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim

untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2018).

Tabel 4.4
Uji Normalitas (Setelah Outlier)

Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized
268 .179 .149 .508 .297
Residual
Valid N (listwise) 268

Hasil uji normalitas setelah mengeluarkan outlier sebanyak 172

data, dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut perhitungan nilai skewness dan

kurtosis setelah outlier:

skewness kurtosis
Zskewness =
√ (
6
N
)
Zkurtosis =
√ (
24
N
)

0,179 0,508
Zskewness =
√ 6
268
Zkurtosis =
√ 24
268
= 1,19 = 1,69
Berdasarkan hasil output uji normalitas setelah outlier diperoleh nilai

skewness 1,19 < 1,96 dan nilai kurtosis sebesar 1,69 < 1,96 (dengan tingkat

signifikan 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diolah

memenuhi asumsi normalitas.

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas Data

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF). Data dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas apabila nilai

tolerance > 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 seperti tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity Statistics
a. Model Tolerance VIF
1 (Constant)
X1_KI .925 1.082
X2_KA .950 1.052
X3_ROA .995 1.005
X4_DER .970 1.031
X5_CINT .188 5.332
X6_INVINT .189 5.285
Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak

Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa antar variabel independen tidak terjadi

adanya multikolonieritas dalam model regresi karena dari hasil perhitungan tidak

ada nilai tolerance variabel independen yang kurang dari 0,10 serta besarnya nilai

VIF variabel independen tidak ada yang lebih dari 10.

4.1.3.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Untuk melihat terjadi atau tidaknya autokorelasi dalam

suatu model regresi dapat dilihat pada table 4.6 seperti berikut ini :

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .284 a
.081 .059 .119302 1.973
a. Predictors: (Constant), X6_INVINT, X4_DER, X3_ROA, X2_KA,
X1_KI, X5_CINT
b. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak

Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa nilai DW sebesar 1,973

dengan N sebesar 268 data serta variabel independen sebanyak 6 variabel maka

didapatkan nilai dl sebesar 1,707 dan nilai du sebesar 1,830. Agar regresi

dinyatakan bebas autokorelasi: du < dw < 4 – du maka tidak terjadi autokorelasi

karena 1,830< 1,973 < 2,170. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

analisis terbebas (lolos) dari asumsi autokorelasi.

4.1.3.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Ghozali, 2011). Jika variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan

berikutnya tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut


heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji glejser yang lebih bisa menjamin

keakuratan hasil. Uji glejser dilakukan untuk meregres nilai absolut residual

terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen, maka indikasi terkena heterokedastisitas. Hasil

uji heterokedastisitas dengan uji glejser terlihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Glejser

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .077 .059 1.321 .188
X1_KI -.014 .007 -.127 -.987 .479
X2_KA .010 .019 .033 .528 .598
X3_ROA -.053 .001 -.032 -.513 .608
X4_DER -.005 .008 -.038 -.605 .546
X5_CINT -.009 .012 -.108 -.764 .445
X6_INVI
.001 .007 .026 .182 .856
NT
a. Dependent Variable: res_2

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa tidak

ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen yakni nilai Absolute Residual (ABS_RES). Hal ini terlihat

dari nilai probabilitas signifikasinya yang di atas 5% atau di atas 0,05 sehingga

model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

4.1.4 Analisis regresi Berganda


Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hipotesis secara

simultan. Berikut adalah hasil uji regresi berganda dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) .313 .081
X1_KI .007 .010 .042
X2_KA -.021 .027 -.048
X3_ROA -.040 .014 -.165
X4_DER -.038 .010 -.219
X5_CINT .002 .017 .014
X6_INVINT .002 .009 .029
a. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak

Berdasarkan hasil pengujian tersebut dalam penelitian ini

menggunakan persamaan regresi linier sebagai berikut:

ETR = α + β5KI + β6KA + β1ROA + β2LEV + β3CINT+ β4INVINT + e

ETR = 0,313+ 0,007KI – 0,021KA – 0,040ROA – 0,038DER +

0,002CINT + 0,002INVINT+ ε

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta (a) sebesar 0,313 dengan nilai positif menunjukkan

bahwa setiap kenaikan yang terjadi pada variabel independent akan

mengakibatkan kenaikan pada variabel dependen. Dapat diartikan pula

bahwa nilai agresivitas pajak akan sebesar 0,313 apabila masing-masing

variabel independent yaitu ROA, LEV, INVINT, KI dan KA bernilai

konstan atau sama dengan nol.


b. Variabel komisaris independen (X1) memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0,007 menunjukkan bahwa variabel komisaris independen

memiliki hubungan positif terhadap agresivitas pajak. Artinya jika

variabel independent lain bersifat tetap atau konstan sedangkan

komisaris independen bertambah 1 orang atau 1% maka akan

meningkatkan nilai agresivitas pajak sebesar 0,007.

c. Variabel komite audit (X2) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -

0,021 menunjukkan bahwa variabel komite audit memiliki hubungan

negative terhadap agresivitas pajak. Artinya jika variabel independent

lain bersifat tetap atau konstan sedangkan komite audit bertambah 1

orang atau 1% maka akan menurunkan nilai agresivitas pajak sebesar

0,021.

d. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA (X3) memiliki nilai

koefisien regresi sebesar -0,040 menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap agresivitas pajak.

