Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKPA Apotek Periode April Nurhany 2019000118
Laporan PKPA Apotek Periode April Nurhany 2019000118
FAKULTAS FARMASI
Disusun Oleh:
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA
PERIODE 01-30 APRIL 2020
Disusun Oleh:
Disetujui Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah mengkaruniakan berkah
dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
pengganti kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada bulan April 2020.
Laporan ini disusun sebagai pengganti dari Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program
Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Kita semua mengetahu bahwa dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) ini mahasiswa, civitas akademi, dan pihak yang menjadi tempat kegiatan
PKPA terkendala akibat kejadian Pandemi Covid-19. Penulis turut prihatin dan berdoa
agar kejadian Pandemi Covid-19 ini segera berlalu dan kegiatan berlajar mengajar
kembali normal. Walaupun kegiatan PKPA sempat terhenti dan terkendala, namun atas
keputusan kampus, kegiatan PKPA yang sempat terhenti masih dapat bermanfaat bagi
mahasiswa. Dengan adanya tugas laporan ini, mahasiswa Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila masih dapat memperoleh ilmu melalui tugas yang diberikan
pihak kampus dan bimbingan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada ibu
apt. Moordiani, S.F, M.Si. selaku pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya untuk membimbing
dan memberikan motivasi kepada penulis selama PKPA. Penulis juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. apt. Wahono Sumaryono. Selaku Rektor Universitas Pancasila.
2. Ibu apt. Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.
3. Ibu apt. Hesty Utami R., M.Clin. Pharm., PhD. Selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.
Semoga ilmu yang telah kami peroleh dapat berguna bagi calon Apoteker dan semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan serta kepustakaan
iii
di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
E. Aspek Bisnis ....................................................................................... 52
1. Unit Bisnis .................................................................................... 52
2. Permodalan ................................................................................... 52
3. Analisis keuangan ......................................................................... 53
4. Perpajakan .................................................................................... 55
5. Strategi Pemasaran ....................................................................... 58
6. Strategi Pengembangan ................................................................ 59
7. Kewirausahaan ............................................................................. 59
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009,
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Oleh karena
itu setiap tenaga kesehatan, khususnya Apoteker wajib memberikan pelayanan
terbaik untuk menunjang kesehatan warga negara Indonesia melalui praktik
pelayanan kefarmasian (1).
Pelayanan kefarmasian saat ini mengalami perubahan yang semula
terfokus pada pengelolaan obat (drug oriented) berubah menjadi orientasi
kepentingan pasien (patient oriented) yang berasaskan pharmaceutical care.
Pharmaceutical care merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Sebagai dampak berubahnya orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan kompetensinya dalam hal keterampilan, pengetahuan dan perilaku
untuk dapat mewujudkan interaksi langsung dengan pasien. Dalam pengertian
apoteker tidak saja berperan sebagai pengelola obat namun mencakup
pelaksanaan pemberian konseling, informasi obat, dan edukasi untuk mendukung
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan kesalahan pengobatan (2).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
tahun 2017 tentang apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktk kefarmasian oleh apoteker. Apoteker sebagai penanggung jawab
sebuah apotek memiliki peranan yang besar dalam menjalankan fungsi apotek
berdasarkan nilai manajerial maupun pelayanan klinis. Apoteker dituntut untuk
dapat menyelaraskan kedua fungsi tersebut. Kondisi masyarakat yang semakin
1
2
B. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Pancasila bekerja sama
dengan PT. Kimia Farma Apotek, yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peran, fungsi, dan
tanggung jawab seorang apoteker dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian di apotek.
2. Mengetahui gambaran umum praktek kefarmasian di apotek.
3. Menambah pengetahuan dan keterampilan bagi calon apoteker dalam
melakukan pelayanan langsung ke masyarakat, khususnya dalam bidang
Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling dan swamedikasi.
C. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai pekerjaan kefarmasian, tugas, serta
tanggung jawab Apoteker di apotek yang berhubungan langsung dengan
masyarakat.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri sebagai Apoteker yang profesional.
