Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan Melalui Implementasi Diskusi Refleksi Kasus (DRK) : Pilot Study

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.

4, Oktober 2017: 234-241


PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI


DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY
Prima Ardian1, Rr.Tutik Sri Hariyati²

1Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.


Email: ardianprima88@gmail.com
²Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

ABSTRACT
Background: Nurses as health professionals are required to always keep and increase professionalism in order
to provide quality nursing care. The purpose of this study to enhance the ability to evaluate the results of the
reformer agencies in implementing the Discussion Case Reflection (DCR) in an effort to improve professionalism.
Methods: The design was a pilot study involving the change agent is Head of Nursing and Coordinator of the
Executive Unit. Sample selection is done by using purposive sampling. The sample was 26 nurses from nursing
management 2, 4 head nurse and 20 nurses. Implementation of the renewal agency used an approach Plan, Do,
Check, Act (PDCA).
Results: The study carried out is guideline and standard operating procedures (SOP) about the DCR. Discussion
Case Reflection guideline discusses the definition, purpose, benefits, roles and tasks as well as the
implementation. Guideline and SPO are used as a reference implementation DCR in the room. Discussion Case
Reflection helpful nurse in improving science, obtaining up to date research, solutions resolve service issues,
raise awareness of quality practices and thinking critically. While the obstacles in the implementation of the
limitations associated literature sources, execution time, the media and there are participants who are less active.
Recommendations on the implementation of the DCR among others by conducting socialization to all the nurses,
the need for library facilities in hospital and media DCR when the conduct of the DCR, flexibility of implementation
time, making DCR one component Performance Indicators Individual, and implement DCR across inpatient and
outpatient.

Keywords: Discussion Case Reflection (DCR), Nurse, professionalism

ABSTRAK
Pendahuluan: Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional dituntut selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalisme dalam rangka memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu. Tujuan studi ini untuk
meningkatkan kemampuan mengevaluasi hasil dari agen pembaharu dalam mengimplementasikan program
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) sebagai upaya meningkatkan profesionalisme.
Metode: Desain yang digunakan adalah pilot study dengan melibatkan change agent yaitu Kepala Bidang
Keperawatan dan Koordinator Satuan Pelaksana. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 26 perawat yang dari 2 manajemen keperawatan, 4 kepala ruang
dan 20 perawat pelaksana. Pelaksanaan agen pembaharuan dilaksanakan dengan pendekatan Plan, Do, Check,
Act (PDCA).
Hasil: Studi yang dilaksanakan adalah Panduan dan SPO tentang DRK. Panduan DRK membahas tentang
pengertian, tujuan, manfaat, peran dan tugas serta pelaksanaan DRK. Panduan dan SPO tersebut digunakan
sebagai acuan pelaksanan DRK di ruangan. Perawat yang telah melaksanakan DRK menyatakan DRK
bermanfaat dalam meningkatkan ilmu pengetahuan, memperoleh up date penelitian, solusi menyelesaikan
masalah pelayanan, meningkatkan kesadaran praktik berkualitas dan berfikir kristis. Sedangkan hambatan dalam
pelaksanaan DRK terkait keterbatasan sumber literatur, waktu pelaksanaan, media dan ada peserta yang kurang
aktif. Rekomendasi terhadap pelaksanaan DRK antara lain dengan melaksanakan sosialisasi kepada seluruh
perawat, perlunya fasilitas perpustakaan di RS dan media LCD saat pelaksanan DRK, fleksibilitas waktu
pelaksanaan, menjadikan DRK salah satu komponen Indikator Kinerja Individu (IKI), serta mengimplementasi
DRK di seluruh ruang rawat inap dan rawat jalan.

Kata kunci: Diskusi refleksi kasus (DRK), perawat, profesionalisme.


Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

234
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

PENDAHULUAN 2010). Implementasi journal reading membantu


Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan perawat membangun berbagai keterampilan
(PKB) ini merupakan proses pengembangan profesional, kemampuan berbicara di depan umum,
keprofesian yang meliputi berbagai kegiatan yang pemahaman bacaan untuk artikel ilmiah,
dilakukan seseorang dalam kapasitasnya sebagai meningkatkan pengetahuan, dan melakukan
perawat praktisi, guna mempertahankan dan penilaian kritis (Laaksonen, et al, 2013; Lachance,
meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang 2014; Ravin, 2012). Pelaksanaan DRK bermanfaat
perawat sesuai standar kompetensi yang ditetapkan bagi perawat dalam meningkatkan pengetahuan,
(PPNI, 2016). Hal tersebut senada dengan berfikir kristis, melatih kemempuan berbicara di
pengertian menurut Nursing and Midwifery Board of depan umum, berfikir terbuka serta meningkatkan
Australia (2016), Pendidikan Keperawatan kemampuan memahami artikel ilmiah.
Berkelanjutan (PKB) atau Continuing Professional Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah
Development (CPD) merupakan sarana bagi sakit pemerintah di Provinsi DKI Jakarta yang baru
seorang profesional dalam rangka memelihara, berdiri selama satu tahun. Salah satu visi rumah
meningkatkan dan memperluas pengetahuan, sakit adalah pengembangan SDM yang beretika
keahlian dan kompetensi, serta mengembangkan dan profesional dengan peningkatan kompetensi
kualitas pribadi dan profesional yang diperlukan yang berkesinambungan. Pengembangan perawat
dalam kehidupan profesional. Pengembangan di rumah sakit baru dilaksanakan melalui program
profesional perawat yang relevan dengan bidang pelatihan. Pengembangan profesional perawat yang
pekerjaannya memiliki potensi untuk meningkatkan diimplementasikan di ruang rawat inap dan rawat
kepuasan kerja, retensi perawat klinis, dan juga jalan belum ada. Program pengembangan di
mempengaruhi kualitas perawatan pasien (Covell, ruangan dibutuhkan dalam rangka menjaga dan
2009; Downs et al., 2013; Hallin & Danielson, meningkatkan profesionalisme perawat serta
2008). Perawat dalam melaksanakan membangun kerjasama tim. Rumah sakit saat
pengembangan profesional membutuhkan belum memiliki panduan dan SPO terkait DRK
dukungan dari kolega dan manajemen rumah sakit Kasus. Berdasarkan hasil pengkajian diketahui
(Cleary et al., 2011; Downs et al., 2013). bahwa rata-rata pemahaman perawat tentang DRK
Strategi pengembangan keprofesian perawat sebesar 52,5%. Hal tersebut menunjukan bahwa
di RS salah satunya dengan mengimplementasikan pengetahuan perawat tentang DRK masih kurang.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK). DRK merupakan Ketika ada kasus keperawatan yang menarik, 60%
suatu metode dalam merefleksikan pengalaman perawat melakukan diskusi kasus, namun hanya
klinis perawat dalam menerapkan standar dan 50% yang mengacu pada literatur dan standar. Pilot
uraian tugas (Kepmenkes nomor 836 tahun 2005 studi dilaksanakan untuk mempersiapkan Panduan
tentang Pedoman Pengembangan Manajemen dan Strandar Operasional Prosedur tentang Diskusi
Kinerja Perawat dan Bidan). Pelaksanan DRK dapat Refleksi Kasus. Tujuan studi ini untuk meningkatkan
dilaksanakan di ruang rawat inap maupun rawat profesionalisme perawat melalui implementasi
jalan. Perawat dalam melaksanaan DRK melakukan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) serta mengevaluasi
refleksi pengalaman, diskusi kasus, kajian literatur, implementasi dari DRK yang dilaksanakan di ruang
mempelajari berbagai kebijakan, journal reading, perawatan.
dan praktik berbasis bukti.
Pelaksanaan DRK secara langsung METODE PENELITIAN
menerapkan berbagai strategi pembelajaran Desain yang digunakan dalam studi ini
sehingga mempunyai banyak manfaat bagi adalah pilot studi. Pilot studi dilakukan dalam
perawat. Dalam pelaksanaan refleksi asuhan rangkaian kegiatan sebagai agen pembaharuan di
keperawatan menjadikan perawat akan berfikir lebih RS X dengan mempersiapkan Panduan dan
terbuka, meningkatkan keberanian, berfikir kritis, Strandar Operasional Prosedur (SOP) tentang
menambah pengetahuan dan mengurangi risiko Diskusi Refleksi Kasus. Kegiatan diawali dengan
melakukan kesalahan dengan belajar dari menggunakan wawancara, observasi, dan
pengalaman (Bertero, 2010; Caldwell & Grobbel, kuesioner. Pemilihan sampel dalam studi ini
2013). Pelaksanaan diskusi kasus pada perawat dilakukan dengan menggunakan purposive
mampu meningkatkan critical thinking, problem sampling. Sampel yang digunakan secara
solving dan memfasilitasi active learning (Popil, keseluruhan berjumlah 26 orang perawat yang dari

