Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Nama Lengkap : Neni Nurhaiti

Asal Sekolah : MAN 2 Kuningan

Judul Esai : Membentuk Karakteristik Generasi Millenial untuk Mewujudkan Visi Indonesia
Emas di Masa Mendatang

A. Pendahuluan

Generasi milenial atau juga akrab disebut generasi Y adalah sebuah istilah yang diciptakan
dan muncul pada tahun 1991 oleh penulis ahli dan pakar sejarah Amerika, William Strauss dan
Neil Howe dalam buku mereka yang berjudul Generation. Menurut para ahli, Millenial
Generation , Generasi Y, atau disebut juga Generation Me dan Echo Boomer adalah frasa
khusus yang menggambarkan orang-orang yang lahir pada awal tahun 1980 hingga awal tahun
2000 sebagai akhir kelahiran. Generasi ini lahir dimana dunia modern dan teknologi yang
semakin berkembang diperkenalkan kepada publik, sehingga terdapat perbedaan dalam pola
pikir dan pola hidup yang mana mereka memiliki karakteristik percaya diri, ambisius, dan ingin
selalu berada di depan dibanding generasi pendahulunya.

Generasi milenial secara utuh dapat digambarkan sebagai aktor utama yang sepatutnya
memiliki kesadaran dan memposisikan diri dalam peran penting pembangunan bangsa.
Pemuda, pembangunan dan masa depan adalah satu kesatuan utuh yang pada dasarnya tidak
dapat dipisahkan. Jika kita menarik ke belakang, faktanya yang tercatat dalam sejarah peran
pemuda dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia memiliki andil yang sangat besar,
mengambil tempat dan mempunyai peran yang sangat tinggi, suara mereka sangat
diperdengarkan sehingga mencapai keberhasilan yaitu kemerdekaan Indonesia yang tidak
pernah lepas dari peran serta para pemuda. Sebagai contoh adalah peristiwa Sumpah Pemuda
yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Yang dimaksud dengan Sumpah Pemuda adalah
keputusan Kongres Pemuda II yang berisi seruan tekad anak bangsa yang bersatu demi
kemerdekaan. Ikrar ini dianggap sebagai tumpuan semangat untuk menegaskan cita-cita
berdirinya negara Indonesia yang pada saat itu masih berstatus negara terjajah. Hingga saat ini,
generasi milenial dapat merasakan nikmatnya kemerdekaan tanpa harus berperang dengan
segala upaya tumpah darah. Namun merdeka dalam hal kesejahteraan sayangnya hingga
sampai saat ini belum mampu kita capai. Hal ini disebabkan oleh kurang berhasilnya para
generasi muda dalam menghadapi mekanisme kehidupan dan pemikiran yang berjalan sepihak.

B. Pembahasan

Di era yang serba modern ini, peran generasi milenial sangat diperlukan untuk membentuk
sebuah perubahan, mengingat betapa potensialnya pemikiran generasi ini menuju transformasi
bangsa ke arah lebih maju. Generasi milenial berperan begitu vital pada masa kini dan akan
menjadi pemeran utama di masa yang akan datang. Masa depan suatu bangsa akan cemerlang
ketika pertumbuhan kuantitas dari generasi penerusnya diikuti dengan kualitas yang baik, pada
pundak mereka tersemat harapan dan cita-cita besar bangsa. Banyak generasi muda milenial
yang sadar akan potensinya dalam eksistensi mewujudkan cita-cita bangsa di masa depan, tapi
tidak sedikit pula para pemuda yang bersikap tidak peduli dengan urusan kebangsaan dan tidak
memiliki jiwa nasionalis. Sebagai tonggak penerus masa depan bangsa seharusnya dapat
memberikan kesadaran akan pentingnya memiliki pola pikir terbuka, berwawasan luas, cerdas,
dan visioner yang akan menentukan pergerakan arah bangsa Indonesia.

