ZKupas Tuntas RUU HPP 211005p

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 70

Kupas Tuntas

RUU Harmonisasi Peraturan


Perpajakan: Jilid 1 (KUP & OVDP)
Free Webinar | 6 Oktober 2021 | Pratama-Kreston Tax Research Institute
Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA
Biodata Narasumber
 Nama : Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA
 Kontak : 0811.906.181 | prianto.budi@gmail.com | prianto.saptono@ui.ac.id
 TTL : Purwokerto, 8 September 1971
 Keluarga : 1 istri, 6 anak, 2 menantu, 3 cucu
 Pendidikan : D3 STAN (1993) - D4 STAN (1999) - S2 UGM (2012) - S3 FISIP UI (2020)
 Pekerjaan : • Pemeriksa di Karikpa Jakarta Enam Ditjen Pajak (1994 – 1999)
• Auditor/konsultan di KAP Kanaka Puradiredja & Rekan (1999-2004)
• Pemilik PT Pratama Indomitra dgn 103 pegawai (2010 – skrg)
• Dosen S1 Fak. Ilmu Administrasi UI (Sep 2014 – skrg)
• Dosen S2 Fak. Ilmu Administrasi UI (Sep 2020 – skrg)
• Dosen S2 Magister Administrasi Institut STIAMI (Sep 2020 – skrg)
• Dosen S2 Magister Akuntansi Univ. Pancasila (Mulai November 2021)
 Organisasi : • Ketua Kompartemen Akuntan Pajak Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Jakarta
• Ketua Bid. Litbang IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) Pusat
• Anggota Komite Perpajakan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 2
Spirit Hidup
‫سأ ْت ُ ْم فَلَ َها‬
َ َ ‫س ْنت ُ ْم ِِلَ ْنفُ ِس ُك ْم َۗواِ ْن ا‬
َ ‫س ْنت ُ ْم ا َ ْح‬
َ ‫اِ ْن ا َ ْح‬
• ...Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, (kerugian
kejahatan) itu untuk dirimu sendiri ... (QS 17:7)

ِ‫ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﻨﺎﺱِ ﺃَﻧْﻔَﻌُﻬُﻢْ ﻟِﻠﻨﺎﺱ‬


• Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. (HR. Ahmad, Thabrani,
Daruqutni)

‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه َو َولَ ٍد‬ َ ‫ع َملُهُ ِإ اِل ِم ْن ث َ ََلث َ ٍة ِم ْن‬


ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ َ‫ان ا ْنق‬
َ ‫ط َع‬ ُ ‫س‬ ِ ْ ‫ات‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫ِإذَا َم‬
ُ‫عو لَه‬ ُ ‫صا ِلحٍ يَ ْد‬
َ
• Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu
Free yang
Webinardimanfaatkan,
| Pratama-Kreston Tax atau doa
Research anak
Institute | Dr.yang sholeh
Prianto Budi (HR.
Saptono, Muslim
Ak., CA., MBA no. 1631) 3
4

Quote from Aristotle

“If you would understand anything,


observe its beginning and its
development”
(sumber: https://www.goodreads.com/quotes)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA
Agenda Pembahasan
1. Latar Belakang
2. Konsep Pembagian Hukum & Omnibus Law/Bill
3. Konsep Perilaku Kepatuhan Pajak
4. Pembahasan: KUP
5. Pembahasan: OVDP

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 5
Latar Belakang
Agenda 1

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA., MBA 6
Perjalanan RUU HPP
• Pada awalnya, RUU HPP (Harmonisasi Peraturan Perpajakan) bernama RUU KUP 2021 yang mengusung omnibus
bill (omnibus law) atau undang-undang sapu jagat, yaitu suatu undang-undang yang berisi berbagai macam topik
dengan tujuan untuk merevisi, memangkas, dan/atau mencabut beberapa undang-undang yang sudah dan sedang
berlaku.
• Saat ini, RUU HPP tinggal menunggu pengesahan sidang paripurna DPR dan sejatinya diharapkan kelar oleh
pemerintah sebelum reses DPR di Oktober 2021 ini.
• Berdasarkan tabel di slide halaman berikut, ada 9 bab dan 19 pasa di dalam RUU HPP. Namun demikian, satu pasal
di bab tentang KUP, PPh, PPN merevisi dan/atau mencabut beberapa pasal dan/atau ayat di tiga undang-undang
tersebut.
• UU KUP, yaitu UU No. 6/1983 s.t.d.t.d (sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan) UU No.
11/2020 tentang UU CK;
• UU PPh, yaitu UU No. 7/1983 s.t.d.t.d UU No. 11/2020 tentang UU CK; dan
• UU PPN & PPnBM, yaitu UU No. 7/1983 s.t.d.t.d UU No. 11/2020 tentang UU CK.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 7
Perjalanan RUU HPP
Bab Sistematika Judul Bab Pasal
1 Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup 1
2 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 2
3 Pajak Penghasilan 3
4 Pajak Pertambahan Nilai 4
5 Program Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
6 Pajak Karbon 13
7 Cukai 14
8 Ketentuan Peralihan 15
9 Ketentuan Penutup 16, 17, 18, 19
Sumber: RUU HPP 2021

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 8
#1 Perjalanan RUU HPP
• Berdasarkan konsiderans RUU HPP, ada tiga pertimbangan yang melandasi penyusunan RUU tersebut, yaitu:
1. RUU HPP menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan pembangunan sosial;
2. RUU HPP diposisikan sebagai satu strategi konsolidasi fiskal yang berfokus pada perbaikan defisit anggaran
dan peningkatan tax ratio dengan langkah berupa:
a. penerapan kebijakan peningkatan kinerja penerimaan pajak,
b. reformasi administrasi perpajakan,
c. peningkatan basis perpajakan,
d. penciptaan sistem perpajakan yang mengedepankan prinsip keadilan dan kepastian hukum, serta
e. peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
3. RUU menjadi perwujudan dari penyesuaian kebijakan pajak di bidang KUP, PPh, PPN, cukai, pajak karbon,
dan program pengungkapan sukarela Wajib Pajak di dalam satu undang-undang secara komprehensif

