Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

STUDI KOMPARATIF PETANI BERMITRA DAN TIDAK BERMITRA

PADA USAHATANI CABAI MERAH DI DESA WONOASRI


KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER

Ghea Masitha Nanda Lestari1, Lenny Widjayanthi2, Ati Kusmiati2


1
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fak. Pertanian Universitas Jember
2
Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fak. Pertanian Universitas Jember
email : ghea_mnl@rocketmail.com

ABSTRACT

Red chili is a vegetable commodity that is much needed, not only domestic needs but also
abroad. District of Tempurejo Wonoasri Village area is an area where there is a group of
farmers who namely farmers partnership and not partnership. The goal of study are: (1)
Examines the factors which to base decisions for partnership and not partnership farmer. (2)
Examines the income disparities for partnership and not partnership farmer. (3) Examines the
factors that effect a level of income for partnership and not partnership farmer. The method
used descriptive analysis method and comparative analysis method. This research used primary
data and secondary data. The analysis method used priority setting analysis, income approach,
and multiple linear regression analysis. The result of study shows that: (1) The order of priority
factors for partnership farmers are: Indemnity risk; Capital guarantee; Market; Availability of
fertilizer; The cultivation technical guidance; Post-harvest technical guidance; Government
involvement; Planting certain varieties; and The openness of the employers. The order of
priority factors that farmers do not partner are: The openness of the employers; Planting
certain varieties; Government involvement; Availability of fertilizer; Post-harvest technical
guidance; The cultivation technical guidance; Capital guarantee; Indemnity risk; and Market.
(2) Average income of non-partner farmers and growers partners on red chili farming in the
village Wonoasri is not significantly different, (3) factors that affect farmers' income levels are
partnership and partnership is a production, the cost of soil lease, and farmers' membership
status.

Keywords: chili farmers, partnerships, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.

PENDAHULUAN kemitraan antara perusahaan dengan petani


Dewasa ini agribisnis sebagai leading diharapkan dapat meningkatkan
sector dalam pengembangan usaha produktivitas, meningkatkan pangsa pasar,
pertanian, dapat menjadi benteng meningkatkan keuntungan, sama-sama
pengamanan perekonomian masyarakat di menanggung resiko, menjamin pasokan
pedesaan, karena didukung oleh keunggulan bahan baku, dan menjamin distribusi
komparatif yang dimiliki seperti pemasaran. Informasi dan kepastian pasar
keanekaragaman iklim dan sumber daya melalui kemitraan antara petani dengan
alam. Salah satu tanaman hortikultura yang perusahaan sangat penting untuk
banyak dibudidayakan petani di Indonesia memperoleh kepastian harga, kualitas dan
adalah cabai. Cabai merupakan komoditas kuantitas produk yang diinginkan oleh
sayuran yang banyak dibutuhkan, tidak perusahaan. Pentingnya aspek kemitraan
hanya kebutuhan dalam negeri saja tetapi usaha sudah sejak lama disadari oleh
juga luar negeri. pemerintah, khususnya untuk Kabupaten
Salah satu strategi yang dapat Jember yang merupakan salah satu pemasok
meningkatkan daya saing cabai merah cabai merah di Jawa Timur.
adalah melalui kemitraan usahatani cabai Wilayah Desa Wonoasri merupakan
merah. Kemitraan diterjemahkan sebagai daerah dimana terdapat kelompok tani yang
pasangan atau persekutuan. Melalui dibedakan menjadi dua, yaitu petani

30 JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016


bermitra dan tidak bermitra. Petani yang menggunakan pendapat Slovin, yaitu dengan
bermitra dan tidak bermitra tentunya menggunakan formulasi:
terdapat perbedaan dalam tingkat
pendapatan yang diperoleh dan faktor-faktor
Keterangan :
yang mempengaruhi perbedaan pendapatan
n = Ukuran sampel petani cabai merah di Desa
dalam usahatani tanaman cabai merah yang Wonoasri Kecamatan Tempurejo Kabupaten
berpengaruh terhadap kesejahteran Jember.
kehidupan para petani. Tujuan dari N = Ukuran populasi petani cabai merah di Desa
penelitian ini antara lain: Wonoasri Kecamatan Tempurejo Kabupaten
Jember.
1. Mengkaji faktor-faktor apa saja yang e = Persen kelonggaran ketidaktelitian
menjadi dasar keputusan petani untuk karena pengambilan sampel yang
bermitra dan tidak bermitra pada masih dapat ditolerir (10%).
usahatani tanaman cabai merah
(Capsicum annuum, L.) di Desa Populasi dan jumlah sampel petani cabai
Wonoasri Kecamatan Tempurejo merah di Desa Wonoasri Kecamatan
Kabupaten Jember. Tempurejo Kabupaten Jember dapat dilihat
2. Mengkaji perbedaan tingkat pendapatan pada tabel 1.
petani bermitra dan tidak bermitra dalam Tabel 1. Data Sampel Penelitian Petani
usahatani tanaman cabai merah Cabai Merah Berdasarkan Status
(Capsicum annuum, L.) di Desa Kemitraan
Wonoasri Kecamatan Tempurejo Status Kemitraan Populasi Sampel
Kabupaten Jember. Petani Mitra 23 petani 20 petani
3. Mengkaji faktor yang berpengaruh Petani Non Mitra 45 petani 20 petani
terhadap tingkat pendapatan petani Total 68 petani 40 petani
bermitra dan tidak bermitra dalam Sumber: Data Primer diolah (2014)
usahatani tanaman cabai merah
(Capsicum annuum, L.) di Desa Metode pengumpulan data pada
Wonoasri Kecamatan Tempurejo penelitian ini menggunakan metode:
Kabupaten Jember. 1. Daftar pertanyaan (kuisioner) yang
sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti.
Metode kuisioner dilakukan dalam upaya
METODE PENELITIAN
Penentuan daerah penelitian ini mendapatkan data primer dari 40
dilakukan dengan sengaja (Purposive responden. Pengumpulan data ini
method), yaitu Desa Wonoasri Kecamatan dilakukan pada bulan Februari – April
Tempurejo Kabupaten Jember. Metode 2015.
penelitian yang digunakan adalah metode 2. Literatur maupun instansi yang terkait
deskriptif dan komparatif (Umar, 2003). dengan menggunakan referensi data yang
Pengambilan contoh dalam penelitian telah disediakan oleh Badan Pusat
ini dilakukan dengan menggunakan metode Statistik (BPS), Departemen Pertanian,
Sistematis Random Sampling, yakni suatu dan, Dinas Pemerintah Tingkat
teknik penentuan sampel didasarkan pada Kecamatan. Metode kuisioner dilakukan
pemilihan anggota sampel melalui peluang dalam upaya mendapatkan data sekunder.
dan sistem tertentu dimana pemilihan Alat analisis pertama yang
anggota sampel setelah dimulai dengan digunakan untuk mengetahui faktor-
pemilihan acak untuk data pertama dan faktor yang mendasari keputusan petani
berikutnya setiap interval tertentu. Jumlah untuk bermitra dan tidak bermitra
populasi petani cabai merah di Desa menggunakan penentuan urutan
Wonoasri Kecamatan Tempurejo Kabupaten prioritas. Faktor-faktor tersebut dipilah-
Jember sebanyak 68 petani cabai merah pilah menurut skala prioritas secara
yang terdiri dari 23 petani yang telah objektif dengan menggunakan matrik
bermitra dan 45 petani yang tidak bermitra. rangking dan matrik bobot yang
Menentukan besarnya sampel yang diambil
dalam setiap strata yaitu dengan

