Universitas Sumatera Utara

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 192

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN

TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI


BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

TESIS

Oleh

AGUSTINA BORU GULTOM


107032096/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


THE INFLUENCE OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE ON THE HEALTH
WORKERS’ PREPAREDNESS AND COMPLETE ALERTNESS IN
ANTICIPATING FLOOD AT KAMPUNG BARU PUSKESMAS,
MEDAN MAIMUN SUBDISTRICT

THESIS

By

AGUSTINA BORU GULTOM


107032096/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN
TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI
BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

AGUSTINA BORU GULTOM


107032096/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN
SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN
TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS
KAMPUNG BARU MENGHADAPI
BENCANA BANJIR DIKECAMATAN
MEDAN MAIMUN
Nama Mahasiswa : Agustina Boru Gultom
Nomor Induk Mahasiswa : 107032096
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Bencana

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, S.H) (Suherman, S.K.M. M.Kes)
Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama , M.S)

Tanggal Lulus : 9 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara


Telah Diuji
Pada Tanggal : 9 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, S.H
Anggota : 1. Suherman, S.K.M. M.Kes
2. Ir. Indra Chahaya, M.Si
3. dr. Rumondang Pulungan, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN


TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI
BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

Agustina Boru Gultom


107032096/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun sebagai sarana


pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah kerjanya dan dibutuhkan dalam
pengendalian resiko bencana dibidang kesehatan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap
terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi
bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2012. Jenis penelitian
adalah survey eksplanatori, dengan populasi adalah seluruh tenaga kesehatan
Puskesmas Kampung Baru yang dijadikan sampel berjumlah 22 orang. Pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan, wawancara dan wawancara
mendalam. Analisis dilakukan dengan uji eksak fisher dan regresi logistik.
Dari hasil analisis bivariat dengan uji eksak fisher dan analisis multivariat
dengan regresi logistik berganda disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki
hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga
kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai
signifikansi < 0,05. Sedangkan variabel sikap tidak memiliki hubungan dan pengaruh
terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi
bencana banjir dengan nilai signifikasi > 0,05. Hasil wawancara, indepth interview
dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas, ketersediaan SOP
penanganan gawat darurat dan rujukan, dukungan kebijakan dan komitmen staf
merupakan faktor lain yang kemungkinan turut memengaruhi kesiapsiagaan tenaga
kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir.
Disarankan agar tenaga kesehatan meningkatkan pengetahuan dan tindakan
mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir melalui berbagai cara seperti
melalui buku atau pedoman, internet, seminar, konferensi dan pelatihan atau simulasi
mengenai penanggulangan bencana banjir dan penanganan gawat darurat yang
difasilitasi Manajemen Dinas Kesehatan Kota Medan serta melalui kerjasama dengan
pihak terkait.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesiapsiagaan , Tenaga Kesehatan, Bencana

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Kampung Baru Puskesmas (Public Health Center), Medan Maimun


Subdistrict, as the first grade of health service facility, is the spearhead of public
health service which has the responsibility in its working area since it is needed to
control the health risk incident.
The aim of the research was to analyze the influence of knowledge and
attitude on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung
Baru Puskesmas in anticipating flood at Medan Maimun Subdistrict in 20012. The
type of the research was an explanatory survey. The population was 22 health
workers who were on duty at Kampung Baru Puskesmas. The data were gathered by
distributing questionnaires and conducting observation, interviews, and in depth
interviews and analyzed by conducting exact fisher test and logistic regression test.
The results of bivatriate analysis with exact fisher test, multivatriate, and
multiple logistic regression analyses showed that the variable of knowledge had
positive and significant correlation and influence on the health workers’
preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating
flood with the significance value of <0.05, whereas the variable of attitude did not
have any correlation and influence on the health workers’ preparedness and
complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood with the
significance value of >0.05. The results of the in depth interviews and observation
showed that the availability of facilities, the availability of SOP in handling
emergency situation and reference, and the supporting policy and commitment of the
staffs constituted other factors which probably influenced the health workers’
preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating
flood.
It is recommended that the health workers should increase their knowledge
and activity about the preparedness and complete alertness in anticipating flood
through various ways, such as consulting books, guidelines and internet, attending
seminars, conferences, and trainings or simulations dealing with flood, and handling
emergency, facilitated by the Management of the Health Service, Medan, through the
cooperation with the parties concerned.

Keywords: Knowledge, Attitude, Preparedness and Complete Alertness, Health


Workers, Disasters

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu

kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tesis ini berjudul : “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap

Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi

Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun”. Sesungguhnya tesis ini tidak

akan terwujud tanpa izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa, serta bantuan dari semua

pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi segala kendala dalam tesis ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Universitas Sumatera Utara


4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Medan.

5. Prof. dr. Amri Amir, Sp. F, DFM, S.H, selaku pembimbing satu dan Suherman,

S.K.M. M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan

kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi kesempurnaan

tesis ini.

6. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku penguji satu dan dr. Rumondang Pulungan,

M.Kes, penguji dua yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan beserta staf yang telah memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelian.

9. Kepala Puskesmas Kampung Baru beserta staf yang telah memberi kesempatan

kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

10.Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Sumatera Utara beserta

staf yang telah memotivasi dan memberi kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan ini.

11.Kedua orangtua penulis, yaitu Ayahanda V.Gultom dan Ibunda N.Sirait dan Ibu

mertua T.Sitorus, abang, kakak dan adik untuk dukungan dan doa yang tiada

hentinya mendukung penulis dalam menjalani pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


12.Suami tercinta Sukarto Karo-Karo dan ananda Tabita Angelica Karo-Karo, yang

penuh perhatian, kesabaran, pengorbanan serta doa dalam mendukung dan

memotivasi penulis dalam menjalani pendidikan.

13.Seluruh rekan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan dorongan dan

dukungan selama menjalani pendidikan dan selama menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya, karena

penulis menyadari bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir

dalam keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Medan, September 2012


Penulis

Agustina Boru Gultom


107032096/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Agustina Boru Gultom, lahir pada tanggal 23 Agustus 1973 di Tanjung

Pinang Riau, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda V. Gultom

dan Ibunda N.Sirait. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 030 Tanjung

Pinang Riau selesai pada tahun 1985, SMP Negeri 7 Tanjung Pinang Riau selesai

pada tahun 1988, SMA Negeri 1 Tanjung Pinang Riau selesai pada tahun 1991,

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan DepKes RI Medan selesai pada tahun 1994,

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung selesai pada tahun 2000.

Penulis mulai bekerja sebagai tenaga honorer di RSAL dr. Midiyato S

Tanjung Pinang Riau dari tahun 1995 sampai dari 1996. Sejak tahun 1996 penulis

sampai sekarang bekerja sebagai fungsional dosen di Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Sumatera Utara. Penulis juga pernah mengajar dibeberapa

pendidikan swasta sebagai dosen tidak tetap seperti Akper Wirahusada, Akper Sari

Mutiara, Fakultas Non Gelar Kesehatan Universitas Darma Agung, dan dari tahun

2008 sampai sekarang di STIKes Sumatera Utara.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat minat studi Manajemen Kesehatan Bencana, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 dan menyelesaikan studi

pada tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………………………………………………………………. i
ABSTRACT ……………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………... iii
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….... xii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ……………………………………………. 1
1.2 Permasalahan …………………………………………….. 6
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………… 7
1.4 Hipotesis …………………………………………………. 7
1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………….. 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bencana Banjir …………………………………………… 8
2.2 Kesiapsiagaan ……………………………………………. 11
2.3 Teori Pembentukan Kesiapsiagaan ………………………. 30
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan Tenaga
Kesehatan Menghadapi Bencana ………………………… 32
2.5 Landasan Teori …………………………………………... 36
2.6 Kerangka Konsep ………………………………………… 38

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian …………………………………………... 39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………. 39
3.3 Populasi dan Sampel …………………………………….. 40
3.4 Metode Pengumpulan Data ……………………………… 40
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ………………………. 45
3.6 Metode Pengukuran ……………………………………... 47
3.7 Metode Analisis Data …………………………………….. 47

Universitas Sumatera Utara


BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………….... 49
4.2 Analisis Univariat ………………………………………... 53
4.3 Analisis Bivariat …………………………………………. 62
4.4 Analisis Multivariat………………………………………. 66
4.5 Hasil Wawancara ………………………………………… 67
4.6 Hasil Pengamatan ……………………………………....... 76

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas
Kampung Baru dengan Pengetahuan Mengenai
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan
Medan Maimun…………………………………………… 79
5.2 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas
Kampung Baru dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan
Maimun ………………………………………………….. 80
5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Tenaga
Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi
Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun ………….. 80
5.4 Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga
Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi
Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun ………….. 84
5.5 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung
Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan
Maimun ………………………………………………….. 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan …………………………………………........ 100
6.2 Saran …………………………………………………….. 100

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 102

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas Tahap I ……………………………………........ 42

3.2 Hasil Uji Reliabilitas Tahap I ……………………………………… 43

3.3 Hasil Uji Validitas Tahap II ………………………………………... 44

3.4 Hasil Uji Reliabilitas Tahap II ……………………………………... 44

3.5 Definisi Operasional ……………………………………………….. 45

3.6 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ……………………………. 47

4.1 Fasilitas-fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Ada di Wilayah Kerja


Puskesmas Kampung Baru ………………………………………… 51

4.2 Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Lama


Bekerja, Pendidikan dan Pelatihan di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012………………………........ 53

4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun
2012………………………………………………………………… 55

4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan


Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………… 56

4.5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………… 57

4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Sikap


Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………… 59

Universitas Sumatera Utara


4.7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………………………...... 60

4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 …………. 62

4.9 Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Lama Bekerja,


Pendidikan, Pelatihan) dengan Pengetahuan Mengenai
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 …………. 63

4.10 Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Lama Bekerja,


Pendidikan, Pelatihan) dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………………………….. 64

4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Responden


Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………………………….. 65

4.12 Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan Responden Puskesmas


Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2012 ………………………………………………. 66

4.13 Seleksi Variabel yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tenaga


Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir
di Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012……………………….. 66

4.14 Ketersediaan Perbekalan Kesehatan dalam Penanggulangan


Bencana di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun
Tahun 2012 ………………………………………………………… 78

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skema Pelayanan Medis di Lapangan …………………………... 24

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ……………………………………. 38

4.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kampung Baru ………………… 52

4.2 Denah Ruangan Puskesmas Kampung Baru ……………………. 77

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ………………………………………………….. 111

2. Pedoman Observasi …………………………………………………… 122

3. Pedoman Wawancara …………………………………………………. 123

4. Pedoman Wawancara dengan Indepth Interview ……………………... 124

5. Master Data …………………………………………………………… 127

6. Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………………. 128

7. Uji Univariat ………………………………………………………….. 133

8. Uji Bivariat …………………………………………………………… 143

9. Uji Multivariat ………………………………………………………… 148

10. Profil Informan dan Hasil Indepth Interview …………………………. 149

11. Denah Kecamatan Medan Maimun …………………………………… 175

12. Surat Izin Penelitian dari Pendidikan …………………………………. 176

13. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan ……... 177

14. Surat Selesai Penelitian dari Kepala Puskesmas Kampung Baru …….. 178

15. Surat Selesai Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kota
Medan …………………………………………………………………. 179

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

secara tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia dengan

lingkungannya yang terjadi sedemikian rupa, seperti bencana gempa bumi, banjir,

gunung berapi sehingga memerlukan tindakan penanggulangan segera. Perubahan

ekosistem yang terjadi dan merugikan harta benda maupun kehidupan manusia bisa

juga terjadi secara lambat seperti pada bencana kekeringan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

menyatakan bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis. Keadaan gawat darurat ini bila tidak ditangani

secara cepat dan tepat dapat menyebabkan kematian dan kecacatan.

Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia adalah

salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai yang ada di

Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Pada umumnya bencana banjir tersebut

terjadi diwilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih tinggi

dibandingkan dengan dibagian timur. Berdasarkan kondisi morfologisnya, penyebab

Universitas Sumatera Utara


banjir adalah karena relief bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan

banyaknya sungai yang mengalir diantaranya. Daerah rawan banjir tersebut

diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan tata-guna lahan yang tidak

memperhatikan daerah resapan air. Perubahan tata-guna lahan yang kemudian

berakibat menimbulkan bencana banjir, dapat dibuktikan antara lain didaerah

perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri sungai (Bakornas PB, 2007)

Sumatera sebagai pulau besar di Indonesia bagian barat, berpotensi mengalami

pola gangguan cuaca, adanya sungai yang melintasi penduduk yang padat sehingga

daerah Sumatera rawan terjadinya bencana banjir. Kondisi tersebut memberi dampak

kepada masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan. Sektor-sektor seperti kesehatan,

pertanian, kehutanan, ketahanan pangan dan lain-lain turut mengalami kerugian saat

kondisi memburuk atau bahkan menjadi ekstrim. Menurut Handayani (2010), kondisi

ini terutama dialami oleh daerah-daerah yang secara topografi terletak di kawasan

rawan bencana seperti di Provinsi Sumatera Utara. Dua daerah di Provinsi Sumatera

Utara yang memiliki resiko dampak terbesar terkena bencana banjir adalah Medan

dan Deli Serdang.

Untuk mengantisipasi dampak kepada masyarakat akibat kondisi yang buruk

akibat bencana banjir diperlukan adanya kesiapsiagaan dalam rangka meminimalisir

dampak yang terjadi. Menurut Schneid dan Collins (2001), kesiapsiagaan yang sesuai

sebelum suatu bencana terjadi adalah dasar untuk mengurangi resiko dan mengurangi

kerusakan. Sedangkan menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan

merupakan elemen penting dan berperan besar dari kegiatan pengendalian resiko

Universitas Sumatera Utara


bencana sebelum terjadi bencana dan merupakan salah satu bagian dari proses

manajemen bencana.

Untuk meminimalisir dampak akibat bencana banjir dari segi kesehatan

dibutuhkan Puskesmas sebagai lini terdepan dalam mengendalikan resiko bencana

dibidang kesehatan. Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005), Puskesmas sebagai

sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan ujung tombak pelayanan

kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah kerjanya. Puskesmas

sebagai sarana kesehatan ditingkat kecamatan dalam kejadian bencana dapat terlibat

secara langsung sebagai bagian Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Sehari-hari

(SPGDT) bencana sesuai tahapan bencana. Apabila Puskesmas tidak menjadi korban

dan masih dapat berfungsi bila terjadi suatu bencana maka pada tahap awal yang

melaksanakan penanggulangan bencana adalah Puskesmas yang berfungsi sebagai

pos lapangan sambil menunggu bantuan dari tingkat yang lebih tinggi.

Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang

kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Trihono, 2005). Khusus

pada fungsi ketiga, mencakup aspek pelayanan kesehatan masyarakat maupun

pelayanan kesehatan perorangan termasuk penanganan pasien gawat darurat yang

timbul dimasyarakat. Puskesmas sebagai lini terdepan yang berperan pada

pertolongan pertama pada korban, mempersiapkan masyarakat dalam upaya

pencegahan terjadinya kasus gawat darurat maupun memberikan ketrampilan dalam

Universitas Sumatera Utara


memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan (Ditjen Binkesmas Depkes,

2005).

Berdasarkan survey pendahuluan pada Bagian Penanggulangan Bencana

Bidang Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan BPBD Provinsi

Sumatera Utara, kejadian bencana tertinggi dikota Medan berada di kecamatan

Medan Maimun dengan frekuensi kejadian 2 – 3 kali dalam setahun. Hasil

wawancara dengan Kepala Puskesmas Kampung Baru didapatkan bahwa Puskesmas

Kampung Baru adalah Puskesmas dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Maimun,

merupakan Puskesmas rawat jalan dan melayani kasus akibat bencana banjir

diwilayah kerja Puskesmas tersebut. Berdasarkan penghitungan kasus data warga

yang mengalami penyakit akibat bencana banjir Januari 2011 dari buku catatan

pelayanan kesehatan pada saat bencana banjir Januari 2011 didapatkan ada 620

warga yang mengalami penyakit akibat bencana banjir yang dilayani Puskesmas

Kampung Baru, dengan jenis penyakit diantaranya gatal-gatal, luka-luka, sesak

nafas, diare , demam dan batuk.

Hasil wawancara dengan seorang Kepala Lingkungan di Kelurahan Kampung

Baru dan seorang Kepala Lingkungan di Kelurahan Sei Mati menyatakan bahwa

frekuensi kejadian banjir di Kecamatan Medan Maimun berkisar 1 - 3 kali dalam satu

tahun. Dukungan kesehatan bagi warga pada saat bencana banjir di kecamatan ini

didapatkan dari Puskesmas Kampung Baru. Hasil wawancara dengan 30 warga

Kecamatan Medan Maimun mengenai pelayanan kesehatan yang diterima warga

dari Puskesmas Kampung Baru pada kejadian banjir di Kecamatan Medan Maimun

Universitas Sumatera Utara


2011, ada sebagian warga menyatakan pelayanan pada penyakit yang timbul akibat

bencana banjir dan pengobatan yang diberikan tenaga kesehatan masih kurang pada

saat bencana banjir dan mengenai penanganan faktor resiko yang dapat menimbulkan

masalah penyakit akibat nyamuk yang bertambah banyak setelah bencana banjir.

Kualitas atau mutu layanan kesehatan penting bagi organisasi layanan

kesehatan berupa (1) menghasilkan pelayanan yang bermutu, (2) menjadikan

organisasi layanan kesehatan menjadi efisien, (3) menjadi tempat idaman, (4)

memperhatikan keluaran, (5) menimbulkan kepuasan pasien. Konsep model dimensi

mutu layanan kesehatan meliputi dimensi struktur, dimensi proses dan dimensi

keluaran. Dimensi struktur meliputi manusia, fasilitas fisik dan perbekalan kesehatan,

teknologi dan informasi, keuangan. Dimensi proses meliputi pengorganisasian dan

manajemen sumber daya, pengorganisasian program layanan kesehatan,

penyelenggaraan program layanan kesehatan. Dimensi keluaran adalah kesehatan

masyarakat (Pohan, 2007).

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mendukung upaya Puskesmas dalam

penanggulangan bencana karena adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki

Puskesmas dalam penanggulangan bencana. Dukungan tersebut mencakup dukungan

dalam upaya kesehatan, dukungan dalam pembiayaan, dukungan dalam sumber daya

manusia, dukungan obat dan perbekalan kesehatan dan dukungan dalam manajemen

kesehatan (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Menurut Wyckof, kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang selalu

dirancang dengan baik dan pengendalian tingkat keunggulan juga dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara


tepat untuk memenuhi harapan pelanggan. Kualitas jasa pelayanan kesehatan akan

sangat ditentukan apabila kebutuhan atau ekspetasi para pengguna jasa bisa dipenuhi

dan diterima tepat waktu (Muninjaya, 2011).

Sutton dan Tierney (2006) menyatakan kegiatan kesiapsiagaan hendaknya

didasarkan kepada pengetahuan tentang potensial dampak bahaya bencana dalam

kesehatan dan keselamatan, kegiatan pemerintahan, fasilitas dan infrastruktur,

pemberian pelayanan, dan kondisi lingkungan dan ekonomi, serta dalam peraturan

dan kebijakan. Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) parameter pertama faktor kritis

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam adalah pengetahuan dan sikap

terhadap resiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci

untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap

dan kepedulian untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh pengetahuan, sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga

kesehatan Puskesmas KampungBaru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan

Medan Maimun.

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas

Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan

tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di

Kecamatan Medan Maimun.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan

Maimun.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan Puskesmas untuk menambah

wawasan dalam meningkatkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas

menghadapi bencana banjir

1.5.2 Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meningkatkan

peran aktif tenaga kesehatan Puskesmas dalam perencanaan

penanggulangan bencana banjir dan kesiapsiagaan menghadapi bencana

untuk meminimalisir dampak bencana.

1.5.3 Untuk menambah ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah

wawasan keilmuan yang berkaitan dengan pengaruh pengetahuan dan sikap

terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas menghadapi bencana.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Banjir

2.1.1 Definisi Bencana Banjir

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air

yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian

fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang

terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah

sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak

merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).

2.1.2 Kategori Banjir

Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran

permukaannya dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir :

1. Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya, terdiri dari :

a. Banjir kiriman (banjir bandang) yaitu banjir yang diakibatkan oleh

tingginya curah hujan didaerah hulu sungai.

Universitas Sumatera Utara


b. Banjir lokal yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang

melebihi kapasitas pembuangan disuatu wilayah.

2. Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir yaitu

a. Regular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh hujan.

b. Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti

tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.

2.1.3 Penyebab Banjir

Penyebab banjir antara lain :

1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan

selama berhari-hari.

2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan

mengalir deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

3. Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air

sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.

4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi

jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air

hujan. Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya

risiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya

mempunyai daya serap tinggi.

5. Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir

terutama pada saat hujan deras yang panjang.

Universitas Sumatera Utara


6. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak

tanaman mempunyai daya serap air yang besar.

7. Didaerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa

menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang (IDEP, 2007)

2.1.4 Dampak Banjir

Banjir akan terjadi gangguan-gangguan pada beberapa aspek berikut :

1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,

tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya penyakit

seperti penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan

pencernaan dan penduduk terisolasi.

2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya

dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya

jalannya pemerintahan.

3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak

berfungsinya pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta benda,

ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.

4. Aspek sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,

jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas

umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata,

persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan

tanggul/jaringan irigasi (Mistra, 2007; Rahayu dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Kesiapsiagaan

2.2.1 Definisi Kesiapsiagaan

Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Menurut

Ditjen Binkesmas Depkes (2005), kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah

yang tepat guna dan berdayaguna.

Menurut FEMA dalam Haddow dan Bullock (2006), kesiapsiagaan dalam

wilayah manajemen darurat dapat dinyatakan sebagai pernyataan kesediaan untuk

berespon terhadap suatu bencana, krisis atau tipe situasi emergensi lainnya.

Kesiapsiagaan bukan hanya pernyataan kesiapan tetapi juga suatu topik dimana

didalamnya terdapat banyak aspek-aspek manajemen darurat.

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana

dan didalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan

kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko

bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana. Konsep kesiapsiagaan yang

digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan

menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat (LIPI-UNESCO/ISDR,

2006).

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya

bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan

Universitas Sumatera Utara


berubahnya tata kehidupan masyarakat. Konsep kesiapsiagaan memiliki berbagai

dimensi yang didukung oleh sejumlah aktifitas. Dimensi dari kesiapsiagaan

mencakup berbagai tujuan atau pernyataan akhir bahwa kesiapsiagaan berusaha untuk

dicapai. Kegiatan-kegiatan adalah tindakan-tindakan nyata yang perlu untuk diambil

dalam rangka menemukan tujuan-tujuan tersebut. Sumber-sumber bervariasi dalam

hal bagaimana dimensi-dimensi tersebut dan aktifitas-aktifitas yang didefinisikan

(Sutton dan Tierney, 2006).

Kesiapsiagaan (preparedness) menghadapi banjir adalah kegiatan yang

dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang

dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif

(Rahayu dkk, 2009).

Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa

sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk

memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat

mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan (PAHO, 2006)

2.2.2 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Menghadapi Bencana Banjir

Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk

mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan : (1) pra

bencana, (2) saat bencana, (3) pasca bencana (Ramli, 2010). Kesiapsiagaan sebagai

kegiatan pra bencana yang dilakukan di Puskesmas melakukan ketiga fungsi

Puskesmas yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan bertujuan agar semua

bidang pembangunan diwilayah kerja puskesmas selalu mempertimbangkan aspek

kesehatan. Pembangunan yang dilaksanakan di kecamatan, seyogyanya yang

berdampak positif terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya

adalah peningkatan kesehatan masyarakat (Trihono, 2005). Puskesmas harus

melaksanakan fungsi penanggulangan bencana melalui kegiatan :

a. Surveilans kesehatan

Menurut WHO dalam Kemenkes RI Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003,

surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi

data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada

unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Menurut PKK-

Kemenkes (2011), surveilans penyakit dan faktor resiko pada umumnya

merupakan suatu upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan

kesehatan dilokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan untuk tindakan

kesehatan segera. Kegiatan ini meliputi :

1) Melakukan analisis mengenai dampak kesehatan, dimana skala

sederhananya berupa penilaian apakah tatanan diwilayah kerja Puskesmas

tergolong rawan/beresiko bencana banjir (Trihono, 2005 dan Ditjen

Binkesmas Depkes, 2005)

2) Melakukan pembuatan peta wilayah kerja yang menjadi tanggungjawab

Puskesmas meliputi peta rawan bencana, peta sumber daya kesehatan

Universitas Sumatera Utara


diwilayah kerja, peta resiko bencana, peta elemen-elemen masyarakat yang

kemungkinan menjadi korban bencana, dan peta potensi masyarakat dan

lingkungan (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005 dan Sea Defence Consultants,

2009)

3) Mengartikan rambu-rambu bencana meliputi :

• Warna : orange untuk tempat rawan, hijau untuk tempat aman

• Anak panah (kearah kanan/kiri) untuk jalur evakuasi

• Lokasi pemasangan rambu adalah dilokasi rawan bencana, lokasi

aman/tempat evakuasi, jalur/jalan menuju tempat aman/evakuasi

(IOM, 2011)

4) Memperhatikan sistem peringatan dini/isyarat-isyarat dini sebagai

pertanda kemungkinan bencana akan terjadi. Sistem peringatan dini adalah

sistem (rangkaian proses) pengumpulan dan analisis data serta penyebaran

informasi tentang keadaan darurat atau kedaruratan. Sumber informasi

dini berasal dari dua instansi yaitu BMKG yang mengeluarkan potensi

cuaca ekstrim dan Dinas PU yang mengeluarkan data tinggi muka air. Di

tingkat masyarakat, media untuk system peringatan dini yang sesuai

dengan kearifan budaya setempat misalnya kentongan, pengumuman

melalui mesjid ataupun membuat sistem peringatan dini dengan

ketinggian air, mulut ke mulut/lisan, dan juga peralatan komunikasi

Universitas Sumatera Utara


elektronik (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005; Promise, 2009; IOM, 2011;

LIPI-UNESCO/ISDR,2006)

b. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan

menghadapi banjir (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005 dan PROMISE, 2009)

c. Kerjasama lintas sektoral

Koordinasi lintas sektoral ditingkat kecamatan bertujuan untuk menggalang

kerjasama dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor. Bentuk

kerjasama tersebut antara lain dalam bentuk tim penanggulangan bencana

ditingkat kecamatan yang ditetapkan dengan surat keputusan camat (Ditjen

Binkesmas Depkes, 2005). Kerjasama dapat juga dilakukan kepada LSM,

tokoh masyarakat, organisasi profesi, dan dunia usaha.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-

instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu

mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan

memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas

sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat (Trihono, 2005). Sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat, Puskesmas dapat melibatkan peran aktif masyarakat

dalam setiap kegiatan penanggulangan bencana baik perorangan, kelompok

masyarakat maupun masyarakat secara umum (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005).

Fungsi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan dilakukan dengan cara :

Universitas Sumatera Utara


a. Memotivasi, memfasilitasi, menggali partisipasi aktif masyarakat dibidang

kesehatan, yang antara lain ditandai dengan pengembangan berbagai bentuk

upaya kesehatan berbasis masyarakat (Trihono, 2005). Bentuk UKBM yang

didanai oleh bantuan operasional kesehatan yang berkaitan dengan

pemberdayaan masyarakat menghadapi bencana adalah Poskesdes. Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya

masyarakat yang dibentuk dalam rangka mendekatkan/menyediakan

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa (Kemenkes,2012). Bentuk

UKBM lainnya dapat berupa Dasipena (Pemuda Siaga Peduli Bencana)

(Kemenkes, 2012). Didalam wadah UKBM, tenaga kesehatan melatih

masyarakat untuk menjadi kader terlatih dalam rangka agar kader terlatih

dapat membantu petugas kesehatan dalam memberikan pertolongan awal

kasus gawat darurat dan dapat melayani sesama anggota masyarakat dalam

menghadapi kemungkinan munculnya bencana. Pelatihan yang diberikan

mencakup : kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, promosi

kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, penanganan gawat

darurat untuk awam, penanganan gizi, dan penanganan kesehatan jiwa,

kesehatan reproduksi (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

b. Kemitraan dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan

organisasi kemasyarakatan lainnya.

c. Kemitraan dengan konkes (konsil kesehatan) atau BPKM (Badan Peduli

Kesehatan Masyarakat) atau BP (Badan Penyantun Puskesmas). Konsil

Universitas Sumatera Utara


kesehatan atau badan peduli kesehatan masyarakat (BPKM), atau badan

penyantun Puskesmas (BPP) adalah suatu organisasi masyarakat yang

merupakan mitra kerja Puskesmas yang berfungsi sebagai penyantun dan

pemberi masukan kepada Puskesmas. Konkes/BPKM/BPP beranggotakan

tokoh masyarakat yang peduli kepada pembangunan kesehatan diwilayahnya

(Trihono, 2005)

d. Puskesmas peduli keluarga

Puskesmas peduli keluarga adalah puskesmas yang proaktif mendeteksi,

memantau dan meningkatkan kesehatan tiap keluarga diwilayah kerjanya dan

memberlakukan keluarga sebagai mitra pembangunan kesehatan. Tujuan

umum dari puskesmas peduli keluarga adalah meningkatnya jumlah keluarga

sehat diwilayah kerja Puskesmas (Trihono, 2005)

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar

yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam

upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat secara umum (Trihono, 2005).

