UAS. METOPEN Tri Rizky Amelia N

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

DAMPAK REVALUASI ASET TETAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

Usulan Penelitian untuk Skripsi sarjana Akuntansi


Pada Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh

tri Rizky Amelia Nofiantj

19013080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHAKARYA ASIA YOGYAKARTA

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena
rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan
tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar (Waluyo, 2011).Pada dasarnya penilaian
kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap
tersebut pada saat penilaian dengan menggunakan metode penelitian yang lazim
berlaku di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui
oleh Pemerintah. Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang diakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya
maka Direktoral Jendral Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar
aset yang bersangkutan.
Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak
merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besar pengeluaran
pemerintah untuk meningkatkan pembangunan negeri, maka semakin besar pula
tuntutan penerimaan pajaknya. Tugas ini tentu diemban oleh Direktoral Jendral
Pajak yang secara struktural bernaung di bawah Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Visi Direktoral Jendral Pajak adalah menjadi institusi penghimpun
penerimaan Negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan kemandirian
Negara. Maka untuk mencapai visinya, Direktorat Jendral Pajak menetapkan misi
yaitu, mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi
dan penegakkan hukum yang adil. Sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Peran Pajak Terhadap APBN Tahun 2011 – 2015

Tahun APBN (dalam Jumlah pajak Persentase pajak


miliaran rupiah) (dalam miliaran APBN(%)
rupiah)
2011 1.229.558.5 850.255,50 69,15%
2012 1.435.406.7 1.032.570,20 71,93%
2013 1.683.000 1.193.000 70,88%
2014 1.842.500 1.110.200 60,25%
2015 2.039.500 1.201.700 58,92%
Sumber : Kementrian Keuangan RI (www.kemenkeu.go.id)
Dari angka diatas, dapat dilihat bahwa peran pajak terhadap APBN sejak tahun 2011
s.d 2015 rata-rata diatas 50%. Kondisi di atas menggambarkan bahwa beban yang
diberikan oleh aparat perpajakan akan semakin besar, yaitu dengan membuat
regulasi yang lebih baik untuk mengopitimalkan penerimaan pajak dan juga
membangkitkan kesadaran wajib pajak agar patuh dalam hal membayar pajak serta
ikut andil dalam mewujudkan pembangunan nasional.Nilai perolehan (historical
cost) merupakan dasar dalam penyusunan laporan keuangan (financial statement)
karena ia dianggap obyektif (objective), memiliki kredibilitas (credible), dapat
ditelusuri (traceable) dan dipertanggungjawabkan (accountable). Penggunaan nilai
perolehan juga merupakan dasar pencatatan aktiva tetap (fixed assets), sedangkan
penyajiannya di neraca sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan. Dengan demikian, informasi akuntansi (accounting information) yang
dihasilkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi (Hutagaol, 2007).Namun keadaan historical cost mulai dijadikan bahan
diskusi karena berdampak pada laporan keuangan yang dihasilkan tidak sesuai
dengan kondisi atau keadaan yang sebenarnya. Hutang dalam valuta asing
mengalami kenaikan yang signifikan, sebaliknya aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahan dalam hal ini Wajib Pajak dibukukan sebesar harga perolehannya
sehingga dapat memberikan dampak penurunan nilai modal para shareholder.
Untuk tujuan perpajakan, Wajib Pajak diizinkan untuk melakukan revaluasi aktiva
tetap dengan cara menilai kembali aktiva tetap yang sebelumnya dibukukan
berdasarkan harga perolehan kemudikan disesuaikan dengan nilai wajarnya. Nilai
buku aktiva tetap yang baru merupakan dasar perhitungan beban penyusutan aktiva
tetap sehingga biaya penyusutan aktiva tetap yang dapat dibebankan menjadi lebih
besar ketimbang sebelum dilakukannya revaluasi aktiva tetap. Dengan demikian,
revaluasi aktiva tetap merupakan insentif pajak bagi Wajib Pajak. Nilai buku aktiva
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan juga kenaikan nilai buku aktiva tetap
merupakan capital gain yang dapat dinikmati melalui penyusutan aktiva selama sisa
manfaat umur ekonomisnya ( Hutagaol, 2007).Dalam hal ini, untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak, maka ketentuan perpajakan harus
dilaksanakan dengan benar dan tepat baik oleh Wajib Pajak ataupun pegawai
perpajakan. Berbagai kebijakan yang dibuat salah satunya adalah Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali
aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun
2015 dan tahun 2016 dan juga PMK RI Nomor 233/PMK.03/2015 tentang perubahan
atas PMK RI Nomor 191/PMK.0110/2015. Revaluasi aktiva tetap tidak hanya untuk
kepentingan perpajakan saja melainkan untuk kepentingan akuntansi perusahaan
atau badan yang menjadi Objek Pajak dan Pajak penghasilan Final terkait dengan
revaluasi aktiva tetap. Adapun peraturan mengenai akuntansi pajak penghasilan
diatur di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 46,
khususnya mengatur pengakuan, pengukuran, pencatatan beban pajak penghasilan,
aset dan liabilitas tangguhan serta aset dan liabilitas pajak kini. Sedangkan
Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) Nomor 16 mengatur seluruh ketentuan terkait
dengan aset tetap. Untuk melihat lebih riil bagaimana perlakuan akuntansi dan
perpajakan berkenaan dengan revaluasi aset tetap maka penulis berpendapat bahwa
perlu dilakukan studi ke dalam perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva tetap
pada tahun 2015, PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk merupakan salah satu dari
beberapa perusahaan yang terdaftar didalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan
revaluasi aset tetap pada tahun 2015, dimana ditahun sebelumnya PT. Japfa
Comfeed Indonesia, Tbk. tidak pernah melakukan revaluasi sebagai langkah dalam
menghemat pajaknya. Maka dari itu apakah langkah manajemen sudah tepat
dengan melakukan revaluasi pada perusahaan tersebut.Berdasarkan kondisi yang
telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa
adanya pengaruh atau dampak revaluasi aktiva tetap terhadap perlakuan akuntansi
dan perlakukan perpajakan. Penelitian ini dikembangkan dalam bentuk skripsi
dengan judul “ Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Terhutang
Pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Adapun pertanyaan
yang timbul adalah:

1. Bagaimana penerapan metode revaluasi aset tetap terhadap pajak penghasilan


terutang pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk?
2. Bagaimana perbandingan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
sebelum dan sesudah melakukan revaluasi?
3. Bagaimana dampak revaluasi aktiva tetap yang dilakukan PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk terhadap pajak penghasilan terutang?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui metode revaluasi pada aset tetap yang diterapkan pada PT.
Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
2. Untuk mengetahui besarnya Pajak Penghasilan Terutang pada PT. Japfa
Comfeed Indonesia, Tbk.
3. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak dari revaluasi pada aset tetap terhadap
Pajak pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan manfaat dalam
memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai dampak revaluasi aset tetap
terhadap pajak penghasulan terhutang
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu
ekonomi, khususnya bidang akuntansi. Selain itu penelitian ini juga diharapakan
dapat memberikan ide dan gagasan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan revaluasi aset tetap.
3. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan
serta tindakan-tindakan selanjutnya sehubungan dengan dampak revaluasi aset
tetap terhadap pajak penghasilan terhutang.
4. Bagi peneliti
selanjutnya Sebagai referensi bagi peneliti lain dan dapat memberikan tambahan
ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian
dimasa yang akan datang.

Kerangka Teoritis
1.5. Kajian pustaka
Kepatuhan wajib pajak merupakan sebuah tindakan yang mencerminkan
patuh dan sadar terhadap ketertiban dalam kewajiban perpajakan wajib pajak dengan
melakukan pembayaran dan pelaporan atas perpajakan masa dan tahunan dari wajib
pajak yang bersangkutan baik untuk kelompok orang atau modal sendiri sebagai
modal usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas baik dalam

negeri maupun luar negeri dapat diidentifikasikan bahwa adanya faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi Revalusi Aset Tetap.

Variabel pertama dari penelitian terdahulu adalah Leverage (X¹). Nilai leverage

dapat diukur dengan membandingkan total hutang dengan aset. Semakin tinggi nilai rasio

hutang, maka proporsi modal sendiri yang rendah kurang dana mencukupi untuk membiayai

aset (Aziz dan yuyetta , 2017). Oleh sebab itu, kreditor akan lebih menyukai rasio hutang

yang rendah, hal ini dikarenakan semakin rendah rasio hutang akan meminimalkan resiko

kerugian yang dialami oleh kreditor jika perusahaan dilikuidasi .Perusahaan dengan leverage

tinggi sulit untuk mendapatkan pinjaman karena kreditur khawatir pada perusahaan dalam

melunasi hutangnya, sehingga kreditur melakukan pembatasan pinjaman yang menyebabkan

perusahaan kurang pendanaan sehingga melewatkan proyek –proyek yang menguntungkan.