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 31


penilaiannya dilakukan oleh beberapa 1. Uji Varians
penilaian yang dapat dilihat pada tabel 2 Uji Varians merupakan teknik yang
Tabel 2. Hasil Urutan Matrik Faktor-Faktor digunakan untuk menjelaskan homogenitas
Pendorong Petani Mitra dan Non kelompok. Prinsip uji varians ditunjukkan
mitra dalam Usahatani Cabai oleh kolom Levene’s Test for equality of
Merah Variances.
Hasil 2. Uji F
Frekue Uji F merupakan teknik yang digunakan
Urutan yang Urutan
nsi x
disediakan Pilihan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
Bobot
Responden pada variabel terikat.
Jaminan Modal 3. Uji t
Ketersediaan Pupuk Apabila hasil pengujian diperoleh F-hitung >
Anjuran Penanaman F-tabel atau F-hitung < F-tabel maka
Varietas Tertentu dilanjutkan dengan uji-t separated varians
Jaminan Kepastian dengan rumus berikut:
Pasar
t-hitung = x1 – x2
Bimbingan Teknis
Budidaya S12/n1 + S22/n2
Bimbingan Teknis Keterangan :
Pasca Panen x1 = Rata-rata nilai variabel I
Keterlibatan x2 = Rata-rata nilai variabel II
Pemerintah S1 = Rata-rata standar deviasi variabel I
Keterbukaan pihak S2 = Rata-rata standar deviasi variabel I
pengusaha n1 = Jumlah sampel variabel I
Penanggungan Resiko n2 = Jumlah sampel variabel I
Sumber: Rosdiwati (1992)
Kriteria pengambilan keputusan:
Keterangan:
H0 = π1-π2 = 0, tidak terdapat perbedaan
1 : Tidak Tersedia
pendapatan antara petani mitra dan
2 : Cukup Tersedia
nonmitra.
3 : Tersedia
H1 = π1-π2 ≠ 0, terdapat perbedaan
4 : Sangat Tersedia
pendapatan antara petani mitra dan
Alat analisis kedua menggunakan
nonmitra.
pendekatan pendapatan dengan formulasi
Alat analisis ketiga menggunakan
sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
analisis regresi linier berganda. Menghitung
π = TR-TC
analisis regresi linier berganda dapat
TR = P.Q
dilakukan dengan rumus berikut :
TC = TFC + TVC
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +
Dimana:
b6X6 + b7Dstatus + ℮i
= Pendapatan (Rp). Dimana :
TR = Total Penerimaan (Rp). Y = variabel terikat
TC = Total Biaya (Rp). a = konstanta
P = Harga per satuan (Rp). b1-8 = koefisien persamaan regresi atau
Q = Jumlah Produksi (kg). parameter regresi
TVC = Total Biaya Variabel (Rp). X1 = harga jual (Rupiah)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp). X2 = produksi (Kilogram)
Menurut Sugiyono (2013), X3 = biaya benih (Rupiah)
perbandingan pendapatan petani yang X4 = biaya tenaga kerja (Rupiah)
bermitra dan tidak bermitra dapat diketahui X5 = biaya sewa tanah (Rupiah)
dengan uji-t statistik. Uji t pada dasarnya X6 = biaya pupuk (Rupiah)
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu X7 = status petani
variabel bebas secara individual dalam D0 = non mitra
menerangkan variasi variabel terikat. D1 = mitra
Pengujian uji-t statistik dapat dilakukan
dengan uji:

32 JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016


Persamaan regresi linier berganda model dalam menerangkan variasi
tersebut selanjutnya diuji menggunakan uji variabel dependen. Nilai koefisien
pengujian asumsi klasik regresi linier determinasi antara nol dan satu.
berganda. Menurut Ghozali (2005), 2. Uji F
pengujian ini dimaksudkan untuk Uji F merupakan teknik yang digunakan
mengetahui apakah model yang akan untuk mengetahui pengaruh variabel
digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas pada variabel terikat.
bebas dari penyimpangan asumsi klasik. 3. Uji t
Pengujian dilakukan dengan melihat: nilai signifikan < 0.05, maka Ho ditolak
1. Uji Normalitas Ha diterima, faktor-faktor berpengaruh
Uji normalitas adalah pengujian tentang nyata atau signifikan.
kenormalan distribusi data. Penggunaan nilai signifikan > 0.05 maka Ho diterima
uji normalitas ini karena pada analisis Ha ditolak, artinya faktor-faktor
statistic parametric asumsi yang harus berpengaruh tidak nyata atau tidak
dimiliki oleh data adalah bahwa data signifikan.
akan mengikuti bentuk distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji multikolinearitas bertujuan menguji Faktor yang Menjadi Dasar Keputusan
apakah model regresi ditemukan korelasi Petani untuk Bermitra dan Tidak
antar variabel independen. Model regresi Bermitra pada Usahatani Cabai Merah
yang baik seharusnya tidak terjadi Petani cabai merah di Desa Wonoasri
korelasi diantara variabel independen. Kecamatan Tempurejo memiliki beberapa
3. Uji Heteroskedastisitas faktor yang menjadi prioritas dalam
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji menjalin kemitraan. Faktor-faktor tersebut
apakah dalam model regresi terjadi adalah: jaminan modal, ketersediaan pupuk,
ketidaksamaan variance dari residual satu anjuran penanaman varietas tertentu,
pengamatan ke pengamatan lain. jaminan kepastian pasar, bimbingan teknis
Pengujian statistik data setelah pengujian budidaya, bimbingan teknis pasca panen,
asumsi klasik dilanjutkan dengn justifikasi keterlibatan pemerintah, keterbukaan pihak
klasik. Secara statistik dapat diukur dari nilai pengusaha, dan penanggungan resiko.
koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji t. Adapun hasil urutan tersebut dapat
1. Koefisien determinasi (R2) dilihat pada Tabel 3.
Koefisien determinasi (R2) bertujuan
mengukur seberapa jauh kemampuan

Tabel 3. Faktor yang Menjadi Prioritas Petani untuk Bermitra


Frekuensi Persentase Rangking
Prioritas yang Disediakan
x Bobot (%) Persentase
A Jaminan Modal 59 13,88% 2
B Ketersediaan Pupuk 50 11,76% 4
C Anjuran Penanaman Varietas Tertentu 37 8,71% 8
D Jaminan Kepastian Pasar 52 12,24% 3
E Bimbingan Teknis Budidaya 49 11,53% 5
F Bimbingan Teknis Pasca Panen 43 10,12% 6
G Keterlibatan Pemerintah 40 9,41% 7
H Keterbukaan Pihak Pengusaha 33 7,76% 9
I Penanggungan Resiko 62 14,59% 1
Jumlah 425 100%
Sumber: Data Primer diolah (2015)