Pelayanan yang dilakukan sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama

mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM).

a. Upaya Kesehatan Perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif

dan rehabilitatif dengan pendekatan individu. Pengobatan merupakan wujud

Universitas Sumatera Utara


dari pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas (Trihono, 2005). Upaya

pelayanan gawat darurat sehari-hari merupakan bentuk awal kesiapsiagaan

pelayanan gawat darurat dalam bencana. Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup

penerapan protap penanganan korban gawat darurat dan rujukannya,

kesiapsiagaan sarana dan prasarana pelayanan gawat darurat yang dimiliki, dan

peningkatan kapasitas tenaga puskesmas dalam teknisi medis, latihan

kesiapsiagaan protap penanggulangan bencana (Ditjen Binkesmas Depkes,

2005).

b. Upaya Kesehatan Masyarakat

Pelayanan yang bersifat publik (public good) dengan tujuan utama memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan

masyarakat minimal yang bisa dilakukan meliputi upaya kesehatan wajib,

yaitu : promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak,

perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular (Trihono, 2005). Pelayanan

lain yang erat kaitannya peran tenaga kesehatan pada pasca bencana adalah

pelayanan kesehatan jiwa (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005) , kesiapan Puskesmas dalam Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S) disuatu wilayah

akan menentukan kemampuan wilayah tersebut pada penanganan gawat darurat

bencana. Puskesmas sebagai lini terdepan yang berperan pada pertolongan pertama

pada korban, mempersiapkan masyarakat dalam upaya pencegahan terjadinya kasus

Universitas Sumatera Utara


gawat darurat maupun memberikan ketrampilan dalam memberikan pertolongan

sesuai dengan kemampuan. Apabila Puskesmas tidak sanggup melakukan

pertolongan, perlu dilakukan rujukan ke RS Kabupaten/Kota, Propinsi atau Rumah

Sakit Regional maupun swasta.

Peran Puskesmas dalam penanggulangan bencana berdasarkan tahapan

bencana.

1. Pra Bencana

a. Pemetaan Kesehatan (Geo Mapping)

Merupakan kegiatan pembuatan peta wilayah kerja yang menjadi tanggungjawab

Puskesmas, yang didalamnyan terdapat :

a) Peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran wilayah kerja yang

berisikan jenis bencana dan karakteristik ancaman bencana.

b) Peta Sumber Daya Kesehatan diwilayah kerjanya yaitu gambaran

distribusi jenis sumber daya kesehatan (tenaga medis, perawat,

sanitarian, gizi, alat kesehatan, ambulans, dan lain-lain) dan lokasinya

c) Peta Resiko Bencana (Risk Map) yaitu peta rawan bencana yang

dilengkapi resiko yang mungkin terjadi termasuk kejadian penyakit

menular diwilayah tersebut.

d) Peta elemen-elemen masyarakat yang memiliki kemungkinan

mengalami/menjadi korban akibat peristiwa.

e) Peta potensi masyarakat dan lingkungan yaitu gambaran atau

informasi lebih rinci tentang masyarakat dan lingkungan suatu area.

Universitas Sumatera Utara


b. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral

Koordinasi lintas sektor ditingkat kecamatan untuk menggalang kerjasama

dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor.

c. Pelayanan gawat darurat sehari-hari

Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup penerapan protap penanganan korban

gawat darurat dan rujukannya, kesiapsiagaan sarana prasarana pelayanan

gawat darurat yang dimiliki, dan peningkatan kapasitas tenaga puskesmas

didalam teknis medis.

d. Pemberdayaan masyarakat

Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat merupakan upaya pemberdayaan

masyarakat agar masyarakat dapat melayani sesama anggota masyarakat

dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana. Pelatihan yang

diberikan mencakup : 1) Kesehatan lingkungan, 2) Pemberantasan penyakit

menular, penanggulangan DBD, 3) Promosi kesehatan untuk berperilaku

hidup bersih dan sehat, 4) Penanganan gawat darurat bagi awam, 5)

Penanganan gizi, 6) Penanganan kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi.

e. Latihan kesiapsiagaan/gladi

Latihan kesiapsiagaan dilakukan melalui simulasi protap-protap yang telah

disusun oleh tim penanggulangan bencana maupun simulasi tim kesehatan

Puskesmas agar mampu memberikan pelayanan gawat darurat.

f. Melakukan pemantauan (Surveilens)

Universitas Sumatera Utara


Pemantauan lokasi-lokasi rawan bencana, melalui kegiatan surveilens secara

rutin diwilayah kerja Puskesmas. Pada kondisi tertentu bersama sektor terkait

dan masyarakat perlu memperhatikan isyarat-isyarat dini sebagai pertanda

kemungkinan bencana akan terjadi.

2. Saat Bencana

Pada saat terjadinya bencana disuatu wilayah, Puskesmas harus segera

memberi informasi awal ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan mencakup :

a. Operasi pertolongan terhadap korban berdasarkan triase

Operasi pertolongan pertama dilakukan oleh tim Puskesmas bersama

masyarakat yang sudah terlatih dalam penanganan gawat darurat. Pertolongan

awal pada korban dilakukan dilokasi kejadian bila kondisi memungkinkan

(lokasi aman, tidak ada bahaya susulan, tidak dalam komando Polri/TNI).

Pertolongan ynag diberikan berupa pertolongan bantuan hidup dasar yaitu

resusitasi jantung paru (RJP). Bila tidak memungkinkan dengan bantuan

masyarakat, tim SAR, polisi dan aparat setempat, korban dipindahkan kearea

yang dianggap aman disekitar lokasi atau langsung ke Puskesmas terdekat

untuk dilakukan pertolongan pertama. Pertolongan pertama korban

dilapangan didasarkan pada triase yang bertujuan seleksi korban dan jenis

pertolongan yang diperlukan berdasarkan tingkat keparahan, kedaruratan dan

kemugkinan korban untuk hidup. Korban akibat bencana dapat diseleksi

menjadi :

1) Kelompok Label Merah (Gawat Darurat)

Universitas Sumatera Utara


Kelompok korban gawat darurat yang memerlukan pertolongan stabilisasi

segera, antara lain korban dengan syok, gangguan pernapasan, trauma

kepala dengan pupil anisokor, perdarahan eksternal masif untuk mencegah

kematian dan kecacatan. Pembebasan jalan nafas (airway), pemberian

nafas buatan (breathing), mengatasi syok (circulation) dan mencegah

kecacatan (disability) dengan prioritas pada korban yang kemungkinan

hidup lebih besar. Stabilisasi dilakukan sambil menunggu pertolongan tim

gabungan. Pada kondisi korban perlu dirujuk dan keadaan memungkinkan,

Puskesmas dapat segera melakukan rujukan dengan tepat melakukan

stabilisasi selama perjalanan ke sarana yang lebih mampu (RS).

2) Kelompok Label Kuning

Kelompok korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi

perawatan/pengobatan dapat ditunda sementara. Yang termasuk kategori

ini adalah korban dengan resiko syok, fraktur multipel, fraktur

femur/pelvis, luka bakar luas, gangguan kesadasaran/trauma kepala,

korban dengan status tidak jelas. Korban pada kelompok ini, harus

diberikan cairan infus, dan pengawasan ketat terhadap kemungkinan

timbulnya komplikasi dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

3) Kelompok Label Hijau

Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau perawatan

segera. Kelompok ini mencakup korban dengan fraktur minor, luka minor,

Universitas Sumatera Utara


trauma psikis. Kadang korban memerlukan pembidaian dan atau

pembalutan sebelum dipindahkan.

4) Kelompok Label Hitam

Merupakan kelompok korban yang tidak memerlukan pertolongan medis

karena sudah meninggal. Korban perlu dikelompokkan tersendiri untuk

dilakukan evaluasi dan identifikasi oleh aparat yang berwenang.

Upaya pertolongan korban melalui triase oleh tim Puskesmas dilaksanakan

dengan menggunakan obat dan perbekalan kesehatan yang tersedia diPuskesmas.

Universitas Sumatera Utara


Pengumpulan

1. Lokasi terdekat dan


aman untuk
Kejadian pertolongan pertama Triase
kasus gawat darurat
1. Nilai apakah mungkin 2. Bawa korban ke area 1. Temukan kegawatan
pertolongan pertama perawatan melalui korban
triase
dilakukan dilokasi 2. Gunakan label yang
2. Bila mungkin lakukan disepakati
RJP 3. Tulis diagnose &
3. Pindahkan korban ke instruksi untuk tindakan
area pengumpulan yang dalam stabilisasi korban
aman

Perawatan

1. Lakukan pemeriksaaan
ulang & prioritaskan
kasus dengan kegawatan
2. Lakukan tindakan
stabilisasi
3. Lakukan komunikasi
untuk rujukan
4. Tentukan alat & petugas
untuk evakuasi korban
5. Buat pengelompokkan
untuk perawatan
sementara

Transportasi

Rumah Sakit 1. Kelompokkan


ambulan & kru sesuai
Kab/Kota/ fasilitas
Propinsi/ 2. Letakkan ambulan
regional
gadar didekat area
perawatan
3. Atur tujuan evakuasi

Gambar 2.1 Skema Pelayanan Medis di Lapangan

Universitas Sumatera Utara


b. Penilaian Awal secara Cepat (Initial Rapid Health Assessment)

Kegiatan ini bertujuan untuk menilai suatu kejadian awal dari bencana yang

terjadi diwilayah kerja. Penilaian awal tersebut dilakukan sesegera mungkin

dan mencakup : 1) jenis kejadian bencana, 2) sumber bencana, 3) siapa yang

terkena dampak, 4) berapa besar dampak yang ditimbulkan (jumlah korban),

5) kemampuan respon oleh puskesmas, 6) resiko potensial tambahan, 7)

bantuan yang diperlukan. Penilaian awal kejadian bencana merupakan

tanggungjawab Puskesmas dan harus segera dilaporkan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota untuk dilakukan penilaian cepat lanjutan dan

pemberian bantuan.

c. Survailans Penyakit Menular dan Gizi

Pengamatan terhadap suatupenyakit yang potensial menimbulkan terjadinya

kejadian luar biasa (KLB) dan Gizi, dilakukan mulai terjadinya bencana

dengan mengintensifkan kegiatan survailans rutin.

d. Bergabung dengan Satgas Kesehatan di Pos Lapangan

Adanya peningkatan/eskalasi SPGDT-S menjadi SPGDT-B maka pelayanan

gawat darurat dalam penanggulangan bencana diambil alih oleh Satgas

Kesehatan dibawah koordinasi Satlak PBP di Pos Medis Lapangan. Pos Medis

Lapangan dapat memanfaatkan gedung Puskesmas, tenda darurat atau

bangunan lain.

Universitas Sumatera Utara


e. Pemberdayaan Masyarakat

Pada tahap bencana peran serta aktif masyarakat ditujukan untuk membantu

petugas kesehatan melalui kader-kader yang sudah terlatih dalam

kegawatdaruratan. Kader terlatih sebagai komponen SPGDT diharapkan

bersma Puskesmas dapat memberikan pertolongan awal kasus gawat darurat

sambil menunggu bantuan tim Kabupaten/Kota, dan selanjutnya bergabung

dengan tim kesehatan bencana dipos medis lapangan, membantu tim

gabungan dalam memberi bantuan darurat yaitu pangan, sandang, tempat

tinggal, kebutuhan air bersih, sanitasi.

3. Pasca Bencana

Penanganan masalah kesehatan yang terkait kegiatan paska bencana

Puskesmas merupakan bagian dari Satgas Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap pasca bencana meliputi :

a. Surveilans Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa Lanjutan

Rusaknya lingkungan akibat bencana dapat berpengaruh pada kesehatan

masyarakat seperti rusaknya sarana air bersih, sarana jamban, munculnya

bangkai dan vektor penyebar penyakit yang merupakan potensi menimbulkan

kejadian luar biasa. Untuk mencegah terjadinya terjadinya KLB maka

Puskesmas bersama Satgas Kesehatan melakukan pemantauan terhadap

kejadian beberapa kasus penyakit seperti Diare, Malaria, ISPA, Kholera,

keracunana makanan melalui hasil kegiatan pelayanan kesehatan, faktor-

faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah penyakit antara lain vektor

Universitas Sumatera Utara


penyakit (nyamuk, lalat, tikus), kecukupan air bersih, sarana jamban, sarana

pembuangan air limbah dan status gizi penduduk rentan (bayi, anak, balita ibu

hamil, ibu bersalin)

b. Pemantauan Sanitasi Lingkungan

Kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan paska bencana ditujukan terhadap

kecukupan air bersih, kualitas air bersih, ketersediaan dan sanitasi sarana

mandi, cuci kakus, sarana pembuangan air limbah termasuk sampah dilokasi

pemukiman korban bencana. Pemantauan juga dilakukan terhadap vektor

penyebab penyakit

c. Upaya Pemulihan Masalah Kesehatan Jiwa dan Masalah Gizi pada Kelompok

Rentan

Stress paska trauma yang banyak dialami oleh korban bencana dapat diatasi

melalui konseling dan intervensi psikologis lainnya, agar tidak berkembang

menjadi gangguan stress paska trauma. Masalah gizi pada kelompok rentan

(Balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut) memerlukan

pemantauan dan pemulihan melalui pemberian makanan tambahan yang

sesuai dengan kelompok umur untuk menghindari terjadinya kondisi yang

lebih buruk.

d. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat paska bencana yang dilakukan oleh Puskesmas

ditujukan agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan untuk menolong diri

Universitas Sumatera Utara


sendiri, keluarga dan masyarakat terhadap kemungkinan timbulnya masalah

kesehatan. Upaya pemberdayaan tersebut mencakup :

1) Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari

dipenampungan darurat/pengungsian

2) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penyakit yang timbul paska

bencana

3) Perbaikan kualitas air dengan penjernihan dan kaporisasi sumber daya air

yang tersedia

4) Membantu pengendalian vector penyakit menular dalam rangka system

kewaspadaan dini KLB.

(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Dukungan tenaga kesehatan dalam penanggulangan bencana di Puskesmas

mencakup penyediaan tenaga kesehatan yang kompeten dalam penanggulangan

bencana melalui pelatihan-pelatihan :

a. Tenaga dokter dengan pelatihan minimal PPGD bagi dokter

b. Tenaga perawat dengan pelatihan minimal PPGD bagi perawat

c. Tenaga perawat/sanitarian dengan pelatihan surveilans

d. Tenaga bidan dengan pelatihan PPGD Bidan

e. Tenaga gizi dengan pelatihan penanganan gizi pengungsian

f. Tenaga dokter/perawat dengan kompetensi konselor kesehatan jiwa

(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Universitas Sumatera Utara


Jumlah minimal sumber daya manusia (SDM) kesehatan untuk penanganan

korban bencana berdasarkan :

1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang meliputi

dokter umum 4 orang, perawat 10-20 orang, bidan 8-16 orang, apoteker 2

orang, asisten apoteker 4 orang, pranata laboratorium 2 orang, epidemilogi 2

orang, entomology 2 orang, sanitarian 4 -8 orang, ahli gizi 2 -4 orang.

2. Untuk jumlah penduduk /pengungsi 5000 orang dibutuhkan :

• Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan dokter 2 orang, perawat

6 orang, bidan 2 orang, sanitarian 1 orang, gizi 1 orang, asisten

apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.

• Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan dokter 1 orang, perawat 2

orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang. (Depkes RI,

2007)

Dukungan obat dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan bencana di

Puskesmas mencakup obat, bahan habis pakai, bahan sanitasi, MP-ASI, sediaan

farmasi untuk gawat darurat dan perbekalan kesehatan lain. Dukungan obat dan

perbekalan tersebut meliputi :

a. Kebutuhan untuk triase (tanda pengenal, kartu dan label triase, peralatan

administrasi, tandu, alat penerangan)

b. Peralatan resusitasi jalan nafas (oksigen tabung, peralatan intubasi, peralatan

trakeostomi, ambubag)

Universitas Sumatera Utara


c. Peralatan resusitasi jantung (infuse set, cairan infuse RL, NaCL, Dektrose,

obat-obatan penatalaksanaan syok)

d. Perlengkapan perawatan luka (kapas, verban elastik, sarung tangan, minor

surgery set, antiseptik, bidai/spalk, collar neck, selimut)

e. Alat evakuasi (alat penerangan, tandu)

f. Peralatan pelayanan pengobatan (tensimeter, stetoskop, lampu senter, minor

surgery set)

g. Dukungan sarana komunikasi, transportasi (radio komunikasi, ambulans), dan

identitas petugas

h. Obat-obatan pelayanan pengobatan (antibiotik, analgetik, antipiretik, antasida,

antialergi, antiradang, obat kulit, obat mata, oralit, obat batuk, obat-obat

psikofarmaka sederhana, dan lain-lain sesuai kebutuhan)

i. Dukungan logistik untuk pemberian makanan tambahan pada sasaran rentan

(ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita)

(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

2.3 Teori Pembentukan Kesiapsiagaan

Menurut Citizen Corps (2006), perilaku kesiapsiagaan dapat diuji dengan

menggunakan Transtheoritical Model dari Perilaku Berubah, yang juga disebut

sebagai tahap-tahap model perubahan. Pada model ini, individu mendemonstrasikan

berbagai tingkat kesiapan untuk berubah atau berbagai tingkat aktifitas saat ini.

Model ini menempatkan individu dalam 5 (lima) tahap yang mengindikasikan

Universitas Sumatera Utara


kesiapan untuk mengupayakan, membuat atau mendukung perubahan perilaku.

Kelima tahap tersebut adalah :

1. Precontemplation (Pra Renungan), dimana pada tahap ini individu tidak

berniat untuk berubah atau bahkan berfikir tentang perubahan dalam waktu

dekat (biasanya diukur 6 bulan berikutnya)

2. Contemplation (Renungan), dimana individu belum dipersiapkan untuk

mengambil tindakan pada saat ini, tetapi berniat untuk mengambil tindakan

dalam jara kenam bulan kedepan.

3. Preparation (Persiapan), dimana individu secara aktif mempertimbangkan

untuk mengubah perilakunya kedepan dengan segera

4. Action (Tindakan), dimana individu benar-benar membuat suatu perubahan

perilakunya beberapa waktu yang lalu, namun perubahan tersebut belum

dipertahankan dengan baik (dipertahankan 6 bulan atau kurang).

5. Maitenance (Pemeliharaan), dimana individu telah berubah perilakunya,

telah dipertahankan lebih dari 6 bulan, dan sedang bekerja untuk menjaga

perubahannya.

Menurut Merriam-Webster, kesiapan dapat didefinisikan sebagai persiapan

secara mental dan fisik pada suatu pengalaman atau tindakan. Antonovsky (1987),

Bandura (1977), Rosenbaum (1988), Meichenbaum & Cameron (1983), seorang

individu dindikasikan siap untuk berubah mencakup kemampuan untuk berkoping,

menyelesaikan masalah, dan ditunjukkan dengan perilaku yang baik/sehat (Walinga,

2008)

Universitas Sumatera Utara


Menurut Mc.Kiernan et al (2005), teori perkembangan evolusi dari

kesiapsiagaan dan plastisitas Brunswikian menyatakan bahwa perilaku berhubungan

antara terbentuknya kebiasaan dan punahnya kebiasaan. Perilaku tersebut disebabkan

tampilan domain independen dan domain dependen. Domain independen berada

pada dalam prinsip pengorganisasian yang digunakan untuk mengolah berbagai

bentuk indikator data yang masih terdapat ketidaksesuaian/kekeliruan. Sedangkan

domain dependen berada antara pemberlakuan lingkungan yang unik dan

pemanfaatan indikator fungsi dari lingkungan tersbut.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan


Menghadapi Bencana

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change yang dinyatakan oleh

Citizen Corps (2006), faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan terhadap

bencana adalah 1) external motivasi meliputi kebijakan, pendidikan dan latihan, dana,

2) pengetahuan, 3) sikap, 4) keahlian. Menurut Sutton dan Tierney (2006), kegiatan

kesiapsiagaan hendaknya didasarkan kepada pengetahuan tentang potensial dampak

bahaya bencana dalam kesehatan dan keselamatan, kegiatan pemerintahan, fasilitas

dan infrastruktur, pemberian pelayanan, kondisi lingkungan ekonomi, serta dalam

peraturan dan kebijakan. Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) parameter pertama

faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam adalah pengetahuan

dan sikap terhadap resiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan

menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat

memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap siaga menghadapi bencana.

Universitas Sumatera Utara


a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi ril (sebenarnya). Aplikasi disini

Universitas Sumatera Utara


dapat diartikan aplikasi atua penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change yang dinyatakan oleh

Citizen Corps, 2006, pengetahuan yang dimaksud adalah dimana individu memiliki

pengetahuan tentang tindakan kesiapsiagaan yang direkomendasikan.

b. Sikap

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam Azwar

(2011), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang

Universitas Sumatera Utara


terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007),

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Universitas Sumatera Utara


4. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change yang dinyatakan oleh

Citizen Corps (2006), sikap diartikan individu meyakini bahwa mampu untuk

mengambil tindakan-tindakan kesiapsiagaan, meyakini dalam efektifitas dan

penggunaan tindakan kesiapsiagaan, meyakini bahwa tindakan-tindakan

kesiapsiagaan sebanding dengan investasi waktu dan sumber daya.

Menurut Maarif (2011), setiap orang yang bekerja dalam penanggulangan

bencana atau agen membutuhkan sikap kepemimpinan dan 3 (tiga) kriteria atau nilai

yang melekat pada dirinya. Ketiga kriteria itu adalah skill , social responsibility, dan

spirit of corp. Melalui kepemimpinan yang melihat penanggulangan bencana secara

komprehensif, niscaya penanggulangan bencana tersebut dapat menempatkan para

korban atau masyarakat terdampak sebagai manusia bermartabat.

2.5 Landasan Teori

Kesiapsiagaan (preparedness) menghadapi banjir adalah kegiatan yang

dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang

dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif

(Rahayu dkk, 2009). Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab

diwilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat penggerak

Universitas Sumatera Utara


pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

dalam bidang kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu

dan terjangkau. Khusus pada fungsi ketiga, mencakup aspek pelayanan kesehatan

masyarakat maupun pelayanan kesehatan perorangan termasuk penanganan pasien

gawat darurat yang timbul dimasyarakat. Puskesmas sebagai lini terdepan yang

berperan pada pertolongan pertama pada korban, mempersiapkan masyarakat dalam

upaya pencegahan terjadinya kasus gawat darurat maupun memberikan ketrampilan

dalam memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan (Ditjen Binkesmas

Depkes, 2005)

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change yang dinyatakan oleh

Citizen Corps (2006), faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan terhadap

bencana adalah 1)external motivasi meliputi kebijakan, pendidikan dan latihan, dana,

2) pengetahuan, 3)sikap , 4)keahlian. Menurut Mc.Kiernan et al, 2005, teori

perkembangan evolusi dari kesiapsiagaan dan plastisitas Brunswikian menyatakan

bahwa perilaku berhubungan antara terbentuknya kebiasaan dan punahnya kebiasaan.

Merujuk pada Transtheoretical Model Of Behaviour Change dan Teori

Perkembangan Evolusi serta berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan

peneliti, terkait dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas menghadapi

bencana banjir, maka faktor yang paling berperan dalam memengaruhi tenaga

kesehatan Puskesmas melakukan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir adalah

pengetahuan, sikap.

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konsep penelitian

adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Kesiapsiagaan Tenaga
Kesehatan Puskesmas
Menghadapi Bencana
Banjir
Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, maka dapat dijelaskan bahwa definisi konsep

dalam penelitian ini adalah variabel independen (variabel bebas) yang terdiri dari

pengetahuan, sikap diasumsikan dapat memengaruhi kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan

Maimun yang merupakan variabel dependen (variabel terikat).

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan

explanatory research, dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan kausal dan

pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 2006). Penelitian ini menjelaskan

pengaruh pengetahuan, sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas

Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan

Maimun. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa wilayah

kerja Puskesmas Kampung Baru yaitu Kecamatan Medan Maimun merupakan

wilayah tertinggi kejadian banjir dikota Medan dengan frekuensi 2 – 3 kali dalam

setahun, banyaknya penyakit akibat bencana banjir Januari 2011 di Kecamatan

Medan yaitu 620 warga yang mengalami penyakit dan belum pernah dilakukan

penelitian yang sama dilokasi tersebut. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan

Desember 2011 sampai dari Juli 2012.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Kampung Baru yang

berjumlah 22 orang, terdiri dari profesi :

1. Dokter Umum : 3 orang

2. Dokter Gigi : 1 orang

3. Perawat : 8 orang

4. Perawat Gigi : 1 orang

5. Bidan : 4 orang

6. Gizi ; 1 orang

7. Analis Kesehatan : 2 orang

8. Asisten Apoteker : 1 orang

9. Apoteker : 1 orang

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang ikut ambil bagian

(total populasi).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung

melalui wawancara berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan, pengamatan

(observasi) dengan menggunakan instrument daftar cek (checklist) dan wawancara

Universitas Sumatera Utara


mendalam (indepth interview) pada 8 responden yang dijadikan informan mewakili

setiap profesi untuk menggali kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas

menghadapi banjir di Puskesmas Kampung Baru. Kuesioner yang telah dibuat akan

dilakukan ujicoba terhadap 30 tenaga kesehatan pada lokasi yang menyerupai

karakteristik wilayah penelitian yaitu di Puskesmas Simalingkar, untuk melihat

validitas dan reliabilitas data.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan

rumus teknik korelasi person product moment (r), dengan ketentuan jika r hitung> r

tabel (0,361), maka dinyatakan valid atau sebaliknya (Riyanto, 2010)

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menganalis

reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan, jika nilai r Alpha >

konstanta (0,6) , maka dinyatakan reliabel (Riyanto,2010)

Uji validitas dan reliabilitas tahap pertama dilakukan pada tanggal 21 Mei

2012, dimana ada 13 indikator pengetahuan yang tidak valid dan reliabel yaitu soal

nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 15, 16, dan ada 2 indikator sikap yang tidak

valid dan reliabel yaitu soal nomor 1, 2 serta ada 7 indikator kesiapsiagaan yang

tidak valid dan reliabel yaitu soal nomor 6, 7, 9, 10, 12, 12, 13, 15.

Adapun hasil uji validitas variabel tahap pertama adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Tahap I

Variabel Nomor Soal R Keterangan


Pengetahuan 1 0,116 Tidak Valid
2 0,09 Tidak Valid
3 0,073 Tidak Valid
4 0,000 Tidak Valid
5 0,074 Tidak Valid
6 0,346 Tidak Valid
7 0,069 Tidak Valid
8 0,500 Valid
9 0,063 Tidak Valid
10 0,077 Tidak Valid
11 0,060 Tidak Valid
12 0,098 Tidak Valid
13 0,589 Valid
14 0,375 Valid
15 0,248 Tidak Valid
16 0,222 Tidak Valid
Sikap 1 0,056 Tidak Valid
2 0,075 Tidak Valid
3 0,690 Valid
4 0,887 Valid
5 0,629 Valid
6 0,732 Valid
7 0,808 Valid
8 0,698 Valid
9 0,759 Valid
10 0,656 Valid
11 0,523 Valid
12 0,628 Valid
13 0,631 Valid
14 0,794 Valid
15 0,739 Valid
16 0,740 Valid
Kesiapsiagaan 1 0,395 Valid
2 0,544 Valid
3 0,580 Valid
4 0,414 Valid
5 0,424 Valid
6 0,000 Tidak Valid
7 0,105 Tidak Valid

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 (Lanjutan)

8 0,395 Valid
9 0,136 Tidak Valid
10 0,230 dak Valid
11 0,472 Valid
12 0,336 Tidak Valid
13 0,005 Tidak Valid
14 0,478 Valid
15 0,000 Tidak Valid

Adapun hasil uji reliabilitas tahap pertama adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Realiabilitas Tahap I

Variabel r-alpha Keterangan


Pengetahuan 0,688 Reliabel
Sikap 0,936 Reliabel
Kesiapsiagaan 0,785 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel yang diuji

reliabilitasnya mempunyai nilai r-alpha cronbach > 0,6 maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh pertanyaan adalah reliabel.

Selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas tahap kedua pada responden

yang sama pada tanggal 30 Mei 2012 setelah sebelumnya dilakukan perbaikan

kuesioner, dimana dari 13 indikator pengetahuan semua valid dan reliabel dan dari 2

indikator sikap semua valid dan reliabel, serta dari 7 indikator kesiapsiagaan ada 1

indikator yang tidak valid dan reliabel yaitu pada soal nomor 10 sehingga indikator

tersebut tidak diikutsertakan lagi sebagai kuesioner penelitian.

Adapun hasil uji validitas variabel tahap kedua adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Tahap 2

Variabel Nomor Soal R Keterangan


Pengetahuan 1 0,640 Valid
2 0,551 Valid
3 0,584 Valid
4 0,568 Valid
5 0,706 Valid
6 0,763 Valid
7 0,363 Valid
9 0,370 Valid
10 0,870 Valid
11 0,378 Valid
12 0,371 Valid
15 0,462 Valid
16 0,365 Valid
Sikap 1 0,696 Valid
2 0,696 Valid
Kesiapsiagaan 6 0,693 Valid
7 0,560 Valid
9 0,752 Valid
10 0,000 Tidak Valid
12 0,752 Valid
13 0,642 Valid
15 0,693 Valid

Adapun hasil uji reliabilitas tahap kedua adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Hasil Uji Realiabilitas Tahap 2

Variabel r-alpha Keterangan


Pengetahuan 0,859 Reliabel
Sikap 0,800 Reliabel
Kesiapsiagaan 0,874 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.4 diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel

independen yang diuji reliabilitasnya mempunyai nilai r-alpha cronbach > 0,6 maka

dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan adalah reliabel.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen dari

Puskesmas Kampung Baru tentang data warga yang mengalami penyakit akibat

banjir, data umum dan data lainnya yang mendukung data hasil penelitian.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel terdiri dari : variabel terikat (kesiapsiagaan pada tenaga kesehatan

Puskesmas menghadapi banjir), variabel bebas terdiri dari pengetahuan dan sikap.

