Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN

Acara 6
Energi Fosil

diajukan guna memenuhi tugas matakuliah Energi dan Elektrifikasi Pertanian

Oleh
Hidayatul Rohmah 171710201003

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi fosil merupakan sumber energi primer. Bahan bakar fosil yang
banyak digunakan adalah bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan batu bara.
Energi fosil juga merupakan sumber devisa negara. Energi fosil terbentuk dari hasil
sisa-sisa makhluk hidup yang telah tertimbun selama bertahun-tahun dan telah
terawetkan pada lapisan-lapisan batuan pembentuk kerak bumi.
Ketersidian energi fosil khususnya minyak bumi di dunia semakin menipis.
Hal ini karena ketergantungan negara-negara di dunia terhadap penggunaan minyak
bumi sebagai sumber energi. Pertumbuhan penduduk dan berkembangnya sektor
perekonomian menjadikan konsumsi terhadap minyak bumi atau energi fosil juga
meningkat.
Meningkatnya penggunaan transportasi yang berbahan bakar minyak bumi
juga meningkatkan konsumsi minyak bumi sehingga cadangan minyak bumi
menipis. Terbatasnya energi fosil menyebabkan perlu adanya pengembangan energi
terbarukan dan konservasi energi serta penghematan energi dengan cara pemilihan
memperhitungkan energi yang dibutuhkan untuk suatu proses sehingga pada proses
kehilangan energi dapat diminimalisir. Oleh karena itu, diadakanya praktikum
energi fosil.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan parktikum energi fosil ini adalah menjelaskan konversi
energi minyak menjadi energi panas dan mampu merancang sitem yang
membutuhkan energi panas berasal dari energi minyak.

1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakn praktikum energi fosil ini adalah memahami konversi
energi minyak menjadi energi panas dan memahami rancangan sitem yang
membutuhkan energi panas berasal dari energi minyak.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2019 pada pukul
07:00-09:40 WIB. Praktikum dilakukan di Laboratorium Instrumentasi Fakultas
Teknologi Pertanian

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah:
a. Satu buah kompor masak
b. Tangki bahan bakar
c. Meteran
d. Thermometer
e. Stopwatch
f. Panci
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:
a. Bahan bakar (minyak tanah)
b. Air

3.3 Gambar Diagram Alir Praktikum Energi Fosil

Mulai

Alat dan
bahan

Menghidupkan kompor minyak tanah dengan letak tangkai bahan bakar


pada ketinggian tertentu

Mengukur jumlah minyak bahan bakar dalam tangkai dan menetapkan


besarnya lubang nosel dan mengkur volume air serta temperatur air

A
4

Mengukur jumlah minyak bahan bakar dalam tangkai dan menetapkan


besarnya lubang nosel dan mengkur volume air serta temperatur air

Meletakan panci berisi air diatas kompor lakukan pengamatan sebanyak


enam kali dengan interval waktu yang ditentukan serta mrngukur
temperature air dan volume minyak dalam tangki

Mendidihkan air dalan panci dan membiarkan air mendidih selama 10


menit serta tetap mengukur temperatur dan banyaknya bahan bakar yang
digunakan

Mengulangi langkah diatas untuk ketinggian yang berbeda

Volume minyak
yang terbakar

Selesai
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel hasil pengamatan ketinggian permukaan minyak dari kompor 50 cm
Volume minyak
Waktu Temperatur Volume minyak
Pengamatan yang terbakar
(menit) air (0C) dalam tangki (cm3)
(cm3)
1 0 28 1055,04 0
2 3 42 1029,92 25,12
3 6 61 994,75 35,17
4 9 74 979,68 15,07
5 12 84 965,63 10,05
6 15 91 959,58 10,05
Pada pengamatan ketinggian permukaan minyak dari kompor 50 cm nilai
volume air awal adalah sebesar 1 liter. Pada proses pemanasan air nilai volume air
menjadi 0,96 liter.
4.1.2 Tabel hasil pengamatan ketinggian permukaan minyak dari kompor 150 cm
Volume minyak
Waktu Temperatur Volume minyak
Pengamatan yang terbakar
(menit) air (0C) dalam tangki (cm3)
(cm3)
1 0 28 924,41 0
2 3 54 909,34 15,07
3 6 80 894,27 15,07
4 9 96 889,24 5,03
5 12 101 854,08 35,16
6 15 101 828,96 25,12
Pada pengamatan ketinggian permukaan minyak dari kompor 150 cm nilai
volume air awal adalah sebesar 1 liter. Pada proses pemanasan air nilai volume air
menjadi 0,86 liter.
6

