Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan

umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala

secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat

badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari

kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2015).

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia usia kehamilan 37-42 minggu dan

berat badanya 2.500-4.000 gram (Vivian, 2015).

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui

vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan

antara 2500-4.000 gram nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2014).

2.1.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

Menurut Dewi (2015), perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :

1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi


Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas

melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

2. Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan

mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.

3. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan

mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke

lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air

ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu

tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk

mendapatkan kembali panas tubuhnya.

4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.

Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi

harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru

lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).

5. Perubahan sistem gastrointestinal

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna

makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan

lambun g masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru

lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi

baru lahir cukup bulan. 


6. Sistem kekebalan tubuh/ imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. 

2.1.3 Ciri-ciri Bayi Normal

Menurut (Saifudin, 2014). Ciri-ciri bayi lahir normal sebagai berikut:

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.

2. Berat badan 2.500-4.000 gram.

3. Panjang badan 48-52 cm.

4. Lingkar dada 30-38 cm.

5. Lingkar kepala 33-35 cm.

6. Lingkar lengan 11-12 cm.

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8. Pernafasan ± 40-60 x/menit.

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai APGAR > 7.

13. Gerak aktif.

14. Bayi lahir langsung menangis kuat.

15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan

daerah mulut).

16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan

baik.

18. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.

19. Genetalia.

a) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang

berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

b) Pada laki-laki kematangan testis dalam skrotum, penis berlubang terletak

diujung penis.

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam

pertama dan berwarna hitam kecokelatan.

2.1.4 Penilaian Awal Pada Bayi baru Lahir

Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah bayi baru lahir dengan menilai

segera bayi baru lahir penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak. Penilaian segera setelah bayi lahir sebelum menit pertama yaitu

penilaian :

1. Pernafasan : tidak ada pernafasan, pernafasan lambat, pernafasan

teratur(menangis keras)

2. Denyut jantung/ nadi : <100x/menit atau tidak ada denyutan jantung

3. Warna kulit : biru/pucat,ekstremitas biru, badan merah, seluruh kulit warnanya

merah

Dimana sebagian bayi akan bernafas atau menangis secara spontan dalam

waktu 30 detik setelah lahir. Bila bayi tersebut bernafas dan menangis (terlihat

dari pergerakan dada paling sedikit 30 kali per menit), biarkan bayi tersebut
dengan ibunya.Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segeralah cari

bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.Persiapkan

kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta

bantuan khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, perdarahan,

persalinan lama atau macet, persalinan dini.Penilaian pada 1 menit pertama dan

5 menit kemudian dilakukan dengan penilaian APGAR score.

Tabel 2.1

APGAR Score

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas kemerahan
biru
Pulse Tidak ada < 100 > 100
(denyut
jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi

Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung


(aktivitas) menangis

Respiration Tidak ada Lemah/tidak menangis


(pernafasan) teratur
S

Sumber : Dewi, 2014

Interpretasi :

1. Nilai 1-3 asfiksia berat.

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang.

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).


2.1.5 Tahapan bayi Baru Lahir

1. Tahap I terjadi segera setelah lahir ,selama menit –menit pertama kelahiran. Pada

tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk

interaksi bayi dan ibu.

2. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas .Pada tahan II dilakukan pengkajian

selama 24 jam pertama terhadap adannya perubahan perilaku.

3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang

meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Kumalasari, 2015).

2.1.6 Klasifikasi bayi baru lahir

Menurut Marmi (2015), Bayi baru lahir atau neonatus di bagi sebagai berikut :

1. Neonatus menurut masa gestasinya :

a. Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

b. Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

c. Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau

lebih)

2. Neonatus menurut berat badan lahir :

a. Berat lahir rendah : < 2500 gram

b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

c. Berat lahir lebih : > 4000 gram

3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masagestasi dan ukuran berat

lahir yang sesuai untuk masakehamilan) :


a. Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

2.1.7 Bounding Attachment

1. Pengertian Bounding Attachment

Suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh

ibu kepada bayinya segera setelah lahir, Attachment : adalah interaksi antara ibu

dan bayi secara spesifik secara waktu (Prawirohardjo, 2014).

