Professional Documents
Culture Documents
Makalah Resolusi Konflik
Makalah Resolusi Konflik
Makalah Resolusi Konflik
PENYELESAIAN KONFLIK
(NEGOSIASI, MEDIASI, DAN ARBITRASI)
OLEH
1. AKMALUDIN ( 200603033)
2. SITI KHADIJAH ( 200603045)
3. AHMAD RABANI ( 190603042)
Hormat penyusun
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG..............................................................................................................................3
RUMUSAN MASLAH...........................................................................................................................4
TUJUAN..............................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
Penyelesaian konfilk..........................................................................................................................4
Negosiasi........................................................................................................................................5
MEDIASI.........................................................................................................................................7
ARBITRASI......................................................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
KESIMPULAN...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Konflik merupakan sebuah konsekuensi logis dari sebuah interaksi di antara dua pihak. Ada
beberapa hal yang bisa menjadi alasan berkonflik. Di antaranya adalah masalah ketimpangan yang
menimbulkan kecemburuan terhadap pihak tertentu, yang meliputi ketimpangan sosial, ekonomi,
budaya dan agama. Adanya ketimpanganketimpangan tersebut menyebabkan adanya keinginan
masyarakat di dalam suatu negara untuk mempunyai suatu bentuk otoritas sendiri dalam mengatur
wilayahnya. Keinginan tersebut ditunjukkan dengan adanya gerakan-gerakan separatis dan
pemberontakan oleh masyarakat yang merasa dirinya dirugikan.
William Chang (2001) mempertanyakan “benarkah konflik hanya berakar pada ketidakpuasan
batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal,
masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah kekuasaan?. Ternyata jawabnya “tidak”; dan
dinyatakan oleh Chang bahwa emosi manusia pun dapat memicu terjadinya konflik sosial. 1
Resolusi konflik yang dalam bahasa Inggris adalah conflict resolution memiliki makna yang
berbeda-beda menurut para ahli yang fokus meneliti tentang konflik. Resolusi dalam Webster
Dictionary menurut Levine adalah (1) tindakan mengurai suatu permasalahan, (2) pemecahan, (3)
penghapusan atau penghilangan permasalahan.
Sedangkan Weitzman & Weitzman mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan
pemecahan masalah bersama (solve a 7 Levine, Webster Dictionary problem together).Lain halnya
dengan Fisher et.al yang menjelaskan bahwa resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab
konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok
yang berseteru.2
Penyelesaian konflik merupakan beragam cara yang ditempuh untuk memecahkan suatu
permasalahan. Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan
dinamakan dengan akomodasi. Tujuan dari penyelesaian konflik dalah perdamaian. Dalam hal ini, ada
beberapa cara yang dilakaukan untuk mencapai perdamaian dalam konflik. Diantaranya negosisai ,
mediasi ,dan arbiritrasi.
RUMUSAN MASLAH
1. Apa itu penyelesaian konflik?
2. Bagiamana cara menyelesaiakan konfilk?
3. Apa itu negosiasi?
4. Apa itu mediasi?
5. Apa itu arbiritrasi?
TUJUAN
Untuk memngetahu bagaimana cara mengatasi konflik dan mengetahi bagaimana cara
menlakuakan negosiasi mediasi dan arbiritrasi.
1
Suhardono Wisnu ,Konflik dan Resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i. Vol. II No. 1 Juni 2015.hal : 3
2
Suhardono Wisnu ,Konflik dan Resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i. Vol. II No. 1 Juni 2015.hal: 4-5
BAB II
PEMBAHASAN
Penyelesaian konfilk / Resolusi konflik
Pemyelesaian konflik adalah Tindakan yang dilakaukan utuk mendamaikan orang orang
yang berkonflik. Hal ini bertujuan untuk perdamaian. Ada beberapa uapaya yang dilakaun
untuk menyelesaiakan konflik. Ada yang dilakuan dalam pengadilan dan ada yang dilakaun
dengan tanpa pengdilan. Penyelesalaian yang dilakukan tanpa pengadilan seperti negosiasi,
mediasi, dan arbiritrasi.
resolusi konflik adalah suatu proses pemecahan masalah yang komperatif efektif di mana
konflik adalah masalah bersama yang harus diselesaikan secarakomperatif
Di Indonesia, proses penyelesaian sengketa melalui ADR bukanlah sesuatu yang baru dalam nilai-
nilai budaya bangsa, karena jiwa dan sifat masyarakat Indonesia dikenal dengan sifat kekeluargaan
dan kooperatif dalam menyelesaikan masalah. Di berbagai suku bangsa di Indonesia biasanya
menggunakan cara penyelesaian musyawarah dan mufakat untuk mengambil keputusan. Misalnya
saja di batak dalam forum runggun adatnya menyelesaikan sengketa secara musyawarah dan
kekeluargaan, di minang kabau, dikenal adanya lembaga hakim perdamaian yang secara umum
berperan sebagai mediator dan konsiliator dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh
masyarakat setempat. 3Oleh sebab itu masuknya konsep ADR di Indonesia tentu saja dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
penyelesaian secara damai telah disepakati oleh para pihak, mereka terikat pada hasil
penyelesaian tersebut. (Lihat Pasal 6 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, selanjutnya disingkat UU No. 30 Tahun 1999) 3. Dinakan dengan alternatif
penyelesaian sengketa ( APS). dinyatakan Pasal 1 angka 10 UUAAPS
3
Soemartono Gatot P. HKUM4409/MODUL 1.hal :3
4
Syafrida, Hartati Ralang . Jurnal Surya Kencana Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 7 Nomor 2
KEUNGGULAN PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA
MELALUI NEGOSIAS.2020.hal:254
menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan
bersama antara satu pihak (kelompok atau oraganisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi)
yang lain.Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang
bersengketa.
