Surveilans Jamaah Haji Di Surabaya

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 14

PELAKSANAAN SISTEM SURVEILANS KESEHATAN HAJI

DI DINAS KESEHATANKOTA SURABAYA

Implementation of Haji Health Surveillance


System in The Health City of Surabaya

Krisnita Dwi Jayanti


Fakultas Ilmu Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Email : krisnita.jayanti@iik.ac.id, 082141614049

Abstract

Indonesian’s Hajj pilgrims were mostly high-risk pilgrims. Information system and
epidemiological surveillance aimed to obtain information that can be used as feedback for
planning, controlling, monitoring and evaluation of health pilgrimage.This study aimed to
describe the implementation of hajj health surveillance in Surabaya Health Office.This
research used descriptive method with cross sectional design. Respondents were the
officers of hajj health surveilance program in Surabaya Health office. Data sources were
primary and secondary data.The result showed that the data collection component
from of data at risk hajj as much as 1428 (67%), the highest number of [ilgrims aged
50-59 years 763 (36%), the pilgrims at most women 1138 (54%), pregnancy tests with
negative results of 640 (56%), and the congregation in the observation 1375 (65%) .
The program used to process the data is hajj integrated health system
(SISKOHATKES) system is online. Epidemiological information of all pilgrims who
departed must be recorded 100%, the pilgrims were examined 3 months before
leaving still reaches 73% that should be 80%. The output of Hajj Surveilance was
disseminated to Public Health Centers at the end of hajj season through monthly
meetings.

Keywords : Surveillance, Health of hajj, implementation, Surabaya City

Abstrak

Jamaah haji di Indonesia sebagian besar merupakan jamaah haji yang memiliki risiko
tinggi.Penyelenggaran Sistem Informasi dan Surveilans Epidemiologi bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam perencanaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi penyelengaraan haji, terutama bidang
kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan sistem
surveilans kesehatan haji di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden adalah
pelaksana program surveilans kesehatan haji di Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Sumber data adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komponen pengumpulan data berupa data jamaah berisiko sebanyak 1428
(67%), umur terbanyak jamaah haji berusia 50-59 tahun 763 (36%), jamaah haji paling
banyak berjenis kelamin wanita 1138 (54%), pemeriksaan kehamilan dengan hasil
negatif sebanyak 640 (56%), dan kategori jamaah dalam observasi sebanyak 1375
(65%). Program yang digunakan untuk mengolah data adalah sistem Komputer
Terpadu Kesehatan Haji (SISKOHATKES) yang dilakukan secara
Krisnita Dwi Jayanti adalah Fakultas Ilmu Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

103
104 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

online.Analisis data dilakukan dengan SISKOHATKES secara online. Informasi


epidemiologi berupa informasi cakupan seluruh jamaah yang berangkat harus terekam
100%, jamaah yang diperiksa 3 bulan sebelumberangkat masih mencapai 73%
seharusnya 80%. Output dari surveilans kesehatan haji berupa diseminasi informasi
berupa laporan dan umpan balik ke puskesmas pada akhir musim haji melalui rapat
bulanan.