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

a. Perkenalan denganmelakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan

mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.

b. Bounding (keterikatan)

c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain

(Ludyanti, 2016).

3. Tujuan Bounding Attachment

Tujuan bonding attachment adalah untuk membantu tumbuh kembang

fisik, emosi, dan intelektual seorang anak dari awal kehidupan hingga dewasa

(Ludyanti, 2016).

4. Manfaat Bounding Attachment

Manfaatnya dilakukan bonding attachment adalah bayi merasa dicintai dan

diperhatikan, bayi merasa aman karena mendapat dekapan dari ibunya,

menumbuhkan sikap sosial.Merupakan awal dalam menciptakan dasar-dasar


kepribadian yang positif. Contohnya perasaan besar hati dan sikap positif

terhadap orang lain (Ludyanti, 2016).

5. Faktor-Faktor Penghambat Bounding Attachment

a.   Kurangnya support sistem.

b.   Ibu dengan resiko (ibu sakit).

c.   Bayi denganresikobayiprematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik

d.   Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

2.1.8 Penatalaksaan Bayi Baru Lahir Normal

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari

kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada

kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama

kehidupan (Lissauer, 2015).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan

jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,

identifikasi, dan pencegahan infeksi (Saifuddin, 2015).

Asuhan bayi baru lahir meliputi :

1. Pencegahan Infeksi (PI)

2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas

setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?


3. Pemotongan dan perawatan tali pusat

pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi.

Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau

mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI,

2014). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum

memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan

dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat,

dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2014).

4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di

dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD

selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian

vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan

lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

5. Mekanisme kehilangan panas

melalui tunda mandi selama 6jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti

kepala dantubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Bayi baru lahir dapat

kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara berikut :

a. Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas

dapat terjadi karena penguapan air ketuban pada permukaan tubuh oleh panas

tubuh sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

b. Konduksi

Kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin.

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar

yang lebih dingin.

d. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda

– benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

Gambar 2.1

Mekanisme Kehilangan Panas

6. Pemberian salep mata/tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri

bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1%

atau 11 antibiotika lain) (Kementerian Kesehatan RI, 2015).


1. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K

dosistunggal di paha kiriSemua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan

vitamin K(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untukmencegah

perdarahanBBL akibat defisiensi vitamin yangdapat dialami oleh

2.1.9 Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Trauma pada bayi baru lahiradalah cedera yang didapatkan saat persalinan.

Trauma ini bisa disebabkan oleh mikrosomia, premature, chepalo pelvic

disporpotion (CPD), distosia, persalinan lama, presentasi abnormal, dan persalinan

dengan tindakan (vaccum atau forceps). Trauma atau cedera pada bayi baru lahir

dapat dibedakan menjadi :

1. Cedera kepala (kaput suksedenium, sefal hematoma, dan perdarahan intrakranial).

2. Cedera leherdan bahu (fraktur klavikula dan brakial palsi).

3. Cedera intraabdomen (perdarahan dihati, limpa, atau kelenjar adrenal)

(Vivian,2015).

2.1.10 Kebutuhan Bayi 0 – 6 minggu

Menurut Vivian, 2015 kebutuhan bayi 0-6 minggu sebagai berikut :

1. Kebutuhan awal bayi baru lahir

a. Mengeringkan bayi, potong tali pusat dan mempertahankan suhu tubuh

bayi seperti IMD, 1 jam setelah IMD kemudian di injeksi vitamin K di

paha sebalah kanan, 1 jam selanjutnya injeksi HB0 di paha sebelah kiri dan

memberikan salep mata pada bayi.

2. 0 – 2 hari kebutuhanya sebagai berikut :

a. Bayi menyusu selama 1-2 menit pada setiap payudara.


b. Bayi menyusu 10 menit dengan jarak 3-4 jam (on demand).

c. Bayi akan lapar 2 - 4 jam.

d. BAB pada hari pertama-ketiga yaitu Mekoneum (warna hitam

kehijauahan).

e. Bayi harus BAK dalam waktu 24 jam.

f. Memandikan bayi 2 x sehari.

g. Perawatan tali pusat.

h. Bounding Attachment (kasih sayang).

