Penerapan Cuci Tangan Five Momen Dengan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Jurnal STIKes Perintis (LPPM STIKes Perintis Padang)

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256


Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

PENERAPAN CUCI TANGAN FIVE MOMEN DENGAN ANGKA


KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Mera Delima1, Yessi Andriani,2 Gustinawati 3


STIKes Perintis Padang
Email : meradelima@rocketmail.com

ABSTRACT

In a preliminary survey conducted, of 10 nurses in the surgery and interne inpatient at RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi showed the observation of 7 nurses in the surgery and interne did
not wash hands first. Based on the documented study, data obtained on the highest incidence of
nosocomial infection was plebitis (9%). The purpose of this study to determine the relationship of
handwashing five moments with the incidence of nosocomial infection in RSAM Achmad Mochtar
hospital room in 2018. This research was conducted on February 5-26, 2018 with a descriptive
research design using cross sectional approach. The number of samples in this study were 44
respondents with sampling total sampling technique. This research instrument uses observation sheet.
The results of this study indicate that the application of handwashing five moments as much as 70.5%,
which perform wash 6-step tag as much as 70.5%, and that does not occur nosocomial infection as
much as 75.0%. The results of this study found there is a relationship of handwashing five moments
with the incidence of nosocomial infections (ρ = 0.001 and OR = 14.933). and there is a relationship
between 6-step handwashing and the incidence of nosocomial infection (ρ = 0.001 and OR = 14,933).
It can be concluded that there is a relationship of handwashing five moments with the incidence of
nosocomial infection in the inpatient room of RSUD Dr. Achmad Mochtar 2018 and suggested to all
nurses should be responsible for implementing handwashing five moments in providing nursing
services and also for further researchers can use other variables such as environmental factors and
others.

Keywords: Five Moment, nosocomial infection

ABSTRAK

Pada survey awal yang dilakukan, dari 10 orang perawat di ruang rawat inap bedah dan interne
di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi menunjukkan hasil observasi 7 orang perawat di ruangan
rawat inap bedah dan interne tidak melakukan cuci tangan terlebih dahulu. Berdasarkan studi
dikumentasi, data yang didapatkan pada angka kejadian infeksi nosokomial yang tertinggi adalah
plebitis (9%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penerapan cuci tangan five momen
dan cuci tangan 6 langkah dengan angka kejadian infeksi nosokomial diruangan rawat inap RSAM
Achmad Mochtar tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-26 Februari 2018 dengan desain
penelitian menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional.jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 44 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling.
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan cuci tangan five momen sebanyak 70,5%, yang melaksanakan cuci tagan 6 langkah
sebanyak 70,5%, dan yang tidak terjadi infeksi nosokomial sebanyak 75,0%. Hasil penelitian ini
didapatkan ada hubungan penerapan cuci tangan five momen dengan angka kejadian infeksi
nosokomial (ρ=0,001 dan OR= 14.933). dan ada hubungan antara cuci tangan 6 langkah dengan
angka kejadian infeksi nosokomial (ρ=0,001 dan OR= 14.933). Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan penerapan cuci tangan five momen dengan angka kejadian infeksi nosokomial diruang
rawat inap RSUD Dr. Achmad Mochtar tahun 2018 dan disarankan kepada seluruh perawat
hendaknya bertanggung jawab untuk melaksanakan penerapan cuci tangan five momen dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan juga bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel
yang lainnya seperti faktor lingkungan dan lainnya.