1. Akar Permasalahan

"Berikan aku seratus orang tua, akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." begitulah pernyataan dari Presiden pertama, Ir.
Soekarno. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa peran serta pemuda dalam pembangunan
suatu bangsa memiliki peran yang begitu vital. Masa depan bangsa Indonesia sangat ditentukan
oleh para generasi muda, karena baik atau buruknya suatu bangsa dapat terlihat dari kualitas
para pemudanya. Pemuda sejatinya memiliki peran fungsi strategis dalam akselerasi
pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia. Di era modern, banyak para pemuda milenial
yang sadar akan potensinya dalam eksistensi pembangunan bangsa. Namun, tidak sedikit pula
para pemuda yang menutup rapat-rapat pemikirannya pada kemajuan arus globalisasi yang
pada dasarnya semakin maju dan mendunia. Mereka menganggap bahwa globalisasi hanya
akan berdampak buruk bagi bangsa Indonesia.
Bicara generasi milenial, banyak orang yang beranggapan bahwa generasi milenial adalah
kaum zona nyaman yang terlena dengan kemajuan teknologi sehingga membuat mereka
memikirkan isi dunia tanpa ingin tahu-menahu dalam akselerasi perubahan dunia. Generasi
saat ini tidak hanya dicap buruk dengan sebutan degradasi moral, tapi dalam bukti nyata
memang krisis yang mulanya merupakan krisis individual menjadi lebih dalam karena tersebar
hampir merata di negeri ini. Degradasi yang berarti penurunan (tentang pangkat, mutu, moral,
dan sebagainya); kemunduran; kemerosotan dalam sesuatu hal, sedangkan moral adalah baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak;
budi pekerti; susila. Jika diinterpretasikan keduanya maka degradasi moral adalah suatu
fenomena merosotnya budi pekerti seseorang maupun sekelompok orang. Jika hal ini terus
berlanjut akan berpengaruh besar pada masa depan bangsa Indonesia di tangan generasi ini.
Karena salah satu tolak ukur suatu bangsa disebut dengan negara yang maju dapat dilihat dari
kendali generasi penerusnya.

Presiden Soekarno pernah berkata dalam suatu pidatonya, bahwasanya perjuangannya lebih
mudah karena melawan penjajah dari bangsa lain, namun perjuangan kita akan lebih sulit
karena harus melawan bangsa sendiri. Runyam dan sulit justru ketika berjuang melawan bangsa
sendiri, melawan minimnya kepedulian generasi muda terhadap masa depan bangsa serta
kesulitan masyarakat untuk berpikir kritis dan mudah terdoktrin oleh teori konspirasi yang tidak
masuk akal, berbagai tantangan yang kompleks dan beragam, serta ancaman dan perbedaan
pemikiran yang menyebabkan hilangnya rasa persatuan dan kesatuan, pola pikir pemuda yang
tertutup terhadap kemajuan, ketidakpedulian, bahkan pemahaman radikal memang seringkali
menghambat dan berdampak buruk terhadap kemajuan bangsa Indonesia di era yang sudah
serba modern ini. Berlanjutnya keterbelakangan dapat menunjukkan keseriusan problema yang
tengah kita hadapi saat ini. Bukan hanya lingkungan yang mengelilingi manusia saat ini yang
bermasalah, namun juga isi manusianya yang semakin hari bermasalah dengan pola berpikirnya
yang tidak menunjukkan kepedulian terhadap pembangunan masa depan bangsa. Maraknya
kasus korupsi adalah bukti nyata yang dapat kita lihat setiap waktu dalam berita-berita yang
tersebar. Seseorang yang melakukan korupsi bukanlah orang yang bodoh karena tidak
memikirkan tatanan masa depan bangsa selanjutnya, justru mereka adalah orang-orang pintar
yang terdidik tapi moral mereka yang terdegradasi. Penyakit ini tentu sangat mengancam
kenyamanan masyarakat, karena terdapat kepentingan rakyat yang dirugikan oleh kepentingan
segelintir pihak. Disadari atau tidak, tindakan ini sangat berpengaruh besar terhadap
kesejahteraan suatu negara.

2. Hakikat Pembangunan Pemikiran Generasi Milenial

Seperti yang kita ketahui, kita hidup berkebangsaan di dunia yang semakin dinamis dan
terus berubah seiring berkembangnya zaman. Semakin hari kita dibuat tercengang dan seolah
mati kutu oleh perubahan dunia yang dapat dikatakan dramatis, bagi yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan maka akan semakin jauh tertinggal. Rasanya bingung dari
mana dan kearah mana jalan yang harus dilampaui untuk menuju masa depan yang diimpikan.
Seiring disebutkan dan dipahami arti harfiahnya oleh banyak orang, kondisi bangsa bukan
hanya dipengaruhi oleh letaknya yang strategis dan Sumber Daya Alam yang melimpah. Justru
hal yang begitu berpengaruh tentunya adalah kualitas Sumber Daya Manusia. Pemuda rentang
usia 20-40 tahun atau yang biasa disebut dengan generasi milenial, adalah kaum intelektual
yang meskinya memiliki visi dan misi yang jelas untuk memajukan bangsanya sendiri. Mereka
adalah usia produktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat menciptakan ide dan gagasan baru
seiring dengan berkembangnya teknologi. Oleh karena itu, generasi milenial yang pada
hakikatnya adalah Sumber Daya Manusia yang tumbuh dan berkembang bersama teknologi
yang dapat diakses secara universal, hal ini membuat para generasi milenial dapat berpikir
secara global untuk mewujudkan perubahan bangsa Indonesia tanpa mengesampingkan
budaya lokal, kaum milenial seharusnya mendapat wawasan dan pemahaman luar biasa untuk
bercermin terhadap negara-negara maju, mempunyai pemikiran untuk membangun dan
memajukan bangsanya sendiri ditengah gema 4.0.