3.5.2 Definisi Operasional

Tabel 3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Dimensi Indikator


Kesiapsiagaan Segala tindakan dan Fungsi a. Surveilans kesehatan
tenaga aktifitas tenaga kesehatan pembangunan 1. Penilaian tatanan
kesehatan yang didorong oleh upaya berwawasan beresiko/tidak beresiko
menghadapi mengantisipasi masalah- kesehatan banjir
bencana banjir masalah kesehatan yang 2. Pemetaan kesehatan
akan timbul akibat bencana 3. Rambu-rambu bencana
banjir yang akan terjadi 4. Sistem peringatan dini
diwaktu mendatang secara b. Penyuluhan kesehatan
tepat dan efektif mengenai kesiapsiagaan
menghadapi banjir
c. Kerjasama lintas sektoral
Fungsi a. Memotivasi partisipasi aktif
pemberdayaan masyarakat dibidang siaga
masyarakat bencana
1. Upaya kesehatan berbasis
masyarakat
2. Pelatihan kader
b. Kemitraan dengan organisasi
kemasyarakatan/LSM
c. Puskesmas peduli keluarga

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.5 (Lanjutan)

Fungsi pelayanan a. Pelayanan kesehatan


strata pertama perorangan
1. Protap penanganan gawat
darurat dan rujukan
2. Obat dan perbekalan
kesehatan pelayanan
gawat darurat
3. Pelatihan tenaga kesehatan
b. Pelayanan kesehatan
masyarakat melalui
penyuluhan
Pengetahuan Pemahaman atau segala Peran tenaga a. Tujuan kesiapsiagaan
tenaga sesuatu yang diketahui kesehatan pada pra b. Pemetaan kesehatan
kesehatan oleh tenaga kesehatan bencana banjir c. Koordinasi dengan lintas
tentang Puskesmas tentang sektoral
kesiapsiagaan kesiapsiagaan tenaga d. Pelayanan gawat darurat
menghadapi kesehatan menghadapi sehari-hari
bencana banjir bencana banjir pada tingkat
Puskesmas
Peran tenaga a. Operasi pertolongan
kesehatan pada terhadap korban
saat bencana banjir b. Penilaian awal secara cepat
c. Surveilans penyakit menular
dan gizi
d. Bergabung dengan satgas
dipos medis lapangan
e. Pemberdayaan masyarakat
Peran tenaga a. Surveilans penyakit
kesehatan pada potensial KLB
paska bencana b. Pemantauan sanitasi
banjir lingkungan
c. Penanganan masalah
kesehatan jiwa dan gizi
d. Pemberdayaan masyarakat
Sikap tenaga Suatu respon tenaga Peran tenaga a. Tujuan kesiapsiagaan
kesehatan kesehatan Puskesmas yang kesehatan pada pra b. Pemetaan kesehatan
tentang menunjukkan bencana banjir c. Koordinasi dengan lintas
kesiapsiagaan kecenderungan untuk sektoral
menghadapi melakukan tindakan d. Pelayanan gawat darurat
bencana banjir kesiapsiagaan menghadapi sehari-hari
bencana banjir e. Pemberdayaan masyarakat

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.5 (Lanjutan)

Peran tenaga a. Surveilans penyakit


kesehatan pada potensial KLB
paska bencana b. Pemantauan sanitasi
banjir lingkungan
c. Penanganan masalah
kesehatan jiwa dan gizi
d. Pemberdayaan masyarakat

3.6 Metode Pengukuran

Untuk variabel pengetahuan menggunakan kuesioner pilihan ganda dengan

pilihan a, b, c, d, e untuk variabel sikap menggunakan kuesioner skala Likert, dan

untuk variabel kesiapsiagaan menggunakan kuesioner skala Guttman. Sedangkan

jenis skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal. Menurut Dahlan (2009)

variabel ordinal mempunyai kategori yang tidak sederajat atau kategori yang

bertingkat. Adapun metode pengukuran variabel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Jumlah Cara dan alat ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Pengetahuan 16 Kuesioner Ordinal Baik (≥8)
Buruk (< 8 )
Sikap 16 Kuesioner Ordinal Positif ( ≥ 40 )
Negatif ( < 40 )
Kesiapsiagaan 14 Kuesioner Ordinal Siap ( ≥ 7)
tenaga kesehatan Tidak siap ( < 7)
Puskesmas
menghadapi
bencana banjir

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisa data dilakukan dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif

merupakan metode untuk menguji data dalam bentuk angka dan dianalisis dengan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan program statistik (statistic data analysis) secara komputerisasi.

Analisis data dalam penelitian ini meliputi :

3.7.1 Analisis univariat, yaitu mengolah variabel yang ada dalam bentuk deskriptif

dengan penyajian dalam tabel distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisa bivariat, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengetahuan

dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi

bencana banjir dengan menggunakan Uji Chi Square.

3.7.3 Analisa multivariat, yaitu untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari

variabel independen yang mempengaruhi kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Puskesmas dalam menghadapi bencana banjir, dilakukan dengan menggunakan

Uji Regresi Logistik Berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)

dengan metode Backward LR.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Kecamatan Medan Maimun

Kecamatan Medan Maimun merupakan bagian dari wilayah pemerintahan kota

Medan, dimana luas area/wilayah teritorial Kecamatan Medan Maimun 334,5 km2

(3,34 Ha) yang terdiri dari 6 kelurahan dan 66 lingkungan. Kelurahan yang terluas

adalah kelurahan Kampung Baru dengan luas 1,27 Ha, disusul kelurahan Aur seluas

0,60 Ha, kelurahan Jati seluas 0,55 Ha, kelurahan Hamdan seluas 0,52 Ha, kelurahan

Sei Mati 0,23 Ha, dan sedangkan yang terkecil adalah kelurahan Sukaraja dengan

luas 0,17 Ha.

Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan

Kecamatan Medan Maimun adalah :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Barat

- Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Johor

- Sebelah Barat : Kecamatan Medan Polonia

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Kota

(Kecamatan Medan Maimun, 2012)

4.1.2 Gambaran Puskesmas Kampung Baru

Puskesmas Kampung Baru diresmikan oleh Gubernur KDH Provinsi Sumatera

Utara, Marah Halim pada tanggal 28 Oktober 1970. Puskesmas Kampung Baru

Universitas Sumatera Utara


terletak di Jalan Brigjend Katamso/Jl. Pasar Senen Lingkungan IV Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun. Puskesmas Kampung Baru mempunyai

wilayah kerja seluas 334,5 Ha, meliputi 6 Kelurahan dengan jumlah penduduk 66.128

jiwa. Puskesmas Kampung Baru memiliki 42 Posyandu dan 210 kader yang aktif

yang tersebar di 6 kelurahan yaitu 11 Posyandu di Kelurahan Kampung Baru dengan

55 kader yang aktif, 12 Posyandu di Kelurahan Sei Mati dengan 60 kader yang aktif,

4 Posyandu di Kelurahan Suka Raja dengan 20 orang kader yang aktif, 6 Posyandu di

Kelurahan Hamdan dengan 30 orang kader yang aktif, 8 Posyandu di Kelurahan Aur

dengan 40 kader yang aktif, dan 1 Posyandu di Kelurahan Hamdan dengan 5 kader

yang aktif (Puskesmas Kampung Baru, 2011).

Sejak tahun 2000 telah ditetapkan program nasional berdasarkan masalah

kesehatan nasional berkaitan dengan morbiditas dan kecacatan serta mortalitas yang

terdiri Promosi kesehatan (Promosi Hidup Bersih dan Sehat), Kesehatan Lingkungan,

KIA dan KB (ANC, MTBS, Imunisasi dan KB), Gizi (Tumbuh Kembang Balita dan

Pencegahan Kebutaan), Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ( semua Penyakit

Menular), Pengobatan Dasar (Medik Dasar termasuk UGD dengan ditunjang

Laboratorium Sederhana), Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas.

Program tersebut merupakan pemadatan 18 kegiatan pokok Puskesmas sebelumnya

(Puskesmas Kampung Baru, 2011). Fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

diwilayah kerja Puskesmas Kampung Baru dapat dilihat pada tabel 4.1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Fasilitas-fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Ada di Wilayah Keja
Puskesmas Kampung Baru

No. Uraian Jumlah


1. RS Swasta 3
2. Laboratorium Puskesmas 1
3. BP Swasta 11
4. Rumah Bersalin 1
5. Apotik 23
6. Optikal 9
7. Praktek Dr.Umum Swasta 24
8. Praktek Dr.Spesialis Swasta 27
9. Praktek Dr.Gigi Swasta 18
10. Praktek Bidan Swasta 13
11. Toko Obat Berizin 3
12. Sinshe 1
13. Akupuntur 2
14. Ahli Refleksi 3
15. Tukang Pijat 5
16. Tukang Gigi 1
Jumlah 147
Sumber : Puskesmas KampungBaru, 2011

Universitas Sumatera Utara


Gambaran organisasi Puskesmas Kampung Baru dapat dilihat pada gambar 4.1

Kepala
Puskesmas

Tata Usaha
Penjab.Lapangan

Adminstrasi Keuangan Perlengkapan Kepegawaian SP2TP

Wakor I Wakor II

P2M/ KB Pengobatan/ PKM/ PHN UKS/


Imunisasi Farmasi PSM Deteksi Dini

KIA Laboratorium Gizi UKGM/ Peng. Kes.


UKGS Tradisional Lansia

Kesling Kesehatan Kesehatan Kes.Olah UKK


Mata Jiwa Raga

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kampung Baru

Sumber : Puskesmas Kampung Baru, 2012

Universitas Sumatera Utara


4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja di

Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun sebanyak 22 orang.

Karakteristik tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru meliputi umur, jenis

kelamin, lama bekerja, pendidikan dan pelatihan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Lama


Bekerja, Pendidikan dan Pelatihan di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)


Umur
a. 18 – 34 tahun 7 31,8
b. 35 – 60 tahun 15 68,2
Jumlah 22 100,0
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 1 4,5
b. Perempuan 21 95,5
Jumlah 22 100,0
Lama Bekerja
a. < 10 tahun 8 36,4
b. ≥ 10 tahun 14 63,6
Jumlah 22 100,0
Pendidikan
a. < S1 (Sarjana) 14 63,6
b. ≥ S1 (Sarjana) 8 36,4
Jumlah 22 100,0
Pelatihan
a. Pernah 5 22,7
b. Tidak Pernah 17 77,3
Jumlah 22 100,0

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang berada pada usia dewasa

muda (19-34 tahun) adalah 7 orang (31,8 %), sedangkan pada usia dewasa

Universitas Sumatera Utara


pertengahan (35-60 tahun) sebanyak 15 orang (68,2 %). Pengelompokkan responden

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah

jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang (95,5 %), sedangkan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 1 orang (4,5 %).

Lama bekerja responden yang paling banyak adalah ≥ 10 tahun sebanyak 14

orang (63,6 %), sedangkan <10 tahun yaitu sebanyak 8 orang (36,4 %). Pendidikan

responden yang paling banyak adalah < S1 (Sarjana) yaitu sebanyak 14 orang

( 63,6 %), sedangkan ≥ S1 (Sarjana) sebanyak 8 orang ( 36,4 %). Pelatihan

responden yang paling banyak adalah tidak pernah pelatihan penanganan gawat

darurat atau sejenisnya yaitu sebanyak 17 orang (77,3 %), sedangkan yang pernah

pelatihan sebanyak 5 orang (22,7 %).

4.2.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

Pengetahuan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir pada setiap

responden diukur dari jawaban responden atas 16 (enam belas) pertanyaan. Jawaban

responden atas keenambelas pertanyaan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Medan MaimunTahun 2012

No Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah


F Proporsi F Proporsi
1. Tujuan utama dari suatu rencana kesiapsiagaan 11 50,0 11 50,0
menghadapi bencana banjir
2. Faktor utama yang menentukan area mana yang 16 72,7 6 27,3
harus diberikan prioritas yang pertama untuk
dilakukan tindakan kesehatan oleh tenaga
kesehatan Puskesmas pada suatu bencana banjir
3. Koordinasi dalam sektor pelayanan kesehatan di 11 50,0 11 50,0
Puskesmas dalam menghadapi suatu bencana
banjir adalah penting, untuk mempertahankan
kontak antara …
4. Langkah pertama untuk mengembangkan 3 13,6 19 86,4
program tetap penanganan gawat darurat bencana
5. Suatu program penyuluhan kepada masyarakat 5 22,7 17 77,3
mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana
banjir yang dilakukan tenaga kesehatan di
Puskesmas dikatakan efektif apabila dapat …
.6 Pelatihan untuk tenaga kesehatan di Puskesmas 9 40,9 13 59,1
berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi
bencana seharusnya …
7. Kegiatan surveilans diwilayah kerja Puskesmas 15 68,2 7 31,8
berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi
bencana banjir seharusnya
8. Kelompok korban yang tidak memerlukan 14 63,6 8 36,4
pengobatan atau perawatan segera seperti luka-
luka kecil yang memerlukan perawatan dan
pengobatan luka dikelompokkan sebagai label
9. Tujuan penilaian awal secara cepat atau rapid 0 0,0 22 100,0
health assessment pada saat terjadi suatu bencana
yang dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas
10. Satu hal yang perlu diperhatikan didalam 9 40,9 13 59,1
merencanakan secara efektif upaya menjaga
pelayanan kesehatan Puskesmas selama
terjadinya bencana banjir
11. Pada kejadian bencana banjir diwilayah kerja 5 22,7 17 77,3
Puskesmas yang menyebabkan banyaknya korban
gawat darurat disertai rusaknya infrastruktur dan
terganggunya fungsi pelayanan masyarakat, maka
Puskesmas perlu …
12. Tujuan tenaga kesehatan memberdayakan kader- 18 81,8 4 18,2
kader terlatih pada saat bencana banjir datang.
13. Tujuan aktifitas surveilans kesehatan lingkungan 9 40,9 13 59,1
pasca bencana banjir.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 (Lanjutan)

14. Tujuan kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan 11 50,0 11 50,0


yang dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas
bersama tenaga lainnya diwilayah kerja Puskesmas
pasca bencana banjir .
15. Dasar dari permintaan orangtua untuk 5 22,7 17 77,3
mendapatkan makanan tambahan bagi bayi atau
anak mereka pada suatu bencana yang timbul .
16. Tujuan pemberdayaan masyarakat pada paska 9 40,9 13 59,1
bencana banjir yang dilakukan tenaga kesehatan
Puskesmas .

Dari tabel 4.3 tentang pengetahuan responden mengenai kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir, dapat dlihat bahwa persentase terbesar menjawab benar

berada pada pertanyaan keduabelas mengenai tujuan tenaga kesehatan

memberdayakan kader-kader terlatih pada saat bencana banjir datang adalah

sebanyak 18 orang (81,8%) dan tidak ada responden yang menjawab dengan benar

tentang pertanyaan kesembilan mengenai penilaian awal secara cepat atau rapid

health assessment pada saat terjadi suatu bencana yang dilakukan tenaga kesehatan di

Puskesmas.

Distribusi proporsi responden berdasarkan kategorisasi pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan

Medan Maimun dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan


Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No tPengetahuan Frekuensi (n) Proporsi(%)


1. Baik 6 27,3
2. Buruk 16 72,7
Jumlah 22 100,0

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden mempunyai

tingkat pengetahuan yang buruk yaitu sebanyak 16 orang (72,7 %). Sedangkan

sisanya sebanyak 6 orang (27, 3 %) berpengetahuan baik.

4.2.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun 2012

Sikap mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir pada setiap

responden diukur dari jawaban responden atas 16 (enambelas) pernyataan sikap.

Jawaban responden atas keenambelas pernyataan sikap dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No Pernyataan Sikap Jawaban F Proporsi


1. Berespon secara cepat dan tepat pada suatu 1. Sangat Setuju 2 9,1
kondisi gawat darurat akibat adanya suatu 2. Setuju 0 0,0
bencana banjir tanpa persiapan adalah lebih 3. Kurang Setuju 1 4,5
penting dibandingkan berespon dengan 4. Tidak Setuju 9 40,9
persiapan sebelum terjadinya suatu bencana 5. Sangat Tidak Setuju 10 45,5
banjir
2. Tenaga kesehatan Puskesmas tidak perlu terlibat 1. Sangat Setuju 0 0,0
dalam kegiatan pembuatan peta rawan bencana 2. Setuju 1 4,5
3. Kurang Setuju 1 4,5
4. Tidak Setuju 6 27,3
5. Sangat Tidak Setuju 14 63,6
3. Tenaga kesehatan mau menggalang kerjasama 1. Sangat Setuju 11 50,0
dan berbagi tugas sesuai peran dengan tingkat 2. Setuju 9 40,9
kecamatan dalam rangka kesiapsiagan 3. Kurang Setuju 1 4,5
menghadapi bencana banjir 4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
4. Tenaga kesehatan bertanggungjawab melakukan 1. Sangat Setuju 1 4,5
upaya pelayanan upaya pelayanan gawat darurat 2. Setuju 15 68,2
sehari-hari 3. Kurang Setuju 5 22,7
4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat tidak Setuju 0 0,0
5. Tenaga kesehatan bertanggungjawab dalam 1. Sangat Setuju 2 9,1
memberikan penyuluhan/pelatihan kepada 2. Setuju 14 63,6
masyarakat dalam upaya pemberdayaan 3. Kurang Setuju 5 22,7
masyarakat menghadapi kemungkinan 4. Tidak Setuju 1 4,5
munculnya bencana banjir 5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 (Lanjutan)

6. Tenaga kesehatan mau melakukan latihan 1. Sangat Setuju 2 9,1


kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir 2. Setuju 18 81,8
3. Kurang Setuju 0 0,0
4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 1 4,5
7. Tenaga kesehatan bertanggungjawab melakukan 1. Sangat Setuju 1 4,5
pemantauan lokasi-lokasi rawan bencana banjir 2. Setuju 14 63,6
dan memperhatikan isyarat dini pertanda 3. Kurang Setuju 4 18,2
kemungkinan bencana banjir akan terjadi 4. Tidak Setuju 3 13,6
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
8. Tenaga kesehatan bertanggungjawab melakukan 1. Sangat Setuju 6 27,3
operasi pertolongan terhadap korban bencana 2. Setuju 14 63,6
berdasarkan triase 3. Kurang Setuju 1 4,5
4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
9. Tenaga kesehatan bertanggungjawab melakukan 1. Sangat Setuju 0 0,0
penilaian suatu kejadian awal dari bencana yang 2. Setuju 8 36,4
terjadi diwilayah kerja 3. Kurang Setuju 13 59,1
4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
10. Tenaga kesehatan bertanggungjawab melakukan 1. Sangat Setuju 8 36,4
surveilans penyakit menular dan gizi ketika 2. Setuju 13 59,1
mulai terjadi terjadinya bencana banjir 3. Kurang Setuju 0 0,0
4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
11. Tenaga kesehatan mau bekerjasama dengan 1. Sangat Setuju 5 22,7
satuan tugas kesehatan dipos medis lapangan 2. Setuju 16 72,7
dalam upaya merujuk kasus yang tidak dapat 3. Kurang Setuju 0 0,0
dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas 4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
12. Tenaga kesehatan bertanggungjawab 1. Sangat Setuju 0 0,0
mengikutsertakan kader terlatih dalam 2. Setuju 19 86,4
membantu tenaga kesehatan memberikan 3. Kurang Setuju 1 4,5
pertolongan awal kasus gawat darurat. 4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 1 4,5
13. Tenaga kesehatan mau terlibat dalam 1. Sangat Setuju 9 40,9
pemantauan terhadap kejadian beberapa kasus 2. Setuju 12 54,5
penyakit potensial KLB dan faktor-faktor resiko 3. Kurang Setuju 0 0,0
yang dapat menimbulkan masalah penyakit. 4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
14. Tenaga kesehatan mau terlibat dalam 1. Sangat Setuju 3 13,6
pemantauan sanitasi lingkungan paska bencana 2. Setuju 16 72,7
banjir 3. Kurang Setuju 1 4,5
4. Tidak Setuju 2 9,1
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 (Lanjutan)

15. Tenaga kesehatan mau terlibat melakukan 1. Sangat Setuju 2 9,1


pemantauan dan pemulihan masalah kesehatan 2. Setuju 19 86,4
jiwa dan masalah gizi pada kelompok rentan 3. Kurang Setuju 0 0,0
paska bencana banjir 4. Tidak Setuju 1 4,5
5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
16. Tenaga kesehatan bertanggungjawab 1. Sangat Setuju 2 9,1
memberdayakan masyarakat paska bencana 2. Setuju 17 77,3
banjir agar masyarakat tahu apa yang harus 3. Kurang Setuju 2 9,1
dilakukan untuk menolong diri sendiri, keluarga 4. Tidak Setuju 1 4,5
dan masyarakat terhadap kemungkinan 5. Sangat Tidak Setuju 0 0,0
timbulnya masalah kesehatan.

Dari tabel 4.5 tentang sikap responden mengenai kesiapsiagaan menghadapi

bencana banjir, dapat dilihat persentase terbesar menjawab setuju berada pada

pernyataan kedua belas mengenai tenaga kesehatan bertanggungjawab

mengikutsertakan kader terlatih dalam membantu tenaga kesehatan memberikan

pertolongan awal kasus gawat darurat dan pernyataan kelima belas mengenai tenaga

kesehatan mau terlibat melakukan pemantauan dan pemulihan masalah kesehatan

jiwa dan masalah gizi pada kelompok rentan paska bencana banjir adalah sebanyak

19 orang (86,4%).

Distribusi proporsi responden berdasarkan kategorisasi sikap mengenai

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan

Medan Maimun dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Mengenai


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No Sikap Frekuensi (n) Proporsi (%)


1 Positif 21 95,5
2. Negatif 1 4,5
Jumlah 22 100,0

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hampir semua responden mempunyai sikap

yang positif yaitu sebanyak 21 orang (95,5%). Sedangkan sisanya sebanyak 1 orang

(4, 5 %) mempunyai sikap negatif.

4.2.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kesiapsiagaan Menghadapi


Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2012

Kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir pada setiap responden diukur dari

jawaban responden atas 14 (empatbelas) pertanyaan kesiapsiagaan menghadapi

bencana banjir. Jawaban responden atas keempatbelas pertanyaan kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kesiapsiagaan


Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No Pernyataan Siap Tidak Siap


F Proporsi F Proporsi
1. Tenaga kesehatan melakukan penilaian tatanan 4 18,2 18 81,8
diwilayah kerja Puskesmas beresiko atau tidak
beresiko banjir
2 Tenaga kesehatan melakukan pemetaan daerah 0 0,0 22 100,0
rawan banjir diwilayah kerja Puskesmas
3 Tenaga kesehatan mengartikan rambu-rambu 4 18,2 18 81,8
bencana banjir
4 Tenaga kesehatan memantau sistem peringatan 4 18,2 18 81,8
dini untuk bencana banjir
5 Tenaga kesehatan melakukan penyuluhan 7 31,8 15 68,2
kesehatan kepada masyarakat mengenai
kesiapsiagaan menghadapi banjir
6 Tenaga kesehatan melakukan kerjasama dengan 7 31,8 15 68,2
pihak kelurahan/kecamatan dalam upaya
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir
7 Tenaga kesehatan melakukan pembinaan kader 7 31,8 15 68,2
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan berbasis
masyarakat
8 Tenaga kesehatan melakukan pelatihan kepada 0 0,0 22 100,0
kader agar siapsiaga menghadapi bencana

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 (Lanjutan)

9 Tenaga kesehatan melakukan kemitraan dengan 3 13,6 19 86,4


organisasi kemasyarakatan/LSM yang ada dalam
rangka siap siaga menghadapi bencana
10 Tenaga kesehatan melakukan pemberdayaan 3 13,6 19 86,4
kepada keluarga sebagai mitra pembangunan
kesehatan agar siap siaga menghadapi bencana
11 Tenaga kesehatan melakukan standar operasional 3 13,6 19 86,4
prosedur penanganan gawat darurat dan
rujukannya
12 Tenaga kesehatan melakukan perencanaan dalam 5 22,7 17 77,3
penyiapan obat dan perbekalan kesehatan untuk
menghadapi bencana banjir

13 Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan mengenai 1 4,5 21 95,5


penanggulangan bencana banjir
14 Tenaga kesehatan melakukan pelayanan kepada 16 72,7 6 27,3
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui penyuluhan

Dari tabel 4.7 tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, persentase

terbesar menjawab siap berada pada pertanyaan keempatbelas mengenai tenaga

kesehatan melakukan pelayanan kepada masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui penyuluhan adalah sebanyak 16 orang

(72,7 %) dan tidak ada responden menjawab siap pada pertanyaan kedua mengenai

tenaga kesehatan melakukan pemetaan daerah rawan banjir diwilayah kerja

Puskesmas dan pertanyaan kedelapan mengenai tenaga kesehatan melakukan

pelatihan kepada kader agar siapsiaga menghadapi bencana.

Distribusi proporsi responden berdasarkan kategorisasi kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun

dapat dilihat pada tabel 4.8.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No Kesiapsiagaan Frekuensi (n) Proporsi (%)


1 Tidak Siap 17 77,3
2. Siap 5 22,7
Jumlah 22 100,0

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden tidak siap

menghadapi bencana banjir yaitu sebanyak 17 orang (77,3 %). Sedangkan sisanya

sebanyak 5 orang (22, 7 %) siap dalam menghadapi bencana banjir.

4.3 Analisis Bivariat

Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah Chi square,

masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikategorikan diuji

apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Pengujian dilakukan untuk menguji hubungan karakteristik responden (umur, lama

bekerja, pendidikan dan pelatihan) dengan variabel pengetahuan dan sikap, dan

pengujian selanjutnya untuk menguji variabel independen (pengetahuan dan sikap)

dengan variabel dependen (kesiapsiagaan).

Universitas Sumatera Utara


4.3.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pengetahuan Mengenai
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

Hasil analisis statistik chi square terdapat nilai expected count ≤ 5 maka

sebaiknya mempergunakan uji statistik eksak fisher. Berdasarkan hasil uji eksak

fisher didapat nilai p = 0,349 menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan

pengetahuan responden, nilai p = 0,255 menunjukkan tidak ada hubungan antara lama

bekerja dengan pengetahuan responden, nilai p = 0,369 menunjukkan tidak ada

hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan responden, nilai p = 0,009

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan pengetahuan

responden. Hasil analisis mengenai hal tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel

4.9.

Tabel 4.9 Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Lama Bekerja,


Pendidikan, Pelatihan) dengan Pengetahuan Mengenai
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

Pengetahuan
Karakteristik Total P
No Baik Buruk
Responden
n % n % n %
Umur
1 18 – 34 tahun 1 14,3 6 85,7 7 100 0,349
2 35 – 60 tahun 5 33,3 10 66,7 15 100
Lama bekerja
1 < 10 Tahun 1 12,5 7 87,5 8 100 0,255
2 ≥ 10 Tahun 5 35,7 9 64,3 14 100
Pendidikan
1 < S1 3 21,4 11 78,6 14 100 0,369
2 ≥ S1 3 37,5 5 62,5 8 100
Pelatihan
1 Pernah 4 80 1 20 5 100 0,009
2 Tidak Pernah 2 11,8 15 88,2 17 100

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap Mengenai
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

Hasil analisis statistik chi square terdapat nilai expected count ≤ 5 maka

sebaiknya mempergunakan uji statistik eksak fisher. Berdasarkan hasil uji eksak

fisher didapat nilai p = 0,682 menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan

sikap responden, nilai p = 0,636 menunjukkan tidak ada hubungan antara lama

bekerja dengan sikap responden, nilai p = 0,636 menunjukkan tidak ada hubungan

antara pendidikan dengan sikap responden, nilai p = 0,773 menunjukkan tidak ada

hubungan antara pelatihan dengan sikap responden. Hasil analisis mengenai hal

tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Lama Bekerja,


Pendidikan, Pelatihan) dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

Sikap
Karakteristik Total P
No Positif Negatif
Responden
n % N % n %
Umur
1 18 – 34 tahun 7 100 0 0 7 100 0,682
2 35 – 60 tahun 14 99,3 1 6,7 15 100
Lama bekerja
1 < 10 Tahun 8 100 0 0 8 100 0,636
2 ≥ 10 Tahun 13 92,9 1 7,1 14 100
Pendidikan
1 < S1 13 92,9 1 7,1 14 100 0,636
2 ≥ S1 8 100 0 0 8 100
Pelatihan
1 Pernah 5 100 0 0 5 100 0,773
2 Tidak Pernah 16 94,1 1 5,9 17 100

Universitas Sumatera Utara


4.3.3 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Responden Menghadapi
Bencana Banjir

Hasil analisis statistik chi-square terdapat nilai expected count ≤ 5 maka

sebaiknya mempergunakan uji statistik eksak fisher. Berdasarkan hasil uji eksak

fisher didapat nilai p = 0,009 artinya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Hasil analisis

mengenai hal tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Responden


Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

Kesiapsiagaan
Total P
No Pengetahuan Siap Tidak Siap
n % N % n %
1. Buruk 1 6,3 15 93,8 16 100
0,009
2. Baik 4 66,7 2 33,3 6 100

4.3.4 Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan Responden Menghadapi Bencana


Banjir

Hasil analisis statistic chi-square terdapat nilai expected count ≤ 5 maka

sebaiknya mempergunakan uji statistik eksak fisher. Berdasarkan hasil uji eksak

fisher didapat nilai p = 1,000 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap

dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Hasil analisis mengenai hal

tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12 Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan Responden Puskesmas
Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2012

Kesiapsiagaan
Total P
No Sikap Siap Tidak Siap
n % n % n %
1. Negatif 0 0 1 100 1 100
1,000
2. Positif 5 23,8 16 76,2 21 100

4.4 Analisis Multivariat

Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik

bivariat (P < 0,25 ) dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan menggunakan

uji regresi logistik berganda dengan metode backward LR, yaitu variabel

pengetahuan. Meskipun variabel sikap p> 0,25, namun karena dianggap penting

maka dimasukkan dalam model multivariat.