Artinya jika variabel independent lain bersifat tetap atau konstan

sedangkan profitabilitas meningkat sebesar 1 kali atau 1% maka akan

menurunkan nilai agresivitas pajak sebesar 0,040.

e. Variabel leverage yang diukur dengan DER (X4) memiliki nilai

koefisien regresi sebesar -0,038 menunjukkan bahwa variabel leverage

memiliki hubungan negatif terhadap agresivitas pajak. Artinya jika

variabel independen lain bersifat tetap atau konstan sedangkan leverage


meningkat sebesar 1 kali atau 1% maka akan menurunkan nilai

agresivitas pajak sebesar 0,038.

f. Variabel capital intensity (X5) memiliki nilai koefisien regresi sebesar

0,002 menunjukkan bahwa variabel capital intensity memiliki

hubungan positif terhadap agresivitas pajak. Artinya jika variabel

independent lain bersifat tetap atau konstan sedangkan capital intensity

meningkat sebesar 1 kali atau 1% maka akan meningkatkan nilai

agresivitas pajak sebesar 0,002.

g. Variabel capital inventory (X6) memiliki nilai koefisien regresi sebesar

0,002 menunjukkan bahwa variabel capital inventory memiliki

hubungan positif terhadap agresivitas pajak. Artinya jika variabel

independent lain bersifat tetap atau konstan sedangkan capital

inventory meningkat sebesar 1 kali atau 1% maka akan meningkatkan

nilai agresivitas pajak sebesar 0,002.

4.1.5 Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Uji Koefisen Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Hasil pengolahan

SPSS didapatkan keofisien determinasi seperti di bawah ini.

Tabel 4.9
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .284 a
.081 .059 .119302 1.973
a. Predictors: (Constant), X6_INVINT, X4_DER, X3_ROA, X2_KA,
X1_KI, X5_CINT
b. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak

Berdasarkan hasil pada tabel 4.9 yang menunjukkan bahwa nilai Adjusted R

Square sebesar 0,059 yang mengindikasikan bahwa 5,9%. Hal ini berarti bahwa

variabel dependen agresivitas pajak dapat dijelaskan secara keseluruhan oleh

enam variabel independen yaitu komisaris independent, komite audit,

profitabilitas, leverage, capital intensity, dan inventory intensity. Sedangkan

sisanya 94,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya diluar model penelitian

ini.

4.1.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik (Uji F) digunakan untuk menguji pengaruh simultan variabel

bebas terhadap vaeiabel terikat.

Tabel 4.10
Uji Statistik F

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .326 6 .054 3.812 .001b
Residual 3.715 261 .014
Total 4.040 267
a. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak
b. Predictors: (Constant), X6_INVINT, X4_DER, X3_ROA, X2_KA, X1_KI,
X5_CINT

Berdasarkan hasil uji statistic F pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai F

hitungnya sebesar 3,812 dengan nilai signifikannya sebesar 0,001 angka tersebut
lebih kecil dari nilai 0,05. Sehingga dapat dijelaskan bahwa model memenuhi

goodness of fit model

4.1.5.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran prediksi dari pengujian

regresi yang dilakukan. Hasil pengujian dapat dilihat dari tabel 4.11 sebagai

berikut:

Tabel 4.11
Hasil Uji t

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) .313 .081 3.855 .000
X1_KI .007 .010 .042 .685 .494
X2_KA -.021 .027 -.048 -.787 .432
X3_ROA -.040 .014 -.165 -2.776 .006
X4_DER -.038 .010 -.219 -3.632 .000
X5_CINT .002 .017 .014 .102 .919
X6_INVINT .002 .009 .029 .210 .834
a. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa variabel komisaris independent

(X1) secara statistik menunjukkan hasil t hitung sebesar 0,685 dan signifikansi

0,494 (0,494> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima

artinya variabel independent berupa komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen agresifitas pajak, sehingga H1 dalam penelitian ini

ditolak.
Variabel komite audit (X2) secara statistik menunjukkan hasil t hitung

sebesar -0,787 dan signifikansi 0,432 (0,432> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

Ha ditolak dan H0 diterima artinya variabel independent berupa komite audit tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen agresifitas pajak, sehingga H2 dalam

penelitian ini ditolak.

Variabel profitabilitas (X3) secara statistik menunjukkan hasil t hitung

sebesar -2,776 dan signifikansi 0,006 (0,006< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

Ha diterima dan H0 ditolak artinya variabel independent berupa profitabilitas

berpengaruh negative signifikan terhadap variabel dependen agresifitas pajak,

sehingga H3 dalam penelitian ini diterima.

Variabel leverage (X4) secara statistik menunjukkan hasil t hitung sebesar -

3,632 dan signifikansi 0,000 (0,000< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak artinya variabel independent berupa leverage berpengaruh

negative signifikan terhadap variabel dependen agresifitas pajak, sehingga H4

dalam penelitian ini diterima.

Variabel CINT (X5) secara statistik menunjukkan hasil t hitung sebesar

0,102 dan signifikansi 0,000 (0,919> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha

ditolak dan H0 diterima artinya variabel independent berupa CINT tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen agresifitas pajak, sehingga H5 dalam

penelitian ini ditolak.

Variabel INVINT (X6) secara statistik menunjukkan hasil t hitung sebesar

0,210 dan signifikansi 0,834 (0,834> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha

ditolak dan H0 diterima artinya variabel independent berupa INVINT tidak


berpengaruh terhadap variabel dependen agresifitas pajak, sehingga H6 dalam

penelitian ini ditolak.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Agresivitas Pajak.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Temuan ini sejalan dengan temuan Hanim

(2018) bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Dalam hal ini, keberadaan komisaris idependen dalam perusahaan dinilai tidak

terlalu penting sehingga tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Dalam hal

ini, memberikan indikasi bahwa komisaris independen dari luar perusahaan belum

menjalankan tugas pengawasan sebagaimana mestinya sehingga kehadiran mereka

tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak.