Ada pola dan mekanisme yang harus diterapkan untuk mewujudkan harapan yang sudah
tersemat di pundak para generasi muda milenial ini. Pada kenyataannya, negara-negara yang
maju adalah negara yang memiliki pola pikir terbuka dan siap menerima perubahan dunia.
Namun nampaknya, penerapan perubahan tersebut hanya berlangsung dalam lingkup
formalitas belaka dan tidak diperusahakan secara khusus dan bersungguh-sungguh. Perlu
adanya kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan secara serius oleh para pemuda dengan
kontrol yang khusus. Pada pengembangan menumbuhkan jati diri bangsa untuk
menghantarkan bangsa Indonesia menuju era kemajuannya, perlu menumbuhkan karakteristik
yang saling isi-mengisi dan diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam diri
setiap manusia. Dikutip dari buku Membangun Kembali Jati Diri Bangsa karya H. Soemarno
Soedarsono, menurut Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, "Karakter adalah himpunan pengalaman,
pendidikan, dan lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir
sisi paling dalam hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk
akhlak mulia dan budi pekerti." Dapat disimpulkan bahwa karakter dapat dibentuk dan
ditumbuhkembangkan secara sadar dan sengaja, diwujudkan dengan nilai intrinsik dalam dalam
diri seseorang seperti wujud suatu sistem daya juang yang melandasi pola pikir dan perilaku.
Dengan menumbuhkan karakter yang baik dalam diri para pemuda, akan melahirkan kualitas
yang baik sehingga layak dan tepat dalam memegang aksi pembangunan masa depan bangsa
menuju era keemasannya.

C. Simpulan

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan masa depan bangsa harus diawali dengan
pembentukan karakter generasi para penerusnya agar berpemikiran terbuka dan dapat
mengikuti arus global. Arus globalisasi tidak hanya membawa dampak negatif bagi suatu
bangsa, jika kita menghadapinya dengan pemikiran dan wawasan yang luas, kemajuan dan
kecanggihan teknologi seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membawa bangsa Indonesia ke
arah yang lebih berkembang. Di setiap era atau generasi memiliki tantangan dan permasalahan
yang tentunya pasti ada para pemuda yang harus selalu siap dalam mengatasinya. Para
generasi milenial harus memiliki karakter dan pemikiran jangka panjang yang dapat dilakukan
hari ini yang akan berdampak baik di masa mendatang. Bangsa yang mampu bertahan adalah
bangsa yang para penerusnya mampu beradaptasi dengan perkembangan sehingga dapat
sepadan atau bahkan sekadar mengikuti berbagai perubahan dan pembaharuan tanpa
mengesampingkan nilai-nilai dan norma lokal. Tetap menjunjung tinggi bangsanya sendiri
bersama dengan semakin majunya isi dunia. Dalam garis besar, generasi milenial harus
membawa Indonesia ke level kemajuan internasioanal. Generasi milenial sebagai pemilik
tanggung jawab paling besar dalam misi pembangunan harus kompak dan searah, harus
memiliki hasrat yang besar dalam perubahan tatanan negara untuk membawa Indonesia
menjadi negara maju di masa yang akan datang.

D. Daftar Pustaka

1. Ester. 2016. "Mengenal Generasi Millenial",


https://www.kominfo.go.id/content/detail/8566/mengenal-generasi-millennial/0/
sorotan_media, diakses pada 7 Maret 2022 pukul 18.27

2. Labolo, Muhadam. 2012. Memperkuat Pemerintahan Mencegah Negara Gagal. Kubah Ilmu;
Jakarta.
3. Puspitasari, Maria. 2019. "Pemuda GKJ Purwokerto: Karakteristik Pemuda Pada Lingkungan
Gereja Dalam Menjawab Masa Kini dan Masa Depan",
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/1043#:~:text=Ada
%20ungkapan%20yang%20diucapkan%20Sang,para%20generasi%20muda%20saat%20ini,
diakses pada 7 Maret 2022 pukul 19.21

4. Raditya, Iswara N. 2021. "Makna, & Sejarah Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928",
https://tirto.id/isi-makna-sejarah-hari-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-eku2, diakses pada 7
Maret 2022 pukul 20.29

5. Soedarsono, Soemarno. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Elex Media Komputindo;
Jakarta.

6. Yudhoyono, Susilo Bambang. 2004. Menuju Perubahan Menegakkan Civil Society. Relawan
Bangsa; Jakarta.

You might also like