Kata kunci : Surveilans, Kesehatan Haji, Pelaksanaan, Kota Surabaya

PENDAHULUAN dengan lingkungan, maupun banyaknya


penyakit degeneratif yang diderita oleh
Ibadah haji dilaksanakan kaum para lanjut usia.3
muslim dan muslimah dari seluruh Jamaah haji di Indonesia sebagian
penjuru dunia yang terdiri dari besar merupakan jamaah haji yang
berbagai suku dan bangsa.Jamaah haji memiliki risiko tinggi. Jamaah haji
memiliki latar belakang penyakit risiko tinggi kesehatan adalah jamaah
endemis dan epidemi masing- haji dengan kondisi kesehatan yang
masing,sehinggamemiliki risiko terjadi secara epidemiologi berisiko sakit dan
penularan penyakit antar jamaah haji atau mati selama perjalanan ibadah
terutama penyakit menular. Penyakit haji, meliputi jamaah haji lanjut usia,
yang berisiko menular antara lain jamaah haji penderita penyakit menular
meningitis, TBC, hepatitis, diare, kholera, tertentu yang tidak boleh terbawa
influenza, dan lain lain. 1Penyakit baru keluar dari Indonesia, jamaah haji
yang perlu di Waspadai menular pada wanita hamil, dan jamaah haji dengan
saat melakukan ibadah haji yaitu ketidak mampuan tertentu terkait
MERS- CoV dan virus ebola.2 penyakit kronis dan atau penyakit
Indonesia merupakan negara tertentu lainnya.3
dengan jumlah muslim terbanyak di Penyelenggaraan ibadah haji,
dunia, sehingga Indonesia merupakan sebagaimana diamanatkan dalam
negara terbanyak yang mengirimkan Undang-Undang nomor 13 Tahun
jamaah haji ke Arab Saudi. Indonesia 2008, bertujuan untuk
berisiko tinggi tertular penyakit dari memberikan pembinaan,
penyakit menular yang sedang endemis pelayanan, dan perlindungan yang
di Arab Saudi atau negara lain yang ikut sebaik-baiknya bagi jamaah haji pada
dalam ibadah haji. Masa tunggu jamaah bidang kesehatan agar jamaah haji
berangkat tahun 2014 minimal 5 tahun, dapat menunaikan ibadah dengan baik
sedangkan jamaah haji yang melakukan sesuai ketentuan ajaran Islam. Tujuan
pendaftaran saat ini lebih panjang lagi tersebut dicapai melalui upaya-upaya
waktu tunggu keberangkatan haji yaitu peningkatan kondisi kesehatan sebelum
lebih dari 17 tahun. Lama tunggu yang keberangkatan, menjaga kondisi sehat
relatif lama menyebabkan banyaknya selama menunaikan ibadah sampai tiba
kembali ke Indonesia, serta mencegah
transmisi penyakit menular yang uk oleh
jamaah haji yang telah lanjut usia, mungkin terbawa keluar/mas Krisnita Dwi Jayanti
:Pelaksa
banyakjamaah haji lanjut usia jamaah haji.3
merupakan faktor risiko kesehatan haji, Penyelenggaraan pelayanan dan
seperti lemahnya kekuatan fisik, mudah pembinaan kesehatan haji diperlukan
terserang penyakit, sulit beradaptasi mekanisme pencatatan dan pelaporan
informasi kesehatan jamaah haji secara mempertahankannya. Untuk itu, upaya
cepat, tepat dan berkesinambungan utama yang perlu ditempuh adalah
yang terkoordinasi dengan Sistem pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
Komputerisasi Haji Terpadu bidang kesehatan merupakan upaya
Kesehatan (SISKOHATKES) berbasis identifikasi status kesehatan sebagai
web. Sistem komputerisasi Haji landasan karakterisasi, prediksi dan
Terpadu Kesehatan merupakan penentuan cara eliminasi faktor risiko
kegiatan pengamatan/surveilans yang kesehatan. 3
dilakukan secara sistematis dan Penyelenggaraan kesehatan haji
berkesinambungan dalam suatu siklus terdiri dari rangkaian kegiatan
musim haji dengan menggunakan pelayanan kesehatan haji meliputi
sistem komputerisasi. 1 pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan
Data pemeriksaan awal status penyuluhan kesehatan haji, pelayanan
kesehatan jamaah haji sebagian masih kesehatan, imunisasi, surveilans, SKD
mempunyai risiko tinggi. Proporsi dan respon KLB, penanggulangan KLB
jamaah haji risiko tinggi berkisar 30- dan musibah massal, kesehatan
45%, sebagian besar karena usia lanjut. lingkungan dan manajemen kesehatan
Hipertensi dan diabetes Mellitus haji. Penyelenggaran Sistem Informasi
merupakan penyakit risiko tinggi dan Surveilans Epidemiologi bertujuan
terbanyak (25-37%), sementara untuk mendapatkan informasi yang
penyakit saluran pernafasan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam
saluran pencernaan semakin meningkat perencanaan, pengendalian, monitoring
jumlahnya dari tahun ke tahun. Jamaah dan evaluasi penyelengaraan haji,
haji memiliki risiko pada kelompok usia terutama bidang kesehatan, serta
60 tahun ke atas berjumlah sekitar 70% menunjang pelaksanaan sistem
dari semua jamaah haji. Hal ini kewaspadaan dini dan respon kejadian
menunjukkan bahwa pembinaan luar biasa penyakit dan keracunan.5
kesehatan jamaah haji pada kelompok Berdasarkan latar
usia tersebut belum optimal. Masalah belakangtersebutmaka, ingin mengetahui
lain yang timbul adalah hampir separuh gambaran pelaksanaan surveilans
kematian tersebut terjadi diluar sarana kesehatan Haji di Dinas Kesehatan Kota
layanan kesehatan, kematian terbanyak Surabaya. Analisis dilakukan dengan
terjadi dipondokan, sementara akses melihat gambaran mengenai sistem
jamaah terhadap pelayanan kesehatan surveilans kesehatan haji di Dinas
masih cukup rendah (hanya < 15% Kesehatan Kota Surabaya serta bisa
jamaah akses terhadap pelayanan mengetahui masalah dalam
kesehatan dan 1-1,5% dari total jamaah pelaksanaan surveilans kesehatan haji.
dirawat inap di sarana layanan Tujuan penelitian ini adalah
kesehatan baik BPHI maupun RS Arab mendiskripsikan pelaksanaan sistem
Saudi). 4 surveilans kesehatan haji di Kota
Kesehatan adalah modal Surabaya tahun 2014.
perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi
kesehatan yang memadai, kegiatan
ibadah haji tidak dapat berjalan
maksimal. Oleh karena itu setiap
106 Jurnal
jamaahhaji IKESMA
perlu Volume 13
menyiapkan Nomor
diri agar 2 September 2017
memiliki status kesehatan optimal dan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan seumur hidup bagi setiap orang Islam
penelitian deskriptif dengan yang mampu menunaikannya. Jamaah
pendekatan observasional. Desain haji adalah warga Negara Indonesia
penelitian yang digunakan adalah cross yang beragama Islam dan telah
sectional yaitu melihat pelaksanaan mendaftarkan diri untuk menunaikan
surveilans kesehatan haji tahun 2014. ibadah haji sesuai dengan persyaratan
Responden penelitian adalah pelaksana yang ditetapkan. Penyelenggaraan
progam kesehatan haji di Dinas ibadah haji adalah
Kesehatan Kota Surabaya. rangkaian kegiatan pengelolaan
Pengumpulan data dilakukan dengan pelaksanaan Ibadah haji yang meliputi
wawancara dan studi dokumentasi. pembinaan, pelayanan dan perlindungan
Analisis data dilakukan secara jamaah haji.5
deskriptif dengan cara membandingkan Kesehatan merupakan modal
hasil penelitian yang diperoleh di utama untuk kelancaran pelaksanaan
lapangan dengan teori dan atau ibadah haji. Kesehatan sangat
pedoman program. Hasil analisis dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
diuraikan dalam bentuk narasi untuk jamaah haji dengan waktu tunggu
mendeskripsikan variabel penelitian, keberangkatan yang lama menyebabkan
kemudian digambarkan dalam bentuk banyak permasalahan kesehatan yang
tabel, grafik dan gambar. dapat terjadi pada jamaah haji. Jamaah
haji yang memiliki risiko (jamaah
dengan potensi masalah kesehatan)
HASIL PENELITIAN DAN yaitu jamaah yang berusia lanjut (60
PEMBAHASAN
tahun atau lebih), hamil dan menderita
sakit kronis berat.3 Berikut hasil
Identifikasi Masalah Kesehatan Haji
laporan pelaksanaan
di Kota Surabaya
surveilans kesehatan haji tahun 2014 :
Ibadah haji adalah rukun Islam
Jamaah Haji Kota Surabaya
kelima yang merupakan kewajiban
Berdasarkan Risiko dapat dilihat pada
tabel 1 berikut :

