Indonesian Soft Power Diplomacy Through Indomie (Soft Power Diplomasi Indonesia Melalui Indomie)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355443858

Indonesian Soft Power Diplomacy Through Indomie (Soft Power Diplomasi


Indonesia melalui Indomie)

Article · October 2021

CITATIONS READS

0 535

1 author:

Syarifah Afra Novianty


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Rekonstruksi Kota Kembar Pasca Bencana Kota Banda Aceh (Indonesia) dan Kota Higashimatsushima (Jepang) View project

All content following this page was uploaded by Syarifah Afra Novianty on 21 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Indonesian Soft Power Diplomacy Through Indomie

(Soft Power Diplomasi Indonesia melalui Indomie)

Syarifah Afra Novianty


Hubungan Internasional, Kelas I, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta

Abstract

Diplomacy is one way to obtain national interest. Power in diplomacy is divided into two, namely,
hard power and soft power. Soft power diplomacy is the process of influencing a country for
certain interests through intangible sources, such as ideological or cultural attractions. In carrying
out this mission, soft diplomacy is categorized based on the method used. Among them are public
diplomacy and cultural diplomacy, public diplomacy puts forward the views of other countries
towards their country, while cultural diplomacy puts forward the branding of the homeland with
the value of cultural authenticity. Indonesia in achieving its interests in diplomacy uses a way,
name gastrodiplomacy, where culinary is a medium for channeling national interests. Indomie is
one of the authentic Indonesian instan noodle products that is worldwide and contributes to the
national interest, such as in the economic, political, and ideological fields. Actors involved in it
also include government and non-government.

Keyword: Diplomacy, Indomie, Indonesia, Public and cultural Diplomacy, Soft Power
Diplomacy

1
Pendahuluan

Diplomasi ialah serangkaian kebijakan atau aturan yang dijalankan suatu negara dalam
rangka menjaga kepentingannya (national interest) dengan negara lain. Relasi tersebut terlaksana
melalui proses tawar-menawar, negosiasi, tindakan non-coercive (tanpa paksaan), dan
penggalangan dukungan publik. Terdapat enam tugas utama diplomasi: (1) Ceremonial/protokol;
(2) Management; (3) Information and Communication/penyusunan dan analisis; (4) International
negosiation/negosiasi; (5) Protection/proteksi; dan (6) Constribution to international
order/mediasi dan partisipasi, seluruh tugas tersebut berada pada skala internasional. Dewasa ini,
perkembangan diplomasi berbanding lurus dengan laju isu hubungan internasional, pertambahan
aktor, meningkatnya organisasi internasional, dan pesatnya laju teknologi, berimbas pada
hubungan diplomasi yang tidak lagi sekedar mengikat perwakilan diplomatik. Saat ini hubungan
diplomasi melibatkan aktor pemerintahan, non-pemerintahan, perorangan, dan organisasi
internasional. Perubahan tersebut juga berimplikasi pada tugas, fungsi, dan sistem/cara kerja
pelaku diplomasi dalam mengamankan dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya (Ashari,
2015).
Diplomasi memiliki beberapa variasi yang diklasifikasikan pada metode yang dipakai
dalam hubungan diplomatik. Tipe-tipe tersebut diantaranya: Diplomasi Publik dan Diplomasi
Kebudayaan. Diplomasi Publik merupakan proses penciptaan citra (image) suatu negara pada
kancah internasional dalam rangka membangun kepercayaan negara lain terkait potensi dan
kapasitas dari suatu negara (mengubah pandangan masyarakat terhadap suatu negara). Hal tersebut
nantinya akan berperan penting dalam memperoleh keuntungan yang dibangun atas dasar
kerjasama untuk mewujudkan tujuan diplomatik dari masing-masing negara atau national interest
(Ma’mun, 2012). Target dari publik diplomasi adalah masyarakat atau publik di negara lain.
Diplomasi publik mengikutsertakan elemen-elemen non-pemerintahan seperti akademisi, public
figure, dan media massa. Diplomasi publik juga berbeda dengan propanda, hal ini dikarenakan
oleh keberadaan ruang dialek di dalam diplomasi publik (Ashari, 2015).