Scott (2009) perusahaan yang mempunyai kontrak hutang yang tinggi memungkinkan

manajer menggunakan prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau aset
perusahaan, sehingga perusahaan memilih untuk melakukan revaluasi karena mengharapkan

nilai aset yang meningkat ketika dilakukannya revaluasi aset tetap (Y), oleh karena itu

perusahaan yang mempunyai kontrak utang lebih tinggi cenderung melakukan revaluasi aset

tetap yang diharapkan dapat meningkatkan nilai aset tetap. Revaluasi merupakan salah satu

cara untuk menurunkan nilai rasio leverage (X¹) perusahaan sehingga menurunkan risiko

kredit,sehingga perusahaan dengan leverage tinggi dapat melakukan revaluasi aset tetap (X¹)

seperti yang dibuktikan sulistiyani (2017) bahwa (X¹) berpengaruh signifikan terhadap (Y) .

Hal ini juga dibuktikan oleh Aziz dan yuyeta (2015) (X¹) berpengaruh signifikan terhadap

(Y) . Artinya, perusahaan dengan leverage (X¹) tinggi cenderung melakukan revaluasi aset

tetap (Y).

Variabel kedua adalah Likuiditas (X²). Likuiditas mengacu pada kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancarnya,perusahaan

yang memiliki tingkat rendah likuiditasnya (X²) hal ini menunjukkan bahwa tidak cukup

tersedia aset lancar untuk menutup kewajiban lanca (Hastuti, 2016). Jika perusahaan

menambah kapasitas pinjaman ,akan kesulitan memperolehnya karena menjadi pertimbangan

kreditur sebelum memberikan pinjaman. Rasio likuiditas (X²) menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya. Rasio ini berpengaruh terhadap kebijakan

perusahaan dalam melakukan atau tidakmelakukan revaluasi aset tetap (Y). Semakin rendah

rasio ini menggambarkan ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangkap

pendek. Teori akuntansi positif (Watts dan Zimmerman ,1986) berusaha menjelaskan (to

explain) dan memprediksikan (to predict) pilihan metode akuntansi pilihan-pilihan metode

akuntansi terbaik yang akan diterapkan saat dihadapkan pada situasi likuiditas yang rendah,

yaitu dengan perusahaan dengan likuiditas yang rendah , menjadikan termotivasi untuk

melakukan revaluasi aset, karena revaluasi dapat membantu meningkatkan informasi yang

lebih aktual tentang jumlah kas yang diterima dengan penjualan aset tetap (Y) dengan
demikian dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kapasitas pinjaman perusahaan

serta mengurangi biaya pinjaman (Tay, 2009). Menurut Nailufaroh (2019)(X²) tidak

berpengaruh positif terhadap (Y) . Hal ini dikarenakan perusahaan dengan tingkat likuiditas

rendah tidak tertarik untuk melakukan revaluasi aset tetap sebab pemilihan model revaluasi

dianggap tidak mempengaruhi kinerja perusahaan serta tidak mampu mendongkrak performa

perusahaan.

Variabel ketiga adalah Ukuran (X³). Pada umumnya ukuran perusahaan merupakan

salah satu indikator perhatian politis dari regulator dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan tersebut semakin menjadi sorotan

politis. Perusahaan berusaha menghindari perhatian tersebut karena perhatian politis dari

regulator ini akan memberikan tuntutan-tuntutan ke suatu perusahaan sehingga

mengakibatkan tingginya kos politik yang dikenakan oleh perusahaan tersebut. Maka dari itu,

perusahaan besar akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba

untuk mengurangi tuntutan pihak eksternal. Hal ini sejalan dengan political cost hypothesis

dimana perusahaan besar berusaha untuk menunjukan konservatisme pada profitabilitas

mereka untuk menghindar dari visibilitas politik yang berdampak pada meningkatnya biaya

politik dan peraturan yang lebih ketat. Revaluasi aset tetap (Y) dapat mengurangi laba

periode berjalan karena adanya peningkatan biaya penyusutan, namun perusahaan tetap harus

membayar pajak atas selisih revaluasi aset tetap (Y). Revaluasi meningkatkan nilai aset

sehingga meningkatkan nilai beban depresiasi dimasa depan karena beban depresiasi dihitung

berdasarkan nilai aset yang telah berubah sehingga mengurangi biaya politis oleh regulator

(Seng dan Su, 2010). Variabel (X³) perusahaan memiliki pengaruh terhadap (Y) (aziz dan

yuyeta,2017). Perusahaan dengan ukuran (X³) besar cenderung untuk melakukan revaluasi

pada aset tetap (Y) yang dimiliknya (Nurizki 2018).