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 9
#1 Perjalanan RUU HPP
• RUU HPP hadir karena berbagai upaya peningkatan tax ratio belum mampu
mengimbangi perubahan pola bisnis dan dinamika globalisasi yang sangat dinamis,
serta mengatasi praktik aggressive tax planning yang ada.
• Upaya di atas berupa:
• reformasi perpajakan yang antara lain berfokus pada lima aspek yaitu
a. aspek organisasi,
b. sumber daya manusia,
c. teknologi informasi berbasis data,
d. proses bisnis, dan
e. regulasi perpajakan,
• peningkatan fungsi pelayanan,
• implementasi program amnesti pajak,
• pelaksanaan Automatic Exchange of Financial Account Information (AEOI), dan
• pengefektifan fungsi ekstensifikasi antara lain berupa pendekatan ke sektor
informal dan penegakan hukum.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 10
#1
Perjalanan
RUU HPP

Sumber: Naskah Akademik RUU KUP 2021 (Kemenkeu, 2021)


Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono,
Ak., CA., MBA 11
#1 Perjalanan RUU HPP

Sumber: diolah dari Naskah Akademik RUU KUP 2021 (Kemenkeu, 2021)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 12
#1 Perjalanan RUU HPP
Mengenal Rasio Pajak Indonesia
25/02/2019 11:45:44 (https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/mengenal-rasio-pajak-indonesia/)
Jakarta, 25/02/2019 Kemenkeu - Rasio pajak atau tax ratio adalah perbandingan atau persentase penerimaan
pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) dimana hal itu juga merupakan salah satu indikator untuk menilai
kinerja penerimaan pajak.
"Tax ratio itu mengukur kemampuan pemerintah mengumpulkan pajak dari total perekonomian, dalam arti total
produk domestik bruto. Sehingga, ukuran tax ratio itu menunjukkan seberapa mampu pemerintah membiayai
keperluan-keperluan yang menjadi tanggung jawab negara. Jadi, kalau tax ratio rendah berarti dia tidak terlalu
mampu banyak berbuat. Kalau tax ratio tinggi berarti dia lebih banyak mampu berbuat melalui APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," jelas Direktur Jenderal Pajak Robert Pakpahan pada Selasa,
(19/02) di kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 13
#1 Perjalanan RUU HPP
• Secara spesifik, menurut Pemerintah di Naskah Akademik RUU KUP 2021, indikator tax ratio setidaknya
15% untuk memenuhi kebutuhan atau fasilitas dasar infrastruktur, kesehatan dan pendidikan.
• Di masa pandemi Covid-19 yang menekan ekonomi dan keuangan negara untuk beberapa tahun ke depan,
peningkatan tax ratio menjadi 15% tersebut menjadi esensial untuk menjaga defisit anggaran pada batas
wajar. Dengan demikian, rasio utang terhadap PDB juga dapat terkendali dan tidak memberatkan generasi
mendatang.
• Kebijakan konsolidasi fiskal juga sejalan dengan upaya percepatan pemulihan ekonomi sebagai dampak
dari pandemi Covid-19 yang berakibat pada
• kontraksi ekonomi yang signifikan, dan
• kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia.
• Pada tataran global, negara-negara di dunia juga merespon kondisi pandemi Covid-19 dengan menerapkan
berbagai kebijakan perpajakan yang diharapkan mampu untuk meningkatkan penerimaan dengan
memperluas basis pajak dan melakukan penyesuaian tarif pajak.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 14
#2 RUU HPP di Bisnis Indonesia
KONSOLIDASI FISKAL BERAT, JANJI PEMANGKASAN PPh DIINGKARI: Pembatalan pemangkasan tarif
pajak korporasi ini makin menegaskan pemerintah memiliki ruang gerak yang sempit untuk menyeimbangkan
fiskal.
Tegar Arief Fadly | Oct 3, 2021 - 8:03 PM
Bisnis, JAKARTA – Target konsolidasi fiskal pada 2023 yang berat membuat pemerintah batal mewujudkan
janji pemangkasan tarif pajak penghasilan badan menjadi 20% pada tahun depan.
Semula, dalam UU No 2/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan, pemerintah bertahap menurunkan PPh badan
dari 25% menjadi 22% untuk tahun pajak 2020 dan 2021, lalu berkurang menjadi 20% pada 2022.
Tarif tersebut berlaku bagi wajib pajak dalam negeri dengan ketentuan berbentuk perseroan terbuka, dengan
jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia paling sedikit 40%.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 15
#2 RUU HPP di Bisnis Indonesia
Namun, keputusan itu dibatalkan dalam RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) yang baru saja
disepakati pemerintah dengan Panitia Kerja RUU HPP di Komisi XI DPR, Kamis (30/9/2021) malam. Bab III
pasal 17 ayat (1) huruf b menyebutkan tarif pajak atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap sebesar 22% yang berlaku mulai tahun pajak 2022.
Ketua Panja RUU KUP Dolfie O.F.P mengatakan pembatalan relaksasi pajak korporasi akibat pandemi Covid-
19 itu karena pemerintah dan DPR mempertimbangkan aspek kesinambungan fiskal. Pemerintah
menargetkan konsolidasi fiskal pada 2023 yang mewajibkan batas maksimal defisit APBN kembali di bawah
3% terhadap produk domestik bruto.
"PPh badan tetap 22% untuk memperkuat fiskal menuju konsolidasi pada tahun 2023," kata Dolfie saat
dihubungi, Minggu (3/10/2021).
Namun, lanjutnya, pemerintah akan tetap memberikan berbagai stimulus dan insentif untuk meringankan
beban pelaku usaha dan menjaga momentum pemulihan ekonomi tahun depan kendati tarif PPh badan batal
dipangkas.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 16
#2 RUU HPP di Bisnis Indonesia
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Neilmaldrin
Noor tidak bersedia memaparkan alasan pemerintah membatalkan pengurangan tarif PPh badan
sebagaimana dijanjikan dalam UU No. 2/2020.
"Penerapan tarif PPh badan tersebut merupakan hasil pembahasan dengan DPR," ujarnya saat dihubungi.
RUANG GERAK SEMPIT
Pengajar Ilmu Administrasi Fiskal Universitas Indonesia Prianto Budi Saptono menilai pembatalan
pemangkasan tarif pajak korporasi ini makin menegaskan pemerintah memiliki ruang gerak yang sempit untuk
menyeimbangkan fiskal.
Menurutnya, opsi ini mengacu pada keterbatasan rasionalitas para pembuat kebijakan. Musababnya,
pemerintah tengah menghadapi sejumlah kendala untuk mewujudkan konsolidasi fiskal pada 2023.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 17
#2 RUU HPP di Bisnis Indonesia
Pertama, kendala keterbatasan ruang fiskal. Kedua, praktik penghindaran pajak di luar negeri atau offshore tax evasion
yang marak. Ketiga, pemerintah memilih untuk tidak menegakkan aturan (law enforcement) dengan cara enforced
compliance.
"Ini pilihan rasional pembuat kebijakan yang tidak mungkin mengakomodasi semua kepentingan dan semua usulan," ujar
Prianto.
Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat menyayangkan pembatalan ini karena dunia usaha
membutuhkan keringanan pajak di tengah kegiatan ekonomi yang masih lesu.
Menurutnya, pembatalan pemangkasan tarif PPh akan membuat perusahaan terpaksa menyesuaikan kembali rencana
anggaran yang sudah disusun. Namun, pembatalan ini tidak serta-merta menggerus laba bersih perusahaan.
"Mungkin lebih tepatnya penurunan potensi keuntungan karena pembatalan tarif pajak yang baru," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggap pemangkasan tarif PPh badan yang semula
bertujuan meringankan beban pebisnis selama pandemi sebagai pemberat pencapaian target penerimaan pajak tahun
depan yang tadinya direncanakan Rp1.262,9 triliun dalam RAPBN 2022.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 18
#2 RUU HPP di Bisnis Indonesia
Dia mengatakan penerimaan pajak pada tahun depan belum bisa terakselerasi menyusul kelanjutan pemangkasan tarif
pajak korporasi. Apalagi, PPh badan selama ini menjadi penyumbang terbesar penerimaan pajak.
“Kalau ekonomi lebih kuat kita akan mendapat penerimaan pajak lebih besar. Namun, kebetulan PPh badan akan
kembali turun sebesar 20%. Ini yang menyebabkan penerimaan pajak tidak kuat,” kata Menkeu (Bisnis, 30/8/2021).
Pernyataan itu dia tegaskan kembali dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/9/2021). Menurutnya, penerimaan
pajak belum dapat menyamai level prapandemi antara lain karena penurunan tarif PPh badan sejak medio 2020 hingga
kini.
"Penerimaan 2021 dengan 2019 itu tidak apple to apple karena kita kehilangan 3% dari PPh badan," ujar Sri Mulyani.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak Januari-Agustus 2021 tercatat Rp741,3 triliun,
lebih rendah 8,07% dari pencapaian periode yang sama pada 2019 senilai Ro801,2 triliun. (Annisa Saumi)
Editor : Sri Mas Sari