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 33


Berdasarkan hasil analisis pada Tabel produksi cabai merah oleh pihak mitra
3, urutan faktor yang menjadi prioritas dengan harga standart yang sesuai dalam
petani untuk mengikuti kemitraan adalah pernjanjian. PT.Indofood membeli dan
faktor penanggungan resiko dengan membayar hasil produksi yang dihasilkan
prosentase sebesar 14.59%. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah
disebabkan karena petani cabai merah yang disepakati. Harga standar pembelian cabai
bermitra dengan PT. Indofood merasa resiko merah oleh PT.Indofood sebesar Rp
harga jual cabai merah sangat minim. Harga 8.000,00. Apabila harga cabai merah di
standart pembelian produk ini sudah pasar lebih tinggi daripada harga standart
ditetapkan pada perjanjian awal antara pihak yang ditetapkan oleh PT.Indofood, maka
kemitraan dengan petani yang mendaftarkan petani mitra mendapatkan penambahan
dirinya untuk menjadi anggota dari harga jual sebesar 50% dari harga pasar.
kemitraan. Tidak hanya resiko harga cabai Urutan keempat dalam faktor yang
merah yang fluktuatif, akan tetapi petani mempengaruhi petani cabai merah untuk
mitra cabai merah juga merasakan minimnya bermitra adalah faktor ketersediaan pupuk
resiko produksi saat petani mulai bergabung dengan prosentase sebesar 11.76%. Hal ini
dengan kemitraan. Cabai merah yang telah disebabkan karena PT.Indofood memberikan
dipanen dan telah dikemas langsung bantuan beberapa pupuk secara gratis saat
disetorkan kepada petani kunci untuk petani sudah bergabung menjadi anggota
dikirimkan kepada pihak mitra. Hal ini kemitraan. Bantuan pupuk diberikan hanya
menjadi prioritas utama petani cabai merah satu kali selama petani bermitra.
yang bermitra karena cabai merah PT.Indofood juga menjual beberapa
merupakan salah satu komiditas hortikultura kebutuhan dalam usahatani seperti pupuk
yang mudah busuk. dan obat-obatan yang bisa dibeli oleh petani
Urutan kedua dalam faktor yang cabai merah di Desa Wonoasri. Penjualan ini
mempengaruhi petani bermitra adalah dipercayakan kepada seorang petani kunci
jaminan modal dengan prosentase sebesar cabai merah sebagai salah satu sarana
13.88%. Menurut petani responden, terdapat memperoleh pupuk dengan mudah.
dua jenis modal dalam usahatani cabai Meskipun pupuk bisa didapatkan di toko
merah yang diberikan oleh pihak kemitraan. pertanian lainnya, kadangkala ketersediaan
Modal pertama yang dimaksud berupa pupuk di toko pertanian sangat terbatas.
pemberian alat-alat untuk kegiatan Keterbatasan pupuk diakibatkan oleh
usahatani. Modal berupa alat diberikan keterlambatan datangnya pasokan pupuk
hanya satu kali oleh pihak mitra setelah dari kota karena jarak Desa Wonoasri
petani terdaftar sebagai anggota kemitraan. menuju ke Jember membutuhkan waktu
Modal diberikan disaat usahatani sudah yang cukup lama. Hal tersebut menjadi salah
berjalan. Modal berupa alat yang digunakan satu faktor petani mengikuti kemitraan.
dalam usahatani cabai merah seperti: Petani yang tidak memiliki dana untuk
cangkul, arit dan timba. Modal kedua berupa membeli pupuk dapat meminjam kepada
pinjaman dana dari PT.Indofood. Pinjaman PT.Indofood melalui petani kunci
dana tidak membutuhkan persyaratan kepercayaan PT.Indofood. Pinjaman ini
apapun selain status keanggotaan petani dapat dilunasi setelah petani mendapatkan
mitra. Pinjaman dana dapat dibayarkan saat hasil penjualan cabai merah.
petani sudah melakukan panen cabai merah. Bimbingan teknis budidaya mendapati
Faktor ketiga pada faktor yang urutan kelima pada faktor yang menjadi
menjadi prioritas petani untuk bermitra prioritas petani untuk bermitra. Prosentase
adalah faktor jaminan kepastian pasar, untuk bimbingan teknis budidaya sebesar
dengan prosentase sebesar 12.24%. 11.53%. Adanya bimbingan teknis budidaya
Fluktuasi harga cabai merah di pasar ini memudahkan dan membantu petani
membuat petani merasa bahwa mengikuti dalam kegiatan usahataninya. Keberadaan
kemitraan dapat memberikan jaminan pasar. pendamping atau teknisi lapang dalam
Jaminan pasar untuk petani yang mengikuti kegiatan usahatani pembenihan ini
mitra adalah kepastian pembelian hasil memudahkan petani untuk berkonsultasi dan

34 JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016


menyelesaikan permasalahan yang dihadapi merah yang sesuai dengan standart mutu
oleh petani. Bimbingan disini berupa dari PT.Indofood. Cabai merah yang sesuai
sekolah lapang GAP (Good Agricultural standart adalah: (a) warna merah mulus; (b)
Practices) serta temu lapang untuk petani panjang 9,5-14,55 mm; (c) tingkat
cabai melalui teknisi lapang. Sekolah lapang kebusukan/ bercak maksimal 1,5%; (d)
GAP yang diberikan pihak mitra tampilan segar; dan (e) rasa pedas, tidak
mengarahkan petani dari sisi budidaya pahit. Apabila cabai merah yang dihasilkan
diantaranya pengetahuan kebutuhan air oleh petani dinyatakan tidak memenuhi
dalam budidaya cabai merah dan pola tanam standar yang telah ditetapkan oleh pihak
tumpangsari dengan komoditas sayuran. mitra, maka cabai merah tersebut akan
Teknisi lapang yang disediakan oleh dikembalikan lagi oleh PT.Indofood kepada
PT.Indofood membantu petani petani. Faktor bimbingan teknis pasca panen
meminimalkan terjadinya kerusakan atau menjadi urutan terakhir karena petani
kegagalan panen dengan tujuan untuk sebelum bermitra dengan PT.Indofood sudah
menghasilkan cabai merah yang sesuai mengetahui cara-cara memanen cabai merah
dengan standart yang ditetapkan oleh dengan baik dan benar, sehingga adanya
PT.Indofood. bimbingan teknis pasca panen dari
Faktor bimbingan teknis pasca panen PT.Indofood merupakan informasi yang
menempati urutan keenam pada faktor yang sudah diketahui oleh petani cabai merah di
mempengaruhi prioritas petani untuk Desa Wonoasri.
bermitra dengan prosentase sebesar 10.12%. Faktor keterlibatan pemerintah
Bimbingan ini berupa pengarahan tentang dengan prosentase sebesar 9.41% menjadi
cara pemanenan cabai merah dengan baik urutan ketujuh dalam faktor-faktor yang
dan benar melalui penggunaan peralatan mempengaruhi petani cabai merah untuk
yang digunakan oleh petani cabai merah. bermitra. Dinas Pertanian Kabupaten Jember
Alat yang digunakan dalam memanen cabai sudah mulai mengaplikasikan program
merah disarankan menggunakan cutter peningkatan mutu dan kualitas cabai merah
karena dapat meminimalisir luka pada di Kabupaten Jember yang bekerjasama
tangkai tanaman cabai merah. Pemanenan dengan PT.Indofood. Adanya program dari
cabai merah yang baik dan benar dapat pemerintah memberikan jalan kepada petani
berpengaruh terhadap produksi cabai merah cabai merah untuk mulai bermitra guna
pada periode selanjutnya. Selain pengarahan peningkatan mutu dan kualitas cabai merah
berupa pemanenan cabai merah, diberikan khususnya di Kabupaten Jember. Peran
pula bimbingan terhadap penyimpanan cabai pihak pemerintah dalam kerjasama dengan
merah setelah dipanen yaitu: sortasi, curing, PT. Indofood salah satunya sebagai
dan pengemasan. Sortasi merupakan proses penengah apabila terdapat permasalahan
memisahkan antara cabai merah yang rusak antara petani mitra dengan PT.Indofood.
(patah, memar, busuk) dengan cabai yang Faktor anjuran penanaman varietas
baik. Sortasi bertujuan untuk memperoleh tertentu menempati urutan kedelapan dengan
hasil yang berkualitas baik dengan tingkat prosentase sebesar 8.71%. Penanaman
kematangan yang seragam. Tahap kedua varietas tertentu merupakan anjuran dari
setelah sortasi adalah curing. Curing PT.Indofood kepada petani mitra cabai
merupakan penghamparan cabai merah yang merah untuk tetap menanam cabai merah
baru dipanen di tempat yang teduh. Curing terkait dengan kebutuhan dan ketersediaan
dilakukan untuk memaksimalkan produk dari PT. Indofood. Anjuran
pembentukan dan kestabilan warna cabai penanaman varietas tertentu diberlakukan
sebelum disetorkan kepada PT.Indofood. karena banyak petani mitra cabai merah
Tahap terakhir adalah pengemasan. Untuk yang menanam varietas lain dalam satu
pengemasan petani hanya diberikan arahan lahan, sehingga berpengaruh terhadap
mengemas menggunakan karung plastik atau produksi cabai merah. Hal ini menjadikan
keranjang bambu saat disetorkan kepada penanaman varietas tertentu sebagai salah
PT.Indofood. Bimbingan teknis pasca panen satu isi perjanjian antara petani mitra dengan
perlu diperhatikan agar diperoleh cabai PT.Indofood saat awal menjalin kemitraan.

