Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Cuci Tangan Five Momen Dengan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial
Penerapan Cuci Tangan Five Momen Dengan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial
Penerapan Cuci Tangan Five Momen Dengan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial
uk
Provided by Jurnal STIKes Perintis (LPPM STIKes Perintis Padang)
ABSTRACT
In a preliminary survey conducted, of 10 nurses in the surgery and interne inpatient at RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi showed the observation of 7 nurses in the surgery and interne did
not wash hands first. Based on the documented study, data obtained on the highest incidence of
nosocomial infection was plebitis (9%). The purpose of this study to determine the relationship of
handwashing five moments with the incidence of nosocomial infection in RSAM Achmad Mochtar
hospital room in 2018. This research was conducted on February 5-26, 2018 with a descriptive
research design using cross sectional approach. The number of samples in this study were 44
respondents with sampling total sampling technique. This research instrument uses observation sheet.
The results of this study indicate that the application of handwashing five moments as much as 70.5%,
which perform wash 6-step tag as much as 70.5%, and that does not occur nosocomial infection as
much as 75.0%. The results of this study found there is a relationship of handwashing five moments
with the incidence of nosocomial infections (ρ = 0.001 and OR = 14.933). and there is a relationship
between 6-step handwashing and the incidence of nosocomial infection (ρ = 0.001 and OR = 14,933).
It can be concluded that there is a relationship of handwashing five moments with the incidence of
nosocomial infection in the inpatient room of RSUD Dr. Achmad Mochtar 2018 and suggested to all
nurses should be responsible for implementing handwashing five moments in providing nursing
services and also for further researchers can use other variables such as environmental factors and
others.
ABSTRAK
Pada survey awal yang dilakukan, dari 10 orang perawat di ruang rawat inap bedah dan interne
di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi menunjukkan hasil observasi 7 orang perawat di ruangan
rawat inap bedah dan interne tidak melakukan cuci tangan terlebih dahulu. Berdasarkan studi
dikumentasi, data yang didapatkan pada angka kejadian infeksi nosokomial yang tertinggi adalah
plebitis (9%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penerapan cuci tangan five momen
dan cuci tangan 6 langkah dengan angka kejadian infeksi nosokomial diruangan rawat inap RSAM
Achmad Mochtar tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-26 Februari 2018 dengan desain
penelitian menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional.jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 44 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling.
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan cuci tangan five momen sebanyak 70,5%, yang melaksanakan cuci tagan 6 langkah
sebanyak 70,5%, dan yang tidak terjadi infeksi nosokomial sebanyak 75,0%. Hasil penelitian ini
didapatkan ada hubungan penerapan cuci tangan five momen dengan angka kejadian infeksi
nosokomial (ρ=0,001 dan OR= 14.933). dan ada hubungan antara cuci tangan 6 langkah dengan
angka kejadian infeksi nosokomial (ρ=0,001 dan OR= 14.933). Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan penerapan cuci tangan five momen dengan angka kejadian infeksi nosokomial diruang
rawat inap RSUD Dr. Achmad Mochtar tahun 2018 dan disarankan kepada seluruh perawat
hendaknya bertanggung jawab untuk melaksanakan penerapan cuci tangan five momen dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan juga bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel
yang lainnya seperti faktor lingkungan dan lainnya.
8
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
9
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
10
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Cuci Tangan Five Momen Dengan
Angka Kejadian Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa tangan five momen dengan angka kejadian
sebagian besar dari 44 responden yang infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil
melaksanakan cuci tangan five momen, yang pengolahan uji statistik juga didapatkan nilai
tidak terjadi infeksi nosokomial (flebitis) OR = 14.933, artinya bahwa responden yang
sebanyak 28 pasien (84,8%). Dari hasil uji sesuai melakukan cuci tangan five momen
statistik chi square dalam penelitian ini memiliki peluang 14.933 kali lebih besar untuk
didapatkan ρ value = 0,001, jika dibandingkan tidak terjadinya infeksi nosokomial
dengan α= 0,05 maka ρ value < α 0,05, maka dibandingkan dengan perawat yang tidak
dari itu hal ini menunjukkan bahwa ada melaksanakan cuci tangan five momen.