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 19
#3 RUU HPP di Kontan
Program Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak Bakal Diminati Karena Tarifnya Rendah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan menggelar program pengungkapan sukarela wajib pajak mulai 1 Januari
2022 sampai dengan 30 Juni 2022. Seperti tax amnesty pada lima tahun silam, tarif pengampunan pajak yang diberikan
lebih rendah dari ketentuan tarif tertinggi pajak penghasilan (PPh) orang pribadi yang berlaku saat ini sebesar 30%.
Agenda tersebut Agenda tersebut tertuang dalam Rancangan Undang-Undang tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan. Calon beleid ini merupakan perubahan nama dari usulan sebelumnya yakni RUU tentang Perubahan Kelima
atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan telah disepakati bersama antara Panita Kerja (Panja) RUU KUP Komisi XI DPR
RI dan pemerintah pekan ini. Kemudian rencananya akan dibawa ke Sidang Paripurna DPR RI pekan depan, untuk
segera dijadikan UU.
Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Reasearch Institute (TRI) Prianto Budi Saptono mengatakan, program
pengungkapan sukarela wajib pajak akan menuai pro dan kontra. Wajib pajak yang selama ini sudah patuh akan merasa
dirugikan, sebab lima tahun lalu otoritas sudah menggelar tax amnesty.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 20
#3 RUU HPP di Kontan
Namun, program tersebut diprediksi akan diminati para wajib pajak karena tarifnya yang lebih rendah daripada
usulan sebelumnya. Bahkan untuk hampir sama dengan tax amnesty tahun 2017 lalu.
“Tarif yang ditetapkan sudah cukup moderat karena berdasarkan keputusan DPR dan pemerintah. Dalam hal
ini DPR sudah mewakili suara para wajib pajak,” kata Prianto kepada Kontan.co.id, Senin (4/10).
Menurut Prianto, hal lain yang akan menarik minat wajib pajak yakni dengan adanya pengaturan tarif lebih
rendah atas harta bersih yang diinvestasikan dalam SDA atau enegi terbarukan. Sebab, sektor SDA seperti
batubara dalam beberapa tahun terakhir sedang mengalami kenaikkan harga.
Dus, program pengungkapan sukarela wajib pajak akan menjadi momentum wajib pajak orang pribadi yang
mendapatkan penghasilan dari SDA atau energi terbarukan, bisa menikmati tarif PPh OP yang rendah.
Alhasil, dengan tarif yang pengampunan pajak yang rendah dan syarat investasi yang beragam, Prianto
optimistis, penerimaan pajak dari program pengungkapan sukarela wajib pajak maksimal bisa mencapai Rp
100 triliun.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 21
#3 RUU HPP di Kontan
“Memang lebih efektif mengadakan program seperti itu, dibandingkan mengejar wajib pajak, seperti di
Amerika Serikat yang sudah lebih dulu. Tapi sayangnya tidak berjalan lancar, karena soal begini wajib pajak
lebih lincah,” kata Prianto.
Prianto berharap, pasca program pengungkapan sukarela wajib pajak digelar, otoritas pajak dapat
mendapatkan data informasi kekayaan dan perpajakan WP OP yang telah ikut serta. Untuk seterusnya
dipantau dan dilakukan intensifikasi.

https://newssetup.kontan.co.id/news/program-pengungkapan-sukarela-wajib-pajak-bakal-diminati-karena-
tarifnya-rendah?page=all.
Editor: Khomarul Hidayat | Reporter: Yusuf Imam Santoso

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 22
Konsep
Pembagian Hukum & Omnibus Law/Bill
Agenda 2