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 35


Keterbukaan pihak pengusaha menjadi utamanya adalah penanggungan resiko,
urutan terakhir atau kesembilan dalam prioritas jaminan modal, dan jaminan kepastian pasar.
petani mengikuti kemitraan dengan Perusahaan harus mempertahankan
PT.Indofood. Keterbukaan pihak pengusaha sekaligus memperbaiki ketiga prioritas
mendapatkan prosentase sebesar 7.76%. Petani tersebut agar lebih baik. Hal ini dapat
mitra tidak mempermasalahkan hubungan atau menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
komunikasi dengan PT.Indofood. Hal ini petani cabai merah yang belum bermitra
dikarenakan PT.Indofood terbuka dalam agar bersedia untuk bergabung dengan pihak
berbagai aspek, baik dalam hal sistem mitra dan petani mitra dapat melanjutkan
pembayaran, modal, perjanjian atau kontrak kemitraan ini di masa yang akan datang.
bermitra. Dicontohkan pada sistem Tidak hanya petani yang bermitra, petani
pembayaran, bahwa PT.Indofood menjanjikan yang tidak bermitra dalam usahatani cabai
pembagian keuntungan sebesar 50:50 apabila merah juga diprioritaskan kedalam faktor-
harga cabai merah mencapai diatas harga faktor tersebut. Faktor-faktor yang menjadi
standar yang ditetapkan PT.Indofood yaitu prioritas petani untuk tidak bermitra
sebesar Rp 8.000,00. Cabai merah yang tidak dianalisis menggunakan urutan prioritas
memenuhi standart perjanjian akan Adapun hasil urutan prioritas petani untuk
dikembalikan lagi ke petani oleh PT.Indofood, tidak menjalin kemitraan dapat dilihat pada
dan petani dapat menjualnya langsung ke pasar. Tabel 4. Urutan pertama pada faktor yang
Pengalaman beberapa petani yang telah berpengaruh terhadap petani yang tidak
mengikuti kemitraan dengan perusahaan lain, bermitra adalah keterbukaan pihak
tidak berjalan lancar karena sistem pembayaran pengusaha dengan prosentase sebesar
yang tidak tepat waktu. Berbeda dengan 14.39%. Menurut petani responden,
PT.Indofood yang menjanjikan pembayaran 15 komunikasi yang kurang baik dengan pihak
hari setelah produksi diambil. Waktu tersebut mitra dapat berpengaruh terhadap
akan dipergunakan untuk pengurusan pendapatan. Hal ini berdasarkan pengalaman
administrasi. Pembayaran hasil produksi yang petani yang pernah bermitra dengan pihak
dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah kemitraan sebelum PT.Indofood. Petani
disepakati antara kedua pihak. Bagi petani merasa dirugikan karena pihak pengusaha
keterbukaan perusahaan dalam hal penentuan kurang terbuka mengenai sistem
kualitas, kuantitas dan harga beli produk sudah pembayaran. Petani non mitra beranggapan
adil dan memuaskan. bahwa nantinya PT.Indofood sama seperti
Hasil urutan prioritas faktor pada pihak mitra sebelumnya.
petani yang bermitra diketahui tiga prioritas
Tabel 4. Faktor Yang Menjadi Prioritas Petani Untuk Tidak Bermitra.
Frekuensi Persentase Rangking
Prioritas yang Disediakan
x Bobot (%) Persentase
A Jaminan Modal 40 9,76% 7
B Ketersediaan Pupuk 50 12,20% 4
C Anjuran Penanaman Varietas Tertentu 57 13,90% 2
D Jaminan Kepastian Pasar 28 6,83% 9
E Bimbingan Teknis Budidaya 44 10,73% 6
F Bimbingan Teknis Pasca Panen 49 11,95% 5
G Keterlibatan Pemerintah 52 12,68% 3
H Keterbukaan Pihak Pengusaha 59 14,39% 1
I Penanggungan Resiko 31 7,56% 8
Jumlah 410 100%
Sumber: Data Primer diolah (2015), Lampiran 2
Anjuran penanaman varietas tertentu mendapatkan anjuran penanaman varietas
menempati urutan kedua untuk faktor-faktor tertentu dari pemerintah. Pemerintah hanya
yang berpengaruh terhadap petani yang tidak memberikan informasi mengenai penanaman
bermitra dengan prosenta sebesar 13.90%. komoditas hortikultura salah satunya cabai
Petani cabai merah non mitra tidak merah. Berbeda dengan petani yang

