PP Pengendalian Hayati Dini

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 45

PENDAHULUAN DAN SEJARAH

PENGENDALIAN HAYATI (PH)


DINI PUSPITA YANTI, SP, MP
SEJARAH PENGENDALIAN HAYATI (PH)

 Dimulaiketika Atkinson menemukan adanya keragaman


keparahan penyakit layu Fusarium  1892, keragaman
tersebut dipengaruhi oleh jenis tanah
 Potter(1908) menemukan adanya penghambatan
pathogen tanaman oleh penumpukan hasil metabolitnya,
saat itu belum diketahui jenis dan namanya
 Sanford
(1926) menemukan bahwa pupuk hijau ternyata
dapat digunakan untuk mengatasi penyakit kudis kentang
Pada saat itu muncul dua konsep
pengendalian hayati :
1. Mikroba saprofit dapat mengendalikan
keaktifan patogen tanaman
2. Keseimbangan mikroba saprofit di dalam
tanah tersebut dapat berubah, khususnya
karena adanya perubahan kondisi tanah,
yaitu adanya penambahan bahan
organik segar
Pada tahun (1927), Milliard dan Taylor
menemukan bahwa penyakit kudis
kentang, yang ditumbuhkan pada
medium tanah steril dan diinokulasi
dengan Streptomyces, dapat
dikendalikan dengan inokulasi
Streptomyces praecox
KONSEP PENGENDALIAN HAYATI

Pengendalian hayati  semua kondisi


atau praktik yang berpengaruh terhadap
penurunan daya tahan atau kegiatan
pathogen tanaman melalui interaksi
dengan agensia orgnaisme hidup lainnya
(selain manusia), yang menghasilkan
penurunan keberadaan penyakit yang
disebabkan oleh patogen
Pengendalian hayati secara umum
dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok :
1. Pengenalan atau pengkayaan satu
atau lebih spesies mikroba antagonis
pengendali organisme
2. Perubahan kondisi lingkungan yang
dirancang agar sesuai bagi
penggandaan dan keaktifan agensia
pengendal hayati tersebut
3. Gabungan kedua cara tersebut
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PH
 Keuntungan  kerugian

1. Agensia hayati tidak 1. Dapat berubah fungsi


beracun 2. Merusak lingkungan
2. Tidak sebagai 3. Adanya perbedaan
kontaminan kepentingan
3. Biaya rendah 4. Terjadinya pencemaran
4. Satu-satunya cara lingkungan
5. Waktu singkat 5. Dapat sebagai kontaminan
6. Terbatas penyebarannya
Kedudukan agensia PH

TANAMAN

LINGKUNGAN

AGENSIA HAYATI PATOGEN


PERANAN FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK

Lingkungan abiotik, khususnya di dalam


tanah sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kehidupan mikroba
tanah, baik patogen tular tanah
maupun antagonisnya. Faktor
lingkungan abiotik :
 pH atau keasaman tanah
Sangat berpengaruh terhadap keaktifan agensia pengendali
hayati pathogen tanaman tular tanah, ex : Phytium nunn Lifs.,
Stangh., & Baker, Trichoderma spp., dan Pseudomonas spp.
Pengendalian hayati oleh Phytium nunn terhadap terhadap
penekanan populasi patogen rebah semai mentimun, Phytium
ultimum Trow, terjadi pada pH 7,3 dan 6,7 dan tidak pada pH
5,0 dan 6,0.
 Suhu

