Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

MAKALAH

BANK SYARIAH VS BANK KONVENSIONAL RIBA'


DAN
TRANSAKSI EKONOMI TERLARANG

Disusun Oleh : Kelompok 11


1. Ahmad Solihudin
2. Hafit
3. Muh. Khairuk Khafid
4. Maftuchatul Fikriyah
5. Nurlia Febrianti
6. Zaerotul Munawaroh

Dosen Pengampu :
Salis Irvan Fuadi M. Pd. I.

FAKULITAS ILMU TARBYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS SAINS AL QUR'AN
WONOSOBO

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur kami panjatkan kehadirat Alloh yang


senantiasa mencurahkan bimbingan, ilmu, rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua dan yang senantiasa memberkahi segala aktifitas dalam keseharian kita,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Materi PAI
2(Muamalah) Semester III Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan didalamnya untuk itu kami mohon
saran dan segala bentuk kritikan lainya yang mengarah untuk koreksi kami.
Terakhir kalinya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang memberi dukungan dalam proses pembuatan makalah ini. Semoga
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul ...........................................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................
C. Tujuan .........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsepsi Bank Syariah dan Bank Konvensional...................................................
B. Bank Syariah dengan Bank Konvensional.............................................................
C. Transaksi Ekonomi Terlarang..................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................


.....................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia. Meskipun ada 6 agama yang diakui di Indonesia
akan tetapi Islam menjadi agama mayoritas yang dianut. Namun demikian,
sistem perekonomian di Indonesia lebih mengarah kepada sistem ekonomi
kapitalis termasuk dalam dunia perbankan.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat penting
dalam penyaluran dan pengelolaan dana masyarakat. Dana dari masyarakat
yang diterima oleh bank akan dikelola dan disalurkan pada unit kegiatan
ekonomi lainnya. Keuntungan yang dihasilkan dari unit kegiatan usaha
lainnya akan dikembalikan lagi kepada masyarakat. Dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang telah
diubah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.1 Indonesia
menjalankan Dual Banking System yaitu beroperasinya sistem perbankan
baik secara konvensional maupun syariah sekaligus dengan tetap
memisahkan pengelolaan dan pengoperasinya.
Namun sistem perbankan syariah pada saat itu belum begitu kuat
secara hukum perdata mengingat belum adanya UU yang mengatur secara
jelas mengenai perbankan syariah. Dengan mulai berlakunya UU No. 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah, maka pemerintah mendukung
perkembangan sistem perbankan berbasis syariah. Akan tetapi, masyarakat
Indonesia masih memiliki presepsi yang keliru tentang bakn syariah.
Atas dasar permasalahan diatas, penulis membuat makalah dengan
judul “perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional” dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih kepada
masyarakat pada umumnya dan insan akademisi pada khususnya.

B. Rumusan Masalah

1
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, ( Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 1

4
a. Bagaimana Konsepsi bank Syariah dan Bank Konvensional?
b. Bagaimana Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensioanl?
c. Apa sajakah yang di maksud transaksi ekonomi terlarang?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui dan memahami konsepsi Perbankan Syariah dan


perbankan Konvensional.
b. Untuk mengetahui dan memahami Perbedaan Perbankan Syariah
dengan Perbankan Konvensional.
c. Untuk mengetahui bagaimana yang di maksud transaksi ekonomi
terlarang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Bank syariah dan Bank Konvensional


1. Pengertian Bank dan Perbankan
Kalimat Bank berasal dari bahasa asing yang sudah di
Indonesiakan. Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang
bermakna tempat penukaran uang. Ada juga yang bermakna tempat
penukaran uang. Ada juga yang mengatakan kalimat banca

5
mengandung arti tempat duduk. Makna lain dari bank secara bahasa,
bahwa bank berasal dari bahasa Spanyol dan Portugis dengan
mengejanya menggunakan kalimat banco; bahasa Prancis menyebutnya
dengan banque. Bahasa Inggris, Belanda dan Jerman mengeja dengan
kalimat bank. Istilah bahasa Arab bank diartikan dengan al-mashrif
(tempat penukaran).
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank.
Mencakup di dalamnya kelembagaan, kegiatan yang dilakukan didalam
bank berupa usaha, serta cara dan proses dalam kegiatan usahanya.
Makna bank sendiri dapat didefinisikan dengan badan usaha untuk
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit/ pembiayaan dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.2
Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.3
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Bank menghimpun dana masyarakat kemudian
menyalurkan dananya kepada masyarakat denga tujuan untuk
mendorong peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dua fungsi pokok
bank yaitu penghimpunan dana masyarakat dan penyaluran dana kepada
masyarakat, oleh karena itu disebut Financial Intermediary.4