Tabel 1. Distribusi frekuensi jamaah haji berdasarkan Risiko Jamaah Haji Di Kota
Surabaya
No Risiko F %
1 Sehat 697 33
2 Memiliki Risiko Tinggi 1428 67

Jumlah 2125 100


(Sumber : Data Primer Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2014)

Dari tabel 1 tersebut dapat penyakit kronis seperti diabetes


diketahui Datajamaah haji memiliki mellitus dengan komplikasi dan
risiko kesehatan sebanyak 1.428(67%) gangren serta penderita penyakit
jamaah, dan jamaah yang sehat kanker, dan atau penyakit tertentu
sebanyak 697 (33%). Jamaah memiliki lainnya.3 Penyakit menular yang
risiko seperti jamaah haji yang berusia menjadi perhatian WHO yaitu
lanjut ≥ 60 tahun, jamaah haji tuberkulosis paru dengan BTA positip,
penderita penyakit menular tertentu, kusta tipe multi basiler, SARS(Severe
jamaah haji wanita hamil dan jamaah Acute Respiratory
haji dengan ketidakmampuan tertentu Syndrome), Avian influenza (AI),
terkait influenza A baru (H1N1)dan penyakit
Krisnita Dwi Jayanti :Pelaksanaan Sistem Surveilans ..... 107

menular lain yang ditentukan kemudian. 3 Golongan umur jamaah haji digunakan
Kegiatan ibadah haji merupakan kegiatan untuk mengetahui kemungkinan masalah
dengan kumpulan banyak individu, kesehatan yang dapat terjadi dilihat
sehingga berpotensi untuk terjadi dari umur jamaah haji tersebut. Data
transmisi epidemi penyakit rawan di jamaah haji di Kota Surabaya
tempat haji, sehingga perlu diterapkan berdasarkan golongan umur
kegiatan sistem surveilans kesehatan menggunakan data yang dikeluarkan
haji.8 oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Tahun 2014 yaitu pada tabel 1 berikut :
Jamaah Haji Kota Surabaya
Berdasarkan Golongan Umur
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jamaah Haji Di Kota Surabaya Berdasarkan Golongan Umur
No Umur F %
1 < 19 Tahun 3 0
2 20-29 Tahun 47 2
3 30-39 Tahun 214 10
4 40-49 Tahun 534 25
5 50-59 Tahun 763 36
6 ≥ 60 Tahun 564 27
Jumlah 2125 100
(Sumber : Data Primer Dinas Kesehatan Kota 108
Su a Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017
raba

Berdasarkan tabel 2Golongan umur Umur mempengaruhi kemunduran


jamaah haji terbanyak yang fungsi organ tubuh seperti kekakuan
melaksanakan ibadah haji adalah pada pembuluh darah (mengkerut dan
golongan umur50-59 tahun sebanyak menua). Bertambahnya umur juga
763 (36%)jamaah.Golongan umur mempengaruhi penurunan fungsi
Jamaah haji yang berusia 60 tahun hormone estrogen dan testosterone
yang perlu menjadi perhatian karena dalam mendistribusikan lemak,
merupakan kelompok umur yang sehingga memungkinkan terjadinya
memiliki risiko masalah kesehatan penimbunan lemak yang dapat
berjumlah 564 mempersempit aliran darah.10Kebijakan
(27%)jamaah.Berdasarkan penelitian pemerintah Indonesia pada pendaftar
sebelumnya menunjukkan bahwa risiko ibadah haji yaitu dari pendaftaran
terjadinya kematian pada jamaah haji pertama, jamaah harus menunggu
tertinggi banyak terjadi pada umur ≥ 60 antrian untuk bisa berangkat haji
tahun dan angka kematian tersebut minimal 5 tahun dan maksimal 17
meningkat seiring pertambahan umur tahun. Hal ini menyebabkan banyak
jamaah.9Ibadah haji merupakan kegiatan dari calon jamaah haji yang bisa
ibadah yang membutuhkan kekuatan berangkat ibadah haji pada usia lanjut.
fisik dan kesehatan yang prima. Selain itu, lama tunggu juga disebabkan
Golongan umur yang banyak pada usia karena banyak dari jamaah haji bukan
lanjut menyebabkan banyaknya risiko jamaah haji yang berangkat pertama
permasalahan kesehatan karena kali untuk beribadah. Sehingga
kemampuan tubuh dan kekuatan fisik menyebabkan banyaknya jamaah haji
dari jamaah haji usia lanjut yang yang akan berangkat beribadah haji
menurun karena usia lansia tersebut. lebih dari satu kali menyebabkan lama
tunggu yang lama bagi calon jamaah
haji yang akan
berangkat.