Sedangkan diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk memperlihatkan atau


memperkenalkan tingkat dari peradaban suatu bangsa atau tanah air (mempertahankan jati diri
bangsa ditengah perkembangan global melalui dimensi budaya). Diplomasi kebudayaan
dilaksanakan dengan penyelenggaraan pameran kebudayaan, kuliner, ciri khas suatu negara dll.

2
Diplomasi kebudayaan juga berfokus pada masyarakat internasional, bukan pemerintah ke
pemerintah (government to government). Seseorang dengan ketertarikan terhadap kebudayaan
suatu negara biasanya akan cenderung memiliki keingintahuan lebih terhadap negara terkait.
Hingga akhirnya seni dan budaya mampu menciptakan konstribusi positif dalam perdamaian
dunia. Diplomasi kebudayaan ini dipercaya lebih memberikan pengaruh dibandingkan dengan
penggunaan kekuatan militer (Sinulingga & Pahlawan, 2017).

Diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan berada dibawah satu payung yang sama,
dimana keduanya merupakan sistem yang digunakan dalam soft power diplomacy. Soft power
diplomacy merupakan salah satu jalan yang ditempuh dalam merealisasikan diplomasi (cara
berdiplomasi). Soft power diplomacy juga merupakan kapasitas suatu negara dalam
mempengaruhi pihak atau negara lain dengan menggunakan unsur budaya, sistem nilai/ideologi
dan kebijakan dalam berdiplomasi untuk mendapatkan keinginannya. Kini soft power diplomacy
lebih diutamakan dibanding dengan peperangan dan kekerasan atau hard power diplomacy (Yani
& Lusiana, 2018).

Analisis

Diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan memiliki anak bagian yang sama, yaitu
gastrodiplomasi. Gastrodiplomasi berasal dari kata “Gastronomi” yang berarti “upboga” dan
berpadanan kata dengan istilah “kuliner”. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) Republik Indonesia pada 2011, menempatkan kuliner sebagai salah satu
subsektor ekonomi kreatif serta diharapkan mampu untuk merepresentasikan negara.
Gastrodiplomasi ialah tindakan memenangkan atau mengambil hati dan pikiriran melalui perut
(makanan). Hal ini bertujuan untuk menarik sekaligus memperkenalkan reputasi bangsa dan
budaya kepada konsumen publik secara global (lintas budaya). Keberlangsungan gastrodiplomasi
juga berimplikasi pada relasi antar negara, misalnya jika dijadikan wadah promosi kerjasama
bilateral, multilateral, perdamaian persahabatan suatu negara, dan pengembagan komunitas
(SAMSI, 2019).
Beberapa makanan authentic (khas) dari Indonesia adalah, Rendang, Soto, Mie Aceh,
Sambal Matah, Rica-rica, dll. Makanan authentic tersebut telah berhasil didistribusikan dalam
sebuah bentuk produk bernama “Indomie”. Indomie merupakan salah satu produk mie instan

3
sekaligus instrumen diplomasi Indonesia yang di produksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (ICBP) yang merupakan anak perusahaan dari Indofood (multinational corporation)
Indonesia selaku aktor dalam diplomasi Indomie. Tidak hanya domestik, popularitas Indomie pun
mencapai skup internasional. Hal ini berkat sertifikasi ISO 22.000, ISO 9001:2000 dan sertifikasi
halal yang mendorong kelancaran ekspansi Indomie keluar negeri. Seiring perkembangan waktu
permintaan produksi atas mie instan naik signifikan, saat ini World Instant Noodles Association
(WINA) melaporkan permintaan global terhadap mie instan pada 2017 mencapai 97,46 miliar
bungkus. Kini Indomie memiliki 16 pabrik yang tersebar secara global dan memproduksi Indomie
sekitar 15 miliar bungkus tiap tahunnya. Indomie juga telah berhasil menjadi eksportir ke lebih
dari 80 negara dunia (Noviana, 2021).