2
Sulaeman Jajuli, Produk Pendanaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015),
hlm. 2-3
3
Perbedaan antara perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional, diakses pada
11 Nopember 2017 dari https://www.academia.edu/16440988/
4
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 30

6
Definisi bank menurut UU No. 14 Tahun 1967 pasal 1 tentang
pokok-pokok perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.” Sedangkan, lembaga keuangan
menurut undang-undang tersebut ialah, “semua badan yang melalui
kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan
menyalurkannya kedalam masyarakat.”5
Sistem perbankan di Indonesia sejak Tahun 1992 hingga saat ini
masih menganut dual banking system dimana Bank Konvensional atau
biasa disebut dengan Bank Umum dan Bank Syariah atau Bank Islam
bisa berdampingan dalam menjalankan operasi usahanya. “...Bank
konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka unit usaha
syariah...” sedangkan berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun
2008, bank umum diperbolehkan beroperasi secara konvensional dan
syariah sekaligus, sepanjang penataan dan pengelolaannya dilakukan
secara terpisah. Dengan kata lain Bank Konvensional diperbolehkan
untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha
syariah dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip syariah.

Dari pengertian diatas, bank dinamakan sebagai badan usaha


yang menjalankan suatu kegiatan berupa penghimpun dana dan
penyaluran dana. Mengingat bank sebagai suatu badan usaha, maka
hal ini berkaitan dengan kelembagaan dar bank itu. Bank sebagai
badan usaha yang menjalankan suatu kegiatan usaha, berdasarkan UU
No.7/1992 jo.No.10/1998, bentuk badan usahnya bisa Perseroan
Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah, sedangkan untuk bank
syariah, berdasarkan UU No.7/2008, badan hukumnya hanya
Perseroan Terbatas.

5
Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utara,
2007), hlm. 1

7
2. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada
hukum Islam, dan dalam kegiataannya tidak membebankan bunga
maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang
diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah
tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank.
Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk
kepada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariat Islam.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi dari pihak pemiliki
dana. Fungsi lainnya ialah menyalurkan dana kepada pihak lain yang
membutuhkan dana dalam bentuk jual beli maupun kerja sama usaha.
Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

3. Pengertian Bank Konvensional


Bank konvensional yaitu bank yang aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah

8
imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu. Presentase tertentu ini biasanya diterapkan per tahun.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank
Konvensional adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan
usahanya dalam menghimpun dan meyalurkan dana dengan
menggunakan cara dan proses yang konvensional seperti pemberian dan
pengenaan imbalan berupa bunga yang berarti riba' dengan di ikuti
unsur-unsur ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam operasionalnya.

Sedangkan pengertian riba secara etimologis adalah. kelebihan,


penambahan, peningkatan atau surplus.5 Kata riba dalam bahasa Inggris disebut
usury, yang diartikan bunga yang terlalu tinggi atau berlebihan. Zuhaili
menyebutkan bahwa arti riba secara etimologi adalah tambahan.6 Imam
Sarkhasi (bermazhab Hanafi) mendefinisikan riba adalah tambahan yang
disyaratkan dalam transaksi jual beli tanpa adanya iwadh (padanan).7 Al-Askalani
menyatakan bahwa riba pada esensinya adalah kelebihan, apakah itu berupa
barang ataupun uang. Kemudian menurut Afzalurrahman, pada dasarnya, riba
adalah pembayaran yang dikenakan terhadap pinjaman pokok sebagai imbalan
terhadap pinjaman pokok sebagai imbalan terhadap masa pinjaman itu berlaku.8
Al- Maududi dan para Sarjana Muslim Arab menyatakan, riba adalah tambahan
yang melebihi dari pokok pinjaman walaupun tambahan tersebut sedikit.9

Secara redaksional, ulama mendefinisikan riba berbeda- beda, namun secara


substansinya sama, yaitu suatu kelebihan dengan tanpa suatu imbalan
(pengganti) yang disyaratkan oleh salah satu dari dua orang yang melakukan
transaksi (utang-piutang), atau dengan kata lain, riba dikenal sebagai
kelebihan keuntungan (harta) dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam
transaksi jual beli dan atau pertukaran barang yang sejenis dengan tanpa
memberikan imbalan terhadap kelebihan tersebut. Ekonom muslim
menyatakan riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik
dalam transaski jual beli maupun dalam pinjam meminjam.10 Dalam

9
ilmu ekonomi riba berarti kelebihan pendapatan yang diterima oleh pemberi
pinjaman yang diberikan oleh peminjam sebagai upah atas
dicairkannya sebagian harta dalam waktu yang telah ditentukan.