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

235
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

2 orang manajemen keperawatan, 4 kepala ruang, swasta dan BPJS, kepercayaan masyaarakat
dan 20 perawat pelaksana. Hasil data yang terhadap pelayanan yang tinggi, serta kerjasaman
terkumpul dilakukan analisis SWOT dalam rangka dengan institusi pendidikan keperawatan. Sedang
mengetahui permasalah yang terjadi. Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman antara lain
kegiatan disusun dalam rangka mengatasi masalah. banyaknya kompetitor rumah sakit baik rumah sakit
Kegiatan tersebut antara lain, penyusunan Plan of pemerintah maupun swasta.
Action (POA), pembentukan tim, penyusunan Hasil dari analisa SWOT yang dilakukan
panduan dan SOP tentang DRK, ujicoba DRK, menunjukan bahwa permasalahan yang terjadi di
evaluasi terhadap panduan, SOP dan pelaksanaan RS X adalah belum terlaksananya Program Diskusi
DRK, serta pada tahap akhir dilakukan sosialisasi. Refleksi Kasus (DRK). Guna mengatasi
Evaluasi yang dilakukan mengacu pada hasil permasalahan tersebut dilakukan melalui agen
observasi saat ujicoba dan masukan yang diperoleh pembaharuan. Implementasi dari agen
dari perawat. pembaharuan dilaksanakan dengan metode pilot
project melalui penyusunan panduan dan SOP
HASIL PENELITIAN tentang Diskusi Refleksi Kasus. Strategi
Pengembangan sumber daya manusia pelaksanaan dari pilot project dilaksanakan melalui
merupakan salah fokus dari RS X. Hal tersebut pendekatan Plan, Do, Check, Action (PDCA).
tercermin dari salah satu visi rumah sakit yaitu Tahap awal dari pelaksanaan agen
pengembangan SDM beretika dan profesional pembaharuan dengan dilakukannya pembentukan
dengan peningkatan kompetensi yang tim penyusun panduan dan SOP DRK. Tim
berkesinambungan. Program pengembangan SDM penyusun terdiri dari 4 orang perawat yang berasal
keperawatan dilakukan melalui pelatihan yang telah dari RS X dan Fakultas Ilmu Keperawatan
disusun untuk jangka waktu 5 tahun. Universitas Indonesia. Tim ini selanjutnya
Pengembangan SDM melalui pelaksanaan DRK menyusun Plan Of Action (POA). Kegiatan yang
belum dilaksanakan. Rumah sakit juga belum direncanakan meliputi penyusunan panduan dan
memiliki panduan dan SOP tentang DRK. Nilai SOP DRK, ujicoba panduan dan SOP, dan
pemahaman perawat tentang DRK sebesar 52,5. sosialisasi. Panduan dan SPO Diskusi Refleksi
Ketika ada kasus keperawat yang menarik, 60% Kasus (DRK) disusun dengan mengacu pada
perawat melakukan diskusi kasus, namun hanya kebijakan internal maupun eksternal RS, buku
50% perawat yang pada saat diskusi mengacu literatur panduan dan jurnal penelitian terkait.
pada literatur dan standar. Panduan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) membahas
Analisis permasalah di RS X dilakukan tentang tujuan DRK, manfaat, peran dan tugas
dengan menggunakan SWOT. Komponen yang perawat, pelaksanaan DRK serta lampiran yang
menjadi pertimbangan dalam melihat permasalahan mendukung pelaksanaan DRK. Peran perawat
dan strategi meliputi faktor internal dan eksternal dalam DRK yang diatur dalam panduan terdiri dari
yang ada di rumah sakit. Rumah Sakit X penyaji, fasilitator dan peserta
mempunyai beberapa faktor internal yang menjadi
kekuatan antara lain Rencana Strategis RS yang
jelas, penerapan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), 25%
SDM keperawatan berpendidikan Ners, adanya
Sistem Informasi Keperawatan, BOR rumah sakit
pada periode Januari-Agustus sebesar 89% dan
gaji pegawai yang melebihi UMR. Sedangkan faktor
internal yang menjadi kelemahan RS antara lain
jumlah SDM keperawatan yang kurang dari
kebutuhan, panduan dan SOP DRK belum ada
serta belum dilaksanakannya penataan jenjang karir
perawat. Adapun faktor eksternal yang menjadi
peluang rumah sakit dalam rangka pengembangan
meliputi UU nomor 36 tentang Keperawatan, rumah Gambar 1. Model Refleksi Graham Gibbs
sakit telah bekerjasama dengan asuransi kesehatan

