Professional Documents
Culture Documents
LP Batu Ginjal
LP Batu Ginjal
BATU GINJAL
Disusun Oleh :
BINTANG YUDHA PERWIRA
P27220018 096
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BATU GINJAL
Sumber : pathway-batu-ginjalpdf.html
5. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, poineprosis, urosepsis, dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu kalsum. 60%
tersusun dari kalsium okslat, 20% dari campuran kalsium okslat dan
hydroxyapatie, 10% dari asam urat dan struvite (magnesium ammonium
fosfat) dan 2% adalah batu brushite.
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana
apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak,
dimana tukak ini menjadi pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan menyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme.
Supersaturasi yang berlebihan adalah penyebab terbentuknya batu asam urat
atau batu sistin, sementara batu infeksi disebabkan oleh metabolism bakteri.
Sementara batu yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium,
masih belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya.
Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan
antra zat pembentukan batu dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain
ion magnesium yang dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan okslat, membentuk garam magnesium okslat sehingga
jumlah okslat yang akan berikatan dengan kalsium akan menurun.
6. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu
ginjal yang dapat dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan
penyerapan kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan
peningkatan mobilisasi dari tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan
fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan
monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum.
Rendahnya ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis.
Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah keseimbangan asam basa.
Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran penghambatan sitrat
juga melibatkan pembentukan larutan kompleks dan pengurangan
kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium
oksalat pada kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium).
Disebabkan oleh produksi oksalat yang berlebih akibat dari gangguan
metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus, peningkatan asupan
makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam (pH 5.5) dan
urin yang sangat basa (pH 6.7) dapat mempengaruhi pembentukan batu
kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka urin menjadi jenuh dengan
asam urat yang berperam dalam kristalisasi kalsium oksalat. Sedangkan
urin yang sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat yang
dalam kombinasi dengan kalsium berubah menjadi termodinamika brusit
yang tidak stabil dan akhirnya terbentuk hidroksiapatit.
7. Manifestasi Klinik
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat
ditemukan dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran
kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena
batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi
gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan
karakterisitiknya.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan
cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi cairan yang
mengakibatkan pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh,
diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
h. Bau Mulut / ammonia breath
i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan
batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya penurunan fungsi ginjal,
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan
ginjal.
Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24
jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium, pH,
dan volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet
dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada
pasien.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari
saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu
yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang
terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan
energi laser. Beberapa tindakan endourologi yaitu :
PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan
dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan
ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan
uteroskopi/uterorenoskopi ini.
Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter.
e. Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau
nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks sudah sangat tipis,
atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perunahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena
baru
c. Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, terjadi peradangan
(inflamasi)
4. Intervensi Keperawatan
6. Evaluasi
Berdasar implementasi yang telah dilakukan, maka evaluasi yang diharapkan
untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan thypoid adalah
- Tanda-Tanda Vital stabil
- Kebutuhan cairan terpenuhi
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi, dan semua masalah yang ada dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and managemen”. The Journal
of clinical Endocrinology & Metabolisme, 2012