Variabel keempat adalah Intensitas Aset Tetap (X4). Menurut Manihuruk dan

Farahmita, 2015). Perusahaan yang memiliki intensitas aset tetap yang besar akan cenderung

semakin besar kemungkinannya untuk memilih model revaluasi pada pencatatan aset tetap

mereka .Hal ini dikarenakan aset tetap (Y) merupakan komposisi terbesar yang digunakan

untuk kegiatan operasional perusahaan. Manajer akan menginvestasikan dana menganggur

perusahaan untuk berinvestasi dalam aset tetap (Y) , dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan berupa bertambahnya nilai depresisi sehingga dapat menurunkan laba

perusahaan. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat proposi aset tetap (Y) , maka depresiasi

yang timbulkan juga akan lebih besar sehingga akan mengurangi pelaporan profitabilitas

perusahaan. Menurut Tay (2009) perusahaan dengan (X4) tinggi lebih mungkin memilih

metode revaluasi karena layak diperhatikan dimana (Y) merupakan proporsi terbesar dari

total aset perusahaan, yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan karena memiliki potensi

yang besar dalam meningkatkan basis aset.. Semakin tinggi aset tetap yang dimiliki suatu

perusahaan maka perusahaan akan lebih memilih menggunakan metode revaluasi (Nurizki

2018).

Variabel kelima adalah Pertumbuhan Perusahaan (X5). Perusahaan dalam kondisi

tumbuh digambarkan adanya peningkatan total aset pada tahun ini dari tahun sebelumnya. Di

sisi lain, perusahaan dalam kondisi tumbuh(X5), membutuhkan sumberdaya finansial untuk

membiayai aktivitasnya. Perusahaan membutuhkan banyak dana untuk meluaskan cakupan

bisnis dan membiayai proyek-proyek yang menguntungkan. Sumberdaya finansial dapat

diperoleh dengan cara melakukan pinjaman kepada kreditur. Kreditur akan menelaah

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, untuk melihat kemampuannya melunasi

utang sebelum memutuskan memberi pinjaman. Manajemen perusahaan mungkin melakukan

revaluasi aset tetap (Y) sebagai upaya memperkuat basis aset sehingga memberi keyakinan

bahwa tersedia aset tetap (Y) yang cukup besar sebagai jaminan utang. Perusahaan dalam
kondisi tumbuh sangat membutuhkan dana atau sumber finansial untuk membiayai aktivitas

perusahaannya. Sumber finansial dapat diperoleh melalui pinjaman yang diberikan oleh

kreditur . Manajemen perusahaan mungkin melakukan revaluasi aset tetap (Y) sebagai upaya

untuk memperkuat basis aset sehingga dapat meyakinkan bahwa aset tetap yang cukup untuk

dijadikan jaminan utang. Dalam penelitian Sihombing (2017) bahwa (X5) berpengaruh

terhadap keputusan melakukan (Y) .

Variabel keenam adalah Arus Kas Operasi (X6). Arus kas dari aktivitas operasi

perusahaan yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sehingga akan menyebabkan

kekhawatiran pada kreditur. Hal ini dikarenakan semakin kecil nilai arus kas (X6) dari

aktivitas operasi, maka semakin kecil juga kemampuan perusahaan untuk membayar utang

yang diberikan oleh kreditor. Penelitian yang dilakukan oleh Yulistia (2015) menyatakan

bahwa penilaian kembali aset tetap akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada aset

jaminan perusahaan sehingga dapat membantu untuk meyakinkan debtholders mengenai

kemampuan perusahaan untuk membayar utang melalui potensi mewujudkan aset perusahaan

lebih tinggi sesuai nilai pasar. sehingga metode revaluasi aset, akan mengembalikan kapasitas

pinjaman perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang mengalami penurunan arus kas

operasi berpotensi lebih besar untuk merevaluasi aset tetap (Y) mereka. Revaluasi bisa

memungkinkan kenaikan nilai yang lebih tinggi pada aset perusahaan sehingga dapat

meyakinkan pemberi pinjaman atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya

(Barac dan Sodan, 2011). Sehingga metode revaluasi aset dapat mengembalikan kapasitas

pinjaman perusahaan dengan melakukan revaluasi aset perusahaan bisa membantu

perusahaan dalam menangani penurunan arus kas aktivitas operasi. Hal tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan oleh penelitian Seng dan Su (2010) yang menemukan bahwa

terdapat pengaruh positif antara (X6) terhadap (Y) . Menurut aziz dan yuyetta (2017) (X6)

berpengaruh untuk melakukan (Y)


Akhirnya berdasarkan pemaparan hasil penelitian penelitian terdahulu diatas serta

kelemahan kelemahannya,pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali variabel yang

tidak konsisten pada penelitian sebelumnya ,,,,,,, independen dari penelitian ini adalah

sosialisasi pajak , sedangkan variabel independen dari penelitian ini adalah pajak penghasilan

dan sanksi pajak.