Tidak adanya pengaruh komisaris independent terhadap agresivitas pajak ini

menunjukkan bahwa banyak sedikitnya komisaris independent pada perusahaan

tidak mampu memberikan pengaruh terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Padahal, seharusnya semakin banyak jumlah komisaris independen maka

pengawasan terhadap agen semakin ketat. Karena adanya pengawasan lebih dari

komisaris independen maka diprediksikan tingkat pajak efektifnya sesuai dengan

semestinya. Akan tetapi tidak adanya pengaruh jumlah komisaris independent

pada penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen tidak selalu

mengawasi agar perusahaan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

4.2.2 Pengaruh Komite Audit Terhadap Agresivitas Pajak


Hasil penelitian ini menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh

terhadap agresivitas pajak. Temuan ini sejalan dengan temuan Susanto (2018)

bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Tidak adanya pengaruh komite audit terhadap agresivitas pajak tidak sesuai

dengan teori agency yang menyatakan GCG melalui komite audit dapat

mengurangi intensitas agency problem yang diakibatkan agresivitas pajak.

Seharusnya sesuai teori agensi semakin banyak jumlah komite audit akan

menurunkan tindakan agresivitas perusahaan tidak terbukti. Semakin banyak

jumlah anggota komite audit seharusnya menyebabkan tingkat pengawasan

semakin ketat sehingga perusahaan meningkatkan efisiensi terhadap beban pajak

yang pada akhirnya akan mendorong perusahaan untuk melakukan penghematan

pajak. Akan tetapi temuan penelitian ini yaitu tidak adanya pengaruh komite audit

terhadap agresivitas pajak menunjukkan bahwa fungsi komite audit tidak berjalan

dengan baik sehingga manajemen kurang mengawasi hal-hal yang melanggar

perundang-undangan termasuk perpajakan. GCG juga kurang mampu memastikan

bahwa perusahaan sedang berjalan sesuai dengan semua tujuan stakeholder-nya,

sehingga konsekuensi ketidakadilan proporsi keuntungan adanya agresivitas pajak

tidak dapat ditekan.

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak

Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan

terhadap agresifitas pajak. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dengan

temuan Yuliana (2018), Susanto (2018) dan Dinar (2020) yang menemukan

bahwa profitabilitas berpengaruh negative signifikan terhadap agresivitas pajak.


Apabila rasio profitabilitas tinggi, berarti menunjukkan adanya efisiensi yang

dilakukan oleh pihak manajemen. Laba yang meningkat, sehingga jumlah pajak

yang harus dibayarkan tinggi dan memicu perusahaan lebih agresif

Temuan ini juga sesuai teori agensi yang menyatakan bahwa manajemen

selalu berusaha untuk melakukan peningkatan laba perusahaan, namun dengan

jumlah pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan peningkatan laba sehingga

manajer melakukan pengelolaan jumlah beban pajak supaya tidak mengurangi

kompensasi yang akan diterima manajer sebagai akibat dari berkurangnya laba

perusahaan oleh beban pajak. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi

memiliki kesempatan untuk melakukan tax planning yang mengurangi jumlah

beban pajak perusahaan, sehingga beban pajak menjadi rendah.

4.2.4 Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak

Hasil penelitian ini menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif

signifikan terhadap agresifitas pajak. Temuan ini sejalam dengan hasil penelitian

Setyawan (2019), Dinar (2020) yang menemukan bahwa leverage berpengaruh

negatif signifikan terhadap agresivitas pajak. Adanya pengaruh leverage yang

diukur dengan DER terhadap agresivitas pajak pada penelitian ini sesuai dengan

teori agensi yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang

lebih tinggi akan melakukan tindakan agresivitas pajak, karena perusahaan

memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga

secara periodic.

Leverage yang merupakan tingkat hutang yang memiliki hubungan negative

signifikan terhadap agresivitas pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat


hutang merupakan faktor penentu perusahaan untuk melakukan perencanaan pajak

atau agresivitas pajak. Dalam hal ini, perusahaan yang memiliki tingkat hutang

tinggi cenderung lebih patuh akan kesadaran kewajiban perpajakannya sesuai

dengan aturan hukum yang berlaku. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa

perusahaan akan mengurangi tindakan agresivitas pajaknya karena memiliki

tingkat hutang yang tinggi.

4.2.5 Pengaruh Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

Hasil penelitian ini menemukan bahwa capital intensity tidak berpengaruh

terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Ambarita

(2017) dan Liani (2020) bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap

agresivitas pajak. Artinya capital intensity tidak terbukti mengakibatkan

perusahaan agresive terhadap pajak.

Tidak adanya pengaruh capital intensity terhadap agresivitas pajak pada

penelitian ini dikarenakan perusahaan membuat kebijakan terhadap penyusutan

aset tetap sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga perusahaan

tidak perlu lagi melakukan koreksi fiskal terhadap aset tetap dalam pelakukan

perhitungan pajak terhutang untuk tahun pajak tersebut. Sehingga mengakibatkan

capital intensity tidak mempengaruhi tarif pajak efektif untuk melakukan tindakan

agresivitas pajak perusahaan.

4.2.6 Pengaruh Inventory Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

Hasil penelitian ini menemukan bahwa inventory intensity tidak

berpengaruh terhadap agresivitas pajak, sejalan dengan hasil penelitian Damayanti

(2018) yang menemukan bahwa inventory intensity tidak berpengaruh terhadap


agresivitas pajak yang diukur dengan ETR (Effective Tax Rate) pada perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman 2013-2017.

Temuan penelitian ini juga tidak sejalan dengan teori agensi yang

menyatakan bahwa manajer akan berupaya meminimalisir beban tambahan

banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Disisi yang

lain, manager akan berupaya memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa

di tanggung untuk menekan beban pajak. Cara yang akan digunakan

manajer adalah dengan membebankan biaya tambahan persediaan untuk

menurunkan laba kena pajak perusahaan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh komisaris independen terhadap agresivitas pajak

pada manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020

2. Tidak terdapat pengaruh komite audit terhadap agresivitas pajak pada

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

3. Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020

4. Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020

5. Tidak terdapat pengaruh capital intensity terhadap agresivitas pajak pada

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

6. Tidak terdapat pengaruh inventory intensity terhadap agresivitas pajak pada

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

5.2 Keterbatasan

Di dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan yang

1. Keterbatasan waktu penelitian.


Waktu penelitian yang digunakan yaitu tahun 2016 – 2020 sehingga hasil

kesimpulan belum dapat digeneralisasikan untuk periode lainnya.

