Penetapan Kadar Senyawa Obat Menggunakan Spektrofotometer Berbasis Multipoint Method

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA


“PENETAPAN KADAR SENYAWA OBAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER BERBASIS MULTIPOINT METHOD”

ABSTRAK
Spectrometer UV yaitu metode analis yang di gunakan untuk mengetahui serapan
dalam sebuh zat hal ini, hal ini di maksudkan untuk mengetahui berapa serapan cahaya yang
di tempuh maupun berapa Panjang gelombang yang berada pada senyawa yang akan di uji
menggunakan spectrometer UV.
Bahan yang akan di gunakan pada saat peraktikum ini ialah potassium, zat akan di uji
untuk mengetahui absorbansi dan konsentrasinya di buat kalibrasinya menjadi 5 pengenceran
yang awalnya konsentrasinya 0,158, 0,316, 0,474, 0,632, 0,79.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berapa absorban 0,05, 0,1, 0,1, 0,2, 0,2 yang
menujukan hasil lurus atau sesai dengan hukum beer-lamber.

PENDAHULUAN
Kalium dikromat (K2Cr2O7), adalah suatu pereaksi kimia anorganik yang
umum, yang biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi dalam berbagai aplikasi
laboratorium dan industri. Seperti halnya seluruh senyawa kromium heksavalensi,
senyawa ini akut dan secara kronis berbahaya bagi kesehatan. Senyawa ini
adalah kristal padat ionik dengan warna merah-jingga yang sangat terang. Garam
ini sangat tidak tidak populer di laboratorium karena tidak meleleh, berbeda dengan
garam yang lebih relevan secara industri natrium dikromat.
Kalium dikromat merupakan oksidator dalam kimia organik, dan lebih ringan
daripada kalium permanganat. Hal ini digunakan untuk mengoksidasi alkohol. Ia mengubah
alkohol primer menjadi aldehida serta, dalam kondisi yang lebih memaksa, menjadi asam
karboksilat. Sebaliknya, kalium permanganat cenderung untuk menghasilkan asam karboksilat
sebagai produk tunggal. Alkohol sekunder diubah menjadi keton. Misalnya, menton dapat
dibuat dengan oksidasi mentol dengan dikromat yang diasamkan.[4] Alkohol tersier tidak dapat
teroksidasi.
Dalam larutan berair perubahan warna yang diperlihatkan dapat digunakan
untuk menguji dalam membedakan aldehida dari keton. Aldehida mereduksi
dikromat dari bilangan oksidasi +6 ke +3, berubah warna dari jingga menjadi hijau.
Perubahan warna ini muncul karena aldehida dapat dioksidasi menjadi asam
karboksilat yang sesuai. Suatu keton tidak mengalami perubahan seperti itu karena
tidak dapat teroksidasi lebih lanjut, dan larutan akan tetap menjadi jingga. Ketika
dipanaskan dengan kuat, ia terurai dengan pembentukan oksigen.
Spektroskopi absorpsi molekular pada rentang cahaya ultraviolet dan cahaya tampak
banyak digunakan dalam penetapan kadar banyak senyawa organik dan anorganik.
Karakteristik penting dari metode spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak untuk
penetapan kadar adalah:
1. Digunakan secara luas baik untuk senyawa organik maupun anorganik

2. Batas deteksi (dan batas kuantitasi) yang baik (10-4 s.d. 10-5 M)

3. Selektivitas moderat sampai tinggi

4. Akurasi yang baik

5. Kemudahan dan kenyamanan akuisisi data

Langkah pertama dalam analisis spektrofotometri adalah pengembangan kondisi yang


menghasilkan hubungan yang dapat direproduksi antara absorbansi dan konsentrasi analit.
Untuk sensitivitas tertinggi, pengukuran absorbansi spektrofotometri biasanya dilakukan pada
panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum karena perubahan absorbansi per
unit konsentrasi paling besar pada titik ini. Selain itu, absorbansi hampir selalu konstan pada
Panjang gelombang serapan maksimum. Pada serapan maksimum, kesalahan yang biasa
muncul dari kegagalan mereproduksi secara tepat pengaturan Panjang gelombang dari
instrumen memiliki pengaruh yang lebih kecil.

Menurut hukum Beer-Lambert, log ( Io / I t ) = A= ε c l di mana I o dan I t adalah


