Professional Documents
Culture Documents
LP CKS Minggu 3
LP CKS Minggu 3
LP CKS Minggu 3
SINGARAJA – BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
Program Studi : S1 Keperawatan, D3 Kebidanan dan Profesi Ners, TERAKREDITASI
Office : Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Bungkulan Singaraja – Bali Telp. (0362) 3435034, Fax (0362)
3435033
Web : stikesbuleleng.ac.id email : stikesbuleleng@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh:
21089142020
2021
2. Etiologi
Menurut Ginsberg (2007), cedera kepala disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, jatuh, trauma benda tumpul, kecelakaan kerja,
kecelakaan rumah tangga, kecelakaan olahraga, trauma tembak dan
pecahan bom. Sedangkan menurut Grace dan Borley (2006), penyebab
dari cedera kepala yaitu
1. Pukulan langsung
Dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi pukulan atau pada sisi yang
berlawanan dari pukulan ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai
dinding yang berlawanan
2. Rotasi/ Deselerasi
Fleksi, ekstensi atau rotasi leher menghasilkan serangan pada otak yang menyerang
titik-titik tulang dalam tenggorak.rotasi yang hebat menyebabkan trauma robekan
di dalam substansi putih otak dan batang otak menyebabkan cedera aksonal bintik-
bintik perdarahan intra serebral.
3. Tabrakan/ kecelakaan lalu lintas
Otak sering kali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat (terutama pada
anak-anak dengan tenggorak yang elastic)
4. Peluru
Cenderung menyebabkan hilangnya jaringan seiring dengan trauma.
Pembengkakan otak merupakan masalah akibat disrupsi tengkorak yang secara
otomatis menekan otak
1.3 Patofiologi
Sebagian besar cedera otak tidak disebabkan oleh cedera langsung terhadap jaringan otak,
tetapi terjadi sebagian akibat kekuatan luaar yang membentur sisi luar tengkorak kepala atau dari
gerakan otak itu sendiri dalam rongga tengkorak. Pada cedera deselerasi, kepala biasanya
membentur suatu objek seperti kaca depan mobil, sehingga terjadi deselerasi tengkorak yang
berlangsung tiba-tiba. Otak tetap bergerak kearah depan, membentur bagian dalam tengkorak
tepat di bawah titik bentur kemudian terbalik arah membentur sisi yang berlawanan dengan titik
bentur awal. Oleh sebab itu, cedera dapat terjadi pada daerah benturan (coup) atau pada sisi
sebaliknya (contra coup)
Menurut Tarwoto dkk, adanya cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan struktur,
misalnya kerusakan pada parenkim otak , kerusakan pembuluh darah, perdarahan , edema , dan
gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat , perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses yaitu cedera kepala
primer dan cedera kepala skunder. Cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik
yang dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan
otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya akibat
hipoksemia, iskemia dan perdarahan. Perdarahan serebral menimbulkan hematoma , misalnya
pada epidural hematoma yaitu berkumpulnya antara periosteum tengkorak dengan durameter ,
subdural hematoma akibat berkumpulnya antara periosteum tengkorak dengan durameter ,
subrudal hematoma akibat berkumpulnya darah di dalam jaringan serebral. Kematian pada
cedera kepala disebabkan karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi
autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan serebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak.
a. CT Scan
CT scan digunakan untuk mengidentifikasi adanya hemoragig , ukuran ventrikuler,
infark pada jaringan mati
b. Foto tengkorak atau Cranium
Foto tengkorak atau cranium digunakan untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak
c. Laboratorium
Kimia darah : Untuk mengetahui keseimbangan elektrlit
Kadar elektrolit : untuk mengetahui keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intracranial
Screen toksikologi : untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
d. Serebral angiographi
e. Serial EKG
Serial EKG digunakan untuk melihat perkembangan gelombang yang patologis
f. BEAR
BEAR digunakan untuk mendeteksi batas fungsi kortek dan otak kecil
g. PET
PET digunakan untuk mendeteksi perubahan aktivitas metabolism otot
h. CSF & Lumbapungsi
CSF & Lumba fungs dapat dilakukan jika di duga terjadi pendarahan subaracnoid
i. ABGs
ABGs digunakan untuk mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan
(Oksigenasi) jika terjadi peningkatan intracranial
1.7 Kompilasi
b. Herniasi otak adalah perubahan posisi ke bawah atau lateral otak melalui atau terhadap
struktur kaku yang terjadi menimbulkaniskemia, infark, kerusakan otak ireversibel, dan
kematian.
mengurangi vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik.
g. Tidur tanpa bandal atau diganjal dengan bantal (kurang lebih 300)
h. Pembedahan
g. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Terdapat memar atau luka robekan pada kulit kepala, ada benjolan pada kepala, ada nyeri
tekan pada kepala
Wajah
Mengkaji apakah terdapat memar di wajah, kelainan padamata, hidung, telinga dan
mulut. Apakah terdapat massa, lesidan nyeri tekanc)
Leher dan Dada
Mengkaji kesimetrisan leher dan dada, apakah tarikandidnding dada simetris atau tidak,
adakah benjolan atau luka pada leher dan dada, serta adakah nyeri tekan.d)
Abdomen
Apakah ada kelainan pada abdomen sepertin adanya benjolan, lesi atau luka dan nyeri
tekan
Ekstremitas
Mengkaji apakah ada fraktur, keutuhan kulit, ada lesi,meraba akral
2.3 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi
Hasil
NOC : NIC :
5
NOC NIC
Resiko infeksi b.d
Tujuan : setelah 1. Monitor kerentanan
hematoma serebral
dilakukan asuhan terhadap infeksi
keperawatan selama 2. Monitor tanda dan gejala
3x24 jam diharapkan infeksi
pasien bebas dari 3. Batasi pengunjung bila
gejala infeksi dengan perlu
Kriteria hasil : 4. Bersihkan lingkungan
1. Klien bebas setelah di pakai pasien
dari tanda dan lain
gejala infeksi 5. Instruksikan pada
2. Menunjukkan pengunjung untuk
kemampuan mencuci tangan saat
untuk berkunjung
mencegah meninggalkan pasien
timbulnya 6. Cuci tangan setiap
infeksi sebelum dan sesudah
3. Menunjukka tindakan keperawatan
perilaku hidup 7. Laporkan kecurigaan
sehat infeksi
8. Ajarkan kepada pasien
dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
6
NOC NIC
Nyeri Akut b.d Agen
Tujuan : setelah 1. Lakukan pengkajian
cedera Fisik
dilakukan asuhan nyeri secara
keperawatan selama komprehensif
1x 8 jam diharapkan 2. Observasi reaksi
nyeri pasien dapat nonverbal dari
teratasi dengan ketidaknyamanan
Kriteria hasil : 3. Berikan analgetik
1. TTV dalam untuk mengurangi
batas normal nyeri
2. Nyeri dapat 4. Ajarkan tentang
berkurang tehnik non
3. Wajah rileks farmakalogi
4. Menyatakan 5. Kaji kultur yang
rasa nyeri mempengaruhi respon
sudah nyeri
berkurang 6. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika tindakan
tidak berhasil
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI Volume2, EGC, Jakarta.
Jakarta.Tarwoto, et. al. (2007). Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan SistemPersarafan.