hubungan yang bermakna antara variabel cuci
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Prosedur Cuci Tangan 6 langkah Dengan Angka Kejadian
Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
Angka Kejadian
Prosedur
Infeksi Nosokomial
Cuci Total Ρ
No Tidak OR
Tangan 6 Terjadi Value
Terjadi
Langkah
F % F % F %
1 Dilakukan 28 84,8 3 27,3 31 70,5
14.933
Tidak
2 5 15,2 8 72,7 13 29,5 0,001 (2.918-
Dilakukan
76.434)
Total 33 100 11 100 44 100
11
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
dibandingkan dengan perawat yang tidak artinya ada hubungannya supervisi kepala
melaksanakan cuci tangan 6 langkah. ruangan dengan kepatuhan perawat dalam
melaksanakan cuci tangan five momen
PEMBAHASAN diruangan rawat inap bedah dan interne RSUD
Dari hasil penelitian dan pengolahan data padang pariaman. Menciuci tangan adalah
didapatkan bahwa sebagian besar responden teknik yang sangat mendasar dalam mencegah
perawat lebih dari separoh perawat (70,5%) dan mengendalikan infeksi, dengan mencici
melaksanakan cuci tangan five momen dan tangan dapat menghilangakan sebagian besar
prosedur cuci tangan 6 langkah. Hasil ini mikroorganisme yang ada di kulit (potter &
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan perry, 2005). Menurut kozier (2010), mencuci
oleh Duwi dan Martika (2016) dengan judul tangan merupaka tindakan yang sangat penting
Hubungan Kepatuhan Cuci Tangan Enam di semua tatanan termasuk rumah sakit.
Langkah Lima Momen Perawat Dengan Mencuci tangan merupaka suatu tindakan
Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. Wahidin pengendalian infeksi yang paling efektif.
Sudiro Husodo Mojokerto, menunjukkan Menurut Darmadi (2008), Cuci tangan menjadi
bahwa sebagian besar perawat patuh dalam salah satu langkah yang efektif untuk
melakukan cuci tangan enam langkah lima memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga
momen yaitu sebanyak 12 orang (60%) dan insidensi infeksi nosokomial dapat berkurang.
perawat terkecil sebanyak 8 orang (40%). tidak Pencegahan melalui pengendalian infeksi
patuh melakukan cuci tangan enam langkah nosokomial di rumah sakit ini mutlak harus
lima momen. Smet dalam Damanik (2011) dilaksanakan oleh seluruh jajaran managemen
mengemukakan bahwa kepatuhan perawat rumah sakit meliputi para dokter, bidan,
dalam melakukan cuci tangan enam langkah perawat dan lainlain. Pendapat lain dari
lima momen dipengaruhi oleh beberapa faktor, Hidayat (2009), menjelaskan bahwa mencuci
antara lain: faktor internal, faktor eksternal, dan tangan merupakan prosedur awal yang
faktor lain. Faktor internal yang mempengaruhi dilakukan petugas kesehatan dalam
kepatuhan cuci tangan antara lain: demografi memberikan kesehatan. Menurut asumsi
(jenis kelamin, suku, usia, ras, pendidikan), peneliti bahwa penerapan cuci tangan five
motivasi, kemampuan, dan persepsi perawat. momen dan cuci tangan 6 langkah yang
Wanita, ras kulit putih, orang tua dan anak dilakukan secara benar dan sesuai dengan
memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. prosedur oleh perawat akan sangat berpengaruh
Pendidikan juga mempengaruhi perilaku terhadap angka kejadian infeksi nosokomial.
perawat dalam melaksanakan etos kerja. Seluruh perawat atau semua yang bersangkutan
Semakin tinggi pendidikan perawat, kepatuhan dengan pasien harus melakukan cuci tangan
dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin five monen dan cuci tangan 6 langkah.
baik. Faktor eksternal yang mempengaruhi Dari hasil penelitian dan pengolahan data
kepatuhan perawat antara lain: pola didapatkan bahwa sebagian besar responden
komunikasi, nilai-nilai yang diterima perawat, yaitu sebanyak 31 perawat (70,5%) sudah
dukungan sosial. Faktor lain yang melakukan cuci tangan 6 langkah sesuai
mempengaruhi kepatuhan perawat melakukan prosedur.