Tabel 4.13 Seleksi Variabel yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tenaga


Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir
di Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

95% CI for Exp(B)


Variabel B P Exp(B)
Lower Upper
Step 2
Pengetahuan 3,401 0,012 30,000 2,137 421,117
Constant -0,693 0,009 0,500 - -

Dari hasil seleksi terakhir diperoleh ada satu variabel yang paling berhubungan

yaitu pengetahuan. Dari hasil analisa regresi logistik ini, diperoleh model persamaan

sebagai berikut :

𝑷 = 𝟏/(𝟏 + 𝐞−𝐲 )

Universitas Sumatera Utara


dimana, y = -0,693 + 3,401(Pengetahuan) , maka probabilitas seorang tenaga

kesehatan untuk siap menghadapi bencana banjir dengan pengetahuan yang baik

adalah

y = -0,693 + 3,401(Pengetahuan)

y = -0,693 + 3,401(0)

y = -0,693 maka :

𝑃 = 1/(1 + 2,7−0.693 )

P = 0,666

Ini berarti probabilitas tenaga kesehatan untuk siap dalam menghadapi bencana

banjir dengan pengetahuan yang baik adalah 66, 6 %.

4.5 Hasil Wawancara

4.5.1 Pengetahuan Informan

Pada kejadian bencana banjir 2011 hampir semua informan sebagai tenaga

kesehatan dari berbagai profesi (87,5 %) menyatakan berperan dalam

penanggulangan bencana banjir dalam tahap tanggap darurat dan pemulihan dengan

melayani sebagai tenaga kesehatan di posko yang dibentuk ditiap kelurahan, seperti

ungkapan salah satu informan berikut :

“ Kami kalau banjir, bagi tugas untuk posko kesehatan, tiap kelurahan kami ada,
biasanya ya 1 kelurahan 1 posko dipusatkan dikantor Lurah bergabung dengan
tenaga keamanan juga : tentara, apa, nanti masyarakat disitu berobatnya, dan dinas
kesehatan ada, mobil ambulansnya pun ada, trus kadang ada lagi dari sosial-sosial
seperti orang cina-cina itu, apa itu.... organisasi kasih datang semuanya tuh tim
kesitu …jadi kita bergabung sama-sama”.

Universitas Sumatera Utara


Hasil indepth interview menunjukkan hampir sebagian besar informan belum

memahami secara menyeluruh mengenai definisi kesiapsiagaan menghadapi bencana

banjir. Menurut mereka seringkali kesiapsiagaan itu adalah tugas bagian emergensi

dan tugas tenaga kesehatan pada umumnya adalah pada tahap tanggap darurat, seperti

ungkapan salah satu informan berikut :

‘’ …Tentang kesiapsiagaan itu … di Puskesmas sendiri ada program namanya


emergensi, itu petugasnya apabila ada kejadian banjir atau kebakaran sudah
disiapsiagakan langsung terjun ke lapangan” .

Hasil indepth interview mengenai pengetahuan informan tentang fungsi

puskesmas sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung

dalam persiapan menghadapi bencana banjir sebagian informan belum sepenuhnya

benar. Hal ini dikarenakan sebagian informan menyatakan bahwa fungsi tersebut

berkaitan dengan persiapan dalam obat dan pengobatan serta alat-alat untuk

mengatasi masalah akibat bencana banjir, seperti ungkapan informan berikut :

“…Ya biasalah…melakukan pengobatan saja paling, kalau misalnya ada yang


mengalami munmen, diare, atau entah kakinya kena apa, yaitulah pengobatan
sajalah…”
“…Untuk yaitulah , memantau ada yang sakit, memantau yang memerlukan
pengobatan, dalam persiapan obat-obatan, alat-alat, ambulans yaitu puskesmas
keliling…”

Berdasarkan hasil indepth interview mengenai pengetahuan informan tentang

fungsi puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat yang mendukung dalam

persiapan menghadapi bencana banjir sebagian kecil informan sudah memahami

dengan benar, seperti ungkapan informan berikut :

“ …Itu pemberdayaan masyarakat…bisa membentuk manusia-manusia yang


mengerti kesehatan ya, seperti apa ya …em… kader-kader Puskesmas, gitu…ya…”

Universitas Sumatera Utara


“…Ya, kadang-kadang masyarakat ini ada juga dia membantu seperti dalam
pengobatan, seperti itulah dari LSM, kayak seperti organisasi-organisasi, jadi kita
seperti orang itu kita bekerjasama…kita harus disitu jangan ditinggalkan karena ini
kan wilayah kita…”

Berdasarkan hasil indepth interview mengenai pengetahuan informan tentang

fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang mendukung

dalam persiapan menghadapi bencana banjir sebagian kecil informan sudah

memahami dengan benar, seperti ungkapan informan berikut :

“…Ya, Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan yang pertama, dimana


pelayanannya juga terbatas, kalau pelayanan tidak sanggup dilaksanakan
diPuskesmas dikirim kerumah sakit…”
“…Pelayanan apalah ya…pelayanan yang pertama yang melayani masyarakat…”

Berdasarkan hasil indepth interview mengenai pengetahuan informan tentang

obat dan perbekalan yang dibutuhkan agar penanganan gawat darurat dan rujukan

dapat berjalan baik sebagian informan pada umumnya sudah memahami dengan

benar, seperti ungkapan informan berikut :

“…Inilah dari mulai P3Knya, alat-alat medisnya juga kan perlu seperti oksigen,
tandunya, bedah minornya saya rasa perlu bila ada koyak atau robek, belum lagi
penanganan RJP (resusitasi jantung paru) nya, dan obat-obat medis…”
“…Sarana prasarana, obat-obat… pertama, tensi meter, stetoskop, kotak pertolongan
pertama, obat-obat emergensi, obat-obatan oral, infuse sama ambulans yaitu
puskesmas keliling, ugd belum ada yang digunakan kamar suntik…”

Berdasarkan hasil indepth interview mengenai pengetahuan informan tentang

ketersediaan standar operasional prosedur penanganan gawat darurat, sebagian

informan menyatakan bahwa belum mengetahui secara jelas ketersediaan standar

operasional penanganan gawat darurat dan rujukan di Puskesmas, seperti ungkapan

informan berikut :

“…SOP…disini belum pernah ada kondisi seperti itu…”

Universitas Sumatera Utara


“ …Saya rasa nggak ada…”
“…Ya mungkin ada, saya nggak tahu soal-soal itu…”

4.5.2 Sikap Informan

Berdasarkan hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa sebagian besar

informan menyatakan perlu melakukan surveilans kesehatan namun ada sebagian

informan yang menyatakan bahwa itu tugas khusus bagian petugas surveilans dan

sebagian ikut melakukan kegiatan tersebut, seperti ungkapan informan berikut :

“…Kalau surveilans kesehatan perlu, tapi kita punya petugas surveilans, itu memang
berkesinambungan, tertentu, masih perlu…”
“…Perlu juga, khususnya kalau seperti saya bagian gizi…”

Berdasarkan hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa sebagian besar

informan menyatakan perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

agar siapsiaga menghadapi banjir namun dalam kecenderungan untuk melakukan

tindakan, ada informan yang menyatakan cenderung tidak melakukannya, seperti

ungkapan informan berikut :

“…Ya, intinya tak pernah keluar, kalau penyuluhan memang perlu, tapi bagian
emergensi perlu melakukan penyuluhan itu…”

Berdasarkan hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa sebagian besar

informan menyatakan perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, dengan alasan kesiapsiagaan tidak

mungkin dijalankan hanya oleh tenaga kesehatan Puskesmas, tenaga kesehatan tidak

mungkin bekerja sendiri-sendiri, seperti ungkapan informan berikut :

“…Iyalah perlulah, nggak mungkin orang Puskesmas saja…”


“…Harus, kitakan harus bekerjasama dengan pemerintahan setempat, kita tidak
mungkin bekerja sendiri-sendiri…”

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa sebagian

informan menyatakan perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang

dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir, namun dalam kecenderungan untuk

melakukan tindakan tersebut, ada informan yang menyatakan cenderung untuk tidak

melakukannya, seperti ungkapan informan berikut :

“…Sebetulnya …kader...sebetulnya mereka sudah mau dipindah…itu sebenarnya


kader-kader posyandu sama kepling sudah diarahkan untuk bencana…ya perlu…”

Hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa ada sebagian kecil

informan yang menyatakan tidak perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar

siapsiaga menghadapi bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas, dengan alasan

keluarga sudah terlatih dan bukan bagian pekerjaan dari tenaga kesehatan yang

bersangkutan seperti ungkapan informan berikut :

“…Karena mereka sudah terlatih sepertinya, jadi mereka tidak perlu, mereka sudah
biasa menghadapi banjir…”
“…Kalau saya sendiri, tidak perlu, karena bukan bagian saya …tapi kalau sudah
terjadi banjir kami ikut sertakan untuk posko…”

Hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa ada sebagian informan

yang menyatakan tidak perlu menjalankan standar operasional prosedur penanganan

gawat darurat dan rujukan, dengan alasan tugas bagian emergensi, langsung saja

ditangani, bukan bagian tenaga kesehatan tersebut, seperti ungkapan informan

berikut :

“…Hanya bagian emergensi…”


“…Nggak usahlah Bu langsung aja kita tangani, sebenarnya harus, tapi nggak
ada…”
“…Saya rasa tidak perlu, bukan bagian saya…”

Universitas Sumatera Utara


Hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa ada sebagian kecil

imforman yang menyatakan tidak perlu melibatkan diri dalam perencanaan

penyediaan obat dan perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi

bencana banjir, dengan alasan ada bagiannya, sudah diatur oleh atasan, bukan

berhubungan dengan tugas tenaga kesehatan, seperti ungkapan informan berikut :

“…Ya, kami ada bagian obat yaitu asisten apoteker…”


“…Seharusnya perlu, tapi tidak pernah dilibatkan semua sudah diatur diatas…”
“…Karena ini bukan berhubungan dengan saya, saya rasa tidak perlu, kalau sarana
prasarana ya kalau dibutuhkan boleh juga…”

Hasil indepth interview, diperoleh informasi bahwa semua informan

menyatakan perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam

penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir, dengan beberapa

alasan seperti ilmu selalu berkembang dan refreshing, ada informasi baru, karena

Puskesmas rawan banjir, tahu penanganan lebih baik lagi. Frekuensi pelatihan yang

diungkapkan informan berkisar mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 1 tahun , 2 tahun sampai

5 tahun, seperti ungkapan informan berikut :

“…Perlu karena ilmu selalu berkembang…setiap tahun sekali, kan ada


perkembangan ilmu pengetahuan, ada refreshing, karena ilmu pengetahuan pesat
perkembangannya…”
“…Perlu…5 tahun boleh, 2 tahun boleh, selama ada informasi…kadangkan ada
informasi baru, teknik baru, ya 2-3 tahun…”
“…Perlu…sebaiknya saya rasa…apalagi Puskesmas daerah rawan banjir…6 bulan
sekali…’
“…Oh, sangat perlu…kalau bisa, maunya sebulan sekali…
“…Menurut saya sangat perlu, agar kita lebih tahu penanganan yang lebih baik
lagi…menurut saya dua kali pelatihan…pertama misalnya bagaimana pertolongan
pertama penanganan banjir kedua dalam bencana lain, kadang disini kan ada
bencana kebakaran, kan bencana ini kan beragam-ragam, namanya ilmu berubah-
ubah, kalau bisa satu tahun sekali…”

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa semua informan

menyatakan perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi

bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir diwaktu akan

datang.

4.5.3 Kesiapsiagaan Informan

Hasil indepth interview mengenai tindakan dalam menilai tatanan di wilayah

kerja Puskesmas beresiko atau tidak beresiko banjir, sebagian informan tidak

melakukan tindakan tersebut, seperti ungkapan informan berikut :

“…Belumlah, nggak tugasnya Mbak…”


“…Tidak pernah, …’

Hasil indepth interview mengenai tindakan dalam pemetaan daerah rawan

bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas, semua infroman tidak melakukan

tindakan tersebut, seperti kutipan informan berikut :

“…Inilah didaerah Kampung Aur, Sungai Mati …peta belum ada tapi dikelurahan
nggak tahulah… didinas kesehatan sepertinya ada…saya tidak terlibat dalam
pembuatan peta, pernah peta DBD…”
“…Belum ada, kebetulan bukan program saya, jadi saya tidak apa kali…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan dalam mengartikan rambu-rambu

bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas, semua informan menyatakan tidak ada

rambu-rambu bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas, sebagian informan

mengatakan tidak mampu mengartikan rambu-rambu bencana, seperti kutipan

informan berikut :

“…Rambu-rambu, kayak dijalan, rambu-rambu lalu lintas…”

Universitas Sumatera Utara


“…Rambu-rambu bencana maksudnya kondisi begitu…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan dalam memantau sistem peringatan

dini untuk bencana banjir, hanya sebagian kecil informan melakukan tindakan

tersebut, seperti kutipan informan berikut :

“…Dengan kelurahan …kepling dulu …kayak seperti apa kalau ada bencana kita
beritahu kepling …kita siapsiaga…kita mendapat informasi dari kepling lewat
telepon, maka 24 jam telepon tidak pernah mati…

Hasil indepth interview mengenai tindakan melakukan penyuluhan kesehatan

kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, hanya

sebagian kecil informan melakukan tindakan tersebut, seperti kutipan informan

berikut :

“…Setidaknya menerangkan tentang kebersihan lingkungan ..ya membuang sampah


pada tempatnya, dan tidak bermukim didaerah yang rendah..tempat aliran air…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan dalam melakukan kerjasama

dengan pihak kelurahan/kecamatan dan melakukan kemitraan dengan organisasi

kemasyarakatn/LSM dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir dan ,

sebagian besar informan melakukan tindakan tersebut, seperti kutipan informan

berikut :

“…Pihak-pihak lintas sektoral seperti inilah, pihak kepala lingkungan, kelurahan,


kecamatan…”
“Ya, LSM, masyarakat, kelurahan, camat…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan pembinaan kader dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan berbasis masyarakat, hampir semua informan

belum melakukan tindakan tersebut, seperti kutipan informan berikut :

Universitas Sumatera Utara


“…Sebenarnya belum pernah kita apain, kebakaran ya tapi banjir belum, kebakaran
dari badan…kami ikut saja…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan melakukan pemberdayaan kepada

keluarga sebagai mitra pembangunan kesehatan agar siap siaga menghadapi bencana,

hanya sebagian kecil informan yang melakukan tindakan tersebut, seperti kutipan

informan berikut :

“…Menerangkan kepada sebuah keluarga itu, terutama orangtua ya, kan dia sebagai
pelindung keluarga tentang itu tadi lingkungan yang bersih tadi dan ya …siapsiaga
dengan kondisi lingkungannnya…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan melakukan standar operasional

prosedur penanganan gawat darurat dan rujukannya, hampir semua informan tidak

melakukan tindakan tersebut, dengan alasan tidak ada SOP. Asumsi peneliti hal ini

berkaitan dengan sarana prasarana/perbekalan yang ada di Puskesmas sehingga sulit

terbentuknya SOP penanganan gawat darurat dan rujukannya dan juga belum adanya

kebijakan dalam pembuatan SOP tersebut. Salah satu kutipan informan berikut :

“…Nggak usahlah Bu langsung aja kita tangani, sebenarnya harus, tapi nggak ada
itu…”

Hasil indepth interview mengenai tindakan melakukan pelayananan kepada

masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat

mampu menghadapi bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan, sebagian

informan melakukan tindakan tersebut, seperti kutipan informan berikut :

“…Penyuluhan saja…tentang lingkungan yang bersih disitu kuncinya, menghindari


pemukiman atau lingkungan tempat air yang rendah, dan pengobatan bila ada
dampak penyakit dari banjir tadi…pengobatan bila ada yang sakit yang terjadi akibat
banjir…masalah kesiapan ya…dari fisik dan mental…”

Universitas Sumatera Utara


4.5.4 Obat-obatan

Berdasarkan hasil wawancara berpedoman pada kuesioner dengan bagian

perlengkapan sekaligus tenaga kesehatan bagian obat-obatan, ketersediaan obat

berdasarkan jenis obat, sebagian jenis obat terpenuhi untuk kebutuhan tahun 2011 dan

sebagian jenis obat hanya sebagian terpenuhi. Untuk jenis obat antibiotik, analgetik,

obat kulit, obat mata, oralit, obat batuk terpenuhi untuk kebutuhan pelayanan

Puskesmas Kampung Baru pada tahun 2011. Sedangkan untuk jenis obat antipiretik,

antasida, antialergi, antiradang dan obat psikofarmaka hanya sebagian terpenuhi

untuk kebutuhan pelayanan Puskesmas Kampung Baru pada tahun 2011.

4.6 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan langsung peneliti di Puskesmas Kampung Baru mengenai

sarana prasarana Puskesmas Kampung Baru diawali dengan mengamati denah

ruangan Puskesmas Kampung Baru seperti terlihat pada skema 4.2

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Denah Ruangan Puskesmas Kampung Baru

Sumber : Hasil Observasi (2012)

Dari gambar 4.2 dapat terlihat bahwa belum adanya Unit Gawat Darurat dan

belum dijalankan sistem triase Puskesmas. Dalam kegiatan sehari-hari bila ada

pasien memerlukan tindakan menyuntik atau tindakan yang mengarah kepada

petolongan pertama maka dilakukan diruangan suntik. Berdasarkan hasil pengamatan

terlihat bahwa tepat didepan Puskesmas Kampung Baru ada sebuah rumah sakit yaitu

RS Bersalin WINNA. Berdasarkan dari pengamatan data sekunder, didapatkan bahwa

sudah tersedia jadwal posko piket hari libur/minggu di Puskesmas Kampung Baru

bila terjadi bencana atau tim adipura turun yang dibagi menjadi 4 minggu, dimana 1

kelompok tenaga kesehatan berada pada minggu tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Hasil pengamatan selanjutnya peneliti lakukan mengenai ketersediaan

perbekalan kesehatan dalam penanggulangan bencana di Puskesmas Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun seperti terlihat pada tabel 4.14

Tabel 4.14 Ketersediaan Perbekalan Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana


di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun
2012

No. Jenis Perbekalan Jawaban Keterangan


1. Kebutuhan triase (tanda pengenal, Sebagian Yang tersedia : alat
kartu dan label triase, peralatan tersedia penerangan, peralatan
administrasi, tandu, alat penerangan) adiminstrasi
2 Peralatan resusitasi jalan nafas Sebagian Yang tersedia : ambubag
(tabung O2, peralatan intubasi, tersedia
peralatan trakeostomi, ambubag)
3 Peralatan resusitasi jantung (infus set, Sebagian Yang tersedia : infus set,
cairan infuse RL, NaCl, Dektrose, tersedia cairan infuse RL, NaCl,
obat-obatan penatalaksanaan syok) Dektrose
4 Perlengkapan obat-obat perawatan Sebagian Yang tersedia : kapas,
luka (kapas, verban elastic, sarung tersedia verban elastic, sarung
tangan, minor surgery set, antiseptik, tangan, minor surgery
bidai/spalk, collar neck, selimut) set, antiseptic
5 Alat evakuasi (alat penerangan, Tidak
tandu) Tersedia
6 Peralatan pelayanan pengobatan Tersedia
(tensimeter, stetoskop, lampu senter,
minor surgery set)
7 Sarana komunikasi dan transportasi Sebagian Yang tersedia :
(radio komunikasi, ambulans), tersedia ambulans
identitas petugas
8 PMT (untuk ibu hamil, ibu bersalin, Tidak
bayi, balita) Tersedia
Sumber : Hasil Observasi (2012)

Berdasarkan tabel 4.14, ada sebagian kecil dari perbekalan kesehatan dalam

penanggulangan bencana di Puskesmas yang semua tersedia, ada sebagian perbekalan

kesehatan yang sebagian tersedia, dan ada sebagian yang tidak tesedia.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru


dengan Pengetahuan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Banjir di Kecamatan Medan Maimun

Berdasarkan hasil uji eksak fisher didapat nilai p = 0,349 menunjukkan tidak

ada hubungan antara umur dengan pengetahuan responden, nilai p = 0,255

menunjukkan tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan pengetahuan

responden, nilai p = 0,369 menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan pengetahuan responden. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Mubarak

(2009) yang menyatakan bahwa umur, pengalaman, dan pendidikan dapat

memengaruhi pengetahuan seseorang.

Berdasarkan hasil uji eksak fisher nilai p = 0,009 menunjukkan ada hubungan

yang signifikan antara pelatihan dengan pengetahuan responden. Hal ini

menunjukkan bahwa pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan

mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Menurut Sastrohadiwiryo

(2002), pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku

dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan

praktek daripada teori. Dengan pelatihan, maka akan terjadi pengembangan

kebiasaan melalui pikiran, sehingga semakin luas pengetahuannya. Menurut Ditjen

Binkesmas Depkes (2005), latihan kesiapsiagaan dilakukan melalui simulasi protap-

Universitas Sumatera Utara


protap yang telah disusun oleh tim penanggulangan bencana maupun simulasi tim

kesehatan Puskesmas agar mampu memberikan pelayanan gawat darurat.

5.2 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru


dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di
Kecamatan Medan Maimun

Berdasarkan hasil uji eksak fisher didapat nilai p = 0,682 menunjukkan tidak

ada hubungan antara umur terhadap sikap responden, nilai p = 0,636 menunjukkan

tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan sikap responden, nilai p = 0,636

menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan sikap responden, nilai p

= 0,773 menunjukkan tidak ada hubungan antara pelatihan dengan sikap responden.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Azwar (2011), bahwa pengalaman dan

pendidikan memengaruhi sikap seseorang. Hal ini juga tidak sesuai dengan

penelitian Khader dkk (2010), yang menyatakan bahwa umur, pengalaman, program

khusus/pelatihan memengaruhi sikap perawat dalam melakukan pelayanan kasus

terminal.

5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan


Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan
Medan Maimun

Menurut Sutton dan Tierney (2006), Citizen Corps (2006), LIPI-

UNESCO/ISDR (2006), pengetahuan dapat mempengaruhi kesiapsiagaan untuk

mengantisipasi bencana. Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan mengenai

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir ditemukan pengetahuan baik dengan

persentase kesiapsiagaan tenaga kesehatan menghadapi bencana banjir dengan

Universitas Sumatera Utara


kategori siap sebesar 66,6 %. Hasil analisis eksak fisher menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Puskesmas menghadapi bencana banjir. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan

bahwa secara statistik variabel pengetahuan berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi

bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun. Dengan melihat pada hasil uji statistik

dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan mengenai kesiapsiagaan mengenai

bencana banjir akan menghasilkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas

menghadapi bencana banjir.

Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana

banjir masih ada sebagian besar yang berpengetahuan buruk. Hal ini disebabkan

masih ada tenaga kesehatan yang minim pengetahuannya tentang pemetaan rawan

bencana, koordinasi dalam kesiapsiagaan, kegiatan surveilans pra bencana banjir,

triase, rapid health assessment, surveilans saat bencana banjir, SPGDT-S atau

SPGDT-B, surveilans pasca bencana banjir, penanganan masalah gizi, dan tujuan

pemberdayaan masyarakat pasca banjir. Hal ini didukung dengan hasil indepth

interview, dimana dapat diketahui hampir sebagian besar informan belum memahami

secara menyeluruh mengenai definisi kesiapsiagaan, sebagian informan belum

sepenuhnya memahami fungsi puskesmas sebagai pusat pembangunan berwawasan

kesehatan yang mendukung dalam persiapan menghadapi bencana banjir, hanya

sebagian kecil informan yang memahami fungsi puskesmas sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat yang mendukung dalam persiapan menghadapi bencana

Universitas Sumatera Utara


banjir dan hanya sebagian kecil informan yang memahami fungsi puskesmas sebagai

pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang mendukung dalam persiapan

menghadapi bencana banjir. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan tenaga

kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir adalah

sebagian besar masih relatif buruk sehingga masih belum siap dalam menghadapi

bencana banjir. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa tenaga kesehatan Puskesmas

perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana

banjir.

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang

setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Pelatihan lebih memberi kemungkinan yang besar untuk memengaruhi

pengetahuan tenaga kesehatan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.

Berdasarkan hasil indepth interview, diketahui bahwa semua informan menyatakan

perlunya dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam penanganan

gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir dengan berbagai alasan seperti

ilmu selalu berkembang dan refreshing, ada informasi baru, karena Puskesmas rawan

banjir, tahu penanganan yang lebih baik lagi. Frekuensi pelatihan yang diungkapkan

informan berkisar mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 1 tahun, 2 tahun sampai 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian Nugroho (2007), tentang kajian kesiapsiagaan masyarakat

dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami di nias selatan menunjukkan

bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap kesiapsiagaan pemerintah

menghadapi bencana. Parameter pengetahuan aparat pemerintah sebesar 55,53 atau

dalam kategori hampir siap dengan indeks total kesiapsiagaan aparat pemerintah

sebesar 51,50 atau dalam kategori kurang siap.

Maulidar dkk (2010) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pengetahuan,

Kesiapan diri dan Kemampuan yang Dipersepsikan oleh Perawat sebagai tenaga

kesehatan masyarakat yang bekerja di area bencana tsunami Provinsi Aceh, juga

mengungkapkan hal senada, yakni adanya korelasi antara pengetahuan dengan

kemampuan/tindakan yang dipersepsikan. Pada penelitian ini, hasil analisis koefisien

korelasi dengan Pearson Product-Moment menunjukkan bahwa adanya hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan kemampuan/tindakan yang dipersepsikan

berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada bencana tsunami (r = 0,24, p<0,01) .

Maulidar dkk juga menyatakan bahwa cara-cara untuk mempersiapkan diri agar

pengetahuan dalam bekerja di area bencana baik adalah melalui membaca buku dan

bahan-bahan yang terkait dengan penanganan bencana, searching dan membaca

bahan-bahan yang terkait via internet, menghadiri seminar dan konferensi berkaitan

dengan penanganan bencana.

Penelitian senada juga dinyatakan Muchsin (2003), tentang Pengaruh

Karakteristik Individu dan Organisasi Terhadap Kinerja Dokter PTT di Puskesmas

dalam Kota Banda Aceh, juga menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan terhadap kinerja pegawai. Pada penelitian ini, hasil analisis koefisien

korelasi menunjukkan pengaruh sedang (r = 0,359) dan berpola positif, dan

berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, nilai p value = 0,025 berarti pada α =

5% menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan

responden dengan kinerja Dokter PTT di Puskesmas dalam Kota Banda Aceh.

5.4 Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas


Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan
Maimun

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam Azwar

(2011), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Berdasarkan analisis univariat sikap tenaga kesehatan mengenai kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir dari 22 responden, 21 responden (95,5%) menyatakan

mendukung atau bersikap positif mengenai kegiatan kesiapsiagaan tenaga kesahatan

menghadapi banjir dan mendukung setiap upaya-upaya penanggulangan bencana

banjir di bidang kesehatan. Namun dari segi mengenai kegiatan kesiapsiagaan dari

21 responden yang menyatakan mendukung atau bersikap positif, hanya 5 responden

(23,8%) yang memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir.

Menurut Citizen Corps (2006), sikap dapat memengaruhi kesiapsiagaan untuk

mengantisipasi bencana. Namun hal ini berbeda dengan hasil analisis eksak fisher

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan

Universitas Sumatera Utara


kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana

banjir di Kecamatan Medan Maimun. Perbedaan antara pengetahuan yang lebih

cenderung buruk sedangkan sikap yang lebih cenderung positif serta kesiapsiagaan

lebih cenderung tidak siap kemungkinan disebabkan karena sikap berkaitan dengan

tanggungjawab tenaga kesehatan sebagai pegawai negeri sipil yang merupakan abdi

negara yang memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa jiwa

koprs pegawai negeri sipil adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja

sama, tanggungjawab, dedikasi, disiplin, kreatifitas, kebanggaan dan rasa memiliki

organisasi pegawai negeri sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), secara umum salah satu faktor kritis

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana baik untuk individu dan rumah tangga,

pemerintah, komunitas sekolah maupun stakeholder pendukung (kelembagaan

masyarakat, LSM, kelompok profesi, pihak swasta) adalah pengetahuan dan sikap

terhadap resiko bencana. Secara khusus pada pemerintah, faktor kritis kesiapsiagaan

utuk mengantisipasi bencana ditekankan adalah pada pengetahuan terhadap resiko

bencana sedangkan sikap tidak menjadi faktor penekanan. Sedangkan pada individu

dan rumah tangga ditekankan adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.