2. Keterbatasan sampel.

Penelitian ini hanya meniliti perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia sehingga untuk sektor industri yang berbeda dapat

dimungkinkan terjadinya perbedaan kesimpulan yang diperoleh.

3. Keterbatasan variabel yang digunakan.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini hanya terbatas pada komisaris

independen, komite audit, profitabilitas, leverage, capital intensity, dan

inventory intensity.

5.3 Saran

Saran yag dapat diberikan dalam penelitian ini berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian-penelitian berikutnya dapat menggunakan jenis perusahaan lain

seperti perusahaan pertambangan, asuransi atau perbankkan yang memiliki

potensi risiko yang tinggi untuk mendapatkan hutang.

2. Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel independen lain seperti

seperti variabel kepemilikan saham manajerial, jumlah dewan komite audit

dan variabel lain mengingat masih banyak persentase variabel independen

yang belum terjelaskan dalam penelitian ini karena penelitian ini hanya

dibatasi pada enam variabel bebas yaitu komite audit, profitabilitas,

leverage, capital intensity, dan inventory intensity.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta. 
Ayem, Sri. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Komite Audit Dan
Capital IntensityTerhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2013- 2017). Jurnal
Akuntansi Pajak Dewantara, Vol. 1 No. 2: 228- 241.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Manajemen Keuangan Buku I
Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Budianti, Shinta. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Capital Intensity
Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Seminar Nasional
Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696 Buku 2 : “Hukum,
Politik, Manajemen, Ekonomi, Akuntansi, Konseling, Desain dan Seni
Rupa”: 1205-1209
Damayanti, Tiffani. 2018. Pengaruh Capital Intensity Ratio Dan Inventory
Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate. Seminar Nasional
Cendekiawan ke 4: 1237-1242
Devi, Dewa Ayu Nyoman Shintya. 2019. Pengaruh Profitabilitas pada Agresivitas
Pajak dengan Pengungkapan CSR Sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.27, No 1: 792-821
Dinar, Mariana. 2020. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage Terhadap
Agresivitas Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei.
Jurnal Kharisma, Vol. 2 No. 1, 66-76.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hanim, Hanifah. 2018. Pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Dan
Kompensasi Dewan Komisaris Dan Direksi Terhadap Tindakan Agresivitas
Pajak Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2016. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Finansial
Indonesia Volume 1, No.2: 37-50.
Hanna. 2016. Agresivitas Pelaporan Keuangan, Agresivitas Pajak, Tata Kelola
Perusahaan Dan Kepemilikan Keluarga. Jurnal Akuntansi/Volume XX,
No.03: 407-419
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada
Kasmir. 2011. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana
Maulana, Ilham Ahmad. 2020. Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Agresivitas
Pajak Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate. Jurnal Krisna: Kumpulan
Riset Akuntansi; Vol. 11, No. 2: 155-163
Moeljono. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak. Jurnal
Penelitian Ekonomi dan Bisnis (JPEB), Vol 5 No 1: 103 - 121
Putra, Nyoman Nugraha Ardana. 2020. Pengaruh Komite Audit dan Managerial
Entrenchment terhadap Agresivitas Pajak serta Implikasinya terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi. Vol 30 No 2: 428-449.
Putri, Tiara Riza Falistiani. 2017. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2011-2015. Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang
Rahmi, Tertianto. 2018. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Akuntansi. Vol 12 No 2: 161-180.
Sawir, Agnes. 2000. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan.
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Setyawan, Setu. 2019. Kebijakan Keuangan Dan Good Corporate Governance
Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, vol 9
no 3: 327-342.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:
Alfabeta
Susanto, Liana. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas Pajak.
Jurnal Ekonomi/Volume XXIII, No. 01, 10-19.
Yudea. 2018. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan,
Dan Leverage Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol
21. No 02: 43-49
Yuliana, Inna Fachrina. 2018. Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, Ukuran
Perusahaan, Capital Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Agresivitas
Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2013 – 2017). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan, Vol. 7 No. 2, Hal: 105 - 120
Lampiran