Suhu tanah memengaruhi pengendalian hayati dengan :


a. Memengaruhi penekanan penyakit
b. Mempredisposisi patogen terhadap antagonis
c. Mengatur keaktifan antagonis khusus
 Kelembaban tanah
Kebanyakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen tular tanah,
dipengaruhi oleh tanah yang lembap. Begitu juga terhadap antagonis,
pengaruh kelembaban tanah menunjukkan peningkatan umum dalam
keaktifan antagonis pada tanah lembab
 Jenis tanah
Khususnya tekstur tanah, sangat berinteraksi dengan keberadaan dan
intensitas penyakit tanaman
 Atmosfir tanah
Jumlah dan kualitas gas utama di dalam tanah, seperti N2, O2, dan Co2, mirip
dengan susunan gas di udara atmosfer. Perubahan factor lingkungan, seperti
kandungan air, tekstur tanah, jumlah dan kualitas bahan organic, pengolahan
tanah, dan keaktifan biotik disebabkan oleh keragaman dalam atmosfer
tanah, yang sangat nyata berpengaruh terhadap kesehatan tanaman
 Bahan atau benaman anorganik
Pengaruh pembenaman bahan anorganik kedalam tanah dapat meningkatkan atau
menurunkan antagonism terhadap patogen tanaman. Benaman ammonium nitrat (200
ppm N) dengan atau tanpa jerami ke tanah rizosfer buncis menyebabkan penurunan
sebanyak 97% jumlah mikroba antagonis in vitro terhadap Fusarium solani
 Bahan atau benaman organik
Pengaruh bahan organik ke penekanan penyakit atau patogen dalam kaitannya
dengan PH, dapat dikelompokkan ke dalam pengaruh :
a. residu tanaman
b. Nutrisi mikroba khusus
c. Kompos
 Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam system pertanian juga berpengaruh terhadap PH, Ex,
peningkatan penyakit karena Phytium, Fusarium, dan Phytophthora disebabkan oleh
penggunaan pestisida pentaklorobenzena
KULIAH II
RIZOSFER

DINI PUSPITA YANTI, SP, MP


 Setiap
makhluk hidup memerlukan nutrisi untuk
pertumbuhan dan daya tahan hidupnya
 Antagonissangat memerlukan nutrisi untuk hidupnya,
terutama untuk perkembangan dan keaktifan
mekanismenya
 Nutrisi
sangat ditentukan oleh eksudat akar tanaman
di dalam tanah ataupun di permukaan daun

Patogen tanaman tular tanah, sangat membutuhkan nutrisi


bagi kehidupannya, terutama untuk perkecambahan spora
atau konidiumnya
Khusus di dalam tanah, keberadaan
nutrisi di sekitar perakaran tanaman
sangat penting bagi agensia
pengendali hayati dan patogen
tanaman
Interaksi
terjadi di sekitar perakaran
tanaman (rizosfer)
KEDUDUKAN RIZOSFER
Istilah rizosfer pertama kali digunakan oleh Hiltner
(1904)  menggambarkan secara khusus interaksi
antara bakteri dan kacang-kacangan
Defenisiini terlalu sempit sehingga digunakan defenisi
menurut kamus, saat ini juga dikenal daerah
komponen dari berbagai lapisan sel akar itu sendiri,
yang dikenal dengan istilah endorizosfer, mikrobanya
juga mengoloni daerah di sekeliling akar (ektorizosfer)
dan permukaan akar (rizoplan)
Pada rizosfer, mikroba tanah saling mengoloni dan
bersaing
Awal pertumbuhan mikroba yang cepat di
perakaran  Faktor intensitas, yang
menunjukkan banyaknya substrat yang
tersedia untuk pertumbuhan mikroba
Tahap menurun dari pertumbuhan
mikroba  faktor kemampuan, yang
menunjukkan keseimbangan pasokan
substrat yang dipelihara oleh mikroba
tanah
TANAMAN
Endapan akar
Pertumbuhan
Nutrisi

RIZOSFER

ORGANISME TANAH
Pertumbuhan Nutrisi
Interaksi Struktur
Pasokan hara Air

HUBUNGAN SEGITIGA ANTARA TANAMAN, ORGANISME, DAN TANAH TERHADAP


RIZOSFER
ANATOMI DAN STRUKTUR KOMUNITAS RIZOSFER
Rizosfererat kaitannya dengan anatomi
dan struktur akar tanaman
penyediaan eksudat akar
1. Tudung akar
2. Sel epidermis dan rambut akar
3. Korteks
4. Endodermis
5. Eksudat dan Rizodeposit
1. Nutrisi (Nitrogen, Fosfor, dan nutrisi
lain)
2. Suhu
3. Kekurangan air
4. Kahat oksigen
INTERAKSI RIZOSFER DAN
LINGKUNGAN
5. pH tanah
PERANAN RIZOSFER BAGI AGENSI PH