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA., MBA 23
Pembagian Hukum
• Menurut Subkhan (Kehidupan Privat dan Ketertiban Umum dalam Pusaran Hukum, 2018), di antaranya dijelaskan
sbb.:
• Hukum berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Suatu aturan hukum bisa jadi ditetapkan
sebelum terjadi suatu peristiwa, atau sebaliknya.
• Di dalam konteks kehidupan bermasyarakat dengan lingkup yang lebih luas dan mencakup kehidupan berbangsa
dan bernegara, hukum dan perubahannya lahir dari prosedur-prosedur tertentu yang didasari oleh suatu
peristiwa.
• Hukum mengikat setiap anggota dan menjadi acuan bersama membangun kehidupan.
• Hukum merupakan suatu sistem dan sistem hukum, menurut Mertokusumo (2007), berkaitan dengan keseluruhan
unsur-unsur yang kompleks dan terdiri dari peraturan, putusan, pengadilan, lembaga atau organisasi, dan nilai-nilai.
• Sistem hukum bukan merupakan sistem konkret, tapi merupakan hasil pemikiran manusia. Dengan sistematisasi
hukum, kompleksitas kenyataan yang pada dasarnya tidak terbatas tersebut dapat lebih mudah dikuasai.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 24
Pembagian Hukum
• Sistem hukum yang ada di dunia pada dasarnya terdiri dari dua kelompok besar, yaitu:
• Sistem hukum Eropa Kontinental (civil law system),
• Sistem hukum Anglo Saxon (common law system)
• Sistem hukum di Indonesia dapat dilihat dari sejarah dan politik hukum, sumber hukum maupun sistem
penegakan hukumnya. Fakta bahwa Belanda yang menjajah Indonesia lebih dari 3 (tiga) abad pada
akhirnya memengaruhi sistem hukum Indonesia hingga saat ini.
• Pada zaman kolonial tersebut, Belanda pun dipengaruhi oleh hukum Perancis yang dalam klasifikasi Rene
David (Major Legal System in The World Today, 1968) sebagai Romano Germanic Legal Family. Sistem
hukum ini identik dengan beberapa negara eropa kontinental sehingga seringkali disebut sebagai Sistem
Hukum Eropa Kontinental (Civil Law).
• Keberlakuan sistem hukum Eropa Kontinental (civil law system) di Indonesia mengacu pada asas
konkordansi. Karena Indonesia pernah dijajah oleh Belanda sehingga hukum Belanda secara otomatis
dianut oleh Indonesia setelah merdeka.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 25
Pembagian Hukum
• Akan tetapi, dinamika kehidupan sosial politik masyarakat yang terus berkembang mengakibatkan sistem
hukum Indonesia mengalami pula perkembangan dengan tidak sepenuhnya terikat pada civil law system.
• Beberapa komponen sistem hukum common law system diadopsi ke dalam sistem hukum Indonesia, baik
pada subsistem peraturan maupun pada subsistem peradilan.
• Sistem hukum civil juga lazim diketahui memiliki sumber hukum yang berasal dari kodifikasi hukum tertulis
(written code).
• Menurut John Henry Merryman (The Civil Law Tradition: An Introduction To The Legal System of Western
Europe and Latin America, 2nd edition, 1985), terdapat 3 sumber hukum di negara dengan sistem hukum
civil law, yaitu
• undang-undang (statute),
• peraturan turunan (regulation), dan
• kebiasaan yang tidak bertentangan dengan hukum (custom).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 26
Pembagian Hukum
• Selain itu, putusan hakim di dalam sistem hukum civil law seringkali dianggap bukan suatu hukum. Sistem
hukum Eropa Kontinental (civil law system) merupakan sistem hukum sipil yang berkembang atau dianut di
negara Eropa Daratan seperti Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Jepang, Thailand, dan
Indonesia.
• Civil law system mengutamakan hukum tertulis, yaitu peraturan perundang-undangan sebagai dasar utama
sistem hukumnya, sehingga sistem hukum ini disebut juga sistem hukum kodifikasi (codified law).
• Prinsip utama civil law system adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan berupa
peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis, lengkap, dan tuntas dalam
kodifikasi.
• Disebut sistematis karena dalam suatu sistem di antara bagiannya yang berupa aturan hukum itu, tidak
boleh ada pertentangan satu sama lain.
• Disebut lengkap dan tuntas karena demi kepastian hukum dan di luar kodifikasi itu tidak diakui adanya
aturan hukum.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 27
Pembagian Hukum
• Berdasarkan prinsip di atas, hakim tidak bebas dalam menciptakan hukum baru karena hakim hanya
menerapkan dan menafsirkan peraturan yang ada berdasarkan wewenang yang ada padanya. Putusan
hakim tidak mengikat umum, tetapi hanya mengikat para pihak yang beperkara saja.
• Di dalam civil law system, hukum dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu:
• hukum publik dan
• hukum privat.
• Hukum publik mencakup peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara
serta hubungan antara masyarakat dan negara. Contoh hukum publik di antaranya adalah hukum tata
negara, hukum administrasi negara (termasuk hukum administrasi pajak), hukum pidana.
• Hukum privat mencakup peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu dalam
memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Contoh hukum privat adalah hukum sipil (hukum perdata) dan
hukum dagang. Contoh di Indonesia adalah KUHPerdata dan KUHD.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 28
Omnibus Law/Bill
• Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie (Omnibus Law dan Penerapannya di Indonesia, 2020), “omnibus” harus dipandang
sebagai suatu teknik atau metode pembentukan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan usaha menuangkan kebijakan di dalam bentuk hukum. Sifatnya mengikat bagi semua subjek di dalam lalu
lintas hukum bernegara.
• Omnibus bill atau omnibus law atau undang-undang sapu jagat, menurut Asshiddiqie (2020), berasal dari praktik
pembentukan perundang-undangan di negara-negara dengan tradisi common law system.
• Tradisi tersebut dapat dijadikan sebagai contoh penting bagi negara-negara dengan civi law system untuk
menata sistem perundang-undangannya agar terpadu dan harmonis.
• Hal di atas dapat memudahkan implementasinya di dalam praktik sehingga kegunaan, kepastian, dan keadilan
dapat lebih baik.
• Metode omnibus tidak hanya mencakup metode pembentukan suatu undang-undang, tapi juga meliputi:
• Omnibus legislation;
• Omnibus rules/regulations;
• Omnibus implementation;

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 29
Omnibus Law/Bill
• Menurut Asshiddiqie (2020), istilah omnibus bill lebih tepat dari omnibus law karena hal yang dibicarakan
lebih fokus pada ide untuk mengubah undang-undang yang sudah ada sebelumnya. Fokus pembicaraan
bukan pada undang-undang atau hukum pada umumnya, sebagaimana tercermin dari pengertian omnibus
law.
• Tujuan pokok penerapan Omnibus bill di Indonesia menurut Asshiddiqie (2020) adalah:
• Menyederhanakan dan memudahkan pembentukan, pemasyarakatan, dan implementasi undang-
undang sehingga inovasi dan kreativitas untuk pembangunana dapat terdorong;
• Mengharmonisasikan berbagai macam undang-undang yang saling bersinggungan di dalam praktik
sehingga kepastian hukum yang adil dapat lebih terjamin; dan
• Mengintegrasikan berbagai macam undang-undang ke dalam satu naskah undang-undang secara
terpadu untuk memudahkan pemahaman dan penerapan di dalam praktik.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 30
Konsep Perilaku Kepatuhan Pajak
Agenda 3