intensitas insiden dan transmisi, A = absorbansi dan ε, konstanta = absorptivitas (sebelumnya
disebut koefisien pemadaman ). Jika konsentrasi diukur dalam mol.L 1 , absorptivitas disebut
absorptivitas molar . di mana I o dan I t adalah intensitas insiden dan transmisi, A =
absorbansi dan , konstanta = absorptivitas (sebelumnya disebut koefisien pemadaman). Jika
konsentrasi diukur dalam mol.L 1 , absorptivitas disebut absorptivitas molar. Dalam
persamaan di atas, c dapat ditentukan jika besaran lain diketahui. Karena ini adalah
persamaan garis lurus dengan kemiringan = (ε.l) dan titik potong nol, ditentukan dari
kemiringan plot linier absorbansi versus konsentrasi, yang disebut kurva kalibrasi atau plot
kalibrasi. Grafik kalibrasi dibuat dengan memplot absorbansi pada panjang gelombang
tertentu versus konsentrasi untuk serangkaian larutan standar yang konsentrasinya diketahui
secara akurat. Karena absorptivitas adalah fungsi dari panjang gelombang, seringkali nilainya
pada absorbansi tertinggi, λmax(pada posisi puncak yaitu, pada panjang gelombang
absorbansi maksimum) ditentukan. Kita harus mencatat bahwa hukum Beer-Lambert dipatuhi
oleh banyak zat terutama pada konsentrasi rendah hingga sedang; oleh karena itu, konsentrasi
encer dari spesies penyerap harus diukur. Dalam praktiknya, disarankan untuk mengukur
absorbansi dalam kisaran 0,1< A <1,0. Perhatian harus diberikan untuk menghindari segala
jenis asosiasi/disolasi kimia dari spesies penyerap. Setelah plot kalibrasi diperoleh,
konsentrasi larutan yang tidak diketahui dapat ditentukan secara grafis atau matematis dari
persamaan kurva kalibrasi jika absorbansi sampel yang tidak diketahui pada max diukur.
Oleh matematis, kurang intersep dari pembacaan absorbansi dan bagi hasilnya dengan
kemiringan untuk pemegang sampel dengan panjang lintasan satuan. Dengan persamaannya:
konsentrasi tidak diketahui = (absorbansi – intersep)/kemiringan)

Untuk multi-point method (kurva kalibrasi): dibuat larutan dengan pengenceran


bertingkat, pembuatan kurva kalibrasi/regresi linier konsentrasi vs absorbansi

A = Absorban

ε(λ) = Absorptivitas molar

C = Konsentrasi [ mol / l]

c = Konsentrasi [g/ 100 ml]

b = Tebal sel(kuvet [cm]

A1%, 1 cm = Absorptivitas jenis

ε(λ) adalah absorban A suatu larutan zat (C= 1

mol/ l) bila tebal sel 1 cm (b= 1) dan panjang

gelombang λ

Tujuan
Penentuan konsentrasi larutan yang kekuatannya tidak diketahui dengan
menerapkan hukum Beer-Lambert.
PROSEDUR KERJA
Alat

Labu ukur 100 ml 1 buah Spektrofotometer UV-Vis


Labu ukur 50 ml 1 buah Kuvet 1 buah
Neraca analitik 1 buah Tissue 1 gulung
Kertas Perkamen 5 lembar Beaker glass 100 ml 2 buah
Spatel 1 buah Micropipet 1 buah
Gelas ukur 100 ml 1 buah Labu Erlenmeyer 2 buah
Pipet tetes 1 buah

Bahan
K2CrO7 (kalium dikromat)

Aquadest

Bagan kerja

Menyalakan dan mengatur spectrometer kemudian tunggu 15-30 menit

Siapkan larutan yang akan di ujikan

Klik icon “Peak pick” untuk mendapatkan data absorban semua

Melakukan baseline, di lap dengan tisu lensa kemudian masukan kedalam spektro

Melakukan pengukuran Potaseum

Muncul spektrumnya, dan dilihat serapan Panjang gelombang


Gambar 1.1 Potassium

Perhitungan
Panjang gelombang = 435
Absorbansi = 0,1 y=0,2532x + 0,01
0,1=0,2532x + 0,01
0,09=0,2532x
X= 0,3554

Absorbansi
0.25

0.2

0.15 Absorbansi
Absorbansi

0.1

0.05

0
0.158 0.316 0.474 0.632 0.79
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kita melakukan perhitungan kadar sampel pada spektofotometer
UV-Vis, terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang maksimum dengan tujuan agar dapat
memberikan kepekaan sampel yang mengandung glimepirid dengan maksimal, bentuk kurva
absorbansi linear dan menghasilkan hasil yang cukup konstan jika dilakukan pengukuran
berulang. Digunakan spektofotometer UV-Vis karena senyawa yang ingin ditetapkam
kadarnya memiliki kremofor dan ausokrom. Hasil panjang gelombang maksimum yang
didapat untuk kalium dikromat (K2Cr2O7) adalah 435 nm, diharapkan dapat memberikan
kepekaan sampel yang mengandung hasil yang cukup konstan jika dilakukan pengukuran
berulang.
Berdasarkan grafik diperoleh persamaan regresi y=0,2532x + 0,01,R2 = 0,3554 yang artinya
hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi linear dan hasil akurat. Hal ini
menunjukan hasil yang didapatkan lurus dengan konsentrasi, terlihat dari beberapa titik
konsentrasi lurus dengan abseorbansi,

KESIMPULAN

Berdasarkan data diatas bahwa larutan memenuhi hukum beer-


lambert karena hasil kalibrasi berupa karis lurus, hubungan konsentrasi
dan absorbansi lemah

Suhartati, Tati. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrometri Massa untuk


Penentuan Struktur Senyawa Organik. CV. Aura Utama Rahardja: 2017.
Dachriyanus. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi. Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK): 2014
Tadelech Atomssa dan A.V. Gholap. Characterization of caffeine and determination of
caffeine in tea leaves using uv-visible spectrometer. African Journal of Pure and Applied
Chemistry Vol. 5(1). 2010

You might also like