Paket Infromasi Cagar Budaya Di Kota Pariaman

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 51

Puji syukur penulis ucapkan kepada allah swt

yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya


sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul pembuatan Paket Informasi Cagar
Budaya di Kota Pariaman. selain itu penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terkait
dalam penulisan paket informasi cagar budaya ini
terlebih kepada dosen pembimbing Desriyeni, S.Sos.,
M.I.Kom yang telah membimbing penulis, serta
kepada narasumber yang telah memberikan waktunya
untuk bersedia memberikan informasi.
Paket Informasi Cagar Budaya Kota Pariaman
Sumatera Barat ini memuat informasi terbaru
seputar cagar budaya yang ada di Kota Pariaman
yang berisikan tentang gambar terbaru, lokasi,
sejarah. Harapan penulis, Paket Informasi Cagar
Buaya Kota Pariaman ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan dapat memberikan wawasan
pembaca dalam mengenal cagar budaya.

Pariaman, Agustus 2021

Revi Ainaya Putri


Kata Pengantar........................................................
Daftar Isi.................................................................
Pendahuluan............................................................ 1
Bioskop Garuda..................................................... 2
Eks. Kantor Bupati .............................................. 3
Gedung PLN (Kantor PLN Pariaman )............... 4
Kompleks Pillbox Jepang Cimparuh ................. 5
Kompleks Pillbox Jepang Kampung Paneh ...... 7
Kompleks Pillbox Jepang Manggung ................9
Kompleks Pillbox Jepang Pantai Gondoriah . 11
Kompleks Pillbox Jepang Pasir ....................... 13
Kompleks Pillbox Jepang Santok ................... 15
Kompleks Pillbox Jepang Sintuak .................. 16
Kompleks Rumah Cik Tolek............................... 19
Makam Tuanku Badaruddin.............................. 21
Mesjid Raya Badano.......................................... 22
Pillbox Jepang Apar ......................................... 23
Pillbox Jepang Balai Ganting .......................... 25
Pillbox Jepang Binasi ....................................... 26
Pillbox Jepang Kurai Taji ................................ 27
Pillbox Jepang Pauh ..........................................28
Pillbox Jepang Tungka Utara.......................... 29
Ruko Hj. Puti Ramala......................................... 30
Rumah Bagindo Ahmadin (Toko Lamun
Ombak).................................................................. 31
Rumah Bagindo Musa......................................... 32
Rumah Dr. Netta................................................ 33
Rumah Gadang Muhammad Soleh................... 34
Rumah Mohd Hasan Saleh................................36
Rumah Mursyida Muchtar................................ 37
Rumah Panggung Dr. Basraudin.......................38
SMPN 1 Pariaman .............................................. 39
Stasiun Kereta Api Pariaman.......................... 40
Stasiun Kereta Api Naras................................ 41
Surau Pasa (Mesjid Raya Pariaman).............. 43
Toko Pariaman Optik ........................................44
Penutup................................................................. 46
Cagar budaya merupakan kekayaan budaya
bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku
kehidupan manusia yang didalamnya terkandung
nilai- nilai sejarah. Nilai sejarah tersebut
penting bagi pemahaman dan pengembangan ilmu
pengetahuan, kebudayaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara
tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan,
dan pemanfaatan.
Kota Pariaman merupakan wilayah
pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman.
Pariaman pada masa lalu banyak didiami oleh
berbagai etnik mulai dari Cina, Keling, dan
pribumi, di samping itu Pariaman juga didiami
oleh kaum penjajah Belanda dan Jepang. Kondisi
inilah yang menyebabkan banyak terdapat cagar
budaya dari peninggalan penjajahan Belanda dan
Jepang.

