Ringkasan Jurnal

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Ringkasan Jurnal

Penilaian otentik: Evaluasi dan penerapannya dalam pembelajaran sains

Kurikulum pada dasarnya dituntut untuk berubah sesuai dengan pergantian abad. Dalam
hubungan untuk permintaan, kurikulum baru menghadapi tantangan untuk mewujudkan
implementasinya dengan menargetkan tiga elemen kunci keberhasilan. Tiga elemen kunci
keberhasilan adalah siswa, guru, dan materi (Sparapani, Callejo Perez, Gould, Hillman, &
Clark, 2014). Dengan demikian, elemen kunci kesuksesan ini menjadi bahan evaluasi. Oleh
karena itu, sebelum diterapkannya kurikulum baru, kurikulum lama atau kurikulum
sebelumnya harus dievaluasi terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik
untuk kebijakan implementasi kurikulum baru. Alasannya adalah bahwa implementasi
kurikulum harus seimbang dengan kapasitas dan kesiapan para pelaksana kurikulum yaitu:
guru, siswa dan kepala sekolah karena orang-orang ini memegang fungsi langsung dari
implementasi kurikulum. Sebuah contoh yang baik atas situasi seperti itu diberikan oleh
implementasi Kurikulum 2013. Penerapan kurikulum baru telah membawa beberapa dampak
bagi penilaian mata pelajaran, termasuk IPA untuk SLTP. salah satu dari dampak yang
mungkin dapat ditelusuri di Kabupaten Kulon Progo, yang meliputi perencanaan kurikulum,
pelaksanaan dan evaluasi. Kurikulum 2013 menekankan bahwa guru harus menerapkan
penilaian otentik dalam proses belajar. Penilaian autentik dalam Kurikulum 2013 ini mengacu
pada Peraturan Menteri Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Menurut (Kunandar, 2013, hlm. 35-36), penilaian
autentik mengacu pada kegiatan berkumpul data yang memberikan gambaran tentang
perkembangan peserta didik, baik dari segi proses maupun hasil, melalui instrumen penilaian.
Penilaian Otentik IPA pada jenjang SMP sederajat Kabupaten Kulon Progo sebenarnya bisa
ditelusuri dengan melakukan penelitian evaluasi. Sekolah rintisan yang telah menerapkan
Kurikulum 2013 selama tiga semester berturut-turut wajib tetap menerapkan Kurikulum
2013. Hasil Implementasi Kurikulum 2013 nantinya akan dievaluasi dengan menggunakan
Penilaian Otentik IPA dengan standar penilaian untuk materi “Panas dan Perpindahannya”.
Dalam evaluasi ini, Model CIPP akan diadopsi.

Penilaian autentik perlu dilakukan karena menawarkan manfaat yang luas. Ciri-ciri penilaian
autentik adalah: (1) memiliki relevansi dengan dunia nyata; (2) mendorong siswa untuk
mengembangkan hubungan yang relevan dengan tugas dunia nyata; (3) memberikan tugas-
tugas kompleks secara terus menerus; (4) mengamati tugas perspektif yang berbeda; (5)
menampilkan refleksi diri; (6) menampilkan kerja tim; (7) mengejar karya seni yang
bermakna; dan (8) menghasilkan paradigma pemecahan masalah yang kompetitif (Basuki &
Hariyanto, 2014, hlm. 170). Penilaian autentik akan melahirkan mahasiswa yang aktif,
inovatif, sosialis, dan ilmiah.

Penilaian otentik harus dilakukan secara komprehensif untuk menilai input, proses dan output
dari proses pembelajaran. Dengan demikian, penilaian menjadi perkembangan mendasar
ketika guru dan siswa menggunakan informasi dari penilaian sebagai informasi pengajaran
dan pembaruan proses pembelajaran. Kemudian, penilaian secara umum dapat
menggambarkan tes di akhir bab, dalam hubungan semester, dalam pengukuran keterampilan
sehari-hari dan dalam komposisi hubungan laboratorium akhir (Atkin, Black, & Coffey,
2001; Dewan Riset Nasional, 2001). Oleh karena itu penilaian akan mencakup keseluruhan
proses yang dialami siswa dan akan diakhiri dengan komunikasi atas hasil penilaian yang
telah dilakukan.

Menurut Kunandar (2013, hlm. 42), komponen yang harus diperhatikan dalam melakukan
penilaian autentik terdiri dari tiga aspek. Aspek pertama adalah otentik dari segi instrumen,
artinya instrumen penilaian otentik harus bervariasi. Instrumen yang bervariasi dapat berupa
tes tertulis, tes lisan, tes proyek dan tes kinerja. Kemudian aspek yang kedua adalah autentik
dalam hal pengukuran, artinya instrumen penilaian autentik harus mengukur hasil belajar
berdasarkan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Last but not least, aspek ketiga
atau terakhir adalah otentik dari segi kondisi, artinya instrumen penilaian otentik harus
mengawasi input, proses dan output.

Selanjutnya, penilaian autentik harus berkelanjutan atau mencakup keseluruhan pelaksanaan


kegiatan penilaian. Penilaian autentik dirancang untuk menyertai

penilaian tes standar; Dengan demikian, penilaian otentik oleh guru dilakukan untuk
melengkapi tes standar yang ada (Pantiwati, 2013). Akibatnya, penilaian otentik mungkin
mencakup tes standar, tugas dan proyek selama proses pembelajaran. Penilaian otentik
memastikan bahwa semua siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan apa yang mereka
mampu sementara guru memiliki informasi yang diperlukan untuk menetapkan penilaian
yang seimbang dan adil untuk setiap siswa. Dengan kata lain, penilaian autentik mampu
memfasilitasi keseluruhan kebutuhan siswa dalam perkembangannya dan dapat dirangkum
dalam penilaian portofolio. Penilaian portofolio memberikan respon bahwa siswa mampu
memahami tujuan pembelajaran dan memperluas cakrawala belajar mereka (Merilia,
Fajaruddin, & Arbain, 2019; Nezakatgoo, 2011).