36 JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016


bermitra, terdapat anjuran penanaman karung atau keranjang bambu. Hal ini
varietas tertentu pada perjanjian yang telah bertujuan untuk meminimalisir cabai merah
disepakati dengan pihak kemitraan. cepat busuk.
Faktor urutan ketiga dari faktor-faktor Urutan keenam dalam prioritas faktor
yang berpengaruh terhadap petani yang tidak yang berpengaruh terhadap petani yang tidak
bermitra adalah keterlibatan pemerintah. bermitra adalah bimbingan teknis budidaya
Faktor keterlibatan pemerintah memiliki dengan prosentase sebesar 10.73%. Petani
prosentase sebesar 12.68%. Berbeda dengan mendapatkan bimbingan atau penyuluhan
petani yang bermitra, untuk petani yang dari awal usahatani yaitu perempelan,
tidak bermitra pemerintah bukan sebagai penyulaman, sampai dengan tanaman cabai
penengah melainkan sebagai sumber merah siap panen. Hal ini sangat dibutuhkan
informasi mengenai penyuluhan dan sekolah petani karena dengan adanya penyuluhan
lapang dalam program peningkatan mutu dari pihak pemerintah baik berupa sekolah
dan kualitas komoditas hortikultura lapang dan konsultasi sudah sangat
khususnya cabai merah. Pemerintah membantu petani meminimalkan terjadinya
memberikan informasi mengenai harga kerusakan atau kegagalan panen. Perawatan
pasar, cara budidaya cabai merah hingga dalam usahatani cabai merah memang tidak
bimbingan teknis pasca panen melalui terlalu susah, akan tetapi perlu adanya
penyuluh yang telah ditugaskan pada bimbingan pada petani agar petani tidak
masing-masing desa. salah melakukan perawatan yang berdampak
Ketersediaan pupuk mendapat pada hasil produksi.
peringkat keempat dari delapan prioritas Jaminan modal menjadi urutan
faktor yang berpengaruh terhadap petani ketujuh pada faktor yang menjadi prioritas
yang tidak bermitra. Faktor ketersediaan terhadap petani cabai merah yang tidak
pupuk mendapati prosentase sebesar bermitra dengan prosentase sebesar 9.76%.
12.20%. Pupuk non organik dapat dibeli Modal untuk melakukan usahatani cabai
oleh petani di toko-toko pertanian. merah dapat dikatakan cukup besar. Rata-
Keterbatasan dalam ketersediaan pupuk di rata besarnya modal dalam usahatani cabai
toko-toko pertanian masih mampu diatasi merah perhektarnya adalah Rp
oleh petani non mitra karena petani nonmitra 8.885.228,00. Modal usahatani cabai merah
juga memanfaatkan pupuk organik yang untuk petani yang tidak bermitra berasal dari
berasal dari kotoran hewan ternak di Desa modal pribadi. Petani tidak mendapatkan
Wonoasri, sehingga hal tersebut tidak bantuan modal, terkecuali mereka bisa
menjadi faktor yang utama dalam prioritas meminjam dana di lembaga intermedias
petani yang tidak bermitra dengan PT. keuangan seperti Bank. Petani responden
Indofood. juga perlu menyiapkan modal untuk
Urutan kelima pada faktor yang menyewa lahan apabila petani tidak
berpengaruh terhadap petani yang tidak memiliki lahan untuk menanam cabai
bermitra adalah bimbingan teknis pasca merah.
panen. Faktor ini mendapat prosentase
sebesar 11.95%. Petani yang tidak bermitra Urutan kedelapan dalam prioritas
mendapatkan bimbingan teknis pasca panen faktor yang berpengaruh terhadap petani
dari penyuluh yang dihadirkan oleh yang tidak bermitra adalah penanggungan
pemerintah. Bimbingan teknis pasca panen resiko dengan prosentase sebesar 7.56%.
ini diberikan oleh penyuluh pada saat musim Petani non mitra beranggapan bahwa resiko
panen cabai merah. Penyuluh memberikan produksi untuk cabai merah lebih minim
bimbingan mengenai cara memanen karena hasil panen cabai merah langsung
tanaman cabai merah yang baik dan benar dijual ke pasar atau pengepul. Resiko harga
yaitu menggunakan cutter tidak yang mereka dapatkan adalah dengan
menggunakan gunting, bimbingan sortasi mengikuti harga pasar. Petani non mitra
dan bimbingan terhadap pengemasan cabai meyakini bahwa harga pasar tinggi maka
merah sebelum dijual ke pasar. Arahan resiko harga yang didapatkan juga berbeda
pengemasan cabai merah menggunakan dengan petani mitra, sehingga hal tersebut

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 37


menjadi urutan terakhir dari faktor-faktor mitra mengharapkan harga cabai merah di
yang berpengaruh terhadap petani yang tidak pasar tinggi sehingga berpengaruh terhadap
bermitra. pendapatan.
Urutan terakhir pada faktor-faktor Tiga urutan prioritas yang menjadi
yang berpengaruh terhadap petani yang tidak alasan petani bermitra adalah penanggungan
bermitra adalah faktor jaminan kepastian resiko; jaminan modal; dan jaminan
pasar dengan prosentase sebesar 6.83%. kepastian pasar, sedangkan tiga urutan
Berbeda dengan petani mitra, petani non prioritas yang menjadi alasan petani tidak
mitra menjual langsung hasil produksinya ke bermitra adalah keterbukaan pihak
pasar atau ke pengepul. Apabila harga cabai pengusaha, anjuran penanaman varietas
merah di pasar tinggi maka pendapatan tertentu, dan keterlibatan pemerintah. Urutan
petani juga tinggi, sebaliknya apabila harga prioritas yang lain dapat kita lihat pada
cabai merah di pasar rendah maka Tabel 5.
pendapatan petani non mitra juga rendah. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa
Selama akhir Februari hingga April untuk terdapat perbedaan urutan prioritas antara
harga jual cabai merah di pasar mencapai Rp petani mitra dan petani non mitra pada
25.000,00 perkilogram. Pada posisi seperti usahatani cabai merah di Desa Wonoasri.
ini, petani mitra memiliki pendapatan yang Urutan keempat sampai kesembilan untuk
lebih tinggi daripada petani non mitra. petani mitra adalah ketersediaan pupuk;
Hasil urutan prioritas yang menjadi bimbingan teknis budidaya; bimbingan
alasan petani tidak bermitra diketahui tiga teknis pasca panen; keterlibatan pemerintah;
prioritas utamanya adalah keterbukaan pihak anjuran penanaman varietas tertentu; dan
pengusaha, anjuran penanaman varietas keterbukaan pihak pengusaha, sedangkan
tertentu, dan keterlibatan pihak pemerintah. pada petani non mitra adalah ketersediaan
Ketiga hal tersebut yang menjadikan petani pupuk; bimbingan teknis pasca panen;
tetap berusahatani mandiri atau tidak bimbingan teknis budidaya; jaminan modal;
bergabung dengan kemitraan. Petani merasa penanggungan resiko; dan jaminan kepastian
sudah cukup dengan pendapatan yang pasar.
didapatkan dari modal sendiri. Petani non

Tabel 5. Perbandingan Urutan Prioritas Petani Bermitra dan Petani yang Tidak Bermitra pada
Usahatani Cabai Merah.
Prioritas yang Disediakan Petani Mitra Petani Non Mitra
A Jaminan Modal 2 7
B Ketersediaan Pupuk 4 4
C Anjuran Penanaman Varietas Tertentu 8 2
D Jaminan Kepastian Pasar 3 9
E Bimbingan Teknis Budidaya 5 6
F Bimbingan Teknis Pasca Panen 6 5
G Keterlibatan Pemerintah 7 3
H Keterbukaan Pihak Pengusaha 9 1
I Penanggungan Resiko 1 8
Sumber: Data Primer diolah (2015), Lampiran 2 dan Lampiran 4