Dalam pelaksanaan International Nelson Mandela Day 2019, melalui perwakilan


diplomatiknya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), puluhan kardus Indomie
disumbangkan ke sejumlah sekolah di Afrika Selatan dan disambut hangat oleh Kementerian Luar
Negeri Afrika Selatan (DIRCO). Kesempatan ini dimanfaatkan untuk menvisualisasikan Indonesia
dalam kenikmatan salah satu makanan popular khas Indonesia yaitu, Indomie. Hal ini
menunjukkan lagi-lagi Indomie dijadikan sebagai salah satu instrument dan objek dalam
berdiplomasi antar negara (Pretoria, 2019).

Negara-negara dengan kerjasama Indomie meliputi Australia, Selandia Baru, Amerika


Serikat, Kanada, Asia, Eropa, Timur Tengah hingga Afrika. Pada 2017, penjualan terbesar
Indomie berada di Afrika dengan 70% presentase menguasai pasar. Indomie sangat digemari di
Afrika hingga memunculkan organisasi pecinta Indomie, Indomie Fans Club (IFC). Keberadaan
Indomie di Afrika melaju pesat, ditandai dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
yang resmi mengakuisisi Pinehill Company Ltd. Pembelian saham didasari pada akuisisi pada 27
Agustus 2020. Pada 2009 pabrik mie instan dikawasan industry, Bard City, Kairo, Mesir produksi
komersial Indomie dan pendistribusian dilakukan ke seluruh market di Mesir (Apriyadi, 2021).

Indonesia juga telah bernegosiasi tentang perdagangan pada Preferential Trade Agreement
(PTA) dengan kelompok ekonomi di Afrika terkait peminimalisiran tarif perdagangan. Indonesia
melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,
melibatkan perusahaan nasional untuk berinvestasi pada bidang pangan dan agroindustri di Afrika,

4
dikarenakan oleh potensi diplomasi ekonomi Indonesia-Afrika yang berdampak positif. Pabrik
Indomie salah satunya, dengan pabrik besar yang dijalankan dengan 6000 karyawan di Nigeria,
serta menguasai pasar sebesar 74% di Afrika Barat (Ramadhani et al., 2020).

Dalam aktivitas soft power diplomacy tersebut, tentu melibatkan national interest
(kepentingan nasional) dari masing-masing negara yang membangun kerjasama. National Interest
berupa ambisi dan tujuan negara yang meliputi hampir diseluruh sektor, baik ekonomi, militer,
ideologi, atau budaya (Bainus & Rachman, 2018). Berdasarkan runtutan kronologi kerjasama
dalam diplomasi Indomie tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kepentingan nasional
yang terealisasi dalam aktivitasnya. Diantaranya keuntungan dalam sektor ekonomi yang didasari
pada ekspansinya yang meliputi banyak wilayah dunia, hubungan baik atau relasi antar negara
yang ditandai dengan persetujuan dan penggunaan Indomie sebagai instrument atau alat diplomasi,
dan memperkenalkan identitas negara melalui sebuah produk kuliner. Aktivitas dalam bidang
pangan ini secara tidak langsung membangun ketertarikan masyarakat atau publik di negara lain
(yang bekerjasama) terhadap Indonesia, misalnya saja seperti berdirinya Indomie Fans Club (IFC).
Hal ini juga merupakan keberhasilan Indonesia dalam merepresentasikan negaranya dalam bentuk
produk mie instan dan disambut baik oleh produsen dari berbagai belahan dunia.