Dalam Kamus Hukum“Dictionary of Law Complete Edition”dinyatakan, negosiasi
adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding antara para pihak yang bersengketa
untuk mencari kesepakatan bersama.Undang- Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (UUAAPS) pada Pasal 6 ayat (2 ) UUAAPS menyatakan Negosiasi
adalah“Penyelesaian atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa
sebagaimana yang dimaksud ayat (1) diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak
dalam waktu paling lama 14 hari dan hasilnya ditungkan dalam kesepakatan tertulis.”.5
Tujuan Negosiasi
Kelebihan Mediasi:
Contoh
Masalah Uts Yusuf mansur dengan 12 korban wanprestasi dana investasi hotel haji/umrah
bernama Hotel Siti di Kota Tangerang.
3. ARBITRASI
Kata arbitrase berasal dari bahasa Latin arbitrare yang artinya kekuasaan untuk menyelesaikan
sesuatu menurut "kebijaksanaan" (Subekti, 1981: 1 – 3). Secara umum arbitrase adalah suatu proses di
mana dua pihak atau lebih menyerahkan sengketa mereka kepada satu orang atau lebih yang imparsial
(disebut arbiter) untuk memperoleh suatu putusan yang final dan mengikat. Dari pengertian itu
terdapat tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu: (1) adanya suatu sengketa; (2) kesepakatan untuk
menyerahkan ke pihak ketiga; dan (3) putusan final dan mengikat akan dijatuhkan.
Menurut Mertokusumo, arbitrase adalah suatu prosedur penyelesaian sengketa di luar
pengadilan berdasarkan persetujuan para pihak yang berkepentingan untuk menyerahkan sengketa
mereka kepada seorang wasit atau arbiter. (Mertokusumo, 1999:144) Di sini, kata wasit digunakan
sebagai pihak ketiga yang netral dalam memutus perselisihan. 7
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif
Penyelesaian Sengketa (untuk selanjutnya disingkat UU No. 30 Tahun 1999)
disebutkanbahwa: “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di
7
Soemartono Gatot P. HKUM4409/MODUL 1.hal :14
bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.”8
Kelebihan arbitrase adalah sebagai berikut:
1. Prosedur tidak berbelit dan keputusan dicapai dalam waktu relative singkat
2. Biaya lebih murah.
3. Dapat dihindari ekspose dari keputusan di didepan umum
4. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih kekeluargaan
5. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan diberlakukan oleh arbitrase
6. Para pihak dapat memilih sendiri para arbiter
7. Dapat dipilih para arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnya
8. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi
9. Keputusan arbitrase umumnya final binding (tanpa harus naik banding atau kasasi)
10. Keputusan arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan dieksekusi oleh pengadilan
11. Proses/prosedur arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas.
Adapun kekurangan arbitrase adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan hanya baik dan tersedia dengan baik terhadap perusahaan-perusahaan
bonafide.
2. Kurangnya unsur finality
3. Kurangnya power untuk menghadirkan barang bukti, saksi, dan lain-lain
4. Kurangnya power untuk law enforcement dan eksekusi keputusan
5. Tidak dapat menghasilkan solusi yang bersifat prefentif
6. Kemungkinan timbulnya keputusan yang saling bertentangan satu sama lain karena
tidak ada system “precedent” terhadap keputusan sebelumnya, dan juga karena unsure
fleksibilitas dari arbiter. Karena itu keputusan arbitrase tidak predektif
7. Kualitas keputusannya sangat bergantung pada kualitas para arbiter itu sendiri, tanpa
ada norma yang cukup untuk menjaga standar mutu keputusan arbitrase.
secara hukum jika memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang tercantum dalam Pasal
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni:
Adanya kesepakatan para pihak.
Kecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum.
Adanya objek tertentu.
Adanya hal yang diperbolehkan.
Contoh
Pada 15 Desember 2014, ICSID memenangkan Indonesia terhadap gugatan salah satu
pemegang saham Bank Century, Hesham Al Warraq. Ini merupakan kemenangan kedua
Indonesia dalam kasus terkait, yang sebelumnya berhadapan dengan mantan pemilik saham
bank yang sama, Rafat Ali Rizvi. Pada tahun 2011, Hesham, yang pernah menjabat Wakil
Komisaris Utama Bank Century, menuntut pemerintah karena tindakan ekspropriasi atas
saham di bank tersebut.
Ia meminta ganti rugi senilai US$19,8 juta. Alih-alih memperoleh ganti rugi, ICSID justru
menolak gugatan Hesham terkait tindakan ekspropriasi. Dengan demikian, kemenangan
8
Fadillah Firda Ainun , Putri Saskia Amalia. Jurnal ilmu menejement terapan vol.2 ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA DAN ARBITRASE
(LITERATURE REVIEW ETIKA).2021.hal:752
Indonesia pada dua kasus Bank Century tersebut membuat pemerintah terhindar dari
kewajiban membayar biaya sekitar Rp1,3 triliun atau US$100 juta.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyelesaian konflik adalah Tindakan yang yang di lakukan untuk mengentikan
sengketa atau konflik. Di Indonesia sendiri terdapat Alternative Dispute Resolution (ADR)
merupakan “Lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.”yanag mengatur uapaya uapaya yang di
kaukan untuk menyelesaiakan konflik di anatranya negosiasi mediasi dan arbitrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah Firda Ainun , Putri Saskia Amalia. Jurnal ilmu menejement terapan vol.2 ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA DAN ARBITRASE (LITERATURE REVIEW ETIKA).2021
Mamudji Sri . Mediasi sebagai ALternntif PenyeLesaian Sengketa di Luar PengadiLan. 2003
Suhardono Wisnu ,Konflik dan Resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i. Vol. II No. 1 Juni 2015