Grafik Suhu Terhadap Waktu


120
Temperatur air (℃)
100
80 Ketinggian
50 cm
60
40 ketinggian
150 cm
20
0
0 5 10 15 20
Waktu

4.1.3 Gambar grafik hubungan antara waktu dan suhu pada ketinggian permukaan
minyak dari kompor 50 cm dan 150 cm
Berdasarkan gambar 4.3.1 menunjukan bahwa suhu air dalam panci
mengalami kenaikan. Kenaikan suhu air terjadi karena air menerima kalor dari api
kompor melalu panci. Panci dapat menghantarkan panas dari api karena panci
terbuat dari bahan alumunium sehingga bersifat konduktivitas.
Besarnya energi panas yang diterima air dan lamanya waktu saat pemanasan
air mengakibatkan suhu air juga meningkat. Pada ketinggian permukaan minyak
dari kompor 50 cm suhu air belum mencapai titik didihnya sedangkan pada
ketinggian permukaan minyak dari kompor 150 cm suhu air sudah mencapi titik
didihnya. Saat suhu air mencapai titik didihnya yaitu 1000C maka suhu air tidak
akan mengalami kenaikan dan suhu air akan konstan seperti ditunjukan pada
gambar grafik 4.1.3 pada ketinggian permukaan minyak dari kompor 150 cm. Hal
ini karena saat air sudah mendidih kalor digunakan untuk merubah wujud zat cair
menjadi gas.

4.2 Gambar Kontruksi Kompor dan Perubahan Wujud Bahan Bakar Minyak
menjadi Api
Pembakaran merupakan proses atau reaksi oksidasi yang cepat antara bahan
bakar (fuel) dan oksidator yang menimbulkan panas atau nyala api. Bahan bakar
7

(fuel) merupakan substansi yang melepas panas ketika dioksidasi dan mengandung
unsur-unsurkarbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan sulfur (S). Oksidator adalah
substansi yang mengandung oksigen yang akan bereaksi dengan bahan bakar.
Bahan bakar dalam tangki dengan volume awal 1 liter diletakkan pada posisi
yang lebih tinggi dari kompor dan disambungkan dengan selang menuju kompor.
Posisi tangki lebih tinggi dari kompor bertujuan agar bahan bakar dapat mengalir
ke kompor. Oksidator yang bereaksi dengan bahan bakar terjadi karena adanya
penyalaan menggunakan korek api sehingga akan terjadi proses pembakaran
karena substansi-substansi tersebut saling bereaksi. Proses pembakaran
menimbulkan gas sisa pembakaran yaitu CO2 (karbon dioksida) dan H2O (uap air).

TER
MO
ME
TER

Gambar 3.1 Sketsa kompor saat praktikum

4.3 Perhitungan Panas yang Dihasilkan oleh Pembakaran Minyak pada


Pengamatan Kedua sampai Pengamatan Ketiga pada Ketinggian Tangki
50 cm dan 100 cm.
Panas yang dihasilkan pembakaran minyak antara pengamatan kedua
sampai pengamatan ketiga pada percobaan pertama dengan ketinggian permukaan
minyak dari kompor 50 cm dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut ini:
8

Massa minyak pengamatan 2 dan 3 = ρ x Vminyak terbakar ( pengamatan 2 dan 3)


= 0,8 g/cm3 x (25,12+35,17) cm3
= 0,8 g/cm3 x 60,29 cm3
= 48,23 gram
Q minyak pengamatan 2 dan 3 = m. c. ΔT
= 0,04823 kg . 220 J/kg°C . (61-42)°C
= 0,04823 kg . 220 J/kg°C . 19°C
= 201,6 Joule
Berdasrkan perhitungan diatas besarnya panas yang dihasilkan oleh
pembakaran minyak, pengamatan kedua dan ketiga adalah sebesar 201,6 Joule.
Pada ketinggian permukaan minyak dari kompor 150 cm panas yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
Massa minyak pengamatan 2 dan 3 = ρ x Vminyak terbakar ( pengamatan 2 dan 3)
= 0,8 g/cm3 x (15,07+15,07) cm3
= 0,8 g/cm3 x 30,14 cm3
= 24,112 gram
Q minyak pengamatan 2 dan 3 = m. c. ΔT
= 0,024112 kg . 220 J/kg°C . (80-54)°C
= 0,024112 kg . 220 J/kg°C . 26°C
= 137,92 Joule
Besarnya panas yang dihasilkan pada pengamatan kedua hingga ketiga pada
ketinggian permukaan minyyak dari kompor 150 cm sebesar 137,92 Joule.