Hasil uji statistik menjelaskan semakin positif sikap mengenai kesiapsiagaan

mengenai bencana banjir belum tentu akan menghasilkan kesiapsiagaan tenaga

kesehatan Puskesmas menghadapi bencana banjir. Kondisi ini mengisyaratkan

bahwa kemungkinan adanya faktor lain yang menyebabkan sikap positif tenaga

Universitas Sumatera Utara


kesehatan tetapi menghasilkan ketidakmampuan dalam melakukan kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir. Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa suatu

sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Menurut Azwar (2011), semakin kompleks situasinya dan semakin banyak

faktor yang ikut menjadi pertimbangan dalam bertindak, maka semakin sulitlah

memprediksi perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator sikap

seseorang. Hal ini didasarkan karena suatu tindakan nyata tidak hanya ditentukan

oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya.

Moabi (2008) dalam penelitiannya tentang pengetahuan, sikap dan tindakan

tenaga pelayanan kesehatan berkaitan dengan kesiapsiagan menghadapi bencana di

RS Johannesburg Provinsi Gauteng Afrika Selatan, menunjukkan sikap mengenai

kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah favorable atau baik, namun menunjukkan

ketidakedekuatan dalam tindakan kesiapsiagaan. Dari hasil penelitian ini, perbedaan

yang terjadi antara sikap dan kesiapsiagaan dipenuhi dengan pelatihan kepada staf

yang dilakukan secara regular.

Menurut Notoatmodjo (2010), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain fasilitas. Hal ini dapat ditunjukkan, berdasarkan hasil

observasi bahwa perbekalan kesehatan untuk penanggulangan bencana di Puskesmas

Kampung Baru, untuk sebagian jenis hanya sebagian terpenuhi. Hal yang senada

juga dapat ditunjukkan dengan hasil wawancara dengan petugas perlengkapan, bahwa

untuk sebagian jenis obat-obatan hanya sebagian mencukupi untuk kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas Kampung Baru di tahun 2011. Hal lain lagi yang sejalan dapat

ditunjukkan adalah berdasarkan hasil indepth interview menunjukkan bahwa tidak

adanya standar operasional prosedur penanganan gawat darurat dan rujukan di

Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun.

Menurut Azwar (2011), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang

dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar

adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling memengaruhi di antara individu yang

satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut memengaruhi pola

perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Pada umumnya,

individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap

orang yang dianggapnya penting. Kondisi ini dapat terjadi dalam hubungan atasan

dan bawahan.

Berdasarkan hasil indepth interview menunjukkan bahwa Dinas kesehatan

mendukung dalam penyiapan sarana prasarana, obat-obatan, pelatihan. Namun

kesimpulan peneliti, berdasarkan hasil indepth interview, wawancara beserta

observasi, dukungan ini masih perlu ditingkatkan untuk fase pra

bencana/kesiapsiagaan tanpa mengabaikan fase saat bencana banjir dan sesudah

suatu bencana banjir.

Universitas Sumatera Utara


5.5 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi
Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun

Menurut Schneid dan Collins (2001), kesiapsiagaan yang sesuai sebelum

suatu bencana terjadi adalah dasar untuk mengurangi resiko dan mengurangi

kerusakan. Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan merupakan elemen

penting dan berperan besar dari kegiatan pengendalian resiko bencana sebelum terjadi

bencana dan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana. Dengan

kesiapan tenaga kesehatan fase kesiapsiagaan/pra bencana yang baik, akan sangat

mendukung kegiatan penanggulangan bencana banjir pada saat bencana dan tahap

pasca bencana banjir.

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan

ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah

kerjanya. Puskesmas sebagai sarana kesehatan ditingkat kecamatan dalam kejadian

bencana dapat terlibat secara langsung sebagai bagian Sistem Penanggulangan Gawat

Darurat Sehari-hari (SPGDT) bencana sesuai tahapan bencana. Apabila Puskesmas

tidak menjadi korban dan masih dapat berfungsi bila terjadi suatu bencana maka pada

tahap awal yang melaksanakan penanggulangan bencana adalah Puskesmas yang

berfungsi sebagai pos lapangan sambil menunggu bantuan dari tingkat yang lebih

tinggi (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005). Oleh karena itu, tenaga kesehatan

Puskesmas harus mampu mempersiapkan diri dalam fase kesiapsiagaan menghadapi

bencana banjir.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan analisis univariat kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas

menghadapi bencana banjir dari 22 responden, 5 responden (22,7%) memiliki

kesiapsiagaan menghadapi banjir. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya

tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru yang belum memiliki kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana banjir.

Berdasarkan hasil penelitian, kurangnya kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan

Maimun dapat dilihat dari masih rendahnya kemampuan tenaga kesehatan melakukan

penilaian tatanan beresiko atau tidak beresiko banjir, melakukan pemetaan daerah

rawan banjir, mengartikan rambu-rambu bencana banjir, memantau sistem peringatan

dini, melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir, melakukan kerjasama dengan pihak

kelurahan/kecamatan dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir,

melakukan pembinaan kader dalam penyelenggaraan UKBM, melakukan pelatihan

kepada kader agar siap siaga menghadapi bencana, melakukan kemitraan dengan

organisasi kemasyarakatan/LSM, melakukan pemberdayaan kepada keluarga agar

siap siaga menghadapi bencana, melakukan SOP penanganan gawat darurat dan

rujukannya, melakukan perencanaan dalam penyiapan obat dan perbekalan kesehatan

untuk menghadapi bencana banjir, dan mengikuti pelatihan mengenai

penanggulangan bencana banjir.

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya

bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan

Universitas Sumatera Utara


berubahnya tata kehidupan masyarakat. Menurut WHO Kobe Centre (2007),

pengujian pada empat kejadian gempa bumi mengenai tingkat kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana (dua di California, satu di Kobe dan satu di Armenia). Hasil

pengujian menunjukkan bahwa dua sistem di California menghasilkan tingkat

kesiapsiagaan menghadapi bencana yang tinggi, dan memiliki rata-rata case fatality

yang rendah (sekitar 1 kematian dari 100 orang yang cedera). Kobe yang terletak di

Jepang ikut terlibat dalam kesiapsiagaan , memiliki 31 kematian dari 100 orang yang

cedera. Hasil studi ini memvalidasikan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana dalam sektor kesehatan untuk menghindari terjadinya cedera yang parah

bahkan sampai terjadi jatuhnya korban jiwa. Dengan demikian, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa masih rendahnya kemampuan tenaga kesehatan Puskesmas

Kampung Baru menghadapi bencana banjir, dikhawatirkan akan menimbulkan

banyaknya masyarakat yang mengalami cedera tidak mendapatkan pelayanan

kesehatan yang optimal sehingga kemungkinan dapat menjadi cedera yang lebih

parah atau bahkan bisa terjadi jatuhnya korban jiwa.

Berdasarkan hasil indepth interview, alasan informan tidak melakukan tindakan

penilaian tatanan beresiko atau tidak beresiko banjir dan tidak melakukan tindakan

pemetaan daerah rawan banjir, karena menganggap bukan tugas dari tenaga kesehatan

tersebut. Sedangkan alasan hampir semua informan tidak melakukan tindakan

pelaksanaan standar operasional prosedur penanganan gawat darurat dan rujukannya,

karena tidak adanya standar operasional penanganan darurat dan rujukan, bukan tugas

dari tenaga kesehatan dan hanya tugas bagian emergensi. Hal inilah yang

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan hasil uji statistik eksak fisher menunjukkan bahwa sikap tidak

berhubungan secara signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan menghadapi

bencana banjir. Artinya semakin favorable atau semakin positif tenaga kesehatan

dalam mendukung upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir meliputi

dukungan tenaga kesehatan pada saat pra, saat dan pasca bencana banjir, maka akan

semakin kurang atau minimal melakukan tindakan kesiapsiagaan menghadapi

bencana banjir.

Menurut Coppola (2007), perencanaan operasional penanganan gawat darurat

adalah suatu dokumen yang menggambarkan secara menyeluruh dan detail tentang

orang dan badan yang akan terlibat dalam meresponi kejadian yang berbahaya

termasuk bencana, tanggungjawab dan tindakan-tindakan individu dan badan dan

kapan dan dimana tanggungjawab tindakan itu akan digunakan. Perencanaan

operasional penanganan gawat darurat dibutuhkan disetiap level pemerintahan dari

lokal sampai dari nasional. Perencanaan dapat disusun oleh dalam keberadaan sebagai

individu, seperti sekolah, rumah sakit, puskesmas, penjara dan pengguna lainnya.

Menurut Ditjen Binkesmas (2005), kesiapsiagaan dalam pelayanan gawat darurat

sehari-hari mencakup penerapan protap penanganan korban gawat darurat dan

rujukannya, dan perencanaan dapat diinformasikan melalui latihan

kesiapsiagaan/gladi untuk mensimulasi protap yang telah disusun oleh tim

Puskesmas.

Menurut Fadillah (2010), dalam penelitiannya tentang Penentuan Variabel

yang Berpengaruh dalam Penanganan Bencana di Indonesia menunjukkan faktor-

Universitas Sumatera Utara


faktor utama dalam penanganan bencana yang harus diperhatikan salah satunya

adalah kapasitas atau kemampuan petugas. Faktor kapasitas bersama dengan faktor

lainnya yaitu ukuran (besarnya bencana), transportasi, startegi supply chain, inventori

telah mempengaruhi 80% dari keseluruhan penanganan bencana. Untuk membentuk

kapasitas petugas dalam penanganan bencana diperlukan kesiapsiagaan petugas dan

kesiapsiagaan suatu instansi.

Menurut Guerdan (2009), dalam penelitiannya tentang kesiapsiagaan

menghadapi bencana dan pengelolaan bencana menunjukkan kemampuan profesional

dokter dalam pelayanan kesehatan dasar berhubungan secara signifikan antara

kemampuan yang baik pada saat kesiapsiagaan menghadapi bencana dan pada saat

mengelola suatu bencana. Berdasarkan hasil penelitian ini, langkah pertama untuk

mengembangkan kemampuan dokter dalam pelayanan kesehatan dasar pada saat

bencana adalah dengan pengkajian pengetahuan yang adekuat.

Menurut Green dalam Notoadmodjo (2007), perilaku dipengaruhi 3 faktor

utama, yaitu faktor predisposisi (predisposising) meliputi pengetahuan, sikap,

keyakinan, faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan, faktor penguat (reinforcing) meliputi dukungan dari orang yang

dianggap penting, dukungan kebijakan yang terkait dengan kesehatan, peran contoh.

Hasil analisis regresi logistik memnujukkan bahwa probabilitas tenaga

kesehatan untuk siap menghadapi bencana banjir dengan pengetahuan baik adalah

66,6 %. Sedangkan sisanya 33,4 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk

ke dalam model persamaan regresi logistik. Berdasarkan hasil wawancara, indepth

Universitas Sumatera Utara


interview dan hasil observasi peneliti menyimpulkan bahwa faktor lain yang turut

memengaruhi kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam

menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun adalah ketersediaan

fasilitas, ketersediaan SOP penanganan gawat darurat dan rujukan, dukungan

kebijakan dan komitmen staf adalah sebagai berikut :

1. Ketersediaan Fasilitas

Menurut Notoatmodjo (2007), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

antara lain fasilitas. Menurut Coppola (2007), pengembangan alat dan persediaan

membantu respon terhadap bencana dan pemulihan suatu bencana dimana

badan/instansi yang melakukan respon tersebut dapat menurunkan jumlah yang

cedera dan kematian dan jumlah kerusakan harta benda secara drastis. Menurut Van

Wassenhove (2006) dalam Leeuw dkk (2009), menyatakan perencanaan

logistik/fasilitas yang baik memastikan penggunaan material dan kemampuan yang

tepat adalah suatu yang krusial dalam rangka persiapan menghadapi bencana banjir.

Menjadi siap adalah suatu yang krusial untuk suatu respon yang efektif.

Berdasarkan hasil observasi bahwa perbekalan kesehatan untuk

penanggulangan bencana di Puskesmas Kampung Baru, untuk sebagian jenis

perbekalan kesehatan hanya sebagian terpenuhi dan belum tersedianya unit gawat

darurat beserta sistem triase di Puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan

petugas perlengkapan, bahwa untuk sebagian jenis obat-obatan hanya sebagian

mencukupi untuk kebutuhan Puskesmas Kampung Baru di tahun 2011. Oleh karena

Universitas Sumatera Utara


itu, kondisi fasilitas tersebut menjadi penggerak perilaku kesiapsiagaan tenaga

kesehatan dalam menghadapi bencana banjir di masa yang akan datang.

Dijten Binkesmas Depkes (2005), menyatakan peran puskesmas dalam

penanggulangan bencana mengenai pelayanan gawat darurat sehari-hari, salah

satunya adalah kesiapsiagaan sarana prasarana pelayanan gawat darurat yang

dimiliki. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1097/Menkes/Per/VI/2011

tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas menyatakan

pelayanan kesehatan dasar di pelayanan rawat jalan tingkat pertama yang dapat

diberikan puskesmas adalah penanganan gawat darurat.

Berdasarkan kondisi diatas diperlukan sarana prasarana pelayanan gawat

darurat sehari-hari pada suatu puskesmas terutama bagi puskesmas yang sering

berhadapan dengan resiko bencana. Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara

mendalam, untuk mengantisipasi keadaan gawat darurat yang dihadapi tenaga

puskesmas, dilakukan dengan penyediaan kerjasama tenaga kesehatan Puskesmas

melalui rujukan pasien menggunakan ambulans ke rumah sakit yang ada di

Kecamatan Medan Maimun atau di luar Kecamatan Medan Maimun. Rumah sakit

dan klinik yang ada di setiap kelurahan yang ada di kecamatan Medan Maimun

merupakan pusat kesehatan kelurahan (Puskelkel). Jadwal posko piket hari

libur/minggu disediakan oleh Kepala Puskesmas bila terjadi bencana untuk

mengantisipasi keadaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2. Ketersediaan SOP Penanganan Gawat Darurat dan Rujukan

Menurut PPKK Kemenkes (2011), upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Upaya yang dapat dilakukan antara

lain penyusunan rencana kontijensi. Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005),

upaya pelayanan gawat darurat sehari-hari merupakan bentuk awal kesiapsiagaan

pelayanan gawat darurat dalam bencana. Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup

penerapan protap penanganan gawat darurat dan rujukannya. Menurut LIPI-

UNESCO/ISDR (2006), dalam rencana tanggap darurat diperlukan suatu rencana

untuk pertolongan pertama korban, dan rencana untuk penyelamatan korban bencana

dan transportasi/sistem ambulans.

Berdasarkan hasil indepth interview, menunjukkan bahwa hampir semua

informan tidak melakukan standar operasional prosedur penanganan gawat darurat

dan rujukannya dengan alasan tidak ada SOP tersebut. Berdasarkan hasil observasi

peneliti menunjukkan belum adanya Unit Gawat Darurat di Puskesmas dan belum

dijalankannya sistem triase.

Menurut Coppola (2007), bagian konsep perencanaan operasional gawat

darurat menjelaskan kepada pengguna bagaimana perencanaan respon bencana akan

dilakukan. Konsep perencanaan operasional gawat darurat ini dimaksudkan untuk

memberikan kepada yang membaca suatu gambaran yang umum bagaimana berespon

bila terjadi suatu bencana.

Universitas Sumatera Utara


3. Dukungan Kebijakan

Menurut Notoatmodjo (2007), diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak

lalin untuk terbentuknya suatu tindakan. Menurut Citizen Corps (2006), suatu

strategi untuk mencapai perilaku yang diharapkan dapat berubah dengan perubahan

kebijakan instansi atau dengan beberapa sistem penghargaan dan sanksi.

Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005), Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

mendukung upaya Puskesmas dalam penanggulangan bencana karena adanya

keterbatasan sumber daya yang dimiliki Puskesmas dalam penanggulangan bencana.

Dukungan tersebut mencakup dukungan dalam upaya kesehatan, dukungan dalam

pembiayaan, dukungan dalam sumber daya manusia, dukungan obat dan perbekalan

kesehatan dan dukungan dalam manajemen kesehatan.

Berdasarkan hasil indepth interview menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan

mendukung dalam penyiapan sarana, obat dan perbekalan kesehatan, pelatihan.

Namun kesimpulan peneliti berdasarkan hasil indepth interview, wawancara beserta

observasi, dukungan ini masih perlu ditingkatkan pada fase pra bencana atau fase

kesiapsiagaan tanpa mengabaikan fase saat bencana banjir dan fase sesudah bencana

banjir.

Menurut Alhadi (2011), dalam penelitiannya tentang Upaya Pemerintah Kota

Padang Untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi

Ancaman Bencana Gempa dan Tsunami menunjukkan upaya Pemerintah Kota

Padang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman

gempa dan tsunami secara umum belum mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


dibuktikan antara lain dengan sikap Pemerintah Kota Padang yang lebih

mengutamakan penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat, edukasi

kesiapsiagaan yang belum merata. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu

kesiapsiagaan suatu instansi atau pemerintah diperlukan perubahan paradigma yang

lebih memperhatikan tahap pra bencana berupa kesiapsiagaan sebagai upaya untuk

mengurangi resiko bencana.

Menurut Sarim (2003), dalam penelitiannya tentang Analisis Kesiapan

Menghadapi Bencana Di Instansi Rawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Se-

Wilayah Pembangunan Cirebon menunjukkan bahwa seluruh Rumah Sakit Umum

Daerah di Wilayah Cirebon tidak siap menghadapi kegawatdaruratan bencana/sehari-

hari. Alasan ketidaksiapan adalah pertama karena kurangnya dukungan para Direktur

Rumah Sakit Umum Daerah terhadap sistem penanggulangan gawat darurat

terpadu/sehari-hari yang disebabkan antara lain kurangnya pemahaman tentang

SPGDT-B/S, kurang sosialisasi tentang standar klasifikasi instalasi rawat darurat, dan

keterbatasan Rumah Sakit, dan kedua karena kurangnya sosialisasi SPGDT-B/S serta

dukungan akan kelengkapan sumbr daya Instalasi rawat Darurat.

4. Komitmen Staf

Menurut Yousef (2000) dalam Darwito (2008), mengemukakan bahwa pekerja

dengan komitmen tinggi akan cenderung lebih sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai

organisasi, mau memberikan usaha lebih kepada organisasi dan berupaya

memberikan manfaat kepada organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan

dengan komitmen tinggi akan bertanggungjawab dalam pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Babakus (1996) dalam Muhadi (2007), menyatakan bahwa komitmen

pada organisasi membahas kedekatan karyawan pada organisasi. Keterlibatan dan

kesetiaan ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pekerjaan yang dibebankan pada

karyawan sesuai dengan harapan mereka.

Berdasarkan hasil indeph interview menunjukkan sebagian informan

mengatakan tidak melakukan tindakan kesiapsiagaan, dengan alasan adalah

informan berpandangan bahwa kegiatan kesiapsiagaan bukan tugas tenaga kesehatan

tersebut tetapi tugas bagian yang telah ditentukan yaitu bagian emergensi.

Menurut Ogedegbe dkk (2012), menyatakan bahwa tenaga pelayanan

kesehatan terjadi peningkatan dalam berhadapan dengan ancaman bencana alam atau

non alam yang terus menerus. Frekuensi insidensi kecelakaan yang tinggi

menyebabkan perspektif tenaga pelayanan kesehatan berubah kearah kesiapsiagaan

menghadapi bencana.

Hasil penelitian Widodo (2010), tentang Analisis Pengaruh Keamanan dan

Komitmen Organisasional Terhadap Turn Over Intention Serta Dampaknya Pada

KInerja Karyawan oursourcing, menunjukkan bahwa komitmen organisasi

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

5.6 Keterbatasan Penelitian

Variabel yang diteliti secara statistik pada penelitian ini hanya terbatas pada dua

variabel yakni pengetahuan dan sikap. Berdasarkan hasil indepth interview, hasil

wawancara dan observasi diketahui bahwa ketersediaan fasilitas, ketersediaan SOP

Universitas Sumatera Utara


penanganan gawat darurat dan rujukan, dukungan kebijakan dan komitmen staf dapat

turut memengaruhi kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas dalam menghadapi

bencana banjir. Pengujian statistik untuk variabel-variabel ini belum dilakukan,

sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Variabel pengetahuan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana

banjir di Kecamatan Medan Maimun.

2. Variabel sikap tidak berpengaruh terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan

Maimun.

3. Hasil indepth interview menyimpulkan bahwa faktor lain yang turut memengaruhi

kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi

bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun adalah ketersediaan fasilitas,

ketersediaaan SOP penanganan gawat darurat dan rujukan, dukungan kebijakan

dan komitmen staf.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bahwa :

1. Tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru untuk dapat meningkatkan

pengetahuan dan tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir melalui

membaca buku dan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan penanganan

bencana banjir, searching dan membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan

penanganan bencana banjir via internet, menghadiri seminar, konferensi,

Universitas Sumatera Utara


pelatihan atau simulasi mengenai penangggulangan bencana banjir, penanganan

gawat darurat yang difasilitasi Manajemen Dinas Kesehatan Kota Medan,

dengan bekerjasama kepada pemerintah setempat, beserta fasilitas-fasilitas

kesehatan yang ada di wilayah Kecamatan Medan Maimun dalam menentukan

tindakan-tindakan kesiapsiagaan di Puskesmas sebelum terjadi bencana seperti

mengembangkan kemampuan dalam pemantauan sistem peringatan dini,

pembuatan peta rawan bencana pelatihan kepada kader agar siapsiaga

menghadapi bencana banjir serta pelayanan gawat darurat sehari-hari.

2. Manajemen Dinas Kesehatan Kota Medan untuk lebih meningkatkan upaya

penanggulangan bencana pada tahap pra bencana atau fase kesiapsiagaan dengan

lebih meningkatkan implementasi pengetahuan kepada tenaga kesehatan di

Puskesmas Kampung Baru dengan memfasilitasi sarana internet dan buku-buku

atau pedoman mengenai penanggulangan bencana banjir, menyelenggarakan

konferensi, seminar dan pelatihan atau simulasi mengenai penanggulangan

bencana banjir, penanganan gawat darurat secara merata dan regular.

3. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ketersediaan fasilitas,

ketersediaan SOP penanganan gawat darurat, dukungan kebijakan, dan

komitmen staf terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas dalam

menghadapi bencana banjir.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alhadi, Z, 2011. Upaya Pemerintah Kota Padang Untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan


Masyarakat Dalam Menghadapi Ancaman Gempa Bumi dan Tsunami. Suatu
Studi Manajemen Bencana., Tesis, Pasca Sarjana Ilmu Administrasi
Kekhususan Adminisrasi dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia Jakarta.

Azwar, S, 2011. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Yogyakarta :


Pustaka Belajar.

BAKORNAS PB, 2007. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir, Jakarta.

Candra, B, 2008. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : EGC.

Citizen Corps, 2006. Citizen Corps Personal Behavior Change Model for Disaster
Preparedness. Citizen Preparedness Review. Community Resilience through
Civil Responsibility and Self-Reliance, Washington : Department of Homeland
Security FEMA.

Coppola, D.P, 2007. Introduction to International Disaster Management,


Amsterdam : Elsevier.

Dahlan, S.M, 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat, dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 4,
Jakarta : Salemba Medika.

Darwito, 2008. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja


dan Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Studi pada
RSUD Kota Semarang, Program Pasca Sarjana Program Studi Magister
Manajemen Universitas Diponegero Semarang.

Dempsey P.A dan Dempsey A.D, 2002. Riset Keperawatan. Buku Ajar dan Latihan
(alih bahasa Widyastuti P), Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan R.I, 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Akibat


Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional), Panduan bagi Petugas
Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisis akibat Bencana di
Indonesia, Jakarta.

_____________________ , 2008. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes


dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


_______________________, 2002. Menanggulangi Masalah Kesehatan Akibat
Banjir. Pengalaman Menghadapi Bencana Banjir DKI Jakarta Awal Tahun
2002, Jakarta.

Ditjen Binkesmas Depkes, 2005. Pedoman Puskesmas Dalam Penanggulangan


Bencana, Jakarta.

Edberg, M, 2010. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat, Teori Sosial dan Perilaku (alih
bahasa Anwar H dkk), Jakarta : EGC.

Fadillah, A.Y, 2010. Penentuan Variabel yang Berpengaruh dalam Penanganan


Bencana di Indonesia Menggunakan Metode ANP dan SWOT Analysis, Tesis,
Pasca Sarjana Teknik Industri Universitas Indonesia.

Frumkin, H, dan Hess, J, dan Luber, G, dan Malilay, J, dan McGeehin, M, 2008.
Climate Change: The Public Health Response. American Journal Of Public
Health Volume 98. N0. 3, Framing Health Matters.

Greenough, P.G dan Burkle, F.M, 2008. Disaster Medicine and Public Health
Preparedness. Special Focus. Impact of Public Health Emergencies on
Modern Disaster Taxonomy, Planning, and Response, Lippincott Williams &
Wilkins.

Guerdan, B.R, 2009. Disaster Preparedness and Disaster Management: The


Development and Piloting of a Self-Assessment Survey to Judge the Adequacy
of Community-Based Physician Knowledge. American Journal On Clinical
Medicine, Volume Six, Number Three.

Haddow, G.D dan Bullock, J.A, 2006. Introduction to Emergency Management,


Second Edition, Amsterdam : Elsevier.

Handayani, A.S, 2010. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Volume 11 No.1. Analisis
Daerah Endemik Bencana Akibat Cuaca Ekstrim Di Sumatera Utara,

IDEP, 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, Edisi


ke-2, Bali : Yayasan IDEP.

IOM, 2011. Panduan Simulasi. Program PRB. Pengurangan Risiko Bencana IOM
Jawa Barat, Bandung : European Commision Huminitarian Aid.

Kementeriaan Kesehatan RI,2012. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


________________________ , 2012. Menkes Kukuhkan 8.300 Dasipena Jakarta,
diakses 30 April 2012, http://www.kemenkes.go.id/index.php/berita/press-
release.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 12/Menkes/SK/I/2002, tentang Pedoman


Koordinasi Penanggulangan Bencana di Lapangan.

__________________________________066/Menkes/SK/II/2006, tentang Pedoman


Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Dalam Penanggulangan
Bencana.

__________________________________ 145/Menkes/SK/I/2007, tentang Pedoman


Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.

__________________________________1116/Menkes/SK/VIII/2003, tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

Khader, K, A, dan Jarrah, S,S, dan Alasad, J, 2010. Influence of Nurses’


Characteristics and Education on Their Attitudes Towards Death and Dying :
A review of Literature. Full Length Research Paper. International Journal of
Nursing and Midwifery Vol 2 (1),pp 1-9, Saudi Arabia : Academic Journals

Kresno, S, dan Hadi, E.N, dan Wuryaningsih, E, dan Ariawan, I, 2000. Aplikasi
Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan, Depok : The British Council.

Leeuw, S,D, dan Vis, ,.F,A, dan Jonkman, S,N, 2009. Logistics Aspects of
Emergency Preparedness In Flood Disaster Prevention, Amsterdam : Faculty
of Economics & Business Administration Department Of Information Systems
& Logistics VU University Amsterdam.

LIPI-UNESCO/ISDR, 2006. Pengembangan Framework Untuk Mengukur


Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Alam, Jakarta.

Maarif, S, 2011. Gema BNPB. Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana.


Kepemimpinan Hingga Filosofi sang Jenderal dalam Penanggulangan
Bencana, Jakarta : BNPB.

Maramis, W. F, 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Surabaya :


Airlangga University Press.

Maulidar, dan Hatthakit, U, dan Chaowalit, A, 2010. Knowledge, Self-preparedness


and Perceived Skills Regarding Tsunami Disaster Nursing Among Public
Health Nurses Working in Tsunami Affected Area of Aceh Province, Indonesia,

Universitas Sumatera Utara


5th Annual International Workshop & Expo on Sumatra Tsunami Disaster &
Recovery, Thailand.

Mc.Kiernan, E, dan Hammond, K.R, dan Figueredo, A. J, 2006. A Brunswikian


Evolutionary Developmental Theory Of Preparedness And Plasticity, Arizona :
Elsevier Inc.

Mistra, 2007. Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir, Depok : Penebar Swadaya

Moabi, R.M, 2008. Knowledge, Attitudes And Practices of Health Care Workers
Regarding Disaster Preparedness At Johannesburg Hospital In Gauteng
Province, South Africa. A research report In partial fulfilment of the
requirements for the degree of Master of Public Health, University of the
Witwatersrand.

Moleong, L.J, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, Bandung : Remaja
Rosdakarya Offset.

Mubarak,W dan Chayatin, N, 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Pengantar dan


Teori, Jakarta : Salemba Medika.

Muchsin, 2003. Pengaruh Karakteristik Individu dan Organisasi Terhadap Kinerja


Dokter PTT di Puskesmas dalam Kota Banda Aceh, Tesis, Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Muhadi, 2007. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi


Dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan. Studi pada Karyawan Administrasi
Universitas Diponegero, Tesis, Program Pasca Sarjana Program Studi Magister
Manajemen Universitas Diponegoro Semarang.

Muninjaya, A.A.G, 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta : EGC.

Murti, B. 1996. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu


Kesehatan, Jakarta : Gramedia.

Notoatmodjo, S, 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

___________________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :


Rineka Cipta.

___________________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-prinsp Dasar,


Jakarta : PT Rineka Cipta.

Universitas Sumatera Utara


Nugroho, A.C, 2007. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Di Nias Selatan, Jakarta : MPBI-
UNESCO.