38 JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016


Perbedaan Tingkat Pendapatan Petani kualitas dan kuantitas cabai merah harus
Bermitra Dan Tidak Bermitra Dalam sesuai dengan standart yang diinginkan
Usahatani Tanaman Cabai Merah pihak kemitraan. Apabila cabai merah tidak
Pendapatan merupakan orientasi sesuai dengan persyaratan yang telah
utama dalam kegiatan usahatani,. Hal disepakati, maka akan dikembalikan kepada
tersebut yang mendorong petani untuk selalu masing-masing petani. Hal ini jelas sangat
berusaha memperoleh pendapatan yang menguntungkan bagi petani mitra, karena
tinggi guna memenuhi kebutuhan hidup dan dengan adanya jaminan kepastian harga jual,
meningkatkan kesejahteraan petani beserta petani tidak perlu khawatir dengan adanya
keluarganya. Besarnya pendapatan yang perubahan harga di pasar, asalkan petani
diperoleh petani tergantung pada biaya melakukan kegiatan usahatani dengan baik
produksi yang dikeluarkan untuk usahatani dan menghasilkan produksi yang sesuai
dan harga jual produksi yang berlaku pada dengan standar yang ditentukan, maka dapat
kondisi tersebut. Penerimaan diperoleh dari dipastikan petani tersebut akan memperoleh
total produksi dikalikan dengan harga jual, pendapatan dan keuntungan yang tinggi.
sedangkan pendapatan diperoleh dari Berbeda dengan petani non mitra yang
penerimaan dikurangi dengan total biaya mengikuti harga pasar yang fluktuatif yakni
yang dikeluarkan perhektar. Kedua model dapat berubah sesuai dengan kondisi, seperti
usahatani tersebut dapat dibandingkan adanya gangguan musim dan hari raya
dengan hasil uji beda pada Tabel 6. tertentu. Harga cabai merah di pasar dapat
Pada Tabel 6 uji statistik untuk kolom mencapai level harga yang tertinggi pada
Levene’s Test for Equality of Variance, bulan November yaitu Rp 35.000,00. Petani
diketahui bahwa signifikansi pada uji t non mitra meyakini bahwa disaat harga jual
sebesar 0.001 atau 0.001 < 0.05 maka data cabai merah tinggi, mereka lebih untung
tidak homogen sehingga menggunakan baris daripada petani mitra.
Equal variances not assumed (diasumsikan Beberapa faktor yang dapat
varian tidak sama). Hasil uji beda meningkatkan pendapatan petani mitra
menjelaskan bahwa rata-rata pendapatan adalah ketersediaan sarana produksi. Petani
petani cabai merah non mitra sebesar Rp mitra mendapatkan bantuan berupa alat-alat
25.938.848,00 dan petani mitra sebesar Rp usahatani cabai merah. Bantuan disini dapat
29.474.268,00. Nilai signifikansi (2-tailed) dicontohkan seperti timba, arit, dan
sebesar 0.655 atau 0.655 > 0.05 artinya sebagainya. Meskipun bantuan yang
bahwa H0 diterima sehingga dapat diberikan hanya sebagian, tetapi hal tersebut
disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan sangat membantu petani mitra
usahatani cabai merah yang bermitra dan meminimalisir biaya usahatani cabai merah.
tidak bermitra di Desa Wonoasri adalah Rata-rata besarnya TC perhektar adalah Rp
tidak berbeda nyata. 9.785.282,00 yang mencakup biaya sewa
Petani mitra memiliki pendapatan lahan, biaya pupuk, biaya obat-obatan, biaya
minimal setiap panennya Rp 8.000,00 tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin
perkilogram untuk cabai merah. Telah rendah biaya yang dikeluarkan dalam
dijelaskan dalam kontrak yang telah usahatani, maka berpengaruh secara nyata
disepakati antara petani yang bermitra terhadap pendapatan petani cabai merah
dengan PT.Indofood bahwa pemenuhan yang bermitra.
Tabel 6. Hasil Uji Beda Pendapatan Petani Cabai Merah Yang Bermitra Dan Tidak Bermitra Di
Desa Wonoasri Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember.
Uraian Rata-Rata Pendapatan F Sign. t-hitung df Sig (2-tailed)
(Rp/ha)

Petani Non Mitra Rp 25.938.848,00 14,251 ,001 -,451 31,517 ,655


Petani Mitra Rp 29.474.268,00
Sumber: Data Primer diolah (2015), Lampiran 12

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 39


Lain halnya dengan petani cabai harga jual, produksi, biaya benih, biaya
merah non mitra, petani tidak mendapatkan tenaga kerja, biaya sewa tanah, biaya
bantuan alat-alat dalam usahatani cabai pupuk, status petani dan jenis pupuk
merah. Rata-rata TC untuk petani non mitra sebesar 1.008.000 rupiah. Pengujian
perhektar sebesar Rp 8.885.288,00. Selisih pertama adalah pengujian secara individu
rata-rata TC antara petani mitra dan petani masing-masing variabel bebas yang
non mitra adalah Rp 899.994,00. Hal ini berpengaruh nyata terhadap variabel
berpengaruh terhadap biaya usahatani cabai terikatnya, yaitu pendapatan. Pengaruh
merah, meskipun rata-rata TC petani non serta arti koefisien regresi produksi dan
mitra lebih kecil daripada rata-rata TC status petani dapat dijelaskan sebagai
petani mitra. berikut:
1. Produksi (X2)
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Variabel produksi memiliki koefisien
Pendapatan Petani Bermitra dan Petani positif, artinya setiap penambahan variabel
Tidak Bermitra dalam Usahatani Cabai produksi akan mengakibatkan penambahan
Merah pendapatan petani cabai merah di Desa
Beberapa faktor dapat berpengaruh Wonoasri. Nilai regresi variabel produksi
terhadap tingkat pendapatan petani cabai yaitu 14129.389 hal ini berarti setiap
merah, baik petani mitra maupun non mitra. penambahan variabel produksi sebesar 1 kg
Untuk mengetahui faktor berpengaruh akan mengakibatkan penambahan
terhadap tingkat pendapatan petani bermitra pendapatan petani cabai merah di Desa
dan tidak bermitra, maka digunakan Wonoasri sebesar 14129.389 rupiah. Pada
pengujian asumsi klasik regresi linier uji statistik diketahui nilai signifikansi
berganda untuk melihat apakah model variabel produksi yaitu 0.000 atau 0.000 <
tersebut memenuhi syarat uji klasik berupa: 0.05 maka H1 diterima atau signifikan
uji normalitas data, uji multikolinearitas artinya bahwa hipotesis yang diajukan yaitu
data, uji statistik dan uji heterokeasitas data. variabel produksi berpengaruh nyata
Pengujian dilakukan dengan menggunakan terhadap tingkat pendapatan petani yang
metode enter untuk mendapatkan hasil yang bermitra dan tidak bermitra. Produksi cabai
signifikan. Faktor-faktor yang merah di Desa Wonoasri dari awal hingga
mempengaruhi tingkat pendapatan petani akhir panen antara 1950 – 4000 kilogram.
bermitra dan tidak bermitra dapat dilihat Satu kali tanam untuk cabai merah bisa
pada Tabel 7. mencapai 15-20 kali panen. Tanaman cabai
Pada model regresi, nilai konstanta merah dapat dipanen setiap 3-4 hari sekali.
sebesar 1.008.000 mempunyai arti bahwa Satu pohon cabai merah dapat
perbedaan tingkat pendapatan petani cabai memproduksi 6 ons – 1 kilogram cabai
merah tanpa adanya penambahan variabel merah perpanen.