1
B ioskop garuda dibangun tahun 1940-an oleh
pemilik bangunan rumah gadang Mohammad
Hasan Sholeh. Bangunan Bioskop ini sering beralih fungsi,
terakhir di pergunakan sebagai bioskop pada tahun 1990.
Pertama kali bangunan ini dipergunakan sebagai gudang
kopra, selanjutnya dijadikan sebagai bioskop, setelah
tidak dipergunakan lagi sebagai bioskop, bangunan ini
dijadikan sebagai lapangan badminton dan gudang.
Bangunan Bioskop garuda merupakan ruang lepas dengan
dinding bagian depan terbuat dari bata yang di plester
dan diberi nama “BIOSKOP GARUDA”. Bangunan bioskop
ini memiliki ukuran panjang 20 meter dengan lebar 18
meter. Bioskop Garuda terletak di kelurahan Pondok II.

2
3
4
Pillbox Jepang
Cimparuah

Pillbox Jepang Cimparuah merupakan salah satu


dari sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Pillbox Jepang
Cimparuah berada di pinggir saluran irigasi dan dalam
halaman rumah penduduk. Pillbox Jepang Cimparuah
memiliki ukuran yang cukup besar, pillbox ini terbagi atas
dua bagian yaitu lorong dan bangunan berbentuk segi

5
delapan dengan ruang yang cukup luas dengan ukuran 3,6
x 3,6 meter.Lorong terdiri dari 2 bagian yaitu sisi barat
dan sisi timur laut. Lorong sisi barat memiliki ukuran
panjang 14,9 meter (sisi terpanjang) dengan lebar 3,2
meter. Bagian ujung lorong sisi barat terdapat bangunan
segi empat yang merupakan rangkaian dari bungker ini
dengan ukuran 2,1 x 2,3 meter.
Sedang lorong sisi timur memiliki panjang 5,1
meter dengan lebar 2,3 meter. Pintu masuk kedalam
bungker ini ada pada ujung sisi timur. Pada bungker ini
juga terdapat lubang pengintai sebanyak sebanyak 3
lubang. Ketiga lubang pengintai berada pada bangunan
utama. Pada bagian dalam bungker ini terdapat meja kecil.
Sekitar 50 meter arah tenggara dari bungker ini
terdapat bekas tiang bendera dan bekas bak air. Pillbox
Jepang Cimparuah III ini diperkirakan sebagai pusat
pertahanan jepang di Cimparuah.

6
Pillbox Jepang
Kampung Paneh
Pillbox Jepang Kampung Paneh I merupakan salah satu
dari sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu.

7
Pillbox Jepang Kampung Paneh I dan Pillbox Jepang
Kampung paneh II berjarak sekitar 93 meter. Kedua
objek pertahanan Jepang ini berbentuk Pillbox. Pillbox
Kampung Paneh 1 ini berada di halaman rumah penduduk.
Pillbox berbentuk persegi pintu masuknya berada di sisi
selatan dan terdapat lubang intai di utara. Pillbox ini
memiliki ukuran 4,5 x 4,2 meter. Pilboks Kampung Paneh
2 berada di dalam dapur rumah penduduk, bentuk dan
bahan sama dengan bungker Kampung Paneh 1. Lubang-
lubang pada bungker ini sudah ditutup oleh pemilik rumah
untuk menghindari betrsarangnya ular di dalam bungker
tersebut. Pilboks Kampung Paneh 2 ini memiliki ukuran
4,86 x 3,53 meter.

8
Kompleks Pillbox Jepang
Manggung

Pillbox Jepang Manggung I dan II merupakan salah


satu dari sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat
oleh tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-
1945) di wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang
Dunia II. Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa
akhir kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Deskripsi Arkeologis
Pillbox Jepang Manggung I merupakan benteng
pertahanan dengan bentuk tembok pertahanan dengan
ukuran panjang 5 meter, lebar 1 meter dengan tinggi 1
meter. Bentuk dari pillbox ini seperti huruf J, bagian

