Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

MODUL 2

PERANCANGAN PRODUK BERBASIS


ANTROPOMETRI
PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI TERINTEGRASI 1

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
UNIT II
PERANCANGAN PRODUK BERBASIS ANTROPOMETRI

1. Tujuan Praktikum
a. Memahami konsep antropometri untuk perancangan kerja.
b. Mampu melakukan proses pengukuran dan pengolahan data antropometri
c. Mampu menggunakan data antropometri sebagai dasar evaluasi dan
perancangan sistem kerja.

2. Dasar Teori
2.1. Ergonomi
Menurut Nurmantio tahun 1996, ergonomic berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu “Ergos” yang memiliki arti bekerja dan “Nomos yang
memiliki arti hukum alam. Sehingga ergonomic dapat didefinikan sebagai ilmu yang
mempelajari mengenai aspek manusia dengan lingkungan kerjanya yang ditinjau dari
segi anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain.
Sedangkan Sutalaksana tahun 1979 menyatakan pengertian ergonomic ialah bagian
dari ilmu yang secara sistematis mempelajari informasi mengenai sifat, kemampuan,
dan keterbatasan manusia yang diaplikasikan dalam merancang suatu sistem kerja
yang dapat menjadikan orang dapat hidup dan bekerja dengan system yang baik untuk
mencapai tujuan efektif, aman, dan nyaman dalam bekerja.
Di beberapa Negara, pemakaian Istilah ergonomi itu berbeda-beda, misalnya istilah
Arbeltswissenchraft berlaku di Negara Jerman, istilah Bioteknologi,berlaku di Negara-
negara bagian skandinavia dan istilah Human Engineering atau Human Factors
Engineering berlaku untuk dinegara Amerika Utara.
Ergonomi memiliki tujuan utaman yaitu mempelajari keterbatasan yang terdapat
dalam tubuh manusia lingkungan kerjanya baik secara jasmani dan rohani. Tujuan
penerapan ergonomic menurut Tarwaka tahun 2004, yaitu
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan upaya mencegah
penyakit dalam bekerja, menurunnya beban kerja fisik dan mental,
mengoptimalkan kepuasan dalam bekerja.

1
2) Meningkatkan kualitas kontak social yang berimbas pada peningkatan
kesejahteraan sosial,manajemen kerja yang tepat guna dan penambahan
jaminan sosial pada kurun waktu usia produktif dan usia pensiun.
3) Meningkatkan kualitas kerja dan kualitas hidup yang optimal dengan
menseimbangkan aspek teknik, ekonomis dan social budaya dalam bekerja.
2.2. Antropometri dan Penerapannya
Antropometri berasal dari dua suku kata dalam bahasa latin, yaitu anthropos dan
metron. Anthropos berarti manusia dan metron berarti pengukuran. Sehingga
antropometri dapat diartikan cara mengukur tubuh manusia (Bridger, 1955).
Sedangkan Pulat tahun 1992 mengartikan antropometri ialah ilmu yang mengukur
dimensi tubuh manusia. Tayyari and Smith tahun 1997 menyatakan antropometri
adalah ilmu yang mempelajari dimensi dan karakteristik tubuh manusia seperti berat,
volume, pusat gravitasi, sifat inersia segmen tubuh, dan kekuatan otot.
Perencanaan fasilitas kerja yang dirancang berdasarkan data antropometri, maka akan
sangat bermanfaat. Alat dan fasilitas kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh
penggunanya merupakan syarat yang harus dipenuhi dari segi aspek ergonomic. Oleh
karena itu , produk dirancang harus mengakomodir dimensi tubuh penggunanyan.
(Wignjosoebroto, 1995).
Aplikasi data antropometri dapat dilakukan dalam hal:
1) Design area kerja.
2) Design alat kerja.
3) Design produk komersil .
4) Design tempat kerja.
Data antropometri dibutuhkan dalam suatu rancangan produk, karena untuk
mempermudah dan membantu pekerja yang akan menjalankannya. Pada pengukuran
dimensi tubuh secara induvidu tidaklah sulit untuk memperoleh data antropometri.
Hal ini berbeda dengan pengukuran diemnsi tubuh secara populasi. Terdapat dua jenis
pengukuran data antropometri (Wignjosoebroto, 1995) yaitu:
1) Pengukuran data antropometri statis atau struktural
Pada beberapa posisi standar dan tegak sempurna serta tidak bergerak, tubuh
dilakukan pengukuran untuk memperoleh data antropometri.