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA., MBA 31
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Menurut Kirchler & Hoelzl (2018), di dalam literatur penelitian ilmu sosial tentang perilaku pajak (tax
behavior), digunakan banyak istilah (hal. 261). Beberapa di antaranya adalah
• intended or observed tax honesty,
• tax compliance,
• tax flight,
• avoidance, dan
• evasion (hal. 261).
• Istilah tax compliance dianggap sebagai istilah yang paling netral untuk menggambarkan kemauan
pembayar pajak untuk membayar pajak mereka (hal. 261).
• Sementara itu, tax non-compliance merepresentasikan konseptualisasi yang paling inklusif tentang
kegagalan pembayar pajak memenuhi kewajiban pajak mereka, tanpa melihat apakah kegagalan tersebut
disengaja atu tidak (hal. 261).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 32
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Patuh dan tidak patuh (compliance & noncompliance) merupakan perilaku yang kompleks (Etienne, 2011,
hal. 307; Alm, Kirchler, & Muehlbacher, 2012, hal. 134; Cummings, Martinez-Vazquez, McKee, & Torgler,
2009, hal. 456) . Penyebabnya bermacam-macam (Etienne, 2011, hal. 307).
• Dari sisi ilmu ekonomi, perilaku tidak patuh (tax evasion) cenderung dianggap sebagai suatu problem
teknis.
• Dari sisi ilmu sosial (termasuk psikologi), perilaku tidak patuh cenderung dianggap sebagai suatu
masalah sosial (Cullis & Lewis, 1997, hal. 310).
• Menurut Etienne (2011, hal. 307), kompleksitas perilaku kepatuhan kadangkala muncul karena faktor
orangnya —misalnya ketidakmampuan, ketidakpedulian, dan kesalahpahaman terhadap peraturan.
• Untuk mengatasi kompleksitas kepatuhan, para ahli teori biasanya fokus pada kepatuhan sebagai perilaku
“yang direncanakan”, bukan perilaku yang terjadi “secara otomatis”. Para ahli tersebut mempertimbangkan
faktor tindakan, yang mempunyai tujuan dan orientasi, sebagai pendekatan analisis mereka (Etienne, 2011,
hal. 307).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 33
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Sejalan dengan hal di atas, Skinner menyatakan sbb.: “If we can observe human behavior carefully from an objective
point of view and come to understand it for what it is, we may be able to adopt a more sensible course of action”
(Skinner, 1953, hal. 5).
• Menurut Skinner, jika observasi terhadap perilaku manusia dilakukan secara cermat dari sudut pandang yang objektif
dan perilaku manusia dapat dipahami secara baik, serangkaian tindakan yang lebih masuk akal dapat diterapkan.
• Menurut Langevoort (1998, hal. 1500), di dalam literatur sampai dengan akhir tahun 1990-an, untuk membantu
memahami dan memprediksi perilaku orang setiap harinya, ada tiga cabang ilmu sosial yang sering digunakan, yaitu:
• ilmu ekonomi,
• ilmu psikologi, dan
• ilmu sosiologi.
• Menurut Kirchler (2007, hal. 118), selain ketiga cabang ilmu sosial tersebut, perilaku kepatuhan juga telah diinvestigasi
berdasarkan perspektif ilmu politik.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 34
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Menurut Muehlbacher, Kirchler, & No Aspek Paradigma Perspektif
Schwarzenberger (2011), di dalam penelitian 1 Power Enforcement “Cops & robbers” perspective
tentang perilaku kepatuhan pajak, kerangka paradigm
“slippery slope” menjadi salah satu pendekatan 2 Service Service paradigm “Service–customer” view / “service
alternatif yang menyarankan dua variabel utama & client” approach
untuk memperoleh gambaran kepatuhan pajak, 3 Trust Trust paradigm “Slippery slope’’ approach
yaitu:
• trust dan Sumber:
• power. diadaptasi dari Alm & Torgler (2011, hal. 646), (Alm & Torgler, 2011, hal. 646; Alm,
2012, hal. 27-28; Pickhardt & Prinz, 2014, hal. 3-4, 8)
• Pendekatan “slippery slope” (Kirchler, Hoelzl, &
Wahl, 2008) ini disebut oleh Pickhardt & Prinz
(2014, hal. 8) menggunakan paradigma “power &
trust” dan unsur penting di dalamnya adalah
“service-customer” orientation.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 35
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Alm dkk (2012, hal. 38) menyatakan bahwa semua paradigma riset tentang perilaku kepatuhan pajak dapat
disatukan ke dalam kerangka “slippery slope”. Alasannya adalah bahwa kerangka “slippery slope”
mengenalkan interaksi yang terjadi di antara semua pemangku kepentingan yang terkait dengan perilaku
kepatuhan pajak (pembayar pajak, konsultan pajak, otoritas pajak, dan pemerintah/pembuat kebijakan).
• Kerangka “slippery slope” juga mempertimbangkan banyak cara yang mungkin dilakukan oleh para aktor
perilaku kepatuhan tersebut sebagai faktor yang memengaruhi perilaku kepatuhan pembayar pajak (Alm, et
al., 2012, hal. 38).
• Istilah “slippery slope”, menurut Kirchler (2007, hal. 205), dipilih untuk menggambarkan dinamika yang
terjadi di dalam interaksi antara “trust” dan audit.
• Tingkat kepatuhan yang tinggi hanya dapat diraih dengan tingkat kepercayaan (trust) atau kekuasaan
(power) yang tinggi pula

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 36
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Model “slippery slope” menggunakan tiga dimensi, yaitu
• dimensi power of authorities (kekuasaan otoritas pajak),
• dimensi trust in authorities (tingkat kepercayaan terhadap otoritas pajak), dan
• dimensi kepatuhan pajak.
• Gambar pada halaman berikut memperlihatkan hubungan ketiga dimensi tersebut dan dimensi kepatuhan berada di
antara dimensi trust in authorites dan power of authorities.
• Dimensi power of authorities ada di daerah arsiran A-B-D
• Dimensi trust in authorities ada di daerah arsiran A-C-E
• Dimensi kepatuhan pajak yang diilustrasikan dengan lereng melengkung & licin (slippery slope) ada di daerah
arsiran A-D-E.
• Bentuk melengkung tersebut didasarkan pada asumsi bahwa hasil —dari power dan trust— yang semakin menurun
(diminishing returns)
• Dimensi power of authorities dan trust in authorities, beserta interaksi keduanya, sama-sama memengaruhi tingkat
kepatuhan pajak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 37
Perilaku
Kepatuhan E
D
Pajak

