Materi KPS

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 38
Bacaan 1 MEMAHAMI TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA Menurut Orton (1992: 2), untuk ‘mengajar matematika diperlukan teori, yang digunakan antara lain untuk ‘membuat keputusan di kelas. Sedangkan teori telajar matematika juga diperlukan untuk dasar mengobservasi tingkah laku anak didik dalam belajar. Kemampuan untuk mengambil keputusan dikelas dengan tepat dan cepat, dan kemampuan untuk mengobservasi tingkah laku anak didik dalam —bela-jar, — merupakan sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran matematike yang tepat, _schingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna, dan menyenangkan. Oleh Karena itu para guru SD-MI hendaknya mémahami teori belajar dan mengajar matematika, agar dapat menentukan —_pendekatan pembelajaran yang tepat, _schingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna, dan juga menyenangkan. Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori pembelajaran matematika yang sekiranya dapat dijadikan acuan bagi para guru untuk —mengajar matematika di SD-MI. Sedangkan tujuan pembahasan tersebut agar para guru SD- MI dapat memahami teori pembelajaran matematika, sehingga— mampu. menentukan —pendekatan —_belajar matematika di SD/MI yang tepat, efektif, dan menyenangkan. A. Teori Pembelajaran Piaget Pada umumnya anak SD berumur sekitar 6/7—12 tahun, Menurut Piaget foyo, 1988: 45), anak seumur Periode ini disebut operasi Konkret sebab perpikirlogiknya didasarkan agg ranipulasi fisik objek-objek Konkret, ‘Anak yang masih berada pada perioge jn untuk erpikir_abstrak ” masih embutuhkan Bantuan memanipulasi obyek-obyek konkret atau pengalaman- pengalaman yang langsung dialaminya, ‘Dalam belajar, menurut Piaget, struktur kognitif yang dimiliki seseorang terjadi Karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki Seseorang, Adapun akomodasi adalah proses menstruktur Kembali menial sebagai akibat_adanya informasi. dan pengalaman baru (Hudoyo, 1988: 47) Jedi belajar tidak hanya menerima informasi dan pengalaman lama yang dimiliki anak —didik untuk mengakomodasikan —informasi_ dan pengalaman baru. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan pada tahap operasi konkret adalah pembelajaran yang didasarkan pada benda-benda konkret ager mempermudah anak didik dalam memahami konsep-konsep matematika. Misalnya untuk memahami suatt Konsep matematika, anak memerlukan bantuan memanipulasi benda-benda konkret yang —relevan _sebagsi pengalaman langsung. Contoh untuk memahami —konsep _penjumlahat bilangan cacah 3 + 4 anak — perlt mengalami menggabungkan kelompok 3 benda dengan Kelompok 4 bends menjadi satu kelompok baru (gamber 14). Dapat juga dengan melakukan permainan berlagu ular naga panjanghy# ‘lou naik kereta api, Kepita Selokta Pembelajaran di Sekolah Das" 6 Be CS & B 2s Gambar 14. Gabunean dari 2 kelompok meniadi Menurut Piaget, _perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak. Pada tahap konkret, kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk —“mendapatkan —_pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Pada tahap semi konkret sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkret lagi seperti pada tahap konkret, tetapi cukup dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan anak pada tahap semi abstrak memanipulasi/melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak. Sedangkan pada tahap abstrak anak sudah mampu berpikir secara abstrak dengan melihat lambang/simbol ‘atau membacaw/mendengar secara verbal tanpa kaitan dengan —objek-objek konkret. Untuk —Tebih__jelasnya, perhatikan contoh 4 tahap anak dalam memahami bilangan 3 (tiga) berikut: Pada tahap konkret: misal anak melihat pertunjukan tari balet dengan penari sebanyak 3 orang untuk dapat memahami bilangan 3. Pada tahap semi konkret: dengan melihat gambar 3 orang penari (gambar 15) anak mampu memahami bilangan 3. Gambar 15. Gambar 3 orang peneri, Pada tahap semi abstrak: dengan melihat 3 tanda (misalaya noktah), anak mampu ‘memahami bilangan 3 (garnbar 16). Gambar 16, Ada 3 noktah, Pada_tahap_abstrak: dengan melihat angka 3 atau mendengar “tiga”, anak sudah mampu memahami bilangan 3. B. Teori Pembelajaran Bruner. Menurut Bruner (Hudoyo, 1988: 36), belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur- struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajariserta meneari hubungen-hubungan —antara Konsep-konsep dan struktur-struktur ‘matematika. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu mudah dipahami secara I Komprehensif. Selain itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila” yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer, Dalam belajar, Bruner hampir selalu. memulai dengan memusatkan manipulasi material. Anak didik harus menemukan — Keteraturan dengan Kopita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar 7 pln an Camscaner cara pertama-tama_memanipulasi material yang sudah dimiliki anak didik Berarti anak didik dalam —belajar haruslah terlibat aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan dari __Keaktifan fisiknya. Bruner —melukiskan — anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yait 1, Tahap Enaktif. Pada tahap ini, dalam belajar, anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret sccara langsung. Misalnya untuk memahami Konsep ‘operasi pengurangan bilangan cacah 7 ~ 4, anak = memerlukan —pengalaman mengambil/ membuang 4 benda dari sekelompok 7 benda. 2. Tahap Tkonik. Pada tahap ini kegiatan anak mulaimenyangkut — mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak memanipulasi Jangsung objek-objek konkret seperti pada tahap cnaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi_ dengan _memakai gambaran dari objek-objek yang dimaksud. 3. Tahap Simbolik. Tahap ini merupakan — tahap memanipulasi simbol-simbol _secara Jangsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek. ‘Untuk lebih memperjelas tahapan belajar matematika menurut Bruner, dapat melihat contoh tahapan anak dalam memahami konsep pengurangan bilangan cacah 7 — 4 berikut ini (gambar 17). ‘Anak membuang (mengambil) 4 ‘ensil dari sekelompok 7 pens, Tah m Tahap eat menghining anys “tahup komik Tohap 7-4 simboik => = cantor 17 Tis uhapan anak blajarkonsep penguanayn henarat Bruner Dari hasil penelitian Bruner ke sekolah-sekolah (dalam — Ruseffendi 1992; 110 - 113), dalam belajar matematika ada beberapa teori yang berlaku yang disebutnya dengan dail, ‘Teori tersebut antara lain adalah dalil penyusunan (construction theorem), dalil notasi (notation theorem), —_dalil pengkontrasan dan keanekaragaman (contras and variation theorem), serta Galil pengaitan (connectivity theorem). 1. Dalit Penyusunan Menurut dalil penyusunan, siswa selalu ingin mempunyai kemampuan menguasai definisi, teorema, konsep dan kemampuan matematis lainnya. Oleh arena itu siswa hendaknya dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk —menguasaisuatu.-konsep matematis hendaknya siswa mencoba dan melakukan sendiri kegiatan yang mengacu pada perumusan dan penyusunan Konsep tersebut. Jika dalam proses perumusan dan penyusunan tersebut disertai bantuan objek-objek konkret, maka anak lebih mudah un Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasaf pln an Camscaner tuk memahaminya, dan ide/konsep tersebut lebih than Tama dalam ingatannya. Untuk ita dalam pembela- jaran konsep matematis, guru hendaknya benar-benar memberi kesempatan anak untuk melaksanakan tahap enaktit. 2. Dalil Notasi. Dalil notasi dalam- penyajian konsep matematis, notasi memegang peranan yang sangat penting. Penggunaan notasi dalam menyatakan konsep matematis tertentu harus — disesuaikan dengan —_tahap perkembangan anak didik. Misalnya notasi untuk menyatakan fungsi f(x) +5, untuk anak SD dapat digunakan + ‘A + 5, sedangkan bagi anak sekolah lebih lanjut (SLTP) dapat digunakan {(sy) Ly =x +5} 3. Dalil —Pengkontrasan dan Keanekaragaman Menurut hasil penelitian Bruner, pengkontrasan dan keanckaragaman sangat penting dalam —melakukan pengubahan Konsep matematika dari konsep konkret_ menjadi konsep yang lebih abstrak. Untuk melakukan itu diperlukan banyak —contoh dan beranekaragam, sehingga anak memahami_karakteristik konsep yang dipelajari. Contoh-contoh yang diberikan hendaknya memenuhi rumusan konsep yang sedang dipelajari. Untuk dapat lebih memahami karakteristik konsep, juga diperlukan contoh yang_ tidak memenuhi rumusan konsep. Misalnys untuk memahami konsep bilangan 2 (dua) diberi_Kegiatan — membuat kelompok benda-benda_ yang beranggotakan 2. Selain itu juga diberi kegiatan membuat kelompok benda yang anggotanya tidak dua untuk lebih memahami konsep bilangan dua, Atau memilih kelompok-kelompok mana yang merupakan kelompok 2 benda (gambar 18), dan kelompok-kelompok mana yang bukan kelompok 2 benda (gambar 19), Berikut ini contoh kegiatan yang diberikan pada siswa kelas 1 SD/ML Berilah tanda ¥pada kelompok 2 bonda! Gambar 18. Contoh soal agar anak lebih ‘memahami karakteristik konsep. Berilah tanda pada kelompok yang bukan 2 benda! Gambar 19, Cootoh sea pengkontrasaD arakteristik konsep. 4. Dalil Pengaitan Dalil pengaitan menyatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan konsep yang lain mempunyai kaitan yang erat, baik dari segi isi maupun dari segi penggunaan rumus~ rumus. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi materi yang lain, atau suatu konsep — digunakan untuk menjelaskan konsep yang lain, Misalnya rumus luas jajargenjang merupakan materi prasyarat untuk penemuan rumus Jas segitiga yang diturunkan dari rumus uas jajargenjang. Dengan pendekatan intuitif-deduktif, ramus isi tabung diperlukan untuk menemu-kan rumus isi kerucut, Untuk itu dipertukan alat peraga model sebuah tabung—tanpa Kapita Selekta Pombelajaran di Sekolah Dasar 9 pln an Camscaner tutup dan sebuah kerucut tanpa bidang’ ka atau karton, tabung alas yang terbuat dari dengan syarat tinggi dengan tinggi kerucut dan ja tabung sama dengan jari-jari kerucut, dan pasir, sama, ri alas alas Gamber 20. Mode! tabung tana tutup dan model erucu tanpa alas yang sama tinge dan sama joi- Jar fingkaran alasaya, Kegiatan yang diberikan pada anak adalah dengan menggunakan pasir anak mengukur isi tabung dengan takaran kerucut. Anak akan mendapatkan bahwa untuk mengisi tabung dengan pasir hingga penuh dengan memakai takaran kerucut, diperlukan 3 kali menuangkan pasir dari kerucut yang penuh pasir kkedalam tabung. Secara intuitif’ anak dapat mengerti bahwa isi tabung = 3x isi kerucut. Kemudian dengan penalaran deduktif anak diajak menurunkan rumus isi kerucut dari isi tabung. Dari percobaan diperoleh isi tabung = 3 x isi kerucut, atau isi kerucut = ; x isi tabung. Karena isi tabung = 71°t, maka 1 isi kerucut = = ar*t. , 3 ‘Teori Pembelajaran Dienes Perkembangan konsep matematika menurut Dienes (dalam Resnick, 1981: c. 120) dapat dicapai_ melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajamya_berjalan dari yang konkret ke simbolik. Tahap belajar adalah —interaksi yang direncanakan antara_ satu segmen struktur pengetahuan dan belajar aktif, yang dilakukan melalui" media matematika yang didesain secara khusus, Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara Konkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa _objek-objek konkret dalam bentuk —_permainan mempunyai peranan sangat _penting dalam pembelajaran_ matematikejika dimanipulasi 180" Gambar 28. Perbeda: arena porbedaan aksioma yang melandasl. Tahap akurasi merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh Karena itu tidak mengherankan jika ada anak yang masih belum sampai pada tahap ini, meskipun sudah duduk di bangku sekolah Janjutan atas atau di perguruan tinggi. I. Penerapan Teori Pembelajaran dalam Pembelajaran Matematika. Dari pembahasan —_teori-teori pembelajaran matematika tersebut di atas, temyata bahwa beberapa abl mempunyai Kesamaan pendapat, yaitu anak dalam belajar matematika akan dapat memahami jika dibantu dengan manipulasi objek-objek konkret. Untuk penerapannya di dalam pembelajaran, akan lebih baik jika setiap —teori pembelajaran matematika itu tidak berdiri —_sendiri-sen tetapi dikombinasikan sesuai dengan Kebutuhan, Sebagaicontoh untuk pembelajaran gcometri, pada _tahap analisis balok, dapat kita pakai teori pembelajaran Bruner dengan 3 tahapannya, yaitu. enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap enaktif anak diberi kegiatan mengamati model bangun balok Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar 24 pln an Camscaner Jumlsh bosar sudut-sudut segitiga untuk menearibidang sisi dan membilang berapa banyaknya bidang sisi, menunjukkan mama bentuk bangun bidang sisi balok, mencari rusuk dan ‘membilang banyaknya rusuk, mencari titik sudut dan’ membilang banyaknya sudut, dan lain sebagainya. Pada tahap ikonik anak mengamati gambar ruang bangun balok untuk melakuken tugas seperti tugas pada tahap enaktif. Pada tahap simbolik, tanpa model bangun balok atau gambar balok, anak menentukan bentuk bangun bidang sisi balok, —banyaknya —rusuk —_balok, banyaknya bidang sisi balok, dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk pembelajaran topik tersebut _selain mengindahkan tahapan belajar geometri menurut Van Hiele juga menggunakan tahapan belajar menurut Bruner (gambar 30). Pada pembelajaran _matematik Joga diperlukan teori belajar dari Brownell, Skinner, maupun Thorndike, Karena untuk keterampilan _mekani matematisnya anak perlu mendapatkan drill, maupun pengertian, penguatan dan motivasi dalam belajar matematika agar dapat belajar dengan senang dan berhasil optimal. Oleh Karena itu para calon gurw/guru SD-MI sangat dianjurkan untuk’ memahami dan menguasai teori belajar mengajar matematika bagi anak SD-MI dan menerapkannya pada pembelajaran matematikanya, Tahap analisis balok (menurut Van Hiele: anak mengenali sifat-sifat balok yang diamati), dengan menggunakan teori belajar belajar Bruner. ‘Tahap cnaktif > J. ik mengamat fh bend balck C/N spade Pat dart kstOn, one Secs) an ay ol iat meng mee ‘Anak di be estan tik sudut sebanyak 8: A.B, CDE, FG.H dapat sifatsifat yang dimilikibalok, dan ‘dapat menyebutkan namanya tanpa melihat ‘model benda atau gambar balok. mbar 30 Tahopanslisis bloke ‘sngaumakan teat bela Grane, Resume : Menurut Piaget, perkembangan belajar anak SD melalui 4 tahap, yaitu konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak. ‘Kepita Selekta Pembelajaran aii Sekolah Dasar 2 _—_aa_ pln an Camscaner

You might also like