BAB II
MATERI PKPA
3
4
f) Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen
yang berkaitan dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan
kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a) Instalasi air bersih;
b) Instalasi listrik;
c) Sistem tata udara; dan
d) Sistem proteksi kebakaran.
Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Peralatan antara lain
meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat,
formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai
dengan kebutuhan. Formulir catatan pengobatan pengobatan
pasien merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan atas permintaan tenaga medis dan
catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien. Sarana,
prasarana, dan harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
7) Ketenagaan
Pelayannan kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh apoteker
pemegang SIA dan dapat dibantu oleh apoteker lain, tenaga teknis
kefarmasian dan/atau tenaga administrasi. Apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Surat izin
praktek bagi apoteker berupa Surat Izin Praktek Apotek (SIPA)
dan bagi TTK berupa Surat Izin Praktek Tenaga Teknik
Kefarmasian (SIPTTK).
9
B. Aspek Pelayanan
1. Alur Pelayanan, Kecepatan dan Keramahan dalam Pelayanan
penerimaan dan
validasi Resep
menyerahkan obat
dan memberi
informasi tentang menginterpretasi
obat Resep
pemeriksaan
kembali nama
pasien,umur,dan
kesesuaian Resep
dan obat
d. Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan
pasien.
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan
rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,
lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
f. Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
3. Model Pelayanan
a. Pelayanan Resep
Pelayanan Resep adalah suatu pelayanan terhadap permintaan
tertulis daridokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku (11).
1) Skrinning Resep
a) Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan Resep
yaitu: Nama, SIP dan alamat dokter, tanggal penulisan
Resep, tandatangan atau paraf dokter penulis Resep, nama,
alamat, umur, jeniskelamin dan berat badan pasien.
b) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik
yaitu: bentuksediaan, dosis, frekuensi, potensi, stabilitas,
ketidaksesuaian, caradan lama pemberian.
26
C. Aspek Manajerial
1. Visi dan Misi
Visi adalah pandangan jauhke depan tentang ke arah mana sebuah
perusahaan akan dibawa atau gambaran cita-citaapa yang ingin dicapai oleh
perusahaan (12).
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
perusahaan dalam usahanya mewujudkan visi (12).
2. Organisasi
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk (13).
3. Program Kerja
Untuk mewujudkan visi dan misi PT. Kimia Farma Diagnostika sebagai
perusahaan jasa diperlukan budaya kerja yang mengacu pada tata nilai dengan
motto I CARE yang bermakna “Saya Peduli” yaitu (13):
a. Innovative
Memiliki cara berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk
menghasilkan produk unggulan berkualitas.
b. Customer First
29
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diteriman(6).
e. Penyimpanan
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out) (6).
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurangkurangnya memuat nama
Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan
sisa persediaan (6).
g. Distribusi
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di apotek untuk
31
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien dan untuk menunjang
pelayanan medis (15).
h. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Petunjuk teknis
mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal (6).
i. Pengelolaan Obat Rusak, Pemusnahan Obat Narkotik dan Psikotropika,
dan Obat Kedaluarsa
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan (6).
32
b. Sarana Prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana
Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan
Kefarmasian (6).
6. Evaluasi dan Tindakan Perbaikan
Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap (6):
a. Mutu Manajerial
1) Metode Evaluasi
a) Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas
pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang
memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang
berkaitan dengan standar yang dikehendaki. Oleh karena
itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan Pelayanan Kefarmasian secara
sistematis.
Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap proses dan hasil pengelolaan. Contoh:
• audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai lainnya (stock opname)
• audit kesesuaian SPO
• audit keuangan (cash flow, neraca, laporan rugi laba)
b) Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan
PelayananKefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar.
Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan
seluruh sumber daya yang digunakan. Contoh:
• pengkajian terhadap Obat fast/slow moving
35
d) Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses
dengan menggunakan cek list atau perekaman. Observasi
dilakukan oleh berdasarkan hasil monitoring terhadap
seluruh proses pelayanan farmasi klinik. Contoh : observasi
pelaksanaan SPO pelayanan\
barang merupakan salah satu kegiatan yang penting sebab surat pesanan
dapat dijadikan sebagai bukti jika ingin klaim, terutama jika terjadi
salah pengiriman barang. Surat pemesanan terdiri dari 3 rangkap, surat
pesanan ditandatangani oleh APA. Rincian perlembaranya yaitu:
lembar pertama asli untuk PBF, lembar kedua untuk bagian Gudang
apotek, dan lembar ketiga untuk arsip pembelian.
b. Kegiatan penerimaan barang
Dalam kegiatan penerimaan barang terdapat dilakukan kegiatan
administrasi Buku Pembelian Buku pembelian ini sebagai buku
penerimaan barang. Pencatatan dalam buku ini dilakukan setiap hari
berdasarkan faktur. Dalam buku ini dicantumkan tanggal, nomor urut,
nama PBF, nomor faktur, nomor Batch, nama barang, jumlah, harga
satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total pembayaran.
Pengeluaran setiap hari dijumlah, pada akhir bulan ditotal untuk
perhitungan pengeluaran Apotek.
c. Penyimpanan
Administrasi untuk penyimpanan barang antara lain:
1) Kartu utang
Kartu utang digunakan untuk mencatat hutang dagang. Kartu
utang dagang dibuat per PBF dalam kartu utang tercantum
tanggal faktur, nomor faktur dan jumah tagihan. Apabila sudah
terjadi pembayaran utang, pada kartu diberi keterangan lunas dan
diberi tanda pelunasan.
2) Buku catatan harian narkotika dan psikotropika.
Setiap pengeluaran dan pemasukan obat-obat yang masuk
dalam golongan narkotika dan psikotropika dicatat dalam
buku stok khusus. Satu buku digunakan untuk mencatat satu
macam obat.
2. Penerimaan Resep
Resep dalam arti sempit ialah permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan
atau dokter gigi kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam sediaan
38
tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep harus jelas dan lengkap,
apabila Resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap apoteker
harus menyanyakan kepada dokter penulis Resep (16). Adapun contoh dari
resep terdapat pada Lampiran.2
Pada saat merima Resep Apoteker harus melakukan pengkajian terhadap
Resep tersebut terlebih dahulu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.73
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, kegiatan
pengkajian Resep meliputi meliputi 3 aspek, yaitu:
a. Administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien. kemudian nama, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf dokter, serta tanggal penulisan Resep.
b. Kesesuaian Farmasetis meliputi bentuk dan kekuatan sediaan,
stabilitas, dan kompatibilitas (ketercampuran Obat).
c. Keseusaian klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis Obat, aturan,
cara dan lama penggunaan Obat, Duplikasi dan/atau polifarmasi,
reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain), Kontra indikasi; dan Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidak sesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis Resep (6).
3. Peracikan, Penyiapan Obat dan Etiket/Aturan Pakai
a. Penyiapan obat berdasarkan Resep.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek tahapan menyiapkan Obat
sesuai dengan permintaan Resep antara lain:
1) menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep,
2) mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik Obat.
3) Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
4) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) warna putih untuk Obat dalam/oral;
39
E. Aspek Bisnis
1. Unit Bisnis
Sesuai dengan Permenkes No. 9 Tahun 2017, Apotek merupakan
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker. Selain itu, perlu disadari bahwa apotek merupakan suatu institusi
yang dalam pelaksanaanya mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana:
a. Pelayanan kesehatan (patient oriented), sebagai unit pelayanan
kesehatan, fungsi apotek adalah menyediakan obat‐obatan yang
dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal
b. Unit bisnis (profit oriented). sebagai institusi bisnis, apotek dibangun
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan mengingat investasi
yang ditanam pada apotek dan biaya operasional yang cukup besar (3)
Apotek dianggap sebagai unit bisnis karena apotek merupakan bisnis
retail yang bergerak dalam usaha eceran dan pedistribusian. Apotek
merupakan suatu jenis usaha eceran yang barang dagangannya (commodity)
terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat), perbekalan kesehatan,
serta kosmetika, yang berhubungan langsung pada konsumen akhir atau
pengguna langsung (end user). Apotek juga bisa dianggap sebagai jenis
bisnis pendistribusian komoditas (barang yang diperdagangkan) yang terdiri
dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan
(alat kesehatan) dan kosmetik. (24)
2. Permodalan
Berdasarkan Permenkes No. 9 Tahun 2017, Apoteker dapat
mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun perusahaan. Apotek yang didirikan dengan
53
4. Perpajakan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak di Indonesia dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya
berada pada pemerintah daerah baik tingkat propinsi maupun
kabupaten. Pajak daerah ditentukan oleh masing-masing daerah, dan
macam pajak yang harus dibayar adalah :
1) Pajak Barang Inventaris
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah terhadap barang
yang digunakan di apotek atau barang inventaris milik apotek
seperti pajak televisi (sekarang sudah tidak ada) dan pajak
kendaraan bermotor.
2) Pajak reklame/iklan
Pajak reklame adalah pajak yang dikenakan terhadap
pemasangan papan nama apotek di luar atau di dalam
lingkungan apotek. Pajak tergantung lokasi dan besar papan
nama apotek. Jika nama apotek ditulis/disertakan di dalam
papan nama suatu perusahaan tertentu, pajak reklame akan
ditanggung oleh perusahaan tersebut.
3) Surat Keterangan Ijin Tempat Usaha.
4) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
b. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.
Pajak pusat meliputi:
1) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya bisa
dilimpahkan pada pihak lain.
56
pengenalan produk atau jasa saat ini ke area geografis yang baru.
Pengembangan produk adalah strategi yang mencari kenaikan
penjualan dengan meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa
saat ini. Pengembangan produk biasanya memerlukan pengeluaran
untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang besar.
c. Strategi Diversifikasi
Strategi diversifikasi terbagi menjadi dua bagian yaitu strategi
diversifikasi terkait dan strategi diversifikasi tidak terkait
d. Strategi Defensif
Strategi defensif terbagi menjadi tiga bagian yaitu strategi pengurangan,
strategi divestasi dan strategi likuidasi. Strategi pengurangan terjadi
ketika organisasi mengelompokkan kembali lewat pengurangan biaya
dan aset untuk mengembalikan penurunan penjualan dan laba.
Terkadang disebut pembalikan atau reorganisasi, pengurangan didesain
untuk membentengi kompetensi dasar organisasi yang khusus. Strategi
divestasi seringkali digunakan untuk meningkatkan modal atau akuisisi
strtegi ke depan atau investasi. Divestasi dapat menjadi bagian dari
strategi pengurangan untuk melepaskan bisnis organisasi yang tidak
menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang
tidak cocok dengan aktivitas lain perusahaan (27).
6. Strategi Pengembangan
Dalam mengembangkan strategi pengembangan Apotek, pelayanan
dari petugas yang cepat dan ramah adalah strategi yang paling utama.
Selain itu dilengkapi dengan praktek dokter umum dan dokter gigi. Di
ruang tunggu di sediakan televisi sebagai hiburan, diberikan AC (air
conditioner) agar udara lebih sejuk dan untuk menjaga suhu ruangan
agar tetap stabil untuk menyimpan obat, menjual minuman dingin, serta
selalu menjaga kebersihan Apotek.