9
yang tertutup dengan bagian atap hanya sebagian kecil
saja, selebihnya merupakan bagian terbuka hanya
terdapat tembok panjang. Pada bagian yang tertutup
terdapat pintu di sisi timur dan dua buah lubang intai
masingmasing di sisi selatan dan barat. Lokasi tembok
pertahanan ini berada dalam area pemukiman penduduk.
Pillbox Jepang Manggung II, merupakan benteng
pertahanan yang memiliki ukuran 6,65 x 4,62 meter.
Lokasi Pillbox ini berjarak sekitar 63 meter dari Pillbox
Jepang Manggung I ke arah utara dan tepat berada di
pinggir jalan pemukiman penduduk. Bahan dari Pillbox
Jepang Manggung II sama dengan Pillbox Jepang
Manggung I. Bentuk dari Pillbox Jepang Manggung II ini
seperti lubang kunci, yaitu terdapat bagian melingkar di
atas dan memanjang di bawahnya. Pada bagian melingkar
terdiri dari tujuh buah sisi dan dari tujuh buah sisi
tersebut terdapat enam buah lubang intai, pintu masuk
terdapat di bagian yang memanjang.Lingkungan dari
Pillbox Manggung 2 ini berada di dalam lingkungan
penduduk.

10
Kompleks
Pillbox Jepang
Pantai Gandoriah

Kawasan Pillbox Jepang pantai Gandoriah


merupakan satu kesatuan pertahanan pantai yang dibuat
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera khususnya Pariaman pada
era Perang Dunia II. Pillbox ini diperkirakan dibangun
pada masa akhir kekuasaan Jepang 1944-1945, saat
dimana tentara kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat
defensif (dari sebelumnya ofensif) guna mempertahankan
daerah kekuasaan dari serangan Sekutu. Pilbox-pilbox

11
yang terdapat dalam kawasan ini yang masih dapat
ditemukan berjumlah sebanyak 9 buah (tersisa). Pillbox-
pillbox ini dihubungkan oleh garis pertahanan berupa
tembok sepanjang 1 km berbentuk huruf “L”. Pilbox-
pilbox tersebut berada/melekat dengan tembok
pertahanan (satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan).
Pada Kawasan Pertahanan Jepang Pantai Gandoriah
ini terdapat 9 buah (tersisa), serta tembok pertahanan
dengan panjang 1 km berbentuk huruf “L”dengan
ketinggian yang bervariasi antara 90 cm – 2 m dengan
ketebalan rata-rata 60 cm. Keseluruhan pillbox-pillbox ini
kecuali Pillbox Jepang Keling, dihubungkan oleh tembok
sebagai garis pertahanan.

12
Kompleks
Pillbox Jepang Pasir
Pillbox Jepang Pasir I merupakan salah satu dari
sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu.
Pillbox Jepang Pasir I ini terdiri dari 2 Pillbox
dengan jarak antar Pillbox sekitar 146 meter. Pada
dasarnya Pillbox ini masih saling menyatu dengan
bangunan Pertahanan Jepang lainnya yang berada di
pantai Pariaman. Pillbox Jepang Pasir I berada di halaman
rumah dinas Pemda Kab. Padang Pariaman. Pillbox
berbentuk bulat dengan diameter 4,7 m. Sedangkan pintu
masuk terdapat di sisi timur. Pintu masuk ini berbentuk
persegi panjang yang sekarang kondisi terpisah dengan
pillbox. Pada sisi barat dari Pillbox ini melesak
disebabkan oleh tidak stabilnya tanah pada sisi tersebut
akibat dari air genangan air yang menyebabkan tanah
pada sisi tersebut menjadi amblas. Pada bagian atas
bungker terdapat lubang-lubang persegi sebagai ventilasi
sebanyak empat buah.

13
Pillbox Santok I merupakan salah satu dari sekian
banyak

14
Kompleks
Pillbox Jepang Santok
bangunan pertahanan yang dibuat oleh tentara
Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di wilayah
pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II. Pillbox
ini diperkirakan dibangun pada masa akhir kekuasaan
Jepang 1944-1945, saat dimana tentara kekaisaran
Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari sebelumnya
ofensif) guna mempertahankan daerah kekuasaan dari
serangan Sekutu. Pillbox Santok 1 ini berada dipinggir
jalan MH. Thamrin, memiliki bentuk seperti lubang kunci,
pintu masuk ada di sisi tenggara. Pillbox ini memiliki
ukuran panjang 3,7 meter, dengan lebar 2,25. Pillbox ini
memiliki tujuh buah sisi dengan lubang intai pada semua
sisi tersebut yang berfungsi untuk pengintai dan
menempatkan senjata.