cuci tangan adalah fasilitas cuci tangan, waktu Hasil penelitian lain, yang telah dilakukan oleh
yang digunakan untuk cuci tangan, efek bahan Nuryati (2013) Hubungan Kepatuhan Perawat
cuci tangan terhadap kulit, dan kurang Melakukan Cuci Tangan Dan Kejadian Infeksi
pengetahuan terhadap standar (Smet dalam Nosokomial di Ruang ICU Dan NICU RS
Damanik, 2011). Awal Bros Tangerang, menunjukan bahwa
Penelitian lain yang dilakukan oleh variabel kepatuhan cuci tangan pada kategori
fauzia (2016) yang berjudul hubungan supervisi tidak patuh 40 %, dan variabel kejadian infeksi
kepala ruangan dengan kepatuhan perawat sebesar 20 % (p = 0.068, alpha < 0.1)
dalam melaksanakan cuci tangan five momen membuktikan ada trend hubungan kepatuhan
di ruangan rawat inap bedah dan interne RSUD perawat melakukan cuci tangan dan kejadian
padang pariaman di dapatkan bahwa supervisi infeksi nosokomial ketidakpatuhan perawat
yg dilakukan kepala ruangan 52,5% adalah melakukan cuci tangan di ruang ICU dan NICU
baik. Yang patuh dalam melaksanakn cuci RS Awal Bros Tangerang berdampak
tangan 5 momen adalah 22,5%. Setelah menimbulkan kejadian infeksi nosokomial.
dihubungkan di dapatkan nilai p value = 0,021, Saran bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
12
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
13
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
2017).Menurut asumsi penelitian diruang rawat infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil
inap RSAM Bukittinggi, sebagian besar angka bahwa proporsi perawat cuci tangan tidak
kejadian infeksi nosokomial masih terjadi sesuai prosedur banyak terjadi kejadian plebitis
angka infeksi nosokomial, khususnya infeksi yaitu (71,4%) dibandingkan dengan cuci tangan
plebitis. Dimana berdasarkan observasi yang yang sesuai prosedur 5 yaitu (22,2%).
dilakukan masih didapatkan tanda dan gelala Variabel selanjutnya hubungan perawat
infeksi nosokomial khusunya plebitis. Hal ini memakai sarung tangan sebelum pemasangan
membuktikan bahwa masih kurangnya infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil
kesadaran perawat dalam perawatan dan bahwa proporsi perawat memakai sarung
peningkatan pelayanan kesehatan. tangan tidak sesuai prosedur banyak terjadi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kejadian plebitis yaitu (81,8%), disbanding
bahwa dari 44 orang responden yang dengan yang memakai sarung tangan sesuai
melaksanakan cuci tangan five momen, yang prosedur (23,3%). Hasil studi pendahuluan
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi yang dilakukan di RSUD Dr. Soedirman
nosokomial (flebitis) ditemukan 28 perawat Kebumen pada tanggal 24 Februari tahun 2015
(84,8%). Sedangkan perawat yang tidak di IGD pada pukul 09.00 WIB dapatkan data
melaksanakan cuci tangan five momen, yang untuk tingkat pengetahuan dan demostrasi
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi perawat tentang prosedur cuci tangan rata – rata
nosokomial ditemukan sebanyak 5 orang 81 % dari jumlah perawat di IGD sebanyak 25
(15,2%). Penelitian yang udah dilakukan oleh orang, fasilitas handrub baru 4 titik di
Wayunah (2011) tentang “ Hubungan karenakan bagian IGD baru melakukan relokasi
Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus ke rumah sakit baru. Rata – rata kepatuhan
Dengan Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan karena kesadaran prosedur cuci tangan perawat
Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit masih rendah pada tahap prainteraksi
Daerah Kabupaten Indramayu”. Hasil analisis menimbulkan beberapa munculnya infeksi
lanjut menunjukan ada hubungan yang nosokomial salah satunya adalah phlebitis.
signifikan antara pengetahuan perawat tentang Hasil survey tim Pengendalian dan
terapi infus dengan kejadian plebitis (p=0,000), Pencegahan Infeksi Rumah Sakit Umum Pusat
dan ada hubungan yang signifikan antara (RSUP) Sanglah Denpasar didapatkan data 144
penetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian infeksi nosokomial selama tahun
kenyamanan (p=0,000). 2011. Di Instalasi Rawat Inap D terjadi 33
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kejadian infeksi nosokomial, dimana 30
Pristianti (2011) tentang “Faktor – Faktor kejadian phlebitis dan 3 kejadian dekubitus.