7. Kewirausahaan
Untuk menunjang pendapatan Apotek dan memenuhi kebutuhan lain
konsumen selain sediaan farmasi (obat-obatan) maka dalam suatu Apotek
60
A. KASUS 1
Kasus:
Sistem penyimpanan yang tepat dan baik akan menjadi salah satu faktor
penentu mutu obat yang didistribusikan. Sistem penyimpanan obat yang baik di
apotek diatur dalam Permenkes RI No 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu TTK di Apotek X
Banjarmasin, diketahui bahwa system penyimpanan obat di apotek tersebut tidak
sesuai dengan peraturan. Yaitu meliputi obat yang disimpan tidak menggunakan
sistem FIFO/FEFO, masing-masing obat tidak memiliki kartu stok, penyimpanan
sediaan farmasi yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA) masih
ditempatkan berdekatan dan petugas tidak memperhatikan tanggal kadaluarsa
obat, di dalam ruangan jarang menggunakan AC sehingga obat yang disimpan
diruangan biasanya tidak sesuai dengan suhu ruangan mengingat suhu di
Banjarmasin pada siang hari terkadang mencapai 34 oC, tidak menggunakan
pallet untuk obat-obat yang disimpan di lantai, dan obat disusun berdasarkan kelas
terapi tapi tidak disusun secara alfabetis.
Solusi:
1. Berdasarkan Permenkes RI No 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarnasian di Apotek, Penyimpanan yang baik meliputi :
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama
Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. Implementasinya ialah
61
62
B. KASUS 2
Kasus:
Seorang Pria usia 27 tahun (Tn. T) datang ke Apotek B ingin menebus
copy resep yang didapat dari instalasi rumah sakit, dan dalam copy resep tersebut
terdapat obat codein. Pria tersebut mengatakan mendapat copy resep tersebut dari
rumah sakit sebab iya takut menebus obat dirumah sakit lebih mahal dan memilih
menebus resep tersebut di apotek sehingga pria tersebut meminta copy resep dan
di berikan copy resep oleh rumah sakit tersebut.
Solusi:
Berdasarkan Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi Apotek, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan
Narkotika dan/atau Psikotropika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 4
tahun 2018 tentang pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian. Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian dilarang menyerahkan Narkotika berdasarkan salinan
resep yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali apabila tidak
menyimpan resep asli.
Sebagai Apoteker kita harus dapat menjelaskan bahwa salinan resep
63
tersebut tidak dapat digunakan untuk menebus obat tersebut (Codein) sebab
codein merupakan obat narkotika golongan III yang dapat diberikan harus dengan
resep dokter. Apoteker juga dapat menjelaskan jika Tn.X tidak salah untuk
meminta copy resep sebab berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 73 tahun 2016, pasien berhak meminta salinan Resep. Apoteker
dapat menyarankan pasien untuk menebus obatnya ke instalasi farmasi rumah
sakit yang menyimpan resep aslinya. Apoteker juga dapat memberi pasien
informasi bahwa tidak perlu takut mendapat obat mahal sebab dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 98 tahun 2015. Apotek, toko obat,
dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik hanya dapat menjual obat dengan harga
yang sama atau lebih rendah dari HET, kecuali jika harga yang tercantum pada
label sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan jika harganya lebih
besar dari HET maka Apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik
harus menginformasikan dan memberikan penjelasan kepada masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Apoteker memiliki peran, fungsi dan tugas di apotek sebagai manager dalam
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan barang diapotek. Apoteker di apotek
juga sebagai retailer dalam penjualan komoditi yang ada di Apotek. Selain
itu, Apoteker di apotek berperan sebagai seorang professional dalam hal
pelayanan kefarmasian sesuai dengan peraturan perundangan yang telah
berlaku .
2. Apoteker memiliki tugas, fungsi dan tanggung dalam mengelola apotek,
mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek sesuai dengan GPP
(Good Pharmacy Practice). Apoteker mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman dalam melakasanakan manajemen dan
kepemimpinan yang efektif dan efisien dalam mengelola sarana pekerjaan
kefarmasian dan pelayanan kefarmasian yang bermutu di apotek.
B. SARAN
Untuk meningkatkan pengetahuan calon Apoteker dalam berpraktik perlu adanya
materi praktik yang diberikan langsung oleh praktisi Apoteker yang bertugas di
apotek.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
66
Lampiran 1. Etiket
68
69