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

236
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

Perawat penyaji bertanggung jawab berupa pengalaman perawat yang berupa


mempersiapkan dan menyajikan materi DRK yang keberhasilan ataupun kegagalan dalam
berupa refleksi pengalaman dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan. Jadwal DRK
asuhan keperawatan. Perawat penyaji disusun untuk periode 6 bulan atau 12 bulan
dipersyaratakan minimal perawat klinik (PK) II atau dengan mencantumkan topik dan peran masing
perawat dengan pengalaman klinik minimal 5 tahun masing perawat. Supervisi DRK dilakukan oleh
untuk pendidikan D3 Keperawatan atau minimal 3 perawat klinik (PK) dengan level diatasnya ataupun
tahun untuk Ners. Penyaji dalam merefleksikan berdasarkan jenjang struktur dari ketua tim, kepala
pengalamannya mengunakan Model Refleksi ruang sampai kepala bidang keperawatan.
Graham Gibbs yang tergambar pada gambar 1. Panduan dan SPO yang tersusun dilakukan
Metode refleksi Gibbs terdiri dari enam langkah ujicoba pada ruangan pilot project. Kriteria
yaitu Discription, Feelings, Evaluation, Analysis, pemilihan ruangan yang menjadi pilot project antara
Conclusion dan Plan Action (Gibbs, 1988). Langkah lain kepala ruanga dan ketua tim berlatar belakang
pertama dari refleksi adalah discription, pada tahap pendidikan ners, dan ada perawat pelaksana
ini perawat menggambarkan pengalaman saat dengan pengalaman klinik lebih dari 5 tahun.
memberikan asuhan keperawatan secara detail dan Pelaksanaan uji coba diikuti oleh 10 orang perawat.
akurat. Langkah kedua adalah Feelings, pada tahap Uji coba DRK bertujuan untuk memperoleh
ini perawat menggambarkan perasaan dan pikiran masukan dari pelaksanaan DRK dan masukan
yang dirasakan ketika memberikan asuhan terhadap panduan dan SPO. Berdasarkan ujicoba
keperawatan. Langkah ketiga merupakan program DRK, peserta DRK menyatakan bahwa
evaluation, pada tahap ini perawat melakukan manfaat yang perawat peroleh setelah mengikuti
penilaian terhadap hal yang baik dan buruk dari program DRK ini antara lain mampu meningkatkan
pengalaman yang dialami. Langkah keempat ilmu pengetahun keperawatan, memperoleh up date
merupakan Analysis, pada tahap ini perawat penelitian, sebagai solusi menyelesaikan masalah
memberikan pendapatnya tentang situasi saat itu, dalam pelayanan keperawatan, meningkatkan
melihat secara kritis hubungan suatu kejadian serta kesadaran terhadap praktik keperawatan yang
mencari alternatif yang ada. Langkah kelima berkualitas dan meningkatkan kemampuan berfikris
merupakan Conclusion, pada tahap ini perawat kristis. Sedangkan hambatan yang dihadapi peserta
melakukan penegasan terhadap hal-hal yang dalam pelaksanaan DRK meliputi sumber literatur
seharusnya tidak dilakukan dan juga mencari hal- yang terbatas, mengganggu waktu dinas, media
hal yang harus dilakukan. Tahap terakhir dari presentasi yang kurang atraktif dan sebagian
refleksi adalah Plan Action, pada tahap ini perawat peserta yang kurang aktif.
membuat perencanaan apabila kondisi tersebut Perawat menyatakan perlunya dukungan
terjadi kembali. Perencanaan ini dapat berupa dari pihak manajemen terkait dengan instrumen
upaya perbaikan ataupun inovasi. Refleksi yang pendukung dan fasilitas yang memudahkan perawat
dilakukan perawat pada tahap Evaluation, Analysis, dalam mencari literatur. Peserta juga menyatakan
Conclusion dan Plan Action mengacu pada bahwa pelaksanaan DRK di ruangan membutuhkan
kebijakan, standar, literatur dan hasil riset. supervisi dari bidang keperawatan sehingga
Perawat yang berperan sebagai fasilitator berjalan sesuia tujuan. Hasil dari ujicoba digunakan
bertanggung jawab dalam memfasilitasi dan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan
mengatur jalannya pelaksanaan DRK. Kriteria kedepan. Panduan dan SOP yang telah dilakukan
fasilitator adalah perawat klinik minimal PK II atau perbaikan selanjutnya sosialisasikan kepada
perawat dengan pengalaman klinik minimal 5 tahun seluruh kepala ruangan di rumah sakit X.
untuk D3 Keperawatan atau 3 tahun untuk Ners.
Adapun perawat yang beperan sebagai peserta PEMBAHASAN
harus melakukan active learning terhadap materi Rumah sakit sebagai organisasi yang
DRK melalui membaca literaratur, jurnal dan memberikan pelayanan kesehatan harus
kebijakan terkait. mempersipakan sumber daya manusia yang
Pelaksanaan DRK di ruangan diawali berkompeten sehingga mampu memberikan
dengan penetapan topik DRK dan penyusunan pelayanan yang bermutu (Padma et al, 2009).
jadwal. Topik DRK ditentukan melalui diskusi yang Salah satu upaya dalam rangka mempersipakan
dipimpin oleh kepala ruangan. Topik DRK dapat sumber daya keperawatan yang berkompeten