15
Kompleks
Pillbox Jepang Sintuak
Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang
sangat kuat, sehingga meresahkan kaum pergerakan
nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II,
Jepang terjun dalam kancah peperangan itu. Di samping
itu, terdapat dugaan bahwa suatu saat akan terjadi
peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada
suatu analisis politik. Adapun sikap pergerakan politik
bangsa Indonesia dengan tegas menentang dan menolak
bahwa fasisme sedang mengancam dari arah utara. Sikap
ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik
Indonesia (GAPI).
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di
Lautan Pasifik yang melibatkan Jepang. Melihat keadaan
yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus
dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya kuning
dari Jepang. Sikap tersebut dipertegas oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van
Starkenborgh Stachouwer dengan mengumumkan perang
melawan Jepang. Hindia Belanda termasuk ke dalam
Front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/Inggris, Cina,
Dutch/Belanda) dengan Jenderal Wavel (dari Inggris)
sebagai Panglima Tertinggi yang berkedudukan di
Bandung. Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga
Hindia Belanda yang merupakan benteng kebanggaan
Inggris di daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke

16
tangan pasukan Jepang. Peperangan yang dilakukan oleh
Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini diberi
nama Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam
waktu yang sangat singkat, Jepang telah dapat menguasai
daerah Asia Tenggara seperti Indochina, Muangthai,
Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tanggal
15 Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal
induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS
Repulse, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di
Asia. Begitu pula satu persatu komandan Sekutu
meninggalkan Indonesia, sampai terdesaknya Belanda dan
jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan Jepang. Namun
sisa-sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel
Doorman (Belanda) dapat mengadakan perlawanan dengan
pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat
ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan
Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut: diawali
dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemudian
Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Ambon. Kemudian
pada bulan Februari 1942 pasukan Jepang menduduki
Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Maret 1942, Pasukan Jepang dapat menguasai
Padang.Namun ketika mulai menguasai Sumatera,
Balatentara Yang pertama kali dilakukan balatentara
Jepang sesaat menduduki Sumatera khususnya Padang
dan Bukittinggi adalah membangun benteng dan tempat-
tempat persembunyian di bawah tanah, seperti lobang
Jepang di Bukittinggi dan Benteng Pillbox di Padang.

17
Nampaknya Jepang sudah tahu bahwa mereka
hanya sementara memukul pasukan Sekutu dan KNIL.
Terbukti tak lama kemudian Sekutu dan KNIL kembali
menyerang daerah kekuasaan yang diduduki Jepang.
Dengan telah dikuasainya Sumatera oleh Tentara Jepang,
maka pulau Sumatera berada di bawah kekuasaan
Angkatan Darat ke-25 dengan markas besar di
Bukittinggi.

18
B erdasarkan inskripsi yang terdapat di dinding
tembok belakang (sisi utara), rumah ini
dibangun oleh Noer Elma Roslina binti St. Haroen Rasjid
pada tanggal 9 juni 1935. Tokoh ini pada masanya
merupakan seorang yang terpandang dan kaya di Pariaman.
Penamaan bangunan “Rumah Cik Tolek” diperkirakan
berdasarkan penyebutan masyarakat lokal Pariaman yang
mengibaratkan bahwa “Cik Tolek” merupakan panggilan
terhadap seseorang individu yang kaya, terpandang dan
terpelajar. Namun pada masanya, sebutan ini lebih
berorientasi kepada keturunan Cina.

