Professional Documents
Culture Documents
Penugasan 2, Kesadaran Dan Kedewasaan
Penugasan 2, Kesadaran Dan Kedewasaan
Penugasan 2, Kesadaran Dan Kedewasaan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Rivan Dwi Arianto (208110166)
Kelas 1 D
Kesadaran dan Kedewasaan
Kesadaran
Kesadaran menurut KBBI adalah keinsafan, keadaan mengerti dan hal
yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Secara harfiah, kesadaran sama
artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai
kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus
internal maupun stimulus eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam
persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu
sehingga akhirnya perhatiannya terpusat.
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif
melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan
integrasi . Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia
berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perseptual
(pemahaman), dan konseptual (pengertian).
Kesadaran diri merupakan kondisi dari hasil proses mengenai motivasi,
pilihan dan kepribadian yang berpengaruh terhadap penilaian, keputusan, dan
interaksi dengan orang lain.
Kesadaran beragama adalah rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan,
keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan yang terorganisasi dalam sikap
mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga
manusia maka kesadaran beragama pun mencakup aspek-aspek kognitif dan
psikomotorik. Dalam Canbridge International Dictionary Of English (1995) ada
sejumlah definisi tentang kesadaran. Kesadaran diartikan sebagai kondisi
terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi ( the condition of being
awake or able to understand what is happening).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran baragama
merupakan sesuatu yang terasa, dapat diuji melalui introspeksi dan
keterdekatan dengan sesuatu yang lebih tinggi dari segalanya, yaitu Tuhan.
Kesadaran beragama merupakan dasar dan arah dari kesiapan seseorang
mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan, dan penyesuaian diri terhadap
rangsangan yang datang dari luar. Kesadaran akan norma-norma agama berarti
individu menghayati, menginternalisasi, dan mengintegrasikan norma tersebut
kedalam diri pribadinya. Penggambaran tentang kemantapan kesadaran
beragama atau religius tidak dapat terlepas dari kriteria kematangan
kepribadian. Kesadaran beragama yang mantap hanya terdapat pada orang
yang memiliki kepribadian yang matang, akan tetapi kepribadian yang matang
belum tentu disertai dengan kesadaran beragama yang mantap.
Kedewasaan
Dalam psikologi , kedewasaan adalah kemampuan untuk
merespon lingkungan dengan menyadari waktu dan lokasi yang tepat
untuk berperilaku dan mengetahui kapan harus bertindak, sesuai
dengan keadaan dan budaya masyarakat tempat seseorang tinggal.
Perkembangan orang dewasa dan teori kedewasaan mencakup konsep
tujuan dalam hidup, dimana kedewasaan menekankan pada
pemahaman yang jelas tentang tujuan hidup, arah, dan intensionalitas,
yang berkontribusi pada perasaan bahwa hidup itu bermakna.
Status kedewasaan dibedakan dengan pergeseran dari
ketergantungan pada perwalian dan pengawasan orang dewasa dalam
tindakan pengambilan keputusan. Kedewasaan memiliki definisi yang
berbeda dalam konteks hukum, sosial, agama, politik, seksual,
emosional, dan intelektual. Usia atau kualitas yang ditetapkan untuk
masing-masing konteks ini terkait dengan indikator kemandirian yang
signifikan secara budaya yang sering kali bervariasi sebagai akibat dari
sentimen sosial.
Berbicara tentang kedewasaan beragama penuh dengan asumsi
dan pandangan, karena keimanan dan kedekatan dengan Tuhan sangat
tidak dapat diukur secara ilmiah. Kitahanya dapat mengamati kehidupan
beragama melalui perilaku yang nampak sebagai pernyataan dari
kehidupan seseorang. Makna kedewasan beragama dalam tulisan ini
yaitu rasa keagamaan, pengalaman keTuhanan, keimanan, sikap dan
perilaku keagamaan terbentuk dalam sistem mental dan kepribadian.
Dengan melihat hal diatas,maka sikap kedewasaan beragama
memilikidan menerima agama sebagaimana adanya, bukan karena
ikutikutan. Artinya jika seseorang memiliki agama bukan karena generasi
orang tua, tetapi rasa sifat beragama bersifat murni bukan paksaan atau
untuk menyenangkan hati orang tua. Dimana pada kenyataan jika anak
tidak mengikuti ajaran agama orang tua mengakibatkan hubungan yang
tidak harmonis atau perpecahan. Maka inilah yang dikatakan sifat
kedewasaan beragama, dimana dalam menjalankan tidak ada unsur
paksaan, tetapi sudah bersifat dewasa dan bertanggungjawab.
Selain itu, sifat kedewasaan beragama dari hal diatas bahwa
ajaran agama dapat diaplikasikan dalam hidup melalui tingkah laku.
Artinya seseorang tersebut tidak hanya sebagai pendengar dalam ajaran
agama, melakukan ajaran agama bedasarkan apa yang dilakukan orang
lain (merupakan tradisi), dan menganggap agama hanya merupakan
gaya hidup agar memiliki prestise. Ketiga sikap ini bukan sikap dalam
kedewasaan beragama, karena ketiga sikap ini tidak membuahkan
ajaran agama. Menganggap ajaran agama hanya bersifat teori-teori
belaka, tidak mampu mewujudkannya pada tingkah laku hidup.
Kemampuan mewujudkan tingkah laku berdasarkan ajaran agama inilah
makna dari sifat kedewasaan beragama. Artinya dalam mewujudkan
tingkah laku tidak ada unsur negatif seperti sifat munafik agar
baik/bagus dilihat orang.
Hal yang lebih menarik adalah menganggap agama untuk
menunjukan identitas diri, karena jika seseorang tidak memiliki identitas
diri maka sangat sulit untuk melakukan aktivitas hidup, tidak ada
pengakuan terhadap diri sendiri, dan sangat sulit untuk berinteraksi
dengan masyarakat. Untuk itu, agar tidak ada hambatan dalam
melakukan aktivitas hidup identitas hidup sangatlah diperlukan. Maka
salah satu untuk memperoleh identitas hidup adalah melalui agama,
dimana jika telah memiliki agama maka identitas diri dapat diperoleh.