Professional Documents
Culture Documents
KMB KEL 1 REVISI.1docx
KMB KEL 1 REVISI.1docx
Puji syukur kehadiran tuhan yang maha esa. Yang senantiasa memberikan
kekuatan, kemudahan, petunjuk, bimbingan, dan perlindungan kepada kami sehingga
makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya.
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. ETIOLOGI LUKA BAKAR........................................................................5
C. Patofisiologi Luka Bakar..............................................................................9
D. Anatomi Fisiologi......................................................................................11
E. klasifikasi....................................................................................................12
F. Woc.............................................................................................................15
G. Penatalaksanaan.........................................................................................16
H. Komplikasi.................................................................................................16
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................17
1. PENGKAJIAN............................................................................................17
A. Identitas klien dan keluarga..............................................................................17
a) Identitas klien..............................................................................................17
b) Identitas penanggung jawab.......................................................................17
B. Riwayat kesehatan.............................................................................................17
a) Keluhan utama............................................................................................17
b) Riwayat penyakit sekarang.........................................................................17
c) Riwayat penyakit dahulu.............................................................................17
d) Riwayat penyakit keluarga.........................................................................17
C. Pemeriksaan fisik..............................................................................................18
a. Data psikologi.............................................................................................20
b. Data sosial...................................................................................................21
c. Data spiritual...............................................................................................21
d. Data penunjang...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase
syok sampai fase lanjut (Young et al, 2019).
Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan di diami
oleh bakteri patogen, mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air,
protein serta elektrolit, dan kerap kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian
tubuh untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Rittenhouse et al, 2019).
Luka bakar disebabkan pemindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Kedalaman cedera bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan durasi kontak
dengan agen tersebut. Luka bakar merusak kulit, yang memicu peningkatan
kehilangan cairan, infeksi, hipotermi, pembentukan jaringan parut, penurunan
imunitas dan perubahan fungsi,penampilan dan citra tubuh (Smeltzer & Bare, 2015,
hal. 89).
Menurut WIjaya & Putri 1(2013), salah satu penyebab luka bakar adalah arus
listrik. Luka bakar listrik terjadi karena panas yang digerakan dari energi listrik, baik
Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC) yang dihantarkan melalui tubuh.
Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas,
kimia, istrik atau radiasi disebut sebagai luka bakar. Luka terjadi ketika energi dari
sumber panas dipindahkan ke jaringan tubuh.
Kedalaman cedera berhubungan dengan suhu dan rentang waktu paparan atau kontak.
B. ETIOLOGI LUKA BAKAR
Luka bakar dapat disebabkan berbagai zat dan benda yang berkontak langsung
dengan kulit atau paru. Untuk memfasilitasi penanganan, cedera luka bakar
dikelompokan berdasarkan mekanisme cedera :
e) Cedera inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian (karbonmonoksida) dan asap pada umumnya
terjadi pada cedera api, khususnya bila korban terperangkap dalam ruag tertutup dan
penuh asap (kebakaran rumah tinggal).
Paparan terhadap gas asfiksian keracuan asap, dan cdera termal (panas) langsung
terhadap jaringan paru menyusun 3 aspek cdera inhalasi. Namun, tidak semua
komponen cedera ini dapat muncul pada semua klien yang mengalami cedera inhalasi.
Cedera inhalasi meningkatkan resiko mortalitas kali setelah ukuran cedera luka bakar
pada kulit dan faktor klinik serta demografi lainnya ditentukan
C) Manifestasi Klinis Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang paling luar.
Kedalaman suatu luka bakar terdiri dari beberapa yang didasarkan pada elemen kulit
yang rusak.
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen
penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15
menit dengan air panas dengan suhu sebesar 55°C mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar
yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti
oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun sebelum
perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena
berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah
jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system
saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-
8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara
dramatis pada saat terjadi syok luka bakar.
Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel
massif. Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas
koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu
protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.Kasus luka bakar dapat
dijumpai hipoksia.
Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat
sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai
akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat
tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Arief, 2000 : 365)
D. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan
menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Tubuh secara
terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang
memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar
sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin
D.
kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan :
1. Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti sel
nya sudah mati danmengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut
yang membentuk barier terluar kulitdan mempunyai kapasitas untuk
mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumpar
an, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal danterdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya ter
letak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)Lapisan ini berada langsung di
bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yangmenghasilkan salah satu
bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).Lapisan ini terletak di
bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen. Dermis juga tersusun
dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjarkeringat serta sebasea dan
akar rambut.
f. klasifikasi
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal.
Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan
psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-
obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan
memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya
infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab kematian
pasien.( Effendi. C, 1999)
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien
unit gawat darurat, penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif
dan penanganan klien luka bakar di bangsal perawatan atau unit luka bakar
Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan
ruangan tertutup.
5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air
korban.
6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan
ke rumah sakit).
kedalamannya).
6) Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya
10) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami
antibiotik dll.
Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan
alat bantu pernapasan (ventilator). Hal yang harus diperhatikan selama klien
10) Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.
12) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.
15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube
setiap hari.
19) Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin), gula
Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena
proses penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar
Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka
Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan
gaas steril setelah diberikan obat topikal atau tulle yang mengandung
chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist) dengan NaCl 0,9% dan gaas kering.
tangan bersih, penggunaan handschoen, masker, topi, baju steril; teknik bersih
dan aseptik).
I. Komplikasi
Menurut effendi (1999) komplikasi yang timbul akibat luka bakar yaitu :
a. Septikemia (infeksi)
b. Pneumonia = tidur terus > statis pneumonia
c. Gagal ginjal akut = tidak ada plasma dalam darah > anuri
d. Deformitas (perubahan bentuk tubuh)
e. Syndrome kompartemen
f. Kekurangan kalori, protein
g. Kontraktur (lengketnya) merupakan gangguan fungsi pergerakan
h. Ileus paralitik (distensi abdomen, mual)
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan,hubungan dengan klien dan
alamat klien.
B. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pasien dengan luka bakar mengeluh adanya nyeri, tergantung
dari derjat luka bakar dan biasanya luka bakar juga menentukan beratnya
nyeri. Misalnya daerah wajah akan lebih mengalami nyeri yang lebih berat
bila dibandingkan dengan daerah ektermitas. Selain itu, luka bisa disertai
dengan tanda-tanda syok seperti penurunan kesadaran, tanda-tanda yang tidak
stabil.
b) Riwayat penyakit sekarang
Saat dikaji pasien mengeluhh nyeri pada daerah yang terkena luka
bakar, nafas sesak, sering merasa haus dan tidak nafsu makan
c) Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji pasien apakah pernah mengalami luka bakar sebelumnya,
riwayat pengobatan yang dahulu. Kaji riwayat penyakit jantung, ginal, paru-
paru dan DM
d) Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien seperti
yang dialami sekarang. Apakah dalam keluarga klien ada yang punya penyakit
keturunan seperti asma, jantung, dan DM.
C. Pemeriksaan fisik
Head to toe
1. Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi atau
bekas luka.
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta tekstur
kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
2. Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut, penyebaran
rambut.
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
3. Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika ada
perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
Palpasi :lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
4. Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk melihat
apakah ada kelainan pada mata.
Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau
ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada maka
ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika ada nyeri
tekan.
5. Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada
kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada sinus,
apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah terjadi
benjolan.
6. Mulut dan Faring
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan faring.
Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir sumbing),
bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir, kelembapan, apakah
ada gigi yang berlubang, kebersihan gigi, serta lihat apakah ada
pembesaran pada tonsil.
ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
7. Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada kondisi
abnormal pada telinga.
Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak
antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau
tidak dan elastisitas kartilago.
8. Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan
kedua tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan lalu
rasakan apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.
9. Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama pernafasan
dan bunyi paru.
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada
pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi: untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.
10. Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan
apakah ada nyeri tekan.
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan,
dan asites.
Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada
peningkatan pada bising usus.
Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi: apakah ada hipertimpani atau tidak.
11. Musculoskeletal/ Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi
tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada
anggota gerak atas dan bawah.