3. Kebutuhan bayi usia 2 minggu, sebagai berikut :

a. Bayi menyusu selama 1-2 menit pada setiap payudara.

b. Bayi menyusu 10 menit dengan jarak 3-4 jam (on demand).

c. Bayi akan lapar 2 - 4 jam.

d. Bayi BAK 5-6 x sehari, BAB sudah normal.

e. Melihat tanda-tanda infeksi pada bayi.

f. Melihat apakah tali pusat sudah lepas.

g. Memandikan bayi 2 x sehari.

4 .Kebutuhan bayi usia 6 minggu, sebagai berikut :

a. Bayi menyusu selama 1-2 menit pada setiap payudara.

b. Bayi menyusu 10 menit dengan jarak 3 – 4 jam (on demand).

c. Bayi akan lapar 2 -4 jam.

d. Bayi BAK 5-6 x sehari.

e. Memandikan bayi 2 x sehari.

f. melihat apakah terdapat tanda-tanda infeksi pada bayi.


2.1.11 Penanganan bayi baru lahir

Menurut Sulistyawati, 2014 penanganan bayi baru lahir sebagai berikut :

1. Nilai keadaan umum bayi dengan cara : apakah bayi menangis kuat/tidak,

apakah warna kulit bayi merah mudah, pucat/biru, apakah gerakan bayi

kuat/lemas, serta mengeringkan tubuh bayi.

2. Potong tali pusat.

3. Menjaga kehangatan bayi dengan cara : letakkan bayi di atas perut ibu/dada

agar terjadi kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi. Kemudia tutup

tubuh bayi menggunakan handuk/kain yang kering dan bersih.

4. Memberikan asuhan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).

5. Mecegah infeksi dengan cara : berikan imunisasi, dan cuci tangan terlebih

dahulu ketika hendak memegang bayi.

6. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi untuk mengetahui adanya kelainan

pada organ tubuh bayi yang dibawa sejak lahir bila ada.

7. Memberikan asuhan sayang ibu dengan pelayanan rawat gabung antara bayi

dan ibu.

2.2 Manajemen Kebidanan

2.2.1 Pengertian manajemen kebidanan

Menurut (Situpang, 2013), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan


tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan

logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh

perawat dan bidan pada awal tahun 1970. Proses ini memperkenalkan sebuah

metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan

yang logis dan menguntungkan bagi kllien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses

ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan

(Muslihatun, 2014).

2.2.2 Langkah-langkah manajemen kebidanan

Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang

akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,

yaitu:

1) Riwayat kesehatan

2) pemeriksaan fisik pada kesehatan

3)  Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4)  Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan

data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan

melakukan konsultasi.

2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di

interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan

oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.

Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap

proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan

takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu

akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan

memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.

3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.

4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau

kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera

untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III

atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang

dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

5. Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada

langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan

apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial

ekonomi, kultur atau masalah psikologis.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus

rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date

serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh

klien.

6. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi

oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya

sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu dari asuhan klien.

7. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan

diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif

sedang sebagian belum efektif.


Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah

SOAP yang merupakan kumpulan tahapan dari Varney (2012) dimana SOAP

singkatan dari :

S (Subjektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa

sebagai langkah 1 Varney.

O (Objektif ) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis lain

yang di rumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assessment sebagai langkah 1 varney.

A (Assessment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

analisa dan interpretasi data subjektif dan

objektif dalam suatu identifikasi:

1. Diagnosa/masalah

2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera oleh Bidan atau Dokter,

konsultasi atau kolaborasi atau rujukan sebagai langkah

2, 3 dan 4 varney.

P (Planning) : Merencanakan menggambarkan pendokumentasian

dari perencanaan, tindakan dan evaluasi berdasarkan

assessment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.


2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal Dengan Pemberian

Imunisasi HB 0

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

A. Data Subjektif

1. Biodata bayi

Nama bayi untuk mengetahui identitas bayi, umur bayi, perlu diketahui untuk

mengetahui apakah berat badan bayi meningkat atau tidak, tanggal lahir, jam lahir,

jenis kelamin, dan nomor register (Varney, 2012).