4.4 Panas yang Diserap Air pada Pengamatan Kedua sampai Pengamatan
Ketiga pada Ketinggian Tangki 50 cm dan 100 cm
Besarnya panas yang diserap air pada saat percobaan pertama dengan
ketinggian minyak 50 cm dari kompor untuk pengamatan kedua sampai ketiga
adalah sebagai berikut:
9

Massa air =ρxV


= 1 g/cm3 x 1000 cm3
= 1000 gram
= 1 kg
Q serap air = m. c. ΔT
= 1 kg . 4200 J/kg°C . (61-42)°C
= 798.00 Joule
Berdasarkan perhitungan diatas besarnya panas yang diserap oleh air pada
percobaan pertama pengamatan pertama dan kedua adalah 798.00 Joule sedangkan
untuk mengetahui besarnya panas yang diserap air pada percobaan kedua dengan
ketinggian permukaan minyak 150 cm dari kompor adalah sebagai berikut:

Massa air =ρxV


= 1 g/cm3 x 1000 cm3
= 1000 gram
= 1 kg
Qserap air = m. c. ΔT
= 1 kg . 4200 J/kg°C . (80-54)°C
= 109.200 Joule
Jadi, besarnya panas yang diserap oleh air pada percobaan kedua
pengamatan pertama dan kedua adalah 109.200 Joule. Pada ketinggian permukaan
minyak dari kompor 150 cm memiliki nilai kalor yang lebih besar.Hal ini
menunjukkan tinggi rendahnya tangki bahan bakar berpengaruh pada konsumsi
bahan bakar tersebut. Semakin tinggi letak tangkinya, maka semakin banyak pula
konsumsi bahan bakarnya karena adanya pengaruhi gaya gravitasi serta sifat zat
zair yang mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga
panas yang diserap oleh air lebih banyak.
10

4.5 Efisiensi Termal Kompor atau Tungku pada Ketinggian Permukaan


Minyak dari Kompor 50 cm
Efisiensi termal merupakan perbandingan antara suhu yang terpakai (suhu
rataan pada output) dengan suhu yang tersedia (suhu rataan pada ruang bakar) dan
suhu rataan pada input. Efisiensi tungku merupakan perbandingan antara energi
yang keluar dari tungku dengan energi yang tersedia (Ahmad, et al., 2011).
Perhitungan efisiensi termal tungku pada saat tangki minyak setinggi 50 cm
di atas kompor. Pada awal pembakaran suhu airnya 28°C dan diakhir pengamatan
suhunya menjadi 91°C sehingga diketahui perubahan suhunya sebesar 63°C.
Vtotal minyak terbakar = (25,12 +35,17+15,07 + 10,05 + 10,05) cm3
= 95,46 cm3
Massa minyak total = ρ x Vtotal
= 0,8 g/cm3 x 95,46 cm3
= 76,368 gram
= 0,076368 kg
Qminyak total = m. c. ΔT
= 0,076368 kg . 220 J/kg°C . 63°C
= 1.058,5 Joule
Air pada saat awal pembakaran volumenya 1 liter dan pada akhir
pembakaran tersisa 0,96 liter. Selisih air yaitu 0,04 liter sehingga dapat dihitung
untuk kalor total yang diserap air berdasarkan jumlah air yang teruapkan adalah
sebagai berikut.
Massa air teruapkan =ρxV
= 1 g/cm3 x 400 cm3
= 400 gram
= 0,4 kg
Qtotal air = m. c. ΔT
= 0,4 kg . 4200 J/kg°C . 63°C
= 105.840 Joule
11

Efisiensi termal tungku = Qtotal air / Qtotal minyak


= 105.840 Joule / 1.058,4 Joule
= 100 %
Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan bahwa efisiensi termal pada
tungku pada percobaan 1 yaitu sebesar 100%.