 Agensia
PH memerlukan nutrisi dan tempat untuk
tumbuh dan melangsungkan hidupnya
 Kebutuhan tersebut disediakan oleh rizosfer tanaman
 Keberadaan rizosfer sangat menentukan kepadatan
populasi agensia PH
 Rizosfer
menyediakan tempat untuk hidup bagi
mikroba antagonis
 Selain
rizosfer, rizoplan juga berpernan penting dalam
terbentuknya antibiotika dari agensia PH
PENGARUH RIZOSFER TERHADAP MIKROFAUNA DAN MIKROFLORA TANAH, YANG
PADA AKHIRNYA MEMENGARUHI KEAKTIFAN PATOGEN AKAR DAN POTENSI
PENYAKIT (CURL & HARPER, 1990)
Akar tanaman

Rizosfer
Eksudat/lisat

Mikrofauna interaksi Mikroflora

Kegiatan patogen
Daya tahan hidup

Kepadatan/kemampuan
inokulum

Penyakit
KATEGORI PRODUK MIKROBA DI DALAM RIZOSFER (LYNCH AND WHIPPS,
1990)
Kelas senyawa Fungsi
a. Mungkin diserap akar pengatur tumbuh Secara potensi merangsang pertumbuhan pada
tanaman konsentrasi rendah, tetapi menghambat pada
konsentrasi tinggi
Asam organik Fitotoksin
H2S, HCN Fitotoksin
Antibiotika Pengendali penyakit, tetapi fitotoksin jika diserap
lonofor Pendukung pengambilan nutrisi dan kemungkinan
pengendali penyakit dengan membuat Fe tak
tersedia bagi patogen
b. Mungkin diikat akar Lektin/Aglutinin (Protein) Mendukung pengikatan khusus mikroba pada akar
dan mikroba lainnya
Polisakarida Pengkita mikroba tak khusus, penstabil struktur
tanah
Enzim bebas Beragam : oksidoreduktase, transferase, hydrolase,
lisase termasuk keterlibatan di dalam pendaur
nutrisi, kepatogenan, dan pengendali penyakit
KULIAH IV
PENJARINGAN
ANTAGONIS