TABULASI DATA SEBELUM OUTLIER

Agresivita
DER CINT INVINT
s_ KI KA ROA
(X4) (X5) (X6)
No Pajak (Y) (x1) (x2) (X3)
1 -0.075 2 3 -0.05 1.72 0.700 0.143
2 -0.215 2 3 -1.51 1.56 0.685 0.161
3 0.410 2 3 0.08 1.34 0.704 0.154
4 0.079 2 3 0.62 0.77 0.649 0.183
5 0.253 2 3 4.73 0.53 0.639 0.174
6 -0.025 1 3 -18.70 -6.30 0.353 0.444
7 -0.066 1 3 -17.32 786.93 0.324 0.462
8 0.529 2 3 0.24 7.62 0.232 0.497
9 0.791 2 3 0.36 5.27 0.271 0.417
10 -0.098 2 3 -4.64 4.33 0.299 0.390
11 0.129 1 4 7.25 4.95 0.239 0.393
12 0.779 1 4 0.13 10.28 0.228 0.453
13 -0.069 1 3 -10.73 10.78 0.218 0.446
14 -0.197 1 3 -2.43 4.50 0.212 0.508
15 0.358 1 3 3.50 4.00 0.224 0.460
16 -0.150 1 3 -4.90 0.88 0.703 0.173
17 0.144 2 3 1.52 0.92 0.605 0.211
18 -0.306 2 3 -6.49 0.51 0.687 0.095
19 0.531 2 3 0.80 0.52 0.624 0.124
20 0.303 2 3 2.52 0.51 0.599 0.125
21 0.056 2 3 1.45 1.51 0.347 0.093
22 0.185 3 3 4.94 1.95 0.291 0.111
23 0.214 3 3 5.48 1.83 0.332 0.136
24 0.193 3 3 4.82 1.57 0.379 0.146
25 0.172 2 3 6.05 0.87 0.476 0.149
26 0.224 2 3 16.56 0.51 0.389 0.062
27 0.254 2 3 12.10 0.53 0.445 0.052
28 0.253 2 3 9.57 0.51 0.481 0.075
29 0.265 2 4 7.63 0.56 0.521 0.094
30 0.262 1 4 0.59 0.63 0.056 0.011
31 0.543 2 3 0.96 1.15 0.781 0.080
32 0.323 2 3 2.20 1.27 0.727 0.105
33 0.286 2 3 3.59 1.35 0.001 0.110
34 0.064 2 3 1.15 1.47 0.004 0.014
35 -2.018 2 3 -0.40 1.74 0.005 0.024
36 0.045 1 3 1.91 0.24 0.039 0.031
37 0.527 1 3 0.59 0.25 0.038 0.046
38 0.188 1 3 12.80 0.19 0.046 0.052
39 0.228 1 3 6.20 0.19 0.060 0.050
40 -0.273 1 3 -3.37 0.24 0.067 0.041
41 2.877 3 3 -2.34 0.31 0.025 0.281
42 0.518 3 3 0.95 0.70 0.016 0.376
43 -0.223 2 3 -3.72 0.58 0.298 0.337
44 -0.010 2 3 -8.11 0.42 0.326 0.190
45 -0.193 2 4 -0.58 0.35 0.358 0.195
46 0.848 1 3 0.29 3.34 0.187 0.251
47 0.303 1 3 2.77 2.80 0.183 0.185
48 0.375 1 3 2.89 3.61 0.162 0.162
49 0.261 2 3 3.18 3.38 0.187 0.173
50 0.388 2 3 2.66 4.19 0.179 0.204
51 0.134 1 3 2.89 0.82 0.362 0.346
52 0.204 2 3 2.89 1.07 0.331 0.382
53 0.183 1 3 0.75 1.23 0.338 0.409
54 0.577 2 3 0.14 1.21 0.351 0.385
55 0.260 2 3 1.70 1.28 0.328 0.406
56 -0.346 1 3 -1.48 0.46 0.141 0.230
57 0.839 1 3 0.13 0.47 0.115 0.261
58 0.386 1 3 2.11 0.47 0.127 0.225
59 0.540 1 3 1.36 0.51 0.143 0.247
60 0.225 1 3 6.17 0.46 0.176 0.228
61 0.252 1 3 2.06 1.73 0.207 0.207
62 0.312 1 3 1.77 2.32 0.192 0.197
63 -0.125 1 3 -1.04 2.43 0.205 0.273
64 0.057 1 3 1.08 2.03 0.202 0.238
65 0.033 1 3 2.11 1.99 0.217 0.232
66 -0.002 1 3 -5.89 3.62 0.122 0.223
67 0.075 1 3 0.66 2.74 0.128 0.221
68 0.397 1 3 1.84 1.85 0.173 0.297
69 0.333 1 3 2.34 1.58 0.171 0.351
70 0.224 1 3 2.15 1.40 0.202 0.387
71 0.232 2 3 2.87 2.05 0.058 0.120
72 0.269 2 3 3.85 2.22 0.061 0.199
73 0.251 2 3 3.34 3.45 0.050 0.121
74 0.295 2 3 4.60 3.51 0.063 0.193
75 0.263 2 3 5.57 3.49 0.091 0.122
76 0.422 2 3 1.84 1.60 0.347 0.036
77 0.503 2 3 1.91 1.61 0.360 0.043
78 0.434 1 3 3.67 1.61 0.334 0.039
79 0.274 1 3 7.68 0.81 0.468 0.066
80 0.264 1 3 10.88 0.77 0.616 0.079
81 0.462 1 3 0.76 0.11 0.028 0.092
82 0.257 1 3 1.24 0.13 0.032 0.158
83 0.240 1 3 2.91 0.16 0.034 0.189
84 0.212 1 3 1.93 0.15 0.036 0.133
85 0.185 1 3 3.38 0.12 0.040 0.107
86 0.217 1 3 6.76 0.21 0.405 0.059
87 0.234 1 3 3.41 0.19 0.437 0.082
88 0.243 1 3 4.26 0.22 0.447 0.149
89 0.250 1 3 5.45 0.13 0.447 0.080
90 0.249 1 3 3.71 0.11 0.477 0.099
91 -2.102 1 3 -1.58 0.97 0.616 0.116
92 0.510 1 3 2.29 0.97 0.677 0.130
93 1.305 1 3 -0.20 0.78 0.441 0.070
94 1.341 1 3 -0.33 0.75 0.655 0.135
95 0.390 1 3 3.38 0.44 0.717 0.106
96 -0.099 2 3 -9.52 1.56 0.574 0.085
97 -0.023 2 3 -7.21 1.37 0.662 0.109
98 -0.115 2 3 -0.96 1.19 0.611 0.120
99 -0.205 2 3 -9.07 1.30 0.573 0.120
100 0.381 2 3 0.61 1.03 0.573 0.112
101 0.340 1 4 4.29 0.84 0.337 0.224
102 0.305 1 3 3.72 0.78 0.340 0.229
103 0.073 1 3 1.90 0.44 0.396 0.049
104 0.181 1 3 3.98 0.78 0.323 0.227
105 0.236 1 3 5.53 0.86 0.308 0.214
106 0.582 1 3 1.74 0.86 0.630 0.156
107 1.222 1 3 0.89 1.00 0.626 0.166
108 0.745 2 3 1.47 0.92 0.592 0.174
109 2.053 2 3 1.15 0.69 0.598 0.189
110 0.457 2 3 1.03 0.70 0.616 0.189
111 0.175 1 3 3.02 1.10 0.397 0.218
112 0.203 1 3 1.25 1.29 0.436 0.182