Kata kunci : Five Momen, infeksi nosokomial

8
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

PENDAHULUAN kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia


bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan
Pelayanan keperawatan merupakan prosedur pembedahan.
pelayanan 24 jam dan terus menerus dengan Dalam penelitian penerapan cuci tangan
jumlah tenaga keperawatan yang begitu banyak yang dilakukan oleh Elis, Asih, dan Satra pada
dan berada di berbagai unit kerja rumah sakit. tahun 2014 yang berjudul “penerapan hand
Dalam memberikan pelayanan keperawatan hygiene perawat di ruang rawat inap rumah
kepada pasien, perawat melakukan prosedur sakit di malang” mengatakan bahwa pada 54
atau tindakan keperawatan yang dapat perawat di dapatkan 153 kesempatan, yaitu
menimbulkan resiko salah begitu besar (Maria angka kepatuhan cuci tangan sebelum kontak
dkk, 2013). Pada undang undang Nomor 44 dengan pasien (4%), sebelum tindakan aseptik
tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan atau invasif (27%), setelah kontak dengan
bahwa “setiap pasien mempunyai hak cairan tubuh pasien (26%), sesudah kontak
memperoleh keamanan dan keselamatan dengan pasien (27%), setelah kontak dengan
dirinya selama dalam perawatan di rumah benda lingkungan sekitar pasien (56%). Dari
sakit”. Salah satu poinnya yaitu menghindari hasil studi tersebut paling rendah yaitu dimana
adanya resiko infeksi nosokomial di rumah angka kepatuhan cuci tangan sebelum kontak
sakit, dan mencegah terjadinya kerugian pada pasien masih dilaporkan hasilnya kurang
pasien yang mengabibatkan kesalahan dari memuaskan. Pelaksanaan cuci tangan tinggi
petugas medis, pramedis atau non-medis saat perawat atau tenaga kesehatan khawatir
(Depkes RI, 2013). tertular penyakit karena kontak dengan mikro
Presentase infeksi rumah sakit di rumah organisme, misalnya darah dan urin.
sakit dunia mencapai 9% (variasi 3–21%) atau Di RSAM Bukittinggi angka kejadian
lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit infeksi nosokomial cukup tinggi, dari data yang
seluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial. didapatkan angka infeksi nosokomial diruangan
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO interne dalam rekapan 6 bulan terakhir adalah
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 9% untuk plebitis, ISK 0%, dekubitus 0%,
rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari pneumoni 0%, dan infeksi luka operasi 0%.
Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Menurut Kozier (2010), mencuci
pasifik menunjukkan adanya infeksi rumah tangan merupaka tindakan yang sangat
sakit dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0% penting di semua tatanan termasuk rumah
(WHO, 2002). sakit. Mencuci tangan merupaka suatu tindakan
Di Indonesia, angka kejadian infeksi pengendalian infeksi yang paling efektif.
nosokomial pasien rawat inap di bangsal bedah Pendapat lain dari Hidayat (2009), menjelaskan
adalah pada rentang 5,8%-6% dan angka bahwa mencuci tangan merupakan prosedur
infeksi nosokomial pada luka bedah adalah awal yang dilakukan petugas kesehatan dalam
2,3%-18,3% (Hermawan, 2007). Persentase memberikan kesehatan.
angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD dr. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Pirngadi Medan pada tahun 2006 sebesar menganalisis Penerapan Cuci Tangan Five
32,16% yang mencakup infeksi yang Momen Terhdap Angka Kejadian Infeksi
disebabkan oleh penggunaan jarum infus 10%, Nosokomial Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
akibat transfusi darah 10,16%, dan luka operasi Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018.
12% (Nasution, 2008). Selain itu juga diketahui
adanya infeksi nosokomial di di RSUP METODE PENELITIAN
Dr.Sardjito pada tahun 2007 kejadian infeksi Jenis penelitian ini bersifat deskriptif,
nosokomial mencapai 5,9% berasal dari kamar yaitu penelitian yang menelaah hubungan
operasi sedangkan di RSUP Adam Malik pada antara dua variabel dari sekelompok subjek.
tahun 2010 angka prevalensi infeksi Penelitian ini menggunakan pendekatan cross
nosokomial luka operasi bersih pasca bedah sectional, yaitu pengumpulan data variabel
adalah 5,6% (Jeyamohan, 2010). Di 10 RSU independen dan variabel dependen dilakukan
pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi secara bersamaan atau sekaligus (Notoatmodjo,
yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2002;27). Penelitian ini dilakukan untuk
2010. Infeksi nosokomial paling umum terjadi mengetahui hubungan penerapan cuci tangan 5
adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil (five) momen terhadap angka kejadian infeksi
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka

9
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

nosokomial di ruang rawat inap RSAM


bukittinggi tahun 2018. HASIL PENELITIAN DAN
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat PEMBAHASAN
inap bedah, interne, dan paru RSAM
Bukittinggi tahun 2018. Penelitian ini Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
dilakukan pada 5 - 26 Februari 2018. Berdasrkan Penerapan Cuci Tangan Five
Populasi pada penelitian ini adalah Momen Di Ruang Rawat Inap RSUD
seluruh perawat yang sedang dinas di ruangan Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
rawat inap bedah, interne, dan paru RSAM
Bukittinggi sebanyak 46 0rang. Untuk pasien Cuci tangan
Frekuensi %
yaitu seluruh pasien yang sedang dirawat dan five momen
terpasang infus di ruangan masing-masing Dilakukan 31 70,5
dengan rata-rata 64-88 pasien setiap bulannya. Tidak
Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel 13 29,5
Dilakukan
adalah seluruh perawat dan pasien yang Total 44 100
memenuhi kriteria inklusi. Instrumen
Penelitian. Adapun alat insrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah Berdasarkan tabel 1 didapat dijelaskan bahwa
lembaran observasi dan data tilik (SOP) sebagian besar responden yaitu dari 44
cuci tangan 5 (five) momen yang responden sebanyak 31 perawat (70,5%) sudah
melakukan cuci tangan five momen.
digunakan untuk menentukan apakah sudah
sesuai dengan prosedur tindakan (SOP) Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
yang telah diterapkan. Berdasrkan Prosedur Cuci Tangan 6
Pengumpulan data ini dilakukan oleh Langkah Di Ruang Rawat Inap RSUD
semua perawat yang ada di ruang rawat Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
inap bedah dan interne RSUD Bukittinggi
dan peneliti mengisi lembar observasi. Cuci tangan 6
Frekuensi %
Lembar observasi diisi oleh perawat dari Langkah
shif ke shif, tidak sekaligus oleh perawat Dilakukan 31 70,5
yang ada pada saat itu saja. Lembar Tidak
13 29,5
Dilakukan
observasi diisi oleh peneliti setiap kegiatan
Total 44 100
perawat pelaksana tanpa pengetahuan oleh
perawat pelaksana tersebut. Setelah lembar
observasi telah diisi, peneliti Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
mengumpulkan kembali lembar observasi sebagian besar responden yaitu dari 44
tersebut dan setelah selesai penelitian, responden sebanyak 31 perawat (70,5%) sudah
peneliti melapor kembali ke diklat RSAM melakukan cuci tangan 6 langkah sesuai
Bukittinggi dan menerima surat keterangan prosedur.
bahwa peneliti telah selesai melakukan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
penelitian di RSAM Bukittinggi. Berdasrkan Angka Kejadian Infeksi
Selanjutnya peneliti melakukan Nosokomial Di Ruang Rawat Inap RSUD
pengelolahan data. Uji statistik Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
menggunakan chi-square test untuk
menyimpulkan adanya hubungan dua
variable. Analisa chi-square dibandingkan Tanda Dan Frekuensi %
dengan nilai p ≤ 0,05 artinya secara statistik Gejala
Tidak terjadi 33 75,5
bermakna dan apabila nilai p > 0,05
Terjadi 11 25,5
artinya secara statistik tidak bermakna.
Total 44 100
Selanjutnya, variabel-variabel tersebut akan
dianalisa secara multivariant melalui tahap-
tahap pemodelan analisis multivariat.

10
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan responden, 33 pasien (75,0%) tidak ada


bahwa sebagian besar responden yaitu dari 44 mengalami tanda dan gejala flebitis

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Cuci Tangan Five Momen Dengan
Angka Kejadian Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018

Angka Kejadian Infeksi


Cuci
Nosokomial
Tangan Total Ρ
No Tidak OR
Five Terjadi Value
Terjadi
Momen
F % F % F %
Dilakukan
1 28 84,8 3 27,3 31 70,5 14.933
(2.918
Tidak 0,001
2 5 15,2 8 72,7 13 29,5 – 76.
Dilakukan
434)
Total 33 33 11 100 44 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa tangan five momen dengan angka kejadian
sebagian besar dari 44 responden yang infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil
melaksanakan cuci tangan five momen, yang pengolahan uji statistik juga didapatkan nilai
tidak terjadi infeksi nosokomial (flebitis) OR = 14.933, artinya bahwa responden yang
sebanyak 28 pasien (84,8%). Dari hasil uji sesuai melakukan cuci tangan five momen
statistik chi square dalam penelitian ini memiliki peluang 14.933 kali lebih besar untuk
didapatkan ρ value = 0,001, jika dibandingkan tidak terjadinya infeksi nosokomial
dengan α= 0,05 maka ρ value < α 0,05, maka dibandingkan dengan perawat yang tidak
dari itu hal ini menunjukkan bahwa ada melaksanakan cuci tangan five momen.
hubungan yang bermakna antara variabel cuci

