Professional Documents
Culture Documents
mODUL 2 PTIT 1 2022
mODUL 2 PTIT 1 2022
1. Tujuan Praktikum
a. Memahami konsep antropometri untuk perancangan kerja.
b. Mampu melakukan proses pengukuran dan pengolahan data antropometri
c. Mampu menggunakan data antropometri sebagai dasar evaluasi dan
perancangan sistem kerja.
2. Dasar Teori
2.1. Ergonomi
Menurut Nurmantio tahun 1996, ergonomic berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu “Ergos” yang memiliki arti bekerja dan “Nomos yang
memiliki arti hukum alam. Sehingga ergonomic dapat didefinikan sebagai ilmu yang
mempelajari mengenai aspek manusia dengan lingkungan kerjanya yang ditinjau dari
segi anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain.
Sedangkan Sutalaksana tahun 1979 menyatakan pengertian ergonomic ialah bagian
dari ilmu yang secara sistematis mempelajari informasi mengenai sifat, kemampuan,
dan keterbatasan manusia yang diaplikasikan dalam merancang suatu sistem kerja
yang dapat menjadikan orang dapat hidup dan bekerja dengan system yang baik untuk
mencapai tujuan efektif, aman, dan nyaman dalam bekerja.
Di beberapa Negara, pemakaian Istilah ergonomi itu berbeda-beda, misalnya istilah
Arbeltswissenchraft berlaku di Negara Jerman, istilah Bioteknologi,berlaku di Negara-
negara bagian skandinavia dan istilah Human Engineering atau Human Factors
Engineering berlaku untuk dinegara Amerika Utara.
Ergonomi memiliki tujuan utaman yaitu mempelajari keterbatasan yang terdapat
dalam tubuh manusia lingkungan kerjanya baik secara jasmani dan rohani. Tujuan
penerapan ergonomic menurut Tarwaka tahun 2004, yaitu
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan upaya mencegah
penyakit dalam bekerja, menurunnya beban kerja fisik dan mental,
mengoptimalkan kepuasan dalam bekerja.
1
2) Meningkatkan kualitas kontak social yang berimbas pada peningkatan
kesejahteraan sosial,manajemen kerja yang tepat guna dan penambahan
jaminan sosial pada kurun waktu usia produktif dan usia pensiun.
3) Meningkatkan kualitas kerja dan kualitas hidup yang optimal dengan
menseimbangkan aspek teknik, ekonomis dan social budaya dalam bekerja.
2.2. Antropometri dan Penerapannya
Antropometri berasal dari dua suku kata dalam bahasa latin, yaitu anthropos dan
metron. Anthropos berarti manusia dan metron berarti pengukuran. Sehingga
antropometri dapat diartikan cara mengukur tubuh manusia (Bridger, 1955).
Sedangkan Pulat tahun 1992 mengartikan antropometri ialah ilmu yang mengukur
dimensi tubuh manusia. Tayyari and Smith tahun 1997 menyatakan antropometri
adalah ilmu yang mempelajari dimensi dan karakteristik tubuh manusia seperti berat,
volume, pusat gravitasi, sifat inersia segmen tubuh, dan kekuatan otot.
Perencanaan fasilitas kerja yang dirancang berdasarkan data antropometri, maka akan
sangat bermanfaat. Alat dan fasilitas kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh
penggunanya merupakan syarat yang harus dipenuhi dari segi aspek ergonomic. Oleh
karena itu , produk dirancang harus mengakomodir dimensi tubuh penggunanyan.
(Wignjosoebroto, 1995).
Aplikasi data antropometri dapat dilakukan dalam hal:
1) Design area kerja.
2) Design alat kerja.
3) Design produk komersil .
4) Design tempat kerja.
Data antropometri dibutuhkan dalam suatu rancangan produk, karena untuk
mempermudah dan membantu pekerja yang akan menjalankannya. Pada pengukuran
dimensi tubuh secara induvidu tidaklah sulit untuk memperoleh data antropometri.
Hal ini berbeda dengan pengukuran diemnsi tubuh secara populasi. Terdapat dua jenis
pengukuran data antropometri (Wignjosoebroto, 1995) yaitu:
1) Pengukuran data antropometri statis atau struktural
Pada beberapa posisi standar dan tegak sempurna serta tidak bergerak, tubuh
dilakukan pengukuran untuk memperoleh data antropometri.
2
2) Pengukuran data antropometri dinamis atau fungsional
Pada posisi tubuh melakukan fungsi gerakn tertentu yang berhubungan dengan
penyelesaian suatu kegiatan, tubuh dilakukan pengukuran untuk memperoleh
data antropometri.