C
B

Sumber: Alm dkk. (2012) A


Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 38
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Asumsi yang mendasari model “slippery slope” tersebut adalah bahwa kepatuhan pajak dapat dicapai dengan cara
meningkatkan kekuasaan (power) dan kepercayaan (trust) (Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008, hal. 212), namun kualitas
kepatuhannya beda (Bătrâncea, Nichita, Bătrâncea, & Moldovan, 2012, hal. 21).
• Voluntary tax compliance (titik E) diperoleh dengan cara meningkatkan trust (dari titik A ke titik C), sedangkan enforced
tax compliance (titik D) meningkat melalui peningkatan power (dari titik A ke titik B).
• Perubahan tingkat trust dapat memengaruhi power (Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008, hal. 213). Dengan kata lain,
• tingkat ketidakpatuhan rendah (titik A) dapat digeser ke tingkat kepatuhan tinggi di titik D melalui enforced
compliance;
• tingkat ketidakpatuhan rendah (titik A) dapat digeser ke tingkat kepatuhan tinggi di titik E melalui voluntary
compliance;
• Berdasarkan model “slippery slope”, coercive power berada pada area dengan tingkat kepercayaan rendah (low-trust
area), sedangkan legitimate power berada pada tingkat kepercayaan tinggi (high-trust area).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 39
Perilaku Kepatuhan Pajak
• Peningkatan kekuasaan otoritas pajak dapat berupa peningkatan intensitas pemeriksaan, pengawasan, dan
pengenaan sanksi.
• Peningkatan tingkat kepercayaan terhadap otoritas pajak lebih berorientasi pada pendekatan “service-customer” dan
fokus pada keadilan prosedural (Pickhardt & Prinz, 2014, hal. 8).
• Hukum pajak juga harus dapat dipahami oleh masyarakat (Kirchler & Hoelzl, 2018, hal. 266).
• Otoritas pajak harus memiliki perilaku yang beriorientasi pada pelayanan (service-oriented behavior) (Wahl,
Kastlunger, & Kirchler, 2010, hal. 401).
• Ketika trust dan power berada di tengah, yaitu:
• di antara titik A dan titik B untuk power, atau
• di antara titik A dan titik C untuk trust,
berdasarkan model “slippery slope” ini, tingkat kepatuhan cenderung menurun ke arah titik A dan tidak naik ke arah
D atau E. Masalahnya adalah bahwa meningkatkan tingkat kepercayaan itu dapat dilakukan, tapi lebih sulit daripada
menurunkannya (Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008, hal. 214).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 40
Pembahasan: KUP
Agenda 4

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA., MBA 41
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
1 Pasal 2 (1a)Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Wajib Pajak orang pribadi
yang merupakan penduduk Indonesia menggunakan nomor induk kependudukan
(5) Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaftaran dan pengukuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) termasuk penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan/atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan [dihapus]
(10)Dalam rangka penggunaan nomor induk kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1a), menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri memberikan data kependudukan dan data balikan dari pengguna kepada Menteri
Keuangan untuk diintegrasikan dengan basis data perpajakan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 42
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
2 Pasal 8 (4) Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan, Wajib Pajak dengan kesadaran
sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan proses
pemeriksaan tetap dilanjutkan
3 Pasal 13 (1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam jangka waktu
5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam hal sebagai berikut
a. terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar;
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 43
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
3 Pasal 13 c. terdapat Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol
persen);
d. terdapat kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 yang tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;
e. kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a); atau
f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 44
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
3 Pasal 13 (3) Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administratif berupa:
a. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 (satu) Tahun Pajak;
b. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut;
c. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar; atau
d. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
(3b)Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 45
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
3 Pasal 13 (3c)Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3b) dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 20% (dua puluh persen) dan dibagi 12 (dua
belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
4 Pasal 14 (1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau
salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda dan/atau bunga;
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur
pajak atau terlambat membuat faktur pajak;

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 46
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
4 Pasal 14 e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi Faktur
Pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (6) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, selain identitas pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak serta nama dan tanda tangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;
f. dihapus;
g. dihapus;

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 47
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
4 Pasal 14 h. terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak, dalam hal:
1. diterbitkan keputusan;
2. diterima putusan; atau
3. ditemukan data atau informasi,
yang menunjukkan adanya imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak;
atau
i. terdapat jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam jangka waktu sesuai dengan
persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (4).
5 Pasal 20A (1) Menteri Keuangan berwenang melakukan kerja sama untuk pelaksanaan bantuan penagihan pajak
dengan negara mitra atau yurisdiksi mitra.
(2) Pelaksanaan bantuan penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pajak, yang meliputi pemberian bantuan penagihan pajak dan permintaan bantuan
penagihan pajak kepada negara mitra atau yurisdiksi mitra.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 48
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
5 Pasal 20A (3) Pemberian bantuan penagihan pajak dan permintaan bantuan penagihan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan perjanjian internasional secara resiprokal.
(4) Negara mitra atau yurisdiksi mitra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan negara atau
yurisdiksi yang terikat dengan Pemerintah Indonesia dalam perjanjian internasional.
(5) Perjanjian internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan perjanjian bilateral atau
multilateral yang mengatur kerja sama mengenai hal yang berkaitan dengan bantuan penagihan
pajak, meliputi:
a. persetujuan penghindaran pajak berganda;
b. konvensi tentang bantuan administratif bersama di bidang perpajakan; atau
c. perjanjian bilateral atau multilateral lainnya.
(6) Bantuan penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah diterima
klaim pajak dari negara mitra atau yurisdiksi mitra.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 49
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
5 Pasal 20A (7) Klaim pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan instrumen legal dari negara mitra atau
yurisdiksi mitra yang paling sedikit memuat:
a. nilai klaim pajak yang dimintakan bantuan penagihan; dan
b. identitas penanggung pajak atas klaim pajak.
(8) Klaim pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan dasar penagihan pajak yang
dilaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan yang berlaku mutatis mutandis dengan ketentuan penagihan pajak
yang berlaku di negara mitra atau yurisdiksi mitra.
(9) Hasil penagihan pajak atas klaim pajak dari negara mitra atau yurisdiksi mitra ditampung dalam
rekening pemerintah lainnya sebelum dikirimkan ke negara mitra atau yurisdiksi mitra