1.6. Landasan Teori

1. Revaluasi Aset Tetap


Pengertian revaluasi aset tetap
Revaluasi Aset Tetap adalah penilaian kembali aset tetap. Revaluasi aset tetap merupakan
penilaian kembali aset tetap suatu perusahaan (Aziz dan yuyetta 2017), Revaluasi sering
dimaknai penilaian ulang yang menyebabkan nilai aset menjadi tinggi,padahal revaluasi
dapat menghasilkan nilai yang lebih rendah maupun tinggi dari aset yang tercatat ( Martani
2012) dalam (Yulistia 2015).Menurut PSAK 16, revaluasi merupakan salah satu metode
dalam pengukukuran setelah pengakuan aset awal tetap.
Pengertian pajak penghasilan terutang
Pajak penghasilan terutang merupakan acuan hukum di Indonesia yang mengatur
pajak yang harus dibayarkan pada saat tertentu pada masa pajak atau tahun pajak
berdasarkan ketentuan yang berlaku. PPh terutang merupakan pajak yang dihitung
dari Penghasilan Kena Pajak (PKP).

1.7. Formulasi Hipotesis

2. Metode Penelitian

Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Berupa studi kasus mengenai kesesuaian antara fakta/realisasi/pelaksanaan dengan


teori/konsep/peraturan mengenai dampak perpajakan dalam kebijakan model penilaian
aset tetap pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.. Objek, Unit Analisis dan Lokasi
Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini adalah analisis dampak perpajakan dalam
kebijakan penilaian aset tetap sesuai PSAK 16 Revisi 2011. Unit analisis yang digunakan
dalam penelitian ini berupa unit analisis tingkat organisasi yaitu PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk.. Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk.

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data kualitatif
Data kualitatif yang berisi mengenai kebijakan perusahaan dalam menentukan metode yang
digunakan dalam penyusutan aset tetap dan penilaian kembali aset tetap perusahaan yang
tercantum di dalam laporan tahunan.

2. Data kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh adalah daftar aset tetap dan perhitungan perpajakan yang
terdapat dalam laporan keuangan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti dengan cara mengunduh melalui internet
dari website Bursa Efek Indonesia

1.8. Operasional variable

Variabel Indikator Ukuran Skala

Revaluasi Penilaian Aset 1.Biaya Rasio


Tetap tanpa perolehan
revaluasi aset 2.Metode
tetap Penyusutan
Aset Tetap
Penilaian Aset
dengan 1.Nilai
revaluasi aset wajar/nilai pasar
Rasio
tetap 2.Metode
revaluasi

3.Metode
penyusutan aset
tetap

Pajak Laporan 1.Laporan


penghasilan keuangan sebelum
terutang revaluasi

Rasio
2.Laporan
sesudah
revaluasi
Beban pajak
Selisih jumlah
penghasilan
beban pajak Rasio
penghasilan
badan yang
dapat dihemat

1.9. Metode Penarikan Sampel

Karena data yang digunakan dalam penelitian hanya data perusahaan selama tiga tahun,
maka dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan metode penarikan sampel. Metode
penarikan sampel dipergunakan apabila data penelitian berjumlah lebih dari sepuluh data.
Tetapi sesuai dengan prosedur yang ditentukan, sampel dari penelitian ini adalah dalam
bentuk periode tahun yang diteliti. Periode dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 atau selama tiga tahun.
Daftar Pustaka

https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/revaluasi-aset#:~:text=Revaluasi%20aset
%20adalah%20penilaian%20kembali,laporan%20keuangan%20perusahaan%20akibat%20dievaluasi.

https://www.rusdionoconsulting.com/revaluasi-aset-tetap/

https://klikpajak.id/blog/pph-terutang-ketentuan-dan-rumus-hitung/#:~:text=PPh%20terutang
%20merupakan%20acuan%20hukum,Penghasilan%20Kena%20Pajak%20(PKP).

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 233/PMK.03/2015 tentang Perubahan atas
PMK No. 191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan bagi
Pemohonan yang Diajukan pada Tahun 2015 dan Tahun 2016. 2015. Direktur Jenderal Perundang-
undangan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Safitri, Maeza. 2015. Pengaruh Tingkat Kepatuan Wajjib Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak
Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama
Tanjung Karang). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Lampung.

Wirawan, B. Ilyas. 2015. Akuntansi Perpajakan. Mitra Wacana Media. Bogor.


Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

www.kemenkeu.go.id

www.idx.co.id

You might also like