Ogedegbe, C, dan Nyrenda,T, dan DelMoro, G, dan Yamin, E, dan Feldman, J, 2012.
Health Care Workers and Disaster Preparedness : Barriers to and Facilitator
of Willingness to Respond. International Journal of Emergency Medicine
ISSN 1865-1380, USA

PAN American Health Organization, 2006. Bencana Alam. Perlindungan Kesehatan


Masyarakat (alih bahasa Munaya Fauziah), Jakarta : EGC.

______________________________, 2007. Manajemen dan Logistik Bantuan


Kemanusiaan dalam Sektor Kesehatan (alih bahasa Andri Lukman), Jakarta :
EGC.

Newman, R, dan Hansen, R, dan Quigley, J, dan Schramm, D, 1982. Environmental


Health Management after Natural Disasters. Study Guide and Course Text,
Washington : Pan American Health Organization (PAHO) Scientific
Publication No.430

Pemko Medan, 2006. Kecamatan Medan Maimun , diakses tanggal 22 Maret


2012, file:///D:/mdnmain.php.htm.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2004, tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1097/Menkes/PER/VI/2011, tentang


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008,


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

Pohan, I. S, 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Dasar-Dasar Pengertian dan


Penerapan, Jakarta : EGC.

PPK Kemenkes RI, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Akibat Bencana
(mengacu pada standar Internasional). Technical Guidelines For Health Crisis.
Panduan Bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisis
Kesehatan akibat Bencana di Indonesia, Jakarta.

Pusponegero, A. D, 2011. The Silent Disaster Bencana, dan Korban Massal, Jakarta :
Sagung Seto.

Universitas Sumatera Utara


Rahayu, H.P, dan Wahdiny, I.I, dan Utami, A, dan Asparini, M, 2009. Banjir dan
Upaya Penanggulangannya, Bandung : Program for Hydro-Meteorological
Risk Mitigation Secondary Cities in Asia (PROMISE).

Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Ramli, S, 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana, Jakarta : Dian Rakyat.

Riyanto, A, 2010. Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan (Dilengkapi Uji Validitas
dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS, Yogyakarta : Muha Medika.

Robbins, S. P, 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (alih bahasa Halida dan


Dewi Sartika), Edisi Kelima, Jakarta : Erlangga.

Sarim, E.S, 2003. Analisis Kesiapan Menghadapi Bencana di Instalasi Rawat Darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Se-Wilayah Pembangunan Cirebon, Tesis,
Program Pasca Sarjana Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit
Universitas Indonesia Jakarta.

Sastrohardiwiryo, S, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta : Bumi


Aksara.

Schneid, T.D dan Collins, L, 2001. Disaster Management and Preparedness, London
: Lewis Publishers.

Sea Defence Consultants, 2009. Pengurangan Resiko Bencana Banjir Berbasis


Masyarakat. Panduan untuk Masyarakat, BRR Concept Note/INFRA 300GI.

Sebastian, L, 2008. Jurnal dinamika Teknil Sipil Volume 8 No.2, Pendekatan


Pencegahan dan Penanggulangan Banjir, Palembang.

Singarimbun, M dan Effendi, S, 2006. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES.

Smith, E, 2006. Journal of Emergency Primary Health Care. Policy And Service
Delivery. National Disaster Preparadness in Australia-Before and After 9/11,
Australia.

Soeroso, S, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit. Suatu


Pendekatan Sistem, Jakarta : EGC.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung :


Alfabeta.

Universitas Sumatera Utara


Sutton, J dan Tierney, K, 2006. Disaster Preparedness : Concepts, Guidance, and
Research,California : Fritz Institute.

Trihono, 2005. Arrimes. Manajemen Puskesmas. Berbasis Paradigma Sehat, Jakarta :


Sagung Seto.

Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana.

_______________________36 Tahun 2009, tentang Kesehatan

Walinga, J, 2008. The Journal of Applied Behavioral Science, Vol.XX No.X, Month
XXXX. Toward a Theory of Change Readiness. The Roles of Appraisal, Focus,
and Perceived Control, NTL Institute.

Wawan A dan Dewi M, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia, Yogyakarta : Muha Medika.

WHO Kobe Centre, 2007. Disaster Risk Reduction and Preparedness of Health
Facilities. A literature review, Japan.

Widodo, R. Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen Organisasional


Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan
Outsourcing. Studi Pada PT. PLN Persero APJ Yogyakarta, Tesis, Program
Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Semarang.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu ……………….

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Agustina Boru Gultom

NIM : 107032096

Akan mengadakan penelitian tentang “Pengaruh pengetahuan dan sikap

terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas KampungBaru menghadapi

bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun”. Untuk itu saya mohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal

yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk

kepentingan penelitian ini.

Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, maka saya bermohon untuk

menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan kesediaan

serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Agustina Boru Gultom

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN
TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNGBARU
MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai


maksud dari pengumpulan data untuk penelitian tentang “Pengaruh pengetahuan dan
sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas KampungBaru
menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun”. Untuk itu secara
sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian tersebut.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah :
1. Bersedia ditemui dan memberikan keterangan yang diperlukan untuk
penelitian
2. Bersedia untuk mengisi kuesioner
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.

Medan, ……………………… 2012


Responden

( ……………………………………… )

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN


TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNGBARU MENGHADAPI
BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Tanggal Pengisian : ………………………………

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Umur :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Lama Bekerja :
4. Profesi :
5. Pendidikan : a. Dokter Umum
b. Dokter Gigi
c. Sarjana Kesehatan Masyarakat
e. D III Keperawatan + S1 SKM
f. D III Keperawatan + S1 Keperawatan
g. D III Kebidanan + S1 Kebidanan
h. D III Kebidanan
i. D-IV Gizi
j. D-III Keperawatan
k. D-III Analis Kesehatan
l. Asisten Apoteker
m. Lain-lain ;…………………………………….
6. Pelatihan Penanganan gawat darurat yang pernah diikuti :…………….
…………………………………………………………………………..
B. PENGETAHUAN
Petunjuk Pengisian
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pengetahuan Bapak/IBu miliki dengan
memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar.

Universitas Sumatera Utara


1. Tujuan utama dari suatu rencana kesiapsiagaan bencana banjir adalah :
a. Melindungi sumber-sumber yang berharga sehingga pada saat dan setelah
terjadinya bencana banjir sumber-sumber tersebut dapat tetap terpelihara.
b. Menyediakan komunikasi yang terbuka sesama tenaga kesehatan yang digunakan
pada saat dan setelah terjadinya bencana banjir.
c. Mengurangi bahaya yang terjadi akibat bencana banjir dengan serangkaian
upaya-upaya yang dilakukan secara cepat dan tepat.
d. Menjamin kemudahan langkah-langkah pelayanan gawat darurat pada saat
terjadinya bencana banjir dan rehabilitasi pelayanan kesehatan pasca terjadinya
bencana banjir.
e. Menyediakan sistem, prosedur dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya
masing-masing yang dapat digunakan pada saat dan setelah terjadi bencana
banjir

2. Faktor utama yang menentukan area mana yang harus diberikan prioritas yang
pertama untuk dilakukan tindakan kesehatan oleh tenaga kesehatan Puskesmas pada
suatu bencana banjir adalah :
a. Pengadaan pemantauan secara tehnis untuk mengevaluasi dan merenncanakan
pemulihan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas
b. Jarak tempuh area yang terkena bencana banjir dengan pelayanan kesehatan
Puskesmas
c. Adanya faktor resiko tinggi yang didasarkan dengan adanya insiden penyakit.
d. Prioritas tingkat kebutuhan pelayanan dasar Puskesmas dan tersedianya tenaga
kesehatan
e. Kajian akan kemudahan secara teknis tindakan gawat darurat untuk dilakukan

3. Koordinasi dalam sektor pelayanan kesehatan diPuskesmas dalam menghadapi suatu


bencana adalah penting, untuk mempertahankan kontak antara …
a. Tenaga kesehatan dengan tenaga non kesehatan diwilayah kerja Puskesmas
b. Tenaga kesehatan Puskesmas dengan organisasi kemasyarakatan diluar wilayah
kerja Puskesmas
c. Tenaga kesehatan diwilayah kerja Puskesmas yang satu dengan tenaga kesehatan
diwilayah kerja Puskesmas yang lain
d. Tenaga kesehatan dengan pemerintahan setempat diwilayah kerja Puskesmas
e. Tenaga dokter dengan tenaga kesehatan lainnya diwilayah kerja Puskesmas

4. Langkah pertama untuk mengembangkan program tetap penanganan gawat darurat


bencana adalah …
a. Memperkirakan garis aman antara kapasitas pelayanan gawat darurat dapat
sebanding dengan kebutuhan minimum pelayanan gawat darurat pada suatu
masyarakat.
b. Mengembangkan program informasi dan pendidikan gawat darurat bagi tenaga
kesehatan
c. Mendaftarkan semua organisasi yang akan berpartisipasi dalam aktifitas
penanganan gawat darurat dan menentukan anggota-anggota tenaga yang
menjadi tim penanganan gawat darurat.

Universitas Sumatera Utara


d. Menerapkan prosedur-prosedur yang biasa dilakukan untuk mempertahankan
pelayanan kesehatan di Puskesmas
e. Mengadakan persediaan semua peralatan dan perbekalan dan bahan-bahan lain
yang diperlukan untuk menangani kondisi gawat darurat.

5. Suatu program penyuluhan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan menghadapi


bencana banjir yang dilakukan tenaga kesehatan Puskesms dikatakan efektif apabila
dapat …
a. Memberi keyakinan kepada masyarakat untuk senantiasa mengandalkan bantuan
organisasi swasta yang masuk ke wilayah kerja Puskesmas
b. Memampukan masyarakat untuk dapat melakukan penanganan gawat darurat
secara tepat dan efektif
c. Memampukan masyarakat untuk dapat secara totalitas berdaya dalam
menghadapi bencana banjir
d. Memberi keyakinan kepada masyarakat untuk senantiasa mengandalkan bantuan
pelayanan Puskesmas pada saat bencana banjir datang
e. Memberikan infromasi kepada masyarakat tentang langkag-langkah apa yang
akan dilakukan masyarakat ketika bencana banjir datang

6. Pelatihan untuk tenaga di Puskesmas berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi


bencana seharusnya ..
a. Hanya untuk tenaga kesehatan yang memiliki profesi sebagai penyuluh kesehatan
b. Dilakukan 1 kali selama menjadi tenaga kesehatan diPuskesmas
c. Dilakukan maximal 2 kali dalam 1 tahun.
d. Dilakukan semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas
e. Dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas yang bekerja dibagian gawat darurat

7. Kegiatan surveilans diwilayah Puskesmas berkaitan dengan kesiapsiagaan


menghadapi bencana seharusnya …
a. Didasarkan atas gejala-gejala yang ada
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit
c. Hanya dapat dilakukan oleh ahli epidemiological.
d. Sederhana dan efektif dalam pembiayaan
e. Diindikasikan bila ada tanda infeksi kulit

8. Pertolongan pertama korban dilapangan ketika terjadi suatu bencana banjir


didasarkan pada triase yang bertujuan seleksi korban dan jenis pertolongan.
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau perawatan segera seperti
luka-luka kecil yang memerlukan perawatan dan pembalutan luka dikelompokkan
sebagai label …
a. Hijau
b. Kuning
c. Merah
d. Hitam
e. Putih

Universitas Sumatera Utara


9. Penilaian awal secara cepat atau rapid health assessment pada saat terjadi suatu
bencana yang dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas bertujuan …
a. Mengamati suatu penyakit yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa
diwilayah kerja Puskesmas
b. Menilai suatu kejadian awal dari bencana yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas
c. Menilai semua potensi resiko bencana yang mungkin terjadi diwilayah kerja
Puskesmas
d. Memperhatikan isyarat-syarat dini sebagai pertanda kemungkinan bencana akan
terjadi lagi diwilayah kerja Puskesmas
e. Mengidentifikasi masyarakat yang memiliki kemungkinan menjadi korban
bencana diwilayah kerja Puskesmas

10. Satu hal yang perlu diperhatikan didalam merencanakan secara efektif upaya
menjaga pelayanan kesehatan Puskesmas selama terjadinya bencana banjir adalah …
a. Kemampuan masyarakat untuk membayar program program pelatihan
kegawatdaruratan banjir
b. Tingkat dasar dari suatu kesehatan lingkungan diwilayah kerja Puskesmas
c. Pemberian tingkat minimum pelayanan dasar kepada masyarakat di wilyah kerja
Puskesmas
d. Resiko penyakit yang timbul didaerah yang rawan terjadinya bencana banjir
diwilayah kerja Puskesmas
e. Tenaga kesehatan Puskesmas tersebut berdekatan dengan daerah yang rawan
terjadi bencana banjir diwilayah kerja Puskesmas

11. Pada kejadian bencana banjir diwilayah kerja Puskesmas yang menyebabkan
banyaknya korban gawat darurat disertai rusaknya infrastruktur dan terganggunya
fungsi pelayanan masyarakat, maka Puskesmas perlu …
a. Mengkombinasikan implementasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu Sehari-hari dengan implementasi Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Bencana melalui koordinasi sektor kesehatan
b. Meningkatkan impementasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Sehari-hari menjadi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana
melalui koordinasi sektor kesehatan .
c. Merubah implementasi Sistem Penaggulangan Gawat Terpadu Bencana menjadi
Sistem Penanggulangan Gawat Terpadu Sehari-hari melalui koordinasi sektor
kesehatan.
d. Mempertahankan implementasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Bencana yang sudah dilakukan sejak semula di Pusksemas.
e. Mempertahankan implementasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Sehari-hari yang sudah dilakukan sejaka semula diPuskesmas

12. Tenaga kesehatan memberdayakan kader-kader terlatih pada saat bencana banjir
datang. Hal ini bertujuan …
a. Mengaktifkan kader-kader terlatih untuk membantu tenaga kesehatan
memberikan pertolongan awal kasus gawat darurat.

Universitas Sumatera Utara


b. Mengaktifkan kader-kader terlatih untuk membantu dalam perbaikan kualitas air
dan penjernihan dan kaporisasi
c. Mengaktifkan kader-kader terlatih untuk membantu pengendalian vektor
penyakit menular
d. Mengaktifkan kader-kader terlatih agar dapat melayani sesama anggota
masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana banjir lagi
e. Mengaktifkan kader-kader terlatih untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam kehidupan sehari-hari

13. Aktifitas surveilans kesehatan lingkungan pasca bencana banjir bertujuan untuk …
a. Mengevaluasi perencanaan tindakan operasional gawat darurat bencana banjir
yang sudah diimplementasikan
b. Mendapatkan informasi yang spesifik mengenai bahan dan peralatan yang
diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana banjir yang
terjadi
c. Mendapatkan faktor-faktor resiko dari bencana banjir yang terjadi yang dapat
menimbulkan masalah penyakit.
d. Memantau ketercukupan dan kualitas air bersih, dan pembuangan limbah dan
sampah dilokasi pemukiman setelah suatu bencana banjir
e. Mengamati isyarat-isyarat dini sebagai pertanda kemungkinan bencana banjir
akan datang lagi

14. Kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan yang dilakukan tenaga kesehatan


Puskesmas bersama tenaga lainnya diwilayah kerja Puskesmas paska bencana banjir
ditujukan untuk …
a. Mengamati suatu penyakit yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa
b. Memperhatikan isyarat-isyarat dini sebagai pertanda kemungkinan bencana
banjir akan terjadi
c. Memantau ketercukupan dan kualitas air bersih, dan pembuangan sampah dan
limbah dilokasi pemukiman
d. Mengevaluasi perencanaan tindakan operasional penanganan gangguan
kesehatan lingkungan akibat bencana banjir yang sudah diimplementasikan
e. Mendapatkan informasi yang spesifik mengenai bahan dan peralatan gawat
darurat yang diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan gawat dan darurat
akibat bencana banjir yang terjadi

15. Permintaan orangtua untuk mendapatkan makanan tambahan bagi bayi atau anak
mereka pada suatu bencana yang timbul adalah didasarkan pada …
a. Efektifitas dari segi pembiayaan dikarenakan murahnya harga makanan
tambahan sehingga dapat dijangkau dalam jumlah yang besar
b. Tidak adekuatnya pengetahuan orangtua tentang nutrisi bagi bayi/anak dan
ketersediaan makanan tambahan bagi bayi/anak
c. Pendistribusian makanan tambahan yang relatif mudah oleh tenaga kesehatan
d. Kemudahan makanan tambahan untuk disiapkan oleh tenaga kesehatan
e. Kepatutan seorang bayi atau anak untuk diberikan makanan tambahan
berdasarkan status gizi seorang bayi/anak.

Universitas Sumatera Utara


16. Pemberdayaan masyarakat pada paska bencana banjir yang dilakukan tenaga
kesehatan Puskesmas ditujukan agar …
a. Masyarakat mampu membantu tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan
surveilans penyakit potensial kejadian luar biasa lanjutan paska bencana banjir
b. Masyarakat semakin mengandalkan bantuan Puskesmas dalam menghadapi
masalah kesehatan yang timbul paska bencana banjir
c. Masyarakat mampu menbantu tenaga kesehatan dalam memberi bantuan darurat
pada masalah yang timbul diwilayah kerja Puskesmas pada paska bencana banjir
d. Masyaraakat semakin mengandalkan bantuan organisasi swasta yang masuk ke
wilayah kerja Puskesmas dalam menghadapi masalah kesehatan yang timbul
paska bencana banjir
e. Masyarakat tahu apa yang harus dilakukan untuk menolong diri sendiri, keluarga
dan masyarakat lainnya terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan
paska bencana banjir.

C. SIKAP

Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat atau pandangan
Bapak/Ibu tentang pernyataan-pernyataan dibawah ini, dengan memberikan tanda
checklist (√) pada kolom yang tersedia.

Keterangan Pilihan Jawaban :


SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan Alternatif Jawaban


SS S KS TS STS
PRA BENCANA BANJIR
1 Berespon secara cepat dan tepat pada suatu
kondisi gawat darurat akibat adanya suatu
bencana banjir tanpa persiapan adalah lebih
penting dibandingkan berespon dengan
persiapan sebelum terjadinya suatu bencana
banjir
2 Tenaga kesehatan Puskesmas tidak perlu
terlibat dalam kegiatan pembuatan peta
rawan bencana diwilayah kerja Puskesmas
3 Tenaga kesehatan mau menggalang
kerjasama dan berbagi tugas dengan sesuai
peran dengan tingkat kecamatan dalam
rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana
banjir

Universitas Sumatera Utara


4 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
melakukan upaya pelayanan gawat darurat
sehari-hari
5 Tenaga kesehatan bertanggungjawab dalam
memberikan penyuluhan/pelatihan kepada
masyarakat dalam upaya pemberdayaan
masyarakat menghadapi kemungkinan
munculnya bencana banjir.
6 Tenaga kesehatan mau melakukan latihan
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir
7 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
melakukan pemantauan lokasi-lokasi rawan
bencana banjir dan memperhatikan isyarat
dini pertanda kemungkinan bencana banjir
akan terjadi
SAAT BENCANA BANJIR
8 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
melakukan operasi pertolongan terhadap
korban bencana berdasarkan triase
9 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
melakukan penilaian suatu kejadian awal
dari bencana yang terjadi diwilayah kerja
10 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
melakukan surveilans penyakit menular dan
gizi ketika mulai terjadi terjadinya bencana
banjir
11 Tenaga kesehatan mau bekerjasama dengan
satuan tugas kesehatan dipos medis lapangan
dalam upaya merujuk kasus yang tidak dapat
dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas
12 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
mengikutsertakan kader terlatih dalam
membantu tenaga kesehatan memberikan
pertolongan awal kasus gawat darurat.
PASCA BENCANA BANJIR
13 Tenaga kesehatan mau terlibat dalam
pemantauan terhadap kejadian beberapa
kasus penyakit potensial KLB dan faktor-
faktor resiko yang dapat menimbulkan
masalah penyakit.
14 Tenaga kesehatan mau terlibat dalam
pemantauan sanitasi lingkungan paska
bencana banjir

Universitas Sumatera Utara


15 Tenaga kesehatan mau terlibat melakukan
pemantauan dan pemulihan masalah
kesehatan jiwa dan masalah gizi pada
kelompok rentan paska bencana banjir
16 Tenaga kesehatan bertanggungjawab
memberdayakan masyarakat paska bencana
banjir agar masyarakat tahu apa yang harus
dilakukan untuk menolong diri sendiri,
keluarga dan masyarakat terhadap
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan.

D. KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR

No.Responden :

Nama :

Petunjuk pengisian
Jawablah sesuai dengan pertanyaan yang ada, dimana setiap 1 bagian terdiri dari 3
soal/pertanyaan

Kriteria Kesiapsiagaan : 1. Mampu melakukan tindakan


2. Mampu menjelaskan tindakan
3. Ditunjukkan dengan hasil yang baik

Keterangan pilihan jawaban setiap 1 bagian


Siap ( S ) : Dapat menjawab 3 soal/pertanyaan
Tidak Siap ( TS ) : Dapat menjawab < 3 soal/pertanyaan

1. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan penilaian Pernah


tatanan diwilayah kerja Puskesmas beresiko atau
tidak beresiko banjir? Tidak Pernah
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan ?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
2. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pemetaan Pernah
daerah rawan banjir diwilayah kerja Puskesmas?
Tidak Pernah
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

Universitas Sumatera Utara


c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah
sudah efektif?
Belum
3. a. Apakah Bapak/Ibu pernah mengartikan rambu- Pernah
rambu bencana banjir?
Tidak Pernah
b. Jika pernah, coba jelaskan tentang hal tersebut?

c. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui mengenai hal Sudah


tersebut sudah efektif?
Belum
4. a. Apakah Bapak/Ibu pernah memantau sistem Pernah
peringatan dini untuk bencana banjir
Tidak Pernah.
b Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
5. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan penyuluhan Pernah
kesehatan kepada masyarakat mengenai
kesiapsiagaan menghadapi banjir? Tidak Pernah
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan ?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
6. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan kerjasama Pernah
dengan pihak kelurahan/ kecamatan dalam upaya
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir? Tidak Pernah
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum

7. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembinaan Pernah


kader dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
berbasis masyarakat? Tidak Pernah

Universitas Sumatera Utara


b. Jika pernah, coba jelaskan tentang hal tersebut?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
8. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pelatihan Pernah
kepada kader agar siapsiaga menghadapi bencana?
Tidak Pernah.
b Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
9. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan kemitraan Pernah
dengan organisasi kemasyarakatan/LSM yang ada
dalam rangka siapsiaga menghadapi bencana? Tidak Pernah.
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
10. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan Pernah
pemberdayaan kepada keluarga sebagai mitra
pembangunan kesehatan agar siapsiaga menghadapi Tidak Pernah
bencana?
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
11. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan standar Pernah
operasional prosedur penanganan gawat darurat dan
rujukannya? Tidak Pernah
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

Universitas Sumatera Utara


c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah
sudah efektif?
Belum

12. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan perencanaan Pernah


dalam penyiapan obat dan perbekalan kesehatan
untuk menghadapi bencana banjir? Tidak Pernah.
B Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
13. a. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan Pernah
mengenai penanggulangan bencana banjir?
Tidak Pernah.
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu dapatkan dari pelatihan tersebut?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum
14. a. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pelayanan Pernah
kepada masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui Tidak Pernah.
penyuluhan (Perilaku Hidup Bersih Sehat,
Kesehatan Lingkungan, KIA, Gizi, Pemberantasan
Penyakit Menular)?
b. Jika pernah, coba jelaskan apa yang sudah
Bapak/Ibu lakukan?

c. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tersebut Sudah


sudah efektif?
Belum

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 : Pedoman Observasi

Lembar Pedoman Observasi

KETERSEDIAAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PENANGGULANGAN


BENCANA

Kriteria Perbekalan :
Tersedia (T) : Apabila semua jenis perbekalan lengkap
Sebagian Tersedia (ST) : Apabila ada sebagian jenis perbekalan
Tidak Tersedia (TT) : Apabila tidak ada satupun jenis perbekalan

No Jenis Perbekalan Jawaban Keterangan


T ST TT
1 Kebutuhan triase
(tanda pengenal, kartu dan label
triase, peralatan administrasi,
tandu, alat penerangan
2 Peralatan resusitasi jalan nafas
(tabung 02, peralatan intubasi,
peralatan trakeostomi, ambu
bag)
3 Peralatan resusitasi jantung
(infuse set, cairan infuse Rl,
NaCL, Dektrose, obat-obat
penatalaksanaan syok)
4 Perlengkapan obat-obat
perawatan luka (kapas, verban
elastic, sarung tangan, minor
surgery set, antiseptic,
bidai/spalk, collar neck, selimut)
5 Alat evakuasi (alat penerangan,
tandu)
6 Peralatan pelayanan pengobatan
(tensimeter, stetoskop, lampu
senter, minor surgery set)
7 Sarana komunikasi dan
transportasi
(radio komunikasi, ambulans),
identitas petugas
8 PMT (untuk ibu hamil, ibu
bersalin, bayi, balita)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

Lembar Wawancara

KETERSEDIAAN OBAT-OBATAN

Keterangan pilihan jawaban :


Terpenuhi : Memenuhi kebutuhan tahun 2011
Sebagai Terpenuhi : Memenuhi sebagian kebutuhan tahun 2011
Tidak Terpenuhi : Tidak memenuhi kebutuhan tahun 2011

No Jenis Obat-obatan Jawaban


T ST TT
1 Antibiotik
2 Analgetik
3 Antipiretik
4 Antasida
5 Antialergi
6 Antiradang
7 Obat kulit
8 Obat mata
9 Oralit
10 Obat batuk
11 Obat psikofarmaka sederhana

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 : Pedoman Wawancara dengan Indepth Interview

Lembar Pedoman Wawancara


(Indepth Interview)

GAMBARAN KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS DALAM


MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI PUSKESMAS KAMPUNG BARU
KECAMATAN MEDAN MAIMUN

I. Karakteristik Informan :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Profesi :
6. Lama Bekerja :
II. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai bencana banjir 2011?
2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga
kesehatan Puskesmas dalam menghadapi bencana banjir? Apa yang Saudara
ketahui tentang hal itu?
3. Darimanakah Bapak/Ibu memperoleh informasi tersebut?
4. Apa peran Bapak/Ibu dalam kejadian bencana banjir tahun 2011?
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Bapak/Ibu terlibat dalam
persiapan menghadapi bencana banjir ditempat kerja Bapak/Ibu dan apa saja
tugas yang Bapak/Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Bapak/Ibu?
6. a. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat
pembangunan berwawasan kesehatan? Apa yang Bapak/Ibu ketahui
tentang hal itu?
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam
persiapan menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
c. Apakah Bapak/Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
d. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
e. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam menilai tatanan diwilayah
kerja Bapak/Ibu beresiko atau tidak beresiko banjir?
f. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan
bencana banjir diwilayah kerja Bapak/Ibu?
g. Apakah ada rambu-rambu bencana? Bagaimana Bapak/Ibu mengartikan
rambu-rambu bencana yang ada?
h. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam memantau sistem
peringatan dini dimasyarakat?

Universitas Sumatera Utara


i. Apakah Bapak/Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat agar siapsiaga menghadapi bencana banjir?
j. Penyuluhan seperti apa yang telah Bapak/Ibu lakukan?
k. Apakah Bapak/Ibu perlu bekerjasama dengan pihak diluar Puskesmas
dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
l. Dengan pihak manakah Bapak/Ibu telah bekerjasama?
7. a. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat
pemberdayaan masyarakat? Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang hal
itu?
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam
persiapan menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
c. Menurut Bapak/Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang
dapat mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?
d. Apakah Bapak/Ibu perlu memotivasi dan mendukung upaya kesehatan
berbasis masyarakat dalam rangka siapsiaga menghadapi bencana?
e. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam memotivasi dan
mendukung UKBM dalam rangka siapsiaga menghadapi bencana?
f. Apakah Bapak/Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih
yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
g. Pelatihan apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam melatih
masyarakat atau kader untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
h. Adakah Konsil Kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan
Masyarakat) atau BP (Badan Penyantun Puskesmas) diwilayah kerja
Puskesmas Bapak/Ibu?
i. Jika ada, perlukah Bapak/Ibu ikut terlibat dalam menggalang kemitraan
dengan lembaga tersebut?
j. Apakah Bapak/Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap
siaga menghadapi bencana banjir dalam diwilayah kerja Puskesmas
Bapak/Ibu?
k. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga
agar siap siaga menghadapi bencana banjir?
8. a. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata pertama? Apa yang Bapak/Ibu ketahui
tentang hal itu?
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam
persiapan menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat
dan rujukan ditempat kerja Bapak/ibu?
d. Jika ada, apakah Bapak/Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
e. Apakah Bapak/Ibu perlu menjalankan SOP tersebut?