Dalam publik diplomasi kepentingan yang diperjuangkan adalah ideologi, ekonomi, politik
dll, sedangkan dalam diplomasi kebudayaan kepentingan nasional yang diperjuangkan adalah
kebudayaan atau nilai authentic dari suatu negara. Publik diplomasi mendapat keuntungan dalam
bidang ekonomi dari penjualan dan keuntungan dalam sektor politik dari kerjasama atau relasi
yang tercipta. Sedangkan kebudayaan diplomasi memperoleh keuntungan dari promosi
kebudayaan domestik yang diterima baik oleh dunia internasional, dimana masyarakat
internasional akhirnya meletakkan ketertarikannya terhadap Indonesia melalui Indomie. Indomie
juga merepresentasikan identitas negara melalui rasa makanan-makanan khas Indonesia yang
dibentuk dalam produk mie instan. Dengan demikian “The best way to win hearts and mind is
through the stomach”, berhasil di implementasikan oleh Indonesia melalui gastrodiplomasi.
Kehadiran Indomie sebagai alat diplomasi dan kerjasama ekonomi dengan kemitraan Afrika telah
membangun jaringan transregional dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Afrika.
Dengan demikian, peran kebijakan luar negeri Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945 dan
Pancasila yang mengarah pada kemitraan antara kedua negara yang saling menguntungkan dan

5
ditujukan untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan,
terutama pasokan kebutuhan pokok yang dapat dicapai oleh masyarakat Afrika.

Aktor-aktor yang terlibat dalam aktivitas diplomasi Indomie (pangan) ini meliputi aktor
pemerintahan dan non-pemerintahan. Indomie terkadang dijadikan sebagai alat diplomasi oleh
perwakilan diplomatik Indonesia seperti dalam pelaksanaan International Nelson Mandela Day
2019. Sedangkan non-pemerintahan datang dari pemilik atau produsen Indomie itu sendiri, yaitu
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang merupakan anak perusahaan dari Indofood
Indonesia. Atas relasi yang terjalin dengan banyak negara tersebut, tentu menempatkan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada statusnya sebagai perusahaan multinasional
(multinational corporation). Aktor lain yang dapat terlibat adalah individu, kondisi ini terjadi bila
mana seorang baik dari Indonesia maupun negara lain ikut memperkenalkan Indomie sebagai salah
satu makanan khas dari Indonesia kepada masyarakat internasional.

Dalam kasus ini, Indonesia berhasil menjalankan soft diplomacy-nya melalui power,
berupa Indomie. Pencapaian yang didapat pun tentu meliputi kepentingan nasional (national
interest) dari negaranya. Keberhasilan ini akan berimplikasi pada citra Indonesia di mata
internasional dalam memperkenalkan, mempromosikan, dan menvisualisasikan negaranya pada
sebuah produk makanan melalui proses gastrodiplomasi. Seiring dengan laju perubahan global,
perkembangan dan popularitas Indomie juga mengalami peningkatan, perluasan wilayah eksportir,
negara importir, tentu akan bertambah melalui kerjasama yang dibangun antara kedua negara
terkait. Keberhasilan Indomie dalam menjaga keotentikan rasa yang merupakan refleksi negara
menjadikan Indomie sebagai salah satu makanan unik dan khas dari Indonesia yang tiada duanya.

6
Kesimpulan

Diplomasi merupakan seperangkat aturan yang digunakan suatu negara untuk memperoleh
national interest (kepentingan nasional). Diplomasi dapat dilaksanakan melalui proses negosiasi,
kerjasama, penggalangan dukungan, dan aksi-aksi tanpa paksaan lainnya terhadap masyarakat
internasional. Seiring perkembangannya aktor dalam berdiplomasi telah melibatkan aktor
pemerintahan dan non-pemerintahan. Dalam berdiplomasi terdapat du acara yang digunakan yaitu
hard diplomacy dan soft diplomacy. Soft diplomacy merupakan ability suatu negara dalam
mempengaruhi negara lain melalui daya tarik, bukan melalui penekanan dan pemaksaan atau
disebut hard diplomacy. Metode penyampaian dalam soft diplomacy dibagi kedalam beberapa
kategori, diantaranya, diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan.

