Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Percobaan ke-8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II


SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN

Dosen Pembimbing:
Dr. Nazriati, M.Si.
Dr. Fauziatul Fajaroh, M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Fania Faradila Yuniarizky (160332605818)
2. Gamma Akbar Zakawali (160332605846)
3. Harsiwi Candra Sari (160332605805)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
JURUSAN KIMIA
NOVEMBER
2018
A. JUDUL PERCOBAAN

Sistem zat cair tiga komponen

B. TUJUAN PERCOBAAN

Dapat membuat kurva kelarutan suatu cairan yang erdapat dalam dua
cairan tertentu.

C. DASAR TEORI

Sistem merupakan suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat – zat lain
dalam suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati
pengaruh perubahan temperatur, tekanan serta konsentrasi zat tersebut.
Sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem. Banyaknya komponen
dalam sistem adalah jumlah minimum dari spesies bebas yang diperlukan
untuk menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Fasa adalah
bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik seragam, yang
terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pada tahun 1876,
Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah fasa setimbang, jumlah
komponen, dan jumlah besaran intensif bebas yang dapat melukiskan keadaan
sistem secara lengkap.
Aturan fase Gibb memberikan suatu hubungan antar derajat kebebasan
dalam suatu system dengan C komponen dan P fase. Hubungan tersebut dapat
dinyatakan ke dalam sebuah rumus umum, yaitu:
F=C–P+2
dimana,
F = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Di dalam buku S.Dogra rumus untuk derajat kebebasan Gibb
dinyatakan ke dalam: F = C – P + 2. Menurut aturan fase, derajat kebebasan
untuk system 3 komponen diberikan dengan rumus:
F=C–P+2
=5–P
Derajat kebebasan suatu sistem adalah bilangan terkecil yang
menunjukkan jumlah variabel bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen –
komponen) yang harus diketahui untuk menggambarkan keadaan
sistem.Kondisi fasa – fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam
diagram fasa yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.
Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah
derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap
dapat dinyatakan sebagai :
F=3–P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa maka F = 2 berarti untuk
menyatakan suatu sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua
komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam
kesetimbangan, F = 1; berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan
konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu
berdasarkan diagram fasa untuk diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh
karena itu sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap punya derajat
kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa minimum = 1), maka diagram fasa
sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga
yang dapat menggambarkan suatu komponen murni.
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan istilah persen berat atau fraksi
mol. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan: XA +
XB + XC = 1. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi
mol. sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai
jumlah derajat kebebasan paling banyak.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada
daya saing larut antara zat cair tersebut dan suhu percobaan. Apabila pada
suhu dan tekanan yang tetap digunakan kurva binodal untuk menentukan
kelarutan C dalam berbagai komposisi A dan B. Untuk menentukan kurva
bimodal yaitu dengan menambahkan zat B ke dalam campuran A dan C. Titik
dimana terjadi kesetimbangan antara wujud satu fasa dengan dua fasa dari
campuran ketiga komponen tersebut, apabila dihubungkan akan membentuk
suatu diagram yang menunjukkan batas-batas antara daerah (region) satu fasa
dengan daerah (region) dua fasa. Oleh karena itu sistem tiga komponen pada
suhu dan tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa
minimum = 1), maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu
bidang datar berupa suatu segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen
murni.
Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada sisi
Ab, BC dan Ac menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik
didalam segitiga menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan
suatu campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y
dan z.

Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan


perbandingan dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B
yang berubah. Hal yang sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah
satu sudut segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah didalam lengkungan
merupakan daerah dua fasa. Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal
atau kurva kelarutan ini ialah dengan cara menambah zat B ke dalam berbagai
komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan menggambarkan
komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh.
Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah
menjadi dua larutan konjugat terner.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Labu Erlenmeyer tertutup 100 mL 5 buah
2. Labu Erlenmeyer 250 mL 3 buah
3. Buret 50 mL 3 buah
4. Statif dan klem
5. Termometer

Bahan
1. Asetom
2. Kloroform
3. Aquadest
E. PROSEDUR PERCOBAAN

Sampel

Dibuat 9 macam campuran cairan A (aseton) dan cairan B (kloform)


yang tidak saling larut dengan komposisi sebagai berikut.
Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
mL A 2 4 6 8 10 12 14 16 18
mL B 18 16 14 12 10 8 6 4 2

Dititrasi tiap campuran dalam labu 1 s/d 9 dengan zat C (air) sampai
tepat timbul kekeruhan
Dicatat jumlah volume zat c yang digunakan
Ditentukan rapat massa masing-masing cairan murni A, B, dan C
Dicatat suhu kamar sebelum dan sesudah titrasi

Hasil

F. DATA PENGAMATAN

No. Volume (mL) Suhu Suhu


Labu sebelum setelah
(A) (B) (C)
titrasi titrasi
Aseton Kloroform Air
(°C) (°C)
1 2 18 0.1 28 28
2 4 16 0.1 31 31
3 6 14 0.4 31 30
4 8 12 0.4 32 30
5 10 10 1.1 33 30
6 12 8 1.6 31 30
7 14 6 2.1 31 31
8 16 4 6.3 31 32
9 18 2 11.1 31 33
G. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan sistem zat cair tiga komponen ini sampel yang
digunakan ialah aseton, kloroform, dan air. Mula-mula seluruh sampel
masing-masing dimasukkan ke dalam 3 buret yang berbeda hingga batas
skala. Kemudian dua larutan yang dicampur dengan volume tetap ialah antara
aseton dan kloroform, kemudian dititrasi dengan air hingga terbentuk lapisan
bilayer dan terjadi kekeruhan. Pada saat proses titrasi berlangsung, buret dan
erlenmeyer ditutup aluminium foil untuk mencegah terjadinya penguapan
pada kloroform dan aseton. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
berkurangnya volume larutan apabila terjadi penguapan. Data pengamatan
dari langkah ini dapat dilihat pada table berikut:

No. Volume (mL) Suhu Suhu


Lab (A) (B) (C) sebelum setelah
u Aseton Kloroform Air titrasi titrasi
(°C) (°C)
1 2 18 0.1 28 28
2 4 16 0.1 31 31
3 6 14 0.4 31 30
4 8 12 0.4 32 30
5 10 10 1.1 33 30
6 12 8 1.6 31 30
7 14 6 2.1 31 31
8 16 4 6.3 31 32
9 18 2 11.1 31 33
Kemudian dari data ini jumlah mol dari ketiga cairan dapat diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut:

ρ ×V
n=
Massa Molar

Dengan ρ aseton = 0,78 g/mL


ρ kloroform = 1,49 g/mL
ρ air = 0,99 g/mL

 Labu 1
ρ ×V
Aseton n=
Massa Molar
g
0,78 ×2 mL
mL
n=
g
58,08
mol
n=0.0269 mol
ρ ×V
Kloroform n=
Massa Molar
g
1,49 ×18 mL
mL
n=
g
119,38
mol
n=0.2247 mol

ρ ×V
Air n=
Massa Molar
g
0.99 ×0.1 mL
mL
n=
g
18,01
mol
n=0.0055 mol

Dengan perhitungan yang sama diperoleh:


 Labu 2
Aseton = 0.0537 mol
Kloroform = 0.1997 mol
Air = 0.0055 mol

 Labu 3
Aseton = 0.0806 mol
Kloroform = 0.1747 mol
Air = 0.0219 mol

 Labu 4
Aseton = 0,1074 mol
Kloroform = 0.1497 mol
Air = 0.0219 mol

 Labu 5
Aseton = 0.1342 mol
Kloroform = 0.1248 mol
Air = 0.0605 mol

 Labu 6
Aseton = 0.1611 mol
Kloroform = 0.0998 mol
Air = 0.0879 mol

 Labu 7
Aseton = 0.1880 mol
Kloroform = 0.0749 mol
Air = 0.1154 mol

 Labu 8
Aseton = 0.2149 mol
Kloroform = 0.0499 mol
Air = 0.3463 mol

 Labu 9
Aseton = 0.2417 mol
Kloroform = 0.0225 mol
Air = 0.6102 mol

Setelah diketahui jumlah mol ketiga zat pada masing-masing labu,


selanjutnya dapat diketahui fraksi mol untuk tiap zat dengan perhitungan
sebagai berikut:

 Labu 1
naseton 0,0269 mol
Aseton X aseton= = =0.1046
ntotal 0.2571 mol

nkloroform 0.2247 mol


Kloroform X kloroform= = =0.8739
ntotal 0.2571 mol

nair 0.0055 mol


Air X air = = =0.0214
n total 0.2571 mol

Dengan perhitungan yang sama, diperoleh data fraksi mol tiap zat pada ketiga
labu sebagai berikut:

No. Labu Xaseton Xkloroform Xair


1 0.1046 0.8739 0.0214
2 0.2074 0.7713 0.0212
3 0.2908 0.6302 0.0790
4 0.3849 0.5366 0.0785
5 0.4200 0.3906 0.1894
6 0.4619 0.2861 0.2520
7 0.4969 0.1979 0.3050
8 0.3517 0.0817 0.5667
9 0.2764 0.0257 0.6978

Dari data fraksi mol yang telah diperoleh, maka dapat dibuat diagram
terner sebagai berikut:

C
1 0

0.9 0.1

0.8 0.2

0.7 0.3

0.6 0.4

0.5 0.5

0.4 0.6

0.3 0.7

0.2 0.8

0.1 0.9

0 1

A 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 B

H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Diagram terner dapat digambarkan dengan menggunakan segitiga sama
sisi dari campuran aseton-kloroform dan air.
2. Tingkat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi kelarutan zat tersebut
dengan zat lainnya.
3. Perbedaan komposisi larutan aseton dan kloroform menyebabkan
perubahan daya saling larut antara kedua zat tersebut saat dititrasi dengan
air.

I. Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Diagram Terner Sistem Zat CAir Tiga Komponen.
https://creamydogs.wordpress.com/2014/10/25/13/ (diakses tanggal
10 November 2018).
Sumari, dkk. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang: Jurusan
Kimia, FMIPA UM.

J. PERTANYAAN
1. Dapatkah penggambaran komposisi cairan dalam diagram terner
dinyatakan dalam persen volum? Jelaskan!
Jawab:
Dapat, karena persen volume menyatakan besarnya volume (mL)
zat terlarut yang terdapat pada 100 mL larutan. Misalnya zat A dan B tidak
saling bercampur sempurna, sedangkan zat A dan C serta zat B dan C
dapat saling melarutkan. Sehingga dapat digunakan persen volume untuk
mengetahui kelarutan cairan C dengan zat A dan zat B pada suhu yang
tetap.

2. Apa arti garis hubung (tie line) serta cara menentukannya secara
eksperimental?
Jawab:
Tie line merupakan garis yang menghubungkan titik-titik yang
menggambarkan kadar dari setiap zat, dimana terjadi pencampuran
sempurna antara ketiga zat tersebut.
Cara menentukan secara eksperimental adalah sebagai berikut :
 Menghitung fraksi mol dari tiap-tiap zat yang terlibat dalam
pencampuran.
 Memplotkan fraksi dari masing-masing zat tersebut ke dalam diagram
terner.
 Menghubungkan titik-titik pada diagram terner yang menggambarkan
kadar zat.
3. Apa pula arti titik kritik dalam diagram terner? Berapa derajat
kebebasannya?
Jawab:
Titik kritik adalah titik dimana gas di atas tekanan dan temperatur
kritis tidak dapat dicairkan hanya dengan mengecilkan volumenya.
F=3-P
=3–2
=1
4. Gambarkan diagram terner untuk sistem yang mempunyai dua
pasang cairan yang saling larut sebagian, pasangan itu, misalnya A
dan B serta B dan C!
Jawab:

You might also like