2. Biodata orang tua

Nama dan umur untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak,

agama untuk memberikan dukungan spiritual kepada ibu, suku atau bangsa untuk

mengetahui adat dan kebiasaan ibu dalam hal memberikan penjelasan yang

berhubungan dengan asuhan yang akan diberikan, pekerjaan untuk mengetahui tingkat

ekonomi dan alamat untuk lingkungan tempat tinggal ibu. Selain itu biodata dari pihak

suami juga diperlukan yang terdiri : nama, umur, agama, suku dan bangsa, tingkat

pendidikan, pekerjaan dan alamat (Varney, 2012).

3. Riwayat kehamilan sekarang

Yang perlu dikaji adalah tanggal hari pertama haid terakhir, masalah dan kelainan

pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan, keluhan selama hamil (Varney, 2012).

4. Riwayat penyakit pada ibu

Untuk mengetahui apakah saat ini ibu sedang menderita suatu penyakit, atau tidak

pernah menderita penyakit sistematik seperti jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis,


diabetes mellitus, hipertensi, epilepsi, dan lain-lain. Serta untuk mengetahui apakah

ada riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar, dan riwayat operasi

(Varney, 2012).

5. Kebiasaan ibu waktu hamil

Menurut Kumalasari (2015) beberapa kebiasaan ibu hamil sehari-hari yang harus

diketahui yaitu :

1) Pola nutrisi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu hamil mengalami ganggun nutrisi

atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas,

keluhan, makanan pantangan.

2) Personal hygiene

Personal hygiene perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.

Kebersihan perorangan sangat penting supaya tidak terjadi infeksi kulit.

3) Psikososial budaya

Untuk mengetahui apakah ada pantangan makan atau kebiasaan yang tidak

diperoleh selama hamil dalam adat masyarakat setempat, perasaan tentang

kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelamin yang

diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, dan keluarga lain yang

tinggal serumah.

4) Perokok dan pemakai obat-obatan

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan merokok, menggunakan obat- obatan

dan alkohol. Pada ibu hamil yang mengkonsumsi rokok, penggunaan obat-obatan
dan alkohol dapat menyebabkan terjadinya abortus dan terjadinya infeksi pada

janin.

B. Data Objektif

Data Objektif adalah data yang di dapat dari pasien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi dan kejadian.

1. Pemeriksaan umum dilakukan untuk menilai keadaan bayi baru lahir secara

menyeluruh apakah bayi menangis atau tidak, kesadaran, keadaan umum, pernapasan,

nadi dan suhu.

2. Pemeriksaan Fisik Sistematis

a. Kepala : Ubun-ubun besar dan molase serta kelainan

b. Mata : Adakah stabimus dan pucat pada konjungtiva.

c. Hidung : Adakah napas cuping, adakah cairan, adakah benjolan.

d. Telinga : Simetris atau tidak, adakah kotoran atau cairan.

e. Mulut : Adakah sianosis dan kering, ada labio skizis/ tidak, ada

labiopalato skizis/ tidak.

f. Leher : Tampak pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan

kelenjar limfe/tidak

g. Dada : Simetris/tidak, tampak retraksi dada/tidak

h. Abdomen :Tampak benjolan abnormal/tidak, tali pusat belum kering

masih terbungkus kasa steril.

i. Genetalia : Bersih/tidak, labia mayora sudah menutupi labia minora,

penis pada laki-laki testis sudah turun.

j. Ekstremitas
Atas : Gerakan normal/tidak, aktif/tidak, sindaktil/ tidak, kuku

pucat/tidak.

Bawah : Gerakan normal/ tidak, aktif/ tidak, sindaktil/ tidak, kuku

pucat/ tidak.

3. Pemeriksaan Khusus

Penilaian segera setelah bayi lahir sebelum menit pertama yaitu penilaian :

a) Pernafasan : tidak ada pernafasan, pernafasan lambat, pernafasan teratur(menangis

keras)

b) Denyut jantung/ nadi : <100x/menit atau tidak ada denyutan jantung

c) Warna kulit : biru/pucat,ekstremitas biru, badan merah, seluruh kulit warnanya

merah

Dilakukam dengan memeriksa APGAR Score pada menit pertama setelah

lahir, sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang pada menit ke 10.