19
S elanjutnya rumah ini dihuni oleh Syarifah Umi.
Ketika Jepang masuk ke Pariaman sekitar
tahun 1942, diperkirakan bangunan ini dikuasai oleh
Jepang atau orang Cina, bahkan bangunan sisi selatan
yang masih di miliki oleh Syarifah Umi (keturunan Noer
Elma Roslina binti St. Haroen Rasjid) sampai sekarang
masih dinamakan Gedung Kowaki. Setelah Jepang
meninggalkan Pariaman dan warga Cina eksodus, bangunan
ini diambil alih lagi oleh keturunan Noer Elma Roslina
binti St. Haroen Rasjid. Sampai sekarang, rumah ini
masih belum mengalami perubahan bentuk dan fungsinya.
Rumah ini sekarang di huni dan dikelola oleh keturunan
Noer Elma Roslina binti St. Haroen Rasjid yakni Nur Elma
Harun.

20
Tuanku Badaruddin merupakan seorang ulama
besar yang terlibat aktif dalam menyebarkan agama
Islam di Pariaman (Marunggi). Beliau merupakan ulama
yang belajar agama Islam langsung ke Aceh, namun
kemudian berguru kepada Syeh Burhanuddin. Setamat
belajar, beliau ditugaskan untuk menyiarkan agama Islam
ke Marunggi, dikawasan inilah Syeh Badaruddin dikenal
sebagai ulama besar.
Makam ini terletak di Kelurahan Marunggi, sebuah
kelurahan/korong dalam kenagarian Kuraitaji. Pada
kompleks makam ini terdapat 9 makam, sedangkan makam
Badaruddin berada ditengah diapit oleh makam-makam
yang lain. Menurut masyarakat setempat makam yang
berada di sekeliling Syeh Badaruddin diperkirakan makam
para murid beliau. Makam ini tidak memakai jirat hanya
meninggikan tanah disekitarnya dan diberi nisan pada
bagian kaki dan kepala. Nisan terbuat dari batu biasa
yang berupa menhir.
Kompleks makam ini dahulunya memiliki sebuah
gubah yang digunakan oleh masyarakat Marunggi untuk
mengadakan tradisi basafa, namun perkembangan zaman
dan perubahan dalam kehidupan masyarakat tradisi ini
telah menghilang. Saat ini dalam kompleks makan tidak
adalagi ditemukan gubah, dan kondisi makan cenderung
tidak terawat dan bersih lagi.
21
22
Pillbox Jepang Apar
Pillbox Jepang Apar merupakan salah satu dari
sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu.
Pillbox terbuat dari coran semen dengan ketebalan
ratarata 50 cm. objek berbentuk segi enam dengan lebar
masing-masing sisi 2 m. pintu masuk bangunan yang
berada di sisi barat berukuran lebar 0,9 m dan tinggi
0,89 m. bangunan ini memiliki tinggi 1,40 m. Lubang
tembak pada bangunan berjumlah 5 buah yang berada di
sisi utara, timur dan barat. Lubang tembak ini berbentuk
persegi panjang berupa corong (mengecil pada bagian
pangkal/dalam dan melebar ke bagian luar) dengan ukuran
rata-rata pada bagian luar: panjang 89 cm x tinggi 38 cm
dan bagian dalam: panjang 73 cm x 32 cm.
Sedangkan “Spy Holl” atau lubang intai berjumlah
2 buah yang terdapat di sisi timur dan selatan. Lubang
intai ini berbentuk persegi panjang dan berupa corong
(semakin mengecil ke bagian luar) dengan ukuran rata-
rata pada bagian luar: 26 cm x 27 cm, dan bagian dalam:
60 cm x 33 cm. Pada bagian atas terdapat tiang-tiang
panjang dari logam (besi).

23
24
PILLBOX JEPANG
BALAI GANTING
Pillbox Jepang Balai Ganting merupakan salah satu
dari sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Benteng pertahanan
Jepang Balai Ganting ini berbentuk bungker. Bungker
Balai Ganting ini berbentuk persegi delapan, dengan pintu
masuk yang terletak di sisi timur dan terdapat beberapa
lubang intai yang terletak di sisi barat, utara, dan selatan.
Lubang intai ini melebar di bagian luar dan megecil pada
bagian dalam. Bungker ini memiliki ukuran 6,8 x 5,5 meter.
Bungker ini berada di halaman rumah penduduk, dan
sekarang dimanfaatkan sebagai gudang.