Tabel 7. Nilai Koefisien Regresi Berdasarkan Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik pada Faktor
Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Petani Bermitra dan Tidak Bermitra.
Var. Bebas Koef. Regresi Std. Error t-hitung Sig. VIF
Harga Jual X1 -7,015 52,421 -,134 ,894 1,756
Produksi X2 14129,389 1806,464 7,822 0,000* 5,945
Biaya Benih X3 3,895 14,881 ,262 ,795 4,673
Biaya Tenaga Kerja X4 -2,101 1,324 -1,548 ,122 3,295
Biaya Sewa Tanah X5 -2,573 ,797 -3,229 ,003* 1,556
Biaya Pupuk X6 -1,391 2,967 -,469 ,642 2,453
Status X7 -13.220.000 1938,000 -6,842 ,000* 3,052
Konstanta :: 1.008.000 t-tabel : 2,036
Adjusted R2 : 0,906 R2 : 0,923
F-tabel : 2,31 F-hitung : 54,554
Sumber: Data Primer diolah (2015)

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 40


Kondisi tanaman cabai merah berpengaruh lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat
terhadap produksi cabai merah. Semakin berpasir, liat berdebu, dan liat. Semakin baik
tinggi produksi cabai merah maka semakin kelas tekstur tanah pada suatu lahan dan
tinggi juga pendapatan petani cabai merah, sistem irigasinya, maka semakin tinggi biaya
sebaliknya apabila semakin rendah produksi sewa tanah yang harus dikeluarkan. Hal ini
cabai merah maka pendapatan petani berpengaruh terhadap pendapatan petani
semakin rendah. Beberapa hal yang dapat penyewa karena semakin tinggi biaya sewa
mempengaruhi rendahnya produksi cabai tanah maka akan semakin rendah
merah yaitu hama dan penyakit. Hama yang pendapatan petani penyewa.
menyerang tanaman cabai merah di Desa 3. Status Petani (X7)
Wonoasri antara lain: hama thrips (Thrips Dummy status petani mewakili
sp), kutu daun, dan ulat sedangkan penyakit variabel status petani yang digunakan dalam
yang menyerang tanaman cabai merah analisis. Dummy 0 (D0) mewakili status
adalah bercak daun, busuk, dan layu bakteri. petani non mitra, dummy 1 (D1) mewakili
Tanaman cabai merah yang tidak sehat atau status petani mitra. Dummy 0 (D0) memiliki
terserang hama penyakit dapat menurunkan nilai koefisien positif. Nilai regresi variabel
tingkat produksi cabai merah yang akan status petani non mitra yaitu 1008000
berdampak negatif pada pendapatan petani berpengaruh terhadap pendapatan petani
cabai merah. cabai merah di Desa Wonoasri. Pendapatan
2. Biaya Sewa Tanah (X5) petani non mitra sebesar Rp 1.008.000,00
Variabel biaya sewa tanah memiliki atau lebih rendah sebesar Rp 13.220.000,00
koefisien negatif, artinya setiap penambahan dari petani berstatus mitra. Variabel status
variabel biaya sewa tanah akan petani non mitra memiliki nilai signifikan
mengakibatkan pengurangan pendapatan sebesar 0.000 atau 0.000 < 0.05 maka H1
petani cabai merah di Desa Wonoasri. Nilai diterima atau signifikan artinya bahwa
regresi variabel biaya sewa tanah yaitu - hipotesis yang diajukan yaitu variabel status
2.573 hal ini berarti setiap penambahan petani berpengaruh nyata terhadap tingkat
variabel biaya sewa tanah sebesar 1 rupiah pendapatan petani yang bermitra dan tidak
akan mengakibatkan pengurangan bermitra. Status petani mitra memiliki
pendapatan petani cabai merah di Desa pendapatan lebih tinggi daripada status
Wonoasri sebesar 2.573 rupiah. Pada uji petani non mitra, sehingga variabel status
statistik diketahui nilai signifikansi variabel petani berpengaruh terhadap tingkat
biaya sewa tanah yaitu 0.003 atau 0.003 < pendapatan petani cabai merah di Desa
0.05 maka H1 diterima atau signifikan Wonoasri.
artinya bahwa hipotesis yang diajukan yaitu 4. Harga Jual (X1)
variabel biaya sewa tanah berpengaruh nyata Variabel harga jual memiliki nilai
terhadap tingkat pendapatan petani yang koefisien negatif, hal ini berarti setiap
bermitra dan tidak bermitra. penambahan variabel harga jual akan
Keberadaan lahan merupakan hal mengakibatkan pengurangan pendapatan
penting dalam usahatani cabai merah. Biaya petani cabai merah di Desa Wonoasri. Nilai
yang dikeluarkan oleh petani cabai merah di regresi variabel harga jual yaitu -7,015 hal
Desa Wonoasri untuk sewa tanah antara Rp ini berarti setiap penambahan variabel harga
4.000.000,00 – Rp 7.200.000,00 perhektar. jual sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan
Petani yang menggunakan lahan sendiri pengurangan pendapatan petani cabai merah
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk di Desa Wonoasri sebesar Rp 7.015. Pada uji
menyewa tanah, sedangkan petani penyewa statistik diketahui nilai signifikansi variabel
hanya mengeluarkan biaya sewa satu kali harga jual sebesar 0.894 atau 0.894 > 0.05
pada saat awal menyewa. Biaya sewa tanah maka H1 ditolak atau tidak signifikan artinya
dapat dilihat berdasarkan kelas tekstur tanah bahwa hipotesis yang diajukan yaitu variabel
dan irigasi. Tekstur tanah dibedakan dalam harga jual berpengaruh tidak nyata terhadap
12 kelas tekstur, antara lain: pasir, pasir tingkat pendapatan petani yang bermitra dan
berlempung, lempung berpasir, lempung, tidak bermitra. Harga jual untuk komoditas
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, cabai merah yang berfluktuatif
mengakibatkan resiko terhadap harga jual pendapatan petani karena semakin tinggi
yang diterima oleh petani cabai merah. Saat biaya benih yang dikeluarkan maka semakin
panen raya harga jual cabai merah di pasar rendah pendapatan petani cabai merah,
rendah, sedangkan saat cabai merah sebaliknya semakin rendah biaya benih yang
mengalami kelangkaan maka harga cabai dikeluarkan maka semakin tinggi
merah melonjak tinggi. Hal tersebut pendapatan petani cabai merah di Desa
berpengaruh terhadap pendapatan petani Wonoasri.
cabai merah di Desa Wonoasri karena 6. Biaya Tenaga Kerja (X4)
semakin rendah ketersediaan cabai merah di Variabel biaya tenaga kerja memiliki
pasar maka semakin tinggi pendapatan nilai koefisien negatif, hal ini berarti setiap
petani cabai merah, sebaliknya semakin penambahan variabel biaya tenaga kerja
tinggi ketersediaan cabai merah di pasar akan mengakibatkan pengurangan
maka semakin rendah pendapatan petani pendapatan petani cabai merah di Desa
cabai merah. Wonoasri. Nilai regresi variabel biaya
5. Biaya Benih (X3) tenaga kerja yaitu -2.101 hal ini berarti
Variabel biaya benih memiliki nilai setiap penambahan variabel biaya tenaga
koefisien positif, hal ini berarti setiap kerja sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan
penambahan variabel biaya benih akan pengurangan pendapatan petani cabai merah
mengakibatkan peningkatan pendapatan di Desa Wonoasri sebesar 2.101 rupiah.
petani cabai merah di Desa Wonoasri. Nilai Variabel biaya tenaga kerja memiliki nilai
regresi variabel biaya benih yaitu 3.895 hal signifikansi sebesar 0.122 atau 0.122 > 0.05
ini berarti setiap penambahan variabel biaya maka H1 ditolak atau tidak signifikan artinya
benih sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu variabel
peningkatan pendapatan petani cabai merah biaya tenaga kerja berpengaruh tidak nyata
di Desa Wonoasri sebesar 3.895 rupiah. terhadap tingkat pendapatan petani yang
Variabel biaya benih memiliki nilai bermitra dan tidak bermitra.
signifikansi sebesar 0.795 atau 0.795 > 0.05 Tenaga kerja pada usahatani cabai
maka H1 ditolak atau tidak signifikan artinya merah dibagi pada beberapa tahap mulai dari
bahwa hipotesis yang diajukan yaitu variabel persiapan lahan, penanaman bibit,
biaya benih berpengaruh tidak nyata pemeliharaan, hingga waktu panen. Total
terhadap tingkat pendapatan petani yang biaya tenaga kerja yang dikeluarkan antara
bermitra dan tidak bermitra. Rp 585.000,00 – Rp 2.550.000,00 sesuai
Benih yang digunakan petani cabai dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
merah di Desa Wonoasri dalam dan lahan yang dikelola oleh petani. Tenaga
usahataninya merupakan benih berkualitas kerja yang digunakan dalam usahatani cabai
unggul, antara lain: Cabe F1 TM Scarlet, merah di Desa Wonoasri adalah tenaga kerja
Cabe F1 Gada MK, dan Cabe F1 Horison. pria dan wanita. Tenaga kerja pada usahatani
Benih untuk budidaya cabai merah memiliki cabai merah mayoritas merupakan penduduk
harga yang bervariatif antara Rp 90.000,00 – asli Desa Wonoasri. Penambahan jumlah
Rp 100.000,00 perkilogram. Biaya benih tenaga kerja akan berpengaruh negatif
yang dikeluarkan perluas lahan antara Rp terhadap pendapatan petani cabai merah di
360.000,00 - Rp 1.600.000,00 sesuai dengan Desa Wonoasri Kecamatan Tempurejo
luas lahan yang digunakan petani cabai Kabupaten Jember.
merah. Variabel biaya benih tidak 7. Biaya Pupuk (X6)
berpengaruh nyata dikarenakan petani cabai Variabel biaya pupuk memiliki nilai
merah di Desa Wonoasri hanya koefisien negatif, hal ini berarti setiap
mengeluarkan satu kali biaya benih pada penambahan variabel biaya pupuk akan
awal penyemaian cabai merah. Benih cabai mengakibatkan pengurangan pendapatan
merah di Desa Wonoasri didapatkan dengan petani cabai merah di Desa Wonoasri. Nilai
membeli di toko-toko pertanian, bukan regresi variabel biaya pupuk yaitu -1,391 hal
dengan membenih sendiri sehingga biaya ini berarti setiap penambahan variabel biaya
yang dikeluarkan untuk pembenihan rendah. pupuk sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan
Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pengurangan pendapatan petani cabai merah