4.6 Efisiensi Termal Kompor atau Tungku pada Ketinggian Permukaan


Minyak dari Kompor 150 cm
Pada percobaan kedua yaitu dengan ketinggian tangki minyak 150 cm di
atas kompor. Pada awal pembakaran suhu airnya 28°C dan diakhir pengamatan
suhunya 101°C sehingga diketahui perubahan suhunya sebesar 73°C.
Vtotal minyak terbakar = (15,07+15,07+5,03+35,16+25,12) cm3
= 95,45 cm3
Massa minyak total = ρ x Vtotal
= 0,8 g/cm3 x 95,45 cm3
= 76,36 gram
= 0,07636 kg
Qminyak total = m. c. ΔT
= 0,07636 kg . 220 J/kg°C . 63°C
= 1.058,34 Joule
Air pada saat awal pembakaran volumenya 1 liter dan pada akhir
pembakaran tersisa 0,86 liter, selisih air pada wadah yaitu 0,14 liter sehingga dapat
dihitung untuk kalor total yang diserap air berdasarkan jumlah air yang teruapkan
adalah sebagai berikut.
Massa air teruapkan =ρxV
= 1 g/cm3 x 140 cm3
= 140 gram
= 0,14 kg
Qtotal air = m. c. ΔT
= 0,14 kg . 4200 J/kg°C . 63°C
= 37.044 Joule
12

Efisiensi termal tungku = Qtotal air / Qtotal minyak


= 37.044 Joule / 1.058,34 Joule
= 35 %
Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa efisiensi termal tungku pada
percobaan 2 sebesar 35 %.

4.7 Cara menaikkan efisiensi kompor


Efisiensi kompor dinaikan agar bahan bakar yang dikeluarkan dapat
seminimal mungkin. Bahan konstruksi kompor yang baik digunakan adalah yang
bersifat konduktor dan kuat. Luas permukaan penghantar panas mempengaruhi
daya hantar panas, semakin luas permukaan penghantar panas maka daya hantar
yang dihasilkan semakin besar. Penggunaan bahan bakar yang memiliki kandungan
gas metan yang tinggi digunakan agar pembakaran menjadi maksimal dan untuk
menghemat penggunaan bahan bakar fosil. Perawatan pada kompor juga
berpengaruh terhadap efisiensi, jika perawatannya baik maka umur simpannya akan
lebih lama dan tingkat efisiensinya akan meningkat.

4.8 Pemanasan Kompor saat awal penggunaan


Pada awal penggunaan kompor dilakukan pemanasan. Pemasan kompor ini
dilakukan dengan cara menyalakan api pada bagian bawah konstruksi sumbu
kompor sehingga mengakibatkan tekanan panas pada bagian tersebut. Panas yang
dihasilakan pada proses ini akan mendororong bahan bakar naik pada permukaan
sumbu kompor sehingga api pada bagian permukaan kompor menyala dan kompor
bisa digunakan. Pada saat permukaan sumbu kompor sudah menyala maka
pemanasan ini tidak perlu dilakukan lagi.

4.9 Perubahan Energi Fosil menjadi Energi Cahaya pada Lampu Petromaks
Lampu petromak merupakan peralatan yang digunakan dalam reaktor
biogas. Lampu petromax dilakukan modifikasi agar dapat menggunakan bahan
bakar biogas yang memiliki tekanan yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan
13