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Prosedur Cuci Tangan 6 langkah Dengan Angka Kejadian
Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
Angka Kejadian
Prosedur
Infeksi Nosokomial
Cuci Total Ρ
No Tidak OR
Tangan 6 Terjadi Value
Terjadi
Langkah
F % F % F %
1 Dilakukan 28 84,8 3 27,3 31 70,5
14.933
Tidak
2 5 15,2 8 72,7 13 29,5 0,001 (2.918-
Dilakukan
76.434)
Total 33 100 11 100 44 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa menunjukkan bahwa ada hubungan yang


sebagian besar dari 44 responden yang bermakna antara variabel cuci tangan 6 langkah
melaksanakan cuci tangan 6 langkah, yang dengan angka kejasian infeksi nosokomial.
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi Berdasarkan hasil pengolahan uji statistik juga
nosokomial (flebitis) sebanyak 28 pasien didapatkan nilai OR = 14.933, artinya bahwa
(84,8%). Dari hasil uji statistik chi square semakin dilakukan cuci tangan 6 langkah
dalam penelitian ini didapatkan ρ value = memiliki peluang 14.933 kali lebih besar untuk
0,001, jika dibandingkan dengan α= 0,05 maka tidak terjadinya infeksi nosokomial
ρ value < α 0,05, maka dari itu hal ini

11
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

dibandingkan dengan perawat yang tidak artinya ada hubungannya supervisi kepala
melaksanakan cuci tangan 6 langkah. ruangan dengan kepatuhan perawat dalam
melaksanakan cuci tangan five momen
PEMBAHASAN diruangan rawat inap bedah dan interne RSUD
Dari hasil penelitian dan pengolahan data padang pariaman. Menciuci tangan adalah
didapatkan bahwa sebagian besar responden teknik yang sangat mendasar dalam mencegah
perawat lebih dari separoh perawat (70,5%) dan mengendalikan infeksi, dengan mencici
melaksanakan cuci tangan five momen dan tangan dapat menghilangakan sebagian besar
prosedur cuci tangan 6 langkah. Hasil ini mikroorganisme yang ada di kulit (potter &
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan perry, 2005). Menurut kozier (2010), mencuci
oleh Duwi dan Martika (2016) dengan judul tangan merupaka tindakan yang sangat penting
Hubungan Kepatuhan Cuci Tangan Enam di semua tatanan termasuk rumah sakit.
Langkah Lima Momen Perawat Dengan Mencuci tangan merupaka suatu tindakan
Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. Wahidin pengendalian infeksi yang paling efektif.
Sudiro Husodo Mojokerto, menunjukkan Menurut Darmadi (2008), Cuci tangan menjadi
bahwa sebagian besar perawat patuh dalam salah satu langkah yang efektif untuk
melakukan cuci tangan enam langkah lima memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga
momen yaitu sebanyak 12 orang (60%) dan insidensi infeksi nosokomial dapat berkurang.
perawat terkecil sebanyak 8 orang (40%). tidak Pencegahan melalui pengendalian infeksi
patuh melakukan cuci tangan enam langkah nosokomial di rumah sakit ini mutlak harus
lima momen. Smet dalam Damanik (2011) dilaksanakan oleh seluruh jajaran managemen
mengemukakan bahwa kepatuhan perawat rumah sakit meliputi para dokter, bidan,
dalam melakukan cuci tangan enam langkah perawat dan lainlain. Pendapat lain dari
lima momen dipengaruhi oleh beberapa faktor, Hidayat (2009), menjelaskan bahwa mencuci
antara lain: faktor internal, faktor eksternal, dan tangan merupakan prosedur awal yang
faktor lain. Faktor internal yang mempengaruhi dilakukan petugas kesehatan dalam
kepatuhan cuci tangan antara lain: demografi memberikan kesehatan. Menurut asumsi
(jenis kelamin, suku, usia, ras, pendidikan), peneliti bahwa penerapan cuci tangan five
motivasi, kemampuan, dan persepsi perawat. momen dan cuci tangan 6 langkah yang
Wanita, ras kulit putih, orang tua dan anak dilakukan secara benar dan sesuai dengan
memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. prosedur oleh perawat akan sangat berpengaruh
Pendidikan juga mempengaruhi perilaku terhadap angka kejadian infeksi nosokomial.
perawat dalam melaksanakan etos kerja. Seluruh perawat atau semua yang bersangkutan
Semakin tinggi pendidikan perawat, kepatuhan dengan pasien harus melakukan cuci tangan
dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin five monen dan cuci tangan 6 langkah.
baik. Faktor eksternal yang mempengaruhi Dari hasil penelitian dan pengolahan data
kepatuhan perawat antara lain: pola didapatkan bahwa sebagian besar responden
komunikasi, nilai-nilai yang diterima perawat, yaitu sebanyak 31 perawat (70,5%) sudah
dukungan sosial. Faktor lain yang melakukan cuci tangan 6 langkah sesuai
mempengaruhi kepatuhan perawat melakukan prosedur.
cuci tangan adalah fasilitas cuci tangan, waktu Hasil penelitian lain, yang telah dilakukan oleh
yang digunakan untuk cuci tangan, efek bahan Nuryati (2013) Hubungan Kepatuhan Perawat
cuci tangan terhadap kulit, dan kurang Melakukan Cuci Tangan Dan Kejadian Infeksi
pengetahuan terhadap standar (Smet dalam Nosokomial di Ruang ICU Dan NICU RS
Damanik, 2011). Awal Bros Tangerang, menunjukan bahwa
Penelitian lain yang dilakukan oleh variabel kepatuhan cuci tangan pada kategori
fauzia (2016) yang berjudul hubungan supervisi tidak patuh 40 %, dan variabel kejadian infeksi
kepala ruangan dengan kepatuhan perawat sebesar 20 % (p = 0.068, alpha < 0.1)
dalam melaksanakan cuci tangan five momen membuktikan ada trend hubungan kepatuhan
di ruangan rawat inap bedah dan interne RSUD perawat melakukan cuci tangan dan kejadian
padang pariaman di dapatkan bahwa supervisi infeksi nosokomial ketidakpatuhan perawat
yg dilakukan kepala ruangan 52,5% adalah melakukan cuci tangan di ruang ICU dan NICU
baik. Yang patuh dalam melaksanakn cuci RS Awal Bros Tangerang berdampak
tangan 5 momen adalah 22,5%. Setelah menimbulkan kejadian infeksi nosokomial.
dihubungkan di dapatkan nilai p value = 0,021, Saran bagi petugas kesehatan, pengunjung dan

