Professional Documents
Culture Documents
UAS. METOPEN Tri Rizky Amelia N
UAS. METOPEN Tri Rizky Amelia N
UAS. METOPEN Tri Rizky Amelia N
Diajukan oleh
19013080
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena
rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan
tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar (Waluyo, 2011).Pada dasarnya penilaian
kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap
tersebut pada saat penilaian dengan menggunakan metode penelitian yang lazim
berlaku di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui
oleh Pemerintah. Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang diakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya
maka Direktoral Jendral Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar
aset yang bersangkutan.
Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak
merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besar pengeluaran
pemerintah untuk meningkatkan pembangunan negeri, maka semakin besar pula
tuntutan penerimaan pajaknya. Tugas ini tentu diemban oleh Direktoral Jendral
Pajak yang secara struktural bernaung di bawah Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Visi Direktoral Jendral Pajak adalah menjadi institusi penghimpun
penerimaan Negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan kemandirian
Negara. Maka untuk mencapai visinya, Direktorat Jendral Pajak menetapkan misi
yaitu, mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi
dan penegakkan hukum yang adil. Sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Peran Pajak Terhadap APBN Tahun 2011 – 2015
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan manfaat dalam
memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai dampak revaluasi aset tetap
terhadap pajak penghasulan terhutang
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu
ekonomi, khususnya bidang akuntansi. Selain itu penelitian ini juga diharapakan
dapat memberikan ide dan gagasan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan revaluasi aset tetap.
3. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan
serta tindakan-tindakan selanjutnya sehubungan dengan dampak revaluasi aset
tetap terhadap pajak penghasilan terhutang.
4. Bagi peneliti
selanjutnya Sebagai referensi bagi peneliti lain dan dapat memberikan tambahan
ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian
dimasa yang akan datang.
Kerangka Teoritis
1.5. Kajian pustaka
Kepatuhan wajib pajak merupakan sebuah tindakan yang mencerminkan
patuh dan sadar terhadap ketertiban dalam kewajiban perpajakan wajib pajak dengan
melakukan pembayaran dan pelaporan atas perpajakan masa dan tahunan dari wajib
pajak yang bersangkutan baik untuk kelompok orang atau modal sendiri sebagai
modal usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
negeri maupun luar negeri dapat diidentifikasikan bahwa adanya faktor-faktor yang dapat
Variabel pertama dari penelitian terdahulu adalah Leverage (X¹). Nilai leverage
dapat diukur dengan membandingkan total hutang dengan aset. Semakin tinggi nilai rasio
hutang, maka proporsi modal sendiri yang rendah kurang dana mencukupi untuk membiayai
aset (Aziz dan yuyetta , 2017). Oleh sebab itu, kreditor akan lebih menyukai rasio hutang
yang rendah, hal ini dikarenakan semakin rendah rasio hutang akan meminimalkan resiko
kerugian yang dialami oleh kreditor jika perusahaan dilikuidasi .Perusahaan dengan leverage
tinggi sulit untuk mendapatkan pinjaman karena kreditur khawatir pada perusahaan dalam
Scott (2009) perusahaan yang mempunyai kontrak hutang yang tinggi memungkinkan
manajer menggunakan prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau aset
perusahaan, sehingga perusahaan memilih untuk melakukan revaluasi karena mengharapkan
nilai aset yang meningkat ketika dilakukannya revaluasi aset tetap (Y), oleh karena itu
perusahaan yang mempunyai kontrak utang lebih tinggi cenderung melakukan revaluasi aset
tetap yang diharapkan dapat meningkatkan nilai aset tetap. Revaluasi merupakan salah satu
cara untuk menurunkan nilai rasio leverage (X¹) perusahaan sehingga menurunkan risiko
kredit,sehingga perusahaan dengan leverage tinggi dapat melakukan revaluasi aset tetap (X¹)
seperti yang dibuktikan sulistiyani (2017) bahwa (X¹) berpengaruh signifikan terhadap (Y) .