DINI PUSPITA YANTI, SP, MP


 Penentuan
suatu agensi PH yang berpotensi dalam
mengendalikan patogen tanaman tidak terjadi dengan sendirinya
 Agensia
PH yang ada dan sudah terbukti mampu mengendalikan
patogen tanaman diperoleh dari suatu proses panjang
 Penjaringan agensia PH memerlukan waktu dan melalui bebrapa
tahap
 Masing-masing tahap mempunyai persyaratan tertentu
 Pentingnyapenjaringan agensia PH dapat dilihat dari persyaratan
yang harus ditempuh untuk dapat memperoleh agensia PH yang
berpotensi
 Ketelitian
dan keakuratan pekerjaan agensia PH sangat
menentukan keberhasilan
PENJARINGAN AGENSIA PH
Merupakan jawaban dari pertanyaan
bagaimana suatu agensia PH yang
mempunyai prospek dapat ditemukan
dan diefikasi melalui suatu pedoman,
yang nantinya secara efisien dan efektif
dapat menunjukkan kinerja yang baik di
lapang
Suatu pedoman penjaringan agensia PH
yang diterapkan dapat beragam dalam
banyak hal, terutama pelaksanaan uji
(in vitro / laboratorium, in vivo / lapang
Sumber mikroba di alam sangat
beragam, baik di dalam tanah,
permukaan daun, atau ruas tanaman
lainnya, dan bahkan dari patogen
tanaman itu sendiri (metode
konvensional dan canggih / teknik reaksi
rantai polimerase atau polymerase
chain reaction (PCR)
Banyak kasus telah dibuktikan bahwa
beberapa agensia PH yang ditemukan
berasal dari patogen tanaman yang
diparasitinya, contohnya sklerotium
KEGIATAN PENJARINGAN MIKROBA ANTAGONIS DAPAT DIKELOMPOKKAN KEDALAM 3 KELOMPOK ;
A. Isolasi, Deteksi, dan Identifikasi
Mikroba yang diperoleh dari sampel ruas tanaman harus melalui beberapa
cara untuk mendapatkannya
Beberapa tahap isolasi, deteksi, dan identifikasi agensia PH dapat dilakukan
(konvensional dan teknik genetika) ;
1. Pengambilan sampel
2. Pencucian sampel
3. Metode pencetakan sampel
4. Metode pelunakan sampel
5. Metode pilihan
a. Metode penjatuhan spora
b. Metode umpan
c. Metode medium pilihan
6. Metode deteksi dengan antibiotika
a. Penanda tak terpindah
b. Penanda terpindah
7. Metode deteksi dengan penanda
a. Gen xylE
b. Gen lux
c. Gen es
d. Gen lacZY
e. Gen uidA
8. Metode deteksi dengan satelit (probe)
a. Penggambaran mikroskop
b. Satelit antibody
c. Penhibridaan asam inti
d. Reaksi rantai polymerase (RRP/ PCR)
B. PENGUJIAN

Dilakukan setelah melalui proses


isolasi, deteksi, dan identifikasi
Perlu
dilakukan pengujian
dengan in vitro dan in planta
C. PRODUKSI DAN PEMFORMULAAN

 Kegiatan
penting PH adalah produksi dalam skala besar, efisien,
dan murah, serta pengangkutan inokulum ke tanaman
 Proses produksi agensia PH dikaitkan dengan pengoptimuman
peningkatan biomassa antagonis yang mempunyai daya hidup
tinggi, bentuk yang diinginkan, taat asas dalam kualitas, dan
bersaing dalam kemampuannya mengoloni
 Pemformulaan bertujuan untuk mempertahankan agensia PH
tetap mempunyai daya hidup tinggi selama penyimpanan, paling
sedikit selama 6 bulan dan lebih disukai bila dapat disimpan
selama 1-2 tahun tanpa perubahan
KULIAH VI
MEKANISME ANTAGONIS

DINI PUSPITA YANTI, SP, MP


 Penggunaan agensia PH dalam
mengendalikan patogen tanaman telah
banyak dilakukan
 Beberapa keberhasilan agens PH telah
dilaporkan
 Ada juga kegagalan
 Keberhasilandan kegagalan agens PH tidak
ditentukan oleh jenisnya, namun yang sangat
berperan adalah “Mekanismenya”
 Setiap
agens PH mempunyai mekanisme
yang berbeda
 SetiapAgens PH mempunyai satu ataupun
lebih mekanisme
 Mekanisme penghambatan suatu agens PH untuk
jamur antagonis berbeda dengan bakteri antagonis,
dan dengan yang lainnya
 Mekanisme utama dapat berupa parasitisme
langsung (mikoparasitisme. Infeksi bakteriofag) dan
persaingan nutrisi atau antibiosis
 Persainganakan nutrisi memegang peranan penting,
dan juga ruang hidup
 Mekanisme penghambatan agensia PH adalah cara
kerja agens PH di dalam mengendalikan patogen
tanaman
 Cara kerja biasanya menggunakan hasil metabolit
sekunder (antibiotika, toksin, enzim, atau hormon),
serta tanpa melibatkan hasil metabolit sekunder, Ex.
parasitisme
BEBERAPA CONTOH MEKANISME PENEKANAN PENYAKIT OLEH AGENSIA PH
Mekanisme Agensia PH Penyakit / patogen Inang

Persaingan Pseudomonas putida Rebah semai (Phytium Kapri, kedelai


ultimum)