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 50
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
6 Pasal 25 (9) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administratif berupa denda sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
(10)Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda
sebesar 30% (tiga puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan.
7 Pasal 27 (4a) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan banding, Direktur
Jenderal Pajak harus memberikan keterangan secara tertulis hal yang menjadi dasar Surat
Keputusan Keberatan yang diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak permintaan tertulis
diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
(5c)Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding tidak termasuk sebagai
utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a) sampai dengan Putusan
Banding diterbitkan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 51
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
7 Pasal 27 (5d)Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administratif berupa denda sebesar 60% (enam puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
(5e)Dalam hal Wajib Pajak atau Direktur Jenderal Pajak mengajukan permohonan peninjauan kembali,
pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak tidak ditangguhkan atau dihentikan.
(5f) Dalam hal Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah, dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 60% (enam puluh persen) dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.
(5g)Surat Tagihan Pajak atas sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5f) diterbitkan
paling lama 2 (dua) tahun sejak tanggal diterima Putusan Peninjauan Kembali oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 52
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
8 Pasal 27C (1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melaksanakan prosedur persetujuan bersama untuk
mencegah atau menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam penerapan persetujuan
penghindaran pajak berganda.
(2) Prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh:
a. Wajib Pajak dalam negeri;
b. Direktur Jenderal Pajak;
c. pejabat berwenang negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan penghindaran pajak
berganda; atau
d. warga negara Indonesia melalui Direktur Jenderal Pajak terkait perlakuan diskriminatif di
negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan penghindaran pajak berganda yang
bertentangan dengan ketentuan mengenai nondiskriminasi,
sesuai dengan ketentuan dan batas waktu sebagaimana diatur dalam persetujuan penghindaran
pajak berganda.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 53
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
8 Pasal 27C (3) Permintaan pelaksanaan prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, huruf b, dan huruf c dapat diajukan bersamaan dengan permohonan Wajib Pajak dalam negeri
untuk mengajukan:
a. keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25;
b. permohonan banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27; atau
c. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b.
(4) Dalam hal pelaksanaan prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
belum menghasilkan persetujuan bersama sampai dengan Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali diucapkan, Direktur Jenderal Pajak:
a. melanjutkan perundingan, dalam hal materi sengketa yang diputus dalam Putusan Banding atau
Putusan Peninjauan Kembali bukan merupakan materi yang diajukan prosedur persetujuan
bersama; atau
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 54
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
8 Pasal 27C b. menggunakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali sebagai posisi dalam
perundingan atau menghentikan perundingan, dalam hal materi sengketa yang diputus
merupakan materi yang diajukan prosedur persetujuan bersama.
(5) Direktur Jenderal Pajak menindaklanjuti hasil pelaksanaan prosedur persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menerbitkan surat keputusan tentang persetujuan
bersama.
(6) Surat keputusan tentang persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk
dasar pengembalian pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1a) atau dasar
penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
9 Pasal 32 (3a)Seorang kuasa yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mempunyai
kompetensi tertentu dalam aspek perpajakan, kecuali kuasa yang ditunjuk merupakan suami,
istri, atau keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 55
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
10 Pasal 32A (1) Menteri Keuangan menunjuk pihak lain untuk melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran,
dan/atau pelaporan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pihak yang terlibat langsung atau
memfasilitasi transaksi antarpihak yang bertransaksi.
(3) Penetapan, penagihan, upaya hukum, dan pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan berlaku secara
mutatis mutandis terhadap pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penyelenggara sistem
elektronik, selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terhadap penyelenggara
sistem elektronik dimaksud dapat dikenai sanksi berupa pemutusan akses setelah diberikan
teguran.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 56
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
10 Pasal 32A (5) Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah melakukan pemotongan,
pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah diberikan teguran, terhadap pihak lain tidak dikenai sanksi pemutusan akses.
(6) Dalam hal pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah melakukan pemotongan,
pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah dilakukan pemutusan akses, terhadap pihak lain dilakukan normalisasi akses
kembali.
(7) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika
berwenang melakukan pemutusan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan melakukan
normalisasi akses sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berdasarkan permintaan Menteri
Keuangan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 57
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
11 Pasal 34 (3) Untuk kepentingan negara, dalam rangka penyidikan, penuntutan, atau dalam rangka mengadakan
kerja sama dengan lembaga negara, instansi pemerintah, badan hukum yang dibentuk melalui
undang-undang atau peraturan pemerintah, atau pihak lain, Menteri Keuangan berwenang
memberikan izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti
tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
12 Pasal 40 Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dilakukan penuntutan setelah lampau waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
13 Pasal 43A (1a) Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang menerima surat perintah pemeriksaan bukti permulaan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 58
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
13 Pasal 43A (2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat
Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan
Kementerian Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
14 Pasal 44 (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
j. melakukan pemblokiran harta kekayaan milik tersangka sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau penyitaan harta kekayaan milik tersangka sesuai dengan
Undang-Undang yang mengatur mengenai hukum acara pidana, termasuk tetapi tidak terbatas
dengan adanya izin ketua pengadilan negeri setempat;
k. menghentikan penyidikan; dan/atau
l. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 59
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
14 Pasal 44 (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
15 Pasal 44A Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) menghentikan Penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf k dalam hal:
a. Wajib Pajak melakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 8
ayat (3);
b. tidak terdapat cukup bukti;
c. peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan; atau
d. demi hukum.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 60
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
16 Pasal 44B (2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dilakukan setelah Wajib Pajak atau tersangka melunasi:
a. kerugian pada pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ditambah dengan
sanksi administratif berupa denda sebesar 1 (satu) kali jumlah kerugian pada pendapatan
negara;
b. kerugian pada pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ditambah dengan
sanksi administratif berupa denda sebesar 3 (tiga) kali jumlah kerugian pada pendapatan negara;
atau
c. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau
bukti setoran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39A ditambah dengan sanksi
administratif berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 61
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
16 Pasal 44B (2a) Dalam hal perkara pidana telah dilimpahkan ke pengadilan, terdakwa tetap dapat melunasi:
a. kerugian pada pendapatan negara ditambah dengan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a atau huruf b; atau
b. jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau
bukti setoran pajak ditambah dengan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c.
(2b)Pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a), menjadi pertimbangan untuk dituntut tanpa
disertai penjatuhan pidana penjara.
(2c)Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak, tersangka, atau terdakwa pada tahap
penyidikan sampai dengan persidangan belum memenuhi jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), atas pembayaran tersebut dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pidana denda yang
dibebankan kepada terdakwa.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 62
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
16 Pasal 44B (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai permintaan penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan [Dihapus].
17 Pasal 44C (1) Pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A tidak dapat digantikan dengan
pidana kurungan dan wajib dibayar oleh terpidana.
(2) Dalam hal terpidana tidak membayar pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lama 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
jaksa melakukan penyitaan dan pelelangan terhadap harta kekayaan terpidana untuk membayar
pidana denda tersebut menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal setelah dilakukan penelusuran dan penyitaan harta kekayaan, terpidana orang tidak
memiliki harta kekayaan yang mencukupi untuk membayar pidana denda, dapat dipidana dengan
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi pidana penjara yang diputus.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 63
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
17 Pasal 44D (1) Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan tidak hadir di sidang pengadilan tanpa alasan
yang sah, perkara tindak pidana di bidang perpajakan tetap dapat diperiksa dan diputus tanpa
kehadiran terdakwa.
(2) Dalam hal terdakwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hadir pada sidang sebelum putusan
dijatuhkan, terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan saksi dan surat yang dibacakan dalam
sidang sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam sidang.
18 Bab IXA Pendelegasian Wewenang
19 Pasal 44E (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian data dalam rangka integrasi basis data kependudukan
dengan basis data perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10), diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaftaran dan pengukuhan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) termasuk
penggunaan nomor induk kependudukan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak, penghapusan
Free Webinar | Pratama-Kreston TaxNomor
ResearchPokok
Institute |Wajib Pajak
Dr. Prianto dan/atau
Budi Saptono, Ak., pencabutan
CA., MBA Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; 64
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
19 Pasal 44E b. pemberian dan permintaan bantuan penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20A
ayat (2);
c. penampungan dan pengiriman hasil penagihan pajak atas klaim pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20A ayat (9);
d. pelaksanaan prosedur persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27C ayat (1);
e. pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh seorang kuasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) serta kompetensi tertentu yang harus dimiliki seorang kuasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3a);
f. penunjukan, pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan pajak yang telah
dipotong atau dipungut oleh pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32A ayat (2);
g. penetapan, penagihan, dan upaya hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32A ayat (3);
h. pemberian teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32A ayat (4) serta permintaan
pemutusan dan normalisasi akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32A ayat (7);
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 65
Rancangan Perubahan di UU KUP
No Pasal Deskripsi Ringkas
19 Pasal 44E i. permintaan penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44B ayat (1) dan pelunasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B ayat (2) dan
ayat (2a),
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 66
Pembahasan: OVDP
Agenda 5