Jenis Kelamin Jamaah Haji menjadi faktor risiko bagi jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan hal yang juga tertentu. Datajamaah haji berdasarkan
menjadi perhatian terkait dengan jenis kelamin di Kota Surabayadapat
permasalahan kesehatan yang bisa dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jamaah Haji Di Kota Surabaya


No Jenis Kelamin F %
1 Laki-laki 987 46
2 Wanita 1138 54
Jumlah 2125 100
(Sumber : Data Primer Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2014)

Dari tabel 3 tersebut dapat diketahui diperhatikan tentang status kehamilan


jumlah jamaah haji kota Surabaya pada jamaah. Kehamilan yang terjadi pada
tahun 2014 terbanyak adalah jamaah saat melakukan ibadah haji apabila
haji perempuan dengan jumlah tidak di kelola dengan baik akan
1.138(56%)jamaah. Berdasarkan berisiko bagi jamaah dan juga anak
penelitian sebelumnya menunjukkan yang dikandung dari penyakit
bahwa risiko terjadi kematian lebih meningitis yang endemik di Arab Saudi.
dominan terjadi pada jemaah haji laki-
laki.9Jenis kelamin jamaah haji
Pemeriksaan Kehamilan pada
digunakan untuk mengetahui risiko
Jamaah Haji
yang mungkin bisa terjadi selama
Data pemeriksaan kehamilan jamaahhaji
perjalanan ibadah haji. Jamaah haji
di Kota Surabayadapat dilihat
banyak yang berjenis kelamin
pada tabel 4 berikut :
perempuan sehingga harus

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Kehamilan Jamaah Haji Di Kota Surabaya
No Pemeriksaan Kehamilan F %
1 Positif Hamil 0 0
2 Negatif Hamil 640 56
3 Tidak diperiksa 498 44
Jumlah 1138 100
(Sumber : Data Primer Dinas Kesehatan Kota Surabaya Krisnita Dwi Jayanti
2014) :Pelaksa

Dari tabel 4 tersebut dapat diketahui Pemeriksaan kehamilan penting untuk


bahwa total jamaahberjenis kelamin mengetahui status kehamilan
perempuan berjumlah 1138 dan jumlah seseorang. Kehamilan menjadi berisiko
jamaah haji yang tidak diperiksa untuk tertular penyakit meninggitis,
kehamilan sebanyak 498 (44%)jamaah. sehingga pemeriksaan kehamilan perlu
Tidak ada jamaah haji wanita yang dilakukan. Apabila terdapat Calon
positif hamil.Jamaah haji yang tidak jamaah haji wanita hamil yang
diperiksa kehamilan tersebut karena diizinkan untuk menunaikan ibadah haji
498 jamaahberjenis kelamin perempuan harus memenuhi syarat yaitu telah
yang sudah mengalami menopouse. mendapatkan suntikan vaksinasi
meningitis paling lama 2 tahun
sebelum keberangkatan haji dengan
bukti International Certificate of
Kategori Hasil Pemeriksaan
Vaccination (ICV) yang sah. Pada saat
Kesehatan Jamaah Haji
berangkat dari embarkasi usia
Pemeriksaan kesehatan jamaah haji
kehamilan mencapai sekurang-
dilakukan di Puskesmas melalui
kurangnya 14 (empat belas) minggu dan
pemeriksaan pertama dan pemeriksaan
sebanyak- banyaknya 26(dua puluh
kedua. Data hasil pemeriksaan
enam) minggu. Tidak tergolong dalam
kesehatan jamaah haji di Kota Surabaya
kehamilan risiko tinggi, baik untuk ibu
menggunakan data yang dikeluarkan
serta janinnya, yang dinyatakan dengan
oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
surat keterangan dari dokter spesialis
tahun 2014 dapat diketahui
kebidanan dan penyakit kandungan
pada tabel 5 berikut :
yang memiliki surat izin praktik.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji Di Kota
Surabaya
No Kategori F %
1 Mandiri 697 33
2 Observasi 1375 65
3 Pengawasan 53 2
4 Tunda 0 0
Jumlah 2125 100
(Sumber : Data Primer Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2014)

Dari tabel 5 tersebut Dapat diketahui mengikuti perjalanan ibadah haji


bahwa dari hasil pemeriksaan pertama dengan bantuan alat dan atau obat dan
dan pemeriksaan keduastatus jamaah orang lain.3Jamaah dengan status
haji terbanyak adalah jamaah dengan pengawasan sebanyak 53 (2%),
status observasi sebesar banyaknya jumlah jamaah observasi
1.375(65%)jamaah.Jamaah haji menyebabkan tenaga kesehatan
observasi adalah jamaah haji yang menjadi lebih banyak melakukan upaya
memiliki kemampuan mengikuti memberikan pelayanan yang optimal
perjalanan ibadah haji dengan bantuan agar jamaah haji observasi bisa
alat dan atau obat. jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji.
berstatus mandiri sebanyak 697 (33%).
Jamaah haji mandiri adalahjamaah haji 5PenyakitJamaah Haji Di Kota
yang memiliki kemampuan mengikuti Surabaya
perjalanan ibadah haji tanpa Dari hasil pemeriksaan pertama dan
tergantung kepada bantuan alat atau pemeriksaan kedua yang dilakukan oleh
obat dan orang lain. Jamaah haji petugas puskesmas diperoleh data pada
pengawasan adalah jamaah haji yang tabel 6 berikut :
memiliki kemampuan