2
2) Pengukuran data antropometri dinamis atau fungsional
Pada posisi tubuh melakukan fungsi gerakn tertentu yang berhubungan dengan
penyelesaian suatu kegiatan, tubuh dilakukan pengukuran untuk memperoleh
data antropometri.
Pada penerapan data antropometri untuk suatu perancangan, terdapat beberapa
prosedur yang dilakukan (Pulat, 1992; Wickens, et al., 2004), yaitu:
1) Menentukan nilai populasi dari pengguna produk yang akan dirancang. Nilai
populasi setiap orang berbeda-beda menurut jenis kelamin, ras, etnis, umur.
2) Ukur dimensi tubuh berdasarkan data antropomerti yang dibutuhkan dalam
membuat produk.
3) Akomodir prosentase populasi pengguna produk yang dirancang. Karena produk
yang dirancang tidak dapat mengakomodir 100% dimendi tubuh manusia.
4) Hitung nilai persentil yang mengakomodir populasi pengguna.
5) Tambahkan nilai dari factor kelonggaran pekerja.
6) Simulasikan produk yang dirancang dengan melakukan beberapa tahapan
pengujian.
Manusia padaumumnya akan sangat bervariasi dalam bentuk dan dimensi ukuran
tubuh nya. Hal ini diakrenakan factor usia, ras, jenis kelamin, posisi tubuh. Untuk
memperjelas mengenai data antropometri yang dapat diambil pada anggota tubuh
manusia yang dapat dipalikasikan dalam perancangan produk dan fasilitas kerja,
maka dapat dilihat pada gambar1 dibawah

Gambar 1. Antropometri Manusia (Sumber: Wignjosoebroto, 1995)


2.3. Persentile

3
Persentil merupakan gambaran yang menunjukkan prosentase suatu nilai dari orang
yang mempunyai ukuran pada atau di bawah nilai tersebut (Wignjosoebroto,
2008). Apabila dalam mendesain produk terdapat variasi untuk ukuran sebenarnya,
maka seharusnya dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat
mampu menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentang tertentu (Wignjosoebroto,
2008). Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-
rata dan standar deviasi dari data yang ada dan digabungkan dengan nilai persentil
yang telah ada seperti pada Gambar 2. Di bawah ini

Gambar 2. Kurva Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95 Persentil.


(Sumber: Nurmianto, 2005)

Dari nilai tabel probabilitas distribusi normal tersebut, maka ”percentiles” dapat
ditentukan berdasarkan nilai tersebut. Misal persentile 95-th itu berarti bahwa 95%
dari populasi tersebut berada pada atau dibawah pada nilai tersebut. Misal persentile
5-th itu berarti bahwa 5% dari populasi tersebut berada pada atau dibawah pada nilai
tersebut. Untuk rumus menghitung nilai persentile dapat dilihat Tabel 1 dibawah ini
(Wignjosoebroto, 2008).
Tabel 1. Persentile Untuk Data Berdistribusi Normal
Percentile Perhitungan

1-st X − 2,325
2,5-th X − 1,96
5-th X − 1,64
10-th X − 1,28
50-th X
90-th X + 1,28
95-th X + 1,64

4
97-th X + 1,96
99-th X + 2,325
(Sumber: Wignjosoebroto, 2000)
Dalam pokok bahasan Antropometri, 95 persentil berati menunjukkan populasi
ukuran besar dari dimensi manusia, sedangkan 5 persentil berati menunjukkan
populasi ukuran kecil dari dimensi manusia. Sedangkan ukuran yang dapat
diharapkan untuk mengakomodir 95% dari populasi pengguna, maka rentang 2,5
dan 97,5 persentil dapat digunakan sebagai batas ruang nilai yang dapat digunakan
(Nurmianto, 2005).

3. Alat dan Bahan Praktikum


a. Kursi antropometri
b. Meteran
c. Lembar kerja pengukuran
d. Penggaris
e. Pensil

4. Prosedur praktikum
a. Menentukan jenis data antropometri yang akan digunakan dalam pembuatan
produk
Contoh : Tabel 2 menunjukkan lembar pengambilan data antropometri

Tabel 2. Lembar Data Antropometri


Data Jenis Data Jenis Data Jenis Data
Antropometri 1 Antropometri 2 Antropometri
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

5
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah

b. Setelah data antropometri diperoleh, maka selanjutnya dilakukan Pengujian


Data Antropometri dengan pengujian data, yaitu:
1) Uji Normalitas Data Antropometri
Dengan bantuan software SPSS, uji normalitas data antropometri
dilakukan dengan Statistik uji : Uji Kolmogorof-Smirnov. Ketentuan data
antropometri dikatakan berdistribusi normal jika: H0 ditolak jika Sig. <
. Diketahui H0 : Data berdistribusi normal dan H1 : Data tidak
berdistribusi normal dan  = 0,05
2) Uji keseragaman Data antropometri
Uji keseragaman data ini bertujuan untuk mengetahui data yang akan kita
gunakan tersebut segaram atau tidak. Karena jika data yang diuji tidak
seragam, maka data tersebut harus dibuang atau diganti. Data dikatakan
seragam jika data berada dalam batas kontrol yang telah ditetapkan.
Persamaan dalam uji keseragaman data yaitu menentukan besarnya rata-
rata dari hasil pengamatan:

X =
 Xi
n
Keterangan:

6
X = Rata-rata data hasil pengamatan
x i = Data hasil pengukuran ke-i

kemudian menghitung deviasi standar dengan rumus berikut:

 (xi − x )
2

=
n −1
Keterangan:
 = Standar deviasi dari populasi
n = Banyaknya jumlah pengamatan

terakhir menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah
(BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim
dengan menggunakan rumus berikut:

BKA = X + k 

BKB = X - k 

Keterangan:

X = Rata-rata data hasil pengamatan


 = Standar deviasi dari populasi
k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2
Tingkat kepercayaan 96 % - 99 % harga k adalah 3

3) Uji kecukupan Data antropometri


Uji kecukupan data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang
diambil sudah mencukupi dengan mengetahui besarnya nilai N’. Apabila
N’<N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu
dilakukan pengambilan data lagi. Adapun langkah uji kecukupan data
dapat dihitung dengan persamaan 5 berikut:

7
2
k n n 
 N ( Xi ) − ( Xi) 
2 2

N'=  
s i =1 i =1
 n 
 ( Xi) 
 i =1 

Keterangan:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
x i = Data hasil pengukuran ke-i

s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan


dalam desimal)
k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2
Tingkat kepercayaan 96 % - 99 % harga k adalah 3

c. Menentukan Ukuran Persentile


Perhitungan persentile dilakukan untuk menentukan ukuran kursi ergonomis
yang akan dibuat. Sebagai contoh 95-th persentil akan menunjukkan 95%
populasi yang berada pada atau dibawah pada ukuran tersebut, sedangkan 5-
th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran itu. Adapun langkah-langkah untuk menentukan nilai persentile adalah
sebagai berikut:

1) Hitunglah nilai rata-rata ( X ) didapat pada pengujian keseragaman pada


data antropometri
2) Hitunglah nilai standar deviasi (  ) yang didapat pada pengujuan
keseragaman data antropometri
3) Kemudian hitung nilai persentile dari tinggi popliteal, pantat popliteal,
lebar pinggul, tinggi siku duduk dan tinggi bahu duduk dengan persamaan
sebagai berikut:
• Untuk populasi orang dengan ukuran kecil atau pendek maka
digunakan ukuran Persentil 5-th

P5 = x - 1,645 

8
• Untuk populasi orang dengan ukuran kecil atau pendek dan besat
atau tingggi maka digunakan ukuran Persentil 50-th

P50 = x

• Untuk populasi orang dengan ukuran besar atau tinggi maka


digunakan ukuran Persentil 95-th

P95 = x + 1,645 

Setelah perhitungan nilai persentil diperoleh, maka dapat ditampilkan


keseluhan nilai persentile dari dari Tinggi siku duduk (Tsd), rentang tangan
(Rt) dan jangkauan tangan (JT) dalam bentuk tabel. Tabel 3 dibawah ini
menunjukkan contoh lembar nilai persentile
Tabel 3. Lembar Nilai Persentile
Persentile (cm)
Pengukuran
5-th 50-th 95-th
Data antropometri 1
Data antropometri 2
Data antropometri 3

d. Menentukan Ukuran Dimensi Kursi


Setelah ukuran persentile dari data antropometri didapatkan, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan ukuran produk ergonomi:
Tabel 4. Lembar Data Ukuran produk
Ukuran Kursi Nilai (cm)
x
y
z

9
5. Laporan Praktikum

10
DAFTAR PUSTAKA

Amri Yahya.1971.”Seni Lukis Batik Sebagai Sarana Peningkatan Apresiasi Seni


Lukis Kontemporer”.Skripsi.Fakultas Keguruan Sastra Seni IKIP
Yogakarta.Yogyakarta.
Arman Hakim Nasution. 2006. Manajemen Industri. Penerbit Andi. Jogjakarta.
Asti, Musman & Arini B,Ambar. 2011. Warisan Adiluhung Nusantara. ANDI.
Yogyakarta
Bridger, R.S.1955. Introduction to Ergonomics. McGraw-Hill.Singapore.
Iftikar Z, Sutalaksana. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. ITB.Bandung.
Julius Panero, Martin Zelnik. 1979. Human Dimension. Erlangga.Jakarta.
Lueder, R. 1996. A Proposed RULA for Computer Users. Procceding of the
Ergonomic Summer Workshop. San Francisco.
Nurmianto, Eko.1998.Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua. PT
Guna Widya. Surabaya.
Nurmianto, Eko. 2005. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna
Widya.Jakarta.
Pheasant, S., Haslegrave, C.M. 2006. Bodyspace, Antropometry, Ergonomics and
the Design of Work.Taylor & Francis.London-
Pulat, B. Mustafa. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomic. AT & T Network
System. Oklahoma.
Sutalaksana I.Z, Anggawisastra R, Tjakraatmadja J.H. 1979. Teknik Tata Cara Kerja.
ITB. Bandung.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Uniba Press. Cetakan Pertama. Surakarta.
Tayyari F. dan Smith, J. L.1997.Occupational Ergonomics: Principles and
Applications.Chaman & Hall.London.
.Wickens.2004.An Introduction to Human Factor Engineering. Pearson Education.
New Jersey.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995.Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu. Teknik Analisis
Untuk Peningkatan Produktivitas kerja, Edisi Pertama. Penerbit Guna
Widya.Jakarta.

11
Wignjosoebroto, Sritomo.2000.Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi
Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Guna Widya, Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Penerbit Guna
Widya. Jakarta

12

You might also like