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

237
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

dengan menerapakan Pendidikan Keperawatan Hambatan lain yang dirasakan perawat


Berkelanjutan (PKB). Salah satu bentuk PKB dalam pelaksanaan DRK terkait dengan sumber
adalah Diskusi Refleksi Kasus. literatur yang terbatas. Ruang perawatan maupun
Pelaksanaan DRK di ruang perawatan rumah sakit secara umum tidak memiliki
memupunyai banyak manfaan bagi perawat. perpustakaan yang dapat digunakan perawat untuk
Perawat menyatakan bahwa manfaat DRK antara mencari bahan untuk proses diskusi. Perawat juga
lain meningkatkan ilmu pengetahuan, memperoleh mempunyai keterbatasan dalam keterampilan
up-date penelitian, sebagai solusi menyelesaikan dalam memperoleh hasil penelitian. Hasil penelitian
masalah, meningkatkan kesadaran praktik Dalheim et al di Norwegia menunjukan bahwa ada
berkualitas dan meningkatkan berfikris kristis. hubungan yang berbanding terbalik antara usia dan
Manfaat tersebut sangat banyak karena dalam pengalaman kerja perawat dengan penggunaan
pelaksanaan DRK, perawat melakukan refleksi, sumber pengetahuan (Dalheim et al., 2012)
diskusi kasus, journal reading dan penerapan Perawat dengan usia muda secara umum
praktik berbasis bukti. Manfaat yang dirasakan mempunyai kemampuan lebih dalam mencari
perawat tersebut sejalan dengan beberapa sumber pengetahuan baik dari buku literatusr
penelitian yang membahas tentang manfaat ataupun internet dari pada perawat dengan usia
pelaksanaan refleksi, diskusi kasus, journal reading, yang lebih tua. Salah satu solusi terhadap
dan penerapan praktik berbasis bukti (Dalheim, permasalah ini dapat diatasi dengan dukungan
Harthug, Nilsen, & Nortvedt, 2012; Laaksonen et al., rumah sakit. Menurut penelitian yang dilakukan
2013; Lachance, 2014; Ravin, 2012). Melalui Eizenberg di Israel Utara bahwa dukungan rumah
penerapan DRK yang merupakan CPD juga mampu sakit dalam penerapan praktik berbasis bukti
memberikan kepuasan kerja bagi perawat (Hallin & dengan memberikan fasilitas perpustakaan di
Danielson, 2008). rumah sakit, menyediakan fasilitas internet dan
Pelaksanaan DRK sebagai salah satu bekerja sama dengan penyedia jurnal kesehatan.
bentuk Continuing Professional Development (CPD) (Eizenberg, 2011) Kepala ruangan sebagai manajer
di RS X menghadapi berbagai hambatan dan juga dapat menciptakan inovasi dengan membuat
tantangan. Berdasarkan pelaksanakan DRK di mini perpustakaan di ruangan. Adanya fasilitas ini
ruangan, salah satu hambatan yang dialami dapat mempermudah perawat dalam mencari
perawat salah satunya tentang waktu pelaksanaan. sumber yang dapat digunakan untuk mendukung
Perawat merasa bahwa pelaksanaan DRK pelaksanaan DRK.
berdampak pada pelaksanaan asuhan keperawatan Pelaksanaan DRK menurut perawat
dan waktu diluar pekerjaan. Hal tersebut sejalan membutuhkan dukungan dari pimpinan sehingga
dengan hasil penelitian yang dilakukan Downs et al pelaksanaan dapat berjalan secara optimal. Hal
di Australia yang menyatakan bahwa perawat tersebut sejalan dengan penelitian Downs et al
menggangap bahwa upaya pengembangan yang menyatakan Continuing Professional
profesional mengganggu waktu diluar jam kerja Development (CPD) yang dilaksanakan di rumah
(Downs et al., 2013). Pelaksanaan DRK diruangan sakit membutuhkan dukungan dari manajemen.
menyita waktu libur, memperlambat waktu pulang (Downs et al., 2013). Salah satu wujud dukungan
dinas serta mengurangi waktu bersama keluarga. pimpinan dengan menciptakan sistem sehingga
Hal ini menjadikan perlu menerapakan strategi yang pelaksaan program dapat berjalan dengan optimal.
efektif sehingga waktu pelaksanaan DRK dapat Sistem tersebut berupa kebijakan pelaksanan DRK
diterima oleh semua perawat di ruangan. Salah satu yang ditunjang dengan panduan dan SOP DRK.
strateginya dengan menerapkan fleksibilitas Panduan dan SOP ini menjadi acuan bagi perawat
pelaksanaan DRK di masing ruangan. Strategi dalam melaksanakan DRK. Dukungan juga dapat
tersebut sejalan dengan penelitian Cleary yang diberikan dengan memfasilitasi pelaksanaan DRK
menyatakan bahwa perlunya menerapakan (Gould, Drey, & Berridge, 2007). Rumah sakit dapat
fleksisibilitas pekerjaan dalam mendukung CPD memfasilitasi LCD, sehingga pelaksanaan DRK
(Cleary et al, 2011). Salah satu opsi pelaksanaan menjadi lebih menarik. Presentasi yang ditampilkan
DRK yaitu pada saat rapat ruangan yang dapat menyajikan materi melalui power point atau
dilaksanakan setiap bulan yang ditetapkan melalui video. Permasalahan kurangnya media yang
kesepakatan bersama. mendukung presentasi yang dapat dipakai di