110 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

Tabel 6. Distribusi Frekuensi 5 Penyakit Jamaah Haji Di Kota Surabaya


No Kode ICD X Hasil Pemeriksaan Kedua F %
1 Z00 General examination and 567 27
investigastion of persons
without complaintor
reported
diagnosis
2 I10 Essential (primary) 547 26
hypertension
3 R54 Senility 418 20
4 E11 Non-insulin-dependent 245 11
diabetes mellitus
5 E78 Disorders of lipoprotein 226 10
metabolism and other
lipidaemias
6 E88,9 Metabolic disorder, 122 6
unspecified
Jumlah 2125 100
(Sumber : Data Primer Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2014)

Dari tabel 6 tersebut dapat diketahui penyempitan.12Penyakit yang paling


bahwa 5 penyakit terbanyak yang banyak tersebut, dikarenakan
diderita jamaah haji di Kota banyaknya jumlah jamaah haji di Kota
Surabayadiketahui bahwa penyakit Surabaya yang berusia lanjutyaitu 50-
terbanyak adalah penyakit hipertensi 59 tahun dan
dengan jumlah penderita 547 ≥ 60 tahun.
(26%)jamaah.Penyakit kedua terbanyak
adalah dementia (senility) sebanyak Gambaran Pelaksanaan Sistem
418 (20%)jamaah.Penyakit ketiga Surveilans Kesehatan Haji Di Dinas
adalah diabetes mellitus non insulin Kesehatan Kota Surabaya
sebanyak Surveilans epidemiologi adalah
245 (11%)jamaah.Jamaah yang sehat kegiatan analisis secara sistematis dan
hanya berjumlah 567(27%) dari total terus menerus terhadap penyakit dan
jamaah pada tahun 2014 adalah 2125 masalah
jamaah.Berdasarkan penelitian – masalah kesehatan serta kondisi yang
sebelumnya yang dilakukan selama 5 memperbesar risiko terjadinya
tahun berturut-turut penyakit yang peningkatan dan penularan penyakit
paling banyak diderita oleh jamaah haji serta masalah – masalah kesehatan
Iran adalah hipertensi. Penyakit tersebut agar dapat melakukan
hipertensi sangat umum terjadi pada tindakan penanggulangan secara efektif
populasi kebanyakan dengan prevalensi dan efisien melalui proses
10 sampai 20 persen.11Penyakit pengumpulan data, pengolahan dan
sirkulasi terutama penyakit pembuluh penyebaran informasi epidemiologi
darah jantung seperti hipertensi kepada penyelenggara program
umumnya terjadi karena jantung gagal kesehatan.7
memompa darah ke seluruh tubuh, Penyelenggaraan surveilans kesehatan
kurangnya oksigen yang dibawa oleh dilakukan melalui pengumpulan data,
darah ke jantung atau tertutupnya pengolahan data, analisisdata, dan
pembuluh darah karena diseminasi sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisahkan untuk menghasilkan
suatu informasi yang objektif, terukur,
dpat diperbandingkan anatar waktu,
Krisnita Dwi Jayanti :Pelaksanaan Sistem Surveilans ..... 111

antar wilayah serta berdasarkan k. Melaksanakan kesiapsiagaan dan


dimensi waktu, tempat dan orang. 8 penanggulangan kejadian musibah
massal
Batasan Sistem Surveilans Kesehatan
Haji di Dinas Kesehatan Kota Definisi dari sistem surveilans
Surabaya kesehatan haji yang diterapkan oleh
Sistem surveilans kesehatan hajidi Dinas Kesehatan Kota Surabaya sudah
Dinas Kesehatan Kota Surabaya sesuai dengan tujuan dan definisi yang
merupakan kegiatan surveilans ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
kesehatan jamaah haji berdasarkan Republik Indonesia yaitu Surveilans
pemeriksaan kesehatan di daerah epidemiologi kesehatan haji merupakan
berupa analisis secara sistematis dan kegiatan analisis secara sistematis dan
terus-menerus terhadap penyakit atau terus menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan jamaah masalah – masalah kesehatan jamaah
haji dan kondisi yang mempengaruhi haji dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan terjadinya peningkatan dan penularan
penyakitpada jamaah haji yang terdapat penyakit atau masalah-masalah
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota kesehatan haji, agar dapat melakukan
Surabaya melalui kegiatan pemeriksaan tindakan penanggulangan dan
kesehatan awal dan pemeriksaan penyebaran informasi epidemiologi
kesehatan lanjutan yang dilakukan oleh kepada penyelenggara program
Puskesmas pada jamaah haji. kesehatan haji. 3