25
PILLBOX JEPANG BINASI

Pillbox Jepang Binasi I merupakan salah satu dari


sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Keletakan Pillbox
Jepang Binasi I dan II berjarak antar objek sekitar 141
meter. Pillbox Jepang Binasi Iberbentuk segi delapan
tetapi panjang sisi-sisinya tidak sama. Memiliki ukuran
terpanjang 5,60 x 4,90 meter. Ada dua ukuran sisi pada
bungker ini, sisi yang panjang dan sisi pendek masing-
masing empat buah sehingga membentuk persegi empat
yang memiliki sudut-sudut yang tumpul. Pintu masuk
berada di timur laut. PillboxBinasi 1 berada di halaman
rumah penduduk dan di pinggir jalan Puti Bungsu.
26
Pillbox Jepang
Kurai Taji
Pillbox Jepang Kurai Taji merupakan salah satu dari
sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Pillbox ini berada di
halaman panti asuhan, dan tepat dipinggir jalan kampung
Kurai Taji. Kondisi saat ini sudah dilakukan penataan oleh
panti asuhan. Saat ini Pillbox tersebut seperti taman
yang telah ditata oleh pihak panti. Pintu masuk terdapat
di sisi timur laut dan telah diberi pintu teralis.

27
PILLBOX JEPANG PAUH
Pillbox Jepang Pauh merupakan salah satu dari
sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Pillbox terbuat dari
bahan semen campuran kerikil yang sangat kuat dan
kokoh dengan ketebalan 0,31 m. Benteng ini terletak di
pinggir jalan raya (depan rumah makan Labuh Raya Pauh.
Pillbox berbentuk segi enam dengan sisi yang bervariasi
antara 0,59 m s.d. 1,83 m. Pada pillbox yang berorientasi
arah barat ini terdapat 3 buah lubang tembak dan 1 spy
holl/lubang intai. Lubang tembak ini berbentuk persegi
panjang seperti corong dimana semakin ke dalam,
lubangnya semakin mengecil.

28
PILLBOX JEPANG
TUNGKA UTARA
Pillbox Jepang Tungka Utara merupakan salah satu
dari sekian banyak bangunan pertahanan yang dibuat oleh
tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di
wilayah pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir
kekuasaan Jepang 1944-1945, saat dimana tentara
kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari
sebelumnya ofensif) guna mempertahankan daerah
kekuasaan dari serangan Sekutu. Benteng Pertahanan
Jepang Tungkal Utara merupakan benteng pertahanan
berbentuk Pillbox dan memiliki bentuk dasar persegi
enam dengan ukuran 2,8 x 2,6 meter.
Pada sisi utara, selatan, dan timur terdapat lubang
intai. Lubang intai di sisi utara memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan lubang intai yang berada di sisi
selatan dan timur. ukuran lubang intai pada sisi selatan
dan timur sekitar 1,1 x 0,3 meter. Bahan dari Pillbox ini
terbuat dari coran semen dicampur dengan pasir dan
kerikil. Letak dari Pillbox Jepang Tungkal Utara saat ini
berada disamping rumah penduduk.

29
B angunan Hj. Puti Ramala terletak di kelurahan
Pondok II, pada awalnya bangunan ini dimilik
oleh warga keturunan Cina dan pernah dipakai sebagai
sekolah, ketika orang-orang Cina melarikan diri dan
meninggalkan Pariaman, bangunan ini dijual ke orang
pribumi. Bangunan ini terletak di Jalan St Alamsyah, yang
dikenal sebagai perkampungan Cina di Pariaman. Arsitek
bangunan ini perpaduan arsitek kolonial dan arsitek Cina.
Bangunan secara keseluruhan unsur keasliannya masih ada,
tetapi pada bagian depan terdapat bangunan tambahan
yang dibagi kedalam 4 petak. Bangunan ini berdenah
persegi dengan bentuk atap limas. Bangunan sangat kuat
dan kokoh