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

238
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

ruangan menjadi salah satu hambatan pelaksanaan


DRK. SIMPULAN
Selain dukungan dari manager, pelaksanaan Diskusi Refleksi kasus merupakan salah
DRK juga membutuhkan dukungan dari rekan satu upaya pengembangan profesional
sejawat. Pelaksanaan refleksi merupakan salah berkelanjutan yang dapat diimplementasikan di unit
satu bentuk dukungan rekan perawat. Perawat ruang perawatan. Pelaksanaan DRK di rumah sakit
saling mengingatkan dan berbagi pengalaman mengacu pada panduan dan SPO yang telah
sehingga menambah pengetahuan. Perawat juga disusun oleh manajemen rumah sakit. Melalui
dapat belajar dari kesalahan orang lain sehingga penerapan DRK telah dirasakan banyak membawa
kesalahan yang sama tidak terjadi. Dukungan rekan manfaat secara langsung bagi perawat. Secara
sejawat juga dapat dalam bentuk motivasi dan garis besar DRK mampu meningkatkan
berbagi sumber pengetahuan baru. Dukungan profesionalisme perawat sehingga dapat membawa
rekan sejawat dalam pelaksanaan CPD selajalan dampak terhadap mutu asuhan keperawatan.
dengan penelitian yang dilaksankan Cleary yang Perawat dalam melaksanakan DRK membutuhkan
menyatakan bahwa salah satu kunci sukses dukungan dari kolega dan pihak manajemen.
pelaksanaan CPD adalah dukungan dari kolega Dukungan dari manajemen rumah sakit dibutuhkan
(Cleary et al., 2011). baik dari segi dukungan melalui penataan sistem,
Perawal dalam melaksanakan DRK dibagi motivasi maupun fasilitas. Manajemen Keperawatan
dalam 3 peran yaitu penyaji, fasilitator dan peserta. perlu menyusun sebuah sistem yang mampu
Pembagian peran ini disesuikan dengan menjamin pelaksannan DRK secara efektif.
kompetensi yang dimiliki masing-masing level Pelaksanaan DRK harus senantiasa dilakukan
perawat. Perawat yang berperan sebagi penyaji dan supervisi dan evaluasi secara berjenjang dari PK I
fasilitator minimal adalah perawat level II. Rumah sampai PK V ataupun dari ketua tim, kepala
sakit X saat ini belum menerapkan Jenjang karir ruangan sampai tingkat kepala bidang
Perawat. RS sebaiknya segera menerapkan sistem keperawatan.
jenjang karir perawat. Setiap tindakan keperawatan
seharusnya dilaksanakan oleh perawat sesuia REKOMENDASI
dengan level dan kompetensinya. Jika dikaitkan Diskusi Refleksi Kasus merupakan salah
dengan pelayanan keperawatan, tindakan satu program pengembangan staf yang dapat
keperawatan yang dilakukan sesuia level perawat dilakukan di unit ruang perawatan. Perlu dukungan