Tujuan Sistem Surveilans Kesehatan


Haji Gambaran Sistem Surveilans
di Dinas Kesehatan Kota Surabaya Kesehatan Haji yang sedang
sebagai berikut : berjalan di Dinas Kesehatan Kota
a. Mengendalikan pelaksanaan Surabaya Pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan kesehatan pada jamaah surveilans secara keseluruhan dapat
haji berjalan dengan efektif maka
b. Mengendalikan pelaksanaan perlu adanya manajemen kegiatan
imunisasi pada jamaah haji mulai dari perencanaan sampai dengan
c. Mengendalikan pelaksanaan evaluasi melalui pendekatan
bimbingan dan penyuluhan sistem yaitu input, proses, output.
kesehatan pada jamaah haji Suatu sistem adalah jaringan
d. Mengendalikan pelaksanaan kerja dari prosedur-prosedur
pelayanan kesehatan pada jamaah yang saling
haji berhubungan, berkumpul bersama –
e. Melakukan pengamatan penyakit sama untuk melakukan suatu kegiatan.
pada jamaah haji Sistem merupakan kumpulan elemen –
f. Melaksanakan bimbingan tehnis elemen yang saling terkait dan bekerja
penyelenggaraan kesehatan haji sama untuk memproses masukan
g. Melaksanakan pelatihan tentang (input) yang ditujukan kepada sistem
penyelenggaraan kesehatan haji tersebut dan mengolah masukan
h. Melakukan SKD-respon KLB tersebut sampai menghasilkan keluaran
i. Melakukan monitoring dan evaluasi (output) yang diinginkan.
j. Melakukan pencatatan dan Pelaksanaan surveilans
pelaporan kesehatan haji berdasarkan komponen
sistem surveilans kesehatan hajiyaitu :
112 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

Gambaran Input (Masukan) cukup untuk melaksanakan kegiatan


Input merupakan elemen dari sistem surveilans kesehatan haji.Program yang
yang bertugas untuk menerima seluruh digunakan untuk mengolah data adalah
masukan data, dimana masukan sistem Komputer Terpadu Kesehatan
tersebut berupa jenis data, frekuensi Haji (SISKOHATKES) yang dilakukan
pemasukan data dan lain-lain. secara online.
a. Sumber daya manusia (Man) Kendala pada pelaksanaannya
Tim pemeriksa kesehatan haji terdiri SISKOHATKES masih belum berjalan
dari tenaga fungsional kesehatan yang optimal Karena terkendala permasalahan
ada di Puskesmas, terdiri dari tenaga internet yang kurang mendukung
fungsional kesehatan yang ada di sehingga dalam memasukkan data
Puskesmas antara lain dokter, perawat, membutuhkan waktu yang lama
analis laboratorium, surveilans, ahli gizi sehingga menggunakan sistem offline
dan farmasi atau di atur oleh masing- dengan E-BKJH kemudian di upload
masing Dinas Kesehatan Kota terkadang masih lama untuk
Surabaya. Petugas mengupload data e-BKJH tersebut.
surveilans kesehatan
hajibertugas secara khusus dari d. Metode
melakukan pemeriksaan pertama dan Metode yang digunakan pada
pemeriksaan kedua.Tenaga sudah surveilans kesehatan haji di Dinas
memenuhi kebutuhan yaitu terdiri dari Kesehatan
: KotaSurabayaberdasarkanpedoman
1 (satu) orang koordinator dan penyelenggaraan kesehatan haji dari
penanggungjawab; 62 tenaga entri data Kementerian Kesehatan.Metode tersebut
di 62 Puskesmas Di wilayah Kerja Dinas berupa melakukan pemeriksaan
Kesehatan Kota Surabaya; 62 dokter kesehatan awal dan pemeriksaan
pemeriksa; 62 tenaga imunisasi (bidan lajutan pada jamaah haji.
atau perawat); serta 62 tenaga
posbindu. e. Data
Data pada surveilans kesehatan haji
b. Dana (Money)
Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Dana digunakan untuk kegiatan dikumpulkan berdasarkan sistem
program pelayanan kesehatan haji pencatatan dan pelaporanselama
dalam bentuk penyuluhan kesehatan musim haji dari Puskesmas melalui
jamaah haji, pelayanan klinik kesehatan pemeriksaan kesehatan awal dan
jamaah haji, obat-obatan, dan pemeriksaan kesehatan kedua. Data
sebagainya. Dana untuk kegiatan Jamaah Haji yang bersumber dari
surveilans kesehatan haji dalam bentuk departemen Agama yang diperoleh dari
dana operasional, bahan, kartu SISKOHATKES, ada beberapa jamaah
kewaspadaan kesehatan jamaah haji yang bukan dari Surabaya atau alamat
dan bahan untuk penyuluhan kesehatan yang salah. Data jamaah juga selalu
haji. Sumber dana surveilans kesehatan berubah dan perubahan yang terjadi
haji berasal dari APBD. oleh kementerian agama tidak segera
dilaporkan ke dinas kesehatan.
c. Sarana dan Bahan (Material) Data kesakitan diperoleh dari data
Sarana yang digunakan dalam kegiatan primer hasil pemeriksaan kesehatan
surveilans kesehatan haji yaitu 1 set yang dilakukan oleh Puskesmas,
komputer yang dilengkapi dengan jamaah masih ada yang belum mau
printer berwarna serta koneksi data melakukan
internet yang telah tersedia di 62
puskesmas. Sarana ini telah dianggap
Krisnita Dwi Jayanti :Pelaksanaan Sistem Surveilans ..... 113