Tabel 2.2

APGAR Score

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appearance Pucat/biru Tubuh Seluruh


(warna kulit) seluruh merah, tubuh
tubuh ekstremitas kemerahan
biru
Pulse Tidak ada < 100 > 100
(denyut
jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan
(tonus otot) sedikit fleksi aktif
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktivitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak menangis
(pernafasan) teratur
Sumber : Dewi, 2015

1. Baik bila APGAR score 7-10

2. Ringan-Sedang bila APGAR score 4-6

3. Berat bila APGAR score 0

4. Pemeriksaan Refleks

a. Rooting reflex

Refleks ini terjadi ketika Anda menyentuh pinggir mulut bayi Anda. Bayi akan

mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka mulutnya.

b. Refleks menghisap (sucking reflex)

Ketika bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh, bayi akan mulai

menghisap.

c. Refleks moro

Refleks moro biasanya muncul ketika bayi terkejut. Ketika bayi Anda terkejut

misalnya karena suara yang berisik atau gerakan yang terjadi secara tiba-tiba, bayi

akan mengeluarkan refleks ini.

d. Reflek tonic neck

Ketika kepala bayi menengok ke satu sisi, ia akan memanjangkan lengan di sisi yang

sama. Sebaliknya, lengan pada sisi yang berlawanan akan ditekuk.


e. Reflek Grasping

Refleks menggenggam pada bayi muncul ketika Anda menyentuh telapak tangannya.

Bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan menggenggam.

f. Refleks Babinski

Refleks Babinski muncul ketika Anda menggaruk telapak kaki bayi Anda. Jempol

bayi akan mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan terbuka.

5. Pemeriksaan antropometri

a. Lingkar Kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak normal LK 34

cm.

b. Lingkar Dada : Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan

(normal 32-34 cm).

c. Panjang Badan : Normal (47-50 cm).

d.Berat Badan : Normal 2500-4000 gram berat bayi lahir normal.

C. Assasment

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

1. Diagnosa yang ditegakkan adalah :

a. Berdasarkan pemeriksaan awal yang dilakukan ketika bayi baru lahir seperti

melihat apakah bayi menangis kuat atau tidak, mengeringkan bayi, potong

tali pusat, lakukan IMD dan menjaga kehangatan bayi. 1 jam setelah IMD
kemudian injeksi vitamin K di paha sebalah kanan, 1 jam selanjutnya injeksi

HB0 di paha sebelah kiri dan memberikan salep mata pada bayi.

b. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, pemeriksaan fisik

secara menyeluruh dilakukan selama 24 jam setelah lahir saat temperature

bayi baru lahir stabil.

c. Berdasarkan pemeriksaan antropometri seperti berat badan 2500-4000 gram,

panjang badan 48 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar kepala 31 cm.

d. Reflek seperti sucking, rooting, dan moro.

e. Menilai APGAR score dan pemeriksaan keadaan umum yaitu nadi, suhu,

pernapasan, dan kesadaran.

2. Masalah, permasalahan yang sering timbul pada bayi baru lahir normal adalah

penyesuaian dengan suhu ruangan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin.

3. Kebutuhan, adapun kebutuhan bayi baru lahir meliputi : mempertahankan suhu

tubuh bayi untuk mencegah terjadi hipotermi seperti IMD, 1 jam setelah IMD

kemudian injeksi vitamin K di paha sebalah kanan, 1 jam selanjutnya injeksi

HB0 di paha sebelah kiri dan memberikan salep mata pada bayi, bounding

attachment (kasih sayang) dari ibu dan keluarga, memantau tanda-tanda vital

bayi seperti : pernapasan, nadi dan suhu serta pemberian ASI yang adekuat

(Vivian, 2015).

Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial


Dalam hal ini menkaji dan mengidentifikasi masalah potensial

berdasarkan dan masalah yang sudah diidentifikasi pda bayi baru lahir

adalah :

a. Potensial terjadi hipotermi

b. Potensial terjadi diinfeksi

c. Potensial terjadi asfiksia (Kumalasari, 2015).