Erwinia herbicola Kerusakan suhu beku Jagung


(Pseudomonas syringae,
Erwinia herbicola)

Pseudomonas syringae Kerusakan suhu beku Jagung, buncis


(Pseudomonas syringae)

Pseudomas fluorescens Rebah semai (Phytium Kapas


ultimum)

Pseudomonas putida Layu fusarium (Fusarium Anyelir


oxysporum)

Pseudomonas Rebah semai (Phytium tomat


aeruginosa ultimum)
SAMBUNGAN
Mekanisme Agensia PH Penyakit/ patogen Inang
Parasitisme/predasi Enterobacter cloacea Rebah semai (Phytium Mentimun
ultimum)
Serratia marcescens Layu kapri (Fusarium Kapri
oxysporum f.sp pisi)
Eschericia coli, Pseudomonas Busuk akar Rhizoctonia Buncis
spp. (rekombinan penghasil (Rhizoctonia solani)
kitinase) Busuk akar Sclerotium Buncis
(Sclerotium rolfsii)
Layu lobak (Fusarium Buncis
oxysporum f.sp. redolens)

ISR Pseudomonas spp. Layu Fusarium (Fusarium Anyelir


oxysporum f.sp dianthi)

Pseudomonas fluorescens Hawar halo (Pseudomonas Buncis


syringae pv. syringae)
PGPR SIDEROFOR ANTIBIOSIS

ISR TOKSIN

PENGURANGAN ENZIM
• KEAGRESIFAN AGENSIA HAYATI
LISIS
• KEVIRULENAN

PERSAINGAN PENGHAMBAT
HIPERPARASIT
TERSEBAR

Macam mekanisme agensia pengendali hayati terhadap patogen maupun tanaman inangnya
SIDEROFOR

 Kebanyakan mikroba aerob dan anaerob fakultatif tanggap


terhadap stres besi pada konsentrasi rendah di alam, dengan
menghasilkan agensia luar sel yang mengangkut besi (III)
dengan berat molekul rendah (500-1.000 dalton)
 Agensia ini dikenal dengan nama siderofor
 Isilah siderofor “Yunani”  pembawa ion besi
Penyebaran siderofor di antara spesies mikroba baik patogen maupun antagonis (Neilands,
1981)

Mikroba Siderofor
Bakteri
Spesies usus (Salmonella typhimurium, Eschericia Enterobaktin, aerobaktin
coli)
Agrobacterium tumefaciens Agrobaktin
Pseudomonas sp Piokelin, pioverdin, pseudobaktin, ferribaktin
Pseudomonas stutzeri Ferrioksamin E (nokardamin)
Bacillus megaterium Skizokenin
Actinomyces sp. Ferrioksamin

Jamur Siderofor
Penicillium, Aspergillus, Neurospora, Ustilago Ferrikrom, koprongen
Rhodotorula sp Asam rodotorulat
Ectomycorrhizal sp Tipe hidroksamat, aktif terhadap Arthrobacter
flavescens
ANTIBIOTIKA
Merupakan senyawa organik metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh mikroba,
dengan berat molekul rendah dan bersifat
toksin
Kebanyakan antibiotika dihasilkan oleh
mikroba penghuni tanah
Antibiotikayang murni telah diterapkan
sebagai pestisida untuk pengendalian
penyakit tanaman
 Sasaran mikroba antagonis terhadap mikroba
patogen :
1. Penghambat sintesis dinding sel, Ex : Penisilin,
basitrasin
2. Penghambat sintesis protein, Ex :
kloramfenikol, makrolida
3. Penghambat sintesis asam nukleat, Ex :
kuinolin, rifampisin
4. Penghambat fungsi sel, Ex : kolistin dan
polimiksin B
5. Penghambat proses metabolis lainnya, Ex :
sulfonamida, asam folat
 Keikutsertaan enzim di dalam PH digunakan sebagai pembeda
antara parasitisme dan antibiotika

You might also like