pemeriksaan kesehatan jika tidak status kesehatan jamaah yangsesuai


mendekati waktu keberangkatan. Data dengan form e-BKJH dan atau
faktor risiko seperti merokok, kurang Siskohatkes, pengumpulan data
aktifitas, pakai alat bantu, dan usia ≥60 tersebut dilakukan setiap tahun selama
tahun di peroleh dari data primer hasil musim haji berlangsung. Data
pemeriksaan kesehatan. Hasil dari dikumpulkan dari jamaah haji yang
pemeriksaan tersebut diperoleh data telah mendaftarkan diri dengan
bahwa masih banyakjamaah masih melakukan pemeriksaan pertama masih
belum memahami akan pentingnya ada kendala dalam mengirim data hasil
dilakukan pemeriksaan tersebut. pemeriksaan melalui SISKOHATKES
Data vaksinasi diperoleh dari data akibat internet yang lambat. Selain itu
primer yang dikumpulkan oleh akibat dari kemampuan pengumpul
puskesmas, hingga saat ini vaksin MM data atau petugas puskesmas masih
masih belum tersedia di puskesmas. kurang lancar dalam proses
Seharusnya pelaksanaan pemberian memasukkan data hasil pemeriksaan
vaksinasi 3 bulan sebelum
keberangkatan haji tepatnya 20 Mei b. Kompilasi data
2014 tetapi vaksin masih belum datang. Data yang telah terkumpul secara
Data pemantauan setelah pulang haji otomatis akan dikelompokkan dalam
diperoleh dari data primer yang sistem Siskohatkes. Semua jenis data
dilakukan oleh puskesmas, tetapi data tersebut dilakukan pengelompokan
tidak terkumpul dengan optimal karena setiap hari, untuk keperluan pengisian
tersedia form pengumpulan data masih laporan harian, yang nantinya akan
secara manual belum masuk dalam dijadikan satu dalam bentuk laporan
sistem pelaporan secara online melalui akhir pelaksanaan surveilans kesehatan
SISKOHATKES haji.

Gambaran Proses c. Analisis dan interpretasi data


Proses merupakan elemen dari sistem Data surveilans kesehatan jamaah yang
yang bertugas untuk mengolah atau ada langsung diolah dan dianalisis
memproses seluruh data menjadi secara langsung dalamsistem
informasi yang lebih berguna. Siskohatkes untuk menghasilkan
a. Pengumpulan data informasi.Analisis data baru
Proses pengumpulan data surveilans berdasarkan tempat, waktu, dan
kesehatan haji di Dinas Kesehatan orang.Penyajian data membuat
KotaSurabayadimulai dari diperolehnya grafik jumlah distribusi jamaah haji
data jamaah haji dari departemen risiko tinggi menurut jenis kelamin dan
agama kemudian data tersebut disebar jenis risiko tingginya.Interpretasi data
luaskan ke Puskesmas. Pengumpulan hasil analisis dilakukan dengan cara
data selanjutnya berupa data hasil melihat kecenderungan atau trend
pemeriksaan pertama dan keduajamaah jamaah risiko tinggi berdasarkan waktu
haji yang dilakukan oleh Puskesmas (membandingkan dengan tahun
yaitu 3 bulan sebelum pelaksanaan sebelumnya) dan jenis kelamin.
ibadah haji pada bulan Mei.
Pengumpulan data surveilans kesehatan d. Pencatatan dan Pelaporan
haji dilakukan oleh petugas puskesmas Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
dengan melakukanrekapitulasi data terdapat 62 Puskesmas yang
melaksanakan entry data. Data
diperoleh dari hasil pemeriksaan
kesehatan awal
114 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

dan pemeriksaan kesehatan lanjutan, ini sudah sesuai dengan cakupan yang
kemudian di upload melalui applikasi seharusnya bahwa cakupan seluruh
puskesmas (siskohat bidang jamaah yang berangkat harus terekam
kesehatan)hasil entry data tersebut 100%. Informasi jumlah jamaah yang
didesiminasikan ke Dinas Kesehatan diperiksa 3 bulan sebelum berangkat
Kota Surabaya. masih mencapai 73%, serta cakupan
Dinas kesehatan Kota Surabaya pelaporan jamaah haji pulang masih
melaksanakan pencatatan dan rendah.
pelaporan hasil kegiatan pengumpulan
data yang dilakukan oleh
b. Indikator kinerja
puskesmasmelalui applikasi
Indikator kinerja surveilans kesehatan
SISKOHATES (Siskohat Bidang
haji di Dinas Kesehatan
Kesehatan) dan dikirim (uploads) ke
KotaSurabayaadalah kelengkapan
www.siskohatkes.net dengan koneksi
laporan sebesar 100%, dan ketepatan
internet. Jadwal laporan Dinas Kesehatan
laporan sebesar 100%.Indikator output
KotaSurabaya ke Dinas Kesehatan
dalam pemantauan surveilans
Provinsi dan web paling lambat tiga
kesehatan haji yang dilakukan oleh
minggu sebelum operasional haji
Dinas Kesehatan Kota Surabaya adalah
dimulai.
:
1) Cakupan seluruh jamaah haji yang
Gambaran Output berangkat harus terekam
Output merupakan hasil dari masukan 2) Cakupan jumlah jamaah haji yang
yang telah diproses oleh bagian diperiksa sebelum 3 bulan
pengolahan dan merupakan tujuan keberangkatan
akhir dari suatu sistem. 3) Cakupan pemeriksaan jamaah
a. Informasi
pulang haji dilakukan selama 14 hari
Informasi yang dihasilkan oleh c. Diseminasi informasi
surveilans kesehatan haji di Dinas Dinas kesehatan melakukan analisis
Kesehatan KotaSurabaya yaitu jumlah data hasil penyelenggaraan kesehatan
jamaah haji Kota Surabaya berdasarkan haji di wilayahnya dan didesiminasikan
jenis kelamin dan golongan umur, hasil ke Puskesmas, Dinas Kesehatan
pemeriksaan kesehatan jamaah, hasil Provinsi dan pihak-pihak lain yang
pelaksanaan vaksinasi yang telah terkait misalnya ke Kantor Kesehatan
dilakukan, distribusi penyakit Pelabuhan wilayah Surabaya.
padajamaah haji, danhasil pemeriksaan Diseminasi informasi disampaikan
kehamilan jamaah berupa status kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
kesehatan masing-masing jamaah haji Puskesmas dalam bentuk rapat dengan
apakah jamaah berisiko atau tidak dan semua kepala puskesmas pada
juga obat – obatan yang perlu dibawa pertemuan evaluasi pelaksanaan
oleh jamaah haji. Informasi yang pemeriksaan pertama dan pemeriksaan
diperoleh berupa seluruh jamaah haji kedua.
yang berangkat sudah terekam 100%,
hal
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Pelaksanaan surveilans kesehatan haji