30
31
32
R umah ini dibangun oleh H. Siddik Umar tahun
1920-an. H. Siddik Umar merupakan salah satu
tokoh agama dan seorang pedagang di Pariaman yang lahir
sekitar tahun 1860-1870-an di Pariaman. Bangunan ini
terletak di Kelurahan Kampung Perak, Bangunan ini fungsi
semula sebagai tempat tinggal pejabat Belanda, walaupun
penjajahan Belanda telah lama berakhir namun bangunan
ini masih mencirikan arsitektur kolonial, terlihat pada
bagian dinding yang tebal dan kokoh dan juga pada bagian
jendela dan ventilasi. Pada bagian teras terdapat tiang
berjumlah 4 buah .

33
P ariaman adalah sebuah kota pelabuhan
(entrepot) yang sudah tua usianya. Kota ini
pernah melahirkan seorang pedagang besar pada abad ke-
19, yaitu Moehammad Saleh Datoek Orang Kaya Besar
Moehammad Saleh lahir tahun 1841 di Desa Pasir Baru,
Pariaman. Ayahnya, Peto Rajo, juga seorang pedagang,
adalah penduduk Pariaman asli. Namun, ayah Peto Rajo
adalah keturunan seorang raja di Rigah, Rantau Duabelas,
Aceh Barat. Tarus, Ibu Moehammad Saleh, berasal dari
Guguak Ampek Koto, dekat Bukittinggi. Mungkin keluarga
Tarus telah hijrah ke Pariaman akibat Perang Padri.
Usaha Moehammad Saleh dirintis dari seorang penghela
pukat di Pantai Pariaman sampai akhirnya menjadi
seorang pedagang besar yang mempunyai beberapa
perahu.

34
S elama hidupnya Moehammad Saleh menikah
sebanyak 14 kali. Gelar kebesarannya (bahasa
Minang: Datuak Urang Kayo Basa) diperoleh pada bulan
Oktober 1877, dalam upacara khitanan anak pertamanya,
Moehammad Taib (lahir pada tgl. 6 Syaban 1281 H dari
istri yang kedua, Banoe Idah). Moehammad Saleh
meninggal di Pariaman tahun 1922 dalam usia 81 tahun.
Sampai sekarang cerita mengenai Moehammad Saleh
tetap hidup di kalangan generasi tua di kota Pariaman.
Bangunan

35
36
37
38
39
40
41
Stasiun ini merupakan salah satu
stasiun yang berada di jalur Pariaman-Sungai
Limau.Terakhir diperguna-kan tahun 1998. Sebelum
penghentian jalur ke Naras ini, stasiun ini berfungi
sebagai lokasi transit pengangkutan hasil kelapa sawit
dari Pasaman Barat.

42
43
44
45
A
Agama 9, 14, 25 Kantor 3, 4, 6, 13

B M
Bagindo Makam 9
11, 13 Mesjid Raya 10, 25
Bangunan 4, 5, 8, 13, 14, P
16, 21, 23, Padang Pariaman 3
27 Pariaman 4, 11, 17, 22, 25,
Belanda 26, 27
14, 17, 21, 22, 27 Pasar 10, 25
Bioskop Garuda 2 Pedagang 11, 13, 14, 15, 25
Bupati 3 Penjajahan 14
C Pillbox 5, 6
Cagar Budaya 1 Pln 4
Cik Tolek 7 R
Cina 4, 7, 8, 11 Ruko 11
I Rumah Gadang 15, 27
Islam 9, 25 Rumah Panggung 17, 20

J S
Jepang 5, 6, 8 Stasiun Kereta Api 22, 23
Sumatera Barat 22, 23
K
Kampung Perak 14, 21, 25 T
Kampung Pondok 11, 17 Toko 11, 16, 26

46

You might also like