Universitas Sumatera Utara


f. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan berkaitan dengan Standar
Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan Rujukan?
g. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan
agar penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
h. Apakah Bapak/Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan
obat dan perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi
bencana banjir?
i. Menurut Bapak/Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan
bencana banjir? Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi
tenaga kesehatan?
j. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu
menghadapi bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat
bencana banjir tersebut diwaktu yang akan datang?
k. Apa saja yang Bapak/Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu
menghadapi bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat
bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 : Uji Validitas dan Reliabilitas

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TAHAP I

Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan Tahap I

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
penget1 31.07 13.582 -.116 .482
penget2 29.90 12.438 .090 .468
penget3 29.40 12.593 .073 .471
penget4 30.13 13.430 .000 .470
penget5 30.17 13.385 -.074 .498
penget6 29.33 11.816 .346 .415
penget7 30.57 13.220 -.069 .509
penget8 30.50 9.845 .500 .337
penget9 29.93 12.340 .063 .479
penget10 29.97 12.654 .077 .469
penget11 30.17 13.316 .060 .468
penget12 30.60 13.421 -.098 .512
penget13 29.87 9.706 .589 .315
penget14 29.93 10.202 .375 .377
penget15 30.27 10.892 .248 .423
penget16 30.20 12.717 .222 .448

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.688 3

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Tahap I

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
sikap1 61.17 76.695 .056 .927
sikap2 61.60 77.214 .075 .922
sikap3 61.10 72.300 .690 .910
sikap4 61.57 64.944 .887 .900
sikap5 61.67 64.920 .629 .911
sikap6 61.63 67.068 .732 .905
sikap7 62.10 60.024 .808 .904
sikap8 61.40 68.869 .698 .907
sikap9 61.80 66.924 .759 .905
sikap10 61.23 71.495 .656 .909
sikap11 61.10 73.059 .523 .912
sikap12 61.27 70.133 .628 .909
sikap13 61.23 70.530 .631 .909
sikap14 61.23 70.185 .794 .906
sikap15 61.33 69.816 .739 .907
sikap16 61.57 65.495 .740 .905

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.936 14

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


UJi Validitas dan Reliabilitas Kesiapsiagaan Tahap I

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
kesiap1 11.33 5.333 .395 .703
kesiap2 11.43 5.013 .544 .680
kesiap3 11.40 4.938 .580 .674
kesiap4 11.23 5.357 .414 .700
kesiap5 11.03 5.689 .424 .701
kesiap6 10.90 6.507 .000 .729
kesiap7 10.97 6.309 .105 .729
kesiap8 11.07 5.651 .395 .703
kesiap9 11.17 6.006 .136 .736
kesiap10 11.13 5.844 .230 .723
kesiap11 11.00 5.724 .472 .698
kesiap12 11.03 5.826 .336 .710
kesiap13 10.93 6.478 -.005 .733
kesiap14 11.07 5.513 .478 .694
kesiap15 10.90 6.507 .000 .729

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.785 8

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


U JI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TAHAP II

UJi Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan Tahap II

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Penget1 32.77 103.289 .640 .844
Penget2 33.50 103.776 .551 .847
Penget3 33.37 100.378 .584 .845
Penget4 33.00 99.586 .568 .846
Penget5 32.13 97.361 .706 .837
Penget6 33.00 98.483 .763 .835
Penget7 34.47 106.878 .363 .858
Penget9 34.00 105.379 .370 .858
Penget10 32.83 97.799 .870 .831
Penget11 33.70 106.769 .378 .857
Penget12 33.57 104.047 .371 .860
Penget15 33.00 100.483 .462 .854
Penget16 33.47 105.154 .365 .859

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.859 13

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Tahap II

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Sikap1 3.47 .671 .696 .a
Sikap2 2.77 1.220 .696 .a

Universitas Sumatera Utara


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.800 2

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0

Uji Validitas dan Reliabilitas Kesiapsiagaan Tahap II

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Kesiap6 3.53 3.223 .693 .817
Kesiap7 3.63 3.206 .560 .837
Kesiap9 3.77 2.806 .752 .805
Kesiap10 4.37 4.309 .000 .874
Kesiap12 3.77 2.806 .752 .805
Kesiap13 3.60 3.145 .642 .824
Kesiap15 3.53 3.223 .693 .817

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.874 6

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7 : Uji Univariat

UJI UNIVARIAT

Frequency Table

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <35 7 31.8 31.8 31.8
≥35 15 68.2 68.2 100.0
Total 22 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 1 4.5 4.5 4.5
Perempuan 21 95.5 95.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Lamabekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 10 Tahun 8 36.4 36.4 36.4
≥ 10 Tahun 14 63.6 63.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < S1 14 63.6 63.6 63.6
≥ S1 8 36.4 36.4 100.0
Total 22 100.0 100.0

Pelatihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 17 77.3 77.3 77.3
Tidak Pernah 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


tahu1
Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent
Valid Salah 11 50.0 50.0 50.0
Benar 11 50.0 50.0 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu2
Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent
Valid Salah 6 27.3 27.3 27.3
Benar 16 72.7 72.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 11 50.0 50.0 50.0
Benar 11 50.0 50.0 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 19 86.4 86.4 86.4
Benar 3 13.6 13.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 17 77.3 77.3 77.3
Benar 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 13 59.1 59.1 59.1
Benar 9 40.9 40.9 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 7 31.8 31.8 31.8
Benar 15 68.2 68.2 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


tahu 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 8 36.4 36.4 36.4
Benar 14 63.6 63.6 100.0

Total 22 100.0 100.0

tahu9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 22 100.0 100.0 100.0

tahu10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 13 59.1 59.1 59.1
Benar 9 40.9 40.9 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 17 77.3 77.3 77.3
Benar 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 4 18.2 18.2 18.2
Benar 18 81.8 81.8 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 13 59.1 59.1 59.1
Benar 9 40.9 40.9 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 11 50.0 50.0 50.0
Benar 11 50.0 50.0 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


tahu 15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 17 77.3 77.3 77.3
Benar 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

tahu16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 13 59.1 59.1 59.1
Benar 9 40.9 40.9 100.0
Total 22 100.0 100.0

Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Buruk 16 72.7 72.7 72.7
Baik 6 27.3 27.3 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Setuju 2 9.1 9.1 9.1
Kurang Setuju 1 4.5 4.5 13.6
Tidak Setuju 9 40.9 40.9 54.5
Sangat Tidak Setuju 10 45.5 45.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Kurang Setuju 1 4.5 4.5 9.1
Tidak Setuju 6 27.3 27.3 36.4
Sangat Tidak Setuju 14 63.6 63.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


sikap3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Kurang Setuju 1 4.5 4.5 9.1
Setuju 9 40.9 40.9 50.0
Sangat Setuju 11 50.0 50.0 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Kurang Setuju 5 22.7 22.7 27.3
Setuju 15 68.2 68.2 95.5
Sangat Setuju 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Kurang Setuju 5 22.7 22.7 27.3
Setuju 14 63.6 63.6 90.9
Sangat Setuju 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Tidak Setuju 1 4.5 4.5 9.1
Setuju 18 81.8 81.8 90.9
Sangat Setuju 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 3 13.6 13.6 13.6
KurangSetuju 4 18.2 18.2 31.8
Setuju 14 63.6 63.6 95.5
Sangat Setuju 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


sikap8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
KurangSetuju 1 4.5 4.5 9.1
Setuju 14 63.6 63.6 72.7
Sangat Setuju 6 27.3 27.3 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
KurangSetuju 13 59.1 59.1 63.6
Setuju 8 36.4 36.4 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Setuju 13 59.1 59.1 63.6
Sangat Setuju 8 36.4 36.4 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Setuju 16 72.7 72.7 77.3
Sangat Setuju 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Tidak Setuju 1 4.5 4.5 9.1
Kurang Setuju 1 4.5 4.5 13.6
Setuju 19 86.4 86.4 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


sikap13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Setuju 12 54.5 54.5 59.1
Sangat Setuju 9 40.9 40.9 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 2 9.1 9.1 9.1
Kurang Setuju 1 4.5 4.5 13.6
Setuju 16 72.7 72.7 86.4
Sangat Setuju 3 13.6 13.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Setuju 19 86.4 86.4 90.9
Sangat Setuju 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

sikap16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 1 4.5 4.5 4.5
Kurang Setuju 2 9.1 9.1 13.6
Setuju 17 77.3 77.3 90.9
Sangat Setuju 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

Sikap Tenaga Kesehatan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 1 4.5 4.5 4.5
Positif 21 95.5 95.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Kesiap1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 18 81.8 81.8 81.8
Siap 4 18.2 18.2 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 22 100.0 100.0 100.0

Kesiap3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 18 81.8 81.8 81.8
Siap 4 18.2 18.2 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 18 81.8 81.8 81.8
Siap 4 18.2 18.2 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 15 68.2 68.2 68.2
Siap 7 31.8 31.8 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 15 68.2 68.2 68.2
Siap 7 31.8 31.8 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 15 68.2 68.2 68.2
Siap 7 31.8 31.8 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Kesiap8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 22 100.0 100.0 100.0

Kesiap9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 19 86.4 86.4 86.4
Siap 3 13.6 13.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 19 86.4 86.4 86.4
Siap 3 13.6 13.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 19 86.4 86.4 86.4
Siap 3 13.6 13.6 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 17 77.3 77.3 77.3
Siap 5 22.7 22.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 21 95.5 95.5 95.5
Siap 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Kesiap14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Siap 6 27.3 27.3 27.3
Siap 16 72.7 72.7 100.0
Total 22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Menghadapi Bencana Banjir

Kesiapsiagaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Tidak Siap 17 77.3 77.3 77.3
Siap 5 22.7 22.7 100.0
22 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8 : Uji Bivariat

UJI BIVARIAT
Crosstabs

Umur * Pengetahuan
Crosstab
Pengetahuan Total
Baik Buruk
Umur ≥ 35 Count 5 10 15
% within Umur 33.3% 66.7% 100.0%
< 35 Count 1 6 7
% within Umur 14.3% 85.7% 100.0%
Total Count 6 16 22
% within Umur 27.3% 72.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .873(b) 1 .350
Fisher's Exact Test .616 .349
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.91

Lamabekerja * Pengetahuan
Crosstab
Pengetahuan Total
Baik Buruk
Lamabekerja >10 tahun Count 5 9 14
% within Lamabekerja 35.7% 64.3% 100.0%
<10 tahun Count 1 7 8
% within Lamabekerja 12.5% 87.5% 100.0%
Total Count 6 16 22
% within Lamabekerja 27.3% 72.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.383(b) 1 .240
Fisher's Exact Test .351 .255
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.18.

Universitas Sumatera Utara


Pendidikan * Pengetahuan

Crosstab
Pengetahuan Total
Baik Buruk
Pendidikan >S1 Count 3 5 8
% within Pendidikan 37.5% 62.5% 100.0%
<S1 Count 3 11 14
% within Pendidikan 21.4% 78.6% 100.0%
Total Count 6 16 22
% within Pendidikan 27.3% 72.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .663(b) 1 .416
Fisher's Exact Test .624 .369
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.18

Pelatihan * Pengetahuan

Crosstab
Pengetahuan Total
Baik Buruk
Pelatihan pernah Count 4 1 5
% within Pelatihan 80.0% 20.0% 100.0%
tidak pernah Count 2 15 17
% within Pelatihan 11.8% 88.2% 100.0%
Total Count 6 16 22
% within Pelatihan 27.3% 72.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.070(b) 1 .003
Fisher's Exact Test .009 .009
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.3

Universitas Sumatera Utara


Umur * Sikap

Crosstab
Sikap Total
Positif Negatif
Umur ≥35Tahun Count 14 1 15
% within Umur 93.3% 6.7% 100.0%
<35Tahun Count 7 0 7
% within Umur 100.0% .0% 100.0%
Total Count 21 1 22
% within Umur 95.5% 4.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value Df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .489(b) 1 .484
Fisher's Exact Test 1.000 .682
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .32.

Lamabekerja * Sikap

Crosstab
Sikap Total
Positif Negatif
Lamabekerja ≥10tahun Count 13 1 14
% within Lamabekerja 92.9% 7.1% 100.0%
<10tahun Count 8 0 8
% within Lamabekerja 100.0% .0% 100.0%
Total Count 21 1 22
% within Lamabekerja 95.5% 4.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value Df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .599(b) 1 .439
Fisher's Exact Test 1.000 .636
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.

Universitas Sumatera Utara


Pendidikan * Sikap

Crosstab
Sikap Total
Positif Negatif 0
Pendidikan ≥S1 Count 8 0 8
% within Pendidikan 100.0% .0% 100.0%
<S1 Count 13 1 14
% within Pendidikan 92.9% 7.1% 100.0%
Total Count 21 1 22
% within Pendidikan 95.5% 4.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .599(b) 1 .439
Fisher's Exact Test 1.000 .636
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.

Pelatihan * Sikap

Crosstab
Sikap Total
Positif Negatif 0
Pelatihan Pernah Count 5 0 5
% within Pelatihan 100.0% .0% 100.0%
Tidak Count 16 1 17
Pernah % within Pelatihan 94.1% 5.9% 100.0%
Total Count 21 1 22
% within Pelatihan 95.5% 4.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value Df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .308(b) 1 .579
Fisher's Exact Test 1.000 .773
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .23.

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan * Kesiap

Crosstab
Kesiapsiagaan Total
Siap Tidak Siap
Pengetahuan Baik Count 4 2 6
% within Pengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%
Buruk Count 1 15 16
% within Pengetahuan 6.3% 93.8% 100.0%
Total Count 5 17 22
% within Pengetahuan 22.7% 77.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.070(b) 1 .003
Fisher's Exact Test .009 .009
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.36.

Sikap * Kesiap

Crosstab
Kesiapsiagaan Total
Siap Tidak Siap 0
Sikap Positif Count 5 16 21
% within Sikap 23.8% 76.2% 100.0%
Negatif Count 0 1 1
% within Sikap .0% 100.0% 100.0%
Total Count 5 17 22
% within Sikap 22.7% 77.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value Df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .308(b) 1 .579
Fisher's Exact Test 1.000 .773
N of Valid Cases 22
a Computed only for a 2x2 table
b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .23.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9 : UJi Multivariat

UJI MULTIVARIAT

Logistic Regression
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step Pengetahuan
3.332 1.350 6.096 1 .014 28.000
1(a)
Sikap 18.564 40192.970 .000 1 1.000 115391061.737
Constant -.693 .866 .641 1 .423 .500
Step Pengetahuan
3.401 1.348 6.368 1 .012 30.000
2(a)
Constant -.693 .866 .641 1 .423 .500
a Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan, Sikap.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10 : Profil Informan Dan Hasil Indepth Interview

PROFIL INFORMAN DAN HASIL INDEPTH INTERWIEV

INFORMAN 1

Nama : Juni Darwita


Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : D-III Akademi Analisis Kesehatan
Profesi : Analis
Lama Bekerja : 8 Tahun
Alamat : Asrama Arhanuse Jl Karya Jaya Medan
Waktu Indepth Interview : Kamis, 7 Juni 2012, Jam 10.00 – 11.00 WIB

INFORMAN 2

Nama : Drg.Linda Mora


Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana Kedokteran Gigi
Profesi : Dokter Gigi
Lama Bekerja : 18 Tahun
Alamat : Jl.Karya Wisata Komp. Griya Wisata B.90
Waktu Indepth Interview : Kamis, 7 Juni 2012, Jam 11.00 – 12.00 WIB

INFORMAN 3

Nama : Siti Khoiriyah


Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Bidan
Profesi : Bidan
Lama Bekerja : 30 Tahun
Alamat : Jl.Karya Jaya No.281 A.Medan
Waktu Indepth Interview : Kamis, 7 Juni 2012, Jam 12.00 – 13.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN 4

Nama : dr. Masrita M.Rambe


Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1 Kedokteran
Profesi : Dokter Umum
Lama Bekerja : 2 Tahun
Alamat : Jl.Ekarasmi Komp.Spring Ville 08 Johor Indah
Waktu Indepth Interview : Jumat, 8 Juni 2012, Jam 10.00 – 11.00 WIB

INFORMAN 5

Nama : Mulkan Arif


Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : D-III Kesehatan Gigi
Profesi : Perawat Gigi
Lama Bekerja : 2,5 Tahun
Alamat : Jl.Platina Raya No.56 T.Papan
Waktu Indepth Interview : Senin, 11 Juni 2012, Jam 09.00 – 10.00

INFORMAN 6

Nama : Endang Wijaya


Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Akademi Perawat
Profesi : Perawat
Lama Bekerja : 30 Tahun
Alamat : Jl. S.M.Raja Gg Ismail 74 Medan
Waktu Indepth Interview : Senin, 11 Juni 2012, Jam 10.00 – 11.00

INFORMAN 7

Nama : Desi Ariyani


Umur : 44 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sekolah Asisten Apoteker
Profesi : Asisten Apoteker
Lama Bekerja : 23 Tahun
Alamat : Jln. Gurila No.90 Medan
Waktu Indepth Interview : Senin, 11 Juni 2012, Jam 11.00 – 12.00

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN 8

Nama : Lisbet Situmorang


Umur : 43 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : D-III Gizi
Profesi : TPG
Lama Bekerja : 18 Tahun
Alamat : Jl. Jati 3 No.140 Medan
Waktu Indepth Interview : Senin, 11 Juni 2012, Jam 12.00 – 13.00

HASIL INDEPTH INTERVIEW

Informan 1
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Saya kurang apa…,istilahnya kalau terjun langsung kelokasi banjir itu, kurang kelapangan,
kerja saya kalau di Puskesmas hanya di dalam ruangan ini saja,kalau di lapangan ada
bidangnya masing-masing, jadi kurang mengetahui situasi dilapangan, kalau analis …ya
karena menangani masalah bencana banjir bukan seorang analis, analis hanya di
laboratorium saja
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Ya..pokoknya kalau misalnya ada banjir misalnya dimana begitu, di kecamatan medan
maimun, ya yang bagian emergensinya langsung terjun ke lapangan, misalnya bila ditelepon
tengah malam ada banjir , langsung yang bagian emergensi langsung turun..begitu, terus
untuk besok paginya ..inilah temannya atau pengganti keduanya yang turun kesitu
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Ya, memang sudah seperti itu, kan sudah ada bagian …., ada tugas masing-masing. Bagian
emergensi itulah bagian yang mengurus misalnya kebanjiran, kebakaran dialah tugasnya,
mau tengah malam mau apa ada kebanjiran.kebakaran tengah malam dialah bertugas, namun
besok pagi penggantinyalah yang bertugas atau kamilah posko kesana.
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Tidak ada, tetapi kebakaran pernah ada satu kali, yang lalu ada di mangkubumi, karena
semua tenaga kesehatan dilibatkan, ngggak hanya analis, nggak hanya apoteker. Tapi
sekarang karena situasi sudah sering banjir, jadi sekarang sudah dibuat posko-posko setiap
hari misalnya untuk minggu pertama minggu kedua, siapa-siapa jadwal orangnya jika ada
kebanjiran, kebakaran, sekarang baru dibuat
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?
Ya kalau untuk kedepan, mungkinlah yalah terlibat, karena sekarang sudah dibuat jadwalnya,
karena untuk kedepan sudah dibuat jadwal
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Ibu?
Ya seorang analis ya bantu-bantu ngapain obat, karena nggak ada yang mau dikerjakan
seorang analisis disitu, mengobati tidak bisa, ya bantu-bantu ngambilkan obat sajalah..

Universitas Sumatera Utara


6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Tidak pernah
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
Ya biasalah…Melakukan pengobatan saja paling, kalau misalnya ada yang mengalami
munmen, diare, atau entah kakinya kena apa, yaitulah pengobatan sajalah…
c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Saya, kalau saya sebagai seorang analisis nggaklah, kalau yang seperti itu perawatlah,
dokter
d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
Belum
e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan diwilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Belumlah, nggak tugasnya Mbak
f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Tidak pernah
g. Apakah ada rambu-rambu bencana dikecamatan medan maimun?
Tidak
Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana?
Rambu-rambu, kayak dijalan, rambu-rambu lalulintas
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini
dimasyarakat mengenai bencana?
Nggak ada yang seperti itu, saya kan seorang analisis, nggak pernahlah ya Mbak, kalau
analis …yang biasa kayak begini adalah bagian emergensi, sering terjun langsung
mengenai bencana, kalau saya bagian analis jarang
i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Ya, intinya tak pernah keluar, kalau penyuluhan memang perlu, tapi bagian emergensi
perlu melakukan penyuluhan itu
j. Penyuluhan seperti apa yang Ibu berikan?
Tapi sebagai seorang analisis belum pernah melakukan penyuluhan
k. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak diluar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Iyalah perlulah, nggak mungkin orang Puskesmas saja
l. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama?
Ya pastinya sama ininya …kepling-kepling itu, kalau kebakaran orang dinas kesehatan
ikut
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Nggak mengerti saya…
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Kurang mengetahui, sehingga susah menjawabnya
c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, namun yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah Poskesdes?
Saya kurang mengerti, karena bukan bidang saya, karena saya nggak kelapangan

Universitas Sumatera Utara


d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Tidak perlu
e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Tidak pernah
f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) diwilayah kerja Puskesmas Ibu?
Tidak ada
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?
Iyalah perlu
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga
menghadapi bencana banjir?
Tidak pernah melakukan
8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Tidak tahu…
b. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan ditempat kerja Ibu?
Ada
c. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Nggak…
d. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Yalah, perlu
e. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan Standar Operasional
Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan Rujukan?
Tidak
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Ya, paling tensi, sudah itu kotak P3K berisi betadine dan semua obat luka, dan itulah
semua obat-obat yang biasa itulah…
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Nggaklah Mbak
h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Iyalah perlu
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Ya, kalau bisa ini yah itu dah paling sedikit 6 bulan sekali karena kalau seperti itu perlu
cepat geraknya…
i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu

Universitas Sumatera Utara


j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Nggak pernah, karena nggak ke lapangan….analis nggak melakukan penyuluhan, tugas
analis hanya mendampingi, kalau ada posko tugas mendampingi…

Informan 2
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Tahun 2011, biasa-biasa, memang kami kan berada daerah DAS di daerah aliran sungai,
memang kecamatan ini di daerah aliran sungai Sei Mati, Kampung Baru, tapi banjirnya
nggak lama-lama, 1 hari surut …rata-rata begitu
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Oh …Pernah
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Sayakan petugas disini, ya saya tahu, terus ini memang kan daerah aliran sungai jadi kami
sudah terbiasa dengan bencana banjir ini, kami memang sudah stand by, obat pun sudah ada
obat stand by, petugas juga pun sudah ada petugas banjir, yaitu petugas bagian emergensi
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Kami kalau banjir, bagi tugas untuk posko kesehatan, tiap kelurahan kami ada, biasanya ya 1
kelurahan 1 posko dipusatkan dikantor Lurah bergabung dengan tenaga keamanan juga :
tentara, apa, nanti masyarakat disitu berobatnya, dan dinas kesehatan ada, mobil
ambulansnya pun ada, trus kadang ada lagi dari sosial-sosial seperti orang cina-cina itu, apa
itu.... organisasi kasih datang semuanya tuh tim kesitu …jadi kita bergabung sama-sama
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di tempat kerja Ibu?
Kami kalau secara khusus kami tidak semua terlibat, karena sudah ada tim emergensi itu tadi
Ibu Endang, dinas kesehatan sudah mempersiapkan tim emergensi untuk banjir maupun
untuk kebakaran, pokoknya tim emergensilah sudah ada sudah ada stand by, dibantu tenaga
kesehatan tapi kalau sudah terjadi wabah kami semua berperan, kami berbagi tugas untuk
posko, sebelum bencana pun sudah ada kan tim emergensi yang spesial mempersiapkan
kalau terjadi bencana …, setelah ada bencana kami semua difokuskan bagi tugas, karena
kamikan selain kami melayani yang di Puskesmas, juga harus ke bencana, tugas persiapan
bagian emergensi Ibu Endang…, jadi kalau ada bencana emergensi yang duluan turun, baru
koordinasi ke kami dengan yang lain
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir di
tempat kerja Ibu?
Sudah ada bagian emergensi, kamikan nggak mungkin bisa semua terlibat, kamikan
mengerjakan kegiatan sehari-hari lagi di Puskesmas
6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Pernah
Apa yang Ibu tahu tentang hal itu?
Apa? Berwawasan kesehatan….Salah satu program rutin puskesmas mengenai kegiatan
sehari-hari mengenai kesehatan apalagi kalau ada wabah-wabah seperti diare…
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Penyuluhan di Puskesmas, penyuluhan di Posyandu, sosialisasi di kelurahan

Universitas Sumatera Utara


c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Kalau surveilans kesehatan perlu, tapi kita punya petugas surveilans, itu memang
berkesinambungan, tertentu, masih perlu
d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
Ada tenaga khusus, pelaporannya pun ada setiap bulan
e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan di wilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Kalau kami kan sudah tahu dengan koordinasi dengan Kelurahan, Kecamatan,
pemerintahan setempat, kita dah tahu tuh yang daerah banjir di daerah mana, daerah
aliran sungai, jadikan karena banjir kan bukan biasanya nggak pernah banjir jadi terkena
banjir, kami kan dah tahu daerah mana yang mengalami banjir…jadi dah tahu, trus kalau
ada banjir kepling kontak lurah, lurah kontak kita, maka kita turun…
f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir di
wilayah kerja Ibu?
Oh Nggak
g. Apakah ada rambu-rambu bencana di kecamatan medan maimun?
Kayaknya nggak ada
Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana?
Tanda-tanda bencana
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini di
masyarakat mengenai bencana?
Nggak …Nggak ada
i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Perlu
j. Penyuluhan seperti apa yang Ibu berikan?
Kami secara spesfik tidak, mengenai hal-hal yang diperhatikan sebelum banjir
k. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Harus, kitakan harus bekerjasama dengan pemerintahan setempat, kita tidak mungkin
bekerja sendiri-sendiri
l. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama?
Dengan kepling
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Seperti PSN, mengaktifkan masyarakat dalam upaya kesehatan seperti membersihkan
lingkungan
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
Kerjasama dengan masyarakat…
c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, namun yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah Poskesdes?
Kalau saya kurang tahu, ada yang lebih tahu bagian emergensi, kalau secara spesifik
tidak ada, kami bekerjasama dengan pemerintahan setempat

Universitas Sumatera Utara


d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu
e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Tidak ada
f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) diwilayah kerja Puskesmas Ibu?
Tidak
Jika ada, perlukah Ibu ikut terlibat dalam menggalang kemitraan dengan lembaga
tersebut?
Kalau ada disarankan, perlu…
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?
Perlu
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga
menghadapi bencana banjir?
Belum ada
8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Ya, Puskesmas tempat pertama berobat
b. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan ditempat kerja Ibu?
Ada, pada petugas emergensi
c. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Oh tidak, dinas kesehatan dan petugas emergensi
d. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Hanya bagian emergensi
e. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan Standar Operasional
Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan Rujukan?
Tidak ikut dalam pemberlakuan…
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Obat-obat yang diperlukan untuk gawat darurat…obat batuk, pilek, demam, ISPA, obat
kulit, obat luka, tensi dan alat P3K
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Ya, kami ada bagian obat yaitu asisten apoteker
h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Perlu
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
5 tahun boleh, 2 tahun boleh, selama ada informasi…kadangkan ada informasi baru,
teknik baru, ya 2-3 tahun ….

Universitas Sumatera Utara


i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu
j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Penyuluhan mengenai banjir, apa yang kita lakukan agar masyarakat mampu menghadapi
banjir spesifik kesehatan, selebihnya ada yang lain…

Informan 3
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Itu sebenarnya terjadinya rutin itu, setiap tahun ada tuh banjir, saya disini baru tahun 2005,
saya di DKK sebelumnya, seingat ku memang kalau ada banjir….setiap tahun ada banjir
…eh..musim hujan agak deras ada banjir…
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Kalau kita slalu memang petugas emergensi, itu slalu persiapkan ,kami petugas emergensi
ada sendiri, kita nanti …kita akan bantu diwilayah masing-masing, emergensi yang masalah
obat-obat darurat itulah , ya memang kami slalu siap
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Siap siaga … dari pimpinan kita
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Posko…Melayani posko
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?
Ya kita slalu siap, kan begitu. karna kita setiap tahun dah apa, ya slalu siap
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Ibu?
Untuk yaitulah , memantau ada yang sakit, memantau yang memerlukan pengobatan, dalam
persiapan obat-obatan, alat-alat, ambulans yaitu puskesmas keliling
6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Belum
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
Sebetulnya kita cuma kasi penyuluhan sama kita siapsiaga itu, secara pribadi kita kasih
penyuluhan, seharusnya kalau bisa mereka pindah, yang sering banjir Sei Mati, Aur,
Suka Raja
c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Surveilans sepertinya berdasarkan pengalaman kita sudah ada…bagaimana itu ya, tapi
dah rutin tiap tahun selalu ada, tapi alasan mereka…tidak mau pindah, sebenarnya itu
tidak layak untuk dihuni, itu sudah bisa untuk dianalisis,tapi karena faktor ekonomi,
lingkungan sebenarnya tidak layak…., ya perlu-perlu
d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
Surveilans karena berdasarkan alasan-alasan itu, karena alasan ekonomi maka kita beri
penyuluhan..