menjadikan perawat dapat memberikan pelayanan dari manajeman baik dari pengaturan sistem
yang berkualitas, aman, dan cost effective bagi maupun dukungan fasilitas. Berikut beberapa
pasien (Dolea, Stormont & Braichet, 2010). rekomendasi dalam rangka meningkatkan efektitas
Sedangkan kaitannya dengan DRK, peran yang pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di unit
sesui dengan level perawat menjadikan DRK lebih pelayanan keperawatan.
berkualitas karena disampaikan oleh orang yang Sosialisasi terhadap panduan dan SPO
kompeten dan isi dari materi juga dapat Diskusi Refleksi Kasus (DRK) kepada seluruh
dipertanggungjawabkan. perawat. Menjadikan kompetensi menjadi penyaji
Pelaksanaan CPD pada perawat dapat dan fasilitator dalam DRK sebagai salah satu
berjalan lebih baik apabila diikuti dengan supervisi. kompetensi bagi Perawat Klinik level II. Hal tersebut
Supervisi dapat dilaksanakan melalui supervisi menjadikan program DRK terkoneksi dengan
berjenjang dimulai dari Ketua Tim, kepala sampai Sistem Jenjang Karir Perawat. Menjadikan
dengan Kepala Bidang Keperawatan. Pelaksanaan pelaksanaan DRK sebagai salah satu Indikator
supervisi berjenjang juga dapat melalui level Kinerja Individu (IKI). Hal ini bertujuan untuk
perawat dari perawat klinik (PK) I sampai PK V. meningkatkan motivasi perawat dalam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Scubert el melaksanakan DRK. Rumah sakit perlu
all, dalam penerapan Praktik Berbasi Bukti (EBP) memfasilitasi pelaksanaan DRK dengan adanya
membutuhkan mentoring oleh perawat senior perpustakan rumah sakit dan fasilitas LCD dalam
(Schubert et al., 2011). Pelaksanaan supervisi yang pelaksanaan.
dilaksanakan akan mampu mengatasi tantangan, Pelaksanaan DRK perlu dilaksanakan
tekanan dan peluang profesi keperawatan (Lynch et supervisi dan evaluasi secara berjenjang. Supervisi
al., 2008). berjenjang dilaksanakan dari ketua tim, kepala

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

239
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

rungan sampai dengan kepala bidang keperawatan. Dolea, C., Stormont, L., & Braichet, J. M. (2010).
Hal ini bertujuan agar pelaksanaan DRK dapat Evaluated strategies to increase attraction
berjalan sesuia tujuan dan panduan. Pelaksanaan and retention of health workers in remote
supervisi dan evaluasi ini juga dapat sebagai media and rural areas. Bull World Health Organ,
memperoleh input sebagai bahan perbaikan 88(5), 379. http://doi.org/doi:
pelaksanaan DRK. 10.2471/BLT.09.070607