113 -0.028 1 3 -2.73 1.80 0.403 0.222
114 -0.027 1 3 -4.78 1.39 0.480 0.192
115 -0.025 1 3 -3.90 0.97 0.548 0.220
116 0.275 2 2 4.83 0.88 0.444 0.215
117 0.325 1 3 5.11 1.06 0.468 0.179
118 0.262 1 3 5.52 1.51 0.377 0.274
119 0.261 1 3 5.19 1.74 0.332 0.244
120 0.260 2 3 4.13 1.72 0.339 0.231
121 0.146 3 4 5.49 0.73 0.175 0.053
122 0.218 3 4 7.56 1.06 0.177 0.069
123 0.218 3 4 7.94 1.22 0.167 0.077
124 0.207 4 4 7.84 0.89 0.164 0.066
125 0.178 4 4 6.99 0.87 0.165 0.068
126 -0.098 1 3 6.19 0.60 0.512 0.279
127 0.257 1 3 4.07 0.66 0.473 0.299
128 0.264 1 3 -2.07 0.78 0.473 0.306
129 0.263 1 3 8.18 0.65 0.515 0.258
130 0.264 1 3 9.74 0.25 0.477 0.237
131 -0.051 1 3 -1.53 0.26 0.542 0.164
132 0.290 2 3 5.22 0.27 0.555 0.162
133 0.376 2 3 6.54 0.35 0.545 0.182
134 0.279 2 3 8.07 0.40 0.559 0.201
135 0.282 2 3 7.53 0.50 0.563 0.203
136 0.212 1 3 15.97 0.27 0.202 0.213
137 0.223 1 3 20.56 0.27 0.242 0.252
138 0.235 1 3 22.62 0.30 3.739 0.271
139 0.229 1 3 22.73 0.34 3.573 0.269
140 0.237 1 3 22.27 0.43 3.425 0.246
141 0.161 2 3 4.61 1.75 0.361 0.267
142 0.013 2 3 5.62 1.63 0.419 0.232
143 0.149 1 3 6.20 1.64 0.479 0.243
144 0.057 1 3 5.70 1.70 0.458 0.040
145 0.101 1 3 6.27 1.86 0.548 0.012
146 -0.209 2 3 -3.19 1.59 2.861 2.818
147 0.237 2 3 -3.16 1.57 0.486 0.480
148 0.389 2 3 0.20 1.61 0.475 0.490
149 -0.236 2 3 -3.91 1.85 0.484 0.484
150 -0.158 2 3 -2.42 1.73 0.490 0.426
151 3.734 1 3 -0.27 0.10 0.584 0.096
152 -0.340 2 3 -1.68 0.08 0.630 0.114
153 2.034 2 3 -0.15 0.08 0.643 0.134
154 0.467 1 3 0.99 0.12 0.647 0.116
155 0.330 1 3 1.93 0.11 0.702 0.112
156 1.336 1 3 -0.37 0.66 0.291 0.330
157 0.351 1 3 3.62 0.74 0.270 0.357
158 0.200 1 3 3.87 0.83 0.258 0.353
159 0.350 1 3 2.61 0.53 0.232 0.348
160 0.474 1 3 3.94 0.85 0.208 0.294
161 0.281 2 3 0.64 0.22 0.685 0.167
162 0.209 2 3 3.01 0.51 0.552 0.242
163 0.369 2 3 3.13 0.58 0.535 0.164
164 0.012 1 3 3.56 0.56 0.553 0.120
165 0.425 1 3 3.10 0.99 0.382 0.240
166 0.217 1 3 6.36 0.14 0.445 0.108
167 0.266 1 3 6.90 0.40 0.378 0.218
168 0.260 1 3 6.10 0.43 0.404 0.197
169 0.219 1 3 6.72 0.47 0.420 0.120
170 0.225 1 3 13.90 1.01 0.132 0.145
171 0.267 1 3 3.73 0.57 0.667 0.102
172 0.331 1 3 0.56 1.29 0.532 0.233
173 0.268 1 3 4.17 3.13 0.236 0.372
174 0.351 2 3 0.73 0.33 0.601 0.141
175 0.311 1 3 1.82 0.31 0.499 0.174
176 0.255 2 3 7.16 1.06 0.129 0.044
177 0.279 2 3 13.85 0.45 0.293 0.099
178 0.277 1 3 13.56 0.51 0.313 0.116
179 0.319 1 3 11.21 0.56 0.257 0.103
180 0.272 1 3 12.56 0.56 0.246 0.108
181 -0.188 1 3 -0.95 1.97 0.790 0.101
182 -0.334 1 3 -0.67 1.90 0.802 0.105
183 -0.277 1 3 -2.98 1.87 0.796 0.109
184 -0.099 1 3 -5.67 1.65 0.805 0.113
185 -0.813 1 3 -2.27 1.42 0.520 0.101
186 0.219 1 3 11.61 0.24 0.130 0.208
187 0.244 2 3 15.47 0.23 0.140 0.188
188 0.249 1 3 7.93 0.20 0.171 0.285
189 0.250 1 3 7.71 0.54 0.152 0.298
190 0.126 1 3 17.51 0.61 0.151 0.390
191 0.252 1 3 4.19 1.37 0.731 0.162
192 0.090 1 3 12.22 0.32 0.417 0.184
193 0.253 1 3 11.89 0.35 0.347 0.187
194 0.255 1 3 8.31 0.21 0.294 0.125
195 0.258 1 3 11.84 0.68 0.480 0.137
196 -0.068 1 3 -12.10 0.08 0.223 0.070
197 0.039 1 3 22.25 0.07 0.218 0.054
198 -0.114 1 3 -5.06 0.09 0.305 0.056
199 -0.246 1 3 -3.07 0.36 0.317 0.074
200 -0.198 1 3 -5.14 0.30 0.316 0.037
201 0.296 3 3 5.36 1.06 0.281 0.068
202 0.325 3 3 6.14 0.77 0.448 0.100
203 0.334 3 3 5.14 0.93 0.439 0.121
204 0.328 3 3 5.85 0.88 0.339 0.110
205 0.343 3 3 5.91 0.87 0.313 0.103
206 0.008 1 3 830.24 1.14 0.004 0.026
207 -0.001 1 3 -136.93 1.85 0.950 0.024
208 -0.002 1 3 -18.04 11.35 0.464 0.048
209 -0.071 1 3 -15.90 3.22 0.454 0.079
210 -0.018 1 3 -26.04 2.78 0.020 0.042
211 0.280 3 3 9.82 1.03 0.509 0.059
212 0.259 2 3 41.63 1.53 0.538 0.057
213 -1.143 2 3 -6.68 1.87 0.385 0.306
214 0.002 2 3 4.65 1.31 0.391 0.344
215 -0.019 2 3 -5.61 1.33 0.432 0.277
216 0.570 2 3 -6.83 5.37 0.595 0.238
217 6.935 2 3 -3.37 3.34 0.589 0.219
218 -1.141 2 3 -6.68 1.87 0.385 0.306
219 0.400 2 3 4.65 1.31 0.391 0.344
220 -2.556 2 3 -5.61 1.33 0.432 0.277
221 0.051 1 3 3.79 0.38 0.547 0.023
222 0.319 1 3 5.05 0.51 0.543 0.018
223 0.320 1 3 2.89 0.51 0.506 0.015
224 0.273 1 3 2.97 0.62 0.437 0.011