Penyebab Ketidakpatuhan Perawat untuk Penyebab dari terjadinya infeksi phlebitis bisa
Melakukan Tindakan Cuci Tangan Sebelum disebabkan oleh hygiene petugas dan penunggu
Melkakukan tindakan di Bangsal Ahmad pasien yang kurang melakukan cuci tangan
Dahlan dan Salamah RS PKU Muhammadiyah dengan benar (Lindayati, 2012). Menurut
Sruweng”. Hasil penelitian ini menunjukan asumsi penelitian ada hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan cuci tangan five momen dengan
ketidakpatuhan perawat untuk melakukan angka kejadian infeksi nosokomial (plebitis),
tindakan cuci tangan sebelum tindakan adalah dimana perawat sangat dibutuhkan untuk
faktor pengetahuan dengan p value 0,003. mengontrol, mengawasi dan mendorong
Partisipasi dengan p value 0,000, faktor sarana perawat untuk melaksanakan seluruh prosedur
0,002, faktor aktivitas p value 0,008. keperawatan sesuai standar operasional
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan prosedur (SOP) karena tanpa pelaksanaan yang
tentang perilaku cuci tangan. Perbedaan : sesuai dengan prosedur, cenderung menurun
tempat, waktu dan variabel penelitian serta dan sering melalaikan beberapa indikator yang
metode penelitian yang di pakai. Penelitian dianggap tidak terlalu kritikal sehingga banyak
yang dilakukan sebelumnya oleh wahyu (2015) pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak
tentang hubungan penerapan kewaspadaan dilakukan sesuai setandar operasional prosedur
standar dengan kejadian infeksi karena jarum kerja. Begitu juga dengan penerapan cuci
infus (plebitis) di Irna Non Bedah RSUP Dr. M tangan five momen dengan angka kejadian
Djamil dengan menghubungkan masing – infeksi nosokomial di ruang rawat inap di
masing variabel di antaranya hubungan perawat RSAM bukittinggi, dimana penerapan cuci
cuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan tangan five momen dan cuci tangan merupakan
14
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
faktor yang cenderung dominan dan kita dan pasien. Sebaliknya jika kita tida
berpengaruh dalam ksterilan tindakan. Karena melakukan cuci tangan yang baik, kita selalu
cuci tangan yang baik, juga akan membawa memberikan hal yang negatif, maka kita juga
dampak positif terhadap diri kita dan pasien. bisa berpengaruh terhadap diri kita dan pasien,
Sebaliknya jika kita tida melakukan cuci tangan seperti terkena salah satu infeksi nosokomial.
yang baik, kita selalu memberikan hal yang Dimana dari hasih penelitian yang didapatkan
negatif, maka kita juga bisa berpengaruh semakin seringkita melakukan cuci tangan 6
terhadap diri kita dan pasien, seperti terkena langkah yang benar semakin sedikit peluang
salah satu infeksi nosokomial. terjadinya infeksi nosokomial, begitu juga
Berdasarkan hasil yang didapatkan sebaliknya semakin kita tidak melakukan cuci
bahwa dari 44 orang responden yang tangan yang baik maka semakin besar peluang
melaksanakan cuci tangan 6 langkah, yang terjadinya infeksi nosokomial.
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi
nosokomial (flebitis) ditemukan 28 perawat KESIMPULAN
(84,8%). Sedangkan perawat yang tidak
melaksanakan cuci tangan five momen, yang Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi maka dapat diambil beberapa kesimpulan
nosokomial ditemukan sebanyak 5 orang diantaranya yaitu sebagian besar perawat
(15,2%). melaksanakan cuci tangan five momen,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sebagian besar perawat melaksanakan cuci
oleh Elis, Asih, dan Satra (2014) yang berjudul tangan 6 langkah sesuai dengan prosedur,
“penerapan hand hygiene perawat di ruang sebagian besar pasien tidak mengalami tanda
rawat inap rumah sakit di malang” mengatakan dan gejala plebitis, Ada hubungan yang
bahwa pada 54 perawat di dapatkan 153 bermakna antara penerapan cuci tangan five
kesempatan, yaitu angka kepatuhan cuci tangan momen dengan angka kejadian infeksi
sebelum kontak dengan pasien (4%), sebelum nosokomial diruang rawat inap RSUD Achmad
tindakan aseptik atau invasif (27%), setelah Mochtar Bukittinggi tahun 2018, Ada
kontak dengan cairan tubuh pasien (26%), hubungan yang bermakna antara penerapan
sesudah kontak dengan pasien (27%), setelah cuci tangan 6 langkah dengan angka kejadian
kontak dengan benda lingkungan sekitar pasien infeksi nosokomial diruang rawat inap RSUD
(56%). Dari hasil studi tersebut paling rendah Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.