Hal ini juga dibuktikan oleh Aziz dan yuyeta (2015) (X¹) berpengaruh signifikan terhadap
(Y) . Artinya, perusahaan dengan leverage (X¹) tinggi cenderung melakukan revaluasi aset
tetap (Y).
yang memiliki tingkat rendah likuiditasnya (X²) hal ini menunjukkan bahwa tidak cukup
tersedia aset lancar untuk menutup kewajiban lanca (Hastuti, 2016). Jika perusahaan
perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya. Rasio ini berpengaruh terhadap kebijakan
perusahaan dalam melakukan atau tidakmelakukan revaluasi aset tetap (Y). Semakin rendah
pendek. Teori akuntansi positif (Watts dan Zimmerman ,1986) berusaha menjelaskan (to
explain) dan memprediksikan (to predict) pilihan metode akuntansi pilihan-pilihan metode
akuntansi terbaik yang akan diterapkan saat dihadapkan pada situasi likuiditas yang rendah,
yaitu dengan perusahaan dengan likuiditas yang rendah , menjadikan termotivasi untuk
melakukan revaluasi aset, karena revaluasi dapat membantu meningkatkan informasi yang
lebih aktual tentang jumlah kas yang diterima dengan penjualan aset tetap (Y) dengan
demikian dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kapasitas pinjaman perusahaan
serta mengurangi biaya pinjaman (Tay, 2009). Menurut Nailufaroh (2019)(X²) tidak
berpengaruh positif terhadap (Y) . Hal ini dikarenakan perusahaan dengan tingkat likuiditas
rendah tidak tertarik untuk melakukan revaluasi aset tetap sebab pemilihan model revaluasi
dianggap tidak mempengaruhi kinerja perusahaan serta tidak mampu mendongkrak performa
perusahaan.
Variabel ketiga adalah Ukuran (X³). Pada umumnya ukuran perusahaan merupakan
salah satu indikator perhatian politis dari regulator dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan tersebut semakin menjadi sorotan
politis. Perusahaan berusaha menghindari perhatian tersebut karena perhatian politis dari
mengakibatkan tingginya kos politik yang dikenakan oleh perusahaan tersebut. Maka dari itu,
perusahaan besar akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba
untuk mengurangi tuntutan pihak eksternal. Hal ini sejalan dengan political cost hypothesis
mereka untuk menghindar dari visibilitas politik yang berdampak pada meningkatnya biaya
politik dan peraturan yang lebih ketat. Revaluasi aset tetap (Y) dapat mengurangi laba
periode berjalan karena adanya peningkatan biaya penyusutan, namun perusahaan tetap harus
membayar pajak atas selisih revaluasi aset tetap (Y). Revaluasi meningkatkan nilai aset
sehingga meningkatkan nilai beban depresiasi dimasa depan karena beban depresiasi dihitung
berdasarkan nilai aset yang telah berubah sehingga mengurangi biaya politis oleh regulator
(Seng dan Su, 2010). Variabel (X³) perusahaan memiliki pengaruh terhadap (Y) (aziz dan
yuyeta,2017). Perusahaan dengan ukuran (X³) besar cenderung untuk melakukan revaluasi
Farahmita, 2015). Perusahaan yang memiliki intensitas aset tetap yang besar akan cenderung
semakin besar kemungkinannya untuk memilih model revaluasi pada pencatatan aset tetap
mereka .Hal ini dikarenakan aset tetap (Y) merupakan komposisi terbesar yang digunakan
perusahaan untuk berinvestasi dalam aset tetap (Y) , dengan tujuan untuk mendapatkan
perusahaan. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat proposi aset tetap (Y) , maka depresiasi
yang timbulkan juga akan lebih besar sehingga akan mengurangi pelaporan profitabilitas
perusahaan. Menurut Tay (2009) perusahaan dengan (X4) tinggi lebih mungkin memilih
metode revaluasi karena layak diperhatikan dimana (Y) merupakan proporsi terbesar dari
total aset perusahaan, yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan karena memiliki potensi
yang besar dalam meningkatkan basis aset.. Semakin tinggi aset tetap yang dimiliki suatu
perusahaan maka perusahaan akan lebih memilih menggunakan metode revaluasi (Nurizki
2018).