225 0.243 1 3 9.58 1.02 0.631 0.017
226 0.219 2 3 12.68 0.83 0.196 0.106
227 0.247 2 3 15.67 0.17 1.576 0.149
228 0.261 1 3 12.63 0.14 2.050 0.128
229 0.307 1 3 13.72 0.23 1.958 0.132
230 0.239 1 3 16.74 0.21 1.370 0.179
231 0.209 2 3 9.78 0.34 0.692 0.510
232 0.249 2 3 13.83 0.54 0.592 0.545
233 0.256 2 3 11.28 0.53 0.590 0.558
234 0.257 2 3 11.62 0.58 0.565 0.568
235 0.253 2 3 10.60 0.59 0.546 0.596
236 0.231 2 3 17.28 0.00 0.364 0.364
237 0.249 4 4 26.96 0.43 0.446 0.322
238 0.246 3 3 29.05 0.32 0.480 0.326
239 0.250 2 3 29.37 0.26 0.382 0.418
240 0.250 2 3 30.02 0.24 0.359 0.457
241 0.007 2 3 21.40 1.18 0.326 0.310
242 0.737 2 3 0.30 1.02 0.027 0.368
243 0.875 2 3 4.09 0.78 0.004 0.387
244 -0.200 2 3 -3.41 0.58 0.858 0.413
245 -0.499 2 3 -15.48 0.43 0.329 0.491
246 0.198 1 3 10.69 0.36 0.185 0.414
247 0.363 1 3 2.10 0.26 12.041 20.232
248 0.277 1 3 4.07 0.25 6.257 12.760
249 0.255 1 3 3.31 0.25 7.708 16.461
250 0.222 1 3 7.85 0.37 3.109 7.322
251 0.243 4 3 8.16 0.50 0.219 0.188
252 0.264 4 3 12.12 0.40 0.215 0.182
253 0.265 4 3 11.92 0.40 0.235 0.167
254 0.283 3 3 9.89 0.47 0.241 0.124
255 0.291 3 3 9.93 0.42 0.264 0.137
256 0.998 2 2 0.0018 2.98 0.267 0.084
257 0.183 1 2 0.56 1.74 0.339 0.107
258 -0.294 1 3 -2.27 1.91 0.344 0.149
259 -0.185 1 3 -0.20 1.91 0.319 0.166
260 -0.077 1 3 -0.41 1.40 0.308 0.212
261 0.722 1 4 0.12 1.47 0.535 0.140
262 0.585 3 4 0.09 1.48 0.506 0.155
263 0.292 1 4 4.72 1.73 0.293 0.188
264 0.262 2 4 5.44 1.37 0.277 0.196
265 0.291 2 4 5.89 1.03 0.218 0.210
266 0.228 3 3 12.41 0.23 0.362 0.160
267 0.254 3 3 12.52 0.21 0.378 0.184
268 0.245 3 3 13.76 0.19 0.345 0.191
269 0.243 3 3 14.76 0.20 0.322 0.214
270 0.239 3 3 15.44 0.22 0.299 0.220
271 0.241 2 3 2.54 1.59 0.340 0.201
272 0.211 2 3 4.88 1.55 0.307 0.173
273 0.249 2 3 7.13 1.37 0.198 0.388
274 0.269 1 3 10.65 0.68 0.312 0.135
275 0.285 1 3 9.85 0.42 0.322 0.214
276 0.221 3 3 24.26 0.19 0.407 0.080
277 0.248 2 3 22.84 0.15 0.448 0.085
278 0.235 2 3 19.89 0.01 0.465 0.093
279 0.217 1 3 16.90 0.09 0.385 0.085
280 0.236 1 3 16.08 0.08 0.352 0.106
281 0.216 3 3 9.16 0.43 0.266 0.163
282 0.253 2 3 7.11 0.45 0.283 0.169
283 0.257 3 3 6.87 0.45 0.289 0.192
284 0.251 3 3 7.50 0.46 0.267 0.199
285 0.241 3 3 8.28 0.42 0.274 0.207
286 4.197 1 3 3.139 1.74 0.736 0.051
287 0.224 1 3 2.550 1.80 0.790 0.056
288 -0.210 2 3 -4.436 1.91 0.829 0.052
289 -0.098 2 3 -3.862 1.73 0.815 0.045
290 -0.654 2 3 -1.440 1.45 0.840 0.039
291 0.787 1 3 1.434 0.98 0.571 0.072
292 0.390 1 3 0.685 0.96 0.575 0.085
293 0.282 1 3 5.745 0.79 0.544 0.082
294 0.248 1 3 10.684 0.79 0.485 0.079
295 0.251 1 3 14.095 0.87 0.618 0.094
296 0.272 3 3 4.708 1.27 0.429 0.218
297 0.281 3 3 6.731 1.24 0.402 0.233
298 0.284 3 3 8.411 1.31 0.348 0.265
299 0.364 3 3 5.253 1.15 0.396 0.304
300 0.215 2 3 11.280 1.05 0.390 0.286
301 0.026 3 3 3.069 1.51 0.737 0.095
302 0.206 3 3 9.011 1.29 0.730 0.102
303 0.293 1 3 12.817 1.56 0.662 0.102
304 0.277 1 3 6.359 1.85 0.687 0.117
305 0.059 2 3 9.064 1.72 0.731 0.090
306 0.248 2 3 0.001 0.64 0.479 0.261
307 0.261 2 3 3.253 0.59 0.419 0.227
308 0.270 2 3 5.045 0.61 0.379 0.079
309 0.243 1 3 5.774 0.42 0.383 0.117
310 0.476 1 3 2.138 0.32 0.355 0.255
311 0.962 2 3 0.050 0.29 0.482 0.296
312 0.480 1 3 1.385 0.34 0.479 0.279
313 0.386 1 3 2.758 0.26 0.523 0.265
314 0.226 1 3 6.221 0.25 0.493 0.193
315 0.268 1 3 5.163 0.22 0.455 0.195
316 0.001 2 4 3.428 1.14 0.719 0.058
317 0.029 2 4 2.971 1.30 0.709 0.058
318 0.248 2 4 6.032 0.56 0.640 0.069
319 0.268 2 4 3.363 0.63 0.663 0.075
320 0.108 2 4 10.254 0.45 0.697 0.060
321 0.937 1 3 0.041 0.57 0.707 0.103
322 0.489 1 3 0.626 0.49 0.634 0.146
323 0.251 1 3 4.045 0.49 0.569 0.152
324 0.270 1 3 0.852 1.33 0.711 0.136
325 0.356 1 3 0.786 1.33 0.731 0.139
326 0.396 2 3 1.090 1.79 0.316 0.215
327 0.275 2 3 3.229 1.70 0.347 0.160
328 0.237 1 4 1.185 1.60 0.402 0.162
329 -0.495 1 3 -15.847 1.83 0.409 0.176
330 0.532 1 3 0.508 1.25 0.325 0.018
331 -0.332 2 3 -0.867 0.50 0.733 0.166
332 -0.236 3 3 -1.943 0.55 0.633 0.247
333 0.275 3 3 1.655 1.16 0.583 0.340
334 0.263 3 3 2.900 0.90 0.596 0.277
335 0.472 3 3 2.142 0.52 0.691 0.200