B. Bank Syariah Dengan Bank Konvensional


1. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem oparasionalnya
tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip
dasar sesuai dengan syariah islam. Dalam menentukan imbalannya, baik
imbalan yang diberikan maupun diterima, bank syariah tidak
menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan konsep imbalan
sesuai dengan akad yang diperjanjikan.
Sistem perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan
konvensional karena sistem keuangan dan perbankan syariah adalah
merupakan subsistem dari suatu sistem ekonomi Islam yang
cakupannya lebih luas. Oleh karena itu, perbankan syariah tidak hanya
dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut
untuk secara sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai
syariah.
Beberapa perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensioanl antar lain:
a. INVESTASI
Bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak
pengguna dana, sangat selektif dan hanya boleh menyalurkan
dananya dalam investasi halal. Perusahaan yang melakukan kerja
sama usaha dengan bank syariah, haruslah perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa yang halal. Bank syariah tidak akan

10
membiayai proyek yang terkandung didalamnya hal-hal yang
diharamkan oleh islam.6
Proyek yang dibiayai oleh bank syariah tentunya merupakan
proyek yang jelas mengandung beberapa hal pokok antara lain:
1) Proyek yang dibiayai merupakan proyek halal.
2) Proyek yang bermanfaat bagi masyarakat.
3) Proyek yang dibiayai merupakan proyek yang menguntungkan
bagi bank maupun mitra usahanya.
Sebaliknya, bank konvesional, tidak mempertimbangkan jenis
investasinya, akan tetapi penyaluran dananya dilakukan untuk
perusahaan yang menguntungkan, meskipun menurut syariat islam
tergolong produk yang tidak halal. Misalnya, proyek perusahaan
minuman keras, dapat dibiayai oleh bank konvesional apabila
proyeknya menguntungkan. Namun sebaliknya, meskipun
menguntungkan, apabila produknya haram, seperti pabrik minuman
keras, maka bank syariah tidak membiayainya.
b. RETURN
Return yang diberiakn oleh bank syariah kepada pihak
invesror, dihitung dengan menggunakan sistem bagi hasil, sehingga
adil bagi kedua pihak. Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga,
bila bank syariah memperoleh pendapatan besar, maka nasabah
investor juga akan menerima bagi hasil yang besar, dan sebaliknya
bila hasil bank syariah kecil maka bagi hasil ynag dibagikan kepada
nasabah investor juga akan menurun. Dari sisi pembiayaan, bila
nasabah mendapat keuntungan besar maka bank syariah juga akan
mendapatkan bagi hasil yang besar,dan sebaliknya bila hasil yang
diperoleh nasabah kecil maka bank syariah akan mendapat bagi hasil
yang kecil juga.
Return yang diberikan dan / atau diterima oleh bank syariah
akan selalu berfluktuasi, sangat bergantung pada hasil usaha yang

6
Ismail, Perbankan Syariah...hlm.34

11
dilaksanakan oleh mitra usaha baik bank maupun nasabah.
Sebaliknya, dalam bank konvesional, return yang diberikan maupun
diterima dihitung dengan mengalikan antara persentase bunga.
Bunga dihitung dengan mengalikan antara persentase bungan dengan
pokok jaminan atau pkok penempatan dana, sehingga hasilnya akan
tetap.
c. PERJANJIAN
Perjanjian yang dibuat antara bank syariah dan nasabah baik
nasabah investor maupun pengguna dana sesuai dengankesepakatan
berdasarkan prinsip syariah. Dalam perjanjian telah dituangkan
tentang bentuk return yang akan diterapkan sesuai akad yang
diperjanjikan. Perjanjiannya menggunakan akad sesuai dengan
sistem syariah. Dasar hukum yang digunakan dalam akad
menggunakan dasar hukum syariah islam. Sebaliknya, perjanjian
yang dilaksanakan antara bank konvesioanl dan nasabah adalah
menggunakan dasar hukum positif.7
d. ORIENTASI
Orientasi bank syariah dalam memberiakan pembiayaanya
adalah falah dan profit oriented. Bank syariah memberiakn
pembiayaan semata-mata tidak hanya berdasarkan keuntungan yang
diperoleh atas pembiayaan yang diberiakan, akan tetapi juga
mempertimbangkan pada kemakmuran masyarakat. Aspek sosial
kemasyarakatan menjadi pertimbangan bagi bank syariah dalam
menyalurkan dananya kepihak pengguna dana. Bank konvesional
akan memberikan kredit kepada nasabah bila usaha nasabah
menguntungkan.
e. HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH
Hubungan bank syariah dengan nasabah penggunaan dana,
merupakan hubungan kemitraan. Bank bukan sebagai kreditor, akan
tetapi sebagai mitra kerja dalam usaha bersama antara bank syariah