12
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

keluarga pasien menggalakan budaya cuci penelitian menunjukka nprevalensi angka


tangan untuk mencegah terjadinya infeksi kejadian infeksi nosokomial pada semester II
nosokomial. tahun 2009 (2,67), semester I dan II tahun 2010
(3,12 dan 4,36), serta semester I dan II tahun
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang 2011 (9,68 dan 19,71) per 1000 pasien rawat
telah dilakukan oleh Duwi dan Martika (2016) inap. Proporsi kejadian infeksi nosokomial
dengan judul Hubungan Kepatuhan Cuci terbanyak menurut ruang adalah di Edelweis
Tangan Enam Langkah Lima Momen Perawat (47,36%) tahun 2009, di ruang bougenville
Dengan Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. (bedah) (65,3%) tahun 2010 dan di ruang
Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, Anggrek (19,47%) tahtn 2011. Distribusi
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat menurut waktu rawat inap (bulan) proporsi
patuh dalam melakukan cuci tangan enam tertinggi pada bulan Juli 2009 (36,84%), bulan
langkah lima momen yaitu sebanyak 12 orang maret dan agustus 2010 (16,32%), bulan
(60%) dan perawat terkecil sebanyak 8 orang navember 20ll (19,47%). Distribusi menurut
(40%). tidak patuh melakukan cuci tangan jenis kelamin proporsi tertinggi ditemukan pada
enam langkah lima momen. Menciuci tangan perempuan untuk tahun 2009 dan 2010
adalah teknik yang sangat mendasar dalam (78,94% dan 63,26%), dan laki-laki (51,05%)
mencegah dan mengendalikan infeksi, dengan pada tahun 2011.
mencici tangan dapat menghilangakan sebagian Hasil peneliti lain, menurut Ika (2015),
besar mikroorganisme yang ada di kulit (potter yang berjudul Prevalensi Phlebitis Pada Pasien
& perry, 2005). Menurut kozier (2010), Rawat Inap Dengan Infus Di RSUD Tugurejo
mencuci tangan merupaka tindakan yang sangat Semarang menunjukkan bahwa Hasil
penting di semua tatanan termasuk rumah sakit. pengukuran lama hari, minimal 3 hari dan
Mencuci tangan merupaka suatu tindakan maksimal 17 hari. Hasil pengukuran usia,
pengendalian infeksi yang paling minimal 25 tahun dan maksimal 75 tahun. Hasil
efektif.Menurut Darmadi (2008), Cuci tangan pada kelas ruang rawat inap, mayoritas
menjadi salah satu langkah yang efektif untuk penderita di ruang rawat inap kelas 3 sebesar
memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga 86,7% namun hasil proporsi kelas ruang rawat
insidensi infeksi nosokomial dapat berkurang. inap, tertinggi pada ruang rawat inap kelas 2
Pencegahan melalui pengendalian infeksi dengan persentase 4,5%. Hasil pada jenis
nosokomial di rumah sakit ini mutlak harus kelamin, mayoritas penderita berjenis kelamin
dilaksanakan oleh seluruh jajaran managemen perempuan sebesar 84,4% dan proporsi
rumah sakit meliputi para dokter, bidan, tertinggi perempuan sebesar 3,0%, tetapi tidak
perawat dan lainlain. Pendapat lain dari berbeda jauh dengan proporsi laki – laki
Hidayat (2009), menjelaskan bahwa mencuci sebesar 2,8%. Hasil prevalensi sebesar 3,0%.
tangan merupakan prosedur awal yang Infeksi adalah adanya suatu organisme
dilakukan petugas kesehatan dalam pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
memberikan kesehatan. Menurut asumsi suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemis.
peneliti bahwa melakukan cuci tangan 6 infeksi nosokomial adalah infeksi yang dapat
langkah yang dilakukan secara benar dan sesuai atau timbul pada waktu pasien dirawat dirumah
dengan prosedur oleh perawat akan sangat sakit (Badi, 2007). Infeksi merupakan suatu
berpengaruh terhadap angka kejadian infeksi keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
nosokomial. Seluruh perawat atau semua yang patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik.
bersangkutan dengan pasien harus melakukan Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health
cuci tangan five monen dan cuci tangan 6 Care Associated Infections) yang selanjutnya
langkah. disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi
Dari hasil penelitian dan pengolahan data pada pasien selama perawatan di rumah sakit
didapatkan bahwa sebagian besar responden, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
lebih dari separuh pasien tidak mengalami dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tanda dan gejala plebitis yaitu sebanyak 33 tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
pasien (75,0%). Hasil penelitian ini sejalan dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
Ratna, Suhartono, Sri (2011) yang berjudul petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas
Kabupaten Wonosobo didapatkan hasil. Hasil pelayanan kesehatan (Depkes RI No.27,