42 JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016


di Desa Wonoasri sebesar 1,391 rupiah. pemerintah.; (4) ketersediaan pupuk; (5)
Pada uji statistik diketahui nilai signifikansi bimbingan teknis pasca panen; (6)
variabel biaya pupuk yaitu 0,642 atau 0,642 bimbingan teknis budidaya; (7) jaminan
> 0,05 maka H1 ditolak atau tidak signifikan modal; (8) penanggungan resiko; dan (9)
artinya bahwa hipotesis yang diajukan yaitu jaminan kepastian pasar.
variabel biaya pupuk berpengaruh tidak 2. Rata-rata pendapatan petani mitra dan
nyata terhadap tingkat pendapatan petani petani nonmitra pada usahatani cabai
yang bermitra dan tidak bermitra. merah di Desa Wonoasri adalah tidak
Petani cabai merah di Desa berbeda nyata.
Wonoasri menggunakan pupuk urea, KCl, 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata
SP-36, NPK, dan ZA karena tidak berbau terhadap tingkat pendapatan petani yang
dan hasil cepat terlihat pada tanaman cabai bermitra dan tidak bermitra adalah
merah. Pupuk urea mengandung 46% produksi; biaya sewa tanah; dan status
Nitrogen yang bersifat hidroskopis tinggi petani.
dan berstruktur granular. Pupuk KCl
mengandung 50% Kalium yang bersifat DAFTAR PUSTAKA
hidroskopis sedang. Pupuk SP-36 Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
mengandung 36% Pospor yang bersifat Multvariate dengan Program SPSS.
hidroskopis rendah dan berstruktur granular. Semarang: Universitas Diponegoro.
Pupuk NPK mengandung 18% Nitrogen,
22% Fosfor, dan 17% Kalium. Pupuk ZA Rosdiwati, 1992. Statistik dan
mengandung unsur hara belerang (S) dan Penggunaannya. Padang: Angkasa
Nitrogen masing-masing 24% dan 21%. Raya.
Harga untuk masing-masing pupuk berbeda,
antara lain: Urea Rp 2.000,00/kg; Za Rp Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian.
1.600,00/kg; KCl Rp 6.400,00/kg; SP-36 Rp Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2.000,00; dan NPK Rp 8.400,00. Petani
perlu mengeluarkan biaya rutin untuk Sugiyono, Dr., Prof. 2013. Statistika Untuk
pembelian pupuk non organik, sedangkan Penelitian. Bandung: Alfabeta.
pupuk organik bisa didapatkan dengan
menggunakan kotoran hewan ternak (sapi Umar, H. 2003. Metode Penelitian Untuk
dan kambing) maupun sisa jerami jagung. Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Hal ini berpengaruh negatif terhadap tingkat Grafindo Persada.
pendapatan petani cabai merah, semakin
tinggi biaya pupuk non organik yang
dikeluarkan maka semakin rendah tingkat
pendapatan petani cabai merah di Desa
Wonoasri.

KESIMPULAN
1. a. Faktor-faktor yang mendasari petani
bermitra adalah: (1) penanggungan
resiko; (2) jaminan modal; (3) jaminan
kepastian pasar; (4) ketersediaan pupuk;
(5) bimbingan teknis budidaya; (6)
bimbingan teknis pasca panen; (7)
keterlibatan pemerintah; (8) anjuran
penanaman varietas tertentu; dan (9)
keterbukaan pihak pengusaha.
b. Faktor-faktor yang mendasari petani
tidak bermitra adalah: (1) keterbukaan
pihak pengusaha; (2) anjuran penanaman
varietas tertentu; (3) keterlibatan

JSEP Vol. 9 No.2 Juli 2016 43

You might also like