yaitu dimana angka kepatuhan cuci tangan
sebelum kontak pasien masih dilaporkan DAFTAR PUSTAKA
hasilnya kurang memuaskan. Pelaksanaan cuci
tangan tinggi saat perawat atau tenaga Azwar, S, (2009). Sikap Manusia, Teori dan
kesehatan khawatir tertular penyakit karena Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar.
kontak dengan mikro organisme, misalnya Alimul Hidayat, Aziz. (2009). Metode
darah dan urin.Menurut Darmadi (2008), Cuci Penelitian Keperawatan Dan TeknikAnalisa
tangan menjadi salah satu langkah yang efektif Data. Jakarta:
untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, Salemba Medika.
sehingga insidensi infeksi nosokomial dapat Darmadi, S, (2008). Infeksi Nosokomial
berkurang. Pencegahan melalui pengendalian Problematika & Pengendaliannya.
infeksi nosokomial di rumah sakit ini mutlak Jakarta: Salemba Medika
harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Departemen Kesehatan RI. (2017).
managemen rumah sakit meliputi para dokter, Pedoman Pencegahan
bidan, perawat dan lainlain. Pendapat lain dari DanPengendalian Infeksi Di Fasilitas
Hidayat (2009), menjelaskan bahwa mencuci Pelayanan Kesehatan. Jakarta
tangan merupakan prosedur awal yang Ernawati, E, dkk, (2014). Penerapan Hand
dilakukan petugas kesehatan dalam Hygiene Perawat di Ruang Rawat
memberikan kesehatan. Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran
Menurut asumsi penelitian cuci tangan 6 Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1,
langkah merupakan faktor yang cenderung 2014: Elies Ernawati. Rumah Sakit
dominan dan berpengaruh dalam ksterilan Islam Hasanah Muhammadiyah
tindakan. Karena cuci tangan yang baik, juga
akan membawa dampak positif terhadap diri
15
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018
Mojokerto, Jl. HOS Cokroaminoto 26- Marwoto, Agus. (2007) Analisis Kinerja
28 Jagalan Magersari Perawat dalam Pengendalian Infeksi
Emilyasna, dkk, (2012). Hubungan Nosokomial di ruang IRNA 1
Penerapan Standar Dengan RSUP dr. Sadjito, Yogyakarta.
Kejadian Infeksi Karen Jarum Irc-kmpk.ugm.ac.id. Jurnal.
Infus (Phlebitis) di IRNA Non Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Bedah RSUP DR. M. Djamil Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Padang. Jurnal, Cipta
Fauzia, N. (2014). Kepatuhan Standar Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan
Prosedur Operasional Hand Metodologi Penelitian Ilmu
Hygiene pada Perawat di Ruang Keperawatan. Jakarta: medika
Rawat Inap Rumah Sakit. jurnal Salemba
Indonesia, Republik. (2009). Undang-Undang Nursalam. (2013). Menejemen Keperawatan.
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Jakarta: medika Salemba
Rumah Sakit. Jakarta Potter & Perry. (2005) Buku Ajar
Irawati, Nurma, (2014), Gambaran Fundamental Keperawatan :
Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang Konsep, Proses & Praktek.
Tidak Sesuai SOP Terhadap Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Kejadian Plebitis di RSUD dr. Potter, Ptarisia A. (2005). Buku Ajar
Soediran Mangun Sumarso Fundamental Keperawatan,
Kabupaten Wonogiri. STIKES Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC
Kusuma Husada. Skripsi World Health Organization, 2009. Global
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Buku ajar patient safety challenge with clean
fundamental keperawatan : konsep, is safer care. [ 19 April
proses, dan praktik, edisi. 2016].
Volume 1. Jakarta: EGC WHO. 2009. World Alliance for Patient Safety
Kurniadi, Anwar. (2010). Manajemen Global Patient Safety Challenge:
Keperawatan dan Prosfektifnya. FKUI: 2005-2006. Switzerland: WHO
Jakarta Document Production Servies.
16