Langkah IV : Kebutuhan yang memerlukan Penanganan segera

Meningkatkan belum sempurna kerja alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan

hidup diluar uterus maka IMD, pemberian ASI Esklusif, perawatan tali

pusat serta mencegah infeksi (Sarwono, 2015).

D. Perencanaan

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Identifikasi masalah, diagnosa dan kebutuhan. Perencanaan pada bayi baru lahir

normal dapat berupa :

1. Penangan Awal bayi baru lahir

b. Observasi apakah bayi menangis kuat atau tidak.

c. Keringkan bayi.

d. Potong tali pusat.

e. Lakukan IMD dan pertahankan kehangatan bayi.

f. 1 jam setelah IMD kemudian injeksi vitamin K di paha sebelah kanan, 1 jam

selanjutnya jinjeksi HB0 di paha sebelah kiri dan memberikan salep mata pada bayi.

2. 6-48 jam setelah lahir.


a. Obsevasi keadaan dan tanda-tanda vital seperti (pernafasan, nadi, suhu).

b. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi seperti mendekap/ memeluk bayi,

memberikan selimut dan rawat gabung untuk menjalin ikatan kasih sayang/

bounding attachment.

c. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif setiap 10 menit dengan jarak 3-4 jam

(on demand) dan 1-2 menit setiap payudara.

d. Jelaskan kepada ibu bagaimana cara merawat tali pusat agar tidak terjadi infeksi

dengan menggunakan kassa kering dan air bersih tidak menggunakan alkohol dan

betadine.

e. Jelaskan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan (Personal Hygiene) pada

bayinya dengan slalu mengganti popok setiap sudah buang air kecil (BAK) dan

buang air besar (BAB).

f. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan Kunjungan Neonatal ke (KN 2).

3. Hari ke-3 sampai dengna hari ke-7 setelah lahir.

a) Obsevasi keadaan dan tanda-tanda vital seperti (pernafasan, nadi, suhu).

b) lihat apakah ada tanda-tanda infeksi pada bayi.

c) Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi seperti mendekap/ memeluk bayi,

memberikan selimut dan rawat gabung untuk menjalin ikatan kasih sayang/

bounding attachment.

d) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif setiap 10 menit dengan jarak 3-4 jam

(on demand) dan 1-2 menit setiap payudara.


e) Jelaskan kepada ibu bagaimana cara merawat tali pusat agar tidak terjadi infeksi

dengan menggunakan kassa kering dan air bersih tidak menggunakan alkohol dan

betadine.

f) Jselaskan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan (Personal Hygiene) pada

bayinya dengan slalu mengganti popok setiap sudah buang air kecil (BAK) dan

buang air besar (BAB).

g) Timbang bayi untuk melihat pertambahan berat badan setiap melakukan kunjungan.

h) Anjurkan kepada ibu untuk melakukan KN 3.

4. hari ke-8 sampai dengan hari ke- 28 setelah lahir.

a. Obsevasi keadaan dan tanda-tanda vital seperti (pernafasan, nadi, suhu).

b. Lihat apakah ada tanda-tanda tali pusat lepas.

c. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi seperti mendekap/

d. memeluk bayi, memberikan selimut dan rawat gabung untuk menjalin ikatan kasih

sayang/ bounding attachment.

e. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan setiap 10 menit

dengan jarak 3-4 jam (on demand) dan 1-2 menit setiap payudara.

f. Jelaskan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan (Personal Hygiene) pada

bayinya dengan slalu mengganti popok setiap sudah buang air kecil (BAK) dan

buang air besar (BAB).

g. Timbang bayi untuk melihat pertambahan berat badan setiap melakukan

kunjungan.

Langkah IV : Melaksanakan perencanaan


Melaksanakan perencanaan yang sudah direncanakan pada langkah V

(Sarwono 2014).

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini bidan melakukan evaluasi yang efektif berdasarkan

asuhan kebidanan yang telah diberikan apakah telah benar-benar sudah baik

sesuai dengan kebutuhan sebagai mana dalam diagnose dan masalah pada bayi

baru lahir dan masih perlu diperbaiki (Sarwono, 2014).

You might also like