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA., MBA 67
Ringkasan OVDP
No Skema Deskripsi Ringkas
1 Skema 1 • OVDP untuk alumni TA 1 (Wajib Pajak badan maupun orang pribadi
(Pasal 5, 6, • Wajib Pajak dapat mengungkapkan harta bersih, yaitu nilai harta dikurangi nilai utang sebagaimana dimaksud
& 7) dalam UU No. 11/2016) yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pernyataan sepanjang Direktur
Jenderal Pajak belum menemukan data dan/atau informasi mengenai harta dimaksud.
• Harta di atas merupakan harta yang diperoleh Wajib Pajak sejak tanggal 1 Januari 1985 sampai dengan tanggal
31 Desember 2015.
• Tarif PPh final
• 6% x harta bersih yang ada di wilayah NKRI dan diinvestasikan sesuai ketentuan;
• 8% x harta bersih yang ada di wilayah NKRI dan tidak diinvestasikan sesuai ketentuan
• 6% x harta bersih yang ada di LN, direpatriasi ke NKRI, dan diinvestasikan ke NKRI sesuai ketentuan;
• 8% x harta bersih yang ada di LN, direpatriasi ke NKRI, tapi tidak diinvestasikan sesuai ketentuan
• 11% x harta bersih yang ada di LN, tidak direpatriasi ke NKRI dan tidak diinvestasikan sesuai ketentuan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 68
Ringkasan OVDP
No Skema Deskripsi Ringkas
1 Skema 1 • Sesuai Pasal 7 ayat (5), ketentuan lebih lanjut tentang hal di bawah ini diatur dengan PerMenkeu:
(Bab V Pasal a. tata cara pengalihan harta bersih ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5, 6, & 7) b. investasi harta bersih pada kegiatan usaha sektor pengolahan sumber daya alam atau sektor energi
terbarukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
c. instrumen surat berharga negara yang digunakan untuk investasi,
2 Skema 2 • OVDP hanya untuk WP orang pribadi
(Bab V Pasal • Harta bersih yang dapat diikutsertakan di OVDP Skema 2:
8, 9, 10, 11, a. diperoleh sejak tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2020;
& 12) b. masih dimiliki pada tanggal 31 Desember 2020; dan
c. belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2020
• Harta bersih di atas dianggap sebagai tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi pada Tahun Pajak 2020

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 69
Ringkasan OVDP
No Skema Deskripsi Ringkas
2 Skema 2 • Tarif PPh final
(Bab V • 12% x harta bersih yang ada di wilayah NKRI dan diinvestasikan sesuai ketentuan;
Pasal 8, 9, • 14% x harta bersih yang ada di wilayah NKRI dan tidak diinvestasikan sesuai ketentuan
10, 11, & • 12% x harta bersih yang ada di LN, direpatriasi ke NKRI, dan diinvestasikan ke NKRI sesuai
12) ketentuan;
• 14% x harta bersih yang ada di LN, direpatriasi ke NKRI, tapi tidak diinvestasikan sesuai ketentuan
• 18% x harta bersih yang ada di LN, tidak direpatriasi ke NKRI dan tidak diinvestasikan sesuai
ketentuan
• Sesuai Pasal 7 ayat (5), ketentuan lebih lanjut tentang hal di bawah ini diatur dengan PerMenkeu:
a. tata cara pengalihan harta bersih ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. investasi harta bersih pada kegiatan usaha sektor pengolahan sumber daya alam atau sektor energi
terbarukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
c. instrumen surat berharga negara yang digunakan untuk investasi,

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA 70

You might also like