Professional Documents
Culture Documents
Tugas Tutorial I HAM
Tugas Tutorial I HAM
Tugas Tutorial I HAM
2. Hak Asasi Manusia menurut sila Kerakyatan yang Di pimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Kedaulata rakyat berarti kekuasaan dalam Negara berada di tangan
rakyat. Negara di bentuk dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Kedaulatan rakyat itu di salurkan secara demokratis melalui perwakilan,
yang bagi bangsa Indonesia melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR
). Oleh karena kedaulatan adalah di tangan rakyat, maka MPR sebgai
penjelmaan dari kedaulatan rakyat itu adalah lembaga tertinggi dalam
negar RI. Rakyatlah melalui MPR yang menetapkan Undang-undang Dasar
Negara, memilih dan memberhentikan Presiden/Wakil presiden dan
menetapkan garis besar haluan negara.
Kedaulatan rakyat berisi pengakuan akan harkat dan martabat
manusia sedang pengakuan martabat manusia berarti pula menghormati
dan menjunjung tinggi segala hak-hak asasi yang melekat padanya.
Kedaulatan rakyat itu berwujud dalam bentuk hak asasi manusia, seperti :
a. Hak mengeluarkan pendapat
b. Hak berkumpul dan berapat
c. Hak ikut serta dalam pemerintahan
d. Hak ikut jabatan-jabatan negara
e. Hak ikut kemerdekaan pers
3. Tahapan proses pembentukan perjanjian internasional :
a. Perundingan
Perundingan ialah perjanjian tahap pertama dalam proses
pembuatan perjanjian internasional. Yang sebelumnya diadakannya
perjanjian, kedua belah pihak terlebih dahulu mengadakan penjajakan atau
pembicaraan pendahuluan.
Dalam hal ini perundingan dianggap mewakili suatu negara apabila
memiliki surat kuasa “full powers atau credention” dan surat kepercayaan.
Hal ini tidak berlaku bagi seorang kepala negara atau kepala pemerintahan
atau menteri, karena jabatan mereka mewakili negaranya.
b. Penandatanganan “Signature”
Dalam tahap kedua pembuatan perjanjian internasional ialah
penandatanganan. Sebelum tahap ini dilakukan oleh para menteri luar
negeri “menlu” atau kepala pemerintahan. Dalam perjanjian
multirateral, penandatangan dapat dilakukan oleh peserta perjanjian
internasional, yang apabila disetujui oleh dua pertiga peserta yang hadir,
kecuali ketentuan lain dalam perundingan tersebut.
Sebuah perjanjian internasional belum dapat diberlakukan sebelum
diratifikasi oleh masing-masing negara. Dalam perjanjian bilateral,
kesepakatan penuh kedua belah pihak mutlak diperlukan setelah
penandatanganan perjanjian, kecuali kedua belah pihak mengehendaki
lain.
c. Pengesahan
Tahap yang ketiga dalam pembuatan perjanjian internasional ialah
pengesahan “ratifikasi”, yang tahap penandatanganan atas perjanjian
hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan
pengesahan atau penguatan. Pengesahan atau penguatan ini disebut
ratifikasi dapat dilakukan oleh badan eksekutif, legislatif atau campuran
“DPR dan Pemerintah”.
4. Kebiasaan internasional adalah kebiasaan umum yang di terima
sebagai hokum. Dengan demikian tidak semua kebiasaan internasional
menjadi sumber hokum. Untuk menjadi sumber hukum kebiasaan
internasional harus memenuhi dua unsur berikut :
a. Terdapat kebiasaan yang bersifat umum
b. Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum
Dilihat secara praktis, suatu kebiasaan internasional dapat dikatakan
di terima secara hukum apabila negara-negara menerimanya, dana pabila
keberatan, mereka akan mengungkapkan keberatannya dengan cara
diplomatic ( protes ) atau dengan cara mengajukan keberatan kepada
mahkamah internasional.
Contoh hukum internasional yang timbul melalui kebiasaan
internasional adalah penggunaan bebdera putih sebagai bendera
parlementer, maksudnya sebagai bendera yang memberi perlindungan
kepada utusan yang dikirim untuk mengadakan hubungan dengan musuh.
Contoh lain adalah perlakuan terhadap tawanan perang secara
berperikemanusiaan sebagai perwujudan dari tindakan yang memenuhi
rasa keadilan dan perikemanusiaan.