Lampiran

HASIL OLAHDATA SEBELUM OUTLIER


Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1_KI 335 1.000 4.000 1.63284 .753910


X2_KA 335 2.000 4.000 3.05970 .272524
X3_ROA 335 -136.93 830.24 6.2414 46.43894
X4_DER 335 -6.30 786.93 3.4723 42.95588
X5_CINT 335 .001 12.041 .53641 .918100
X6_INVINT 335 .011 20.232 .36381 1.620292
Valid N (listwise) 335

Uji Normalitas Data


Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

Unstandardized Residual 335 4.605 .133 47.756 .266


Valid N (listwise) 335

HASIL OLAHDATA SETELAH OUTLIER

Uji Normalitas Data

Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

Unstandardized Residual 268 .179 .149 .508 .297


Valid N (listwise) 268

Uji Gletzer

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .077 .059 1.321 .188

X1_KI -.014 .007 -.127 -.987 .479

X2_KA .010 .019 .033 .528 .598

X3_ROA -.053 .001 -.032 -.513 .608

X4_DER -.005 .008 -.038 -.605 .546

X5_CINT -.009 .012 -.108 -.764 .445

X6_INVINT .001 .007 .026 .182 .856

a. Dependent Variable: res_2

Regresi Berganda

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Y_AgresivitasPajak .25259 .123014 268

X1_KI 1.65672 .794216 268

X2_KA 3.06716 .279050 268

X3_ROA 10.1833 51.34293 268

X4_DER 10.3805 71.31327 268

X5_CINT .54460 1.009679 268

X6_INVINT .39532 1.802636 268

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .284a .081 .059 .119302 1.973

a. Predictors: (Constant), X6_INVINT, X4_DER, X3_ROA, X2_KA, X1_KI, X5_CINT


b. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak
ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .326 6 .054 3.812 .001b

Residual 3.715 261 .014

Total 4.040 267

a. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak


b. Predictors: (Constant), X6_INVINT, X4_DER, X3_ROA, X2_KA, X1_KI, X5_CINT

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) .313 .081 3.855 .000

X1_KI .007 .010 .042 .685 .494 .925 1.082

X2_KA -.021 .027 -.048 -.787 .432 .950 1.052

X3_ROA -.040 .014 -.165 -2.776 .006 .995 1.005

X4_DER -.038 .010 -.219 -3.632 .000 .970 1.031

X5_CINT .002 .017 .014 .102 .919 .188 5.332

X6_INVINT .002 .009 .029 .210 .834 .189 5.285

a. Dependent Variable: Y_AgresivitasPajak

You might also like