7
Ismail, Perbankan Syariah...hlm.35-36

12
dan debitur. Kedua pihak memiliki kedudukan yang sama. Sehingga
hasil usaha atas kerja sama yang dilakukan oleh nasabah pengguna
dana, akan dibagi hasilkan dengan bank syariah dengan nasabah
yang disepakati bersama dan tertuang dalam akad.8

f. PENYELESAIAN SENGKETA
Permasalahan yang muncul di bank syariah akan diselesaikan
dengan musyawarah. Namun apabila musyawarah tidak dapat
menyelesaikan masalah, maka permasalahan antara bank syariah dan
nasabah akan diselesaikan oleh pengadilan dalam lingkungan
peradilan agama. Ban konvesional akan menyelesaikan sengketa
melalui negoisasi. Bila negoisasi tidak dapat dilaksanakan, maka
penyelesaiannya melalui pengadilan negeri setempat.9

8
Ismail, Perbankan Syariah...hlm.36
9
Ismail, Perbankan Syariah...hlm.37

13
Tabel Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional10

No Bank syariah No Bank Konvensional


1 Investasi, hanya untuk proyek 1 Invesatasi, tidak
dan produk yang halal serta mempertimbangkan halal
menguntungkan atau haram asalkan proyek
yang dibiayai
menguntungkan
2 Return, yang dibayar dan/ atau 2 Return, baik yang dibayar
diterima berasal dari bagi hasil kepada nasabah penyimpanan
atau pendapatan lainnya dana dan return yang
berdasarkan prinsip syariah. diterima dari nasabah
pengguna dana berupa bunga.
3 Perjanjian dibuat dalam bentuk 3 Perjanjian menggunakan
akad sesuai dengan syariah hukum positif.
Islam.
4 Orientasi pembiayaan, tidak 4 Orientasi pembiayaan, untuk
hanya untuk keuntungan akan memperoleh keuntungan atas
tetapi juga falah oriented, yaitu dana yang dipinjamkan.
berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat.
5 Hubungan antara bank dan 5 Hubungan bank dan nasabah
nasabah adalah mitra. adalah kreditor dan debitur.
6 Dewan pengawas terdiri dari BI, 6 Dewan pengawas terdiri dari
Bapepam, Komisaris dan BI, Bapepam, dan Komisaris.
Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
7 Penyelesaian sengketa, 7 Penyelasaian sengketa
10
Ismail, Perbankan Syariah...hlm.38

14
diupayakan diselesaikan secara melalui pengadilan negeri
musyawarah antara bank dan setempat.
nasabah, melalui peradilan
agama.

C. Transaksi Ekonomi Terlarang

Dalam Syariah, Nabi telah melarang kita dari beberapa jenis usaha tertentu
karena di dalamnya mengandung dosa dan apa yang di dalamnya terdapat bahaya
bagi manusia dan mengambil harta secara tidak adil. Beberapa jenis transaksi
yang dilarang adalah:

1. Menghindari transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam.

2. Menghindari cara memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal.

3. Persaingan yang tidak fair

4. Pemalsuan dan penipuan

Macam macam jual beli yang di larang yaitu :

1. Haram Zatnya

Transaksi di larang karena objek (barang atau jasa) yang di transaksikan


juga dilarang, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, dan sebagainya.
Jadi, transaksi jual beli minuman keras adalah haram, walaupun akad jual belinya
sah. Contohnya, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian
minuman keras kepada bank dengan menggunakan akad murabahah, maka
walaupun akadnya sah tetapi transaksi ini haram karena objek transaksinya haram.