Diplomasi publik bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat internasional terhadap


suatu negara atau dengan kata lain berusaha untuk membangun citra baik dalam skala
internasional. Sedangkan diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk mempertahankan jati diri
bangsa ditengah perkembangan global melalui dimensi budaya. Salah satu diplomasi yang
digunakan Indonesia dalam mempertahankan kepentingan nasionanya (national interest) adalah
gastrodiplomasi. Gastrodiplomasi merupakan tindakan memenangkan hati dan pikiran melalui
perut (makanan). Salah satu produk popular dalam gastrodiplomasi adalah Indomie.

Indomie acap kali digunakan sebagai instrument dan objek dalam berdiplomasi baik oleh
aktor pemerintahan maupun non-pemerintahan. Kerjasama antara perusahaan PT. Indofood
dengan negara-negara importir dalam bidang ekonomi menandakan keberhasilan pasar dari
Indomie. Keuntungan ekonomi yang didapatkan dan keberhasilan visualisasi Indonesia yang
diwujudkan dalam cita rasa mie instan menjadikan Indomie sebagai salah instrumen yang patut
diperhitungkan keberadaanya selaku alat diplomasi. Kerjasama yang dibangun oleh produsen
dengan negara konsumen telah mencapai lebih dari 80 negara, serta 16 pabrik yang telah tersebar
di seluruh penjuru dunia. Diplomasi Indomie merupakan model yang tepat untuk dijadikan cermin
oleh produk makanan lainnya dalam bergastrodiplomasi. Bagaimana Indomie tetap dapat
mempertahankan keotentikan Indonesia dalam kenikmatan rasa merupakan sebuah eksistansi yang
patut diberdayakan lagi dalam produk-produk lokal lainnya.

7
Referensi

Apriyadi, A. D. (2021). Perjalanan Indomie Hingga Dicicipi Lidah Timur Tengah dan Afrika.

Ashari, K. (2015). Kamus Hubungan Internasional (I. Kurniawan (Ed.); I). NUANSA
CENDIKIA.

Bainus, A., & Rachman, J. B. (2018). Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional.
Intermestic: Journal of International Studies, 2(2), 109–115.

Ma’mun, A. S. (2012). Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara. KOMUNIKOLOGI:


Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 9(2).

Noviana, R. (2021). Forerunner of Indomie in Indonesia To Expansion Abroad.

Pretoria, K. B. R. I. di. (2019). Mie Instan Asal Indonesia Memeriahkan Internasional Nelson
Mandela Day 2019 di Sejumlah Sekolah di Afrika Selatan.
https://kemlu.go.id/pretoria/id/news/1517/mie-instan-asal-indonesiamemeriahkan-
international-nelson-mandela-day-2019-di-sejumlah-sekolah-diafrika-selatan

Ramadhani, A., Yulliana, E. A., Sari, K., & Permata, Q. O. (2020). Diplomasi Indonesia melalui
Indomie terhadap Nigeria. Global and Policy Journal of International Relations, 8(01).

SAMSI, S. N. (2019). Gastrodiplomasi Indonesia dalam Upaya Mempromosikan Kuliner


Indonesia di Jepang. FISIP UNPAS.

Sinulingga, S. P., & Pahlawan, I. (2017). Diplomasi Kebudayaan Indonesia Terhadap Amerika
Serikat Melalui Kuliner (Gastrodiplomacy) Tahun 2010-2016). JOM Fisip, 4(2), 1–14.

Yani, Y. M., & Lusiana, E. (2018). Soft Power dan Soft Diplomacy. Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam, 14(2), 48–65.

View publication stats

You might also like