diperoleh data berupa data jamaah
berisiko sebanyak 1428 (67%), umur
Krisnita Dwi Jayanti :Pelaksanaan Sistem Surveilans ..... 115

terbanyak jamaah haji berusia 50-59 Jamaah Calon Haji (Tahap I & II).
tahun 763 (36%), jamaah haji paling Jakarta
banyak berjenis kelamin wanita 1138 2] Ariyanto. 2012. Faktor Risiko
(54%), pemeriksaan kehamilan dengan Kesehatan Saat Berhaji. (Serial
hasil negatif sebanyak 640 (56%), dan Online).
kategori jamaah dalam observasi http://www.kespelsemarang.com/
sebanyak 1375 (65%). kkp/bacaberita.php?milihndi=75.
Program yang digunakan untuk ( Akses tanggal 10 Juni 2015)
mengolah data adalah sistem Komputer 3] Departemen Kesehatan RI.2010.
Terpadu Kesehatan Haji Pedoman Teknis Pemeriksaan
(SISKOHATKES) yang dilakukan secara Kesehatan Jamaah Haji.Jakarta
online.Informasi epidemiologi berupa 4] Kementerian Kesehatan RI. 2012.
informasi cakupan seluruh jamaah yang Profil Kesehatan Haji Indonesia
berangkat harus terekam 100%, jamaah Tahun 2012. Jakarta
yang diperiksa 3 bulan sebelum 5] Departemen Kesehatan
berangkat masih mencapai 73% RI.2009.Pedoman
seharusnya 80%. Output dari surveilans Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
kesehatan haji berupa diseminasi Jakarta
informasi berupa laporan dan umpan 6] Departemen Kesehatan RI .2003.
balik ke puskesmas pada akhir musim Keputusan Menteri Kesehatan RI
haji melalui rapat bulanan. Informasi No.1479/MENKES/SK/X/2003
yang dihasilkan dari sistem surveilans tentang Sistem Surveilans
kesehatan haji dapat digunakan untuk Epidemiologi Kesehatan
mencegah penyebaran infeksi dari 7] Timmreck.2004. Epidemiologi
jamaah haji ke daerah asal jamaah. Suatu Pengantar.Jakarta : EGC
Beberapa penyakit dari tempat ibadah 8] Karami.2013.Public Health
haji memiliki karakteristik masa Surveillance and Hajj Pilgrimate
inkubasi yang panjang, sehingga as a Mass Gathering. Iranian J
dibutuhkan pengawasan atau surveilans Publ Health. Vol.42, No.7,PP.791-
pasif dengan menggunakan jaringan 792
seluler yang inovatif.8 9] Pane, M.,Imari, S.,Alwi,Q.,Nyoman
Kandun,I.,Cook, A.R.,&
Saran Samaan,G.,2013. Causes of
Disarankan meningkatkan pendekatan Mortality for Indonesian Hajj
kepada jamaah haji oleh petugas Pilgrims : comparison between
puskesmas untuk melakukan routine Death certificate adverbal
pembinaan dengan membuat autopsy findings.ploS one.Vol.8,
pengembangan suatu media informasi No.8
agar calon jamaah haji dapat rutin 10] Handajani,A.,Roossihermiatie, B., &
untuk melakukan pemeriksaan Maryani H., 2010. Faktor-faktor
kesehatan. yang berhubungan dengan pola
kematian pada penyakit
degeneratif di Indonesia. Buletin
DAFTAR RUJUKAN Penelitian Sistem Kesehatan.
Vol.13, No.1, p 42-53
1] Departemen Kesehatan RI. 2008. 11] Razavi, S.M., Sabouri-Kashani, A., &
Bahan Bacaan Peserta Pelatihan Ziaee-ardakani,H.,2013. Trend of
Petugas Pemeriksa Kesehatan Diseases Among Iranian Pilgrims
116 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017

During Five Consecutive Years


Based on a Syndromic
Survellance System in Hajj.MJRI,
Vol.27, No.4, p 179-185
12] Shimemeri, A.2012. Cardivascular
Disease In Hajj Pilgrims. Journal
of Saudi Heart Association.
Vol.24, No.2, p123-7

You might also like