13
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

2017).Menurut asumsi penelitian diruang rawat infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil
inap RSAM Bukittinggi, sebagian besar angka bahwa proporsi perawat cuci tangan tidak
kejadian infeksi nosokomial masih terjadi sesuai prosedur banyak terjadi kejadian plebitis
angka infeksi nosokomial, khususnya infeksi yaitu (71,4%) dibandingkan dengan cuci tangan
plebitis. Dimana berdasarkan observasi yang yang sesuai prosedur 5 yaitu (22,2%).
dilakukan masih didapatkan tanda dan gelala Variabel selanjutnya hubungan perawat
infeksi nosokomial khusunya plebitis. Hal ini memakai sarung tangan sebelum pemasangan
membuktikan bahwa masih kurangnya infus dengan kejadian plebitis didapatkan hasil
kesadaran perawat dalam perawatan dan bahwa proporsi perawat memakai sarung
peningkatan pelayanan kesehatan. tangan tidak sesuai prosedur banyak terjadi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kejadian plebitis yaitu (81,8%), disbanding
bahwa dari 44 orang responden yang dengan yang memakai sarung tangan sesuai
melaksanakan cuci tangan five momen, yang prosedur (23,3%). Hasil studi pendahuluan
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi yang dilakukan di RSUD Dr. Soedirman
nosokomial (flebitis) ditemukan 28 perawat Kebumen pada tanggal 24 Februari tahun 2015
(84,8%). Sedangkan perawat yang tidak di IGD pada pukul 09.00 WIB dapatkan data
melaksanakan cuci tangan five momen, yang untuk tingkat pengetahuan dan demostrasi
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi perawat tentang prosedur cuci tangan rata – rata
nosokomial ditemukan sebanyak 5 orang 81 % dari jumlah perawat di IGD sebanyak 25
(15,2%). Penelitian yang udah dilakukan oleh orang, fasilitas handrub baru 4 titik di
Wayunah (2011) tentang “ Hubungan karenakan bagian IGD baru melakukan relokasi
Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus ke rumah sakit baru. Rata – rata kepatuhan
Dengan Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan karena kesadaran prosedur cuci tangan perawat
Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit masih rendah pada tahap prainteraksi
Daerah Kabupaten Indramayu”. Hasil analisis menimbulkan beberapa munculnya infeksi
lanjut menunjukan ada hubungan yang nosokomial salah satunya adalah phlebitis.
signifikan antara pengetahuan perawat tentang Hasil survey tim Pengendalian dan
terapi infus dengan kejadian plebitis (p=0,000), Pencegahan Infeksi Rumah Sakit Umum Pusat
dan ada hubungan yang signifikan antara (RSUP) Sanglah Denpasar didapatkan data 144
penetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian infeksi nosokomial selama tahun
kenyamanan (p=0,000). 2011. Di Instalasi Rawat Inap D terjadi 33
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kejadian infeksi nosokomial, dimana 30
Pristianti (2011) tentang “Faktor – Faktor kejadian phlebitis dan 3 kejadian dekubitus.
Penyebab Ketidakpatuhan Perawat untuk Penyebab dari terjadinya infeksi phlebitis bisa
Melakukan Tindakan Cuci Tangan Sebelum disebabkan oleh hygiene petugas dan penunggu
Melkakukan tindakan di Bangsal Ahmad pasien yang kurang melakukan cuci tangan
Dahlan dan Salamah RS PKU Muhammadiyah dengan benar (Lindayati, 2012). Menurut
Sruweng”. Hasil penelitian ini menunjukan asumsi penelitian ada hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan cuci tangan five momen dengan
ketidakpatuhan perawat untuk melakukan angka kejadian infeksi nosokomial (plebitis),
tindakan cuci tangan sebelum tindakan adalah dimana perawat sangat dibutuhkan untuk
faktor pengetahuan dengan p value 0,003. mengontrol, mengawasi dan mendorong
Partisipasi dengan p value 0,000, faktor sarana perawat untuk melaksanakan seluruh prosedur
0,002, faktor aktivitas p value 0,008. keperawatan sesuai standar operasional
Persamaan : objek penelitian yaitu perawat dan prosedur (SOP) karena tanpa pelaksanaan yang
tentang perilaku cuci tangan. Perbedaan : sesuai dengan prosedur, cenderung menurun
tempat, waktu dan variabel penelitian serta dan sering melalaikan beberapa indikator yang
metode penelitian yang di pakai. Penelitian dianggap tidak terlalu kritikal sehingga banyak
yang dilakukan sebelumnya oleh wahyu (2015) pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak
tentang hubungan penerapan kewaspadaan dilakukan sesuai setandar operasional prosedur
standar dengan kejadian infeksi karena jarum kerja. Begitu juga dengan penerapan cuci
infus (plebitis) di Irna Non Bedah RSUP Dr. M tangan five momen dengan angka kejadian
Djamil dengan menghubungkan masing – infeksi nosokomial di ruang rawat inap di
masing variabel di antaranya hubungan perawat RSAM bukittinggi, dimana penerapan cuci
cuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan tangan five momen dan cuci tangan merupakan