Pada penerapan data antropometri untuk suatu perancangan, terdapat beberapa
prosedur yang dilakukan (Pulat, 1992; Wickens, et al., 2004), yaitu:
1) Menentukan nilai populasi dari pengguna produk yang akan dirancang. Nilai
populasi setiap orang berbeda-beda menurut jenis kelamin, ras, etnis, umur.
2) Ukur dimensi tubuh berdasarkan data antropomerti yang dibutuhkan dalam
membuat produk.
3) Akomodir prosentase populasi pengguna produk yang dirancang. Karena produk
yang dirancang tidak dapat mengakomodir 100% dimendi tubuh manusia.
4) Hitung nilai persentil yang mengakomodir populasi pengguna.
5) Tambahkan nilai dari factor kelonggaran pekerja.
6) Simulasikan produk yang dirancang dengan melakukan beberapa tahapan
pengujian.
Manusia padaumumnya akan sangat bervariasi dalam bentuk dan dimensi ukuran
tubuh nya. Hal ini diakrenakan factor usia, ras, jenis kelamin, posisi tubuh. Untuk
memperjelas mengenai data antropometri yang dapat diambil pada anggota tubuh
manusia yang dapat dipalikasikan dalam perancangan produk dan fasilitas kerja,
maka dapat dilihat pada gambar1 dibawah
3
Persentil merupakan gambaran yang menunjukkan prosentase suatu nilai dari orang
yang mempunyai ukuran pada atau di bawah nilai tersebut (Wignjosoebroto,
2008). Apabila dalam mendesain produk terdapat variasi untuk ukuran sebenarnya,
maka seharusnya dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat
mampu menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentang tertentu (Wignjosoebroto,
2008). Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-
rata dan standar deviasi dari data yang ada dan digabungkan dengan nilai persentil
yang telah ada seperti pada Gambar 2. Di bawah ini
Dari nilai tabel probabilitas distribusi normal tersebut, maka ”percentiles” dapat
ditentukan berdasarkan nilai tersebut. Misal persentile 95-th itu berarti bahwa 95%
dari populasi tersebut berada pada atau dibawah pada nilai tersebut. Misal persentile
5-th itu berarti bahwa 5% dari populasi tersebut berada pada atau dibawah pada nilai
tersebut. Untuk rumus menghitung nilai persentile dapat dilihat Tabel 1 dibawah ini
(Wignjosoebroto, 2008).
Tabel 1. Persentile Untuk Data Berdistribusi Normal
Percentile Perhitungan
1-st X − 2,325
2,5-th X − 1,96
5-th X − 1,64
10-th X − 1,28
50-th X
90-th X + 1,28
95-th X + 1,64
4
97-th X + 1,96
99-th X + 2,325
(Sumber: Wignjosoebroto, 2000)
Dalam pokok bahasan Antropometri, 95 persentil berati menunjukkan populasi
ukuran besar dari dimensi manusia, sedangkan 5 persentil berati menunjukkan
populasi ukuran kecil dari dimensi manusia. Sedangkan ukuran yang dapat
diharapkan untuk mengakomodir 95% dari populasi pengguna, maka rentang 2,5
dan 97,5 persentil dapat digunakan sebagai batas ruang nilai yang dapat digunakan
(Nurmianto, 2005).
4. Prosedur praktikum
a. Menentukan jenis data antropometri yang akan digunakan dalam pembuatan
produk
Contoh : Tabel 2 menunjukkan lembar pengambilan data antropometri
5
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah
X =
Xi
n
Keterangan:
6
X = Rata-rata data hasil pengamatan
x i = Data hasil pengukuran ke-i
(xi − x )
2
=
n −1
Keterangan:
= Standar deviasi dari populasi
n = Banyaknya jumlah pengamatan
terakhir menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah
(BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim
dengan menggunakan rumus berikut:
BKA = X + k
BKB = X - k
Keterangan:
7
2
k n n
N ( Xi ) − ( Xi)
2 2
N'=
s i =1 i =1
n
( Xi)
i =1
Keterangan:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
x i = Data hasil pengukuran ke-i
P5 = x - 1,645
8
• Untuk populasi orang dengan ukuran kecil atau pendek dan besat
atau tingggi maka digunakan ukuran Persentil 50-th
P50 = x
P95 = x + 1,645
9
5. Laporan Praktikum
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Wignjosoebroto, Sritomo.2000.Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi
Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Guna Widya, Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Penerbit Guna
Widya. Jakarta
12