12. Sistem Integumen
Pengkajian riwayat kesehatan sistem integumen dilakukan secara
anamnesis oleh perawat pada pasien untuk menemukan permasalahan
yang dikeluhan oleh pasien. Pada penderita luka bakar akan ada
lesi,kemerahan atau memar. Bisa jadi merupakan gangguan dari panas,
dingin, atau stress, keterbukaan terhadap materi toksik, berjalan jalan
ke tempat yang terbuka, atau hasil perawatan kulit
Pemeriksaan umum
a. Data psikologi
Klien dengan luka bakar, sering mengalami gangguan psikologi berupa
kecemasan yang meningkat akibat nyeri yang tidak bisa di tanggulangi
dan terdapatnya perubahan struktur tubuh akibat kerusakan integritas
kulit.
b. Data sosial
Data yang diambil dari klien mengenai hubungan sosialnya dengan
keluarga dan gaya hidup klien. Klien dengan luka bakar menjadi tidak
percaya diri dalam bergaul akrena takut dia tidak diterima di dalam
masyrakat akibat struktur tubuhnya yang berubah.
c. Data spiritual
Kemungkinan terjadi perubahan dalam aktivitas spiritual yang
disebabkan karena kondisi luka bakar.
d. Data penunjang
1. Hitung darah lengkap
Peningkatan HT awal menunjukan hemokonsentrasi sampai
dengan perpindahan atau kehilangan cairan.
2. Elekrolit
Kalium dapat meningkat pada awal sampai dengan cedera
jaringan atau kerusakan sel darah merah dan penurunan fungsi
ginjal.
3. Rontgen dada
Dapat tampak normal paska luka bakar dini, meskipun dengan
cedera inhalasi, namun cedera inhalasi sesungguhnya akan
tampak saat foto torak, kerusakan bagian paru-paru.
4. EKG
Tanda inschemia, distrimia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
2. Diagnosa yang mungkin muncul
SLKI
SIKI
SDKI SLKI SIKI Intervensi Keperawatan
Gangguan Citra tubuh Perawatan luka Observasi
citra tubuh. (L.0967). setelah bakar (I.14565). - identifikasi penyebab
definisi: dilakukan asuhan definisi: luka bakar
perubahan keperawatan selama mengidentifikasi - identifikasi durasi
persepsi 2X24jam dan merawat luka terkena luka bakar dan
tentang diharapkan akut dan luka riwayat penanganan
penampilan, dapatkan hasil kronik akibat luka sebelumnya
struktur dan 1. Melihat bagian trauma termal. - monitor kondisi luka
fungsi tubuh (3) (msl, peserntasi ukuran
fisik individu 2. Menyentuh luuka, derajat luka,
(D.0083) bagian tubuh (3) pendarahan, wrna dasar
3. Menyembunyika luka,infeksi,aksudat,
n tubuh berrlebihan bau luka, kondisi tepi
(2) luka)
4. Menunjukan
bagian tubuh Terapeutik
Edukasi
- jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
- kolaborasi proosedur
depridement (msl
enzimatic,biologis,
mekanis,autolitik jika
perlu)
- kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
SDKI SLKI SIKI Intervensi Kperawatan
Defisit Status nutrisi Manajemen nutrisi Observasi
nutrisi, (L.03030). definisi : (I.03119). definisi: - identifikasi status
definisi: keadekuatan asupan mengidentifikasi nutrisi
berhubungan nutrisi untuk dan mengelola -identifikasi alergi dan
dengan memenuhi kebutuhan asupan nutri yang itoleransi makanan
asupan nutrisi metabolisme. seimbang - identifikasi makanan
tidak cukup Setelah dilakukan yang disukai
untuk tindakan keperawatan -identifikasi kebutuhan
memenuhi setelah 2x24 jam kalori dan jenis nutrisi
kebutuhhan didaptkan kriteria - monitor asupan
metabolisme hasil makanan
(D.0019) a) Kekuatan otot - monitor berat badan
pengunyah -mnitor hasil
meningkat (5) pemeriksaan
b) Kekuatan oto laboratorium
menelan(5)
c) Verbalisasi Teraputik
d) Pengetahuan sesuai
f) Pengetahuan
Edukasai
tentang standar
-anjurkan posisi duduk
asupan nutrisi
jika mampu
yang tepat (5)
- ajrkan diet yang di
prgramkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mssl, pereda
nyeri, antlemetik jika
perlu)
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jumlah
nutrisi yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Elsevier.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(Edisi 1).
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1).
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi
1).