tumbuh digambarkan adanya peningkatan total aset pada tahun ini dari tahun sebelumnya. Di
sisi lain, perusahaan dalam kondisi tumbuh(X5), membutuhkan sumberdaya finansial untuk
diperoleh dengan cara melakukan pinjaman kepada kreditur. Kreditur akan menelaah
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, untuk melihat kemampuannya melunasi
revaluasi aset tetap (Y) sebagai upaya memperkuat basis aset sehingga memberi keyakinan
bahwa tersedia aset tetap (Y) yang cukup besar sebagai jaminan utang. Perusahaan dalam
kondisi tumbuh sangat membutuhkan dana atau sumber finansial untuk membiayai aktivitas
perusahaannya. Sumber finansial dapat diperoleh melalui pinjaman yang diberikan oleh
kreditur . Manajemen perusahaan mungkin melakukan revaluasi aset tetap (Y) sebagai upaya
untuk memperkuat basis aset sehingga dapat meyakinkan bahwa aset tetap yang cukup untuk
dijadikan jaminan utang. Dalam penelitian Sihombing (2017) bahwa (X5) berpengaruh
Variabel keenam adalah Arus Kas Operasi (X6). Arus kas dari aktivitas operasi
perusahaan yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sehingga akan menyebabkan
kekhawatiran pada kreditur. Hal ini dikarenakan semakin kecil nilai arus kas (X6) dari
aktivitas operasi, maka semakin kecil juga kemampuan perusahaan untuk membayar utang
yang diberikan oleh kreditor. Penelitian yang dilakukan oleh Yulistia (2015) menyatakan
bahwa penilaian kembali aset tetap akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada aset
kemampuan perusahaan untuk membayar utang melalui potensi mewujudkan aset perusahaan
lebih tinggi sesuai nilai pasar. sehingga metode revaluasi aset, akan mengembalikan kapasitas
pinjaman perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang mengalami penurunan arus kas
operasi berpotensi lebih besar untuk merevaluasi aset tetap (Y) mereka. Revaluasi bisa
memungkinkan kenaikan nilai yang lebih tinggi pada aset perusahaan sehingga dapat
(Barac dan Sodan, 2011). Sehingga metode revaluasi aset dapat mengembalikan kapasitas
perusahaan dalam menangani penurunan arus kas aktivitas operasi. Hal tersebut sesuai
dengan yang diungkapkan oleh penelitian Seng dan Su (2010) yang menemukan bahwa
terdapat pengaruh positif antara (X6) terhadap (Y) . Menurut aziz dan yuyetta (2017) (X6)
kelemahan kelemahannya,pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali variabel yang
tidak konsisten pada penelitian sebelumnya ,,,,,,, independen dari penelitian ini adalah
sosialisasi pajak , sedangkan variabel independen dari penelitian ini adalah pajak penghasilan
2. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif kualitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif yang berisi mengenai kebijakan perusahaan dalam menentukan metode yang
digunakan dalam penyusutan aset tetap dan penilaian kembali aset tetap perusahaan yang
tercantum di dalam laporan tahunan.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh adalah daftar aset tetap dan perhitungan perpajakan yang
terdapat dalam laporan keuangan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti dengan cara mengunduh melalui internet
dari website Bursa Efek Indonesia
3.Metode
penyusutan aset
tetap
Rasio
2.Laporan
sesudah
revaluasi
Beban pajak
Selisih jumlah
penghasilan
beban pajak Rasio
penghasilan
badan yang
dapat dihemat
Karena data yang digunakan dalam penelitian hanya data perusahaan selama tiga tahun,
maka dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan metode penarikan sampel. Metode
penarikan sampel dipergunakan apabila data penelitian berjumlah lebih dari sepuluh data.
Tetapi sesuai dengan prosedur yang ditentukan, sampel dari penelitian ini adalah dalam
bentuk periode tahun yang diteliti. Periode dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 atau selama tiga tahun.
Daftar Pustaka
https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/revaluasi-aset#:~:text=Revaluasi%20aset
%20adalah%20penilaian%20kembali,laporan%20keuangan%20perusahaan%20akibat%20dievaluasi.
https://www.rusdionoconsulting.com/revaluasi-aset-tetap/
https://klikpajak.id/blog/pph-terutang-ketentuan-dan-rumus-hitung/#:~:text=PPh%20terutang
%20merupakan%20acuan%20hukum,Penghasilan%20Kena%20Pajak%20(PKP).
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 233/PMK.03/2015 tentang Perubahan atas
PMK No. 191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan bagi
Pemohonan yang Diajukan pada Tahun 2015 dan Tahun 2016. 2015. Direktur Jenderal Perundang-
undangan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
Safitri, Maeza. 2015. Pengaruh Tingkat Kepatuan Wajjib Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak
Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama
Tanjung Karang). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Lampung.
www.kemenkeu.go.id
www.idx.co.id