Seperti yang telah disiratkan, penilaian autentik meliputi tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014), aspek penilaian sikap dapat terdiri dari
observasi, penilaian diri, penilaian sejawat dan jurnal sedangkan aspek penilaian pengetahuan
dapat terdiri dari tes tertulis, lisan tes dan tugas; sama, aspek penilaian keterampilan mungkin
terdiri dari praktek, proyek dan portofolio. Berkaitan dengan apa yang disebut penilaian
autentik, (Lukum, 2015, hlm. 64) mendefinisikan bahwa IPA mengandung proses ilmiah
yang empiris, sistematis, dan logis, disertai sikap ingin tahu, menghargai bukti, sabar, kritis,
gigih, kreatif, dan inovatif. Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu proses yang harus dipelajari
secara ilmiah melalui berbagai metode dan model dalam bentuk fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori.

Hasil evaluasi pembelajaran diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai bahan
pertimbangan untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA dalam merespon
kebijakan perubahan kurikulum. Bagi sekolah, diharapkan hasil studi evaluasi ini dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi proses pembelajaran dan juga dapat memberikan
beberapa masukan untuk implementasi Kurikulum 2013 di masa yang akan datang. Selain itu,
hasil kajian tersebut juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan
sebagai bahan pertimbangan untuk menanggulangi polemik perubahan kurikulum yang telah
merebak di masyarakat sehingga terjadi persiapan yang lebih baik dalam implementasi
Kurikulum 2013 Terakhir, bagi peneliti diharapkan hasil kajian evaluasi ini dapat menjadi
tinjauan konseptual dalam menjawab permasalahan terkait kurikulum di balik proses
pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013 sehingga hasil evaluasi dapat bermanfaat sebagai
acuan bagi pelaksanaan penelitian dan pengembangan di masa yang akan datang.

IPA pada hakikatnya harus memiliki dimensi untuk membuka paradigma siswa terhadap
investigasi dan perluasan pengetahuan sehingga terjadi interaksi antara aspek sosial dan
aspek teknologi dalam diri siswa (Chiappetta & Koballa, 2010, p. 105). Dalam hal ini IPA
mengembangkan proses ilmiah untuk membentuk pemikiran ilmiah siswa sehingga perlu ada
teknik penilaian khusus dalam mengukur hakikat IPA. Selanjutnya, penilaian yang telah
berlangsung hendaknya merupakan kegiatan yang terintegrasi ke dalam proses belajar
mengajar. Guru harus menilai setiap proses yang dialami siswa (Chiappetta & Koballa, 2010,
p. 6). Oleh karena itu, penilaian IPA tidak berlangsung di akhir proses pembelajaran tetapi
juga selama proses pembelajaran. Dalam konteks Kurikulum 2013, teknik penilaian yang
harus diterapkan adalah penilaian otentik. Penilaian autentik menerapkan konsep dan teori
yang dimiliki siswa dengan keterampilan dan kapasitas yang dapat diamati secara langsung
(Andayani & Mardapi, 2012, hlm. 166-167). Penilaian pembelajaran IPA semacam ini lebih
menekankan pada keterampilan siswa yang telah aktif dalam setiap proses pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi program. Program yang dievaluasi dalam
penelitian ini adalah program penilaian IPA dalam Kurikulum 2013. Kemudian, teknik yang
dimiliki yang diadopsi dalam melakukan penelitian adalah teknik deskriptif kualitatif dan
teknik deskriptif kuantitatif. Evaluasi sendiri dilakukan terhadap SMP yang tergabung dalam
pilot project implementasi Kurikulum 2013 se-Kabupaten Kulon Progo. Di SMP tersebut
objek yang dipelajari adalah proses pembelajaran IPA Kurikulum 2013 Kelas VII. Evaluasi
ini berlangsung selama kurang lebih tiga bulan pada akhir semester genap. Populasi dalam
penelitian ini adalah guru dan siswa SLTP yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Untuk
guru, guru yang dievaluasi adalah guru IPA yang mengajar di kelas VII. Oleh karena itu,
secara otomatis siswa yang telah diberikan evaluasi adalah siswa kelas VII. Sampel siswa
kelas VII dibagi menjadi dua kelompok dengan teknik purposive sampling. Ruang kelas yang
telah diajar oleh guru-guru terpilih dipilih sebagai ruang kelas yang proses pembelajarannya
harus diamati. Guru yang terpilih kemudian harus memilih dua ruang kelas sebagai sampel
untuk pelaksanaan penelitian berdasarkan pertimbangan mereka.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah informasi lisan berupa fakta,
pemberitahuan tertulis dan angka-angka yang mendukung proposisi permasalahan di balik
penerapan penilaian otentik IPA dalam Kurikulum 2013 di seluruh Kabupaten Kulon Progo.
Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang harus dilakukan adalah studi dokumentasi,
angket, observasi dan wawancara. Selain itu, triangulasi data juga harus dilakukan untuk
memastikan tidak terjadi tumpang tindih data sehingga akurasi analisis data dapat
dipertahankan dengan menggunakan ketiga teknik pengumpulan data yang telah diterapkan.
Selain itu, pedoman instrumen angket siswa juga telah dirancang. Kuesioner siswa
disebarkan dalam rangka menjaring data tentang proses pelaksanaan penilaian autentik.
Kuesioner siswa itu sendiri terdiri dari 23 item dan dapat dikonsultasikan.

You might also like