bakar gas elpiji. Lampu petromak harus dibuat loss tidak ada penghalang dan
penampang saluran menuju ke kaos petromak juga harus dibuat loss.
Energi pembakaran kaos lampu berasal dari bahan bakar minyak tanah.
Agar dapat naik ke atas maka tangki bahan bakar harus diberi tekanan sekitar 2 bar
atau 30 psi. Alat penguap dipanaskan sehingga merubah minyak tanah menjadi gas
sebelum menyalakan bahan atau kaos petromak. Preheating dapat dicapai dengan
membakar alkohol dalam cangkir preheating yang terletak di dasar penguap atau
dibawah kaus. Panas dari pijaran api biru (terbungkus dalam kaus) digunakan untuk
mengubah minyak tanah menjadi uap. Minyak tanah yang menguap pada suhu
sekitar 250°C melalui alat penguap yang melingka. Uap minyak tanah akan
mengalami peningkatan suhu, sampai keluar dari lubang kecil di ujung alat
penguap. Saat uap keluar minyak tanah mulai menyebar dan bercampur dengan
udara di ruang persegi kecil di sisi lampu petromak. Bercampurnya uap minyak
tanah dengan udara yang mengakibatkan bunyi mendesis lampu Petromaks pada
saat digunakan. Uap minyak tanah dan udara bergerak ke dalam tabung di mana
keduanya bercampur dalam satu aliran yang berputar sehingga pembakaran akan
sempurna dan menghasilkan panas dan nyala api dan membakar kaos petromak.
Energi panas yang besar dapat dihasilkan dengan cara mengalirkan jumlah bahan
bakar yang besar dalam waktu yang singkat sehingga bahan bakar lebih mudah
terbakar, maka bahan bakar perlu disemprotkan atau diuapkan agar ukuran
partikelnya menjadi lebih kecil (Burhanuddin, 2011).

Gambar 4.1 Kontruksi lampu petromax


14

4.10 Penyediaan Energi Biogas di Desa


Biogas merupakan campuran gas metana (± 60%), karbon dioksida (±38%),
dan lainnya N2, O2, H2 & H2S (±2%) sehingga dapat dibakar seperti layaknya gas
elpiji sering dipakai untuk memasak dan penerangan. Bahan-bahan sumber biogas
dapat berasal dari kotoran ternak, limbah pertanian, dan sampah limbah organik.

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara


anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (gas yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon
dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi dibantu oleh sejumlah
mikro organisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-55ºC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak
bahan-bahan organik secara optimal. Bangunan utama dari instalasi biogas adalah
digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan-
bahan organik oleh bakteri. Contoh penyediaan biogas yang berada dipedesaan
adalah Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, pemanfaat
biogas digunakan sebagai konsumsi para pedagang makanan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembakran merupakan proses oksida yang terjadi dengan cepat antra bahan
bakar dan oksidator sehingga menimbulkan panas atau nyala api.
2. Besarnya energi panas yang diterima air dan lamanya waktu yang diberikan
mengakibatkan semakin besar pula kenaikan suhu pada air
3. Tinggi rendahnya tangki bahan bakar berpengaruh pada konsumsi bahan bakar
tersebut. Letak tangki semakin tinggi dari permukaan kompor maka semakin
banyak pula konsumsi bahan bakarnya karena adanya pengaruhi gaya gravitasi
serta sifat zat zair yang mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang lebih
rendah sehingga panas yang diserap oleh air lebih banyak.
4. Efisiensi tungku berbanding lurus dengan tinggi letaknya tangki
minyak.semakin tinggi letak tangki minyak, maka nilai efisiensi termal akan
semakin tinggi juga.
5. Cara menaikkan efisiensi tungku pembakaran dengan memperhatikan bahan
pembuatan tungku, biomassa yang digunakan, luas penampang panas, dan
perawatan terhadap tungku.
6. Pemanasan pada awal penggunaan kompor dilakukan untuk mendorong bahan
bakar naik ke permukaan kompor melalui lubang nozel.
7. Pemanfaatan gas bio sebagai energi alternatif merupakan salah satu bahan
bakar yang mampu menghasilkan gas metan dengan jumlah besar sebagai
pengganti bahan bakar fosil untuk kegiatan memasak, penerangan, pompa dan
sebagainya.

5.2 Saran
Pada pelaksanaan praktikum ini perlu memperhatikan keselamtan kerja
karena digunakan bahan-bahan yang mudah terbakar. Selain itu juga diperlukan
ketelitian agar data hasil pengamatan tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.M., Pudjiono, E., dan Setyawan, A.B. 2011. Rancang Bangun Dan Uji
Performansi Tungku Keramik Berpipa Spiral Dengan Bahan Bakar Padat.
Burhanuddin. 2011. Analisis Prestasi Lampu Petromax Berbahan Bakar LPG.
Jurnal Mechanical.
LAMPIRAN

Gambar 1. Konstruksi kompor Gambar 2. Pemanasan air

Gambar 3. Pengukuran suhu air

You might also like