DAFTAR PUSTAKA Downs, S., Downs, S., Hospital, C., Service, H.,
Bertero, C. (2010). Reflection in and on nursing Sunshine, T., & Private, C. (2013).
practices-how nurses reflect and develop Continuing professional development in
knowledge and skills during their nursing nursing in Australia: Current awareness,
practice. International Journal of Caring practice and future directions, 45(1), 33–45.
Sciences, 3(3), 85–90.
Gibbs, G. (1988). Learning by doing: A guide to
Caldwell, L., & Grobbel, C. (2013). The Importance teaching and learning methods. Oxford:
of Reflective Practice in Nursing. Oxford Further Education Unit.
International Journal of Caring Sciences,
6(3), 319–326. Retrieved from Gould, D., Drey, N., & Berridge, E.-J. (2007).
http://internationaljournalofcaringsciences. Nurses’ experiences of continuing
org/ docs/4. us La.Caldwell.pdf professional development. Nurse Education
Today, 27(6), 602–609.
Cleary, M., Horsfall, J., O’Hara-Aarons, M., http://doi.org/10.1016/ j.nedt.2006.08.021
Jackson, D., & Hunt, G. E. (2011a). The
views of mental health nurses on continuing Hallin, K., & Danielson, E. (2008). Registered
professional development. Journal of Clinical Nurses’ perceptions of their work and
Nursing, 20(23–24), 3561–3566. professional development. Journal of
http://doi.org/10.1111/j.1365- Advanced Nursing, 61(1), 62–70.
2702.2011.03745.x http://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2007.04466.x
Cleary, M., Horsfall, J., O’Hara-Aarons, M.,
Jackson, D., & Hunt, G. E. (2011b). The Keputusan Menteri Kesehatan nomor 836 tahun
views of mental health nurses on continuing 2005 tentang Pedoman Pengembangan
professional development. Journal of Clinical Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
Nursing, 20(23–24), 3561. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/ Laaksonen, C., Paltta, H., von Schantz, M., Ylönen,
905715848? accountid=17242 M., & Soini, T. (2013). Journal club as a
method for nurses and nursing students’
Covell, C. L. (2009). Outcomes Achieved From collaborative learning: A descriptive study.
Organizational Investment in Nursing Health Science Journal, 7(3), 285–292.
Continuing Professional Development.
Journal of Nursing Administration, 39(10), Lachance, C. (2014). Nursing Journal Clubs: A
438–443. Literature Review on the Effective Teaching
Strategy for Continuing Education and
Dalheim, A., Harthug, S., Nilsen, R. M., & Nortvedt, Evidence-Based Practice. Journal of
M. W. (2012). Factors influencing the Continuing Education in Nursing, 45(12),
development of evidence-based practice 559–565. http://doi.org/10.3928/00220124-
among nurses: a self-report survey. BMC 20141120-01
Health Services Research, 12(1), 367.
http://doi.org/10.1186/1472-6963-12-367

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

240
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.4, Oktober 2017: 234-241
PENDIDIKAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN MELALUI IMPLEMENTASI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK): PILOT STUDY

Mashiach Eizenberg, M. (2011). Implementation of Padma, P., Rajendran, C., & Sai, L. P. (2009). A
evidence-based nursing practice: nurses’ conceptual framework of service quality in
personal and professional factors? Journal of healthcare. Benchmarking: An International
Advanced Nursing, 67(1), 33–42. Journal, 16(2), 157–191.
http://doi.org/10.1111/j.1365- http://doi.org/10.1108/14635770910948213
2648.2010.05488.x
Popil, I. (2010). Promotion of critical thinking by
Nursing and Midwifery Board of Australia. using case studies as teaching method.
Continuing professional development (2016). Nurse Education Today, 31(2), 204–207.
Melbourne, Australia. Retrieved from http://doi.org/10.1016/j.nedt.2010.06.002
http://www.nursingmidwiferyboard.gov.au
Ravin, C. R. (2012). Implementation of a journal
PPNI. (2016). Pedoman pendidikan keperawatan club on adult learning and nursing
berkelanjutan (PKB) perawat indonesia (Ed professional development. Journal of
2). Jakarta: DPP PPNI. Continuing Education in Nursing, 43(10),
451–5. http://doi.org/10.3928/00220124-
20120702-16

Prima Ardian1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Email: ardianprima88@gmail.com
Rr.Tutik Sri Hariyati² Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

241

You might also like