14
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

faktor yang cenderung dominan dan kita dan pasien. Sebaliknya jika kita tida
berpengaruh dalam ksterilan tindakan. Karena melakukan cuci tangan yang baik, kita selalu
cuci tangan yang baik, juga akan membawa memberikan hal yang negatif, maka kita juga
dampak positif terhadap diri kita dan pasien. bisa berpengaruh terhadap diri kita dan pasien,
Sebaliknya jika kita tida melakukan cuci tangan seperti terkena salah satu infeksi nosokomial.
yang baik, kita selalu memberikan hal yang Dimana dari hasih penelitian yang didapatkan
negatif, maka kita juga bisa berpengaruh semakin seringkita melakukan cuci tangan 6
terhadap diri kita dan pasien, seperti terkena langkah yang benar semakin sedikit peluang
salah satu infeksi nosokomial. terjadinya infeksi nosokomial, begitu juga
Berdasarkan hasil yang didapatkan sebaliknya semakin kita tidak melakukan cuci
bahwa dari 44 orang responden yang tangan yang baik maka semakin besar peluang
melaksanakan cuci tangan 6 langkah, yang terjadinya infeksi nosokomial.
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi
nosokomial (flebitis) ditemukan 28 perawat KESIMPULAN
(84,8%). Sedangkan perawat yang tidak
melaksanakan cuci tangan five momen, yang Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
tidak terjadi peningkatan angka kejadian infeksi maka dapat diambil beberapa kesimpulan
nosokomial ditemukan sebanyak 5 orang diantaranya yaitu sebagian besar perawat
(15,2%). melaksanakan cuci tangan five momen,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sebagian besar perawat melaksanakan cuci
oleh Elis, Asih, dan Satra (2014) yang berjudul tangan 6 langkah sesuai dengan prosedur,
“penerapan hand hygiene perawat di ruang sebagian besar pasien tidak mengalami tanda
rawat inap rumah sakit di malang” mengatakan dan gejala plebitis, Ada hubungan yang
bahwa pada 54 perawat di dapatkan 153 bermakna antara penerapan cuci tangan five
kesempatan, yaitu angka kepatuhan cuci tangan momen dengan angka kejadian infeksi
sebelum kontak dengan pasien (4%), sebelum nosokomial diruang rawat inap RSUD Achmad
tindakan aseptik atau invasif (27%), setelah Mochtar Bukittinggi tahun 2018, Ada
kontak dengan cairan tubuh pasien (26%), hubungan yang bermakna antara penerapan
sesudah kontak dengan pasien (27%), setelah cuci tangan 6 langkah dengan angka kejadian
kontak dengan benda lingkungan sekitar pasien infeksi nosokomial diruang rawat inap RSUD
(56%). Dari hasil studi tersebut paling rendah Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.
yaitu dimana angka kepatuhan cuci tangan
sebelum kontak pasien masih dilaporkan DAFTAR PUSTAKA
hasilnya kurang memuaskan. Pelaksanaan cuci
tangan tinggi saat perawat atau tenaga Azwar, S, (2009). Sikap Manusia, Teori dan
kesehatan khawatir tertular penyakit karena Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar.
kontak dengan mikro organisme, misalnya Alimul Hidayat, Aziz. (2009). Metode
darah dan urin.Menurut Darmadi (2008), Cuci Penelitian Keperawatan Dan TeknikAnalisa
tangan menjadi salah satu langkah yang efektif Data. Jakarta:
untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, Salemba Medika.
sehingga insidensi infeksi nosokomial dapat Darmadi, S, (2008). Infeksi Nosokomial
berkurang. Pencegahan melalui pengendalian Problematika & Pengendaliannya.
infeksi nosokomial di rumah sakit ini mutlak Jakarta: Salemba Medika
harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Departemen Kesehatan RI. (2017).
managemen rumah sakit meliputi para dokter, Pedoman Pencegahan
bidan, perawat dan lainlain. Pendapat lain dari DanPengendalian Infeksi Di Fasilitas
Hidayat (2009), menjelaskan bahwa mencuci Pelayanan Kesehatan. Jakarta
tangan merupakan prosedur awal yang Ernawati, E, dkk, (2014). Penerapan Hand
dilakukan petugas kesehatan dalam Hygiene Perawat di Ruang Rawat
memberikan kesehatan. Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran
Menurut asumsi penelitian cuci tangan 6 Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1,
langkah merupakan faktor yang cenderung 2014: Elies Ernawati. Rumah Sakit
dominan dan berpengaruh dalam ksterilan Islam Hasanah Muhammadiyah
tindakan. Karena cuci tangan yang baik, juga
akan membawa dampak positif terhadap diri

15
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 2 Tahun 2018

Mojokerto, Jl. HOS Cokroaminoto 26- Marwoto, Agus. (2007) Analisis Kinerja
28 Jagalan Magersari Perawat dalam Pengendalian Infeksi
Emilyasna, dkk, (2012). Hubungan Nosokomial di ruang IRNA 1
Penerapan Standar Dengan RSUP dr. Sadjito, Yogyakarta.
Kejadian Infeksi Karen Jarum Irc-kmpk.ugm.ac.id. Jurnal.
Infus (Phlebitis) di IRNA Non Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Bedah RSUP DR. M. Djamil Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Padang. Jurnal, Cipta
Fauzia, N. (2014). Kepatuhan Standar Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan
Prosedur Operasional Hand Metodologi Penelitian Ilmu
Hygiene pada Perawat di Ruang Keperawatan. Jakarta: medika
Rawat Inap Rumah Sakit. jurnal Salemba
Indonesia, Republik. (2009). Undang-Undang Nursalam. (2013). Menejemen Keperawatan.
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Jakarta: medika Salemba
Rumah Sakit. Jakarta Potter & Perry. (2005) Buku Ajar
Irawati, Nurma, (2014), Gambaran Fundamental Keperawatan :
Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang Konsep, Proses & Praktek.
Tidak Sesuai SOP Terhadap Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Kejadian Plebitis di RSUD dr. Potter, Ptarisia A. (2005). Buku Ajar
Soediran Mangun Sumarso Fundamental Keperawatan,
Kabupaten Wonogiri. STIKES Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC
Kusuma Husada. Skripsi World Health Organization, 2009. Global
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Buku ajar patient safety challenge with clean
fundamental keperawatan : konsep, is safer care. [ 19 April
proses, dan praktik, edisi. 2016].
Volume 1. Jakarta: EGC WHO. 2009. World Alliance for Patient Safety
Kurniadi, Anwar. (2010). Manajemen Global Patient Safety Challenge:
Keperawatan dan Prosfektifnya. FKUI: 2005-2006. Switzerland: WHO
Jakarta Document Production Servies.

16

You might also like