Universitas Sumatera Utara


e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan di wilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Kami aja petugas kesehatan, dalam arti resmi sih tidak ada, tapi kalau ada banjir, kami
melihat ke bawah-bawah…kami melihat daerah yang rendah, sudah melihat langsung,
pak Walikota turun kami ikut, jadi mereka beresiko, perlu pendataan
f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Peta seperti…dipetakan secara anu..nggak..
g. Apakah ada rambu-rambu bencana di kecamatan medan maimun?
Untuk banjir rambu-rambunya sebetulnya tidak ada
Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana?
Tanda-tanda adanya datangnya bencana, merekakan air datang dari hulu, mereka, orang
itu lebih banyak tahu
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini
dimasyarakat mengenai bencana?
Sistem peringatan dini, sepertinya … mereka nggak ada tapi mereka siap sedia
menggunakan loteng, kalau ada banjir barang-barang yang bisa basah mereka naikkan ke
loteng seperti kursi, ambal ke loteng, mereka sudah keatas
i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Siapsiaganya..ya…perlunya perlu tapi karena mereka itu kan timbul masalah kesehatan
karena ada banjir, maka kuratif ya perlu, penyluhan karena banjir ya seharusnya mereka
pindah tapi karena faktor ekonomi …
j. Penyuluhan seperti apa yang Ibu berikan?
Melakukan sih melakukan, mereka kalau siapsiaga mereka dah rapi ..tapi kalau dah
diterjang banjir ya…
k. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Sebetulnya kalau kesiapsiagaan slalu lah..
l. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama?
Kecamatan, kelurahan, lingkungan.kepling-kepling, aparat pemerintah
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Kalau kita penyuluhan,
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir diPuskesmas?
Persiapan …persiapan kita ya obat-obatan , ya tenaga penyuluhan itu maksudnya kan
….kita cuma penyuluhan, pengarahan, kalau masalah materi dan alat-alat nggak lah…
c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Polindes, Poskesdes, Posyandu, namun yang
berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah Poskesdes?
Polindes tidak ada karena itu kabupaten, disini yang ada klinik-klinik setempat untuk
Pusat Kesehatan Kelurahan (Puskeskel)…dibawah Dinas Kesehatan …ya itu UKBM ya
ya …ada petugas sendiri dari Puskesmas, ya diikutkan bila ada bencana…yang
mengkoordinir Kak Febri
d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Sebetulnya …kader...sebetulnya mereka sudah mau dipindah…itu sebenarnya kader-
kader posyandu sama kepling sudah diarahkan untuk bencana…ya perlu

Universitas Sumatera Utara


e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Belum
f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) diwilayah kerja Puskesmas Ibu?
Nggak ada,
Jika ada, perlukah menggalang kemitraan dengan badan tersebut?
Kalau ada perlu…kerjasama kan memang harus
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir di dalam wilayah kerja Puskesmas?
Karena mereka sudha terlatih sepertinya, jadi mereka tidak perlu, mereka sudah biasa
menghadapi banjir
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga
menghadapi bencana banjir?
Mereka sudah terlatih jadi mereka tidak perlu
8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Belum…..
Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam kesiapsiagan
menghadapi banjir?
Kegiatan apa saja yang mendukung ..strata pertama saya belum tahu…persiapan ya
paling masalah obat-obatan
b. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan di tempat kerja Ibu?
Ada
c. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Pembuatan ….nggak
d. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Perlu lah…
e. Apa saja yang sudah saudara lakukan berkaitan dengan Standar Operasional
Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan Rujukan?
Semua paramedik ya harus ikut lakukan
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Sarana prasarana, obat-obat… pertama, tensi meter, stetoskop, kotak pertolongan
pertama, obat-obat emergensi, obat-obatan oral, infuse sama ambulans yaitu puskesmas
keliling, ugd belum ada yang digunakan kamar suntik
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Kalau dibutuhkan perlu, tapi kalau memang dah cukup ya sudah nggak usah
h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Perlu, karena ilmu selalu berkembang
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Setiap tahun sekali, kan ada perkembangan ilmu pengetahuan, ada refreshing, karena
ilmu pengetahuan pesat perkembangannya
i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu

Universitas Sumatera Utara


j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Kita disini tugasnya penyuluhan, pengarahan dan pelayanan…penyuluhan tentang
bagaimana mengatasi masalah banjir, sebelum banjir terutama setelah banjir, masalah
kesehatan lingkungan, masalah gizi, masalah obat-obat

Informan 4
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Bencana banjir itu sebetulnya..kan…suatu bencana alam yang sesungguhnya sebetulnya bisa
diantisipasi ya, em …apalagi menurut saya memang di wilayah kampung baru ini em …areal
yang terkena banjir khan dataran rendah, jadi menurut saya bisa diantisipasi..setidaknya
pemukiman tidak terlalu ditempat yang rendah tersebut, dan kebersihan lingkungan juga
harus… kan itu juga merupakan faktor untuk mencetuskannya gitu, jadi sebetulnya bencana
banjir sebetulnya bisa diantisipasi agar tidak menjadi bencana dimasyarakat itu…
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Pernah…Saya pernah mendengar dan memang dari Dinas Kesehatan juga memang ada tim
untuk itu…
Apa yang Ibu ketahui tentang kesiapsiagaan?
Saya tidak terlalu banyak sih ya em …mengetahui ya…, tapi yang pernah saya tahu…kan
ada tim emergensi dari dinas kesehatan …yang saya tahu juga ..yang salah satunya untuk
membantu dalam bencana banjir
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Dari tim emergensi di Dinas Kesehatan
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Saya ada dalam tim kesehatan dari Puskesmas Kampung Baru
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?
Insya Allah
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Ibu?
Ya, sebisanya saya sebagai dokter menerangkan juga kepada masyarakat bagaimana
mengantisipasi lingkungannya supaya bisa terhindar dari banjir ya dan supaya bisa
menghindari kondisi yang bisa memungkinkan terjadi banjir, setelah itu ya saya sebagai
medis bila terjadi banjir bisa bertindak sebagai apa, tim kesehatan kemudian ya…lebih
menyarankanlah bagaimana supaya masyarakat siap menghadapi banjir, dan bisa dengan
pola hidup yang baik, perilaku hidup bersih bersih bisa mencegah tidak terjadi banjir dan
menghindarinya…
6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Dari Puskesmas itu, tentu bisa diperoleh pengetahuan tentang hidup sehat, karena kan
dokternya juga slalu memberi informasi cara menjaga lingkungan agar tetap bersih,
sehingga bisa terhindar dari banjir

Universitas Sumatera Utara


b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Tentu menerangkan kepada tokoh-tokoh masyarakatnya em untuk tetap perduli dengan
lingkungan, kebersihan lingkungannya, membuang sampah pada tempatnya, …. kemudian
menghindari pemukiman tempat air… ya cara-cara seperti itulah, pembinaan kepada
kader-kader Posyandu…..itulah yang paling terdekat yang bisa dilakukan
c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Perlu
d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
Mengetahui ya…sejauh mana ya tingkat kesehatan itu…
Surveilans itu menilai keadaan penyakit aatau wilayah, surveilans secara umum,
tapi kaitannya terhadap banjir?
Ya, pernah dengan melihat apanya daerah pemukiman, faktor-faktor resiko yang
memungkinkan terkena penyakit…karena lingkungan yang kumuh ya, yang kurang
sanitasi udara bersih sehat…banyak yang terkena TBC
e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan diwilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Sebagian pernah didaerah Aur, itukan …soalnya dataran rendah, sekali ya….dekat sungai
f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Belum pernah
g. Apakah ada rambu-rambu bencana di kecamatan medan maimun?
Mungkin ada tapi saya belum pernah lihat
Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana?
Rambu-rambu bencana maksudnya kondisi begitu…
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini di
masyarakat mengenai bencana?
Nggak pernah
i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Tentu
j. Penyuluhan seperti apa yang telah Ibu berikan?
Setidaknya menerangkan tentang kebersihan lingkungan..ya membuang sampah pada
tempatnya, dan tidak bermukim didaerah yang rendah,. tempat aliran air …
k. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Perlu
l. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama?
Kelurahan…ya…
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Itu pemberdayaan masyarakat…bisa membentuk manusia-manusia yang mengerti
kesehatan ya, seperti apa ya …em… kader-kader Puskesmas, gitu…ya
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Menyiapkan para masyarakat, kader-kader yang bisa menerangkan kepada masyarakat
karena mereka yang dekat dengan masyarakat …

Universitas Sumatera Utara


c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, Polindes namun yang
berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah Poskesdes?
Kurang tahu…
Jika ada, UKBM tersebut perlukah memotivasi dan mendukung UKBM tersebut?
Perlu
d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu
e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Belum ada, tapi mungkin dari perawat mungkin ada…bagian emergensi
f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) diwilayah kerja Puskesmas Ibu?
Tidak ada
Jika memang ada, perlukah Ibu menggalang kemitraan dengan badan ini?
Perlu
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?
Tentulah
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga
menghadapi bencana banjir?
Menerangkan kepada sebuah keluarga itu, terutama orangtua ya, kan dia sebagai
pelindung keluarga tentang itu tadi lingkungan yang bersih tadi dan ya …siapsiaga
dengan kondisi lingkungannya …
8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Ya…
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Puskesmas kan milik masyarakat kalangan menengah kebawah ya, dari situ kan bisa
diketahui, bentuk kondisi kesehatan di masyarakat itu …
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir?
Harus siaplah ya baik sarananya, ya …motivasi kita juga …
c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan ditempat kerja Ibu?
SOP…disini belum pernah ada kondisi seperti itu
d. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Nggak ada pula …
e. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Perlu
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Inilah dari mulai P3Knya, alat-alat medisnya juga kan perlu seperti oksigen, tandunya,
bedah minornya saya rasa perlu bila ada koyak atau robek, belum lagi penanganan RJP
(resusisitasi jantung paru) nya, dan obat-obat medis
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu

Universitas Sumatera Utara


h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Perlulah
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Sebaiknya saya rasa …apalagi Puskesmas daerah rawan banjir…6 bulan sekali
i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu
j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencana banjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Penyuluhan saja…tentang lingkungan yang bersih disitu kuncinya, menghindari
pemukiman atau lingkungan tempat air yang rendah, dan pengobatan bila ada dampak
penyakit dari banjir tadi…pengobatan bila ada sakit yang terjadi akibat banjir…masalah
kesiapan, ya … dari fisik mental…

Informan 5
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Bapak, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Untuk di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru sering terjadi banjir, karena di wilayah ini
ada sungai dimana tempat tinggal masyarakat didaerah situ…. terutama di daerah Kampung
Aur, Sei Mati
2. Apakah Bapak pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Ada dengar
Apa yang Bapak ketahui tentang kesiapsiagaan?
Tentang kesiapsiagaan itu … di Puskesmas sendiri ada program namanya emergensi, itu
petugasnya apabila ada kejadian banjir atau kebakaran sudah disiapsiagakan langsung terjun
ke lapangan
3. Darimanakah Bapak memperoleh informasi tersebut?
Melalui, ya sekarang ini kan sudah ada hp…kan ketika ada kejadian bencana ya hubungi
petugas emergensi, ya sayapun sering ditelepon, untuk datang ke tempat kejadian
Kalau arti kesiapsiagaan?
Dari bagian emergensi…dari situ saja
4. Apa peran Bapak dalam kejadian bencana banjir 2011?
Tahun 2011, kebetulan saya ikut bagian dari petugas medis untuk turun ke lapangan untuk
bencana itu juga, untuk mengobati korban-korban luka… bagian merawat
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Bapak terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir ditempat kerja Bapak?
Ya, mau nggak mau kita harus terlibat siap untuk menghadapi bencana…karena petugasnya
sudah dengan Kepala Puskesmas harus siap, karena sudah dibuat daftar piket jika terjadi
bencana untuk seluruh pegawai
Apa saja tugas yang Bapak lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Bapak?
Persiapan tugas saya…sebelum terjadi bencana…karena saya bukan bagian emergensi…jadi
persiapan tidak ada, itu sudah ada petugasnya

Universitas Sumatera Utara


6. a. Apa Bapak pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Pernah mendengar…pernah
Apa yang Bapak ketahui tentang hal itu?
Ya…Puskesmas itu sendiri kan Pusat Kesehatan Masyarakat… jadi dia ujung tombak
dari kesehatan masyarakat itu sendiri.. jadi termasuklah pusat untuk wawasan kesehatan
masyarakat …karena dia ujung tombak kesehatan masyarakat itu sendiri
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Yaitu, supaya jika terjadi banjir cepat ditanggulangi sehingga tidak ada terjadinya korban-
korban, terlokalisir
c. Apakah Bapak perlu melakukan surveilans kesehatan?
Perlu
d. Apa saja yang sudah Bapak lakukan dalam surveilans kesehatan?
Selama ini untuk sampai sekarang saya belum ada
e. Apa saja yang sudah Bapak lakukan dalam menilai tatanan diwilayah kerja Bapak
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Tidak pernah, bukan koridornya
f. Apa saja yang sudah bapak lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Belum ada, kebetulan bukan program saya, jadi saya tidak apa kali …
g. Apa saja yang sudah Bapak lakukan dalam memantau sistem peringatan dini di
masyarakat mengenai bencana?
Disini nggak ada pula … baru pernah dengar…
Jadi kalau ada informasi tentang banjir?
Secara dari mulut ke mulut…air naik…air naik
h. Apakah Bapak perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Sangat perlu
i. Penyuluhan seperti apa yang telah Bapak berikan?
Belum
j. Apakah Bapak perlu bekerjasama dengan pihak diluar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Ya, perlu
k. Dengan pihak manakah Bapak telah bekerjasama?
Pihak-pihak lintas sektoral seperti inilah, pihak kepala lingkungan, kelurahan, kecamatan
7. a. Apakah Bapak pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Pernah
Apa yang Bapak ketahui tentang hal itu?
Ya, kurang mengerti juga
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Fungsi pemberdayaan itu, …belum ada
c. Menurut Bapak, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Posyandu, Poskesdes?
Nice… masalah gizi,… , posyandu kader-kadernya aktif kalau ada bencana
Apakah Bapak perlu memotivasi dan mendukung UKBM tersebut?
Perlu sekali

Universitas Sumatera Utara


d. Apa saja yang sudah Bapak lakukan untuk memotivasi dan mendukung upaya
kesehatan berbasis masyarakat dalam rangka siapsiaga menghadapi bencana?
Belum
e. Apakah Bapak perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu sih, Cuma posisi saya …nggak disitu
f. Pelatihan apa saja yang sudah Bapak lakukan dalam melatih masyarakat atau
kader untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Belum pernah
g. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Bapak?
Nggak ada
Kalau memang ada, perlukah Bapak menggalang kemitraan dengan badan ini?
Perlu
h. Apa Bapak perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencana banjir di dalam wilayah kerja Puskesmas?
Perlu
i. Apa saja yang sudah Bapak lakukan dalam memberdayakan keluarga agar
siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Sampai saat ini belum ada
8. a. Apakah Bapak pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Pernah
Apa yang Bapak ketahui tentang hal itu?
Ya, Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan yang pertama, dimana pelayanannya
juga terbatas, kalau pelayanan tidak sanggup dilaksanakan di Puskesmas dikirim
kerumah sakit
b. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan ditempat kerja Bapak?
Ada
c. Jika ada, apakah Bapak terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Tidak
d. Jika ada, Apakah Bapak perlu menjalan SOP tersebut?
Perlu
e. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Kalau untuk obat sendiri sih…obat antibiotik, analgesik, dan biasanya kan kalau banjir
kan obat diare, alat-alat untuk luka, alatnya tensi, oksigen
f. Apakah Bapak perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu
g. Menurut Bapak, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Oh, sangat perlu
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Kalau bisa, maunya sebulan sekali

Universitas Sumatera Utara


h. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu
i. Apa saja yang Bapak sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencana banjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Ya, paling hanya sekedar cerita-cerita saja … untuk penyuluhan… cerita tentang banjir
itu sendiri…ya paling pemberitahuan kalau bisa kalau rumahnya dibantaran sungai yang
rawan banjir … kalau bisa pindah

Informan 6
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Pernah kejadian banjir itu…kayakmana ya 2011…nggak berapa kali Bu…biasa-biasa
saja…bisa kami tanggulangi,…terjadi karena hujan, air dari hulu itu yang membuat
banjir…kadang-kadang tidak hujan…naik air dari hulu…banjir, kadang-kadang sederas
apapun hujan tidak banjir, … kadang-kadang yang membuat, sampah orang dari luar buang
sampah kesungai, bila ditegur pergi saja begitu…Kelurahan yang banyak kampung Aur
dekat waspada dan Kampung Baru gang pelita 2 …ketinggian air paling tinggi setinggi
atap…3-4 meter ditempat rendah…
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang kesiapsiagaan?
Kesiapsiagaan kita harus siap dengan pengobatan, tenaga medis, dan posko
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Dari buku, kadang dari rapat emergensi
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Peran kita…eh…sebagai perawat emergensi
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?
Mudah-mudahan, seandainya kitapun dah pensiun… seperti sukarelawan
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Ibu?
Persiapan mengobati dan menolong masyarakat…, Kita kan ada ambulans, makanya saya
bilang sama Ibu dokter… kalau bisa kan dinilai ambulans, ambulans kita lengkapi semua
seperti oksigen, tensi …, ambulans disini dibawa Ibu dokter…ambulans ada oksigen,
tensimeter, obat-obatan…kalau ada pasien parah dirujuk ke RS, tidak pernah menggunakan
oksigen di Puskesmas
6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Berwawasan kesehatan …ya ada dokter, ada perawat dan ada pengobatan …
b. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Perlu

Universitas Sumatera Utara


c. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
Seperti ISPA, seperti diare, yak an…itukan termasuk dengan surveilans DBD, tapi lebih
apa ya..ISPA dan diare
d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan di wilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Ehm, kalau bisa seperti kalau sekolah harus pindah, sekolah ada disungai mati ada dua
tingkat, kalau bisa pindah dari situ …Lingkungan daerah sungai mati itu agak rendah,
dan masyarakat kurang bersih, dah kami bicarakan dengan kepling agar lingkungan
bersih
e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Inilah didaerah Kampung Aur, Sungai Mati …peta belum ada tapi dikelurahan nggak
tahulah… didinas kesehatan sepertinya ada…saya tidak terlibat dalam pembuatan peta,
pernah peta DBD
f. Apakah ada rambu-rambu bencana di kecamatan medan maimun?
Eh …. Nggak ada
Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana?
Rambu bencana itu tanda awas hati-hati, rawan bencana , rawan banjir
g. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini di
masyarakat mengenai bencana?
Dengan kelurahan …kepling dulu …kayak seperti apa kalau ada bencana kita beritahu
kepling …kita siapsiaga…kita mendapat informasi dari kepling lewat telepon, maka 24
jam telepon tidak pernah mati
h. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Perlu
i. Penyuluhan seperti apa yang telah Ibu berikan?
Seperti kebersihan, maksudnya lingkungan harus kita bersihkan, lingkungan dalam
menghadapi banjir
j. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Sepertinya perlu
k. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama?
Kantor-kantor yang dekat dengan banjir…ada kantor pengacara dekat daerah banjir…,
kantor kecamatan, kelurahan ya
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Apa ya …
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Ya, kadang-kadang masyarakat ini ada juga dia membantu seperti dalam pengobatan,
seperti itulah dari LSM, kayak seperti organisasi-organisasi, jadi kita seperti orang itu
kita bekerjasama…kita harus disitu jangan ditinggalkan karena ini kan wilayah kita
c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, Polindes?
Disini apa ya...posyandu…pos kesehatan desa kayaknya nggak ada…, posyandu yang
membina Puskesmas, posyandu ikut terlibat dalam menghadapi bencana

Universitas Sumatera Utara


Jika ada, UKBM tersebut perlukah memotivasi dan mendukung UKBM tersebut?
Perlu, Kan itu mendukung, kita arahkan mereka siap menghadapi banjir
d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu juga
e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Sebenarnya, belum pernah kita apain, kebakaran ya tapi banjir belum, kebakaran dari
badan ….kami ikut saja
f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Ibu?
Ada
Jika memang ada, perlukah Ibu menggalang kemitraan dengan badan ini?
Ya, kalau bagus, ya perlu
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir di dalam wilayah kerja Puskesmas?
Perlu
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga
menghadapi bencana banjir?
Ya, siap siaga menghadapi banjir
8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Pelayanan apalah ya…pelayanan yang pertama yang melayani masyarakat
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir?
Apalah ya …pengobatan, trus penyuluhan …untuk emergensi kalau ada-ada, kalau nggak
ada ya nggak ada
c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan ditempat kerja Ibu?
Saya rasa nggak ada
d. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Nggak ada
e. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Nggak usahlah Bu langsung aja kita tangani, sebenarnya harus, tapi nggak ada…
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Oksigennya harus ada, pokoknya pengobatannnya harus ada, alat-alat hecting, infuse,
kalau masalah infuse jarang, kalau masalah darurat banyak kita rujuk…pernah dulu
terjadi …dipuskesmas mana terjadi disekolah mana mencret…maka disediakan
cairan…kalau banjir tidak ada yang perlu cairan tapi luka, sesak ada
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Perlu

Universitas Sumatera Utara


h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Perlu
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Kalau bisa sih pelatihan itu jangan sebulan sekali, tapi tiga bulan sekali, regular, karena
ornagtua banyak lupa …saya pelatihan PPGD tahun 2008 atau 2009 lupa saya …
i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu
j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Kita mengasihi penyuluhan masalah banjir, kita bekerja sama dengan masyarakat dan
kelurahan, tentang kebersihan lingkungan, pokoknya bekerjasamalah …kadang
masyarakat tidak mau tahu, tidak ada bekerjasama…itu yang kita apakan supaya mau
bekerjasama…

Informan 7
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Banjir itu kan bencana kiriman, kiriman dari gunung, bukan dari sini…karena selalu medan
maimun banjir kiriman, setiap tahun kiriman…bukan banjir yang tiba-tiba begitu
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang kesiapsiagaan?
Siaga, itu P3K, untuk mengantispasi banjir, kalau ada luka
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Dari dinas
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Mengadakan obat
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?
Ya, terlibat terus, kalau ada banjir ya terlibat
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir
ditempat kerja Ibu?
Mengamprahkan obat dari gudang, dan diantar ke lokasi banjir…ya sigap trus
6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Ya, kita ya meladeni masyarakat semaksimal mungkin
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Itu pertolongan pertama itu saja
c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Nggak

Universitas Sumatera Utara


d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan\ dalam surveilans kesehatan?
Tidak ada

e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan di wilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Nggak pernah
f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Nggak pernah
g. Apakah ada rambu-rambu bencana di kecamatan medan maimun?
Nggak ada
Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana?
Nggak tahu, kalau ada bencana dokter
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini
dimasyarakat mengenai bencana?
Nggak pernah
i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Kalau saya ggak perlu
j. Penyuluhan seperti apa yang telah Ibu berikan?
Nggak ada
k. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Perlu
l. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama?
Ya, LSM, masyarakat, kelurahan, camat
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Apa ya, kesejahteraan masyarakat supaya sehat tidak sakit
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Nggak tahu, karena tidak turun lansung
c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, Polindes?
Ya, nggak ngerti…saya yang saya tahu obat saja
Jika ada, UKBM tersebut perlukah memotivasi dan mendukung UKBM tersebut?
Perlu
d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Nggak ada, karena bukan bagian saya, saya hanya obat saja
e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Perlu, namun belum pernah

Universitas Sumatera Utara


f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Ibu?
Nggak ada
Jika memang ada, perlukah Ibu menggalang kemitraan dengan badan ini?
Ya, perlu
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?
Perlulah
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga
menghadapi bencana banjir?
Tidak
8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir?
Nggak tahu
c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan di tempat kerja Ibu?
Ya mungkin ada, saya nggak tahu soal-soal itu
d. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Mungkin …
e. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Ya, mungkin juga
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Ya, paling obat itu obat P3K, obat gembung, obat demam,obat batuk, obat mencret, alat-
alat bukan saya …biasanya untuk banjir tidak ada infuse, kalau terlalu parah dirujuk
kerumah sakit nggak ditangani di Puskesmas
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Seharusnya perlu, tapi tidak pernah dilibatkan semua sudah diatur diatas
h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Perlu
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Ya, setidaknya idealnya 3 tahun sekali
i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlulah
j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Nggaklah, bukan bagian saya, kalau saya pribadi tidak ada…karena saya bagian
pengadaan obat

Universitas Sumatera Utara


Informan 8
No. Hasil Wawancara
1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?
Ya …kalau menurut saya banjir itu kan sangat eh ini…harus perlu pertolongan yang siaga
karena kalau tidak ditolongkan mereka ini susah…kalau banjir ditempat kami, kalau kami
dari Puskesmas slalu segera turun kalau ada informasi banjir , disitu kami mengadakan
posko memberikan misalnya pengobatan, misalnya anak-anak balita yang ini seperti saya
bagian gizi, apa yang adalah dari dinas kesehatan, misalnya pemberian PMT, atau apa yang
bisa diberikan, sesuai apa yang ada di Dinas kesehatan
2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
dalam menghadapi bencana banjir?
Ya, pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang kesiapsiagaan?
Yang saya ketahui itu, ehm …sebagai petugas kesehatan harus siap dengan segera turun
menanggulanginya dan memberikan pertolongan
3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?
Kami memperoleh informasi dari kelurahan, karena kami bekerjasama dengan kelurahan dan
dari masyarakat yang setempat diwilayah kerja kami
4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?
Seperti saya katakan tadi, sayakan sebagai petugas gizi ,yaitu sasaran saya anak balita
dibawah 5 tahun yaitu dalam pemberian PMT
5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di tempat kerja Ibu?
Eh…kemungkinan besar…karena kebetulan disini tenaga pelaksana gizi ditempat ini cuma 1
diKecamatan medan maimun
Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir di
tempat kerja Ibu?
Persiapan yang saya lakukan, yaitu mendata khusus anak balita yang mulai umur 0-5 tahun,
dan memantau perkembangan anak tersebut dalam persiapan …
6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan?
Belum
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Tidak tahu…
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Ya, salah satunya fungsi puskesmas itu adalah memberikan pelayanan dalam hal
pengobatan
c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan?
Perlu juga, khususnya kalau seperti saya bagian gizi
d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?
Yaitu, surveilans gizi, memantau berat badan anak berdasarkan umur dan tinggi badan,
khususnya anak yang berat badan berkurang, dibawah garis merah
e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan diwilayah kerja Ibu
beresiko atau tidak beresiko banjir?
Tidak pernah
f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir
diwilayah kerja Ibu?
Pemetaan, saya tidak pernah
g. Apakah ada rambu-rambu bencana disini?
Rambu-rambu bencana saya rasa, yang saya tahu tidak ada

Universitas Sumatera Utara


Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana yang ada?
Makanya saya bilang, saya tidak tahu
h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini
dimasyarakat mengenai bencana?
Maksudnya, …tidak tahu, kalau ada banjir diberitahu kepala puskesmas
berkesinambungan ke stafnya
i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar
siapsiaga menghadapi banjir?
Kalau saya sendiri, karena itu bukan bagian saya, tidak perlu
j. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?
Tidak perlu, karena bukan bagian saya
7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Fungsi puskesmas sebagai pemberdayaan masyarakat, karena kita ketahui bahwa
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kepada masyarakat
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir di Puskesmas?
Persiapan ya, nggak tahu
c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat
mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, Polindes?
Ya, kalau biasanya kalau terjadi bencana seperti posyandu, salah satu petugas seperti
kader ikut terlibat dalam bencana
Jika ada, UKBM tersebut perlukah memotivasi dan mendukung UKBM tersebut?
Ya, kalau misalnya sekarang ini nggak…tapi kalau sudah ada bencana sebagai petugas
posko iya …karena ada kami petugas kami Ibu Endang khusus bagian gawat darurat,
bagian dia yang menjurus
d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang
dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?
Menurut saya tidak perlu, karena bukan bagian saya
e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader
untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?
Kalau kader gizi , kalau saya kan hanya sasaran balita diposyandu…khususnya anak
yang gizi kurang, gizi buruk dan ibu hamil, ibu menyusui, kalau untuk masalah ini,
nggak…karena kami ada bagian khusus
f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BP (Badan Penyantun Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Ibu?
Saya rasa tidak ada
Jika memang ada, perlukah Ibu menggalang kemitraan dengan badan ini?
Saya rasa tidak perlu karena bukan wewenang saya
g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi
bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?
Kalau saya sendiri, tidak perlu, karena itu bukan khusus bagian saya …tapi kalau sudah
terjadi banjir kami ikut sertakan untuk posko begitu

Universitas Sumatera Utara


8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama?
Pernah
Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?
Strata pertama, contohnya bagaimana …Saya pikir posyandu, kalau posyandu saya tahu,
posyandu ada pratama,madya, utama…tapi ini tidak tahu
b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan
menghadapi bencana banjir?
Pengobatan, salah satu di puskesmas pemberian pengobatan
c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan
rujukan ditempat kerja Ibu?
Ya, mungkin ada coba bagian yang bersangkutan yang memberitahu
d. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut?
Saya rasa tidak perlu, bukan bagian saya
e. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut?
Tidak ada, bukan bagian saya
f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar
penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?
Obat-obat emergensi, kalau banjir, obat diare, sesuai keadaan masyarakat,peralatan …
tensi, obat-obatan, pemberian sembako, kalau bagian saya seperti pemberian bubur bayi,
PMT
g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan
perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir?
Karena ini bukan berhubungan dengan saya, saya rasa tidak perlu, kalau sarana prasarana
ya kalau dibutuhkan boleh juga
h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?
Menurut saya sangat perlu, agar kita lebih tahu penanganan yang lebih baik lagi
Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?
Menurut saya, dua kali pelatihan…pertama misalnya bagaimana pertolongan pertama
penanganan banjir kedua dalam bencana lain, kadang disini kanada bencana
kebakaran,kan bencana ini kan beragam-ragam, namanya ilmu berubah-ubah kalau bisa
satu tahun sekali
i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi
bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut
diwaktu akan datang?
Perlu
j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir
dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan
datang?
Eh…sebenarnya kalau diwaktu mendatang, paling kita penyuluhan saja, khususnya
mereka yang dibantaran sungai, supaya mereka kalau air mau naik supaya mereka
siapsiaga, supaya kalau naik air supaya mereka cepat mengungsi
Masyarakat kita ini kadang sudah sakit tidak mau berobat…padahal sudah berobat gratis
…jamkesmas tidak mau datang…yaitulah kalau saya bagian gizi supaya perkembangan
anaknya dipantau

Universitas Sumatera Utara

You might also like