2. Haram Selain Zatnya

15
Setiap transaksi dalam islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara
kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang
sama sehingga tidak ada pihak yang merasa di curigai (ditipu) karena terdapat
kondisi di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak
lain. Tadlis dapat terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam: 1) Kuantitas 2)
Kualitas 3) Harga dan 4) Waktu

3. Tidak sah (lengkap) akadnya

Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haramli dzatihi maupun
haram li ghairihi, belum tentu serta merta menjadi halal. Masih ada kemungkinan
transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak
lengkap. Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah dan atau tidak lengkap
akadnya, bila terjadi salah satu (atau lebih) faktor atau syarat yang tidak terpenuhi.

4. Riba'

Riba berarti menukarkan suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian.
Allah sendiri telah menjelaskan dalam al Quran Surat Al Baqarah ayat 275 :

‫بيع‬M‫ا ال‬M‫الوا إنم‬M‫الذين يأكلون الربا ال يقومون إال كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس ذلك بأنهم ق‬
‫اد‬MM‫ره إلى هللا ومن ع‬MM‫مثل الربا وأحل هللا البيع وحرم الربا فمن جاءه موعظة من ربه فانتهى فله ما سلف وأم‬
‫فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون‬

Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya..” (QS Al- Baqarah : 275)

16
Wahai Saudaraku! Tidak ada keraguan bahwa perdagangan dan jual beli
adalah dua hal yang dibutuhkan dan diperlukan. Hal ini karena Allah telah
memerintahkan kita untuk mencari rezeki dan untuk makan dan minum bagi diri
kita menurut cara yang secara umum dibenarkan. Dalam ilmu fiqih, dikenal 3
jenis riba, yaitu:

• Riba fadl yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang yang sejenis,
tapi tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya, sama kuantitasnya, dan sama
waktu penyerahan barangnya. Pertukaran seperti itu mengandung unsur
ketidakjelasan nilai barang pada masing-masing pihak. Akibatnya, bisa
mendorong (orang berbuat zalim.

• Riba nasi’ah atau riba yang muncul akibat utang piutang yang tidak
memenuhi kriteria. Keuntungan muncul tanpa adanya risiko dan hasil usaha
muncul tanpa adanya biaya. Padahal, dalam dunia bisnis kemungkinan untung dan
rugi selalu ada. Memastikan sesuatu di luar wewenang sifatnya zalim.

• Riba jahiliyah atau utang yang dibayar melebihi pokok pinjaman, karena
peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai waktu yang ditentukan.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. bank merupakan badan usaha yang kegiatannya untuk menghimpun
dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/
pembiayaan dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak. Perbankan merupakan segala
sesuatu yang berkaitan dengan bank. Secara umun dunia perbankan
yang ada di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian serta dalam bank syariah
menggunakan prinsip syariah. Fungsi bank yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasioanal dalam rangka meningkatkan pemerataan
pembangunan. Perbankan konvensional maupun perbankan syariah
memiliki produk yang ditawarkan dalam segi pendanaan, pembiayaan
serta jasa pebankan lainnya. Namun bedanya jika dalam perbankan
syariah produk yang ditawarkan ada nama syariah dibelakangnya dan
menggunakan prinsip syariah. Struktur yang ada dalam bank syariah
sama dengan struktur yang ada dalam bank konvensional hanya saja
yang membedakan yaitu dalam bank syariah ada Dewan Pengawas
Syariah (DPS), dan Dewan Syariah Nasional (DSN).

18
2. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait
dengan sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut
sistem bunga sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi
hasil yang mana lebih meringankan beban nasabah.
3. Ada beberapa transaksi ekonomi atau jual beli yang di larang
agama,yaitu:1. Jual beli yang haram zatnya 2. Jual beli selain zatnya 3.
Jual beli yang tidak lengkap akadnya 4. Riba'

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10111738/
perbedaan_bank_syariah_dengan_bank_konvesional
https://www.academia.edu/16440988/
Makalah_Perbedaan_antara_Perbankan_Syariah_dengan_Perbankan_Kon
vensional
Ifham Sholihin, Ahmad.2010. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ismail.2011. Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana
Jajuli, Sulaeman.2015. Produk Pendanaan Bank Syariah, Yogyakarta:
Deepublish
Suyatno, Thomas dkk. 2007. Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utara
Syafi’ Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakrta:
Gema Insani Press

20

You might also like